• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

2. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah "proses perubahan skala dan tata laku serta mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik37. Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, dan berakhlak mulia.38

Agama Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya bersumber kepada wahyu dari Allah SWT. yang disampaikan kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Untuk kesejahteraan hidup manusia di dunia dan akhirat. Pendidikan agama Islam adalah usaha yang berupa bimbingan dan asuhan terhadap murid agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam secara keseluruhan serta menjadikannya sebagai way of life (pandangan hidup) bagi dirinya, keluarganya dan masyarakat lingkungannya.39

Pendidikan agama Islam diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan atau latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.40

Menurut Zakiyah Darajat, pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat

37

Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 1997), h. 204

38

Suyadi. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2013), Cet. 1, h. 4

39

Team Penyususn Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Dasar tahun 1981/1982, Petunjuk Pelaksanaan KurikulumPendidikan Agama Islam untuk Sekolah Dasar, (Jakarta: Karya Manunggal, 1982), h. 1

40

Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (PT. Gemawindu

memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.

Tayar Yusuf mengartikan pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah SWT. Sedangkan menurut A. Tafsir, pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. 41

`Pendidikan agama Islam bukan hanya memberikan pengetahuan agama saja, akan tetapi yang lebih penting dituntut untuk diamalkan. Jadi pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memehami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telaj ditentukan untuk memcapai tujuan yang telah ditetapkan.

Agama Islam itu sebenarnya bukan suatu mata pelajaran, bukan suatu bidang studi. Agama Islam itu adalah suatu kepercayaan, suatu agama yang ajarannya diwahyukan oleh Allah yang dibukukan, dijelaskan dan dilengkapi oleh Rasul Allah Muhammad dengan sabdanya yang bernama Sunnah (Hadis), dijelaskan dan dikembangkan lagi oleh para sahabatnya dan kemudian oleh para ahli syariat Islam yang dating kemudian untuk mewarisi tugas Rasul itu. Dengan ini jelas bahwa ajaran Islam itu bersumber pada wahyu, bukan pada hasil otak manusia. Karena itu agama Islam tidak dapat disamakan dengan suatu disiplin ilmu yang bersumber pada hasil pengolahan otak manusia. Dari segi ini kita lihat bahwa agama Islam itu bukan suatu ilmu yang materinya dikelompokkan dalam bidang studi; tetapi ajaran agama itu dapat dipelajari dan diamalkan. Karena itu pengajaran agama Islam itu berarti kegiatan mempelajari ajaran Islam.

41

Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung:

Sesuai dengan fungsinya bahwa agama Islam itu sebagai pedoman dan pegangan hidup, maka ajarannya tentu saja meliputi seluruh aspek kehidupan. Demikian besar dan luasnya ruang lingkup ajaran agama itu, sehingga tidak dapat dipelajari hanya dalam satu bidang pembahasan saja, kecuali kalau hanya sekadar memperkenalkan ajaran itu secara global saja, atau hanya pokok-pokoknya saja.

Untuk memudahkan mempelajarinya, orang membagi dan memperinci pengajaran agama itu ke dalam beberapa bidang studi, sesuai dengan sifat dan ruang lingkup bahan (materi) yang akan dipelajari. Materi pelajaran yang berisi ajaran tentang tingkah laku atau adab sopan santun dirumuskan dalam bidang studi akhlak. Materi yang berisi ajaran tentang ibadah dikumpulkan dalam bidang studi ibadah; bila digabungkan dengan materi yang berisi masalah muamalat, munakahat, jinayat, dan sebagainya, dikumpulkan dalam bidang studi ibadah-syariah atau Fikih.

Begitulah selanjutnya pengembangan kelompok bahan pelajaran itu disusun dalam berbagai bidang studi yang sesuai dengan materi pelajarannya. Semakin diperluas dan diperdalam ruang lingkup materi pelajaran yang berisi ajaran agama itu, semakin banyak dan beragam pula bidang studi pengembangannya, sesuai dengan luas dan banyakknya aspek kehidupan yang berpegang kepada ajaran agama.42

b. Dasar Pendidikan Agama Islam

1) Dasar Yuridis

Dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam adalah berdasarkan perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan pendidikan agama Islam di sekolah ataupun di lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Adapun secara terperinci dasar yuridis tersebut terdiri dari tiga macam, yaitu :

42

Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),

a) Dasar Ideal

Dasar ideal pelaksanaan pendidikan agama Islam yaitu dasar falsafah Negara, Pancasila, yaitu sila pertama dari Pancasila, yang berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa".43 Dasar ini mengandung pengertian bahwa seluruh warga Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa atau harus beragama.

