• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI METODE KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI METODE KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)"

Copied!
183
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh

AufaHusnia Rosalina

NIM 109011000075

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

(PAI).

Pelajaran agama Islam di sekolah-sekolah umum dan madrasah sudah ada sejak berdirinya lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia. Berbagai metode yang sering digunakan pada tiap pembelajaran seperti metode ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi dan lain-lain, akan tetapi tujuan pendidikan yang diinginkan belum tercapai secara maksimal. Siswa siswi kurang berminat pada pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Padahal mata pelajaran agama menjadi salah satu mata pelajaran wajib tiap jenjang pendidikan. Untuk mengubah keadaan tersebut perlu perencanaan yang matang dalam menentukan strategi pembelajaran yang tepat. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat membangkitkan gairah balajar siswa yaitu dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Karena pembelajaran kooperatif tipe group investigation membawa siswa kepada pembelajaran yang aktif sehingga mampu mengembangkan kemampuannya dalam memecahkan masalah atas materi yang diberikan guru secara bekerja sama. Guru tidak lagi sebagai pusat belajar, akan tetapi siswa lah yang menjadi pusat belajar.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi strategi pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.

(7)

ii

ini dapat diselesaikan. Karya tulis ini merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, namun berkat semangat dan kerja keras serta bantuan dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingging kepada :

1. Ibu Nurlena Rifa’i, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta pembantu Dekan.

2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf-stafnya.

3. Ibu Marhamah Saleh, Lc. MA. selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Yudhi Munadi, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan dengan sabar, ilmu yang tak terhingga, serta waktu luangnya kepada penulis.

5. Ibu Dra. Shofiah, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis yang dengan kesabarannya selalu membimbing penulis dari awal sampai akhir perkuliahan di kampus tercinta.

(8)

iii

mendapatkan referensi.

8. Kepala sekolah dan segenap dewan guru di SMA Negeri 7 Bekasi, khususnya kepada Bapak H. Kowih Sarkowih, S.Ag. (guru PAI) yang telah meluangkan waktu dan banuannya selama proses penelitian.

9. Kedua orang tua tercinta, Bapak Drs. Sanusi dan Ibu Ida Royani beserta adik-adikku, yang selalu setia memberikan dukungan kepada penulis. Dengan segala perhatian, do’a, dorongan, dan cinta kasih sayangnya dalam mendidik dan mengasuh penulis sehingga dapat menempuh jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi dengan baik dan penuh pengorbanan.

10.Suamiku tercinta, Iyus Ariyawan yang selalu memberikan perhatian, motivasi, do’a, dan bantuannya kepada penulis. Maafkan untuk semua kesalahan dan kelalaian adinda yang kadang tidak menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri.

11.Sahabat-sahabatku, (Oval, Eva, Vivi) untuk kebersamaan, do’a dan support kepada penulis. Dan teman-teman seperjuangan mahasiswa PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2009 khususnya PAI B semoga ukhuwah kita selalu terjaga.

12.Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, semoga Allah SWT memberikan balasan kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

(9)

iv

Jakarta, 17 Maret 2014 Penulis

(10)

v

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ... 7

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori ... 10

1. Pembelajaran Koopertif Tipe Group Investigation ... 10

a. Pengertian Pembelajaran Koopertif Tipe Group Investigation ... 10

b. Tahap-tahap Pembelajaran Koopertif Tipe Group Investigation ... 13

c. Fitur Dasar Kelompok Penyelidikan (Group Investigation) ... 20

d. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Koopertif Tipe Group Investigation ... 22

2. Pendidikan Agama Islam ... 23

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 23

b. Dasar Pendidikan Agama Islam ... 25

c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 32

(11)

vi

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

B. Latar Penelitian ... 41

C.Metode Penelitian ... 42

D.Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 43

E. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data ... 45

F. Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Data 1. Letak Geografis dan Sejarah Berdirinya SMA Negeri 7 Bekasi ... 50

2. Visi dan Misi Sekolah ... 51

3. Ketenagaan dan Siswa ... 52

4. Sarana dan Prasarana ... 55

5. Tujuan dan Sasaran ... 56

B. Pembahasan 1. Hasil Observasi Perencanaan Pembelajaran ... 57

2. Hasil Observasi Proses Pembelajaran Koopertif Tipe Group Investigation ... 62

(12)

vii

C.Saran ... 77

(13)

viii

Tabel 2.2 Proses Pembelajaran Tahap 2 ... 15

Tabel 2.3 Proses Pembelajaran Tahap 3 ... 16

Tabel 2.4 Proses Pembelajaran Tahap 4 ... 17

Tabel 2.5 Proses Pembelajaran Tahap 5 ... 18

Tabel 2.6 Proses Pembelajaran Tahap 6 ... 19

Tabel 4.1 Data Guru Berdasar Pendidikan ... 52

Tabel 4.2 Data Guru berdasar PNS / Non PNS ... 52

Tabel 4.3 Data Non Kependidikan Berdasar Pendidikan ... 53

Tabel 4.4 Data Non Kependidikan Berdasar PNS / Non PNS... 53

Tabel 4.5 Data Siswa SMA Negeri 7 Bekasi ... 53

[image:13.595.174.497.158.384.2]
(14)

ix

Gambar 4.2 Siswa Mengerjakan Tugas Secara Berkelompok ... 70

(15)

x

Lampiran 2 Hasil Wawancara Lampiran 3 Form Observasi Lampiran 4 Hasil Obervasi Lampiran 5 RPP PAI kelas X Lampiran 6 Lembar Soal

Lampiran 7 Form Penilaian Kelas Lampiran 8 Hasil penilaian Lampiran 9 Foto-foto Lampiran 10 Nama Guru

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah hal yang mendasar yang harus dimiliki setiap bangsa. Pendidikan tidak hanya bertujuan untuk menghasilkan generasi muda berilmu, tetapi juga dapat menjadikan manusia berakhlak mulia serta memiliki keterampilan untuk bekal hidup dalam bermasyarakat dikehidupan sehari-hari.

Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah:

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.1

Di era globalisasi saat ini menjadikan pendidikan sangat penting, karena bila pendidikan di dalam suatu masyarakat dapat berkembang dengan baik, maka tidak perlu diragukan lagi bahwa masyarakat tersebut akan semakin berkualitas dan mampu bersaing terhadap kompetisi yang semakin hari semakin ketat dalam berbagai aktivitas kehidupan.

