BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Pembahasan
3. Implementasi Metode Koopertif Tipe Group Investigation
Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Hal-hal yang dilakukan oleh siswa yaitu:
a) Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis dan membuat kesimpulan.
b) Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.
c) Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mensintesis semua gagasan.19
Dalam tahap ini tiap kelompok melaksanakan rencana yang telah diformulasikan sebelumnya. Selama tahap ini para siswa satu demi satu atau secara berpasangan, mengumpulkan. Menganalisis, dan mengevaluasi
18
Sholomo Sharan, Op.Cit. h 178
19
informasi, membuat kesimpulan-kesimpulan, dan mengaplikasikan pengetahuan baru yang menjadi bagian mereka untuk menciptakan sebuah resolusi atas masalah yang diteliti kelompok.
Ketika individu atau pasangan telah menyelesaikan porsi mereka atau tugas kelompok, maka kelompok tersebut akan berkumpul kembali dan para anggotanya saling membagi pengetahuan mereka. Kelompok boleh memilih salah satu anggota untuk mencatat kesimpulan mereka, atau tiap anggota boleh mempresentesikan sebuah rangkuman tertulis dari penemuan mereka yaitu menampilkan sebuah rangkuman singkat sebagai respon terhadap pertanyaan yang diinvestigasi.
Tabel 2.3
Proses Pembelajaran Tahap 320
Proses Pembelajaran Peran Guru
Menemukan informasi dari beragam sumber
Membandingkan dan
mengevaluasi relevansi sumber
Menjelaskan, memperluas dan menyaring pengetahuan dan membuat informasi
Merumuskan jawaban
pertanyaan
Membantu dengan
keterampilan meneliti
Membantu memeriksa sumber-sumber
Membantu menemukan
hubungan baru diantara sumber-sumber
Membantu menjaga norma-norma interaksi kooperatif
4) Analisa dan Sintesis
Siswa menganalisis dan mensintesis informasi yang diperoleh pada tahap ketiga. Hal yang dilakukan siswa yaitu:
a) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan dari proyek mereka.
b) Anggota kelompok merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.
c) Wakil-wakil kelompok membentuk dan mengkoordinasi rencana-rencana presentasi.21
20
Sholomo Sharan, Op.Cit. h 182
21
Tahap ini merupakan transisi dari tahap pengumpulan data dan klarifikasi ke tahap dimana kelompok-kelompok yang ada melaporkan hasil investigasi mereka kepada seluruh kelas. Ini terutama merupakan sebuah tahap pengaturan, seperti pada tahap pertama juga memerlukan semacam kegiatan-kegiatan intelektual yang mengabstraksikan gagasan utama dari proyek kelompok, mengintegrasikan semua bagiannya menjadi satu keseluruhan, dan merencanakan sebuah presentasi yang bersifat instruktif sekaligus menarik.
Table 2.4
Proses Pembelajaran Tahap 422
Proses Pembelajaran Peran Guru
Menentukan gagasan utama dari temuan-temuan yang ada
Menjelaskan, membandingkan, mengevaluasi temuan-temuan
Menghubungkan temuan
dengan masalah umum
Memutuskan bagaimana
menyajikan temuan
Menyusun rencana kelompok
Bertemu dengan kelompok pelaksana
Membantu memperoleh materi
Memastikan bahwa semua
anggota kelompok
berpartisipasi
5) Presentasi penelitian
Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, diantaranya:
a) Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dibuat dalam berbagai macam bentuk.
b) Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengar (siswa lain) menjadi aktif. Hal ini juga bertujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu.
c) Para pendengar mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas. 23
d) Presentasi dikoordinasi oleh guru.
22
Sholomo Sharan, Op.Cit. h 184
23
Untuk menyimpulkan presentasi, guru harus membiarkan kelas berdiskusi tentang bagaimana semua tema itu digabungkan untuk menjelaskan masalah umum yang telah diatasi di kelas. Komentar-komentar siswa selama diskusi berlangsung akan menunjukan tingkat kemampuan antara yang mereka dengar dan yang mereka lihat dengan subtopik mereka. Reaksi dari siswa terhadap presentasi dan cara menyimpulkan diskusi adalah bagian dari proses evaluasi.24
Table 2.5
Proses Pembelajaran Tahap 525
Proses Pembelajaran Peran Guru
Menunjukan manfaat
pengetahuan
Mengevaluasi kekelasan, daya tarik, dan relevansi, presenntasi
Membuat hubungan baru di antara subtema
Mengkoordinasi presentasi kelompok
Mengarahkan komentar
diskusi siswa
Membuat aturan-aturan untuk membuat komentar Mengarahkan penyimpulan diskusi Menunjukan hubungan di antara subtema
6) Evaluasi
Dalam hal ini kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok. Hal yang dilakukan yaitu:
a) Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman-pengalaman mereka.
b) Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.
c) Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi.26
24
Sholomo Sharan. Op.Cit. h. 186
25
Pada proses evaluasi, guru harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi siswa mengenai subjek yang dipelajari, bagaimana mereka menginvestigasi aspek-aspek tertentu dari subjek, bagaimana mereka mengaplikasikan pengetahuan mereka terhadap solusi dari masalah-masalah baru, bagaimana mereka menggunakan kesimpulan dari apa yang mereka pelajari dalam mendiskusikan pertanyaan yang membutuhkan analisis dan penilaian, dan bagaimana mereka sampai pada kesimpulan dari serangkaian data. 27
Group investigation membuka kesempatan evaluasi secara konstan dan lebih besar terhadap siswa, baik oleh teman atau guru mereka, daripada dalam kelas tradisional dengan pengajaran kepada seluruh kelas. Dalam kelas group investigation guru harus mampu membentuk evaluasi siswa yang didasarkan pada percakapan dan observasi yang sering dilakukan terhadap aktivitas akademik siswa. Pengalaman efektif para siswa selama masa belajar mereka juga harus dievaluasi, termasuk tingkat motivasi dan keterlibatan mereka. Umpan balik dari para siswa sendiri harus mampu memperlihatkan bagaimana perasaan mereka mengenai topik yang bersangkutan dan mengenai pekerjaan yang telah mereka lakukan.28
Tabel 2.6
Proses Pembelajaran Tahap 629
Proses Pembelajaran Peran Guru
Mengevaluasi gagasan hasil penelitian
Mengevaluasi pengetahuan
Menggabungkan semua temuan kelompok
Memperlihatkan prestasi
sebagai peneliti dan sebagai anggota kelompok
Mengevaluasi pemahaman atas gagasan utama
Mengevaluasi pengetahuan atas fakta dan istilah baru
Mengevaluasi penggabungan semua temuan kelompok
Memfasilitasi refleksi siswa tentang proses dan isi penelitian
26
Robert E. Slavin, op.cit. h. 218-220
27
Ibid., h. 226
28
Ibid., h. 226-227
29
c. Fitur Dasar Kelompok Penyelidikan (Group Investigation)
Karakter unik investigasi kelompok ada pada integrasi dari empat fitur dasar seperti investigasi, interaksi, penafsiran, dan motivasi interinsik.301) Investigasi
Investigasi, yang pertama dari empat komponen investigasi kelompok, mengacu kepada orientasi umum terhadap pembelajaran yang diambil oleh para guru dan siswa. Ketika kelas menjalankan proyek investigasi kelompok, kelas itu menjadi "komunitas penelitian", dan tiap-tiap siswa meruppakan peneliti yang mengkoordinasi penelitian mereka dengan tujuan bersama kelas itu.
Investigasi dimulai ketika guru memberikan masalah yang menantang dan rumit kepada kelas. Proses investigasi menekan inisiatif siswa, dibuktikan dengan pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan dengan sumber-sumber yang mereka temukan, dan dengan jawaban yang mereka rumuskan. Siswa mencari informasi dan gagasan dengan bekerjasama dengan rekan mereka dan menggabungkannya bersama pendapat, informasi, gagasan, ketertarikan, dan pengalaman yang masing-masing mereka bawa untuk mengerjakan tugas.31
2) Interaksi
Investigasi kelompok terjadi di kelas yang diorganisir sebagai komunitas penelitian yang di dalamnya terdapat kontak, percakapan, saling membantu, dan saling mendukung di antara siswa dalam kelompok kecil. Pada tiap-tiap tahap siswa memiliki kesempatan yang cukup untuk berinteraksi: mereka mendiskusikan rencana penelitian mereka, mempelajari berbagai sumber dan bertukar gagasan dan informasi, mereka bersama-sama memutuskan bagaimana cara meringkas dan menggabungkan
30
Ibid, h. 167
31
temuan mereka, dan mereka merencanakan bagaimana menyajikan temuan-temuan mereka itu kepada teman sekelas mereka.32
Group investigation telah mengembangkan dan memperbaiki daftar panjang tentang latihan dan aktivitas yang memungkinkan siswa untuk menerima dan menjalankan interaksi yang efektif dalam kelompok.
