• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 HASIL 5.1 Kegiatan Penangkapan Juvenil Sidat Alat tangkap (1) Anco / sirib / tangkul

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "5 HASIL 5.1 Kegiatan Penangkapan Juvenil Sidat Alat tangkap (1) Anco / sirib / tangkul"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

5 HASIL

5.1 Kegiatan Penangkapan Juvenil Sidat

Juvenil sidat merupakan fase awal pertumbuhan ikan sidat. Penangkapan juvenil sidat dilakukan di perairan umum tepatnya di sungai. Muara sungai merupakan tempat / fishing ground penangkapan yang baik bagi nelayan untuk menangkap juvenil sidat. Muara sungai menjadi pintu masuk juvenil untuk memulai ruaya ke arah badan / hulu sungai yang merupakan tempat sidat tumbuh berkembang ke fase sidat dewasa serta tempat mencari makan. Muara Sungai Cimandiri yang terletak di Teluk Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi merupakan tempat paling banyak terdapat aktivitas penangkapan juvenil sidat yang dilakukan nelayan sekitar. Penangkapan juvenil sidat di muara Sungai Cimandiri masih dilakukan secara tradisional.

5.1.1 Alat tangkap

Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap juvenil sidat adalah anco dan sodok. Anco termasuk alat tangkap ikan yang digolongkan ke dalam alat tangkap jaring angkat (lift net). Jaring angkat adalah alat menangkap ikan yang dioperasikan dengan cara menurunkan dan mengangkat jaring secara vertikal. Sodok merupakan alat tangkap ikan yang digolongkan ke dalam atat tangkap jaring dorong (push net). Pengoperasian kedua alat tangkap tidak menggunakan kapal / perahu, karena penangkapan dilakukan di pinggir muara atau badan sungai.

(1) Anco / sirib / tangkul

Alat tangkap yang digunakan adalah anco, masyarakat lokal menyebutnya sirib. Anco atau sirib berbentuk jaring empat persegi dilengkapi dua buah belahan bambu tipis menyilang, dimana keempat sisi jaring diikat dengan tali pada ujung belahan bambu yang disilangkan. Ukuran jaring pada anco memiliki panjang dan lebar 1,1 – 1,5m dan 1,1 – 1,5m. Panjang alat tangkap dari atas (bambu yang disilangkan) sampai bawah (waring) adalah 1 m. Bahan jaring terbuat dari waring (PE) halus dengan mesh size 0,5 – 0,8 mm. Anco yang digunakan untuk menangkap juvenil sidat tidak dilengkapi tangkai dari bambu. Ukuran anco yang

(2)

kecil cukup menggunakan tangan untuk mengoperasikan alat ini. Daya tahan anco sekitar 6 – 8 bulan apabila pemakaiannya dilakukan dengan benar.

(2) Sodok / sodo

Selain sirib alat yang digunakan untuk menangkap juvenil sidat adalah sodok / sodo. Sodok berbentunk jaring dengan mulut segi tiga sama kaki yang memiliki bingkai dari kayu. Alat tangkap sodok memiliki panjang berkisar antara 1 – 1,5 m lebar mulut 1,8 – 2 m. Bahan jaring terbuat dari waring (PE) halus dan dengan mesh size 0, 5 mm. Sodok untuk menangkap juvenil sidat tidak dilengkapi kantong. Pengoperasian sodok cukup dilakukan menggunakan tangan. Daya tahan alat tangkap sodok berkisar 1 tahun dengan asumsi pemakaian dilakukan secara baik dan tidak terkendala kerusakan. Gambar konstruksi alat tangkap anco dan sodok sebagai berikut.

Sumber : Data primer

b

a

Keterangan: (a) alat tangkap anco; (b) alat tangkap sodok Gambar 8 Alat penangkap juvenil sidat

Adapun dalam proses penangkapan juvenil sidat menggunakan alat bantu penangkapan. Alat bantu penangkapan memudahkan dalam proses penangkapan juvenil sidat. Alat bantu yang digunakan dalam proses penangkapan adalah petromak, senter batrai, obor, piring, dan wadah kantong plastik. Petromak, senter batrai dan obor sebagai alat penerangan yang berfungsi menerangi lokasi sekitar penangkapan, sehingga memudahkan nelayan untuk melihat adanya juvenil sidat yang tertangkap di alat tangkap. Piring berfungsi sebagai alat penyerok hasil tangkapan dari alat tangkap yang kemudian dipindahkan ke kantong plastik.

