• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum, harus diakui bahwa kondisi pendidikan di tanah air belum dapat memenuhi apa yang menjadi harapan semua pemangku kepentingan pendidikan (stakeholders). Kinerja sistem pendidikan di Indonesia belum dapat dibanggakan, walau pun itu hanya pada skala ukuran Asia. Hasil survei lembaga Political and Economic Risk Consultancy (PERC) menempatkan posisi sistem pendidikan di Indonesia adalah terburuk di kawasan Asia. Dari 12 negara yang disurvei oleh PERC, ternyata Korea Selatan dinilai memiliki sistem pendidikan yang terbaik, disusul Singapura, Jepang dan Taiwan, India, Cina, serta Malaysia, sedangkan Indonesia berada pada urutan ke-12, setingkat di bawah Vietnam.

Selama ini memang telah terjadi kesenjangan (gap) mutu pendidikan di tanah air, yang ditemukan dalam berbagai fenomena permasalahan pendidikan. Berbagai persoalan pendidikan banyak dikeluhan masyarakat luas yang memberi gambaran bahwa kinerja dunia pendidikan belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat. Akibatnya, masyarakat menjadi bersikap pesimistik, apatis dan negatif terhadap penyelenggaraan sistem pendidikan nasional. Berbagai kesenjangan yang berhubungan dengan aksesibilitas dan mutu pendidikan di tanah air berhubungan dengan ragam persoalan yang menyangkut tingginya tingkat kemiskinan pendudukan, dan tingkat pengangguran penduduk yang menyebabkan terjadinya : (1) rendahnya tingkat aksesibiltas penduduk miskin terhadap pendidikan bermutu, (2) tingginya angka putus sekolah dari masyarakat miskin, (3) rendahnya mutu dan relevansi antara output pendidikan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja, (4) rendahnya daya saing dan keunggulan mutu lulusan pendidikan nasional di pasar kerja global. (5) produk pendidikan yang memberikan kontribusi pada tingginya angka persoalan sosial yang mengganggu ketertiban/keamanan di masyarakat (seperti kasus anak jalanan, kenakalan remaja, penyalahgunaan narkoba/HIV, kriminaltas, dll), (6) produk pendidikan yang kehilangan pada nilai-nilai jati diri, karakter, budaya dan wawasan kebangsaan.

Menjadi tugas dan peran negara melalui penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan maju yang mendorong terwujudnya SDM yang unggul dan berdaya saing, agar mampu berkompetisi dalam lingkungan masyarakat global. Dimensi pengembangan SDM telah menjadi bagian dari cita-cita atau tujuan (goals) bangsa Indonesia, sebagaimana dituangkan dalam Pembukaan UUD 1945, yakni : di antaranya adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Dengan mempertimbangkan beberap hal tersebut maka ditetapkan Visi Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2025 : ”Insan Indonesia Cerdas Kompetitif Tahun 2025”, melalui penyelenggaraan pembangunan Sistem Pendidikan Nasional sebagaimana diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003, dengan menggunakan 3 (tiga) strategi pembangunan sebagai pilar, yaitu : (1) Investasi Akses, (2) Peningkatan Mutu, Relevansi dann Daya Saing, (3) Tata Kelola, Akuntabilitas dan Pencitraan Publik. Penyelanggaraan Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional tersebut dilaksanakan pada setiap jalur, jenjang dan satuan pendidikan, melalui berbagai program dan kegiatan pembangunan pendidikan.

Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi Jawa Barat menjelaskan dalam visi jangka panjang pembangunan Jawa Barat 2005-2025 yakni : “Dengan Iman dan Taqwa Provinsi Jawa Barat Termaju di Indonesia“. Secara bertahap menuju pencapaian visi tersebut telah ditempuh rangkaian tahapan pembangunan Provinsi

(2)

Jawa Barat, yakni Tahap I, Periode 2005-2008 yang disebut Tahapan Penataan dan Persiapan Pranata Pendukung Melalui Kualitas SDM; Tahap II, Periode 2008-2013 yang disebut Tahapan Penyiapan Kemandirian Masyarakat Jawa Barat dan pada saat ini telah memasuki Tahap III, Periode 2013-2018 yang disebut Tahapan Memantapkan Pembangunan Secara Menyeluruh. Pada Tahap III periode 2013-2018 telah dirumuskan Visi Pembangunan Jawa Barat Tahun 2013-2018 yaitu “Jawa Barat Maju dan Sejahtera Untuk Semua”.

Dalam rangka mencapai visi pembangunan Jawa Barat tersebut, maka misi pertama yang telah dirumuskan adalah Membangun Masyarakat Yang Berkualitas dan Berdaya Saing. Kebijakan strategis yang ditempuh dalam rangka mewujudkan misi pertama tersebut antara lain : 1) Peningkatan kualitas dan daya saing masyarakat Jawa Barat melalui pendidikan yang unggul, terjangkau, merata dan terbuka; 2) Pelayanan kesehatan bagi semua dan revitalisasi infrastruktur kesehatan; 3) Peningkatan kemandirian masyarakat melalui pemenuhan dan perlindungan terhadap kebutuhan dasar dan hak dasar manusia; dan 4) Pengokohan ketahanan keluarga sebagai basis ketahanan sosial.

Berdasarkan kebijakan strategi Peningkatan kualitas dan daya saing masyarakat Jawa Barat melalui pendidikan yang unggul, terjangkau, merata dan terbuka maka salah satu program pembangunan pendidikan di Jawa Barat yang telah dirancang di antaranya adalah : Peningkatan dan perluasan sarana dan kapasitas pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang disertai dengan program alokasi anggaran pendidikan 20% dari APBD yang lebih efektif, program peningkatan kesejahteraan guru dan didukung program pendidikan gratis pada jenjang SD, SMP dan SMK/SMA/MA. Di samping itu harus diteruskan paradigma penyelenggaran pembangunan pendidikan di Jawa Barat yang telah dilaksanakan selama ini dengan dengan lebih melibatkan peran dan partisipasi masyarakat, dan Daerah (Kabupaten/Kota).

Penyelenggaraan pembangunan pendidikan di tanah air diharapkan dapat menjawab berbagai kebutuhan dan kepentingan bangsa Indonesia pada saat ini dan ke depan. Pendidikan diharapkan dapat menciptakan keunggulan dan daya saing bangsa menghadapi globalisasi, serta dapat memenuhi tuntuan proses demokratisasi dan reformasi penyelenggaraan pemerintahan dari sentralistik ke desentralisasi. Pada era desentralisasi diharapkan pembangunan pendidikan semakin dapat mewujudkan penyelenggaraan layanan pendidikan yang bermutu kepada masyarakat di Daerah, sesuai asas-asas penyelenggaraan otonomi daerah. Dengan demikian pembangunan pendidikan akan dapat menjadi ”a good public policy” pada era Otonomi Daerah.

Dalam rangka Otonomi Daerah sebagaimana diatur melalui UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka Pemerintah menerbitkan PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dalam rangka mengatur pembagian kewenangan dalam rangka desenstralisasi. Dalam Pasal 2 ayat (1) dijelaskan bahwa urusan pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah dan urusan pemerintahan yang dibagi bersama antara tingkatan dan/atau susunan pemerintahan. PP No. 38 Tahun 2007 pada Pasal 2 ayat (5) menjelaskan bahwa bidang pendidikan yang menjadi salah satu bidang yang dibagi bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Dalam rangka penyelenggaraan satuan pendidikan, maka setiap satuan pendidikan di Daerah, diharuskan memenuhi kebutuhan minimun terhadap 8 (delapan) komponen standar nasional pendidikan sebagaimana diatur dalam PP No. 32 Tahun 2013, yang mencakup : (1) standar isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar tenaga pendidikan dan kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan. Karena itulah,

(3)

maka Provinsi Jawa Barat dalam rangka penyelenggaraan satuan pendidikan yang bermutu maka secara bertahap di Jawa Barat, sesuai dengan urusan kewenangan Provinsi yang telah di atur dalam PP No. 38 Tahun 2007, maka pada tahun 2009 berupaya melakukan pemenuhan terhadap standar sarana dan prasarana pendidikan pada semua jenjang satuan pendidikan.

Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mulai tahun 2013 dalam rangka Program Pendidikan Menengah Universal (PMU), telah meluncurkan Program Bantuan Operasional Sekolah Menengah di seluruh Indonesia. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ini adalah program utama dari perwujudan program PMU, dengan maksud memberikan bantuan kepada sekolah/ madrasah untuk memenuhi biaya operasional sekolah/madrasah dalam rangka memberikan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu.

Untuk mendukung program BOS Pusat pada sekolah menengah di atas, maka Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada tahun anggaran 2014 menyelenggarakan pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Dikmen langsung kepada Sekolah-sekolah, dengan mengacu pada ketentuan Undang-Undang Nomo 20 tahun 2003, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 32 Tahun 2011. yang telah diubah menjadi Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 39 Tahun 2011, tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Selain itu, Hibah langsung kepada Sekolah-sekolah/madrasah di Jawa Barat terntunya dimaksudkan sebagai upaya untuk semakin mendorong Pemerintah Provinsi Jawa Barat melakukan pemenuhan terhadap ketentuan-ketentuan pendanaan pendidikan, sebagaimana diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003, dan secara khusus dalam PP No. 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan.

