• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS METODE KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIFITAS METODE KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

180

EFEKTIFITAS METODE KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Fikha Ilma Hayati Rukmana

Program Pascasarjana Keguruan Bahasa Arab Universitas Negeri Malang fikha.rukmana@gmail.com

Abstrak: Cooperative Language Learning (CLL) adalah salah satu jenis pendekatan pengajaran yang menggunakan kegiatan dalam bentuk kerjasama yang melibatkan pasangan dan kelompok-kelompok kecil siswa di dalam kelas. Pendekatan ini merupakan aktivitas belajar kelompok terorganisir sehingga pembelajaran tergantung pada pertukaran informasi terstruktur secara sosial antara siswa dalam kelompok. Tujuan dari artikel ini adalah: (1) mengetahui kelebihan dan kekurangan metode kooperatif dalam pembelajaran bahasa Arab, dan (2) mengetahui efektifitas metode kooperatif dalam pembelajaran bahasa Arab. pembahasan pada artikel ini menghasilkan bahwa: (1) banyak terdapat kelebihan dan beberapa kekurangan dalam pembelajaran Cooperative Language Learning (CLL) khususnya dalam kelas bahasa Arab, dan (2) pendekatan pembelajaran ini cukup efektif digunakan dalam pembelajaran bahasa Arab untuk mengetahui dan meningkatkan tingkat pemahaman siswa.

Kata kunci: metode kooperatif, pembelajaran bahasa Arab, efektifitas.

Strategi dan metode pembelajaran merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran bahasa Arab dalam kelas. Selain menjadi inovasi bagi pendidik, strategi juga merupakan tolak ukur sampainya pelajaran kepada peserta didik. Metode pembelajaran merupakan hal yang penting dalam menjaga dan menciptakan kondisi kelas yang optimal dan efektif. Semua lapisan dalam kelas sangat berpengaruh dalam pengelolaan tersebut. Zuriyani (2015: 1) berpendapat bahwa Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individualnya, kurikulum dengan segala komponennya, dan materi serta sumber pelajaran dengan pokok bahasannya bertemu dan berpadu dan berinteraksi di kelas dengan segala pengelolaannya.

Adapun pengelolaan kelas bahasa memerlukan strategi dan metode yang khusus, karena terdapat beberapa kemahiran bahasa yang harus dikuasai seorang guru, dipahami siswa, dan memiliki kurikulum dan materi yang sesuai sasaran. Begitu pula pengelolaan kelas dalam lingkungan belajar bahasa Arab dimana empat kemahiran berbahasa yaitu mendengar (istima’), berbicara (kalam), membaca (qiroah), dan menulis (kitabah) merupakan kemahiran yang memiliki kaidah kebahasaan yang lebih spesifik dari bahasa lain. Kemahiran bahasa tersebut diserap oleh siswa dengan berbagai jenis kemampuannya yang meliputi aktifitas mental dan indera.

Variasi pembelajaran bahasa Arabpun sangat diperlukan dalam strategi pembelajaran dan pengelolaan kelas, mengingat bahasa Arab merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa (Qudsi, 2016:2). Selain hal tersebut, Nihriry (2015:2) menambahkan bahwa sistem pendidikan bahasa Arab di Indonesia yang selama ini dilakukan cenderung klasikal.

Pembelajaran bahasa Arab yang cenderung leksikal tersebut juga akan berpengaruh pada motivasi peserta didik dalam proses belajarnya. Terlebih pembelajaran bahasa merupakan bentuk pembelajaran yang melibatkan aktifitas menyeluruh, dimana masuknya pelajaran atau stimulus melalui berbagai alat

(2)

181

pengindraan. Asrori (2011: 19) berpendapat bahwa masuknya stimulus melalui berbagai alat penginderaan menunjukkan bahwa belajar bahasa tidak saja aktifitas mental, melainkan aktifitas indera. Semakin banyak indera yang dilibatkan, akan semakin memantapkan aktifitas yang berlangsung didalam mental. Hal ini memperkuat bahwa pembelajaran dan pemerolehan bahasa kedua (bahasa Arab) oleh peserta didik merupakan aktifitas yang perlu diperhatikan baik dari segi pengelolaan kelas, pendekatan pembelajaran, dan termasuk strategi pembelajaran.

