• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM d3803a58fc BAB VBAB 5 Kerangka Strategi Pembiayaan 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 5 KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM d3803a58fc BAB VBAB 5 Kerangka Strategi Pembiayaan 1"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

5.1. Potensi Pendanaan APBD Kabupaten Tegal

Pemerintah Kabupaten Tegal memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada. Perlu disusun tabel proporsi berdasarkan sektor-sektor Cipta Karya yang ada.

Tabel 5.1.

Perkembangan Alokasi APBD untuk Bidang Cipta Karya Kab Tegal 2015-2017 (Dalam Juta Rupiah)

No Sektor Cipta Karya

2015 2016 2017 2018

Aloka si

% APBD

Aloka si

% APBD

Aloka si

% APBD

Aloka si

% APBD

1 Pengembangan Permukiman 2 Penataan Bangunan dan

Lingkungan

3 Sistem Penyediaan Air Minum 4 Penyehatan Lingkungan

Permukiman Persampahan Air Limbah Drainase

Total Alokasi Belanja Bidang Cipta Karya

Total Belanja APBD

Sumber : Realisasi APBD Kab.Tegal 2015-2018

BAB 5

KERANGKA STRATEGI

PEMBIAYAAN

INFRASTRUKTUR BIDANG

(2)

5.2. Potensi Pendanaan APBN

Perkembangan investasi pembangunan Cipta Karya Kabupaten Tegal selama kurun waktu 5 (lima) tahun yang bersumber dari dana APBN mengalami perkembangan yang fluktuatif. Pada tahun 2013 – 2014 mengalami penurunan pendanaan, sedangkan pada tahun 2015 mengalami peningkatan dan kemudian mengalami penurunan lagi di tahun 2016, kemudian mengalami kenaikan lagi di tahun 2017. Pendanaan APBN pada tahun 2013 sebesar Rp. 2.350.266.000,00; tahun 2014 sebesar Rp. 1.818.408.000,00; tahun 2015 sebesar Rp. 7.251.654.000,00; tahun 2016 sebesar Rp. 5.262.319.000,00; dan tahun 2017 sebesar Rp. 5.420.000.000,00.

Tabel 5.2.

Matriks Potensi Pendanaan Bidang Cipta Karya Bersumber APBN Kabupaten Tegal

No Sektor Realisasi

2018 2017 2016 2015 2014

1

Pengembangan

Kawasan Permukiman 420.000 4.658.000 0 0 420.000 2

Penataan Bangunan

dan Lingkungan 0 0 561.914 0 0 3

Pengembangan

SPAM 0 0 0 1.609.289 2.040.676 4 Pengembangan PLP 0 0 0 5.600.000 611.744 5 DAK Air Minum 0 0 0 2.727.310 1.642.920 6 DAK Sanitasi 0 0 460.800 0 976.480

Total Alokasi APBN 420.000 4.658.000 1.022.714 9.936.599 5.691.820

Sumber : e-Mon 2018-2014

Sumber : e-Mon 2018-2014

0 1.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 5.000.000 6.000.000

2018

2017

2016

2015

(3)

5.3. Alternatif Sumber Pendanaan

Alternatif sumber pendanaan merupakan rencana kerjasama pemerintah dengan swasta di bidang Cipta Karya meliputi beberapa kegiatan yang ada di sektor Cipta Karya. Diharapkan, dengan adanya kerjasama ini dapat menjadi sumber alternatif pendanaan yang dapat diterapkan dalam kegiatan sektor Cipta Karya. Beberapa kegiatan yang menggunakan pembiayaan dari sektor swasta dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.3.

Potensi Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

No Nama Kegiatan Deskripsi Kegiatan Biaya Kegiatan

(Rp) x000 A Kegiatan Pengembangan Kawasan Permukiman

1 Infrastruktur Berbasis Masyarakat Program Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman dapat dilaksanakan oleh swasta dengan cara membangun lingkungan (penataan jalan, saluran dan lainnya

2 Fasilitasi Kota dan Kawasan Perkotaan dalam Pemenuhan SPP dan Pengembangan Kota Layak Huni

Pihak Swasta dapat melakukan kegiatan pembangunan sarana prasarana yang belum tertangani oleh Pemda (misalnya pembangunan jalan baru, saluran baru dan penyediaan fasilitas permukiman

B Kegiatan Penataan Bangunan

1 Fasilitasi Pengembangan Kawasan Perkotaan

Fasilitasi Pengembangan Kota Hijau, dapat dilakukan oleh swasta (misalnya membuat taman-taman kota) 2 Fasilitasi Ruang Terbuka Publik