Secara khusus pada jenjang SMK/SMA/MA, pemberian Hibah langsung ke sekolah-sekolah/madrasah dilakukan melalui Kegiatan Pemberian Bantuan Operasional Sekolah/madrasah (BOS) SMK/SMA/MA Provinsi Tahun 2014, sebagai pelengkap BOS SMK/SMA/MA Pusat Tahun 2014, guna membantu sekolah-sekolah/madrasah memenuhi biaya operasional sekolah. Dalam rangka membangun koordinasi dan sinergitas pelaksanaan Kegiatan Pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) SMK/SMA/MA Provinsi Tahun 2014, dengan Pemerintah Pusat, kabupaten/kota di seluruh Provinsi Jawa Barat, dan sekolah; dengan tetap memperhatian prinsip-prinsip penyelenggaraan otonomi daerah, dan tetap memperhatikan azas-azas tertib admistrasi, efektif, efisien, transparan dan akuntabel, kepatutan dan saling percaya (mutual trust) maka Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat menyusun sebuah “Pedoman Bantuan Operasional Sekolah (BOS) SMK/SMA/MA Provinsi Jawa Barat Tahun 2014”.

B.Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat Berita Negara tanggal 4 Juli 1950);

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1400);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

(4)

5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301);

6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437); jo. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Paraturan Pemerintah Pengganti Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4493);

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

9. Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693);

10. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP);

11. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

12. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

13. Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4864);

14. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

15. Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

16. Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

17. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah yang terakhir dengan Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012;

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

(5)

19. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.39 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 32 Tahun 2011 Pedoman Pemberian Hibah Dan Batuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran;

20. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.76 Tahun 2012, tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Laporan Keuangan Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2013. 21. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 2008 tentang Buku Teks

Pelajaran.

22. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.

23. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 060/U/2002 tentang Pedoman Pendirian Sekolah,

24. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 1 Tahun 2009 tentang Pokok-pokok Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 11 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 47);

25. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 12 Tahun 2008 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 11 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 48);

26. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 7 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 6 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 43);

27. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 9 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 8 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 45);

28. Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 108 Tahun 2009 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Jawa Barat (Berita Daerah Tahun 2009 Nomor 181 Seri E);

29. Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 92 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan APBD Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Berita Daerah Tahun 2009 Nomor 164 Seri E);

30. Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 63 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Pergub Jabar No. 55 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penganggaran, Pelaksanaan dan Penatausahaan, Pertanggungjawaban dan Pelaporan serta Monitoring dan Evaluasi Belanja Hibah dan Belanja Bansos Yang Bersumber Dari APBD

31. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 910/Kep.1166-Pdb/2012 tentang Standar Biaya Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2014;

32. Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

33. Surat Edaran Dirjen Pajak Departemen Keuangan Republik Indonesia No. SE-02/13)12006, tentang Pedoman Pelaksanaan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Sehubungan dengan Penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) oleh Bendaharawan atau Penanggungjawab Pengelolaan Penggunaan Dana BOS di Masing-Masing Unit Penerima BOS.

(6)

C.Pengertian

1. BOS SMK/SMA/MA Provinsi Jawa Barat adalah program Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat berupa pemberian dana langsung ke SMK/SMA/MA sebagai pendamping BOS Pusat yang diberikan kepada sekolah/madrasah Negeri maupun Swasta dimana besarnya dana bantuan yang diterima sekolah/madrasah dihitung berdasarkan jumlah siswa masing-masing sekolah/madrasah dikalikan satuan biaya (unit cost) bantuan; 2. Dana BOS SMK/SMA/MA Provinsi Jawa Barat adalah bantuan dana untuk membantu

sekolah menengah atas/madrasah aliyah/sekolah menengah kejuruan dalam membantu memenuhi biaya operasional sekolah;

3. Dana BOS SMK/SMA/MA Provinsi Jawa Barat merupakan Hibah yang disalurkan kepada sekolah/madrasah sebagai satuan pendidikan dalam menunjang pencapaian sasaran program dan kegiatan Pemerintah Daerah di bidang pendidikan sesuai dengan kebutuhan dasar minimal melalui kegiatan penyediaan aksesibilitas dan penguatan kelembagaan sekolah.

D.Tujuan

1. Tujuan Umum :

Tujuan umum BOS SMK/SMA/MA Provinsi Di Jawa Barat adalah mewujudkan layanan pendidikan SMK/SMA/MA di Jawa Barat yang bermutu, terjangkau, dan terbuka bagi semua, dalam mewujudkan Pendidikan Menengah Universal (PMU).

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus BOS SMK/SMA/MA Provinsi di Jawa Barat adalah : a. Membantu biaya operasional sekolah;

b. Mengurangi angka putus sekolah siswa SMK/SMA/MA;

c. Meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) siswa SMK/SMA/MA;

d. Mewujudkan keberpihakan pemerintah bagi siswa SMK/SMA/MA dengan cara meringankan biaya sekolah;

e. Memberikan kesempatan bagi siswa SMK/SMA/MA untuk mendapatkan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu;

f. Membantu pelaksanaan program pendidikan Karakter, Pendidikan Kebangsaan dan Bela Negara, Pembinaan Kewirausahaan, Pembinaan penaggulangan HIV/Narkoba dan Pembinaan penanggulangan kenakalan remaja/kriminalitas di sekolah menengah.

E.Sasaran Program dan Besar Bantuan

Sasaran program adalah SMK/SMA/MA Negeri dan Swasta di seluruh Provinsi Jawa Barat. Besar bantuan per sekolah/madrasah diperhitungkan dari jumlah siswa, satuan biaya adalah besaran satuan biaya per siswa per tahun. Prakiraan bantuan Hibah BOS jenjang Dikmen untuk Tahun 2014 sebagai berikut:

Program Jumlah Siswa Satuan Biaya (Rp) Total Alokasi (Rp)

BOS SMK Negeri 209.501 300.000 62.850.300.000,-

BOS SMA Negeri 358.153 200.000 71.630.600.000,-

BOS MA Negeri 50.484 200.000 10.096.800.000,-

BOS SMK Swasta 610.351 500.000 305.175.500.000,-

BOS SMA Swasta 150.666 400.000 60.266.400.000,-

BOS MA Swasta 118.237 400.000 47.294.800.000,-

Jumlah 1.493.601 557.314.400.000,-

Bantuan yang diterima sekolah/madrasah dihitung berdasarkan jumlah siswa per sekolah/madrasah dikalikan satuan biaya BOS SMK/SMA/MA.

(7)

Rincian sasaran penerima BOS SMK/SMA/MA di Provinsi Jawa Barat untuk masing-masing kabupaten/kota terlampir.

F. Waktu Penyaluran Dana

Pada tahun Anggaran 2014, sesuai dengan alokasi anggaran pada APBD, BOS SMK/SMA/MA akan disalurkan sebanyak 2 (dua) kali, yaitu pada bula Maret untuk periode Januari-Juni dan pada bulan September untuk untuk periode Juli-Desember.

G.Kriteria Penerima

1. Seluruh SMK/SMA/MA Negeri dan Swasta di seluruh Provinsi Jawa Barat yang telah memiliki ijin operasional, ijin pendirian atau Surat Keterangan Operasional Sekolah/Madrasah dari Lembaga berwenang;

2. Sebagai wujud keberpihakan terhadap siswa miskin atas pengalokasian dana BOS SMK/SMA/MA, sekolah/madrasah diwajibkan untuk membebaskan dan/atau membantu siswa miskin dari kewajiban membayar iuran sekolah/madrasah dan biaya-biaya untuk kegiatan ekstrakurikuler siswa;

3. Mengikuti Panduan BOS SMA/SMA/SMK yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat;

H.Persyaratan Penerima

1. Telah mengisi data pokok sekolah/madrasah pada masing-masing Kabupaten/Kota; 2. Mengajukan Usulan Penerima BOS;

3. Menyerahkan kelengakapn administrasi berupa:

a. Akta Notaris mengenai pendirian lembaga atau dokumen lain yang dipersamakan; b. Surat Pernyataan Tanggungjawab;

c. NPWP;

d. Surat Keterangan Domisili Lembaga dari Desa/Kelurahan setempat; e. Izin operasional/tanda daftar lembaga dari instansi yang berwenang;

f. Bukti kontrak sewa gedung/bangunan, bagi lembaga yang kantornya menyewa; g. Salinan/fotocopy Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku atas nama ketua dan

sekretaris atau sebutan lain.

Persyaratan sebagaimana tersebut pada point I.c s.d. I.g cukup disampaikan hanya satu kali pada saat pengajuan pencairan pertama. Apabila terdapat perubahan, maka pada tahap usulan berikutnya hanya disampaikan dokumen untuk data yang berubah saja.

I. Penolakan Dana Bantuan BOS.

Apabila SMK/SMA/MA menolak menerima BOS Provinsi maka harus dibuat Surat Pernyataan Menolak disertai alasan yang jelas, ditandatangani oleh paling sedikit 10% Orang Tua Siswa, Komite Sekolah, Kepala Sekolah dan diketahui Kepala Dinas Pendidikan untuk SMK-SMA, serta oleh Kepala Kemenag Kabupaten/Kota untuk MA, dilaporkan kepada Tim Pengelola BOS di Kabupaten/Kota untuk diteruskan kepada Tim Pengelola BOS Provinsi.