(3)

Kantong plastik berfungsi sebagai wadah sementara hasil tangkapan. Kantong plastik diletakkan di bagian dada nelayan dengan mengalungkan talinya di leher nelayan. Kantong plastik di lengkapi penyaring yang terbuat dari jaring PE yang memiliki mesh size 1 mm. Fungsi jaring penyaring adalah menyaring atau mensortasi hasil tangkapan juvenil sidat dengan hasil tangkapan lainya. Alat bantu penangkapan juvenil sidat dapat dilihat pada Gambar 9.

a b

c d

Keterangan:(a) petromak; (b) piring serok; (c) lampu senter kepala; (d) kantong (wadah) plastik

Gambar 9 Alat bantu penangkapan juvenil sidat 5.1.2 Nelayan

Berdasarkan dari hasil wawancara terhadap 35 responden, nelayan sidat di Sungai Cimandiri Palabuhanratu memiliki tingkat pendidikan dari SD sampai

(4)

SMA. Usia nelayan berkisar antara 20 – 75 tahun. Berdasarkan fungsi kerja nelayan sidat terdiri atas nelayan penampung dan nelayan penangkap. Nelayan penampung adalah nelayan yang bertugas menanmpung semua hasil tangkapan dari nelayan penangkap, nelayan penampung terkadang ikut melakukan penangkapan. Nelayan penangkap bertugas menangkap juvenil sidat di muara sungai. Jumlah nelayan penampung di sekitar Sungai Cimandiri sekitar 9 orang, setiap nelayan penampung memilki kurang lebih 20-30 nelayan penangkap.

Berdasarkan jenis pekerjaan nelayan juvenil sidat digolongkan menjadi dua yairu nelayan pekerjaan utama dan nelayan pekerjaan sambilan. Nelayan pekerjaan utama adalah nelayan yang seluruh aktivitas pekerjaannya menangkap ikan, sedangkan nelayan pekerjaan sambilan adalah nelayan yang sebagian aktivitas pekerjaanya menangkap ikan. Kebanyakan nelayan juvenil sidat adalah nelayan pekerjaan sambilan, karena ada pekerjaan selain menangkap ikan. Sambilan nelayan juvenil sidat adalah bertani, guru, buruh perusahaan.

5.1.3 Metode pengoperasian alat

Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan pengorasian anco dan sodok di bagi menjadi tiga tahap yaitu persiapan alat, pengoperasian dan pengumpulan hasil tangkapan.

Tahap pertama adalah persiapan alat, alat tangkap dan alat bantu penangkapan telah tersedia di tenda peristirahatan. Tenda peristirahatan terletak di dekat lokasi penangkapan, sehingga nelayan tidak perlu membawa pulang pergi peralatan penangkapan. Peralatan yang harus di persiapkan untuk proses penangkapan adalah alat tangkap anco atau sodok, petromak atau senter batrei, bambu penyangga petromak apabila memakai petromak, piring serok, kantong plastik yang diisi air dan nelayan memakai baju anti air yang terbuat dari plastik.

Tahap kedua adalah pengoperasian, nelayan yang sudah menyiapkan peralatan siap menuju ke lokasi penangkapan. Jarak antara tenda peristirahatan dengan lokasi penangkapan muara sungai berjarak 5–10 m. Tiba di muara sungai nelayan memasang tiang penyangga dari batang bambu untuk menaruh memasang petromak. Menangkap juvenil sidat dimulai, pengoperasian anco dan sodok sangat sederhana dan mudah yaitu dengan cara menurunkan alat tangkap ke permukaan perairan muara sungai, lalu serok permukaan perairan dengan sedikit

(5)

dorongan, setelah alat didorong ke depan angkat alat tangkap. Dengan bantuan petromak nelayan dapat melihat juvenil sidat yang tertangkap. Juvenil sidat atau nelayan menyebut impun sidat yang tertangkap segera diserok (diciduk) menggunakan piring yang terbuat dari plastik. Impun sidat yang diserok di masukan ke kantong plastik yang telah dikalungkan. Pengoperasian dilakukan secara terus – menerus sepanjang malam sampai juvenil sidat telah terkumpul banyak di kantong plastik.