Terdapat banyak metode dan strategi pembelajaran dalam pembelajaran bahasa, termasuk pembelajaran bahasa Arab. Contoh metode pembelajaran bahasa Arab yang disampaikan oleh Effendy (2012: 41-96) dengan point metode sebagai berikut: (1) metode gramatikal – terjemah, (2) metode langsung, (3) metode membaca, (4) metode audiolingual, (5) metode komunikatif, serta (6) metode elektik. Selain metode tersebut, terdapat pula metode pembelajaran lain dengan berbagai macam jenisnya, salah satunya adalah strategi pembelajaran bahasa kooperatif (cooperative language learning).

Pengertian Metode Kooperatif

Metode kooperatif adalah serangkaian aktifitas pembelajaran yang di organisasikan sedemikian rupa sehingga pembelajaran tersebut di fokuskan pada pertukaran informasi tersetruktur antar pembelajar dalam grup yang bersifat sosial dan masing-masing pembelajar beertanggung jawab penuh atas pembelajaran yang mereka jalani. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil dalam kelas, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik yang bereda. Dalam pembelajaran kooperatif sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan jika mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Menurut Asmani 2016: 37) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar bersama-sama, saling membantu antara satu dengan yang lain, dan memastikan setiap orang dalam kelompok mampu mencapai tujuan atau menyampaikan tugas yang telah ditentukan. Karakteristik pembelajaran ini meliputi antara lain sebagai berikut:

a. Saling ketergantungan

Terjadi apabila pencapaian suatu tujuan individual di hubungkan dengan pencapaian tujuan pembelajaran lain sehingga terjalin kerjasama yang harmonis antar pelajar.

b. Tanggung jawab perseorangan

Merupakan suatu akibat dari prinsip pertama. Pembelajaran harus mempunyai komitmen yang kuat untuk mengerjakan tugas yang di berikan kepadanya karena dia harus mempertanggung jawabkan aktivitasnya sehingga dia tidak mengganggu kinerja tim.

c. Tatap muka

Merupakan suatu bentuk keterampilan sosial yang memungkinkan pembelajar untuk berinteraksi dengan masing-masing anggota kelompok untuk mencapai tujuan aktifitas dan tugas berbahasa.

(3)

182

Komunikasi antar anggota perlu di tingkatkan dengan memberi bekal ketrampilan komunikasi agar mereka bersedia mendengarkan pendapat anggota lain sekaligus dapat menyatakan pendapatnya dengan baik dan komunikatif.

e. Keberagaman Pengelompokan

Pembelajar bekerja dalam kelompok yang anggotanya sangat beragam baik dalam segi kemampuan, ketertarikan, etnis maupun jenis kelamin dam status sosial mereka.

Dari uraian karakteristik pembelajaran kooperatif di atas dapat disimpulkan melalui pendapat Roger (dalam Huda 2015: 29) bahwa pembelajaran kooperatif merupakan aktifitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya harus bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota lain.

Adapun Tiga hal penting yang perlu di perhatikan dalam pengelolaan kelas yang menerapkan metode kooperatif, yaitu:

a. Pengelompokan Heterogen

Dilakukan dengan memperhatikan keaneka ragaman gender, latar belakang sosial, kemampuan akademik, dan kecakapan berbahasa.

b. Penumbuhan Semangat dan Motivasi untuk Kerja Sama

Perlu dilakukan agar setiap pembelajar mau memikirkan pembelajar lainnya. dengan semangat ini,pembelajar akan dengan mudah menjalin relasi dengan pembelajar lain.

c. Penataan Ruang Kelas.

Kelas yang ideal adalah kelas yang dapat di setting dengan mudah untuk jalan nya diskusi. Meja-meja di suatu ruang harus dapat di ubah berdasarkan topik atau tema pembelajaran.

Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam model pembelajaran kooperatif yaitu:

a. Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.

b. Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama diantara anggota kelompok.

c. Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan.

d. Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.

(4)

183 Contoh teknik Cooperatif Learning : Mencari Pasangan

o Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep. o Setiap siswa mendapat satu buah kartu.

o Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.

Bertukar Pasangan

o Setiap siswa mendapatkan satu pasangan.

o Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya o Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan pasangan lain.

o Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan kemudian saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban.

o Temuan baru yang diperoleh dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.