(8)

BAB II

PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) SMK/SMA/MA PROVINSI JAWA BARAT DALAM PENDANAAN PENDIDIKAN

A. Peranan Program BOS Provinsi Untuk SMK/SMA/MA Dalam Pelaksanaan

Program Pendidikan Menengah Universal (PMU)

Program BOS SMK/SMA/MA merupakan salah satu program utama pemerintah yang bertujuan mendukung keberhasilan program PMU yang dirintis pada tahun 2013. Seluruh stakeholder pendidikan wajib memperhatikan pentingnya program BOS SMK/SMA/MA yaitu:

1. Memberikan kesempatan yang setara bagi semua siswa untuk mendapatkan layanan pendidikan menengah yang terjangkau dan bermutu.

2. Merupakan sarana panting untuk meningkatkan akses layanan pendidikan menengah yang terjangkau dan bermutu.

3. Menyediakan sumber dana bagi sekolah untuk mencegah siswa miskin putus sekolah karena tidak mampu membayar iuran sekolah dan biaya ekstrakulikuler sekolah.

4. Mendorong dan memberikan motivasi kepada pemerintah daerah serta masyarakat yang mampu, untuk memberikan subsidi kepada siswa miskin.

B. Program BOS SMK/SMA/MA Dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Program ini memberikan dukungan kepada sekolah dalam menerapkan konsep MBS yaitu: kebebasan untuk perencanaan, pengelolaan dan pengawasan program yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing sekolah. Penggunaan dana semata-mata ditujukan hanya untuk kepentingan peringkatan layanan pendidikan. Pengelolaan program BOS SMK/SMA/MA Provinsi menjadi kewenangan sekolah secara mandiri dengan mengikutsertakan komite sekolah dan masyarakat.

C. Skenario Pendanaan Pendidikan Menengah

Pendanaan pendidikan menengah merupakan upaya untuk menyediakan sejurnlah dana yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan proses pendidikan di sekolah menengah. Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan menyebutkan bahwa biaya pendidikan meliputi: (a) Biaya Investasi Sekolah (Pengelolaan Pendidikan), (b) Biaya Operasional Sekolah (Biaya di Satuan Pendidikan), dan (c) Biaya Pribadi Peserta Didik.

(9)

Gambar 1. Skenario Pembiayaan Pendidikan Menengah

Biaya Pengelolaan Pendidikan (Investasi)

Biaya Satuan Pendidikan (Operasional)

Biaya Pribadi Peserta Didik

Biaya Investasi SDM

· Pengembangan Guru dan Tenaga Kependidikan

Uang Saku

Akomodasi dan Transportasi Pakaian dan Perlengkapan Biaya Operasi Non

Personalia (Permendiknas No. 59 Tahun 2009)

· ATK

· Daya dan Jasa

· Penerimaan Siswa Baru

· Barang habis pakai

· Dan lainnya

Buku dan Alat Tulis Biaya Operasi Personalia

· Gaji dan Tunjangan Guru dan Tenaga Kependidikan Biaya Investasi Sarana

Prasarana

· Lahan

· Bangunan

· Peralatan

Kursus Tambahan

Biaya investasi sekolah meliputi biaya investasi untuk meningkatkan kemampuan pendidik dan tenaga kependidikan (PTK), dan biaya investasi sarana dan prasarana. Sedangkan, biaya operasional sekolah meliputi biaya operasional personalia untuk gaji dan tunjangan PTK dan biaya operasional non personalia. Adapun biaya pribadi peserta didik merupakan biaya yang ditanggung oleh siswa untuk mengikuti proses pembelajaran secara berkelanjutan.

Pemerintah berusaha memenuhi pendanaan pendidikan untuk ketiga kategori biaya tersebut melalui mekanisme pemberian bantuan langsung baik ke sekolah, PTK, dan siswa. Biaya investasi sekolah dipenuhi melalui penyediaan Hibah atau Bansos sarana dan prasarana sekolah. Sedangkan biaya operasional sekolah non personalia berusaha dipenuhi melalui penyediaan dana untuk operasional sekolah melalui program Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Adapun, biaya operasional personalia berusaha dipenuhi melalui pemberian tunjangan guru. Sementara itu, untuk meningkatkan 'daya beli' siswa terhadap layanan pendidikan SM dan mencegah siswa putus sekolah, pemerintah mengalokasikan dana Bantuan Biaya Pendidikan melalui program Bantuan Khusus Siswa Miskin (BKSM) yang dapat digunakan siswa untuk biaya pribadi peserta didik.

(10)

BAB III

IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) SMK/SMA/MA PROVINSI JAWA BARAT

A. Peruntukan Dana BOS SMK/SMA/MA Provinsi Jawa Barat

1. Peruntukan Dana BOS Provinsi untuk Belanja Personalia

Penggunaan dana BOS Provinsi Jenjang Dikmen Tahun 2014 diprioritaskan untuk belanja Personalia yakni untuk membiayai Kegiatan Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam rangka pemenuhan standar pelayanan minimal (SPM) di sekolah, antara lain untuk membayar honor bulanan Tenaga Pendidik Honorer yang mengajar mata pelajaran sesuai dengan kualifikasinya dan untuk membayar honor Tenaga Kependidikan Honorer.

Peruntukan dana BOS Provinsi yag dibayarkan kepada Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan Honorer adalah sebagai berikut :

No. Kelompok

Personal Peruntukan Dana/Kegiatan Keterangan a. Tenaga Pendidik

Honorer

1) Honor mengajar mata pelajaran sesuai dengan struktur kurikulum yang digunakan;

2) Honor penyusunan naskah soal untuk ujian semester dan ujian sekolah;

3) Honor Pengawasan &

Pemeriksaan Hasil Ujian Sekolah (SMK/SMA/MA) dan Uji

Kompetensi Keahlian Praktek (Khusus SMK Kls XII); 4) Honor pembinaan

ekstrakurikuler pada kegiatan Pendidikan Karakter, Pendidikan Kebangsaan, Pembinaan

Kewirausahaan, Pembinaan penanggulangan HIV/Narkoba dan Pembinaan penanggulangan kenakalan remaja/kriminalitas. SK dari Kepala Sekolah/Madrasah b. Tenaga Kependidikan Honorer

1) Honor Tenaga layanan administrasi/ penatausahaan kegiatan sekolah/ madrasah; 2) Honor Tenaga layanan

perpustakaan;

3) Honor Tenaga layanan pembelajaran praktikum/ laboratorium;

4) Honor Tenaga layanan umum (caraka, keamanan, kebersihan).

SK dari Kepala Sekolah/Madrasah

Standar pembayaran honorarium disesuaikan dengan standar yang diberlakukan di masing-masing sekolah/madrasah dengan mempertimbangkan faktor keadilan dan beban kinerja masing-masing personil.

(11)

2. Peruntukan Dana BOS Provinsi untuk Belanja Non Personalia

Dana BOS Provinsi Jawa Barat untuk jenjang Dikmen Tahun 2014 dapat pula digunakan untuk belanja non-Personalia sebagai berikut :

a. Peruntukan Dana BOS untuk SMK

No. Peruntukan Dana Penjelasan

1. Pembelian/penggandaan buku teks pelajaran

Biaya untuk mengganti buku yang rusak dan menambah referensi buku teks pelajaran

2. Pembelian alat tulis sekolah yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran

Pengadaan alat tulis sekolah yang dibutuhkan untuk pengelolaan sekolah dan proses belajar mengajar

3. Penggandaan soal dan penyediaan lembar jawaban siswa dalam kegiatan ulangan dan ujian

Meliputi ulangan harlan, ulangan umum dan ujian sekolah.

4. Pembelian bahan habis pakai Meliputi pembelian: bahan praktikum IPA, bahan praktikum IPS, bahan praktikum bahasa, bahan praktikum computer, bahan praktek kejuruan, dan bahan-bahan olah raga/kesenian, tinta dan toner printer.

5. Penyelenggaraan kegiatan pembinaan

siswa/ekstrakulikuler

Biaya untuk menyelenggarakan kegiatan pembinaan siswa melalui kegiatan ekstrakulikuler seperti: Pramuka, Palang Merah Remaja (PMR), Kegiatan

Pembinaan Olimpiade Sains, Seni, dan Olahraga.

6. Pemeliharaan dan perbaikan ringan sarana prasarana sekolah

Biaya untuk memelihara dan memperbaiki sarana dan prasarana sekolah untuk mempertahankan kualitas sarana dan prasarana sekolah agar layak digunakan. Contoh pengecatan,

perbaikan atap, perbaikan pintu dan jendela, perbaikan meubelair,

perbaikan lantai, perbaikan kamar mandi, perbaikan papan tulis, dan perawatan fasilitas sekolah lainnya.

7. Langganan daya dan jasa lainnya

Biaya untuk membayar langganan daya dan jasa yang mendukung kegiatan belajar mengajar seperti: listrik, telefon, air, internet dan lainnya.

8. Kegiatan penerimaan siswa baru

Biaya untuk penggandaan formulir pendaftaran dan administrasi

pendaftaran. Meliputi biaya fotocopy dan konsumsi panitia penerimaan siswa baru. 9. Penyusunan dan pelaporan Biaya untuk menyusun dan mengirimkan

laporan sekolah kepada pihak

berwenang. Meliputi biaya fotocopy dan konsumsi penyusunan laporan.