Undang-Undang Dasar 1945 dalam bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: "1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa; 2. Negara menjamin tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan itu."44

Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya makhluk lain diciptakan oleh penciptaannya. Pencipta itu adalah Causa Prima (sebab pertama) yang mempunyai hubungan dengan yang diciptakannya. Manusia sebagai makhluk yang dicipta wajib menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi laranganNya.

Dalam konteks bernegara, maka dalam masyarakat yang berdasarkan Pancasila, dengan sendirinya dijamin kebebasan memeluk agama masing-masing. Sehubungan dengan agama itu perintah dari Tuhan dan merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan oleh manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan, maka untuk menjamin kebebasan tersebut di dalam alam Pancasila seperti kita alami sekarang ini tidak ada pemaksaan beragama, atau orang memeluk agama dalam suasana yang bebas, yang mandiri. Oleh karena itu dalam masyarakat Pancasila dengan sendirinya agama dijamin berkembang dan tumbuh subur dan konsekuensinya diwajibkan adanya toleransi beragama.

b) Dasar Konstitusional

Dasar konstiusional adalah dasar pelaksanaan agama Islam yang diambil dari UU RI No. 20 Th. 2003 dalam bab V pasal 12 No. 1/a yaitu "setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan

43

Dasar falsafah Negara, PANCASILA sila pertama

44

pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama".45 Kemudian didalam bab X pasal 37 ayat 1 disebutkan bahwa "kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan/kejuruan dan muatan lokal".46

c) Dasar Operasional

Dasar operasional pelaksanaan pendidikan agama Islam yaitu dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah. Hal ini diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2007 bab II pasal 3 ayat 1 yaitu "Setiap satuan pendidikan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan wajib menyelenggarakan pendidikan agama".

Kemudian pasal 4 ayat 1 yaitu "Pendidikan agama pada pendidikan formal dan program pendidikan kesetaraan sekurang-kurangnya diselenggarakan dalam bentuk mata pelajaran atau mata kuliah agama". Dan pada ayat 2 yaitu "Setiap peserta didik pada satuan pendidikan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan berhak mendapat pendidikan agama sesuai agama yang dianutnya dan diajar oleh pendidik yang seagama".47

2) Dasar Religius (Al-Qur'an dan Hadis)

Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar-dasar yang bersumber dari ajaran Islam yang tetuang dalam Al-Qur'an maupun hadis.

a) Al-Qur'an

Al-Qur'an adalah kalam Allah swt, yang diturunkan kepada Muhammad saw dalam bahasa Arab yang terang guna menjelaskan jalan hidup yang bermaslahat bagi umat manusia di dunia dan di akhirat.48

45

Undang-undang SISDIKNAS, UU RI No. 20 th.2003, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), Cet. 5, h. 10

46

Ibid., h. 25

47

Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2007, http://suberia. wordpress. com/201 0/06/2 0 / peraturan -pemerintah-no-552007/ diakses pada tanggal 13 Januari 2014

48

Al-Qur'an adalah sumber agama sekaligus sumber ajaran Islam. Posisinya sentral, bukan hanya dalam perkembangan dan pengembangan ilmu-ilmu keIslaman, tetapi juga sebagai inspirator, pemandu gerak umat Islam sepanjang sejarah. Al-Qur'an tidak hanya sebagai pedoman umat Islam tetapi juga menjadi kerangka segala kegiatan intelektual muslim.49

Dalam al-Qur'an, pendidikan agama adalah perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Firman Allah SWT dalam surat an-Nahl ayat 125:















































Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.50

Al-Qur'an menyatakan dirinya sebagai kitab petunjuk. Sebagaiman Allah SWT menjelaskan hal ini di dalam firman-Nya surah al-Isra' ayat 9 :



































Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.51

Fungsi al-Qur'an sebagai sumber pendidikan dapat dilihat dari berbagai aspek diantaranya : pertama, dari segi namanya, Qur'an dan

49

Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008 ), h. 106

50

Al Kitabul Akbar Al-Qur'an dan Terjemahannya, Op.cit., h 281

51

Kitab secara harfiah berarti membaca dan menulis. Membaca dan menulis dalam arti seluas-luasnya merupakan kegiatan utama dan pertama dalam kegiatan pendidikan. Kedua, dari segi surat yang pertama kali diturunkan, yaitu ayat 1 sampai 5 surat al-Alaq, lima ayat tersebut berkaitan dengan metode (iqra'), guru (tuhan yang memerintahkan membaca), murid (Nabi Muhammad yang diperintahkan membaca). Ketiga, dari segi fungsinya, yakni sebagai al-huda, al-furqan, al-hakim, al-bayyinah, dan rahmatan lil alamin ialah berkaitan dengan fungsi pendidikan dalam arti seluas-luasnya.

