• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS METODE PERMAINAN KOOPERATIF TERHADAP KETERAMPILAN MENYIMAK PESERTA PELATIHAN BAHASA KOREA KELAS CALON TKI LEMBAGA PENDIDIKAN BINA INSANI YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIFITAS METODE PERMAINAN KOOPERATIF TERHADAP KETERAMPILAN MENYIMAK PESERTA PELATIHAN BAHASA KOREA KELAS CALON TKI LEMBAGA PENDIDIKAN BINA INSANI YOGYAKARTA."

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS METODE PERMAINAN KOOPERATIF TERHADAP KETERAMPILAN MENYIMAK PESERTA PELATIHAN BAHASA KOREA KELAS CALON TKI LEMBAGA PENDIDIKAN BINA INSANI

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Tri Mukti NIM 12105241037

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

PERSBTIJJUATi

Skripsi yang ber_iudul "EFEKTIFII'AS METODE PERMAINAN KOOPERAI"IF

I]NTIIK

MF,NINCKATKAN KETERAMPILAN

NIEN\'I\,AK

PESERTA PELATiHAN RAHASA KOREA KEI-AS CAI,ON

TKI

DI

LEMRAGA

I)IINDIDIKAN BINA INSANI YOGYAKARTA" yang disusun oleh.

Prodi

.luruszur

Fakultas

Tri Mukti

12105241037

T'eknologi Pendidikan

Kurikulurn

'felah disahkan

NtP r9770203 200501 1 002 Ilr. Sugeng iSayu Wr N,{.Si.

1 003

(3)

PERNYATAAN

Yang berlanda tangan di bawah ini:

Nama

NIM

Program Studi

Fakultas

Tri Mukti

t2t05241037

Teknologi Pendidikan

Ihnu Pendidikan

Dengan

ini

saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul "E,FEKTIFITAS

METODE PERMAINAN KOOPERATIF TERHADAP KETERAMPILAN

MENYIMAK PESERTA PELATIHAN BAHASA KOREA KELAS CALON

TKI

DI

LE,MBAGA PE,NDIDIKAN

BINA

INSANI YOGYAKARTA" iNi mempakan hasil karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan ilmiah yang telah berlaku.

Tanda tangan dalam lembar pengesahan adalah asli. Apabila terbukti tanda tangan dosen penguji palsu, maka saya bersedia memperbaiki dan mengikuti rrdisiurn pada periode berikutnYa.

Yogyakarta, 23 J anuai 2017

Yarlg Menyatakan

Tri 1t

105241037 NIM 1

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi

yang

berjudul "EFHKTIFITAS METODE PERMAINAN KOOPERATIF TERHADAP KETERAMPILAN MENYIMAK PESERTA PELATIHAN BAHASA

KOREA

KELAS

CATON

TKi

DI

LEMBAGA PENDIDIKAN

BINA

INSANI YOGYAKARTA"

yang

disusun

oleh

Tri

il{ukti,

NIM

n1A5241037

ini telah

diprtahankan di depan Dewen Penguji pada tanggal 30 Dessmber 2016 dan dinyatakan lulus.

\rnra

- -itr Mi-larso. M.I''cl.

" i:itlrll \.{rina*'arclh. ful Pd

-

-

,\li Mustacii. \,1

Pcl

$T-\\'.Tts PENGT JI

.lahafan

T'ar

['cngu.1r l-]t;.rnta

Yos;,akana,25

JAN

20i7

Fakultas Ilmu Pendidikan IJarvef qiFs Ne geri Yei gyakarta tr*karl**;:+*

J

Kclua Peng*g r

Sekietaris i'cngLrli

'I'angg*l

ul:

I"\7

u1,

*t

13#

aryantO, M Pd 19600902 198702 I

,,,IT

Irlr,

-T

001

I

iv

(5)

v

MOTTO

”Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang”. (HR. Turmudzi)

“Tidak ada keputusan yang salah, karena kita hanya memutuskan sebuah pilihan tetapi masa

depan tetap misteri yang siapapun tidak mengetahuinya” (Penulis)

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini sebagai ungkapan syukur dan penuh kasih teruntuk:

(7)

vii

EFEKTIFITAS METODE PERMAINAN KOOPERATIF TERHADAP

KETERAMPILAN MENYIMAK PESERTA PELATIHAN BAHASA KOREA KELAS CALON TKI DI LEMBAGA PENDIDIKAN BINA INSANI YOGYAKARTA

Oleh Tri Mukti 12105241037

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efektifitas metode permainan kooperatif terhadap keterampilan menyimak bahasa Korea peserta pelatihan kelas calon TKI di lembaga pendidikan Bina Insani Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi eksperimen dengan pendekatan kuantitatif dan desain one grup pre test post test design. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 8 orang. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan tes dan observasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan lembar observasi. Sebelum dilaksanakan treatment dilakukan pre-test dan setelah treatment dilakukan post-test. Hasil dari pre-test dan post-test akan diperbandingkan. Analisis data untuk menguji hipotesis digunakan tes U-Mann Whitney.