Pembelajaran kooperatif memiliki metode yang sangat beragam. Beberapa diantaranya dijelaskan berikut ini:

a. JP = Jigsaw Procedure

Pembelajaran dilakukan dengan cara peserta didik sebagai anggota suatu kelompok diberi tugas yang berbeda-beda mengenai suatu pokok bahasan. Agar masing-masing peserta didik anggota dapat memahami keseluruhan pokok bahasan, tes diberikan dengan materi yang menyeluruh. Penilaian didasari pada rata-rata skor tes kelompok.

b. STAD = Student Team Achievement Divisions

Peserta didik dalam suatu kelas dibagi dalam beberapa kelompok kecil. Anggota-anggota dalam setiap kelompok bertindak saling membelajarkan. Fokusnya adalah keberhasilan seorang akan berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan kelompok akan berpengaruh terhadap keberhasilan individu peserta didik lainnya. Penilaian didasari pada pencapaian hasil belajar individual maupun kelompok peserta didik.

c. CI = Complex Instruction

Titik tekan metode ini adalah pelaksanaan suatu proyek yang berorientasi pada penemuan, khususnya dalam bidang sains, matematika, dan ilmu pengetahuan sosial. Fokusnya adalah menumbuhkembangkan ketertarikan semua peserta didik sebagai anggota kelompok terhadap pokok bahasan. Metode ini umumnya digunakan dalam pembelajaran yang bersifat bilingual (menggunakan dua bahasa) dan diantara para peserta didik yang sangat heterogen. Penilaian didasari pada proses dan hasil kerja kelompok.

d. TAI = Team Accelerated Instruction

Metode ini merupakan kombinasi antara pembelajaran kooperatif/ kolaboratif dengan pembelajaran individual. Secara bertahap, sertiap peserta didik sebagai anggota kelompok diberi soal-soal yang harus mereka kerjakan sendiri terlebih dahulu. Setelah itu dilaksanakan penilaian bersama-sama dalam kelompok. Jika

(5)

184

soal tahap pertama telah diselesaikan dengan benar, setiap peserta didik mengerjakan soal-soal berikutnya. Namun jika seorang peserta didik belum dapat menyelesaikan soal tahap pertama dengan benar, ia harus menyelesaikan soal lain pada tahap yang sama. Setiap tahapan soal disusun berdasarkan tingkat kesukaran soal. Penilaian didasari pada hasil belajar individual maupun kelompok.

e. CLS = Cooperative Learning Structures

Pada penerapan metode pembelajaran ini setiap kelompok dibentuk dengan anggota dua peserta didik (berpasangan). Seorang peserta didik bertindak sebagai tutor dan yang lain menjadi tutee. Tutor mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh tutee. Bila jawaban tutee benar, ia memperoleh poin atau skor yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Dalam selang waktu yang juga telah ditetapkan sebelumnya, kedua peserta didik yang saling berpasangan itu berganti peran.

f. LT = Learnig Together

Pada metode ini kelompok-kelompok sekelas beranggotakan peserta didik yang beragam kemampuannya. Tiap kelompok bekerjasama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Satu kelompok hanya menerima dan mengerjakan satu set lembar tugas. Penilaian didasarkan pada hasil kerja kelompok.

g. TGT = Teams Games Tournament

Pada metode ini, setelah belajar bersama kelompoknya sendiri, para anggota suatu kelompok akan berlomba dengan anggota kelompok lain sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Penilaian didasari pada jumlah nilai yang diperoleh kelompok peserta didik.

h. GI = Group Investigation

Pada metode ini semua anggota kelompok dituntut untuk merencanakan suatu penelitian beserta perencanaan pemecahan masalah yang dihadapi. Kelompok menentukan apa saja yang akan dikerjakan dan siapa saja yang akan melaksanakannya berikut bagaimana perencanaan penyajiannya di depan forum kelas. Penilaian didasari pada proses dan hasil kerja kelompok.

i. AC = Academic Constructive Controversy.

Pada metode ini setiap anggota kelompok dituntut kemampuannya untuk berada dalam situasi konflik intelektual yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar masing-masing, baik bersama anggota sekelompok maupun dengan anggota kelompok lain. Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan pencapaian dan pengembangan kualitas pemecahan masalah, pemikiran kritis, pertimbangan, hubungan antar pribadi, kesehatan psikis dan keselarasan. Penilaian didasarkan pada kemampuan setiap anggota maupun kelompok mempertahankan posisi yang dipilihnya.

(6)

185

j. CIRC = Cooperative Integrated Reading and Composition.

