• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) BERBANTUAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN SISWA KELAS III SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) BERBANTUAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN SISWA KELAS III SD"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

THINK TALK WRITE

(TTW)

BERBANTUAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN SISWA KELAS III SD

I Wyn. Yunita Dewi

1

, Md. Sumantri

2

, Pt. Nanci Riastini

3

1,2,3

Jurusan PGSD, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: yunita_dewi@y7mail.com

1

, madesumantripgsd@yahoo.co.id

2

chem_currie@yahoo.com

3

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis karangan siswa kelas III Tahun Pelajaran 2015/2016 di SD Negeri 5 Belimbing melalui penerapan model pembelajaran Think Talk Write.Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri 5 Belimbing, yang berjumlah 14 orang. Objek penelitian ini adalah keterampilan menulis karangan siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes menulis karangan. Data dianalisis untuk menghitung mean dan persentase mean. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase rata-rata keterampilan menulis karangan siswa kelas III SD Negeri 5 Belimbing. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan persentase rata-rata keterampilan menulis karangan siswa secara klasikal, yaitu dari pra siklus sebesar 62,64% (kategori rendah) menjadi 76,42% (kategori sedang) pada siklus I dan meningkat menjadi 82,14% (kategori tinggi) pada siklus II, terjadi peningkatan sebesar 19,50% dari pra siklus hingga siklus II. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran Think Talk Write dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan siswa kelas III SD Negeri 5 Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan tahun pelajaran 2015/2016.

Kata kunci: TTW, gambar seri, menulis karangan

Abstract

The purpose of this reserch was to improve writing skills of third grade students in SD Negeri 5 Belimbing, Pupuan, Tabanan, in the 2015/2016 academic years,by applying “Think Talk Write” learning model. This research was action research conducted in two cycles. Each cycle consists of planning, action, observation, and reflection. The subjects of this reserch were third grade students of SD Negeri 5 Belimbing that consist of 14 students. The object of this research was the students' writing skills. The data collection was done by writing test method. The data were analyzed to calculate mean and mean percentage. The results showed that an increase in the mean percentage of writing skills of third grade students in SD Negeri 5 Belimbing. It can be seen from the increase in mean percentage of writing skills of the students in the classical style, that were from pre-cycle of 62.64% (lower category) to 76.42% (medium category) in the first cycle and increased to 82.14% ( high category) in the second cycle, there were 19.50% increase from the pre cycle to cycle II. Based on these results, it can be concluded that the application of “Think Talk Write” learning model can improved writing skills of third grade students in SD Negeri 5 Belimbing, Pupuan, Tabanan in the 2015/2016 academic years.

(2)

PENDAHULUAN

Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di semua jenjang pendidikan. Subana dan Sunarti (2009:267) menyatakan bahwa “sasaran dari pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar adalah siswa terampil dalam menggunakan bahasa”. Artinya, bahasa ini memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, yaitu mempercepat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, sarana berpikir untuk menumbuh kembangkan cara berpikir logis, sistematis, dan kritis.

Sama dengan bahasa lainnya, Bahasa Indonesia memiliki empat keterampilan berbahasa. Slamet (2008:57) menyatakan bahwa “keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis”. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Hal ini disebabkan karena menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan ide-ide dalam suatu struktur tulisan yang teratur. Dengan menulis, anak akan lebih mampu mengenali kemampuan dan potensi diri.

Untuk dapat menulis, anak harus memiliki kemampuan menulis. Akhadiah, dkk (1988:2) menyatakan bahwa “kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks yang menuntut sebuah pengetahuan dan keterampilan”. Sebagai contoh ketika menulis karangan, seseorang harus memiliki kemampuan memahami apa yang hendak ditulis dan bagaimana cara menulisnya. Ketika menulis karangan,

seseorang harus mampu

mengembangkan berbagai gagasan yang akan dikemukakan sehingga menjadi tulisan yang mudah dipahami.

Namun kenyataannya, keterampilan menulis karangan anak SD masih rendah. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas III SD Negeri 5 Belimbing diperoleh data sebagai berikut.