Data hasil penelitian membuktikan bahwa ada pengaruh hasil pembelajaran sebelum dan setelah dilakukan treatment. Rata-rata hasil post-test setelah dilakukan treatment adalah 76,22 lebih tinggi dari rata-rata hasil pre-test sebelumnya yaitu 61,66. Selain itu dari uji hipotesis dimana nilai U statistik uji lebih kecil dari nilai U tabel U-Mann Whitney yaitu 12 < 13. Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Data tersebut membuktikan bahwa permainan kooperatif efektif berpengaruh terhadap keterampilan menyimak peserta pelatihan bahasa Korea kelas calon TKI di lembaga pedidikan Bina Insani Yogyakarta.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Dengan mengucap syukur Alhamdulilah atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan ridho-Nya sehingga penyusun dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektifitas Metode Permainan Kooperatif

Terhadap Keterampilan Menyimak Peserta Pelatihan Bahasa Korea Kelas Calon TKI di Lembaga Pendidikan Bina Insani Yogyakarta”.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universtitas Negeri Yogyakarta. Tersusunya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terimakasih:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun untuk menempuh prodi Teknologi pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

3. Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin pnelitian skripsi

4. Bapak Estu Miyarso, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Skripsi yang telah membimbing dengan baik dan penuh kesabaran

(9)

ix

6. Bapak Ibu dosen Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memeberikan ilmu dan pengalaman selama di bangku perkuliahan

7. Sub Bagian Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah membantu dalam kelancaran birokrasi

8. Kepala Lembaga Pendidikan Bina Insani beserta staff dan karyawan yang telah banyak membantu dalam proses pengambilan data penelitian

9. Ibu, Ayah, Kakak, Adik dan keluarga tercinta yang sudah banyak memberikan dukungan baik materiil dan non materiin

10.Rekan-rekan mahasiswa Teknologi Pendidikan 2012 kelas B yang banyak membantu memberikan pengalaman yang berharga

11.Semua Pihak yang telah membantu dalam persiapan maupun penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penyusun sampaikan satu persatu

Semoga skripsi dapat memberikan kebermanfaatan bagi semuanya dan memberikan perubahan positif.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yogyakarta, 23 Januari 2017

(10)

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 10

G. Definisi Operasional... 11

BAB II KAJIAN TEORI A. Pelatihan Bahasa Korea untuk Calon TKI ... 13

1. Lembaga Pelatihan ... 13

2. Pelatihan Bahasa Korea... 14

a. Sejarah singkat Bahasa Korea ... 15

b. Tatabahasa Korea ... 17

c. Kompetensi Pelatihan Bahasa Korea ... 20

3. Pelatihan Bahasa Korea Kelas Umum ... 24

(11)

xi

B. Keterampilan Menyimak dalam Bahasa Korea... 26

1. Definisi Menyimak... 26

2. Pentingnya Menyimak ... 27

3. Tahapan dalam Menyimak ... 28

4. Menyimak dalam Ujian Bahasa Korea ... 30

C. Metode Permainan Kooperatif dalam Pelatihan Bahasa Korea 1. Metode Pembelajaran Lembaga Pelatihan ... 32

a. Definisi Metode Pembelajaran ... 32

b. Jenis-jenis Metode Pembelajaran ... 33

2. Metode Permainan ... 38

a. Definisi Permainan ... 38

b. Manfaat Bermain ... 39

c. Ragam Permainan ... 43

d. Permainan Kooperatif ... 48

D. Penelitian yang Relevan ... 54

E. Kerangka Pikir ... 56

F. Hipotesis ... 59

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 60

B. Desain Penelitian ... 60

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 73

D. Subjek Penelitian ... 73

E. Sumber Data Penelitian ... 74

F. Variabel Penelitian ... 75

G. Teknik pengumpulan data ... 75

H. Instrumen penelitian ... 77

I. Validitas Instrumen ... 81

J. Teknik Analisis Data ... 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 85

1. Deskripsi Seting dan Subjek Penelitian ... 85

(12)

xii

3. Penggunaan Permainan Kooperatif dalam membantu meningkatkan keterampilan menyimak bahasa Korea kelas calon TKI Lembaga