(12)

No. Peruntukan Dana Penjelasan 10. Penyelenggaraan kegiatan uji

kompetensi

Biaya untuk penyelenggaraan kegiatan ujian kompetensi bagi siswa SMK. 11. Penyelenggaraan praktek

kerja industri

Biaya untuk penyelenggaraan praktek kerja industri.

b. Peruntukan Dana BOS untuk SMA/MA

No. Peruntukan Dana Penjelasan

1. Pembelian/penggandaan buku

teks pelajaran

Biaya untuk mengganti buku yang rusak dan menambah referensi buku teks pelajaran 2. Pembelian alat tulis sekolah

yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran

Pengadaan alat tulis sekolah yang

dibutuhkan untuk pengelolaan sekolah dan proses belajar mengajar

3. Penggandaan soal dan

penyediaan lembar jawaban siswa dalam kegiatan ulangan dan ujian

Meliputi ulangan harian, ulangan umum dan ujian sekolah.

4. Pembelian bahan habis pakai Meliputi pembelian bahan praktikum IPA, bahan praktikum IPS, bahan praktikum bahasa, bahan praktikum computer, bahan praktek keterampilan, dan bahan-bahan olah raga/kesenian, kebersihan, kesehatan dan keselamatan kerja, tinta, toner printer.

5. Penyelenggaraan kegiatan

pembinaan siswa/ ekstrakulikuler

Biaya untuk menyelenggarakan kegiatan pembinaan siswa melalui kegiatan ekstrakulikuler seperti: Pramuka, Palang Merah Remaja (PMR), Kegiatan Pembinaan Olimpiade Sains, Seni, dan Olahraga. 6. Pemeliharaan dan perbaikan

ringan sarana prasarana sekolah

Biaya untuk memelihara dan memperbaiki sarana dan prasarana sekolah untuk mempertahankan kualitas sarana dan prasarana sekolah agar layak digunakan. Contoh pengecatan, perbaikan atap, perbaikan pintu dan jendela, perbaikan meubelair,

perbaikan lantai, perbaikan kamar mandi, perbaikan papan tulis, dan perawatan fasilitas sekolah lainnya.

7. Langganan daya dan jasa

lainnya

Biaya untuk membayar langganan daya dan jasa yang mendukung kegiatan belajar mengajar seperti: listrik, telefon, air, internet dan lainnya.

8. Kegiatan penerimaan siswa baru Biaya untuk penggandaan formulir pendaftaran dan administrasi pendaftaran. Meliputi biaya fotocopy dan konsumsi panitia penerimaan siswa baru.

9. Penyusunan dan pelaporan Biaya untuk menyusun dan mengirimkan

laporan sekolah kepada pihak berwenang. Meliputi biaya fotocopy dan konsumsi penyusunan laporan.

(13)

Prioritas BOS Provinsi jenjang Dikmen Tahun 2014 pada Belanja non Personalia, digunakan untuk penyelenggaraan kegiatan pembinaan siswa/ekstrakulikuler antara lain: Pendidikan Karakter, Pendidikan Kebangsaan, Pembinaan Kewirausahaan, Pembinaan penanggulangan HIV/Narkoba dan Pembinaan penanggulangan kenakalan remaja/kriminalitas, disesuaikan dengan kebutuhan sekolah yang dinyatakan dalam bentuk proposal, serta untuk kegiatan uji kompetensi (Format Khusus siswa kelas XII SMK) apabila biaya BOS Pusat belum mencukupi.

3. Penggunaan dana BOS yang tidak diperbolehkan.

a. Belanja Operasional Personalia yang tidak boleh didanai oleh BOS Provinsi antara lain:

1) Honor/Insentif/Transport Pengelola Sekolah/Madrasah; 2) Honor/Insentif/Transport Pengelola dana BOS;

3) Honor/Insentif/Transport Panitia Kegiatan (PSB, Ulangan, Ujian, Pengembangan Kurikulum, Penyusunan RPP, dsb)

4) Transport kegiatan (kegiatan rutin atau insidental)

5) Upah pekerja atau non personil sekolah dalam kegiatan rehab, panitia, dsb. 6) Dibayarkan kepada siswa

7) Honor kelebihan jam mengajar bagi Guru PNS

8) Belanja untuk membayar personalia diluar peruntukan yang tercantum pada Bab III Point A.1. Pedoman ini.

b. Belanja/kegiatan lainnya yang tidak diperbolehkan didanai oleh BOS Provinsi antara lain:

1) Biaya Invest/Pengadaan Sarana Prasarana Sekolah/Madrasah, antara lain : a) Biaya pengembangan SDM (PTK);

b) Rehabilitasi sedang dan berat; c) Membangun gedung/ruangan baru; d) Membeli peralatan pendidikan. 2) Biaya pribadi Peserta Didik, antara lain :

a) Membeli Alat Tulis;

b) Membeli pakaian, seragam, sepatu bagi siswa; c) Biaya akomodasi dan transportasi;

d) Biaya makan minum.

3) Biaya pemeliharaan/perbaikan kendaraan 4) Pembelian seragam guru dan pegawai.

5) Disimpan dalam jangka waktu lama dengan maksud dibungakan. 6) Dipinjamkan/dititipkan kepada pihak lain.

7) Membeli lembar kerja siswa (LKS)

8) Membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas sekolah dan memerlukan biaya besar, misalnya studi banding, studi tour (Format Karya wisata) dan sejenisnya. 9) Membayar iuran kegiatan yang diselenggarakan oleh UPTD Kecamatan/

Kabupaten/Kota/Provinsi/Pusat atau pihak lainnya. 10)Membayar bonus, transportasi rutin untuk guru. 11)Menanamkan saham.

12)Membiayai kegiatan penunjang yang tidak ada kaitannya dengan operasi sekolah, misalnya membiayai iuran dalam rangka perayaan hari besar nasional dan upacara keagamaan/acara keagamaan.

(14)

13)Membiyai kegiatan dalam rangka mengikuti pelatihan/sosialisasi/pendampingan terkait program BOS/Perpajakan program BOS yang diselenggarakan di luar SKPD pendidikan Provinsi/Kabupaten/kota serta kementerian pendidikan dan kebudayaan.

14)Membiayai kegiatan non personalia lainnya diluar peruntukan yang tercantum pada Bab III point A.2. Pedoman ini.

B.Kebijakan BOS SMK/SMA/MA Provinsi Terhadap Siswa

Konsep pendidikan untuk semua (education for all) memberikan kesempatan yang seluas-luas kepada setiap individu untuk mendapat layanan pendidikan bermutu sesuai dengan minat dan potensi siswa. Sesuai dengan perkembangan jaman, sekolah bermutu di dominasi oleh siswa dari keluarga mampu. Siswa miskin yang mempunyai minat dan potensi, kurang mempunyai kesempatan belajar di sekolah bermutu serta menutup kesempatan mereka untuk merubah nasib dan status sosialnya.

Peranan Program BOS SMK/SMA/MA dalam konteks tersebut di atas adalah memberikan keadilan dan kesempatan kepada siswa miskin untuk memperoleh layanan pendidikan bermutu dengan mewajibkan sekolah membebaskan (fee waive) dan/atau memberikan keringanan (discount fee) tagihan biaya sekolah kepada siswa miskin.

Untuk memperjelas hal tersebut, di bawah ini disajikan ilustrasi cara kerja konsep discount fee di suatu sekolah.

Gambar 2. Konsep Discount Fee Untuk Sekolah dengan Kondisi Tingkat Ekonomi Siswa Homogen

Menuju BOS SM dengan unit cost yang lebih mencukupi sehingga dapat mencukupi tagihan

biaya pendidikandi sekolah untuk seuruh

siswa Persentaase Biaya (%) 75 100 Y 50 25 0 Siswa Discount Fee

Garis Kondisi ideal yang diharapkan dimana seluruh siswa terpenuhi biaya pendidikannya dengan BOS SM

Ilustrasi gambar di atas menggambarkan pelaksanaan konsep memberikan keringanan (discount fee) untuk sekolah dengan kondisi tingkat ekonomi siswa homogen (semua siswa). Untuk kondisi sekolah tersebut, semua siswa mendapatkan perlakuan yang sama, yaitu mendapatkan keringanan biaya sekolah sesuai dengan unit cost yang telah ditentukan.

Komposisi jumlah siswa miskin yang mendapat pembebasan (fee waive) dan keringanan (discount fee), menjadi diskresi/kewenangan sekolah sesuai dengan konsep MBS. Namun demikian sekolah tetap harus memperhatikan kriteria siswa miskin dan

(15)

faktor lainnya, yaitu: (a) biaya pendidikan per siswa, (b)jumlah siswa miskin dan, (c) dana BOS yang diterima sekolah.

Pelaksanaan konsep membebaskan (fee waive) dan keringanan (discount fee) untuk sekolah dengan kondisi tingkat ekonomi siswa homogen (semua siswa kaya / semua siswa miskin). Untuk kondisi sekolah tersebut, semua siswa mendapatkan perlakuan yang sama, yaitu mendapatkan keringanan biaya sekolah sesuai dengan unit cost yang telah ditentukan.

Komposisi jumlah siswa yang mendapat bantuan disesuaikan dengan kebutuhan dan kebijakan sekolah (diskresi). Hal ini memungkinkan sekolah untuk mengubahnya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah.

Peranan pemerintah melalui program BOS SMK/SMA/MA ini adalah:

1. Membuka kesempatan yang seluas-luasnya bagi siswa miskin yang mempunyai minat dan potensi untuk bersekolah di sekolah bermutu agar kelak mereka mampu meningkatkan kualitas hidupnya dengan bekal kemampuan dan keahlian yang mereka dapatkan dan mampu mengangkat ekonomi keluarga (eskalasi sosial).