Revolusi Mental

Fasilitasi Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik, dapat dilakukan swasta dengan cara memberikan fasilitas-fasilitas pendukung dalam kawasan Ruang Terbuka (misal Wi-Fi, memberikan slogan-slogan tentang pentingnya menjaga lingkungan

C Kegiatan Pengembangan PLP

1 Sistem Penanganan Persampahan

Pihak swasta ikut berperan dalam memberikan fasilitasi pelatihan pengelolaan sampah 3R kepada masyarakat di sekitar tempat usahanya

2 Sistem Pengelolaan Air Limbah Pihak swasta bisa ikut berperan dalam Sistem Pengelolaan Air Limbah Berbasis Masyarakat

3 Sistem Pengelolaan Drainase Berbasis Masyarakat

Pihak swasta bisa ikut berperan dalam Sistem Penanganan Persampahan Berbasis Masyarakat

D Kegiatan Pengembangan SPAM

1 Pembangunan SPAM IKK Pengembangan SPAM IKK meliputi kegiatan : Pembangunan IPA, Pembangunan Reservoir dan Pembangunan pipa jaringan yang dilaksanakan di KabupatenTegal

2 Pembangunan SPAM Kawasan Rawan Air

Pembangunan jaringan SPAM baru untuk mengatasi daerah rawan air di Kabupate Tegal

3 Pengembangan Jaringan Perpipaan

Perluasan jaringan perpipaan pada SPAM yang sudah ada untuk meningkatkan cakupan wilayah pelayanan. Pengembangan jaringan perpipaan dilaksanakan di Kabupaten Tegal

(4)

5.4. STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI BIDANG CIPTA KARYA

Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPIJM, maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman.

a. Upaya Peningkatan Pendapatan Daerah

1) Intensifikasi Pendapatan Daerah dilakukan melalui :

a. Melakukan Inventarisasi optimalisasi terhadap potensi sumber-sumber pendapatan yang sudah ada namun belum digarap dan dikelola secara professional dan optimal. Utamanya pendapatan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari :

1) Hasil Pajak Daerah yang terdiri dari Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir, Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan dan pajak-pajak lainnya.

2) Hasil Retribusi Daerah yang terdiri dari Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perijinan Tertentu;

3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dari Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada Perusahaan Milik Daerah/BUMD..

4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah, terdiri dari Hasil Penjualan Aset yang Tidak Dipisahkan, Penerimaan Jasa Giro, Pendapatan Bunga Deposito, Tuntutan Ganti Kerugian Daerah, Pendapatan Denda atas Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan, Pendapatan Denda Pajak, Pendapatan denda Retribusi, Hasil Ekskusi Jaminan atas Pelaksanaan Pekerjaan, Pendapatan dari Pengembalian, Pendapatan dari Angsuran/Cicilan Penjualan, Pendapatan atas penjualan angsuran kios / los, Pendapatan BLUD, Hasil Pengelolaan Dana Bergulir, Pendapatan hasil lelang eks tanah bengkok/bondo desa, Setoran Pendapatan hasil temuan inspektorat, Pendapatan Kapitasi JKN, Pendapatan Non Kapitasi JKN.

b. Penyesuaian tariff pajak dan retribusi sesuai Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. c. Peningkatan pendapatan dari dana bagi hasil Minyak dan Gas Bumi maupun

sumberdaya alam lainnya.

d. Peningkatanp endapatan dari Paticipating Interest (IP).

e. Optimalisasi BUMD untukpeningkatan laba dan bagi hasil deviden.

2) Ekstensifikasi Pendapatan Daerah

Dilakukan dengan cara mencari sumber-sumber pendapatan baru dalam rangka untuk meningkatkan pendapatan daerah antara lain dengan jalan :

(5)

b. Strategi Peningkatan DDUB

Strategi peningkatan pendanaan DDUB Kabupaten Tegal dapat dilakukan melalui peningkatan penerimaan daerah yang dialokasikan untuk DDUB.

Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) merupakan dana pendamping kegiatan APBN di Kabupaten Tegal. DDUB ini menunjukan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya, sehingga dalam upaya peningkatan pendanaan melalui DDUB, Pemerintah Kabupaten Tegal perlu membuat komitmen dalam rencana pengembangan dan investasi antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemeritah Kabupaten Tegal sehingga pengalokasian dana DDUB dapat terealisasi.