(1) rendahnya kemampuan siswa dalam menemukan ide yang akan ditulisnya ke dalam bentuk karangan sehingga karangan yang ditulis siswa hanya seadanya yang biasanya hanya terdiri dari 1-2 kalimat saja, (2) rendahnya kemampuan siswa dalam memadukan hubungan antar kalimat, dan (3) rendahnya kemampuan siswa dalam penggunaan ejaan serta tanda baca.

Selanjutnya, berdasarkan hasil wawancara terhadap salah seorang guru kelas III SD Negeri 5 Belimbing pada tanggal 14 November 2016, diketahui bahwa: 1) siswa masih bingung dengan apa yang akan mereka tulis, 2) guru jarang mengelompokkan siswa pada saat pembelajaran, 3) siswa hanya diminta untuk mengerjakan tugas menulis karangan secara individu sehingga mereka kurang berinteraksi dengan temannya untuk menemukan ide, 4) Guru juga belum menggunakan metode dan media pembelajaran yang tepat ketika pembelajaran menulis karangan berlangsung, sehingga siswa kurang paham terhadap kegiatan pembelajaran dan siswa menjadi cepat bosan dalam belajar.

Kegiatan pembelajaran yang demikian seperti terpapar di atas berdampak pada keterampilan menulis karangan. Berdasarkan studi dokumen kelas III SD Negeri 5 Belimbing, rata-rata nilai keterampilan menulis karangan siswa kelas III adalah 62,64 masih berada dibawah nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah, yaitu 65. Hanya 5 orang siswa dari 14 orang siswa (35%) mendapat nilai lebih besar dari 65.

Adanya permasalahan tersebut menyebabkan perlunya sebuah usaha perbaikan atau tindakan untuk mengatasinya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah menggunakan model pembelajaran yang mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan berdasarkan pengalaman nyata, sehingga dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan.

Salah satu proses pembelajaran yang dipandang tepat untuk digunakan

(3)

adalah model pembelajaran TTW. Huda (2013:218) menyatakan bahwa “model pembelajaran TTW merupakan fasilitas latihan berbahasa secara lisan dan menulis bahasa tersebut dengan lancar”. Teknik ini cukup menyenangkan untuk digunakan karena mendorong siswa untuk berpikir, berbicara, dan kemudian menuliskan suatu topik. Dalam menulis karangan, siswa perlu mengungkapkan ide-ide dalam bentuk tulisan. Dengan menggunakan model pembelajaran TTW, siswa akan diberikan kebebasan mengutarakan ide-ide mereka kepada teman-temannya karena biasanya siswa lebih terbuka kepada teman-temannya sehingga keterampilan menulis karangan siswa meningkat.

Kegiatan menulis karangan dengan model pembelajaran TTW akan lebih optimal apabila ditunjang dengan penggunaan media pembelajaran.

Salah satu media yang tepat untuk dipadukan dengan model pembelajaran TTW adalah media gambar seri. Adanya media gambar berseri, membuat siswa dapat melihat hubungan antara konsep, peristiwa, dan tokoh yang ada dalam pelajaran serta siswa dapat melihat hubungan antara komponen-komponen materi atau isi pelajaran yang diajarkan. Dengan ditampilkannya gambar seri, siswa akan belajar berpikir logis mengenai hubungan sebab akibat, kaitan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain yang mengikutinya. Darmadi dan Nirbaya (2008:26) menyatakan bahwa “Gambar seri merupakan gambar yang memuat cerita dari awal sampai akhir dan biasanya gambar seri terdiri dari beberapa gambar yang berurutan”. Dengan menggunakan model dan media ini keterampilan menulis karangan siswa kelas III SD Negeri 5 Belimbing dapat meningkat

.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian tentang “Penerapan Model Pembelajaran

Think Talk Write (TTW) Berbantuan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Siswa Kelas III di SD Negeri 5 Belimbing Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan Tahun Pelajaran 2015/2016”.

METODEPENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SD Negeri 5 Belimbing dengan jumlah populasi 14 siswa yang terdiri 5 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas karena bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran yang bermuara pada peningkatan keterampilan menulis karangan siswa. Pelaksanaan penelitian berlangsung dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari 3 (tiga) kali pertemuan. Rancangan penelitian tindakan yang dilakukan memiliki empat tahapan yaitu: (1) rencana tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi/evaluasi, dan (4) refleksi. Pelaksanaan penelitian berlangsung dalam dua siklus. Alur tahapan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (dalam Agung, 2005:91)

Keterangan:

1. Tahap Perencanaan

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan 3. Tahap Observasi dan Evaluasi 4. Tahap Refleksi

Tahapan tindakan siklus dijelaskan sebagai berikut.

Perencanaan, beberapa hal yang dilaksanakan dalam kegiatan perencanaan adalah sebagai berikut: (1) memilih standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator untuk materi menulis karangan, (2) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

1

2

3

4

1

2

3

4

Siklus I

Siklus II

(4)

berdasarkan indikator yang telah dibuat , (3) menyiapkan lembar kerja menulis mengenai materi pelajaran yang akan diajarkan, (4) mempersiapkan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, (5) menyusun tes evaluasi menulis karangan.

Tindakan, pelaksanaan tindakan disusun sesuai dengan tahap atau sintaks dari model pembelajaran TTW berbantuan media gambar seri. Tindakan yang dilakukan berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disusun. Setiap tindakan siklus dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Setiap akhir siklus, guru mengadakan tes evaluasi menulis karangan untuk setiap siswa.

Observasi/Evaluasi, dilakukan pada tahapan observasi ini adalah melakukan observasi pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan pedoman observasi yang telah dibuat. Pada akhir proses pembelajaran, dilakukan pengukuran hasil belajar yang diperoleh, menggunakan tes keterampilan menulis.

Refleksi, dilakukan untuk melihat, mengkaji, dan mempertimbangkan dampak tindakan yang telah diberikan. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti bersama-sama guru melakukan perbaikan kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran dan mencari pemecahan masalah untuk direncanakan tindakan pada siklus selanjutnya.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data keterampilan menulis karangan menggunakan instrumen berupa tes essay menulis karangan, yang tiap butirnya menyesuaikan dengan kisi-kisi tes.

Dalam penelitian tindakan kelas digunakan teknik analisis statistik deskriptif kuantitatif. Tujuannya adalah untuk menentukan tingkatan tinggi rendahnya keterampilan menulis karangan yang dikonversikan ke dalam

(PAP) skala lima.

Tabel 1. Pedoman Konversi PAP Skala Lima

Persentase Kriteria Hasil Kerja

90-100 Sangat Tinggi 80-89 Tinggi 65-79 Sedang 55-64 Rendah 0-54 Sangat Rendah (Sumber : Agung, 2005) Kriteria yang digunakan untuk

menentukan keberhasilan tindakan ini adalah terjadi perubahan atau peningkatan persentase nilai rata-rata klasikal keterampilan menulis karangan dari 62,64% (dalam kategori rendah) menjadi 80% (dalam kategori tinggi).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Berdasarkan analisis data penelitian tindakan kelas pada pra siklus, keterampilan menulis karangan siswa sebesar 62,64%. Setelah dikonversikan terhadap pedoman PAP skala 5, persentase tersebut berada pada kriteria rendah. Pada siklus I keterampilan menulis karangan siswa sebesar 76,42%.

Setelah dikonversikan terhadap pedoman PAP skala 5, persentase tersebut berada pada kriteria sedang. Setelah diadakan perbaikan pada siklus II, terjadi peningkatan persentase rata-rata keterampilan menulis karangan siswa siswa menjadi 82,14%. Setelah dikonversikan pada pedoman PAP skala 5, nilai tersebut berada pada kriteria tinggi. Ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sebesar 19,50% dari pra siklus hingga siklus II.

Dalam Perencanaan siklus I ada beberapa hal yang dipersiapkan sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas pada siklus I, yaitu (1) memilih standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator untuk materi menulis karangan,

(5)

(2) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan indikator yang telah dibuat , (3) menyiapkan lembar kerja menulis mengenai materi pelajaran yang akan diajarkan, (4) mempersiapkan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, (5) menyusun tes evaluasi menulis karangan.