2. Melaksanakan amanah Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mendapatkan layanan pendidikan yang bermutu. Dalam hal ini, pemerintah mendorong lulusan SMP untuk melanjutkan ke pendidikan menengah.

C.Program BOS SMK/SMA/MA Dan Konsep Pembiayaan Partisipatif

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pedidikan Nasionl megamanatkan bahwa Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Hal ini memungkinkan adanya dana partisipatif dari masyarakat termasuk dari orang tua siswa untuk menjadi salah satu potensi bagi satuan pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Mekanisme pembiayaan partisipatif memungkinkan sekolah untuk mendapatkan sumber pembiayaan tambahan dari orang tua siswa yang mampu secara ekonomi. Secara langsung hal ini berakibat pada meningkatnya sumber dana bagi sekolah yang berbanding lurus dengan kualitas sekolah.

Pemerintah dan masyarakat menuntut sekolah untuk memberikan layanan pendidikan yang bermutu kepada peserta didik. Tuntutan tersebut berimplikasi pada kebutuhan biaya pendidikan sekolah yang tinggi. Semakin tinggi tuntutannya, maka akan semakin tinggi pula biaya yang dibutuhkan oleh sekolah untuk meningkatkan layanan pendidikan bermutu.

Pembiayaan partisipatif yang didapat dari sumber-sumber potensial diatur dan disepakati bersama antara sekolah/madrasah dengan Komite Sekolah, orang tua siswa, serta pihak pemberi biaya lainnya. Biaya tersebut merupakan dana pendidikan yang harus dimasukan kedalam perhitungan pada Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) bersama dengan pembiayaan lainnya yang berasal dari Pemerintah dan atau Pemerintah Daerah.

(16)

BAB IV ORGANISASI PELAKSANA A. Tim Pengarah 1. Tingkat Provinsi a. Gubernur b. Wakil Gubernur c. Sekretaris Daerah 2. Tingkat Kabupaten/Kota a. Bupati/Walikota b. Sekretaris Daerah

B. Tim Pengelola BOS Provinsi 1. Tim Provinsi

a. Penanggungjawab

1) Kepala Dinas Pendidikan Provinsi 2) Kepala Kanwil Depag Provinsi b. Tim Pelaksana

1) Ketua Tim/Kuasa Pengguna Anggaran

2) Sekretaris/Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan 3) Seksi Pendataan

4) Seksi Monev dan Penyelesaian Masalah 5) Seksi Publikasi/Humas

Tim Pengelola BOS Provinsi tingkat Provinsi ditetapkan melalui SK Gubernur.

2. Tugas dan Tanggungjawab Tim Pengelola BOS Provinsi

a. Mempersiapkan sekretariat dan perlengkapannya di Kantor Dinas Pendidikan Provinsi;

b. Menyusun Pedoman Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Provinsi Jawa Barat untuk Jenjang Pendidikan Menengah yang disahkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi;

c. Memvalidasi dan meneruskan usulan penerima BOS Provinsi dari Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama tiap kabupaten/kota kepada Gubernur Provinsi Jawa Barat;

d. Menyelenggarakan sosialisasi program BOS Provinsi jenjang Dikmen;

e. Mengajukan pencairan dana BOS Provinsi kepada Gubernur melalui Biro Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat sesuai jumlah alokasi Dana tiap Kabupaten/Kota;

f. Merencanakan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi penggunaan dana BOS Provinsi;

g. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat; h. Membuat laporan pengelolaan yang mencakup :

1) Daftar penerima BOS Provinsi dari tiap kabupaten/kota; 2) Hasil Penyerapan Dana BOS Provinsi;

3) Hasil Monitoring dan Evaluasi; 4) Penanganan Pengaduan Masyarakat; 5) Kegiatan Lainnya.

(17)

C. Tim Pengelola BOS Kabupaten/Kota

1. Tim Kabupaten/Kota

a. Tim Pengarah

1) Bupati/Walikota b. Penanggungjawab

1) Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota 2) Kepala Kandepag Kabupaten/Kota

c. Tim Pelaksana Pengelola BOS Provinsi ditingkat Kabupaten/Kota terdiri dari 1) Ketua Tim Manajemen BOS Provinsi Tingkat Kabupaten/Kota

2) Sekretaris 3) Anggota

Pengelola BOS Provinsi Tingkat Kabupaten/Kota terdiri dari unsur Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan atau unsur Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota dan untuk Tim Pelaksana Pengelola dapat ditetapkan oleh Kepala SKPD Pendidikan.

2. Tugas dan Tanggungjawab Tim Pengelola BOS Provinsi Tingkat Kabupaten/Kota dan Kandepag Kabupaten/Kota

a. Mengusulkan alokasi penerima bantuan BOS untuk setiap sekolah/madrasah;

b. Melaksanakan sosialisasi dan pelatihan kepada sekolah/madrasah penerima BOS Provinsi;

c. Melakukan koordinasi dengan Tim Pengelola BOS Provinsi dan lembaga penyalur dana, serta dengan sekolah/madrasah dalam rangka penyaluran dana;

d. Merencanakan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi penggunaan dana BOS Provinsi;

e. Mengumpulkan data dan laporan dari sekolah/madrasah dan lembaga penyalur dana; f. Melaporkan pelaksanaan program kepada Tim pengelola BOS Provinsi di Dinas

Pendidikan Provinsi Jawa Barat;

g. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;

h. Menindaklanjuti kasus penyalahgunaan dana BOS Provinsi di tingkat sekolah/madrasah;

i. Melaporkan kegiatan pengelolaan BOS Provinsi yang dilakukan di Kabupaten/Kota kepada Tim Pengelola BOS tingkat Provinsi dan instansi terkait.

D. Tingkat Sekolah/madrasah

1. Penanggungjawab

a. Kepala Sekolah/Madrasah/Ketua Komite Sekolah.

b. Kepala Sekolah/Madrasah menunjuk Panitia Pengelola BOS SMK/SMA/MA Provinsi yang terdiri dari :

a. Ketua b. Bendahara

(18)

2. Tugas dan Tanggungjawab Sekolah/Madrasah.

a. Membuat usulan penerima BOS kepada Gubernur Provinsi Jawa Barat melalui Tim Pengelola BOS Provinsi di Kabupaten/Kota;

b. Membuat Rencana Penggunaan Dana BOS Provinsi bersama-sama dengan Komite Sekolah atau unsur terkait lainnya;

c. Melakukan verifikasi jumlah dana yang diterima dengan data siswa yang ada. Bila jumlah dana yang diterima melebihi dari data siswa sesungguhnya, maka kelebihan dana tersebut tetap di simpan di rekening sekolah. Selanjutnya sekolah harus melaporkan kelebihan dana yang diterima kepada Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota. Kelebihan dana akan diperhitungkan pada penyaluran BOS provinsi triwulan/semester berikutnya;

d. Bersama-sama dengan Komite Sekolah/madrasah, mengidentifikasi siswa miskin yang akan dibebaskan dari segala jenis iuran;

e. Mengelola dana BOS Provinsi secara bertanggungjawab sesuai dengan Pedoman BOS Povinsi jenjang Pendidikan Menengah;

f. Bertanggungjawab terhadap penyimpangan penggunaan dana di sekolah/madrasah; g. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;

h. Melaporkan penggunaan dana BOS Provinsi kepada Tim Pengelola BOS Provinsi melalui Tim Pengelola BOS di tingkat Kabupaten/Kota.

(19)

BAB V

MEKANISME PELAKSANAAN

A.Mekanisme Pendataan, Usulan, Pencairan dan Monev.

Gambar 3. Bagan Mekansime Pendataan, Usulan, Pencairan dan Monev BOS.

Tim BOS Provinsi Tim BOS Kab/Kota Tim BOS Sekolah/ Madrasah Pendataan Form Data BOS Hasil Verifikasi Data Input Data Usulan Penerima BOS NPHD Setda Usulan Pencairan Penatausahaan& Pemindahbukuan Pencairan dan Penggunaan Dana BOS SK Gubernur Usulan Penerima BOS

Penetapan Usulan Pencairan, Pemindahbukuan &

Penggunaan Dana BOS Monev

Laporan Laporan Laporan Laporan Monev Monev Monev Pelaporan Keterangan :

1. Sekolah/madrasah Penerima BOS Provinsi menyampaikan data sekolah/madrasah termasuk jumlah siswa ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan Madrasah ke Kantor Kemenag Kab/Kota.

2. Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama Tingkat Kabupaten/Kota membuat Daftar Sekolah/madrasah Penerima BOS Provinsi yang memuat nama sekolah, jumlah siswa, dan identitas sekolah lainnya sesuai format yang ditentukan, untuk diusulkan kepada Gubernur Provinsi Jawa Barat melalui Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

3. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dalam hal ini Tim Pengelola BOS Provinsi membuat usulan Penerima BOS jenjang Dikmen kepada Gubernur sebagai bahan terbitnya SK Gubernur tentang Hibah BOS jenjang Dikmen.