Strategi Peningkatan DDUB juga bertujuan untuk :

a. Penentuan arahan pembangunan yang disesuaikan dengan konsep pengembangan yang sedang di anggarkan oleh pemerintahan pusat maupun provinsi

b. Pengembangan kegiatan yang telah tercantum dalam alokasi anggaran pemerintahan pusat dan provinsi

c. Melakukan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan arahan Rencana Tata Ruang Tingkat Provinsi, RPJM Provinsi

c. Strategi Peningkatan Penerimaan Daerah Dan Efisiensi Pengunaan Anggaran

Secara umum kebijakan keuangan daerah diarahkan pada peningkatkan kapasitas dan kemandirian kemampuan keuangan daerah disertai dengan efisiensi anggaran yang ditujukan bagi pembiayaan pembangunan. Untuk meningkatkan sumber penerimaan daerah, diperlukan strategi kebijakan keuangan daerah berikut:

1. Menggali sumber pendapatan baru disesuaikan dengan Undang-undang Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

2. Mengoptimalisasikan sumber – sumberpendapatan daerah – khususnya sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah – melalui optimalisasi pendataan dan penerimaan wajib pajak dan restribusi daerah sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; 3. Meningkatkan penyuluhan pada masyarakat untuk kesadaran membayar pajak dan retribusi

daerah;

4. Mengadakan reformasi dan restrukturisasi terhadap peraturan daerah tentang pendapatan daerah dengan melakukan kajian, evaluasi dan perubahan Perda disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta diselaraskan dengan kemampuan dan potensi masyarakat;

5. Menyediakan sarana dan prasarana bagi pemungut penerimaan daerah yang bersifat mobilitas maupun pemberian operasional bagi penerimaan pendapatan;

6. Meningkatkan kualitas pelayanan publik pada bidang-bidang yang berhubungan dengan penerimaan daerah, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola penerimaan daerah;

7. Penataan performance budget melalui penataan sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja secara efisiensi, efektif dan berkesinambungan. Sehingga memberikan hasil yang baik dan biaya rendah;

(6)

9. Pengembangan pola kemitraan daerah dalam rangka membiayai program dan kegiatan pemerintah yang berorientasi pada upaya pelayanan prima kepada masyarakat; 10. Peningkatan optimalisasi penerapan system anggaran berbasis kinerja pada seluruh

jajaran perangkat Pemerintah dengan tetap menjaga prinsip anggaran yang sehat, dinamis dan dapat dipertanggungjawabkan.

Selain melalui optimalisasi penerimaan pendapatan, maka untuk meningkatkan penerimaan daerah dapat dilakukan dengan meningkatkan dana perimbangan. Berlakunya Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, membawa perubahan yang mendasar dalam pengelolaan keuangan daerah. Undang-Undang tersebut pada prinsipnya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya keuangan daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah. Seiring dengan peningkatan pembangunan tersebut, maka pemerintah daerah berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembangunan yang diatur dengan sistem perimbangan keuangan antara pusat dan daerah mendapatkan pembagian dana perimbangan. Untuk itu kebijakan yang dilakukan untuk meningkatkan dana perimbangan antara lain melalui:

1. Melakukan upaya koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk lebih mengoptimalkan pendapatan daerah yang bersumber dari APBN dan APBD Provinsi Jawa Tengah guna peningkatan pembangunan sarana prasarana perekonomian dan pelayanan publik.

2. Melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan yang bersumber dari Bagi Hasil Pajak untuk mendukung pendapatan yang bersumber dari dana perimbangan daerah.

d. Strategi Peningkatan Kinerja Keuangan Perusahaan Daerah

Pemberdayaan Kinerja Keuangan Perusahaan Daerah sebagai salah satu alternatif sumber pembiayaan daerah dapat ditempuh melalui strategi :

1. Reformasi Misi Perusahaan Daerah

a) Perusahaan Daerah sebagai salah satu pelaku ekonomi daerah dapat mendayagunakan aset daerah untuk mewujudkan kemakmuran rakyat;

b) Perusahaan Daerah adalah penyedia pelayanan umum yang menjaga kualitas, kuantitas dan kontinuitas pelayanan;

c) Perusahaan Daerah mampu berperan sebagai pendukung perekonomian daerah dengan memberikan kontribusi kepada APBD, baik dalam bentuk pajak maupun deviden dan mendorong pertumbuhan perekonomian daerah melalui multiplier effect yang tercipta dari kegiatan bisnis yang efisien seperti bertambahnya lapangan kerja dan kepedulian sosial; dan

(7)