Siklus I dilaksanakan selama tiga kali pertemuan, yaitu dua kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali pertemuan untuk melaksanakan tes menulis karangan. Penelitian pada pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 19 April 2016, pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 22 April 2016, dan tes menulis karangan dilaksanakan pada tanggal 26 April 2016.

Kegiatan observasi dilaksanakan selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Dalam kegiatan observasi, dilaksanakan pengamatan terhadap proses kegiatan belajar mengajar. Hasil pengamatan dituangkan dalam bantuk catatan-catatan kecil mengenai proses belajar mengajar dikelas dengan menggunakan lembar observasi (terlampir) yang diisi oleh observer (guru) yang digunakan sebagai refleksi untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya.

Hasil observasi yang diperoleh pada siklus I, yaitu (1) siswa terlihat bekerjasama dengan baik dalam kelompoknya, walaupun terkadang ada beberapa perdebatan antara anggota dalam kelompok. (2) siswa masih terlihat belum terbiasa berkelompok secara heterogen, (3) siswa masih ingin berkelompok hanya dengan teman yang jenis kelaminnya sama, (5) siswa aktif untuk mengemukakan pendapat kepada kelompoknya, (6) siswa mau mengemukakan ide-idenya, saling memberikan masukan dalam memadukan hubungan antar kalimat, dan (7) siswa mulai belajar berpikir logis mengenai hubungan sebab akibat melalui gambar seri yang sudah diurutkan, (8) secara keseluruhan kedisiplinan siswa sudah baik, walaupun ada dua orang siswa yang masih bercanda saat mengikuti proses pembelajaran

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama pemberian tindakan pada siklus I, terdapat beberapa masalah yang menyebabkan keterampilan menulis karangan siswa berada pada kategori sedang. Setelah dilakukan analisis dan refleksi ditemukan beberapa hal, yaitu sebagai berikut.

Berdasarkan hasil hasil penelitian penerapan model pembelajaran TTW berbantuan media gambar seri yang telah dilaksanakan pada siklus I, Walaupun terjadi peningkatan, tetapi masih ada beberapa siswa yang belum mampu memenuhi kriteria yang ditargetkan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan, ditemukan beberapa kendala dalam proses pembelajaran. Kendala tersebut yaitu: (1) dua kelompok yang perlu diberikan perhatian mengenai sikap belajarnya, (2) siswa masih tampak memilih teman yang jenis kelaminnya sama dalam pembentukan kelompok, (3) tiga orang siswa masih merasa malu atau canggung untuk bertukar pendapat dengan teman kelompoknya, (4) dua orang siswa kurang bekerjasama dalam kelompok, (5) satu orang siswa masih mengganggu kelompok lain yang sedang bekerja, (6) tiga orang siswa masih kurang berani menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas dan, (7) empat orang siswa yang sering tidak memperhatikan tanda baca.

Bertolak dari kendala-kendala yang dihadapi pada siklus I, maka perbaikan tindakan yang dilakukan pada siklus II adalah: (1) guru memberikan funishment

berupa pertanyaan bagi kelompok yang sikapnya masih kurang, (2) guru membuat peraturan dalam pembentukan kelompok yaitu terdiri dari perempuan dan laki-laki, (3) siswa yang berani mengungkapkan pendapatnya diberikan penguatan berupa sanjungan dan tepukan di punggung untuk meningkatkan kepercayaan diri agar mampu bertukar pendapat dengan teman kelompoknya, (4) siswa yang kurang bekerjasama dalam kelompok diberikan

funishment berupa menyuruh anggota kelompok maju ke depan kelas untuk menjawab pertanyaan dari guru, (5) siswa yang masih mengganggu kelompok lain yang sedang bekerja kelompok diberikan

(6)

funishment berupa menjawab pertanyaan dari teman yang diganggunya, (6) siswa yang berani menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas diberikan penghargaan berupa acungan jempol dan tepuk tangan, (7) sebelum pekerjaan dikumpulkan, siswa diingatkan kembali untuk memeriksa ejaan dan tanda baca.