Tahap ketiga adalah pengumpulan hasil tangkapan, setelah kantong plastik terisi penuh oleh juvenil sidat, nelayan segera kembali ke tenda peristirahatan. Nelayan pengumpul yang menunggu di tenda segera mempersiapkan timbangan untuk segera menimbang hasil tangkapan. Hasil tangkapan juvenil sidat yang telah di timbang ditaruh di sterofoam. Nelayan melakukan pengoperasian penangkapan kembali setelah mengumpulkan hasil tangkapan.

5.1.4 Hasil tangkapan

Hasil tangkapan anco dan sodok seperti tembang (Clupea sp), teri (Stolephorus sp), japuh (Dussumiera sp), selar (Charanx sp), pepetek (Leiognathus sp), kerot-kerot (Therapon sp), cumi-cumi (Loligo sp), sotong (Sepia sp), layur (Trichiurus sp), kembung (Rastrelliger sp), udang kecil dan rebon (Subani dan Barus 1989). Sasaran utama penangkapan adalah juvenil sidat (Anguilla sp.). Menurut Sriati (1998) ikan sidat yang tertangkap di muara Sungai Cimandiri terdiri dari dua spesies yairu Anguilla bicolor bicolor dan Anguilla celebesensis. Dalam pengoperasian nelayan mendapatkan hasil tangkapan sekitar 95% adalah juvenil sidat (Anguilla sp.) dan sisanya 5% adalah hasil tangkapan sampingan berupa udang air tawar (Macrobachium sp.), kepiting air tawar (Parathelphusa sp.), betutu (Oxyeleotris marmorata), teri (Stolephorus sp.), moa / impun pendek (Coloconger sp.), pepetek (Leiognathus sp.).

5.1.5 Daerah penangkapan juvenil sidat

Daerah penangkapan juvenil sidat terletak di daerah muara dan badan Sungai Cimandiri. Muara sungai merupakan tempat paling banyak sidat tertangkap. Juvenil sidat melewati muara sungai sebagai alur ruaya menuju ke sungai untuk proses perkembangan setelah menetas dan terbawa arus dari laut. Berdasarkan hasil wawancara nelayan bahwa muara Sungai Cimandiri merupakan

(6)

penghasil juvenil sidat alami yang paling banyak di Kabupaten Sukabumi. Selain muara Sungai Cimandiri terdapat tempat lain yang menjadi lokasi penangkapan juvenil sidat yaitu di Sungai Cibareno, Sungai Citepus, Sungai Citarik, Sungai Cibuni, Sungai Cikaso dan Sungai Cidahu.

5.1.6 Waktu dan musim penangkapan juvenil sidat

Penangkapan juvenil sidat dilakukan pada pukul 18:00–05:00 WIB. Nelayan berangkat dari rumah menuju ke muara sungai Cimandiri sekitar pukul 17:00 WIB dengan membawa perbekalan makanan. Rumah nelayan yang mayoritas dekat dengan lokasi penangkapan jarak yang di tempuh nelayan menuju lokasi penangkapan sekitar 1-2 km dengan durasi waktu 15-45 menit. Sesampainya di lokasi penangkapan, nelayan menuju ke tenda peristirahatan untuk menyiapkan peralatan untuk menangkap juvenil sidat. Penangkapan di mulai ketika air laut mengalami awal pasang yaitu sekitar pukul 19:00-20:00 WIB. Selama 4-5 jam nelayan melakukan kegiatan penangkapan di pinggir muara sungai dan istirahat sambil menimbang hasil tangkapan yang di peroleh sekitar 1– 2 jam kemudian dilanjutkan menangkap lagi sampai selesai sekitar pukul 05:00 WIB dimana air laut telah surut.

Musim penangkapan sidat di sungai Cimandiri Kabupaten Sukabumi tidak diketahui waktu yang tepat. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan di sepanjang tahun 2010 sampai akhir tahun 2011 terjadi aktivitas penangkapan di muara Sungai Cimandiri. Dari data perusahaan budidaya dan pengolahan sidat, jumlah juvenil sidat yang dijual nelayan pengumpul ke perusahaan sepanjang tahun 2011 sebesar 580,927 kg. Berikut adalah grafik jumlah juvenil sidat yang masuk ke penampungan perusahaan budidaya dan pengolahan sidat pada periode tahun 2011.