3) Penafsiran
Pada saat menjalankan penelitian siswa secara individu maupun dalam kelompok kecil mengumpulkan dan menemukan informasi.dari berbagai sumber berbeda. Dan bersama-sama mereka membuat penafsiran atas hasil penelitian mereka. Penafsiran yang telah mereka gabungkan merupakan proses sosial-intelektual diantara masing-masing anggota karena didalamnya terdapat gabungan dari berbagai pengetahuan pribadi dengan pengetahuan baru yang dihasilkan, dan antara tiap-tiap siswa dengan gagasan dan informasi yang diberikan oleh anggota lain dalam kelompok itu.33
Penafsiran informasi kooperatif yang dikumpulkan oleh anggota kelompok ini meningkatkan kemampuan mereka untuk menyusun, menegaskan, dan mengkonsolidasikan temuan-temuan mereka dan dengan demikian membuatnya bermakna.
4) Motivasi Interinsik
Investigasi kelompok memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam menentukan apa yang mereka pelajari dan bagaimana cara mereka belajar. Hal ini mengundang mereka untuk membuat pilihan bersama berdasarkan pada pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan dan masalah yang mereka amati. Garis panduan yang mereka buat dipakai untuk landasan bertindak, sehingga mereka memilih kontrol yang kuat atas pembelajaran mereka, oleh
32
Ibid., h. 169
33
karena itu mereka bersedia memberikan upaya yang lebih besar untuk mempelajarinya.34
Melalui investigasi kelompok dapat mempertinggi minat pribadi mereka untuk mencari informasi yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah. Hal ini mengundang mereka untuk membuat pilihan serta keputusan individu dan pilihan bersama berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan dan masalah yang mereka amati.
d. Kelebihan dan Kelemahan Metode Kooperatif Tipe Group
Investigation (GI)
1) Kelebihan :
a) Menciptakan cara belajar siswa lebih aktif
b) Menumbuhkan motivasi belajar mandiri bagi siswa c) Menumbuhkan minat dan kreatifitas siswa
d) Tiap siswa berkontribusi terhadap kelompoknya, dan tiap kelompok berkontribusi terhadap pembelajaran seluruh kelas atas unit yang lebih besar.35
2) Kelemahan:
a) Bahan ajar yang banyak tetapi waktu yang disediakan sedikit b) Siswa yang malas akan tetap pasif dalam kelompoknya dan
memungkinkan akan mempengaruhi kelompoknya sehingga usaha kelompok tersebut gagal.
c) Pembagian materi membuat siswa terfokus hanya pada materi yang menjadi tanggung jawabnya.
d) Model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan.36
34
Ibid., h.171
35
Robert E. Slavin, op.cit. h. 222
36
2. Pendidikan Agama Islam (PAI)
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah "proses perubahan skala dan tata laku serta mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik37. Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, dan berakhlak mulia.38
Agama Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya bersumber kepada wahyu dari Allah SWT. yang disampaikan kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Untuk kesejahteraan hidup manusia di dunia dan akhirat. Pendidikan agama Islam adalah usaha yang berupa bimbingan dan asuhan terhadap murid agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam secara keseluruhan serta menjadikannya sebagai way of life (pandangan hidup) bagi dirinya, keluarganya dan masyarakat lingkungannya.39
Pendidikan agama Islam diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan atau latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.40
Menurut Zakiyah Darajat, pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
37
Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1997), h. 204
38
Suyadi. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013), Cet. 1, h. 4
39
Team Penyususn Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Dasar tahun 1981/1982, Petunjuk Pelaksanaan KurikulumPendidikan Agama Islam untuk Sekolah Dasar, (Jakarta: Karya Manunggal, 1982), h. 1
40
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (PT. Gemawindu
memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
Tayar Yusuf mengartikan pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah SWT. Sedangkan menurut A. Tafsir, pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. 41
`Pendidikan agama Islam bukan hanya memberikan pengetahuan agama saja, akan tetapi yang lebih penting dituntut untuk diamalkan. Jadi pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memehami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telaj ditentukan untuk memcapai tujuan yang telah ditetapkan.