1

(17)

Peranan pendidikan untuk kelangsungan kehidupan bangsa dan umat, telah digariskan dalam firman Allah swt, surah At-Taubah ayat 122:



















Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan

perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka

beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama

dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah

kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.2

Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan yang semakin pesat menuntut lembaga pendidikan untuk lebih dapat menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

Salah satu bentuk usaha yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Karena melalui pendidikan inilah setiap generasi dididik dan dilatih keterampilannya baik secara keilmuan maupun secara fisik dan mental yang dibentuk agar dapat menjadi generasi yang berkualitas unggul. Dan pada jalur pendidikan formal ini, berbagai pembenahan dan perbaikan terus dilakukan baik oleh pemerintah dan sekolah-sekolah agar dapat memberikan pendidikan yang berkualitas itu. Beberapa usaha perbaikan diantaranya adalah kurikulum, sarana dan prasarana pendukung penyelenggaraan pendidikan, dan perbaikan proses pembelajaran salah satunya adalah dengan memperbaiki metode mengajar.

Pendidikan Agama Islam (PAI) selama ini banyak menerima kritik pada pelaksanaan pendidikannya, karena PAI kurang mempunyai relevansi terhadap perubahan sosial yang terjadi di masyarakat atau kurang ilustrasi

(18)

konteks sosial budaya dan lepas dari sejarah, sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian.

Hal tersebut sangat disayangkan, karena PAI merupakan salah satu mata pelajaran yang penting untuk membangun moral dan akhlak para siswa guna meningkatkan keimanan kepada Allah swt dan meneladani sifat Nabi Muhammad saw serta menjadi bekal di kehidupan sehari-hari. Hal tersebut merupakan usaha preventif dalam menanggulangi kenakalan-kenakalan remaja pada saat ini seperti tawuran, pergaulan bebas, minum-minuman beralkohol, merokok bahkan sampai terjerumus pada narkoba. Belum lagi masalah-masalah yang terjadi di lingkungan keluarga, seperti membantah dan melawan orang tua. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan dan jalan keluar dan jalan keluar yang harus dilakukan oleh semua pihak baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Permasalahan yang sering djumpai dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran PAI adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa secara baik sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien. Hal tersebut menjadikan tugas besar bagi para guru untuk meningkatkan strategi dan penggunaan metode yang tepat agar dapat meningkatkan motivasi para siswa agar bias mencerna dan memahami pelajaran yang telah diberikan secara optimal.

(19)

Sejak dahulu sampai sekarang metode yang sering digunakan dalam proses pembelajaran adalah metode ceramah, karena metode ceramah memang harus digunakan sebagai pengantar dalam suatu pembelajaran. Untuk menciptakan suasana yang dinamis di dalam kelas, diperlukan juga penggunaan metode-metode pembelajaran yang lain agar proses pembelajaran menjadi lebih efektif.

Begitu pentingnya suatu penggunaan strategi dan metode dalam proses pembelajaran, maka guru harus benar-benar memikirkan suatu strategi pembelajaran yang tepat agar esensi dari materi ajar dapat dimengerti dan dipahami oleh seluruh siswa. Dengan begitu indikator-indikator pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai.

Salah satu faktor penting dalam keberhasilan suatu pembelajaran di sekolah tergantung pada penggunaan strategi yang diterapkan oleh guru. Dalam kegiatan pembelajaran dengan memilih metode yang tepat dan sesuai dapat mempermudah penyerapan atau pemahaman siswa terhadap pembelajaran. Selain itu memilih model pembelajaran yang menarik juga dapat membuat siswa nyaman dan senang selama proses pembelajaran.

Hal tersebut sesuai dengan yang tertera dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional dalam pasal 19:

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik. 3

Salah satu strategi pembelajaran yang efektif digunakan dalam suatu pembelajaran yaitu strategi pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di

3

(20)

dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain. 4

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Metode pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe diantaranya: STAD (Student Team Achievment Division), TGT (Team Game Turnament), TAI (Team Assisted Individualization), CIRC (Cooperative Integreted Reading and Composition), Jigsaw, GI (Group Investigation).

Salah satu bentuk pembelajaran kooperatif adalah metode group investigation (GI). Metode pembelajaran kooperatif tipe group investigation ini dikembangkan oleh Sharan & Sharan pada tahun 1976 di Universitas Tel Aviv. Group Investigation merupakan perencanaan pengaturan kelas umum dimana para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif. Pembentukan kelompok dalam model pembelajaran ini didasari atas minat anggotanya. Pembelajaran dengan metode group investigation (GI) menuntut melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajari melalui investigasi.5

Setiap anggota berdiskusi dan menentukan informasi apa yang akan dikumpulkan, bagaimana mengolahnya, bagaimana menelitinya, dan bagaimana meyajikan hasil penelitiannya di depan kelas.6 Model ini

4

Miftahul Huda, Cooperative Learning, Metode, teknik, struktur dan model penerapan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 20013), h. 29

5

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 195-196

6

(21)

menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok.

Group investigation membuka kesempatan evaluasi secara konstan dan lebih besar terhadap siswa, baik oleh teman atau guru mereka, daripada dalam kelas tradisional dengan pengajaran kepada seluruh kelas. Belajar dengan cara berkelompok akan memudahkan siswa dalam memahami suatu pelajaran dibandingkan dengan belajar secara individu. Peran guru dalam kelas hanya sebagai fasilitator dan mengawasi proses pembelajaran antar kelompok. Pembelajaran kooperatif tipe group investigation menuntut siswa supaya belajar mandiri dalam mengungkapkan ide-ide serta menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru secara berkelompok dan bertanggung jawab.

Untuk membangun semangat siswa dalam mempelajari Pendidikan Agama Islam agar tidak menjadi mata pelajaran yang membosankan maka hal itu sangat dipengaruhi oleh pemakaian metode pembelajaran yang tepat. Oleh karena itu penulis ingin mengadakan penelitian mengenai penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation, guru memberikan kebebasan berpikir dan keluasaan bertindak kepada siswa untuk memahami pengetahuan dan memecahkan masalah. Sehingga siswa dapat memperoleh kesempatan, memperoleh pengetahuan dengan jalan mengkonstruksi sendiri dan mengacu pada model pembelajaran kooperatif tipe group investigation.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti akan melakuakan penelitian dengan judul:

(22)

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran masih menggunakan metode pembelajaran yang bersifat tradisional.