Pendidikan Bina Insani Yogyakarta ... 94

4. Data Hasil Observasi ... 122

5. Kemampuan Akhir (Post-test) ... 130

6. Uji Hipotesis ... 135

B. Pembahasan ... 125

C. Keterbatasan Penelitian ... 140

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 141

B. Implikasi ... 141

C. Rekomendasi ... 142

DAFTAR PUSTAKA ... 143

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Huruf Vokal “Hangeul” ... 17

Tabel 2. Huruf Konsonan “Hangeul” ... 17

Tabel 3. Struktur Frasa Nomina Bahasa Indonesia dan Bahasa Korea ... 19

Tabel 4. Criteria of Korean Language Test (Reading section) ... 22

Tabel 5. Criteria of Korean Language Test (Listening section) ... 23

Tabel 6. Daftar Subjek Peneltian ... 74

Tabel 7. Kriteria Soal Tes Hasil Belajar Peserta Pelatihan ... 78

Tabel 8. Penilaian Hasil Tes... 79

Tabel 9. Kisi-kisi Instrumen Soal Pre test dan Post test ... 80

Tabel 10. Kemampuan Awal Menyimak Bahasa Korea ... 93

Tabel 11. Hasil Nilai Skor Treatment I ... 103

Tabel 12. Hasil Nilai Skor Treatment II... 109

Tabel 13. Hasil Nilai Skor Treatment III ... 115

Tabel 14. Hasil Nilai Skor Treatment IV ... 121

Tabel 15. Skor Kemampuan Penguasaan Materi Subjek Selama Treatment .. 121

Tabel 16. Data Kemampuan Akhir Subjek ... 134

Tabel 17. Data Hasil Skor Pretest dan skor Post test ... 135

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Cara Penulisan Huruf Hangeul ... 18

Gambar 2. Grafik Kemampuan Awal Menyimak Bahasa Korea (pre-test) ... 94

Gambar 3 Grafik Kemampuan Akhir Menyimak Bahasa Korea (Post-test) ... 135

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan. Menurut Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 1 ayat 2 menjelaskan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/ atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Selain itu pada pasal 31 tentang penempatan tenaga kerja menyebutkan bahwa setiap tenaga kerja mempunyai hak & kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau di luar negeri (sumber: UU RI No.13 Tahun 2003). Dari pasal 31 ini terlihat bahwa pemerintah Indonesia memberikan hak untuk setiap warganya mempunyai, memilih dan mendapatkan pekerjaan di dalam atau di luar negeri.

Para tenaga kerja Indonesia yang mempunyai, memilih atau mendapatkan pekerjaan di luar Negara Kesatuan Republik Indonesia disebut dengan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk yang sudah bekerja dan Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) untuk yang sedang mencari pekerjaan. Hal ini sesuai dengan UU RI nomor 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri pasal 1 ayat

(16)

2

untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah

(2) Calon tenaga kerja Indonesia yang selanjutnya disebut calon TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat sebagai pencari kerja yang akan bekerja di luar negeri dan terdaftar di instansi pemerintah kabupaten/ kota yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan.

Berdasarkan data penempatan dan perlindungan TKI periode januari sampai dengan juli 2016 yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Pengembangan dan Informasi BNP2TKI, jumlah tenaga kerja Indonesia sampai dengan juli 2016 berjumlah 133.048 orang. Para TKI berasal dari 417 kabupaten/ kota di Indonesia. Meraka bekerja tersebar di 143 negara. BNP2TKI juga merangking beberapa negara dengan jumlah TKI terbanyak seperti Malaysia (52.197), Taiwan (42.501), Singapura (9.899), Saudi Arabia (8.563), Hong Kong (8.228), Brunei Darussalam (4.554), United Arab Emirates (1.573), Korea Selatan (1.513) dan diikuiti beberapa negara lainya. Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri bekerja di 385 jabatan dan untuk TKI luar Negeri Program Goverment to Goverment (G to G) Korea sampai dengan 31 juli 2016 tercatat berjumlah 3.098 orang dengan sektor pekerjaan terdiri dari manufature (3.029), fishing (56), agriculture (3), construction (9), service (1). (sumber: Pusat Penelitian Pengembangan dan Informasi BNP2TKI: Data Penempatan & Perlindungan TKI Periode Januari S.D Juli 2016).