4. Tim Pengelola BOS Provinsi dan Tim Pengelola BOS di Tingkat Kabupaten/Kota membuat NPHD BOS yang tediri dari :

a. Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) BOS yang ditanda tangani oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi atas nama Gubernur Provinsi Jawa Barat dengan Kepala Dinas Pendidikan yang mewakili Satuan Pendidikan SMK dan SMA, dan dengan Kepala Kantor Kementerian Agama yang mewakili Satuan Pendidikan MA sebagai penerima BOS di masing-masing Kabupaten/Kota. NPHD dialmpiri dengan Daftar Sekolah/Madrasah Penerima Hibah BOS.

b. NPHD BOS yang ditanda tangani oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dengan Kepala SMK dan SMA serta NPHD BOS yang ditanda tangani oleh Kepala Kemenag Kabupaten/Kota dengan Kepala MA.

2. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat membuat Surat Permohonan Pencairan Dana BOS Provinsi kepada Gubernur Jawa Barat melalui Biro Keuangan Setda Provinsi Jawa Barat sesuai jumlah yang tercantum dalam NPHD masing-masing kabupaten/Kota

(20)

dengan dilampiri Daftar Sekolah/madrasah Penerima BOS Provinsi yang telah ditandatangani oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk SMK dan SMA serta oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota untuk MA, disertai dokumen lain yang diperlukan untuk pencairan.

3. Biro Keuangan Setda Provinsi Jawa Barat melakukan penatausahaan keuangan dan pemindah bukuan Dana BOS Provinsi ke Rekening masing-masing sekolah/madrasah di tiap Kabupaten/Kota.

4. Penyaluran dana BOS Provinsi dari Kas Umum Daerah Provinsi Jawa Barat ke sekolah/madrasah penerima dilaksanakan sesuai aturan dan perundang-undangan yang berlaku.

5. Pengambilan dana BOS oleh Sekolah/Madrasah dilakukan setelah terjadi transfer/pemindahbukuan dana dari Kas Umum Daerah Provinsi Jawa Barat ke sekolah/madrasah penerima melalui rekening penerima yang telah ditentukan pada usulan pencairan.

6. Penggunaan dana BOS oleh sekolah/madrasah dilaksanakan sesuai dengan RKAS dan dibukukan sebagaimana tersebut pada BAB VII Pedoman ini.

7. Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh Setda Provinsi Jawa Barat, Tim Pengelola BOS Provinsi dan Tim Pengelola BOS Provinsi di Kabupaten/kota.

8. Pelaporan dilakukan oleh Sekolah/Madrasah penerima BOS kepada Tim Pengelola BOS Provinsi di Kabupatebn/Kota, dari Tim Pengelola BOS Provinsi di Kabupatebn/Kota kepada Tim Pengelola BOS Provinsi, dan dari Tim Pengelolas BOS Provinsi kepada Biro Admbang Setda Provinsi Jawa Barat.

1. Kelengkapan Usulan Penerima BOS

Kelengkapan Dokumen usulan Penerima BOS Provinsi dibuat oleh Tim Pengelola BOS Provinsi di Kabupaten/kota dan disampaikan kepada Tim Pengelola BOS Provisi berupa:

a. Usulan Penetapan Calon Penerima Bantuan BOS (Format A1) b. Usulan Data Bantuan BOS SMK/SMA/MA (Format A2)

c. Lampiran Usulan Data Bantuan BOS SMK/SMA/MA (Format A3)

Data sebagaimana tersebut pada point a, b dan c ditandatangani oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk SMK dan SMA serta oleh Kepala Kantor kementerian Agama Kabupaten/Kota untuk MA. Data usulan penerima BOS didapat melalui Sistem Pengelolaan Data Sekolah/Madrasah yang digunakan di masing-masing Kabupaten/Kota atau langsung dari masing-masing Sekolah/Madrasah.

2. Kelengkapan Usulan Pencairan

Kelengkapan usulan pencairan yang harus dilengkapi adalah : a. Dokumen dari Sekolah/Madrasah ke Tim Pengelola Kab/Kota

1) Surat Permohonan Penerima BOS (Form.E) (2 rangkap); 2) Surat Pernyataan Tanggungjawab (Format K-7a) (2 rangkap); 3) RKAS (Form K-1) (2 rangkap);

4) RKAS (Form K-2) (2 rangkap);

5) Rencana Penggunaan Dana BOS Provinsi (Form K-2b) (2 rangkap); 6) Kuitansi Penerimaan Dana BOS bermaterai cukup (4 rangkap).

7) Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) BOS yang ditandatangani Kepala SMK dan SMA dengan Kepala Dinas Pendidikan serta NPHD BOS yang ditandatangani Kepala Madrasah dengan Kepala Kemenag Kabupaten/Kota yang bersangkutan (2 rangkap).

(21)

9) Daftar Siswa (Format K2-a); 10) Profile Sekolah;

11) Akta Notaris mengenai pendirian lembaga atau dokumen lain yang dipersamakan;

12) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Sekolah/Madrasah;

13) Surat keterangan domisili lembaga dari Desa/Kelurahan setempat; 14) Ijin operasional/tanda daftar lembaga dari instansi yang berwenang;

15) Bukti kontrak sewa gedung/bangunan (Bagi lembaga yang kantornya menyewa);

16) Salinan/fotocopy Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku atas nama Kepala Sekolah/Madrasah/Ketua Tim Pengelola BOS;

Dokumen tersebut pada point 2.a.10) sampai dengan 2.a.16) cukup disampaikan hanya satu kali pada saat pengajuan pencairan pertama. Apabila terdapat perubahan, maka pada tahap usulan berikutnya hanya disampaikan dokumen untuk data yang berubah saja.

b. Dokumen dari Tim Pengelola BOS Kab/Kota ke Tim BOS Provinsi

1) Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) BOS yang ditanda tangani oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi atas nama Gubernur Provinsi Jawa Barat dengan Kepala Dinas Pendidikan yang mewakili Satuan Pendidikan SMK dan SMA, dan dengan Kepala Kantor Kementerian Agama yang mewakili Satuan Pendidikan MA sebagai penerima BOS di masing-masing Kabupaten/Kota. NPHD dilampiri dengan Daftar Sekolah/Madrasah Penerima BOS;

2) Dokumen dari Sekolah berupa Form E, K7a, K1, K2 dan K2b masing-masing 1 rangkap dan Kuitansi sebanyak 3 rangkap (rangkap 1 bermetarai cukup).

3. Kelengkapan Penggunaan Dana BOS

Dana BOS yang sudah diterima oleh sekolah/madrasah digunakan sesuai dengan rencana yang tertuang pada RKAS/RAB. Dokumen yang dipergunakan untuk pembukuan penggunaan dana BOS sebagaimana dijelaskan pada BAB VII.

4. Kelengkapan Pelaporan

Pelaporan penggunaan dana BOS memuat pelaporan keuangan, kegiatan dan pelaporan personil. Dokumen yang dipergunakan untuk pelaporan penggunaan dana BOS sebagaimana dijelaskan pada BAB VII.

B.Prinsip Pengelolaan

Pengelolaan program BOS SMK/SMA/MA provinsi mengacu pada konsep Manajemen Berbasis Sekolah (School Based Management) yang mengandung arti, yaitu:

1. Swakelola dan Partisipatif

Pelaksanaan program dilakukan secara swakelola (direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri) dengan rnelibatkan warga sekolah dan masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam memberikan dukungan terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Transparan

Pengelolaan dana harus dilakukan secara terbuka agar warga sekolah dan masyarakat dapat memberikan saran, kritik, serta melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan program.

3. Akuntabel

Pengelolaan dana harus dapat dipertanggungjawabkan, sesuai dengan pedoman pelaksanaan yang sudah disepakati.

(22)

4. Demokratis

Penyusunan perencanaan, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah ditempuh melalui jalan musyawarah/mufakat dengan memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk mengajukan saran, kritik atau pendapat.

5. Efektif dan Efisien

Pemanfaatan dana harus efektif dan efisien sesuai dengan ketentuan yang ada.

6. Tertib Administrasi dan Pelaporan

Sekolah penerima dana harus menyusun dan menyampaikan laporan basil pelaksanaan kegiatan dan pertanggungjawaban keuangan sesuai ketentuan yang dipersyaratkan.

7. Saling Percaya

Pemberian dana berdasarkan pada rasa saling percaya (mutual trust) antara pemberi dan penerima dana. Oleh Karena itu, penting bagi kita untuk menjaga kepercayaan tersebut dengan memegang amanah dan komitrnen yang ditujukan semata-mata hanya untuk membangun pendidikan yang lebih baik.

C. Pengambilan dana BOS Provinsi

1. Dana BOS Provinsi harus diterima secara utuh dan tidak diperkenankan adanya pemotongan atau pungutan biaya apapun dengan alasan apapun dan oleh pihak manapun.

2. Dana BOS Provinsi yang diambil bukan berarti dana harus dihabiskan dalam periode tersebut. Besar penggunaan dana tiap bulan disesuaikan dengan kebutuhan sekolah/madrasah sebagaimana tertuang dalam RKAS.

3. Bilamana terdapat sisa dana di sekolah/madrasah pada akhir tahun anggaran maka dana tersebut tetap menjadi hak sekolah dan dapat dipergunakan pada tahun anggaran berikutnya.

4. Jika terdapat perbedaan jumlah dana yang diterima, maka perbedaan tersebut harus segera dilaporkan kepada Tim Pengelola BOS Provinsi tingkat Kabupaten/Kota dan Tim Pengelola BOS Provinsi tingkat Provinsi untuk dijadikan dasar pengurang atau penambahan dana BOS Provinsi pada penyaluran berikutnya.