Keempat, dari segi kandungannya, al-Qur'an berisi ayat-ayat yang mengandung isyarat tentang berbagai aspek pendidikan. Kelima, dari segi sumbernya, yakni Allah swt, telah mengenalkan diri-Nya sebagai al-rabb

atau al-murabbi, yakni sebagai pendidik, dan orang yang pertama kali dididik atau diberi pengajaran oleh Allah swt adalah Nabi Adam as.52

Nilai esensi dalam al-Qur'an selamanya abadi dan selalu relevan pada setiap waktu dan zaman, tanpa ada perubahan sama sekali. Perubahan dimungkinkan hanya menyangkut masalah interpretasi mengenai nilai-nilai instrumental dan menyangkut masalah teknik operasional. Pendidikan Islam yang ideal harus sepenuhnya mengacu pada nilai dasar al-Qur'an, tanpa sedikitpun menghindarinya.

b) Hadis

Hadis adalah sumber kedua agama dan ajaran Islam. Apa yang telah disebut dalam al-Qur'an dijelaskan atau dirinci lebih lanjut oleh Rasulullah dengan sunnah beliau. Sunnah ialah perkataan, perbuatan, ataupun pengakuan Rasul Allah swt.53 Adapun pengertian sunnah menurut para ahli hadis adalah sesuatu yang didapatkan dari Nabi saw yang terdiri dari ucapan, perbuatan, persetujuan, sifat fisik atau budi, atau biografi, baik pada masa sebelum kenabian ataupun sesudahnya.54

52

Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2012), Cet. 2, h. 76-77

53

Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pndidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Cet. Ke- 10, Hlm. 20

54

Ada tiga peranan al-Hadis disamping al-Qur'an sebagai sumber agama dan ajaran Islam. Pertama, menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam al-Qur'an. Kedua, sebagai penjelasan isi al-Qur'an. Ketiga,

menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-samar ketentuannya di dalam al-Qur'an.

Sunnah sebagai sumber pendidikan Islam, sesuai dengan firman Allah swt dalam surah al-Jumu'ah ayat 2:













































Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.55

Ayat di atas menginformasikan di antara fungsi Nabi, yaitu membacakan ayat al-Qur'an, menyucikan kepribadian kaum pengikutnya, serta mengajarkan al-Qur'an dan al-hikmah. Fungsi Nabi Muhammad saw yang demikian itu terkait dengan kegiatan sebagai pendidik dan pengajar.

Dalam pendidikan Islam, Sunnah Nabi mempunyai dua fungsi, yaitu: pertama, menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam al-Qur'an dan menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat didalamnya. Kedua,

menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah bersama sahabat, perlakuannya terhadap anak-anak, dan pendidikan keimanan yang pernah dilakukannya.56

Sunnah sebagai sumber pendidikan Islam juga terdapat dalam teks atau matan hadis Nabi Muhammad saw dapat dijumpai isyarat yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran. Misalnya hadis nabi yang

55

Al Kitabul Akbar Al-Qur'an dan Terjemahannya, Op.cit., h. 553

56

A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang : UIN Malang Press, 2008) Cet. 1. h. 41

mewajibkan kepada setiap muslim laki-laki dan perempuan untuk menuntut ilmu; hadis Nabi saw yang menyatakan bahwa menuntut ilmu mulai dari buaian hingga ke liang lahat.57

3) Dasar Psikologis

Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup.

Sebagaimana dikemukakan oleh Zuhairini dkk, bahwa semua manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya pegangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Zat yang Maha Kuasa, tempet mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolongan. Hal semacam ini terjadi pada masyarakat yang masih primitif maupun masyarakat yang sudah modern. Mereka merasa tenang dan tentram hatinya kalau mereka dapat mendekat dan mengabdi kepada Zat yang Maha Kuasa.58

Dasar psikologis adalah dasar yang memberikan informasi tentang bakat, minat, watak, karakter, motivasi dan inovasi peserta didik, pendidik, tenaga administrasi, serta sumber daya manusia yang lain. Dasar ini berguna juga untuk mengetahui tingkat kepuasan dan kesejahteraan batiniah pelaku pendidikan, agar mereka mampu meningkatkan prsetasi dan kompetisi dengan cara yang baik dan sehat. Dasar ini pula yang memberikan suasana batin yang damai, tenang, dan indah di lingkungan pendidikan, meskipun dalam kedamaian dan ketenangan itu senantiasa terjadi dinamika dan gerak cepat untuk lebih maju bagi pengembangan lembaga pendidikan.59

57

Ibid., h. 79

58

Abdul Majid, Dian Andayani, Op,cit, h. 133

59

Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet.