2. Pentingnya kemampuan dalam merencanakan suatu strategi pembelajaran

3. Kurangnya kesadaran anak didik dalam mempelajari Pendidikan Agama Islam

4. Kurangnya pemahaman dan pengaplikasian materi pelajaran Pendidikan Agama Islam

5. Kurangnya variasi guru dalam memilih strategi, metode, maupun model dalam proses pembelajaran PAI

C.

Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.

Pembatasan Masalah

Dari berbagai masalah yang peneliti identifikasi di atas, peneliti membatasi masalah penelitian pada hal-hal berikut ini:

a. Pembelajaran PAI dengan menggunakan metode kooperatif tipe group investigation

b. Penerapan metode pada mata pelajaran PAI di sekolah tersebut dibatasi pada materi yang sesuai dengan metode kooperatif tipe group investigation.

2.

Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:

(23)

b. Bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru di sekolah?

c. Bagaimana hasil akhir dari kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe group investigation?

D.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.

Tujuan Penelitian

a. Untuk memperolah informasi mengenai perencanaan, proses pembelajaran, dan hasil akhir dari penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe group investigation di SMA Negeri 7 Bekasi.

b. Untuk mengetahui bagaimana implementasi strategi pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation pada mata pelajaran PAI di SMA Negeri 7 Bekasi.

2.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: a. Siswa

Memperkenalkan metode pembelajaran kooperatif tipe group investigation kepada siswa dalam proses pembelajaran dan sebagai pengalaman belajar yang berkesan bagi siswa.

b. Guru

Sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran PAI dan dapat dijadikan acuan bagi guru dalam memperluas pengetahuan dan wawasannya.

c. Sekolah

(24)

d. Penulis

(25)

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

Kajian Teori

1.

Pembelajaran Koopertif Tipe

Group Investigation

a.

Pengertian

Pembelajaran

Kooperatif

Tipe

Group

Investigation

Pembelajaran adalah usaha membimbing peserta didik dan menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar.7 Dengan cara demikian, maka peserta didik bukan hanya diberikan ikan, melainkan diberi alat dan cara menggunakannya untuk menangkap ikan, bahkan diberikan juga kemampuan untuk menciptakan alat untuk menangkap ikan tersebut.

Wahyu pertama diturunkan Allah SWT, kepada Nabi Muhammad SAW (dalam surah al-Alaq : 1-5) memberikan isyarat bahwa Islam amat memperhatikan soal belajar (dalam konteks menuntut ilmu), sehingga implementasinya menuntut ilmu (belajar) itu wajib menurut Islam.8 Belajar dalam teori constuctivism adalah merupakan proses aktif dari peserta didik untuk merekonstruksi makna dengan cara memahami teks, kegiatan dialog,

7

Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet. Ke- 1, h. 87

8

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 54

(26)

pengalaman fisik, dan sebagainya. Salah satu ciri dari pembelajaran constuctivism yaitu mendorong terbentuknya pembelajaran secara kooperatif.9 Pembelajaran kooperatif itu sendiri dimaksudkan supaya siswa dapat melakukan aktifitas belajar secara teratur dan terarah, dimana siswa-siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lain.

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran10. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.

Konsep pembelajaran kooperatif tertuang dalam firman Allah SWT dalam surah al-Maidah ayat 2:









Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.

dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat

siksa-Nya.11

Pembelajaran kooperatif menyediakan alternatif cara untuk meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran, meningkatkan prestasi belajar peserta didik, sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Hal ini juga dapat

9

Abudin Nata, Op.Cit., h. 89

10

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013) Cet. 1, h. 174

11

(27)

merealisasikan kebutuhan peserta didik dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.

Roger, dkk. menyatakan; Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.12

Salah satu bentuk pembelajaran kooperatif adalah metode group investigation (investigasi kelompok). Metode pembelajaran kooperatif tipe group investigation dikembangkan oleh Sharan & Sharan pada tahun 1976. Metode ini mengajak siswa untuk terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pembentukan kelompok dalam model pembelajaran ini didasari atas minat anggotanya. Pembelajaran dengan metode GI menuntut melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajari melalui investigasi.13

Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation merupakan serangkaian tugas pemecahan masalah melalui penyelidikan yang dikerjakan oleh kelompok kecil yaitu 3 sampai 6 orang siswa heterogen dengan mempertimbangkan keakraban dan minat yang sama dalam topik tertentu. Siswa memilih sendiri topik yang akan dipelajari, dan kelompok merumuskan penyelidikan dan menyepakati pembagian kerja untuk menangani konsep-konsep penyelidikan yang telah dirumuskan. Dalam diskusi kelas ini diutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran siswa.

Investigasi kelompok memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam menentukan apa yang mereka pelajari dan bagaimana cara mereka belajar. Dalam investigasi, para siswa mencari informasi dari berbagai sumber baik di dalam maupun di luar kelas. Sumber-sumber seperti (bermacam buku,

12

Miftahul Huda, Op.cit, h. 29

13

(28)

institusi, orang) siswa juga menawarkan sederetan gagasan, opini, data, solusi, ataupun posisi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dipelajari. Para siswa selanjutnya mengevaluasi dan mengolah informasi yang dapat menghasilkan karya dari kelompoknya.

Penting bagi goup investigation adalah perencanaan kooperatif siswa atas apa yang dituntut dari mereka. Secara bersama mereka menentukan apa yang mereka ingin investigasikan sehubungan dengan upaya mereka untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi, sumber apa yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan menampilkan proyek mereka yang sudah selesai ke hadapan kelas.

Para guru dapat memimpin diskusi dengan seluruh kelas atau dengan kelompok-kelompok kecil, untuk memunculkan gagasan-gagasan untuk menerapkan tiap aspek kegiatan siswa. Dalam kelas yang melaksanakan group investigation guru bertindak sebagai narasumber dan fasilitator. Guru tersebut berkeliling di antara kelompok-kelompok yang ada dan untuk melihat bahwa mereka bisa mengelola tugasnya, dan membantu tiap kesulitan yang mereka hadapi dalam interaksi kelompok, termasuk masalah dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan proyek pembelajaran.

b.