(17)

3

destinasi bagi para TKI Indonesia untuk bekerja, memiliki beberapa prosedur yang harus dilalui oleh seorang calon TKI sebelum pemberangkatan. Beberapa tahapan tersebut adalah (1) mengikuti ujian bahasa Korea (EPS-Topik), (2) Mengirim lamaran ke BNP2TKI yang selanjutnya dikirim ke Human Resource and Development(HRD) Korea, (3) turun kontrak kerja (SLC), (4) frelimentary training, (5) masuk ke Korea (sumber: www.hangguk.com). Berbeda dengan negara tujuan TKI lain, untuk calon TKI yang ingin bekerja di Korea maka harus menunggu lamaranya diterima oleh HRD Korea, karena untuk penempatan dan jenis pekerjaan yang akan dikerjakan ditentukan oleh HRD Korea.

Ujian Employment Premit System Topik (EPS-Topik) sebagai persyaratan wajib bagi para TKI yang ingin bekerja di Korea. EPS-Topik merupakan ujian keterampilan bahasa Korea bagi para calon tenaga kerja asing, setiap warga negara manapun yang ingin bekerja di Korea maka akan melawati tahapan ini. Tujuan dari EPS-Topik adalah

“Promoting adaptation to Korean life by leading entrance of foreign worker who has basic understanding on Korea and evaluation of the level of Korean language skills of foreign job seekers and Korean Society, It can be used as objective selection criteria for the list of foreign job seekers (www.eps.hrdkorea.or.kr).

(18)

4

EPS-Topik yang dinyatakan tidak lulus maka peserta dengan terpaksa harus mengulang kembali ujian pada test EPS-Topik berikutnya (sumber: www.info-menarik.com). Selain itu berdasarkan UU RI nomor 39 tahun 2004 paragraf 3 menyebutkan bahwa calon TKI wajib memiliki sertifikat kompetensi kerja sesuai dengan persyaratan jabatan. Selain itu dalam pasal 45 juga ditegaskan bahwa pelaksana penempatan TKI swasta dilarang menempatkan calon TKI yang tidak lulus dalam uji kompetensi kerja(sumber: UU RI No. 39 tahun 2004).

Ujian ini biasanya dilakukan setiap satu tahun sekali juga tergantung dari pihak pemerintah Korea yang menentukan waktu pelaksanaan ujian EPS-Topik ini. Daftar kelulusan ujian EPS-Topik PBT 13 tahun 2015 adalah sebanyak 6.280 orang dari jumlah peserta pendaftar sekitar 30.000 orang lebih. Nilai standar kelulusan (SKL) ujian EPS-Topik PBT tahun 2015 adalah 152. Artinya hanya peserta yang jumlah benarnya minimal sebanyak 38 nomor saja yang dinyatakan lulus ujian EPS-Topik PBT ke 13 (www.info-menarik.com).

Seperti halnya bahasa negara China, India, Thailand, Jepang dan negara lainya. Bahasa Korea memiliki karakter fonetiknya sendiri yang

disebut dengan “HanGeul” jadi untuk mempelajari bahasa Korea maka

(19)

5

ujian yang tidak dapat membaca huruf hangeul dapat dipastikan tidak lolos karena tidak ada terjemahan dalam naskah soal ujian.

Pembelajaran bahasa merupakan hal yang sangat penting bagi para calon TKI untuk negara manapun karena melalui bahasalah mereka dapat berkomunikasi dengan penduduk sekitar negara tersebut. Bahasa dari negara lain merupakan bahasa asing, dan menurut Iskandarwassid dan Dadang Sunendar pembelajaran bahasa kedua akan lebih berat lagi kalau bahasa kedua itu memiliki struktur fonetis, morfologis, dan sintaksis yang sangat berbeda dengan bahasa pertama. Oleh karena itu masalah yang muncul dalam pembelajaran bahasa kedua akan meliputi semua tataran bahasa (Iskandarwassid, Dadang Sunendar, 2013:89).