(7)

21.415 18.974 9.299 31.706 58.094 162.379171.775 14.981 12.416 44.862 19.292 15.734 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 Juml ah (Kg) Bulan

Sumber : Data sekunder perusahaan budidaya dan pengolahan sidat (2012) Gambar 10 Grafik jumlah juvenil sidat yang ditampung ke perusahaan periode

bulan Januari-Desember tahun 2011

Periode tahun 2011 data jumlah juvenil sidat yang masuk ke perusahaan dari nelayan pengumpul menjadi tolak ukur bahwa musim penangkapan terjadi sepanjang tahun. Musim puncak penangkapan juvenil sidat terjadi pada bulan Juni – Juli 2011, dilihat dari jumlah juvenil yang masuk ke perusahaan pada bulan Juni dan Juli sebesar 162,379 kg dan 171,775 kg. Pada akhir 2011 jumlah juvenil mengalami penurunan dan awal tahun 2012 mengalami kekosongan stok.

Pada awal tahun 2012 dari bulan Januari sampai awal Juni tidak ada aktivitas penangkapan. Tidak adanya aktivitas penangkapan disebabkan tidak adanya hasil tangkapan yang tertangkap. Faktor yang menyebabkan tidak adanya ketersediaan juvenil sidat di alam adalah kondisi iklim yang tidak menentu, pembangunan PLTU dan breakwater di dekat muara sungai, dan banyaknya pencemaran limbah pertanian dan rumah tangga di perairan Sungai Cimandiri.

Penangkapan sidat juga ditentukan dengan faktor kekeruhan air, arus pasang surut dan fase bulan. Juvenil sidat menyukai kondisi perairan yang keruh. Air keruh membuat juvenil sidat terhindar dari predator pemangsa. Menuruut Deelder (1984) juvenil sidat mempunyai kemampuan untuk mencium bau air tawar dan akan berenang mengikuti sumber air tawar tersebut. Arus pasang surut mempengaruhi migrasi juvenil sidat dari fase larva sampai dewasa. Larva sidat yang baru menetas akan terbawa arus ke arah pantai. Perubahan aliran air dan

(8)

pasang surut membuat juvenil sidat berenang menuju ke muara sungai dan melanjutkan ke hulu sungai. Fase bulan juga mempengaruhi migrasi sidat. Penangkapan di sungai Cimandiri dilakukan pada tanggal 16 – 25 penanggalan bulan hijriah atau jawa, hal ini di sebabkan pada tanggal tersebut terjadi bulan gelap atau bulan setelah bulan purnama. Sidat tidak melakukan migrasi selama periode bulan purnama. Pada periode bulan purnama intensitas cahaya membuat sidat bersembunyi di dasar perairan karena menghindar dari predator pemangsa. 5.1.7 Pemasaran juvenil sidat

Proses pemasaran juvenil sidat dimulai dari ikan yang tertangkap oleh nelayan penangkap ditimbang di tenda peristirahatan. Nelayan penampung bertugas untuk mengumpulkan hasil tangkapan yang telah ditimbang dan mensortasi juvenil sidat yang memiliki kondisi yang baik dan sehat. Juvenil selanjutnya di tampung di wadah sementara berupa sterefoam dan bak. Nalayan penampung membeli juvenil sidat dari nelayan penangkap dengan harga Rp 300.000,- sampai Rp 500.000,- per satuan kilogram.

Proses selanjutnya nelayan penampung menjual juvenil sidat ke perusahaan budidaya pembesaran. Berdasarkan hasil wawancara nelayan, pada tahun 1990 sampai tahun 2000 ada perusahaan budidaya yang membeli juvenil sidat yaitu prusahaan Indo eel, Tahapan jaya, SDB dan petani budidaya. Sekarang perusahaan tersebut telah mengalami kebangkrutan. Juvenil sidat sekarang ditampung oleh perusahaan Java eel yang berada di setasiun lapang kelautan IPB Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Harga jual juvenil sidat dari penampung ke perusahaan budidaya bisa mencapai Rp. 500.000,- sampai Rp 800.000,- per satuan kilogram. Satu kilogram juvenil sidat berjumlah 6000 ekor . Proses pendistribusian ikan dengan menggunakan transpotasi mobil bak terbuka. Juvenil sidat dipacking menggunakan plastik yang diisi air dan oksigen.