Tahap-tahap Metode Kooperatif Tipe

Group Investigation

Sharan, dkk telah menetapkan 6 (enam) tahap investigasi kelompok. Tahap-tahap ini dan komponen-komponennya dijabarkan dibawah ini:

1)

Memilih Topik

Siswa memilih subtopik khusus di dalam suatu daerah masalah umum yang biasanya ditetapkan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi dua sampai enam anggota tiap kelompok menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi tugas. Komposisi kelompok-kelompok hendaknya heterogen secara akademis maupun etnis.14

14

(29)

Tahap ini dimulai dengan perencanaan kooperatif yang melibatkan seluruh kelas, yang dapat dijabarkan sebagai berikut.

a) Guru mempresentasikan sebuah permasalahan kepada seluruh kelas dan bertanya "apa yang ingin kalian ketahui tentang masalah ini?" tiap siswa memberikan pertanyaan mengenai aspek-aspek dari masalah tersebut yang ingin mereka investigasi.

b) Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan mengkatagorikan saran-saran. Diskusi singkat ini akan menghasilkan daftar usulan bersama mengenai subtopik yang akan menjadi bahan investigasi.

c) Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih.

d) Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan. 15

Tabel 2.1

Proses Pembelajaran Tahap 116

Proses Pembelajaran Peran Guru

 Memeriksa pilihan

 Mengaitkan pengetahuan pribadi dengan masalah

 Memilih petanyaan-pertanyaan  Menentukan subtema penelitian

 Memimpin diskusi penelitian  Menyediakan materi dasar  Memfasilitasi kepedulian

terhadap masalah

 Mengkordinasi penyusunan subtema pilihan untuk diselidiki

2)

Perencanaan Kooperatif

Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama. Langkah dalam perencanaan kooperatif diantaranya:

a) Para siswa merencanakan bersama mengenai apa yang akan dipelajari. b) Para siswa merencanakan bersama mengenai bagaimana mempelajarinya. c) Para siswa melakukan pembagian tugas.17

15

Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusamedia, 2005), h. 218

16

Sholomo Sharan, The Handbook Of Cooperative Learning, (Yogyakarta: Familia, 2012) Cet. Ke-1, h. 176

17

(30)
[image:30.595.145.515.276.465.2]

Pada tahap ini anggota kelompok menentukan aspek dari subtopik yang masing-masing (satu demi satu atau berpasangan) akan mereka investigasi. Sebagai akibatnya, tiap kelompok harus memformulasikan sebuah masalah yang dapat diteliti, memutuskan bagaimana melaksanakannya, dan menentukan sumber-sumber mana yang akan dibutuhkan untuk melakukan investigasi tersebut.

Table 2.2

Proses Pembelajaran Tahap 218

Proses Pembelajaran Peran Guru

 Perencanaan kooperatif  Membuat pertanyaan

 Menjelaskan pemikiran kepada teman sejawat

 Mengantisipasi apa yang akan mereka pelajari

 Memilih sumber-sumber yang relevan

 Memutuskan apa yang perlu diteliti

 Menentukan peran-peran

 Membantu kelompok-kelompok merumuskan rencana realistis

 Membantu menjaga norma koopertif

 Membantu kelompok menemukan sumber-sumber yang tepat

3)

Implementasi

Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Hal-hal yang dilakukan oleh siswa yaitu:

a) Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis dan membuat kesimpulan.

b) Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.

c) Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mensintesis semua gagasan.19

Dalam tahap ini tiap kelompok melaksanakan rencana yang telah diformulasikan sebelumnya. Selama tahap ini para siswa satu demi satu atau secara berpasangan, mengumpulkan. Menganalisis, dan mengevaluasi

18

Sholomo Sharan, Op.Cit. h 178

19

(31)

informasi, membuat kesimpulan-kesimpulan, dan mengaplikasikan pengetahuan baru yang menjadi bagian mereka untuk menciptakan sebuah resolusi atas masalah yang diteliti kelompok.

[image:31.595.143.513.353.531.2]

Ketika individu atau pasangan telah menyelesaikan porsi mereka atau tugas kelompok, maka kelompok tersebut akan berkumpul kembali dan para anggotanya saling membagi pengetahuan mereka. Kelompok boleh memilih salah satu anggota untuk mencatat kesimpulan mereka, atau tiap anggota boleh mempresentesikan sebuah rangkuman tertulis dari penemuan mereka yaitu menampilkan sebuah rangkuman singkat sebagai respon terhadap pertanyaan yang diinvestigasi.

Tabel 2.3

Proses Pembelajaran Tahap 320

Proses Pembelajaran Peran Guru

 Menemukan informasi dari beragam sumber

 Membandingkan dan

mengevaluasi relevansi sumber

 Menjelaskan, memperluas dan menyaring pengetahuan dan membuat informasi

 Merumuskan jawaban pertanyaan

 Membantu dengan

keterampilan meneliti

 Membantu memeriksa sumber-sumber

 Membantu menemukan hubungan baru diantara sumber-sumber

 Membantu menjaga norma-norma interaksi kooperatif

4)

Analisa dan Sintesis

Siswa menganalisis dan mensintesis informasi yang diperoleh pada tahap ketiga. Hal yang dilakukan siswa yaitu:

a) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan dari proyek mereka.

b) Anggota kelompok merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.

c) Wakil-wakil kelompok membentuk dan mengkoordinasi rencana-rencana presentasi.21

20

Sholomo Sharan, Op.Cit. h 182

21

(32)

Tahap ini merupakan transisi dari tahap pengumpulan data dan klarifikasi ke tahap dimana kelompok-kelompok yang ada melaporkan hasil investigasi mereka kepada seluruh kelas. Ini terutama merupakan sebuah tahap pengaturan, seperti pada tahap pertama juga memerlukan semacam kegiatan-kegiatan intelektual yang mengabstraksikan gagasan utama dari proyek kelompok, mengintegrasikan semua bagiannya menjadi satu keseluruhan, dan merencanakan sebuah presentasi yang bersifat instruktif sekaligus menarik.

Table 2.4

Proses Pembelajaran Tahap 422

Proses Pembelajaran Peran Guru

 Menentukan gagasan utama dari temuan-temuan yang ada  Menjelaskan, membandingkan,

mengevaluasi temuan-temuan  Menghubungkan temuan

dengan masalah umum

 Memutuskan bagaimana menyajikan temuan

 Menyusun rencana kelompok  Bertemu dengan kelompok

pelaksana

 Membantu memperoleh materi  Memastikan bahwa semua

anggota kelompok

berpartisipasi

5)

Presentasi penelitian

Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, diantaranya:

a) Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dibuat dalam berbagai macam bentuk.

b) Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengar (siswa lain) menjadi aktif. Hal ini juga bertujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu.

c) Para pendengar mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas. 23

d) Presentasi dikoordinasi oleh guru.