5. Jika terdapat siswa pindah/mutasi ke sekolah/madrasah lain pada semeser berjalan, maka dana BOS Provinsi siswa tersebut menjadi milik sekolah yang ditinggalkan. 6. Kelengkapan dokumen administrasi pada saat sekolah penerima melakukan

pengambilan dari bank antara lain : a. Untuk Sekolah/Madrasah Negeri:

1) Surat Keputusan Pengangkatan Kepala Sekolah dan Bendahara 2) Fotocopy KTP Kepala Sekolah dan Bendahara

3) Surat Keterangan Domisili dari Desa/Kelurahan b. Untuk Sekolah/Madrasah Swasta:

1) SK/Akta pendirian dan atau Surat Ijin Operasional dan atau Surat Keterangan bermaterai 6000 dari Lembaga Berwenang di KabKota tentang kebenaran adanya SMK/SMA/MA tersebut

2) Surat Keputusan Pengangkatan Kepala Sekolah dan Bendahara 3) Fotocopy KTP Kepala Sekolah dan Bendahara

(23)

BAB VI

MONITORING DAN SUPERVISI

Bentuk kegiatan monitoring dan supervisi adalah melakukan pemantauan, pembinaan dan penyelesaian masalah terhadap pelaksanaan program BOS. Secara umum tujuan kegiatan ini adalah untuk meyakinkan bahwa dana BOS diterima oleh yang berhak dalam jumlah, waktu, cara, dan penggunaan yang tepat.

Komponen utama yang dimonitor antara 1. Alokasi dana sekolah penerima bantuan 2. Penyaluran dan penggunaan dana 3. Pelayanan dan penanganan pengaduan 4. Administrasi keuangan

5. Pelaporan, serta pemajangan rencana penggunaan dan pemakaian dana BOS.

Selain itu juga dilakukan monitoring terhadap pelayanan dan penanganan pengaduan, sehingga pelayanan pengaduan dapat ditingkatkan. Dalam pelaksanaannya, monitoring pengaduan dapat dilakukan bekerjasama dengan lembaga-lembaga terkait. Kegiatan ini dilakukan dengan mencari fakta, menginvestigasi, menyelesaikan masalah, dan mendokumentasikan.

Kegiatan monitoring dan supervisi dilakukan oleh Tim Manajemen BOS Provinsi, dan Tim Manajeman BOS Kabupaten/Kota.

A. Monitoring oleh Tim Manajemen BOS Provinsi

1. Monitoring ditujukan untuk memantau penyaluran dana, penyerapan dana, dan penggunaan dana di tingkat sekolah.

2. Responden terdiri dari Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota, dan Tim Manajemen BOS Sekolah.

3. Monitoring dilaksanakan pada saat persiapan penyaluran dana, pada saat penyaluran dana, pasca penyaluran dana dan pada saat penggunaan dana.

4. Monitoring dilakukan melalui kunjungan lapangan.

5. Supervisi dapat dilakukan oleh Tim Pengelola BOS Provinsi terhadap Tim Pengelola BOS di Kabupaten/Kota atau terhadap sekolah/madrasah.

B. Monitoring oleh Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota

1. Monitoring ditujukan untuk memantau penyaluran dana, penyerapan dana, dan penggunaan dana di tingkat sekolah.

2. Responden terdiri dari sekolah dan murid dan/atau orang tua murid.

3. Monitoring dilaksanakan pada saat penyaluran dana dan pasca penyaluran dana.

4. Bila terjadi permasalahan biaya monitoring, disarankan agar monitoring dilakukan secara terpadu dengan program lain selain program BOS.

5. Monitoring dapat melibatkan Pengawas Sekolah secara terintegrasi dengan kegiatan pengawasan lainnya oleh Pengawas Sekolah.

6. Monitoring dilakukan melalui kunjungan lapangan.

7. Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota agar memanfaatkan pengawas sekolah yang bertanggungjawab untuk membantu melakukan monitoring.

(24)

BAB VII

PELAPORAN DAN PERTANGGUNG JAWABAN KEUANGAN

Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam pelaksanaan Program BOS, masing-masing pengelola program di tiap tingkatan (Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Sekolah) diwajibkan untuk melaporkan hasil kegiatannya kepada pihat terkait.

Secara umum, hal-hal yang dilaporkan oleh pelaksana program adalah yang berkaitan dengan statistik penerima bantuan, penyaluran, penyerapan, pemanfaatan dana, pertanggungjawaban keuangan serta hasil monitoring evaluasi dan pengaduan masalah.

A. PELAPORAN

1. Pengelolaan Dokumen di Tingkat Sekolah

a.Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/RKAS (Formulir BOS-K1, K2 dan K2b) 1) RKAS ditandatangani oleh Kepala Sekolah, Komite Sekolah dan khusus untuk

sekolah swasta ditambah Ketua Yayasan. Dokumen ini disimpan di sekolah dan diperlihatkan kepada Pengawas Sekolah, Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota, dan para pemeriksa lainnya apabila diperlukan.

2) RKAS dibuat setahun sekali pada awal tahun pelajaran, namun demikian perlu dilakukan revisi pada semester kedua. Oleh karena itu sekolah dapat membuat RKAS tahunan yang dirinci tiap semester. Format RKAS mengacu pada format K1 dan K2

3) RKAS dilengkapi dengan Rencana Anggaran Belanja (RAB)/Rencana Penggunaan Dana BOS Provinsi (Form K2b).

b. Pembukuan

Sekolah diwajibkan membuat pembukuan dari dana yang diperoleh sekolah untuk program BOS Provinsi. Pembukuan yang digunakan dapat dengan tulis tangan atau menggunakan komputer. Buku yang digunakan adalah sebagai berikut.

1) Buku Kas Umum mengacu pada format -K3

Buku Kas Umum ini disusun untuk masing-masing rekening bank yang dimiliki oleh sekolah. Pembukuan dalam Buku Kas Umum meliputi semua transaksi eksternal, yaitu yang berhubungan dengan pihak ketiga:

a) Kolom Penerimaan: dari penyalur dana (BOS atau sumber dana lain), penerimaan dari pemungutan pajak, dan penerimaan jasa giro dari bank.

b) Kolom Pengeluaran: adalah pembelian barang dan jasa, biaya administrasi bank, pajak atas hasil dari jasa giro dan setoran pajak.

Buku Kas Umum harus diisi tiap transaksi (segera setelah transaksi tersebut terjadi dan tidak menunggu terkumpul satu minggu/bulan) dan transaksi yang dicatat didalam Buku Kas Umum juga harus dicatat dalam buku pembantu, yaitu Buku Pembantu Kas, Buku Pembantu Bank, dan Buku Pembantu Pajak. Formulir yang telah diisi ditandatangani oleh Bendahara dan Kepala Sekolah. Dokumen ini disimpan di sekolah dan diperlihatkan kepada pengawas sekolah, Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota, dan para pemeriksa lainnya apabila diperlukan.

2) Buku Pembantu Kas mengacu pada format -K4

Buku ini harus mencatat tiap transaksi tunai dan ditandatangani oleh Bendahara dan Kepala Sekolah. Dokumen ini disimpan di sekolah dan

(25)

diperlihatkan kepada pengawas, Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota, dan para pemeriksa lainnya apabila diperlukan.

3) Buku Pembantu Bank mengacu pada format -K5

Buku ini harus mencatat tiap transaksi melalui bank (Bank cek, giro maupun tunai) dan ditandatangani oleh Bendahara dan Kepala Sekolah. Dokumen ini disimpan di sekolah dan diperlihatkan kepada pengawas sekolah, Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota, dan para pemeriksa lainnya apabila diperlukan.

4) Buku Pembantu Pajak mengacu pada format -K6

Buku pembantu pajak mempunyai fungsi untuk mencatat semua transaksi yang harus dipungut pajak serta memonitor atas pungutan dan penyetoran pajak yang dipungut selaku wajib pungut pajak.

Terkait dengan pembukuan dari dana yang diperoleh sekolah untuk program BOS, sekolah perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1) Pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran dapat dilakukan dengan tulis tangan atau menggunakan komputer. Dalam hal pembukuan dilakukan dengan komputer, bendahara wajib mencetak Buku Kas Umum dan buku-buku pembantu sekurang-kurangnya sekali dalam satu bulan dan menatausahakan hasil cetakan Buku Kas Umum dan buku-buku pembantu bulanan yang telah ditandatangi Kepala Sekolah dan Bendahara Sekolah.

2) Semua transaksi penerimaan dan pengeluaran dicatat dalam Buku Kas Umum dan Buku Pembantu yang relevan sesuai dengan urutan tanggal kejadiannya.

3) Uang tunai yang ada di Kas Tunai tidak lebih dari Rp 10 ( Sepuluh) juta.

4) Apabila bendahara meninggalkan tempat kedudukannya atau berhenti dari jabatannya, Buku Kas Umum dan buku pembantunya serta bukti-bukti pengeluaran harus diserahterimakan kepada pejabat yang baru dengan Berita Acara Serah Terima.

5) Laporan dibuat setiap semester dan ditandatangani oleh Bendahara, Kepala Sekolah dan Komite Sekolah, dilengkapi dengan surat pernyataan tanggung jawab (Format K7-b) yang menyatakan bahwa dana BOS yang diterima telah digunakan sesuai Usulan Pencairan dan NPHD BOS. Bukti pengeluaran yang sah disimpan dan dipergunakan oleh penerima Hibah selaku obyek pemeriksaan

c. Realisasi Penggunaan Dana Tiap Sumber Dana mengacu pada format BOS-K7 dan BOS-K8

Laporan ini disusun berdasarkan Buku Kas Umum (Format K3) dari semua sumber dana yang dikelola oleh sekolah pada periode tertentu.