Perusahaan budidaya membesarkan sidat sampai dalam ukuran konsumsi lalu sidat diolah. Hasil olahan sidat dijual ke pasar internasional dengan tujuan negara Jepang, Korea dan China serta ada pasar nasional yang di distribusikan ke hotel dan restoran masakan jepang. Harga ikan olahan mencapai Rp1.000.000 per satuan kilogram. Satu kilogram sidat olahan setara dengan empat ekor sidat ukuran konsumsi (250 gr). Pendistribusian sidat yang telah diolah menuju pasar

(9)

internasional menggunakan jalur laut (kapal) dan jalur udara (pesawat). Semakin tingginya permintaan akan sidat di pasar internasional membuat investor asing dari berbagai negara seperti Korea dan China melakukan kerja sama untuk membuat perusahaan budidaya dan pengolahan. Hal ini bertolak belakang dengan berkurangnya hasil tangkapan juvenil sidat yang tersedia di alam.

Nelayan alat

Nelayan penampung

Petani Budidaya

Perusahaan Budidaya dan Pengolahan

Sumber : Data primer

Pasar Nasional Ekspor

Gambar 11 Diagram alir pemasaran juvenil sidat

5.2 Tingkat Keberlanjutan Penangkapan Juvenil Sidat 5.2.1 Aspek biologi

Dalam penilaian aspek biologi penangkapan juvenil sidat dapat diketahui dengan pemberian skor pada setiap kriteria. Kriteria dan skor pada aspek biologi dapat dilihat pada Tabel 9.

(10)

Tabel 9 Penilaian kriteria aspek biologi penangkapan juvenil sidat

No Kriteria Aspek Biologi Penangkapan Juvenil Sidat Skor

1 Jenis hasil tangkapan 8

2 Produksi tangkapan per hari 6

3 Selektivitas 8

4 Ukuran ikan yang tertangkap 3

5 Sumberdaya ikan di alam 6

6 Lama musim ikan 6

7 Lama musim penangkapan ikan 7

Keterangan :

• Penilaian skor selang skor 1-8 (1 nilai terburuk dan 8 nilai terbaik)

Tabel 10 Standardisasi aspek biologi penangkapan juvenil sidat

No Kriteria Aspek Biologi Penangkapan Juvenil Sidat V(Xi) UP

1 Jenis hasil tangkapan 1,000 1

2 Produksi tangkapan per hari 0,600 3

3 Selektivitas 1,000 1

4 Ukuran ikan yang tertangkap 0,000 4

5 Sumberdaya ikan di alam 0,600 3

6 Lama musim ikan 0,600 3

7 Lama musim penangkapan ikan 0,800 2

Total 4,600

Keterangan :

• UP : urutan prioritas dimana urutan prioritas terbaik adalah 1 dan 4 yang terburuk

• Skor tertinggi untuk masing-masing kriteria dijadikan skor baku bernilai 1,00

Setelah dilakukan standadisasi aspek biologi secara keseluruhan menggunakan fungsi nilai menempatkan kriteria jenis hasil tangkapan dan selektivitas pada urutan pertama, kriteria lama musim penangkapan ikan pada urutan kedua, kriteria produksi tangkapan dan sumberdaya ikan di alam serta lama musim ikan pada urutan ketiga dan terakhir ukuran ikan yang tertangkap.

Jenis hasil tangkapan dan selektivitas memiliki nilai tertinggi pada urutan prioritas disebabkan pada penangkapan juvenil sidat jenis ikan yang tertangkap secara keseluruhan adalah tangkapan utama sehingga alat tangkap sangat selektif dalam menanagkap hasil tangkapan. Ukuran ikan yang tertangkap memiliki nilai terendah pada urutan prioritas, karena ikan sidat yang ditangkap masih berukuran juvenil(glass eel) belum matang gonad.