22

Sholomo Sharan, Op.Cit. h 184

23

(33)
[image:33.595.141.512.292.471.2]

Untuk menyimpulkan presentasi, guru harus membiarkan kelas berdiskusi tentang bagaimana semua tema itu digabungkan untuk menjelaskan masalah umum yang telah diatasi di kelas. Komentar-komentar siswa selama diskusi berlangsung akan menunjukan tingkat kemampuan antara yang mereka dengar dan yang mereka lihat dengan subtopik mereka. Reaksi dari siswa terhadap presentasi dan cara menyimpulkan diskusi adalah bagian dari proses evaluasi.24

Table 2.5

Proses Pembelajaran Tahap 525

Proses Pembelajaran Peran Guru

 Menunjukan manfaat pengetahuan

 Mengevaluasi kekelasan, daya tarik, dan relevansi, presenntasi

 Membuat hubungan baru di antara subtema

 Mengkoordinasi presentasi kelompok

 Mengarahkan komentar diskusi siswa

 Membuat aturan-aturan untuk membuat komentar

 Mengarahkan penyimpulan diskusi

 Menunjukan hubungan di antara subtema

6)

Evaluasi

Dalam hal ini kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok. Hal yang dilakukan yaitu:

a) Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman-pengalaman mereka.

b) Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.

c) Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi.26

24

Sholomo Sharan. Op.Cit. h. 186

25

(34)

Pada proses evaluasi, guru harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi siswa mengenai subjek yang dipelajari, bagaimana mereka menginvestigasi aspek-aspek tertentu dari subjek, bagaimana mereka mengaplikasikan pengetahuan mereka terhadap solusi dari masalah-masalah baru, bagaimana mereka menggunakan kesimpulan dari apa yang mereka pelajari dalam mendiskusikan pertanyaan yang membutuhkan analisis dan penilaian, dan bagaimana mereka sampai pada kesimpulan dari serangkaian data. 27

[image:34.595.123.515.535.722.2]

Group investigation membuka kesempatan evaluasi secara konstan dan lebih besar terhadap siswa, baik oleh teman atau guru mereka, daripada dalam kelas tradisional dengan pengajaran kepada seluruh kelas. Dalam kelas group investigation guru harus mampu membentuk evaluasi siswa yang didasarkan pada percakapan dan observasi yang sering dilakukan terhadap aktivitas akademik siswa. Pengalaman efektif para siswa selama masa belajar mereka juga harus dievaluasi, termasuk tingkat motivasi dan keterlibatan mereka. Umpan balik dari para siswa sendiri harus mampu memperlihatkan bagaimana perasaan mereka mengenai topik yang bersangkutan dan mengenai pekerjaan yang telah mereka lakukan.28

Tabel 2.6

Proses Pembelajaran Tahap 629

Proses Pembelajaran Peran Guru

 Mengevaluasi gagasan hasil penelitian

 Mengevaluasi pengetahuan  Menggabungkan semua temuan

kelompok

 Memperlihatkan prestasi sebagai peneliti dan sebagai anggota kelompok

 Mengevaluasi pemahaman atas gagasan utama

 Mengevaluasi pengetahuan atas fakta dan istilah baru  Mengevaluasi penggabungan

semua temuan kelompok  Memfasilitasi refleksi siswa

tentang proses dan isi penelitian

26

Robert E. Slavin, op.cit. h. 218-220

27

Ibid., h. 226

28

Ibid., h. 226-227

29

(35)

c.

Fitur Dasar Kelompok Penyelidikan (

Group Investigation)

Karakter unik investigasi kelompok ada pada integrasi dari empat fitur dasar seperti investigasi, interaksi, penafsiran, dan motivasi interinsik.30

1)

Investigasi

Investigasi, yang pertama dari empat komponen investigasi kelompok, mengacu kepada orientasi umum terhadap pembelajaran yang diambil oleh para guru dan siswa. Ketika kelas menjalankan proyek investigasi kelompok, kelas itu menjadi "komunitas penelitian", dan tiap-tiap siswa meruppakan peneliti yang mengkoordinasi penelitian mereka dengan tujuan bersama kelas itu.

Investigasi dimulai ketika guru memberikan masalah yang menantang dan rumit kepada kelas. Proses investigasi menekan inisiatif siswa, dibuktikan dengan pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan dengan sumber-sumber yang mereka temukan, dan dengan jawaban yang mereka rumuskan. Siswa mencari informasi dan gagasan dengan bekerjasama dengan rekan mereka dan menggabungkannya bersama pendapat, informasi, gagasan, ketertarikan, dan pengalaman yang masing-masing mereka bawa untuk mengerjakan tugas.31

2)

Interaksi

Investigasi kelompok terjadi di kelas yang diorganisir sebagai komunitas penelitian yang di dalamnya terdapat kontak, percakapan, saling membantu, dan saling mendukung di antara siswa dalam kelompok kecil. Pada tiap-tiap tahap siswa memiliki kesempatan yang cukup untuk berinteraksi: mereka mendiskusikan rencana penelitian mereka, mempelajari berbagai sumber dan bertukar gagasan dan informasi, mereka bersama-sama memutuskan bagaimana cara meringkas dan menggabungkan

30

Ibid, h. 167

31

(36)

temuan mereka, dan mereka merencanakan bagaimana menyajikan temuan-temuan mereka itu kepada teman sekelas mereka.32

Group investigation telah mengembangkan dan memperbaiki daftar panjang tentang latihan dan aktivitas yang memungkinkan siswa untuk menerima dan menjalankan interaksi yang efektif dalam kelompok.

3)

Penafsiran

Pada saat menjalankan penelitian siswa secara individu maupun dalam kelompok kecil mengumpulkan dan menemukan informasi.dari berbagai sumber berbeda. Dan bersama-sama mereka membuat penafsiran atas hasil penelitian mereka. Penafsiran yang telah mereka gabungkan merupakan proses sosial-intelektual diantara masing-masing anggota karena didalamnya terdapat gabungan dari berbagai pengetahuan pribadi dengan pengetahuan baru yang dihasilkan, dan antara tiap-tiap siswa dengan gagasan dan informasi yang diberikan oleh anggota lain dalam kelompok itu.33

Penafsiran informasi kooperatif yang dikumpulkan oleh anggota kelompok ini meningkatkan kemampuan mereka untuk menyusun, menegaskan, dan mengkonsolidasikan temuan-temuan mereka dan dengan demikian membuatnya bermakna.