2. Restrukturisasi Perusahaan Daerah

Langkah-langkah untuk meningkatkan kinerja dan kesehatan Perusahaan Daerah, yaitu tindakan yang ditujukan untuk membuat setiap Perusahaan Daerah menghasilkan laba termasuk mengubah mekanisme pengendalian oleh Pemerintah Daerah yang semula kontrol secara langsung melalui berbagai bentuk perizinan, aturan, dan petunjuk menjadi kontrol yang berorientasi kepada hasil. Artinya Pemerintah Daerah selaku pemegang saham hanya menentukan target kuantitatif dan kualitatif yang menjadi performance indicator yang harus dicapai oleh manajemen, misalnya Return On Equity (ROE) tertentu yang didasarkan kepada benchmarking kinerja yang sesuai dengan perusahaan sejenis; Pengkajian secara komprehensif terhadap keberadaan Perusahaan Daerah, karena selama ini Perusahaan Daerah dianggap kurang tepat bila disebut sebagai lembaga korporasi, khususnya, dikaitkan dengan upaya pemberdayaan BUMD agar dapat menjadi salah satu sumber keuangan daerah;

Restrukturisasi Perusahaan Daerah dengan prinsip Good Corporate Governance dapat dikelompokkan kedalam 2 (dua) kelompok yaitu :

a) Kelompok Perusahaan Daerah PDAM dimana tersedia berbagai pilihan restrukturisasi Perusahaan yang dapat dilakukan tergantung permasalahan yang dihadapi dan potensi yang tersedia; dan

b) Kelompok Perusahaan Daerah Non PDAM, dapat diselesaikan secara kasus per kasus dengan berbagai pilihan sesuai dengan visi pengelolaan Perusahaan Daerah yang bersangkutan.

3. Profitisasi Perusahaan Daerah

Profitisasi Perusahaan Daerah dalam rangka menghasilkan keuntungan atau laba serta memberikan kontribusi pada Pemerintah Daerah yaitu dapat dilakukan sebagai berikut : a) Melakukan proses penyehatan perusahaan secara menyeluruh dengan meningkatkan

kompetensi manajemen dan kualitas Sumber Daya Manusia;

b) Mengarahkan Perusahaan Daerah untuk dapat berbisnis secara terfokus dan terspesialisasi dengan pengelolaan yang bersih, transparan dan professional;

c) Bagi Perusahaan Daerah yang misi utama untuk pelayanan publik dan pelayanan sosial, diberikan sasaran kuantitatif dan kualitatif tertentu;

d) Memberdayakan Direksi dan Badan Pengawas yang dipilih dan bekerja berdasarkan profesionalisme melalui proses fit and proper test;

e) Merumuskan kebijakan yang diarahkan kepada tarif yang wajar, kenaikan harga produk (minimal menyesuaikan dengan inflasi, tarif listrik, BBM, dan lain-lain) untuk menghindarkan biaya produksi yang jauh lebih mahal, sehingga profit dapat diraih.

4. Privatisasi Perusahaan Daerah

(8)

didahului Initial Public Offering (IPO). Penataan dan penyehatan Perusahaan Daerah yang usahanya bersinggungan dengan kepentingan umum dan bergerak dalam penyediaan fasilitas publik ditujukan agar pengelolaan usahanya menjadi lebih efisien, transparan, profesional. Hubungan kemitraan dapat dilaksanakan dalam bentuk kerjasama usaha yang saling menunjang dan menguntungkan antara koperasi, swasta, dan Perusahaan Daerah, serta antara usaha besar, menengah dan kecil dalam rangka memperkuat struktur ekonomi nasional. Bagi Perusahaan Daerah yang usahanya tidak berkaitan dengan kepentingan umum didorong untuk privatisasi melalui pasar modal.

Perusahaan Daerah infrastruktur tentunya harus dikelola secara profesional sehingga kinerjanya dapat ditingkatkan dan mampu menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak operator swasta dan Pemerintah Daerah. Aliansi stragis dengan operator swasta sangat dibutuhkan untuk mengisi peluang usaha telekomunikasi yang kompetitif pada segmen pasar tertentu. Sebagai konsekuensi logis implementasi otonomi daerah, maka peranan Pemerintah Daerah sebagai salah satu stakeholder mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam penentuan arah kebijakan publik di daerahnya. Untuk itu perlu dikaji lebih mendalam pengembangan kerjasama Pemerintah Daerah dengan pihak swasta, baik langsung maupun melalui Perusahaan Daerah dalam dalam rangka menjalin hubungan kemitraan yang saling menguntungkan.