Pada metode pembelajaran ini mirip dengan TAI. Metode pembelajaran ini menekankan pembelajaran membaca, menulis dan tata bahasa. Dalam pembelajaran ini, para peserta didik saling menilai kemampuan membaca, menulis dan tata bahasa, baik secara tertulis maupun lisan di dalam kelompoknya.

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Learning

Jarolimek dan Parker, (dalam Isjoni, 2009:24) mengatakan keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif ini adalah:

1. Saling ketergantungan positif

2. Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu 3. Siswa dilibatkan perencanaan dan pengelolaan kelas 4. Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan

5. Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru 6. Memiliki banyak kesempatan untuk meng-ekspresikan pengalaman emosi yang

menyenangkan.

Keunggulan cooperative learning menurut Sanjaya (2011: 249) sebagai suatu strategi pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Melalui cooperative learning siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. 2. Cooperative learning dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide

atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

3. Cooperative learning dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

4. Interaksi selama pembelajaran kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir, hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

5. Cooperative learning dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar

6. Cooperative learning merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik skaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu.

7. Melalui cooperative learning dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang di buat adalah tanggung jawab kelompoknya.

8. Cooperative learning dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.

(7)

186

Adapun Kelemahan model pembelajaran cooperative learning menurut Isjoni (2009:24) bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam, yaitu:

1. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu.

2. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.

3. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

4. Saat diskusi kelas, terkadang di dominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

Cooperative learning juga memiliki keterbatasan atau kelemahan menurut Sanjaya (2011: 251), diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Ciri utama dari cooperative learning adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang harus dipelajari dan dipahami tidak pernah tercapai oleh siswa.

2. Untuk memahami dan mengerti filosofis cooperative learning memang butuh waktu, sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning. Siswa yang dianggap memimliki kelebihan, contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat menganggu iklim kerja sama dalam kelompok.

3. Penilaian yang diberikan cooperative learning didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

Keberhasilan cooperative learning dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, hal ini tidakmungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sesekali penerapan model cooperative learning.

Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu, idealnya melalui cooperative learning selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri, dan untuk mencapai kedua hal itu dalam cooperative learning memang bukan pekerjaan yang mudah.

Efektifitas pembelajaran kooperatif dalam bahasa Arab

Model pembelajaran cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran, dimana siswa dituntut untuk aktif. Dengan suasana kelas yang demokratis, yang saling membelajarkan memberi kesempatan peluang lebih besar dalam memberdayakan potensi siswa secara maksimal.

(8)

187

Model pembelajaran cooperative learning akan dapat memberikan nunasa baru di dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab, meskipun dalam beberapa kemahiran bahasa perlu ada pengawasan yang intensif. Karena pembelajaran cooperative learning dan beberapa hasil penelitian baik pakar pendidikan dalam maupun luar negeri telah memberikan dampak luas terhadap keberhasilan dalam proses pembelajaran.

 Melalui cooperative learning menimbulkan suasana yang baru dalam pembelajaran bahasa Arab. Hal ini dikarenakan sebelumnya hanya dilaksanakan model pembelajaran secara konvensional yaitu ceramah, tanya jawab, metode terjemah dan lainnya. Metode tersebut ternyata kurang memberi motivasi dan semangat kepada siswa untuk belajar. Dengan digunakannva model cooperative learning, maka tampak suasana kelas menjadi lebih hidup dan lebih bermakna. Pembelajaran bahasa Arab yang mulanya menyulitkan siswa, akan menjadi menyenangkan dengan adanya kerja sama antar siswa.

 Metode ini membantu guna dalam mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan mencarikan alternatif pemecahannya. Dari hasil penelitian tindakan pelaksanaan cooperative learning dengan diskusi kelompok ternyata mampu membuat siswa belajar lebih aktif.

 Penggunaan cooperative learning merupakan suatu model yang efektif untuk menge-mbangkan program pembelajaran terpadu. Dengan cooperative learning siswa tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan aspek kognitif saja melainkan mampu mengembangkan aspek afektif dan psikomotor.

 Melalui cooperative learning, dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan reflektif. Hal ini dikarenakan kegiatan pembelajaran ini lebih banyak berpusat pada siswa, sehingga siswa diberi kesempatan untuk turut serta dalam diskusi kelompok. Pemberian motivasi dari teman sebaya ternyata mampu mendorong semangat siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Terlebih lagi bila pembahasan materi yang sifatnya problematik atau yang bersifat kontroversial, mampu merangsang siswa me-ngembangkan pemikirannya.