(11)

5.2.2 Aspek teknis

Dalam penilaian aspek teknis penangkapan juvenil sidat dapat diketahui dengan pemberian skor pada setiap kriteria. Nilai skor pada setiap kriteria memiliki selang 1-8 dimana nilai 1 merupakan skor terendah dan nilai 8 merupakan skor tertinggi yang diberikan pada setiap kriteria. Dalam aspek teknis penangkapan juvenil sidat penilaian terdiri dari 7 kriteria yang mewakili. Kriteria dan skor pada aspek teknis dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Penilaian kriteria aspek teknis penangkapan juvenil sidat

No Kriteria Aspek Teknis Penangkapan Juvenil Sidat Skor

1 Jenis alat tangkap 4

2 Alat bantu penangkapan 4

3 Ukuran mata jaring 2

4 Karakteristik alat penangkapan ikan 6

5 Pengaruh alat tangkap terhadap lingkungan 6

6 Kesesuaian daerah penangkapan 8

7 Produktivitas nelayan 5

Keterangan :

• Penilaian skor selang skor 1-8 (1 nilai terburuk dan 8 nilai terbaik)

Tabel 12 Standardisasi aspek teknis penangkapan juvenil sidat

No Kriteria Aspek Teknis Penangkapan Juvenil Sidat V(Xi) UP

1 Jenis alat tangkap 0,333 4

2 Alat bantu penangkapan 0,333 4

3 Ukuran mata jaring 0,000 5

4 Karakteristik alat penangkapan ikan 0,667 2 5 Pengaruh alat tangkap terhadap lingkungan 0,667 2

6 Kesesuaian daerah penangkapan 1,000 1

7 Produktivitas nelayan 0,500 3

Total 3,500

Keterangan :

• UP : urutan prioritas dimana urutan prioritas terbaik adalah 1 dan 5 yang terburuk

• Skor tertinggi untuk masing-masing kriteria dijadikan skor baku bernilai 1,00

Setelah dilakukan standadisasi aspek teknis secara keseluruhan menggunakan fungsi nilai menempatkan kriteria kesesuaian daerah penangkapan pada urutan pertama, karakteristik alat penangkapan ikan dan pengaruh alat tangkap terhadap lingkungan pada urutan kedua, produktivitas nelayan pada urutan ketiga, jenis alat tangkap dan alat bantu penangkapan pada urutan keempat dan terakhir ukuran mata jaring.

(12)

Kriteria kesesuaian daerah penangkapan menenmpati urutan pertama, karena nelayan menangkap juvenil sidat sesuai dengan daerah dimana juvenil sidat bergerombol di daerah muara sungai sehingga penangkapan sangat efektif. Ukuran mata jaring memiliki nilai terendah, mesh size jaring 0,5 mm.

5.2.3 Aspek sosial

Dalam penilaian aspek sosial penangkapan juvenil sidat dapat diketahui dengan pemberian skor pada setiap kriteria. Dalam aspek sosial penangkapan juvenil sidat penilaian terdiri dari 6 kriteria yang mewakili. Kriteria dan skor pada aspek sosial dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13Penilaian kriteria aspek sosial penangkapan juvenil sidat

No Kriteria Aspek Sosial Penangkapan Juvenil Sidat Skor

1 Tenaga kerja 4

2 Pengalaman Kerja 8

3 Tingkat pendidikan nelayan 3

4 Kesejahteraan nelayan 6

5 Konflik sosial 7

6 Peran keluarga 6

Keterangan :

• Penilaian skor selang skor 1-8 (1 nilai terburuk dan 8 nilai terbaik)

Tabel 14 Standardisasi aspek sosial penangkapan juvenil sidat

No Kriteria Aspek Sosial Penangkapan Juvenil Sidat V(Xi) UP

1 Tenaga kerja 0,200 4

2 Pengalaman Kerja 1,000 1

3 Tingkat pendidikan nelayan 0,000 5

4 Kesejahteraan nelayan 0,600 3

5 Konflik sosial 0,800 2

6 Peran keluarga 0,600 3

Total 3,200

Keterangan :

• UP : urutan prioritas dimana urutan prioritas terbaik adalah 1 dan 5 yang terburuk

• Skor tertinggi untuk masing-masing kriteria dijadikan skor baku bernilai 1,00

Setelah dilakukan standadisasi aspek sosial secara keseluruhan menggunakan fungsi nilai menempatkan kriteria pengalaman kerja pada urutan pertama, konflik sosial pada urutan kedua, peran keluarga dan kesejahteraan nelayan diurtan ketiga, tenaga kerja urutan keempat dan terakhir tingkat pendidikan nelayan.