Format K7 berisi Rekapitulasi Realisasi Penggunaan Dana Tiap Jenis Anggaran yang memuat seluruh dana yang dikelola di sekolah pada semester tertentu. Sedangkan Format K8 berisi Rekapitulasi Realisasi Penggunaan Dana Bos Provinsi Menurut Peruntukan.

d. Bukti Pengeluaran

1) Setiap transaksi pengeluaran harus didukung dengan bukti kuitansi yang sah; 2) Bukti pengeluaran uang dalam jumlah tertentu harus dibubuhi materai yang

cukup sesuai dengan ketentuan bea materai. Untuk transaksi dengan nilai sampai Rp 250.000,- tidak dikenakan bea materai, sedang transaksi dengan nilai nominal di atas Rp 250.000,- sampai dengan Rp 1.000.000,- dikenakan bea

(26)

materai dengan tarif sebesar Rp 3.000,- dan transaksi dengan nilai nominal lebih besar Rp 1.000.000,- dikenakan bea materai dengan tarif sebesar Rp 6.000,- 3) Uraian pembayaran dalam kuitansi harus jelas dan terinci sesuai dengan

peruntukannya;

4) Uraian tentang jenis barang/jasa yang dibayar dapat dipisah dalam bentuk faktur sebagai lampiran kuitansi;

5) Setiap bukti pembayaran harus disetujui Kepala Sekolah dana lunas dibayar oleh Bendahara;

6) Segala jenis bukti pengeluaran harus disimpan oleh bendahara BOS sebagai bahan bukti dan bahan laporan.

e. Arsip Data Keuangan

Seluruh arsip data keuangan, baik yang berupa laporan-laporan keuangan maupun dokumen pendukungnya, disimpan dan ditata dengan rapi dalam urutan nomor dan tanggal kejadiannya, serta disimpan di suatu tempat yang aman dan mudah untuk ditemukan setiap saat.

f. Penyusunan Dokumen Pengelolaan BOS yang harus ada di sekolah

1) Surat Pernyataan Kelebihan Penerimaan Dana BOS (Format B3) (jika ada) 2) Buku Kas Umum (Format K3)

3) Buku Pembantu Bank (Format K5), dilampiri Copy rekening bank (setiap pengambilan)

4) Buku Pembantu Kas (Format K4), dilampiri : a) Bukti Pembayaran Belanja Personalia

(1) Daftar Pembayaran Honor Tenaga Pendidik Honorer (2) Daftar Pembayaran Honor Tenaga Kependidikan Honorer b) Bukti Pembayaran Belanja Non-Personalia

(1) Bukti Pengeluaran/Kuitansi (2) Faktur

5) Buku Pembantu Pajak (Format K6), dilampiri : a) SSP

b) Faktur Pajak

6) Realisasi Penggunaan Dana Tiap Jenis Anggaran (Format K7) 7) Realisasi Penggunaan Dana Sesuai Peruntukan (Format K8) 8) Lampiran-lampiran antara lain :

a) SK Tenaga Pendidik dan Kependidikan,

b) Dokumen Pelaksanaan Kegiatan, Proposal, atau Panduan. c) Arsip Dokumen Usulan Pencairan :

2. Pelaporan dari Sekolah kepada Tim Pengelola BOS Provinsi di Kabupaten/Kota.

Dokumen pelaporan yang disampaikan oleh sekolah/madrasah kepada Tim Pengelola BOS Provinsi di Kabupaten Kota adalah :

a. Surat Pengantar Laporan (Format B2) b. Surat Pertanggungjawaban (Format K7b)

c. Surat Pernyataan Kelebihan Penerimaan Dana BOS (Format B3) (jika ada) d. Realisasi Penggunaan Dana Tiap Jenis Kegiatan (Format K7) (dengan soft file

format exel)

e. Realisasi Penggunaan Dana Menurut Peruntukan BOS (Format K8) (dengan soft file format exel)

(27)

g. Buku Pembantu Bank (Format K5), dilampiri : Copy rekening bank (setiap pengambilan) h. Buku Pembantu Kas (Format K4), dilampiri :

1) Salinan Bukti Pembayaran Belanja Personalia

a) Daftar Pembayaran Honor Tenaga Kependidikan Honorer b) Daftar Pembayaran Honor Tenaga Pendidik Honorer 2) Salinan Bukti Pembayaran Belanja Non-Personalia

a) Bukti Pengeluaran/Kuitansi b) Faktur

i.Buku Pembantu Pajak (Format K6) dilampiri salinan SSP da Faktur Pajak

Bentuk laporan disesuaikan dengan Petunjuk Teknis Pelaporan Penggunaan dana BOS Provinsi yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Pedoman ini. Laporan dari sekolah/madrasah diverifikasi oleh Tim Pengelola BOS Kabupaten/Kota.

3. Pelaporan oleh Tim Manajamen BOS Kabupaten/Kota ke Tim Pengelola BOS

provinsi.

Dokumen yang memuat laporan BOS yang disampaikann oleh Tim Manajemen BOS di Kabupaten/Kota kepada Tim Pengelola BOS Provinsi antara lain :

a. Pengantar Laporan Penggunaan BOS (Format B4)

b. Rekapitulasi Penggunaan Dana BOS SMK/SMA/MA (Format K9) (dengan soft file format exel)

c. Rekapitulasi Kelebihan Penerimaan Dana BOS (Format K10) (dengan soft file format exel)

d. Rekapitulasi Sekolah/Madrasah yang menolak menerima BOS Provinsi (Format K11) (dengan soft file format exel), dilampiri dengan Surat Pernyataan Kepala Sekolah, Komite dan Orang Tua Siswa, diketahui oleh Kepala Dinas Pendidikan Kab/Kota untuk SMK/SMA dan Kepala Kemenag untuk MA.

e. Penanganan Pengaduan Masyarakat, yang antara lain berisi informasi tentang jenis kasus, skala kasus, kemampuan penanganan, dan status penyelesain.

f. Dokumen pelaporan dari sekolah/madrasah 1 (satu) rangkap yang sudah diverifikasi oleh Tim Pengelola BOS Kabupaten/Kota.

4. Pelaporan oleh Tim Manajamen BOS Provinsi

Pada setiap akhir tahun, Tim Manajemen BOS Provinsi harus melaporkan semua kegiatan yang berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan program BOS Provinsi, sejauh mana pelaksanaan program berjalan sesuai dengan yang direncanakan, apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum/tidak dikerjakan, hambatan apa raja yang terjadi dan mengapa hal tersebut dapat terjadi, serta upaya apa yang telah dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut, serta rekomendasi untuk perbaikan program di masa yang akan datang, baik program yang sama maupun program lain yang sejenis.

Lampiran laporan oleh Tim Manajemen BOS Provinsi adalah:

a. Nama sekolah penerima BOS Provinsi dari tiap kabupaten/kota yang disertai dengan jumlah siswa dan jumlah dana dari masing-masing sekolah.

b. Hasil Penyerapan Dana BOS Provinsi

Berisikan tentang dana BOS Provinsi yang disalurkan per kabupaten/kota untuk setiap jenjang pendidikan, jenis sekolah, sttaus sekolah, serta berapa yang sudah terserap. Tim Manajemen BOS Provinsi menyusun laporan berdasarkan data/informasi yang diperoleh dari Tim Manajemen BOS Provinsi Tingkat Kabupaten/Kota. Laporan ini mengacu pada Formulir K10.

Gambar

Gambar 1. Skenario Pembiayaan Pendidikan Menengah
Gambar 2. Konsep Discount Fee Untuk Sekolah dengan Kondisi Tingkat Ekonomi Siswa  Homogen
Gambar 3. Bagan Mekansime Pendataan, Usulan, Pencairan dan Monev BOS.

Referensi

Dokumen terkait

Biaya pemula produksi dapat dibebankan kepada pesanan tertentu, dalam kelompok biaya tersendiri yang terpisah dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead

bantuan lainnya agar dana yang diterima daerah dapat meningkat; melakukan berbagai bentuk kerja sama dengan pihak swasta dan lembaga keuangan agar berbagai program pembangunan

Analisis Pendapatan & Biaya Pemeliharan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Menganalisis kondisi pemeliharaan dilihat dari aspek pendapatan yang diterima beserta aspek

Jumlah tunas yang tumbuh dapat ditentukan oleh tinggi pemotongan batang tanaman utama, namun kondisinya sangat dipengaruhi sisa asimilat sebagai cadangan pada

Menganalisis margin tataniaga, bagian yang diterima petani, keuntungan yang diterima lembaga tataniaga, dan efisiensi saluran tataniaga Tembakau dari Kecamatan Bukit

Struktur dan konten diklat yang membekali guru-guru dalam MGMP wilayah dengan pengetahuan tentang bagaimana merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran fisika yang

Studi kasus tentang retribusi pasar di Kabupaten Boyolali merupakan upaya pungutan yang dikenakan kepada pedagang yang dikelola pemerintah daerah atas fasilitas dan

Pada pengelolaan dana BOS kerap terjadi kendala teknis akibat dari keterlambatan pencairan dana dari Pemerintah yang mengakibatkan operasional sekolah tidak