c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup segala bidang kehidupan manusia di dunia di mana manusia mampu memanfaatkan sebagai tempat menanam benih-benih amaliah yang buahnya akan dipetik di akhirat nanti, maka pembentukan sikap dan nilai-nilai alamiah Islamiah dalam pribadi manusia baru dapat efektif bila dilakukan melalui proses kependidikan yang berjalan di atas kaidah-kaidah ilmu pengetahuan kependidikan.60

Di dalam GBPP mata pelajaran pendidikan agama Islam kurikulum 1994 pada dasarnya mencakup tujuh unsur pokok, yaitu, Al-Qur’an dan Hadis, keimanan/akidah, akhlak, fiqh (hukum Islam), dan tarikh (sejarah) yang menekankan pada perkembangan politik. Pada kurikulum tahun 1999 dipadatkan menjadi lima unsur pokok, yaitu; Al-Qur’an, keimanan, akhlak, fiqih dan bimbingan ibadah, serta tarikh/sejarah yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.61

Meskipun masing-masing aspek tersebut dalam praktiknya saling terkait (mengisi dan melengkapi), tetapi jika dilihat secara teoritis masing-masing memiliki karakteristik tersendiri. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam identik dengan aspek-aspek pengajaran agama Islam karena materi yang terkandung di dalamnya merupakan perpaduan yang saling melengkapi antara satu dengan lainnya.

Dilihat dari segi pembahasannya maka ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) Al-Qur’an dan Hadits 2) Aqidah

3) Akhlak 4) Fiqih

5) Tarikh dan Kebudayaan Islam

60

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), Cet. 1, h. 16

61

Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam, http://makalah. blogspot. com/

Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.

d. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan ialah sesuatu yang dituju, yaitu yang akan dicapai dengan suatu kegiatan atau usaha. Tujuan pendidikan ialah suatu yang hendak dicapai dengan kegiatan atau usaha pendidikan.62 Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.

Menurut UU No. 2 tahun 1989 bahwa tujuan pendidikan itu ialah "Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan"63

Tujuan pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila juga merupakan tujuan pendidikan agama Islam, karena peningkatan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagaimana yang dimaksudkan oleh GBHN, dapat dibina melaluai pendidikan Agama yang intensif dan efektif.64

Sebagai warga Negara Indonesia yang berlandaskan Pancasila, maka harus menyesuaikan tujuan pendidikan Islam dengan tujuan pendidikan nasionalnya, yaitu membentuk manusia Pancasila yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam pendidikan agama Islam, manusia Pancasila

62

Proyek Pembinaan PTAIN/IAIN, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: 1983), h. 60.

63

Muhammad Zein, Methodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: AK GROUP, 1995) h.

39

64

yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa itulah yang disempurnakan dengan kepribadian Muslim sejati.

Tujuan pendidikan agama Islam yaitu; pertama, untuk menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. Kedua, mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.65

Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani, pendidikan agama Islam bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukkan pengetahuan, penghayatan serta pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melajutkan pada jenjang penddikan yang lebih tinggi.66

Dalam buku "Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Dasar", pendidikan agama Islam di Sekolah Dasar bertujuan:

1) Agar murid dapat memahami pokok-pokok ajaran Islam secara sederhana, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman hidup, baik dalam hubungan dirinya dengan Allah SWT, hubungan dirinya dengan masyarakat maupun hubungan dirinya dengan alam sekitar. 2) Agar murid dapa menjadi manusia yang taat kepada perintah Allah

SWT dan Rasulnya, serta bertanggung jawab terhadap masyarakat dan Negara.

3) Agar terbentuk pribadi yang berakhlak mulia sesuai dengan ajaran agama Islam serta memiliki keyakinan yang teguh terhadap Allah SWT.67

65

Abd Azis Abone, Pendidikan Agama Islam dalam Perspektif Multikulturalisme, (Jakarta: Balai Litbang Agama, 2009) h. 12-13

66 67

Team Penyususn Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Dasar tahun 1981/1982, Op.cit. h. 1

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami proses belajar mengajar. Menurut Nasution hasil belajar merupakan "sesuatu yang akan dapat dilakukan atau dikuasai siswa sebagai hasil pelajaran itu."

Hamzah B. Uno mengemukakan arti hasil belajar adalah "perubahan perilaku yang relatif menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya. Hasil belajar memiliki beberapa ranah atau kategori dan secara umum merujuk kepada aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan.68 Sedangkan Sudjana mengemukakan hasil belajar adalah "kemampuan-kemampuan yang dimilki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya."69

Menurut Nana Sudjana, “Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom secara garis besar dibagi menjadi 3 ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Dari ketiga ranah itu yang paling banyak dinilai guru di sekolah adalah ranah kognitif karena berkaitan dengan

Dokumen terkait