(13)

Kriteria pengalam kerja menempati urutan pertama, karena rata-rata nelayan penangkap juvenil sidat sudah lama melakukan aktivitas penangkapan ikan dan sangat ahli dalam menggunakan alat. Tingkat pendidikan nelayan memiliki nilai terendah, karena rata-rata pendidikan nelayan hanya lulusan sekolah dasar.

5.2.4 Aspek ekonomi

Dalam penilaian aspek ekonomi penangkapan juvenil sidat dapat diketahui dengan pemberian skor pada setiap kriteria. Dalam aspek teknis penangkapan juvenil sidat penilaian terdiri dari 5 kriteria yang mewakili. Kriteria dan skor pada aspek ekonomi dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Penilaian kriteria aspek ekonomi penangkapan juvenil sidat

No Kriteria Aspek Ekonomi Penangkapan Juvenil Sidat Skor

1 Biaya investasi alat (1 alat tangkap) 8

2 Biaya perbekalan operasional per malam 7

3 Biaya perwatan alat tangkap 8

4 Pendapatan bersih 4

5 Harga jual ikan per kg 8

Keterangan :

• Penilaian skor selang skor 1-8 (1 nilai terburuk dan 8 nilai terbaik)

Tabel 16 Standardisasi aspek ekonomi penangkapan juvenil sidat

No Kriteria Aspek Ekonomi Penangkapan Juvenil Sidat V(Xi) UP 1 Biaya Investasi alat (1 alat tangkap) 1,000 1 2 Biaya perbekalan operasional per malam 0,750 2

3 Biaya perwatan alat tangkap 1,000 1

4 Pendapatan bersih 0,000 3

5 Harga jual ikan per kg 1,000 1

Total 3,750

Keterangan :

• UP : urutan prioritas dimana urutan prioritas terbaik adalah 1 dan 5 yang terburuk

• Skor tertinggi untuk masing-masing kriteria dijadikan skor baku bernilai 1,00

Setelah dilakukan standadisasi aspek ekonomi secara keseluruhan menggunakan fungsi nilai menempatkan kriteria biaya investasi dan perawatan alat tangkap serta harga jual ikan per kg menempati urutan pertama, biaya perbekalan urutan kedua dan terakhir pendapatn bersih nelayan.

Kriteria biaya investasi dan perawatan alat memiliki nilai tertinggi karena harga alat tangkap bernama sirib murah berkisar antara Rp 20.000 – Rp 80.000

(14)

per alat tangkap, nelayan juga bisa membuat sendiri alat tangkap tersebut. Biaya perawatan alat juga tidak mahal dan umur teknis alat tangkap lumayan lama sekitar 6-8 bulan. Harga jual juvenil sidat per kg bisa mencapai Rp500.000 sehingga menguntungkan nelayan. Pendapatan bersih nelayan memiliki nilai terendah karena hasil tangkapan juvenil sidat banyak mengalami kematian sebelum dijual, sehingga sidat yang tertangkap tidak semua terjual.

5.2.5 Aspek gabungan

Total penilaian secara menyeluruh pada masing-masing aspek yaitu aspek biologi, teknis, sosial dan ekonomi dijadikan kriteria pada aspek gabungan. Analisis aspek gabungan dilakukan dengan menjadikan nilai dari masing-masing aspek menjadi nilai kriteria baru. Nilai dari masing-masing kriteria dalam analisis gabungan semua aspek dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Nilai keberlanjutan aspek gabungan penangkapan juvenil sidat

No Aspek Gabungan V(Xi) Nilai Keberlanjutan

1 Aspek biologi 4,600 66%

2 Aspek teknis 3,500 50%

3 Aspek sosial 3,200 53%

4 Aspek ekonomi 3,750 75%

Nilai keberlanjutan diperoleh dari jumlah total fungsi nilai dari kriteria aspek dibagi dengan banyaknya jumlah kriteria pada setiap aspek. Keberlanjutan penangkapan juvenil sidat dilihat dari keempat aspek menunjukan bahwa aspek ekonomi memiliki presentase 75% dan secara berurut aspek biologi memiliki presentase 66%, aspek sosial 53% dan aspek teknis 50%. Berikut adalah gambar grafik keberlanjutan penangkapan juvenil sidat dapat dilihat pada Gambar 12.