Dalam pembelajaran bahasa ada keterampilan berbahasa yang meliputi empat aspek keterampilan yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis (Daeng Nurjamal,dkk, 2011: 2). Setiap aspek keterampilan dalam pembelajaran bahasa saling terkait. Seseorang dikatakan terampil berbahasa dengan baik, apabila orang itu menguasai keempat aspek itu dengan sama baiknya (Daeng Nurjamal,dkk, 2011: 2).

(20)

6

LPK Sejong, LPK HanGeul, LPK Hakuko, Jogja Language School dan masih ada beberapa yang lainya. Kebanyakan dari lembaga pelatihan bahasa tersebut membuka 2 jenis kelas yaitu kelas untuk Calon TKI dan juga kelas umum(pelajar, mahasiswa dan umum). Salah satu lembaga pelatihan bahasa yang membuka dua kelas yaitu kelas untuk Calon TKI dan juga kelas umum adalah Lembaga Pendidikan Bina Insani yang beralamat di Jl. Babaran No. 21 Umbulharjo Kota Yogyakarta. Kedua kelas pelatihan bahasa Korea tersebut memiliki perbedaan selain dari peserta juga dari tujuannya. Kelas pelatihan untuk calon TKI lebih ditujukan untuk persiapan menghadapi ujian EPS-Topik yang diselenggarakan oleh pihak HRD Korea.

Berdasarkan hasil observasi yang sudah dilakukan di Bina Insani dapat disimpulkan bahwa untuk kelas calon TKI waktu pelaksanaan pelatihan adalah 1,5 bulan untuk diklat intensif dan 3 bulan untuk diklat reguler dengan waktu per satu pertemuan adalah 3,5 jam. Selain itu kelas calon TKI memiliki tujuan untuk mempersiapkan peserta menghadapi ujian EPS-Topik. Secara materi pembelajaran untuk kelas calon TKI materi berhubungan dengan kebudayaan dan kehidupan sehari-hari yang terkait dengan dunia pekerjaan.

(21)

7

lebih banyak dalam pembelajaran ini menggunakan metode driil test atau latihan soal-soal. Berbeda dengan kelas umum yang lebih banyak variasi metode pembelajaranya. Kelas calon TKI diarahkan untuk terbiasa dengan soal-soal EPS Topik sehingga dapat mengerjakan dengan baik pada saat ujian nantinya. Kurang bervariasinya metode pelatihan bagi kelas calon TKI perlu menjadi perhatian bagi lembaga dan pengajar.

Dalam ujian EPS-Topik menurut peserta pelatihan dalam ujian EPS-Topik dibandingkan soal reading, tingkat kesalahan pengerjaan soal lebih banyak pada pengerjaan soal listening. Selain itu berdasarkan hasil analisis yang dilakukan ada dua jenis kebutuhan terutama untuk kelas calon TKI yaitu kebutuhan akan keterampilan membaca dengan cepat dan juga kebutuhan akan kemampuan mendengarkan/ menyimak peserta pelatihan bahasa.

(22)

8

kata ataupun kalimat yang hampir sama, selain itu secara skor, skor untuk sesi listening lebih rendah dibandingkan dengan reading.

Berdasarkan kebutuhan akan kemampuan menyimak maka penelitian yang dilakukan adalah menguji efektifitas metode pembelajaran permainan kooperatif untuk meningkatkan keterampilan menyimak peserta pelatihan bahasa Korea kelas calon TKI.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi berbagai masalah dalam penelitian ini seperti

1. Bahasa Indonesia dan bahasa Korea memiliki struktur fonetis, morfologis dan sintaksis yang berbeda sehingga banyak orang merasa kesulitan apabila mempelajari bahasa asing yang memiliki struktur fonetis, morfologis dan sintaksis yang berebeda

2. Jumlah peserta ujian yang mengikuti ujian EPS Topik pada 2015 sekitar tiga puluh ribuan orang sedangkan peserta ujian yang lulus ujian hanya sekitar enam ribuan saja

3. Penerapan metode pembelajaran yang kurang bervariasi karena untuk meningkatkan keterampilan menyimak hanya berbetuk latihan soal biasa

(23)

9

5. Peserta pelatihan mengalami kesulitan dalam pengerjaan soal listening yang memiliki persamaan bunyi pengucapan kata ataupun kalimat bahasa Korea

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, penelitian ini dibatasi pada poin 3 dan 5 yakni tentang kurang bervariasinya penggunaan metode pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan menyimak bahasa Korea kelas calon TKI dan peserta pelatihan yang mengalami kesulitan dalam mengenali bunyi yang hampir sama pengucapanya.

D. Perumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang dan identifikasi permasalahanya yang telah dibatasi di atas maka dapat ditarik suatu perumusan masalah yaitu “Apakah metode permainan kooperatif efektif berpengaruh terhadap keterampilan menyimak bahasa Korea peserta pelatihan bahasa Korea kelas calon TKI di lembaga pendidikan Bina Insani Yogyakarta?”

E. Tujuan Penelitian

(24)

10

F. Manfaat

Dengan melakukan analisis masalah dalam penelitian ini maka manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini

a. Peneliti lain

1) Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi para peneliti lain yang ingin mengkaji tentang metode permainan kooperatif untuk meningkatkan keterampilan bahasa khususnya menyimak

2) Memberikan pengalaman dalam penerapan metode permainan kooperatif dalam pembelajaran bahasa

b. Guru/ Instruktur pelatihan bahasa asing

1) Guru/ instruktur pembelajaran bahasa asing khususnya bahasa Korea dapat menggunakan metode permainan kooperatif sebagai referansi dalam pembelajaran keterampilan menyimak bahasa Korea

2) Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengalaman mengenai penggunaan metode pembelajaran permainan kooperatif dalam pembelajaran bahasa untuk meningkatkan keterampilan menyimak.

c. Peserta pelatihan bahasa Korea

(25)

11

2) Meningkatkan prestasi belajar peserta pelatihan kelas calon TKI di lembaga pendidikan Bina Insani dalam pembelajaran bahasa Korea terutama pada materi listening/ menyimak

G. Definisi Operasional 1. Permainan Kooperatif

Permainan kooperatif adalah permainan yang ditandai dengan adanya kerjasama antar angota kelompok untuk memecahkan masalah bersama. Permainan kooperatif dilakukan secara beregu/ berkelompok dan dapat dilakukan di dalam ruangan dan di luar ruangan. Permainan kooperatatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah permainan kooperatif yang diperuntukan bagi peserta pelatihan yang berusia dewasa yang dilakukan di dalam ruangan.

2. Keterampilan Menyimak Bahasa Korea

Menyimak dalam bahasa Korea disebut ”듣기” (deud ki).

(26)

12

(27)

13

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pelatihan Bahasa Korea untuk Calon TKI 1. Lembaga Pelatihan

Lembaga Kursus dan Lembaga Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan Nonformal seperti yang tertera dalam pasal 26 ayat (4) UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Secara umum dalam pasal 26 ayat (5) dijelaskan bahwa kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu kembali diperlengkap dalam pasal 103 ayat (1) PP No. 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan bahwa kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat dalam rangka untuk mengembangkan kepribadian profesional dan untuk meningkatkan kompetensi vokasional dari peserta didik kursus.

(28)

14

kerja, f) pendidikan kesetaraan dan/atau, g) pendidikan nonformal lain yang diperlukan masyarakat.

Menurut Permendikbud No 81 tahun 2013 pasal 1 poin 14 progam pendidikan ketrampilan kerja adalah program pendidikan nonformal yang dselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mandiri, untuk mengingkatkan kemampuan peserta didik dengan penekanan pada penguasaan keterampilan fungsional yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

Jadi Lembaga pelatihan merupakan satuan pendidikan non formal yang diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/ atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

2. Pelatihan Bahasa Korea

(29)

15

(Iskandarwassid, Dadang Sunendar, 2013:89). Bahasa asing adalah bahasa yang bukan asli milik penduduk suatu negara, tetapi kehadirannya diperlukan dengan status tertentu (Iskandarwassid, Dadang Sunendar, 2013:89).

Beberapa praktisi masih berpendapat sampai sekarang bahwa pembelajaran bahasa adalah sebuah proses yang linear/ lurus, yaitu diawali dengan menguasai bahasa lisan (menyimak dan berbicara) dan baru kemudian beralih ke bahasa tulis (membaca dan menulis).