4)

Motivasi Interinsik

Investigasi kelompok memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam menentukan apa yang mereka pelajari dan bagaimana cara mereka belajar. Hal ini mengundang mereka untuk membuat pilihan bersama berdasarkan pada pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan dan masalah yang mereka amati. Garis panduan yang mereka buat dipakai untuk landasan bertindak, sehingga mereka memilih kontrol yang kuat atas pembelajaran mereka, oleh

32

Ibid., h. 169

33

(37)

karena itu mereka bersedia memberikan upaya yang lebih besar untuk mempelajarinya.34

Melalui investigasi kelompok dapat mempertinggi minat pribadi mereka untuk mencari informasi yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah. Hal ini mengundang mereka untuk membuat pilihan serta keputusan individu dan pilihan bersama berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan dan masalah yang mereka amati.

d.

Kelebihan dan Kelemahan Metode Kooperatif Tipe

Group

Investigation

(GI)

1)

Kelebihan :

a) Menciptakan cara belajar siswa lebih aktif

b) Menumbuhkan motivasi belajar mandiri bagi siswa c) Menumbuhkan minat dan kreatifitas siswa

d) Tiap siswa berkontribusi terhadap kelompoknya, dan tiap kelompok berkontribusi terhadap pembelajaran seluruh kelas atas unit yang lebih besar.35

2)

Kelemahan:

a) Bahan ajar yang banyak tetapi waktu yang disediakan sedikit b) Siswa yang malas akan tetap pasif dalam kelompoknya dan

memungkinkan akan mempengaruhi kelompoknya sehingga usaha kelompok tersebut gagal.

c) Pembagian materi membuat siswa terfokus hanya pada materi yang menjadi tanggung jawabnya.

d) Model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan.36

34

Ibid., h.171

35

Robert E. Slavin, op.cit. h. 222

36

(38)

2.

Pendidikan Agama Islam (PAI)

a.

Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah "proses perubahan skala dan tata laku serta mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik37. Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, dan berakhlak mulia.38

Agama Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya bersumber kepada wahyu dari Allah SWT. yang disampaikan kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Untuk kesejahteraan hidup manusia di dunia dan akhirat. Pendidikan agama Islam adalah usaha yang berupa bimbingan dan asuhan terhadap murid agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam secara keseluruhan serta menjadikannya sebagai way of life (pandangan hidup) bagi dirinya, keluarganya dan masyarakat lingkungannya.39

Pendidikan agama Islam diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan atau latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.40

Menurut Zakiyah Darajat, pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat

37

Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 204

38

Suyadi. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. 1, h. 4

39

Team Penyususn Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Dasar tahun 1981/1982, Petunjuk Pelaksanaan KurikulumPendidikan Agama Islam untuk Sekolah Dasar, (Jakarta: Karya Manunggal, 1982), h. 1

40

(39)

memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.

Tayar Yusuf mengartikan pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah SWT. Sedangkan menurut A. Tafsir, pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. 41

`Pendidikan agama Islam bukan hanya memberikan pengetahuan agama saja, akan tetapi yang lebih penting dituntut untuk diamalkan. Jadi pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memehami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telaj ditentukan untuk memcapai tujuan yang telah ditetapkan.

Agama Islam itu sebenarnya bukan suatu mata pelajaran, bukan suatu bidang studi. Agama Islam itu adalah suatu kepercayaan, suatu agama yang ajarannya diwahyukan oleh Allah yang dibukukan, dijelaskan dan dilengkapi oleh Rasul Allah Muhammad dengan sabdanya yang bernama Sunnah (Hadis), dijelaskan dan dikembangkan lagi oleh para sahabatnya dan kemudian oleh para ahli syariat Islam yang dating kemudian untuk mewarisi tugas Rasul itu. Dengan ini jelas bahwa ajaran Islam itu bersumber pada wahyu, bukan pada hasil otak manusia. Karena itu agama Islam tidak dapat disamakan dengan suatu disiplin ilmu yang bersumber pada hasil pengolahan otak manusia. Dari segi ini kita lihat bahwa agama Islam itu bukan suatu ilmu yang materinya dikelompokkan dalam bidang studi; tetapi ajaran agama itu dapat dipelajari dan diamalkan. Karena itu pengajaran agama Islam itu berarti kegiatan mempelajari ajaran Islam.

41

(40)

Sesuai dengan fungsinya bahwa agama Islam itu sebagai pedoman dan pegangan hidup, maka ajarannya tentu saja meliputi seluruh aspek kehidupan. Demikian besar dan luasnya ruang lingkup ajaran agama itu, sehingga tidak dapat dipelajari hanya dalam satu bidang pembahasan saja, kecuali kalau hanya sekadar memperkenalkan ajaran itu secara global saja, atau hanya pokok-pokoknya saja.

Untuk memudahkan mempelajarinya, orang membagi dan memperinci pengajaran agama itu ke dalam beberapa bidang studi, sesuai dengan sifat dan ruang lingkup bahan (materi) yang akan dipelajari. Materi pelajaran yang berisi ajaran tentang tingkah laku atau adab sopan santun dirumuskan dalam bidang studi akhlak. Materi yang berisi ajaran tentang ibadah dikumpulkan dalam bidang studi ibadah; bila digabungkan dengan materi yang berisi masalah muamalat, munakahat, jinayat, dan sebagainya, dikumpulkan dalam bidang studi ibadah-syariah atau Fikih.

Begitulah selanjutnya pengembangan kelompok bahan pelajaran itu disusun dalam berbagai bidang studi yang sesuai dengan materi pelajarannya. Semakin diperluas dan diperdalam ruang lingkup materi pelajaran yang berisi ajaran agama itu, semakin banyak dan beragam pula bidang studi pengembangannya, sesuai dengan luas dan banyakknya aspek kehidupan yang berpegang kepada ajaran agama.42

b.

Dasar Pendidikan Agama Islam

1)

Dasar Yuridis

Dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam adalah berdasarkan perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan pendidikan agama Islam di sekolah ataupun di lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Adapun secara terperinci dasar yuridis tersebut terdiri dari tiga macam, yaitu :

42

(41)

a) Dasar Ideal

Dasar ideal pelaksanaan pendidikan agama Islam yaitu dasar falsafah Negara, Pancasila, yaitu sila pertama dari Pancasila, yang berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa".43 Dasar ini mengandung pengertian bahwa seluruh warga Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa atau harus beragama.