Agama Islam itu sebenarnya bukan suatu mata pelajaran, bukan suatu bidang studi. Agama Islam itu adalah suatu kepercayaan, suatu agama yang ajarannya diwahyukan oleh Allah yang dibukukan, dijelaskan dan dilengkapi oleh Rasul Allah Muhammad dengan sabdanya yang bernama Sunnah (Hadis), dijelaskan dan dikembangkan lagi oleh para sahabatnya dan kemudian oleh para ahli syariat Islam yang dating kemudian untuk mewarisi tugas Rasul itu. Dengan ini jelas bahwa ajaran Islam itu bersumber pada wahyu, bukan pada hasil otak manusia. Karena itu agama Islam tidak dapat disamakan dengan suatu disiplin ilmu yang bersumber pada hasil pengolahan otak manusia. Dari segi ini kita lihat bahwa agama Islam itu bukan suatu ilmu yang materinya dikelompokkan dalam bidang studi; tetapi ajaran agama itu dapat dipelajari dan diamalkan. Karena itu pengajaran agama Islam itu berarti kegiatan mempelajari ajaran Islam.
41
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung:
Sesuai dengan fungsinya bahwa agama Islam itu sebagai pedoman dan pegangan hidup, maka ajarannya tentu saja meliputi seluruh aspek kehidupan. Demikian besar dan luasnya ruang lingkup ajaran agama itu, sehingga tidak dapat dipelajari hanya dalam satu bidang pembahasan saja, kecuali kalau hanya sekadar memperkenalkan ajaran itu secara global saja, atau hanya pokok-pokoknya saja.
Untuk memudahkan mempelajarinya, orang membagi dan memperinci pengajaran agama itu ke dalam beberapa bidang studi, sesuai dengan sifat dan ruang lingkup bahan (materi) yang akan dipelajari. Materi pelajaran yang berisi ajaran tentang tingkah laku atau adab sopan santun dirumuskan dalam bidang studi akhlak. Materi yang berisi ajaran tentang ibadah dikumpulkan dalam bidang studi ibadah; bila digabungkan dengan materi yang berisi masalah muamalat, munakahat, jinayat, dan sebagainya, dikumpulkan dalam bidang studi ibadah-syariah atau Fikih.
Begitulah selanjutnya pengembangan kelompok bahan pelajaran itu disusun dalam berbagai bidang studi yang sesuai dengan materi pelajarannya. Semakin diperluas dan diperdalam ruang lingkup materi pelajaran yang berisi ajaran agama itu, semakin banyak dan beragam pula bidang studi pengembangannya, sesuai dengan luas dan banyakknya aspek kehidupan yang berpegang kepada ajaran agama.42
b. Dasar Pendidikan Agama Islam
1) Dasar Yuridis
Dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam adalah berdasarkan perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan pendidikan agama Islam di sekolah ataupun di lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Adapun secara terperinci dasar yuridis tersebut terdiri dari tiga macam, yaitu :
42
Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),
a) Dasar Ideal
Dasar ideal pelaksanaan pendidikan agama Islam yaitu dasar falsafah Negara, Pancasila, yaitu sila pertama dari Pancasila, yang berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa".43 Dasar ini mengandung pengertian bahwa seluruh warga Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa atau harus beragama.
Undang-Undang Dasar 1945 dalam bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: "1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa; 2. Negara menjamin tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan itu."44
Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya makhluk lain diciptakan oleh penciptaannya. Pencipta itu adalah Causa Prima (sebab pertama) yang mempunyai hubungan dengan yang diciptakannya. Manusia sebagai makhluk yang dicipta wajib menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi laranganNya.
Dalam konteks bernegara, maka dalam masyarakat yang berdasarkan Pancasila, dengan sendirinya dijamin kebebasan memeluk agama masing-masing. Sehubungan dengan agama itu perintah dari Tuhan dan merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan oleh manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan, maka untuk menjamin kebebasan tersebut di dalam alam Pancasila seperti kita alami sekarang ini tidak ada pemaksaan beragama, atau orang memeluk agama dalam suasana yang bebas, yang mandiri. Oleh karena itu dalam masyarakat Pancasila dengan sendirinya agama dijamin berkembang dan tumbuh subur dan konsekuensinya diwajibkan adanya toleransi beragama.
b) Dasar Konstitusional
Dasar konstiusional adalah dasar pelaksanaan agama Islam yang diambil dari UU RI No. 20 Th. 2003 dalam bab V pasal 12 No. 1/a yaitu "setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan
43
Dasar falsafah Negara, PANCASILA sila pertama
44
pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama".45 Kemudian didalam bab X pasal 37 ayat 1 disebutkan bahwa "kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan/kejuruan dan muatan lokal".46
c) Dasar Operasional
Dasar operasional pelaksanaan pendidikan agama Islam yaitu dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah. Hal ini diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2007 bab II pasal 3 ayat 1 yaitu "Setiap satuan pendidikan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan wajib menyelenggarakan pendidikan agama".