Berdasarkan hasil refleksi terhadap pelaksanaan siklus I, disusun rancangan tindakan siklus II. Pelaksanaan siklus II ini didasarkan atas adanya kelemahan-kelemahan pada siklus I. Oleh karena itu, adanya perbaikan pada siklus II dilakukan untuk mengupayakan peningkatan keterampilan menulis karangan siswa kelas III di SD Negeri 5 Belimbing.

Ada beberapa hal yang dipersiapkan sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas pada siklus II, yaitu (1) memilih standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator untuk materi menulis karangan, (2) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan indikator yang telah dibuat , (3) menyiapkan lembar kerja menulis mengenai materi pelajaran yang akan diajarkan, (4) menyusun tes evaluasi menulis karangan dan, (5) mempersiapkan media gambar seri.

Siklus II dilaksanakan selama tiga kali pertemuan, yaitu dua kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali pertemuan untuk melaksanakan tes menulis karangan. Penelitian pada pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2016, pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2016,

dan tes evaluasi menulis karangan dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2016.

Kegiatan observasi dilaksanakan selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Dalam kegiatan dilakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran. (1) siswa menjadi lebih disiplin, tidak lagi merasa canggung untuk mengemukakan pendapatnya, (2) mereka langsung memeriksa kembali pekerjaannya untuk memastikan kembali hasil pekerjaannya

.

Melalui perbaikan proses pembelajaran dan pelaksanaan tindakan siklus I maka pada pelaksanaan siklus II telah mengalami peningkatan proses pembelajaran yang diperlihatkan melalui peningkatan hasil belajar siswa. Temuan-temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut. (1) sikap belajar setiap kelompok sudah mencapai kriteria baik, (2)siswa sudah terbiasa berkelompok secara heterogen, (3) iswa tidak lagi merasa canggung dalam bertukar pendapat, (4) siswa sudah mampu bekerjasama dengan baik dalam diskusi kelompok, (5) tidak ada lagi siswa yang mengganggu kelompok lain, (6) iswa sudah mampu menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas dan, (7) siswa sudah mengisi tanda baca pada pekerjaannya dengan kesadaran sendiri sebelum dikumpulkan.

Dari pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan dengan menggunakan model model pembelajaran TTW berbantuan media gambar seri maka keterampilan menulis karangan siswa di SD Negeri 5 Belimbing dapat dilihat pata

tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Peningkatan Persentase Keterampilan Menulis Karangan

VARIABEL PRA SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II PENINGKATAN

Keterampilan Menulis Karangan

62,64% 76,42 % 82,14 %

19,50% Rendah Sedang Tinggi

(7)

Gambar 2. Rekapitulasi Hasil Analisis Hasil Belajar IPA Siswa Pada Siklus I Dan II

Berdasarkan tabel di atas, maka

peningkatan persentase keterampilan

menulis karangan siswa pada pra

siklus

hingga

siklus

II

dapat

digambarkan dalam bentuk grafik,

seperti pada gambar 2.

Grafik di atas menunjukkan peningkatan yang tajam terjadi pada keterampilan menulis karangan siswa dari pra siklus hingga siklus II. Peningkatan tersebut adalah sebesar 19,50%. Dengan demikian, keterampilan menulis karangan siswa mengalami peningkatan setelah diterapkan pembelajaran TTW berbantuan media gambar seri.

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan

terjadinya peningkatan keterampilan

menulis karangan. Pada pra siklus,

persentase

rata-rata

keterampilan

menulis

karangan

siswa

sebesar

62,64% berada pada kategori rendah.

Pada siklus I persentase rata-rata

keterampilan menulis karangan siswa

sebesar 76,42% berada pada kategori

sedang, dan pada siklus II meningkat

menjadi 82,14% berada pada kategori

tinggi. Berdasarkan hasil tersebut,

terjadi

peningkatan

persentase

keterampilan menulis karangan dari

pra siklus hingga siklus II sebesar

19,50%.