Undang-Undang Dasar 1945 dalam bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: "1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa; 2. Negara menjamin tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan itu."44

Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya makhluk lain diciptakan oleh penciptaannya. Pencipta itu adalah Causa Prima (sebab pertama) yang mempunyai hubungan dengan yang diciptakannya. Manusia sebagai makhluk yang dicipta wajib menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi laranganNya.

Dalam konteks bernegara, maka dalam masyarakat yang berdasarkan Pancasila, dengan sendirinya dijamin kebebasan memeluk agama masing-masing. Sehubungan dengan agama itu perintah dari Tuhan dan merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan oleh manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan, maka untuk menjamin kebebasan tersebut di dalam alam Pancasila seperti kita alami sekarang ini tidak ada pemaksaan beragama, atau orang memeluk agama dalam suasana yang bebas, yang mandiri. Oleh karena itu dalam masyarakat Pancasila dengan sendirinya agama dijamin berkembang dan tumbuh subur dan konsekuensinya diwajibkan adanya toleransi beragama.

b) Dasar Konstitusional

Dasar konstiusional adalah dasar pelaksanaan agama Islam yang diambil dari UU RI No. 20 Th. 2003 dalam bab V pasal 12 No. 1/a yaitu "setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan

43

Dasar falsafah Negara, PANCASILA sila pertama

44

(42)

pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama".45 Kemudian didalam bab X pasal 37 ayat 1 disebutkan bahwa "kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan/kejuruan dan muatan lokal".46

c) Dasar Operasional

Dasar operasional pelaksanaan pendidikan agama Islam yaitu dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah. Hal ini diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2007 bab II pasal 3 ayat 1 yaitu "Setiap satuan pendidikan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan wajib menyelenggarakan pendidikan agama". Kemudian pasal 4 ayat 1 yaitu "Pendidikan agama pada pendidikan formal dan program pendidikan kesetaraan sekurang-kurangnya diselenggarakan dalam bentuk mata pelajaran atau mata kuliah agama". Dan pada ayat 2 yaitu "Setiap peserta didik pada satuan pendidikan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan berhak mendapat pendidikan agama sesuai agama yang dianutnya dan diajar oleh pendidik yang seagama".47

2)

Dasar Religius (Al-Qur'an dan Hadis)

Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar-dasar yang bersumber dari ajaran Islam yang tetuang dalam Al-Qur'an maupun hadis.

a) Al-Qur'an

Al-Qur'an adalah kalam Allah swt, yang diturunkan kepada Muhammad saw dalam bahasa Arab yang terang guna menjelaskan jalan hidup yang bermaslahat bagi umat manusia di dunia dan di akhirat.48

45

Undang-undang SISDIKNAS, UU RI No. 20 th.2003, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), Cet. 5, h. 10

46

Ibid., h. 25

47

Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2007, http://suberia. wordpress. com/201 0/06/2 0 / peraturan -pemerintah-no-552007/ diakses pada tanggal 13 Januari 2014

48

(43)

Al-Qur'an adalah sumber agama sekaligus sumber ajaran Islam. Posisinya sentral, bukan hanya dalam perkembangan dan pengembangan ilmu-ilmu keIslaman, tetapi juga sebagai inspirator, pemandu gerak umat Islam sepanjang sejarah. Al-Qur'an tidak hanya sebagai pedoman umat Islam tetapi juga menjadi kerangka segala kegiatan intelektual muslim.49

Dalam al-Qur'an, pendidikan agama adalah perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Firman Allah SWT dalam surat an-Nahl ayat 125:









Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang

tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang

yang mendapat petunjuk.50

Al-Qur'an menyatakan dirinya sebagai kitab petunjuk. Sebagaiman Allah SWT menjelaskan hal ini di dalam firman-Nya surah al-Isra' ayat 9 :













Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan)

yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang

Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang

besar.51

Fungsi al-Qur'an sebagai sumber pendidikan dapat dilihat dari berbagai aspek diantaranya : pertama, dari segi namanya, Qur'an dan

49

Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008 ), h. 106

50

Al Kitabul Akbar Al-Qur'an dan Terjemahannya, Op.cit., h 281

51

(44)

Kitab secara harfiah berarti membaca dan menulis. Membaca dan menulis dalam arti seluas-luasnya merupakan kegiatan utama dan pertama dalam kegiatan pendidikan. Kedua, dari segi surat yang pertama kali diturunkan, yaitu ayat 1 sampai 5 surat al-Alaq, lima ayat tersebut berkaitan dengan metode (iqra'), guru (tuhan yang memerintahkan membaca), murid (Nabi Muhammad yang diperintahkan membaca). Ketiga, dari segi fungsinya, yakni sebagai al-huda, al-furqan, al-hakim, al-bayyinah, dan rahmatan lil alamin ialah berkaitan dengan fungsi pendidikan dalam arti seluas-luasnya. Keempat, dari segi kandungannya, al-Qur'an berisi ayat-ayat yang mengandung isyarat tentang berbagai aspek pendidikan. Kelima, dari segi sumbernya, yakni Allah swt, telah mengenalkan diri-Nya sebagai al-rabb atau al-murabbi, yakni sebagai pendidik, dan orang yang pertama kali dididik atau diberi pengajaran oleh Allah swt adalah Nabi Adam as.52

Nilai esensi dalam al-Qur'an selamanya abadi dan selalu relevan pada setiap waktu dan zaman, tanpa ada perubahan sama sekali. Perubahan dimungkinkan hanya menyangkut masalah interpretasi mengenai nilai-nilai instrumental dan menyangkut masalah teknik operasional. Pendidikan Islam yang ideal harus sepenuhnya mengacu pada nilai dasar al-Qur'an, tanpa sedikitpun menghindarinya.

b) Hadis

Hadis adalah sumber kedua agama dan ajaran Islam. Apa yang telah disebut dalam al-Qur'an dijelaskan atau dirinci lebih lanjut oleh Rasulullah dengan sunnah beliau. Sunnah ialah perkataan, perbuatan, ataupun pengakuan Rasul Allah swt.53 Adapun pengertian sunnah menurut para ahli hadis adalah sesuatu yang didapatkan dari Nabi saw yang terdiri dari ucapan, perbuatan, persetujuan, sifat fisik atau budi, atau biografi, baik pada masa sebelum kenabian ataupun sesudahnya.54

52

Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2012), Cet. 2, h. 76-77

53

Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pndidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Cet. Ke- 10, Hlm. 20

54

(45)

Ada tiga peranan al-Hadis disamping al-Qur'an sebagai sumber agama dan ajaran Islam. Pertama, menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam al-Qur'an. Kedua, sebagai penjelasan isi al-Qur'an. Ketiga, menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-samar ketentuannya di dalam al-Qur'an.