Kemudian pasal 4 ayat 1 yaitu "Pendidikan agama pada pendidikan formal dan program pendidikan kesetaraan sekurang-kurangnya diselenggarakan dalam bentuk mata pelajaran atau mata kuliah agama". Dan pada ayat 2 yaitu "Setiap peserta didik pada satuan pendidikan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan berhak mendapat pendidikan agama sesuai agama yang dianutnya dan diajar oleh pendidik yang seagama".47
2) Dasar Religius (Al-Qur'an dan Hadis)
Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar-dasar yang bersumber dari ajaran Islam yang tetuang dalam Al-Qur'an maupun hadis.
a) Al-Qur'an
Al-Qur'an adalah kalam Allah swt, yang diturunkan kepada Muhammad saw dalam bahasa Arab yang terang guna menjelaskan jalan hidup yang bermaslahat bagi umat manusia di dunia dan di akhirat.48
45
Undang-undang SISDIKNAS, UU RI No. 20 th.2003, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), Cet. 5, h. 10
46
Ibid., h. 25
47
Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2007, http://suberia. wordpress. com/201 0/06/2 0 / peraturan -pemerintah-no-552007/ diakses pada tanggal 13 Januari 2014
48
Al-Qur'an adalah sumber agama sekaligus sumber ajaran Islam. Posisinya sentral, bukan hanya dalam perkembangan dan pengembangan ilmu-ilmu keIslaman, tetapi juga sebagai inspirator, pemandu gerak umat Islam sepanjang sejarah. Al-Qur'an tidak hanya sebagai pedoman umat Islam tetapi juga menjadi kerangka segala kegiatan intelektual muslim.49
Dalam al-Qur'an, pendidikan agama adalah perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Firman Allah SWT dalam surat an-Nahl ayat 125:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.50
Al-Qur'an menyatakan dirinya sebagai kitab petunjuk. Sebagaiman Allah SWT menjelaskan hal ini di dalam firman-Nya surah al-Isra' ayat 9 :
Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.51
Fungsi al-Qur'an sebagai sumber pendidikan dapat dilihat dari berbagai aspek diantaranya : pertama, dari segi namanya, Qur'an dan
49
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008 ), h. 106
50
Al Kitabul Akbar Al-Qur'an dan Terjemahannya, Op.cit., h 281
51
Kitab secara harfiah berarti membaca dan menulis. Membaca dan menulis dalam arti seluas-luasnya merupakan kegiatan utama dan pertama dalam kegiatan pendidikan. Kedua, dari segi surat yang pertama kali diturunkan, yaitu ayat 1 sampai 5 surat al-Alaq, lima ayat tersebut berkaitan dengan metode (iqra'), guru (tuhan yang memerintahkan membaca), murid (Nabi Muhammad yang diperintahkan membaca). Ketiga, dari segi fungsinya, yakni sebagai al-huda, al-furqan, al-hakim, al-bayyinah, dan rahmatan lil alamin ialah berkaitan dengan fungsi pendidikan dalam arti seluas-luasnya.
Keempat, dari segi kandungannya, al-Qur'an berisi ayat-ayat yang mengandung isyarat tentang berbagai aspek pendidikan. Kelima, dari segi sumbernya, yakni Allah swt, telah mengenalkan diri-Nya sebagai al-rabb
atau al-murabbi, yakni sebagai pendidik, dan orang yang pertama kali dididik atau diberi pengajaran oleh Allah swt adalah Nabi Adam as.52
Nilai esensi dalam al-Qur'an selamanya abadi dan selalu relevan pada setiap waktu dan zaman, tanpa ada perubahan sama sekali. Perubahan dimungkinkan hanya menyangkut masalah interpretasi mengenai nilai-nilai instrumental dan menyangkut masalah teknik operasional. Pendidikan Islam