Peningkatan persentase rata-rata dari pra siklus hingga siklus II dapat terjadi karena beberapa hal. Pertama, penerapan

model pembelajaran TTW yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur membawa dampak positf bagi keterampilan menulis karangan siswa. Model TTW ini memiliki tahapan dalam pembelajaran, yang terdiri dari kegiatan

think (berpikir), talk (berbicara), dan write

(menulis). Melalui keterampilan tersebut, siswa menjadi lebih berperan aktif dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri mengenai kegiatan menulis melalui serangkaian tahapan. Dengan demikian, siswa dapat mengembangkan keterampilan menulisnya. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Sanjaya (2006:226) yang menyatakan bahwa “strategi pembelajaran Think Talk Write adalah strategi yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan”. Selanjutnya, Huda (2013: 213) menyatakan bahwa “model TTW ini digunakan untuk mengembangkan tulisan dengan lancar dan melatih bahasa sebelum dituliskan”.

Kedua, penggunaan gambar seri dalam pembelajaran juga berkontribusi terhadap peningkatan keterampilan menulis karangan. Adanya media akan membuat materi pelajaran mudah dipahami dan meningkatkan perhatian siswa. Meningkatnya perhatian siswa dalam pembelajaran akan menimbulkan munculnya ide-ide yang akan dijadikan sebuah karangan oleh siswa sesuai dengan urutan yang logis. Dengan demikian, siswa akan memperoleh konsep tentang suatu topik tertentu sehingga keterampilan menulis siswa berkembang. Seperti yang diungkapkan Soeparno (1988:19) menyatakan bahwa “peranan gambar seri dalam pembelajaran menulis adalah membantu siswa dalam memperoleh konsep tentang suatu topik tertentu dengan mengamati gambar seri yang dibentangkan di depan kelas kemudian siswa diminta menuangkannya dalam bentuk tulisan”. Selanjutnya, Tarigan (2008:55) menjelaskan bahwa manfaat yang dapat diambil oleh siswa dari pengembangan paragraf dengan cara menganalisis gambar yaitu (a) 62,64% 76,42% 82,14% 50,00% 55,00% 60,00% 65,00% 70,00% 75,00% 80,00% 85,00% Pra siklus Siklus I Siklus II Keter am…

(8)

mengembangkan keterampilan melihat hubungan sebab akibat atau pesan yang tersirat dalam gambar; (b) mengembangkan daya imajinasi siswa; (c) melatih kecermatan dan ketelitian siswa dalam memperhatikan sesuatu; (c) mengembangkan daya interpretasi bentuk visual kedalam bentuk kata-kata atau kalimat.

Ketiga, peran penguatan dalam proses pembelajaran membangkitkan dan menumbuhkan rasa percaya diri siswa dalam belajar. Dengan adanya rasa percaya diri, siswa menjadi lebih aktif sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Pemberian penguatan juga akan memberikan kesan menyenangkan pada siswa, sehingga mereka termotivasi untuk mengulangi atau bahkan meningkatkan perbuatannya menjadi lebih baik. Dengan demikian, penguatan merupakan cara yang dapat digunakan guru untuk membangkitkan, menumbuhkan, dan memelihara sikap yang baik pada siswa, sehingga kemampuan siswa meningkat. Hal ini sejalan dengan pedapat yang dikemukakan oleh Winataputra (2005) menyatakan bahwa motivasi belajar berfungsi sebagai motor penggerak aktivitas belajar yang berkaitan erat dengan tujuan yang hendak dicapai oleh individu sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya. Selanjutnya, Hasibuan (2008:58) yang menyatakan bahwa memberikan penguatan diartikan dengan tingkah laku guru dalam merespon secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali, dimaksudkan untuk mengganjar atau membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi dalam interaksi belajar-mengajar.

Keempat, peran funishment

(hukuman) sangat bermanfaat bagi pembelajaran. Hukuman tersebut ditujukan untuk mengurangi tingkah laku negatif dengan manjatuhkan konsekuensi yang tidak diinginkan. Memberikan hukuman merupakan salah satu cara untuk membuat siswa yang berperilaku buruk dapat memperbaiki perilakunya. Pemberian hukuman ini dapat dijadikan