Sunnah sebagai sumber pendidikan Islam, sesuai dengan firman Allah swt dalam surah al-Jumu'ah ayat 2:























Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul

di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,

mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As

Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam

kesesatan yang nyata.55

Ayat di atas menginformasikan di antara fungsi Nabi, yaitu membacakan ayat al-Qur'an, menyucikan kepribadian kaum pengikutnya, serta mengajarkan al-Qur'an dan al-hikmah. Fungsi Nabi Muhammad saw yang demikian itu terkait dengan kegiatan sebagai pendidik dan pengajar.

Dalam pendidikan Islam, Sunnah Nabi mempunyai dua fungsi, yaitu: pertama, menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam al-Qur'an dan menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat didalamnya. Kedua, menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah bersama sahabat, perlakuannya terhadap anak-anak, dan pendidikan keimanan yang pernah dilakukannya.56

Sunnah sebagai sumber pendidikan Islam juga terdapat dalam teks atau matan hadis Nabi Muhammad saw dapat dijumpai isyarat yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran. Misalnya hadis nabi yang

55

Al Kitabul Akbar Al-Qur'an dan Terjemahannya, Op.cit., h. 553

56

(46)

mewajibkan kepada setiap muslim laki-laki dan perempuan untuk menuntut ilmu; hadis Nabi saw yang menyatakan bahwa menuntut ilmu mulai dari buaian hingga ke liang lahat.57

3)

Dasar Psikologis

Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup.

Sebagaimana dikemukakan oleh Zuhairini dkk, bahwa semua manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya pegangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Zat yang Maha Kuasa, tempet mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolongan. Hal semacam ini terjadi pada masyarakat yang masih primitif maupun masyarakat yang sudah modern. Mereka merasa tenang dan tentram hatinya kalau mereka dapat mendekat dan mengabdi kepada Zat yang Maha Kuasa.58

Dasar psikologis adalah dasar yang memberikan informasi tentang bakat, minat, watak, karakter, motivasi dan inovasi peserta didik, pendidik, tenaga administrasi, serta sumber daya manusia yang lain. Dasar ini berguna juga untuk mengetahui tingkat kepuasan dan kesejahteraan batiniah pelaku pendidikan, agar mereka mampu meningkatkan prsetasi dan kompetisi dengan cara yang baik dan sehat. Dasar ini pula yang memberikan suasana batin yang damai, tenang, dan indah di lingkungan pendidikan, meskipun dalam kedamaian dan ketenangan itu senantiasa terjadi dinamika dan gerak cepat untuk lebih maju bagi pengembangan lembaga pendidikan.59

57

Ibid., h. 79

58

Abdul Majid, Dian Andayani, Op,cit, h. 133

59

(47)

c.

Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup segala bidang kehidupan manusia di dunia di mana manusia mampu memanfaatkan sebagai tempat menanam benih-benih amaliah yang buahnya akan dipetik di akhirat nanti, maka pembentukan sikap dan nilai-nilai alamiah Islamiah dalam pribadi manusia baru dapat efektif bila dilakukan melalui proses kependidikan yang berjalan di atas kaidah-kaidah ilmu pengetahuan kependidikan.60

Di dalam GBPP mata pelajaran pendidikan agama Islam kurikulum 1994 pada dasarnya mencakup tujuh unsur pokok, yaitu, Al-Qur’an dan Hadis, keimanan/akidah, akhlak, fiqh (hukum Islam), dan tarikh (sejarah) yang menekankan pada perkembangan politik. Pada kurikulum tahun 1999 dipadatkan menjadi lima unsur pokok, yaitu; Al-Qur’an, keimanan, akhlak, fiqih dan bimbingan ibadah, serta tarikh/sejarah yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.61

Meskipun masing-masing aspek tersebut dalam praktiknya saling terkait (mengisi dan melengkapi), tetapi jika dilihat secara teoritis masing-masing memiliki karakteristik tersendiri. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam identik dengan aspek-aspek pengajaran agama Islam karena materi yang terkandung di dalamnya merupakan perpaduan yang saling melengkapi antara satu dengan lainnya.

Dilihat dari segi pembahasannya maka ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) Al-Qur’an dan Hadits 2) Aqidah

3) Akhlak 4) Fiqih

5) Tarikh dan Kebudayaan Islam

60

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), Cet. 1, h. 16

61

Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam, http://makalah. blogspot. com/

(48)

Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.

Gambar

Tabel 2.1       Proses Pembelajaran Tahap 1 ...............................................
Table 2.2
Tabel 2.3
Table 2.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penulis juga telah menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan dengan judul “Diagnosa Koi Herves Virus (KHV) Pada Ikan Mas ( Cyprinus carpio) Dengan Polymerase Chain

Siti : Penting, kalau kita udah ada hubungan, udah, maksudnya udah nikah, itu harus setia sama suami, jangan, sebanyak rejeki kita, itu doa suami, itu, kalau kita mengkhianati

Argu-men: Hukum agama adl kebenaran dlm Quran, yaitu wahyu Allah & kesempurnaan moral di satu pihak, & di pihak lain akal budi sbg sumber ketajaman

Apakah selama bekerja, Anda memiliki keluhan kesehatan yang berkaitan dengan kulit4. Jika “Ya”, gejala apa saja yang

Kulit kering atau xerosis adalah kelainan kulit terjadi akibat modifikasi lipid dan hidrasi yang terganggu pada sawar stratum korneum.. Perubahan struktur lipid pada

Kelebihan dari alat yang dibuat adalah lengan robot tidak hanya mengambil dan meletakkan benda ditempat yang telah disediakan tetapi juga dapat dilakukan penyusunan

Apabila pemerintah kabupaten/kota telah terbiasa menyusun program berbasis evaluasi dirinya, maka output yang diharapkan adalah pemerintah daerah dapat menyusun rencana

Selama proses penelitian, analisis dilakukan, akan muncul pertanyaan-pertanyaan yang dijadikan dasar untuk melacakterus kasus yang diteliti sampai diperoleh data anggota