 Cooperative learning mampu mengembangkan kesadaran pada diri siswa terhadap permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitarya. Dengan bekerja kelompok maka timbul adanya perasaan ingin membantu siswa lain yang mengalami kesulitan sehingga mampu mengembangkan sosial skill siswa. Disamping itu pula dapat melatih siswa dalam mengembangkan perasaan empati maupun simpati pada diri siswa.

 Cooperative learning mampu melatih siswa dalam berkomunikasi seperti berani mengemukakan pendapat, berani dikriik, maupun menghargai pendapat orang lain. Komunikasi interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa menimbulkan dialog yang akrab dan kreatif.

Kesimpulan

Dari beberapa keuntungan dari model pembelajaran cooperative learningdi atas, maka jelaslah bagi kita bahwa keberhasilan suatu proses pendidikan dan pengajaran

(9)

188

salah satunya ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan guru dalam menggunakan strategi dan model pembelajaran yang digunakannya. Salah satu model yang dapat memberikan dampak terhadap keberhasilan siswa adalah melalui model pembelajaran koperatif atau cooperative learning.

Dalam kelas bahasa Arab, pembelajaran dengan metode ini cukup efektif,karena siswa dituntut untuk aktif guna meratakan pemahaman terhadap siswa, dankelas terlihat lebih hidup. Disamping itu, dengan metode ini keterampilanberbahasa Arab siswa akan meningkat, karena siswa memiliki tanggung jawab positif dalam menyampaikan dan memahamkan anggota kelompok.

DAFTAR RUJUKAN

Asmani, Jamal M. 2016. Tips Efektif Cooperative Learning: Pembelajaran Aktif,Kreatif, dan Tidak Membosankan. Yogyakarta: Diva Press

Asrori, Imam. 2011.Strategi Belajar Bahasa Arab. Malang: Misykat Indonesia. Effendy, Ahmad Fuad. 2012. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat. Huda, Miftahul. 2015. COOPERATIVE LEARNING: Metode, Teknik, Struktur dan

Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.

Majaya, Ling. 2013. Mendidik Anak Jadi Kreatif. Jakarta: PT. Gramedia.

Maryani, Ika, dan Fatmawati, Laila. 2015. Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Deepublish.

Nihriry, Najjahan. 2015. Pemilihan Metode Pembelajaran Bahasa Arab Berdasarkan Karakteristik Siswa. Konferensi Nasional Bahasa Arab, 15 (1): 2.

Qudsi, Ubaidillah. 2016. Bagaimanakah Pengelolaan Kelas Untuk Membentuk Lingkungan Bahasa Arab (Bi’ah Arobiyah)?. Konferensi Nasional Bahasa Arab, 16 (1): 3.

Zuriyani, Elsy. 2015. Peranan Guru Dalam Pengelolaan Kelas Efektif. Palembang: Kementerian Agama.

Sanjaya, Wina. 2011 Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Referensi

Dokumen terkait

Ketika sistem kursi pengaman anak tidak digunakan, ikatkan dengan sabuk pengaman atau lepaskan dari

Dari hasil akhir penelitian tersebut terdapat kesimpulan bahwa strategi pengembangan produk adalah strategi yang tepat untuk diterapkan oleh perusahaan agar dapat

Implementasi Virtual Private Network (VPN) server pada sistem informasi apotik dilakukan dengan perancangan infrastruktur jaringan dan infrastruktur aplikasi.Implementasi VPN

Hasil penelitian menemukan bahwa faktor kepribadian Conscientiousness dan Openness to Experience berpengaruh terhadap kinerja , sedangkan Extraversion, Agreeableness,

Sebagai wujud dari rasa tanggung jawab kaum Muslimin terhadap rumah besarnya yang bernama Indonesia, dan panggilan dakwah yang menjadi rahmat bagi semesta alam,

Piutang dagang harus disajikan di dalam neraca sebesar jumlah yang diperkirakan dapat ditagih dari debitur pada tanggal neraca3. Piutang dagang disajikan di dalam neraca dalam jumlah

Tabungan yaitu simpanan dana yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek,

Berdasarkan nilai tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara motivasi kerja terhadap turnover intention karyawan,