sebagai upaya dalam menjadikan siswa lebih disiplin dalam mengikuti pembelajaran. Hukuman yang diberikan berupa hukuman yang mendidik, seperti hukuman menjawab pertanyaan di depan kelas. Dengan demikian, hukuman dapat menjadikan siswa menjadi jera untuk mengulangi perilaku buruknya. Pendapat di atas didukung oleh pendapat Indrakusuma, (1973:14) yang menyatakan bahwa hukuman adalah tindakan yang dijatuhkan kepada anak secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan nestapa, dan dengan adanya nestapa itu anak akan menjadi sadar akan perbuatannya dan berjanji di dalam hatinya untuk tidak mengulanginya. Selanjutnya, Suwarno (1992:115) menyatakan bahwa menghukum adalah memberikan atau mengadakan nestapa/penderitaan dengan sengaja kepada anak yang menjadi asuhan kita dengan maksud supaya penderitaan itu betul-betul dirasakannya untuk menuju kearah perbaikan

.

Kelima, bimbingan guru memiliki peranan yang mendasar dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Peran guru salah satunya adalah memberikan bimbingan kepada siswa sehingga dapat mendorong siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Bimbingan guru dapat membantu siswa menyelesaikan tugasnya dan membantu siswa dalam memecahkan masalah. Hal ini berdampak pada meningkatnya keterampilan menulis karangan siswa. Seperti yang diungkapkan Lapono (2009), dalam pembelajaran di kelas, guru memainkan peranan sebagai pembimbing atau fasilitator dalam mengembangkan pengetahuan yang telah ada dalam diri peserta didik. Guru juga memiliki peran dalam membantu membimbing peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah apabila mengalami jalan buntu. Selanjutnya, Waluyo (2003:158) yang menyatakan bahwa penerapan teknik latihan terbimbing dalam pembelajaran menulis karangan narasi dapat menunjang latihan penggunaan bahasa.

Keberhasilan penelitian ini didukung pula oleh beberapa penelitian yang relevan. Penelitian yang mendukung adalah hasil penelitian yang dilakukan

(9)

oleh Ni Luh Putu Yeni Sugiarti, I Ketut Adnyana Putra, I.B Gede Surya Abadi pada tahun 2014 tentang Pengaruh Model Pembelajaran TTW Berbantuan Media Gambar Berseri Terhadap Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia Siswa Kelas V Sd Gugus 1 Kecamatan Kediri Tahun Ajaran 2013/2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran TTW berbantuan media gambar berseri berpengaruh terhadap keterampilan menulis bahasa Indonesia siswa kelas V SD Gugus 1 Kecamatan Kediri, Tabanan Tahun Ajaran 2013/2014. Hasil analisis data menunjukkan bahwa thit =3,35 ≥ ttab = 2,000 pada taraf signifikansi 5%. Nilai rata-rata siswa kelompok eksperimen adalah sebesar 78,69 sedangkan nilai rata-rata kelompok kontrol sebesar 78,12.

Penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Tri Ariani, Ni Wayan Arini, I Dw. Pt Raka Rasana pada tahun 2013 tentang Pengaruh Strategi Pembelajaran TTW Terhadap Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas V Semester II di SD Gugus IX Kecamatan Buleleng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran TTW berpengaruh terhadap keterampilan menulis puisi siswa kelas V semester II di SD Gugus IX Kecamatan Buleleng. Hasil analisis data menunjukkan bahwa thitung = 4,4018 > ttab = 2,000 pada taraf signifikansi 5%. Nilai rata-rata keterampilan menulis puisi siswa pada kelompok eksperimen adalah 92,88 dan nilai rata-rata keterampilan menulis puisi siswa pada kelompok kontrol adalah 59,47.

Berdasarkan pemaparan tersebut, penelitian ini dikatakan

sudah dapat

dikatakan berhasil karena semua

kriteria

yang

ditetapkan

telah

terpenuhi. Jadi, keterampilan menulis

karangan siswa siswa kelas III SD

Negeri 5 Belimbing tahun pelajaran

2015/2016 dapat ditingkatkan melalui

penerapan model pembelajaran TTW

berbantuan media gambar seri.