(15)

66% 50% 53% 75% 0% 20% 40% 60% 80% 100%Aspek biologi Aspek teknis Aspek sosial Aspek ekonomi

Gambar 12 Grafik Keberlanjutan penangkapan juvenil sidat

Keberlanjutan penangkapan juvenil sidat di muara sungai Cimandiri secara aspek biologi, teknis, sosial dan ekonomi memiliki status keberlanjutan yang dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Status keberlanjutan penangkapan juvenil sidat

No Dimensi aspek Persentase indeks

keberlanjutan

Status keberlanjutan

1 Aspek biologi 66% Cukup

2 Aspek teknis 50% Cukup

3 Aspek sosial 53% Cukup

4 Aspek ekonomi 75% Baik

Status keberlanjutan penangkapan juvenil sidat dilihat dari segi pandang aspek biologi memiliki nilai 66% berarti masuk dalam kategori ‘Cukup’. Secara biologi penangkapan sidat di muara Sungai Cimandiri bisa dikatakan masih dalam keadaan yang bisa dilanjutkan. Kriteria aspek biologi menunjukkan tidak adanya kendala, baik dari jumlah stock ikan di alam, produksi tangkapan, selektivitas. Namun perlu adanya pembatasan tangkapan secara besar-besaran agar tidak terjadi penurunan produksi tangkapan.

Secara teknis penangkapan juvenil sidat memiliki indeks presentase 50% berarti masuk dalam kategori ‘Cukup’. Penangkapan juvenil sidat secara teknis masih menggunakan peralatan yang semi tradisional, hal ini berakibat potensi stok sidat yang tersedia banyak di alam tidak dimanfaatkan dengan maksimal.

(16)

Aspek sosial yang berpengaruh terhadap nelayan penangkap juvenil sidat memiliki indeks presentase 53% berarti masuk kedalam kategori ‘Cukup’. Keberlanjutan penangkapan juvenil sidat secara sosial masih bisa dilanjutkan, banyaknya tenaga kerja sebagai nelayan serta pengalaman nelayan menangkap sidat menjadi faktor penting dalam keberlanjutan kegiatan penangkapan. Tidak adanya konflik sosial serta adanya peran keluarga nelayan membuat bekerja sebagai nelayan sidat menjadi pilihan untuk meningkatkan perekonomian nelayan.

Secara ekonomi penangkapan sidat murupakan usaha yang menguntungkan dilihat dari nilai indeks presentase 75%, secara ekonomi usaha penangkapan sidat bisa dikategorikan ‘Baik’ dan dapat dilanjutkan. Biaya investasi usaha yang rendah dengan pendapatan yang tinggi merupakan faktor banyak orang beralih ke usaha penangkapan sidat.

Gambar

Gambar 9 Alat bantu penangkapan juvenil sidat  5.1.2 Nelayan
Gambar 11 Diagram alir pemasaran juvenil sidat
Tabel 9 Penilaian kriteria aspek biologi penangkapan juvenil sidat
Tabel 18 Status keberlanjutan penangkapan juvenil sidat

Referensi

Dokumen terkait

diduga sitokinin eksogen yang ditambahkan dalam media pada awal penanaman belum berinteraksi dengan eksplan, sehingga sitokinin endogen dalam eksplan yang memacu

Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing degan metode eksperimen memberikan pengaruh lebih baik

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Isa dan Baiyewu (2006) terhadap 251 responden, bertujuan untuk mengkaji kualitas hidup pasien DM dan untuk membandingkan faktor

Begitupula dengan metode Shareholder Value Added (SVA) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan yang listing dengan perusahaan yang

Abstrak–Dalam penyelenggaraan rusuna di perkotaan, masih perlu upaya dukungan kebijakan pemerintah yang berguna untuk mengeliminir hambatan atau kendala yang terjadi di lapangan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan media rak bilangan dapat mencapai ketuntasan belajar, untuk mengetahui apakah pembelajaran

Pendidikan karakter mempunyai makna yang lebih tinggi dari pada pendidikan moral, karna pendidikan karakter bukan hanya berkaitan dengan masalah benar dan salah, tetapi

Persentase hidup stek cabang bambu betung tertinggi ditemukan pada penggunaan media tanah dengan bahan stek yang telah memiliki akar adventif, yaitu sebesar