Untuk memelihara sense of belonging, daerah/Perusahaan Daerah dan masyarakat dapat diberi peluang untuk memiliki sebagian saham Perusahaan Daerah tertentu yang berusaha di daerahnya sehingga merasa ikut memiliki dan turut bertanggung jawab atas keberhasilan usahanya. Dalam upaya optimalisasi sumber-sumber pembiayaan dan investasi bagi daerah otonom, diperlukan dukungan pemerintah dalam berbagai bentuk pembinaan dan pengawasan di berbagai bidang.

e. Strategi Peningkatan Peran Masyarakat Dan Dunia Usaha Dalam Pembiayaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya dapat dilakukan melalui :

1. Meningkatkan intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan pendapatan asli daerah melalui pajak daerah dan retribusi daerah.

Intensifikasi salah satu cara dari yang dapat dilakukan oleh Pemerintah daerah memaksimalkan mitra kerja (peran masyarakat dan dunia usaha) yang ada saat ini, dimana Pemerintah Daerah mengintensifkan penerimaan melalui pajak dan retribusi yang sudah ada saat ini.

Ekstensikasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan Pemerintah Daerah dalam memaksimalkan mitra kerja yaitu dari pihak Dispenda mencari sumber-sumber pajak dan retribusi yang baru sehingga dapat meningkatkan PAD.

2. Meningkatkan kesadaran hukum para wajib pajak dan wajib retribusi.

(9)

3. Mengembangkan sistem informasi manajemen di bidang pendapatan.

Pengembangan sistem informasi manajemen di bidang pendapatan dapat dilakukan sebagai upaya reformasi keterbukaan APBD daerah, sehingga masyarakat dan dunia usaha merasa ikut andil dalam pembangunan.

f. Strategi Pendanaan Untuk Operasi, Pemeliharaan Dan Rehabiltasi Infrastruktur

Permukiman Yang Sudah Ada

Strategi pendanaan yang dapat dilakukan oleh Kabupaten Tegal dalam operasionalisasi, pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur permukiman dapat melalui :

1. Optimalisasi penyerapan pendanaan melalui APBN dan APBD Provinsi

Dalam usaha peningkatan pendanaan melalui APBN dan APBD Provinsi, beberapa upaya yang perlu dilakukan adalah :

a. Melengkapi semua persyaratan dalam upaya penyerapan pendanaan melalui APBN dan APBD

b. Menyiapkan DDUB sesuai kebutuhan fungsional dan rencana pemanfaatan sistem yang akan diajukan dengan pendanaan APBN, APBD Provinsi

c. Penyiapan MoU antara pengembang dan Pemerintah Kabupaten Tegal untuk pekerjaan bidang Cipta Karya yang memerlukan MoU

2. Peningkatan penarikan pajak dan retribusi daerah

Gambar

Tabel 5.1. Perkembangan Alokasi APBD untuk Bidang Cipta Karya Kab Tegal 2015-2017  (Dalam Juta Rupiah)
Tabel 5.2. Matriks Potensi Pendanaan Bidang Cipta Karya  Bersumber APBN Kabupaten Tegal

Referensi

Dokumen terkait

Pace & Faules (1998:157-160) mengembangkan Inventaris Iklim Komunikasi (IIK) yang dirancang untuk mengukur enam “pengaruh komunikasi”, yang ditentukan dalam

Informan yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah sembilan mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang menjalin hubungan pertemanan dengan mahasiswa

Masalah-masalah yang dialami oleh setiap individu termasuk ibu rumah tangga terinfeksi HIV tersebut membutuhkan suatu kemampuan yang dapat membantu dirinya untuk

Mada Tahun 2009 menulis tesis dengan judul Label Halal pada Kemasan Produk Makanan dan Minuman sebagai Jaminan Perlindungan Hukum bagi Konsumen Muslim di

bahwa dalam rangka pemberdayaan dan peningkatan kualitas sumber daya masyarakat, sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dan Peraturan

Uang Leges adalah Biaya legalisasi yang dinyatakan dalam bentuk surat berharga berupa materai leges yang ditempelkan pada Surat-surat Izin, Surat

Setelah melakukan analisis, tahap selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti berpedoman pada NDLC adalah tahap perancangan (desain). Adapun tools yang digunakan dalam

Sehubungan dengan ketentuan Pasal 55 ayat (2) yang memungkinkan terjadinya perbedaan penafsiran mengenai penjelasan Undang-Undang menyatakan bahwa yang dimaksud