PENUTUP

Berdasarkan rumusan masalah di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran TTW berbantuan

media

gambar

seri

dapat

meningkatkan keterampilan menulis

karangan

siswa

kelas

III

tahun

pelajaran 2015/2016 di SD Negeri 5

Belimbing. Hal ini dapat dilihat dari

peningkatan

persentase

rata-rata

keterampilan menulis karangan siswa

secara klasikal, yaitu dari pra siklus

sebesar 62,64% (kategori rendah)

menjadi 76,42% (kategori sedang)

pada siklus I dan meningkat menjadi

82,14% (kategori tinggi) pada siklus II.

Dengan demikian, terjadi peningkatan

keterampilan

menulis

karangan

sebesar 19,50% dari pra siklus hingga

siklus II.

Adapun

saran

yang

dapat

disampaikan

berdasarkan

hasil

penelitian tindakan ini, yaitu: (1) Guru

SD

Negeri

5

Belimbing

dapat

menerapkan

model

pembelajaran

Think Talk Write

(TTW) secara

berkelanjutan

pada

pembelajaran

lainnya, sehingga keterampilan siswa

pada pembelajaran yang lain dapat

dikembangkan, (2) Dukungan kepala

sekolah

untuk

mensosialisasikan

penerapan model pembelajaran

Think

Talk Write

(TTW) sangat dibutuhkan,

sehingga dapat meningkatkan kualitas

pendidikan di sekolah pada umumnya

dan,

(3)

Peneliti

lain

dapat

menggunakan

hasil

penelitian

ini

sebagai salah satu referensi untuk

menyempurnakan penerapan model

pembelajaran Think Talk Write

(TTW),

sehingga

mampu

menghasilkan

penelitian yang lebih luas.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. Gede. 2005. Metodologi Penelitian. Singaraja: FIP IKIP Negeri Singaraja

Akhadiah, Sabarti dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Darmadi, Kaswann dan Rita Nirbaya. 2008. Bahasa Indonesia untuk SD dan Mi Kelas III. Jakarta: Pusat

(10)

Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Hasibuan, J.J, Dip. Ed, dan Moedjiono. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Huda, Miftahul. 2013. Model-model

Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Indrakusuma, A.D. (1973). Pengantar Ilmu Pengetahuan. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Malang.

Lapono, Nabisi. dkk. 2009. Belajar dan Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Slamet, St. Y.2008. Dasar-dasar

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar. Surakarta: UNS Press.

Soeparno. (1988). Media Pengajaran Bahasa. Klaten: Intan Pariwara. Subana, M dan Sunarti. 2009. Strategi

Belajar Mengajar Bahasa IndonesiaBerbagai pendekatan, Teknik dan Media Pengajaran.

Bandung: Pustaka Setia.

Suwarno. (1992). Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakrta: PT. Rineka Cipta. Tarigan, Djago. 2008. Membina

Keterampilan Menulis Paragraf.

Bandung: Angkasa.

Waluyo, Herman J. 2003. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.

Winataputra. dkk. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka

Gambar

Tabel 1. Pedoman Konversi PAP Skala Lima  Persentase  Kriteria Hasil Kerja
Gambar 2.  Rekapitulasi  Hasil  Analisis  Hasil  Belajar  IPA  Siswa  Pada  Siklus I Dan II

Referensi

Dokumen terkait

Kepada seluruh peserta Pengadaan Jasa Konsultansi yang merasa keberatan atas ditetapkannya pemenang tersebut di atas, dapat mengajukan sanggahan secara online kepada Pokja

Menyimpan arsip foto positif dalam amplop kertas berukuran besar yang terbuat dari bahan yang kandungan asanya rendah.. Pemeliharaan arsip moving audio

Album foto digital yang digital adalah aplikasi perangkat lunak dimana pengguna dapat memindahkan berkas foto dari hardisk ke dalam basis data utama aplikasi

[r]

Tahap persiapan meliputi analisis materi larutan penyangga berdasarkan standar isi pada KTSP, studi model problem solving, studi motivasi belajar siswa, merumuskan masalah

Penyusunan kurikulum Taman Kanak-Kanak dilakukan berdasarkan dari tingkat kebutuhan murid pada usia tersebut dengan kata lain hal-hal yang harus

[r]

Dengan demikian, penjelasan tujuan dan sasaran pada hakekatnya merupakan penegasan kembali tentang visi dan misi RPJMD Kabupaten Kerinci Tahun 2014-2019 secara