Jadi bahasa asing merupakan bahasa yang bukan merupakan milik dari satu kelompok masyarakat baik dalam satu negara ataupun berbeda negara. Contoh negara Indonesia untuk orang Papua dan sekitarnya maka bahasa jawa merupakan bahasa yang asing untuk mereka begitu pula sebaliknya. Lebih luas lagi misalkan bahasa Korea merupakan bahasa asing untuk Indonesia karena di Indonesia tidak menggunakan bahasa Korea sebagai bahasa utama. Bahasa asing bisa jadi merupakan bahasa kedua, ketiga dan seterusnya. Salah satu bahasa asing bagi penduduk Indonesia adalah bahasa Korea.

a. Sejarah singkat Bahasa Korea

(30)

16

terciptalah 28 huruf Hangeul, yang terdiri atas 17 konsonan dan 11 vokal. Bahasa Korea memiliki beberapa dialek di samping dialek umum yang digunakan di Seoul. Hanya dialek dari Provinsi Jejudo yang begitu berbeda sehingga sulit dipahami oleh penduduk dari propinsi lain (www.niied.com).

Studi-studi linguistik dan etnologi telah mengklasifikasikan bahasa Korea dalam keluarga bahasa Altaic, yang mencakup bahasa Turki, Mongol, dan Tungus-Manchu. Raja Agung Sejong mempersiapkan serta membantu menciptakan alfabet Korea Hangeul pada abad ke-15. Sebelum alfabet ini terbentuk, persentase jumlah penduduk Korea yang bisa membaca relatif kecil. Hanya sedikit rakyat Korea yang mampu menguasai huruf-huruf China. Saat ini huruf yang lazim digunakan berjumlah 40 huruf, yang terdiri atas 14 konsonan tunggal, 10 konsonan gabungan, 10 vokal tunggal dan 11 vokal gabungan (Usmi, 2007).

(31)

17

b. Tata Bahasa Korea

[image:31.595.185.517.333.477.2]

Bahasa Korea merupakan bahasa yang tidak serumpun dengan bahasa Indonesia. Ada beberapa perbedaan antara bahasa Korea dan bahasa Indonesia. Seperti dalam penulisan simbol bahasanya, bahasa Indonesia menggunakan huruf alfabet romawi sedangkan dalam bahasa Korea huruf yang digunakan adalah huruf Hangeul yang berjumlah 40 buah karakter, terdiri atas 10 vokal, 11 vokal gabungan, 14 konsonan tunggal dan 5 konsonan gabungan(Usmi, 2007:3)

Tabel 1. Huruf Vokal “Hangeul”

No Huruf Bunyi

1 아 A

2 야 Ya

3 어 eo/o

4 여 Yeo

5 오 O

6 요 Yo

7 우 U

8 유 Yu

9 으 eu/u

10 이 I

(Sumber: http://info-menarik.net)

Tabel 2. Huruf Konsonan “Hangeul”

No Huruf Nama Bunyi Awal Bunyi Tengah Bunyi Akhir

1 ㄱ Kiyeok k/g G K

2 ㄴ Nieun N N N

3 ㄷ Tigeut t/d D T

4 ㄹ Rieul r/l r/l L

5 Mieum M M M

6 Pieup p/b B P

7 ㅅ Siot S S T

8 Ieung – – Ng

9 Chieut Ch J T

10 ch’ieut Ch Ch T

11 Khieuk Kh Kh K

12 Thieut Th Th T

13 Phieup Ph Ph P

14 Hieut H H

[image:31.595.183.520.497.680.2]
(32)

18

Konsonan “ ” apabila digabungkan dengan vokal, maka

konsonan “ ” menjadi huruf mati hanya berfungsi untuk

membunyikan vokal yang digabungkan denganya. Namun apabila digabungkan menjadi suku kata yang diletakan di bawah maka akan berbunyi /ng/.

[image:32.595.232.480.355.544.2]

Dalam tata tulis huruf Hangeul juga memiliki aturan tersendiri. Cara penulisan Bahasa Korea Hangeul dilakukan setelah menggabungkan huruf vokal dan konsonan untuk membentuk satu suku-kata seperti bahasa asing lainnya, dan dituliskan dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah (sumber:www.world.kbs.com).

Gambar 1. Cara Penulisan Huruf Hangeul

(Sumber:https://hallyutownnews.files.wordpress.com/2012/03/cara -menulis-konsonan.jpg)

(33)
[image:33.595.183.520.134.208.2]

19 Contoh:

Tabel 3. Struktur Frasa Nomina Bahasa Indonesia dan Bahasa Korea

Bahasa Indonesia

><

Bahasa Korea

D M M D

Tas Itu Itu Tas

Gadis Cantik Cantik Gadis

Rumah Besar Besar Rumah

Mobil Baru Baru Mobil

Struktur kalimat sederhana berobyek dalam tata bahasa Indonesia berpola Subjek + Predikat + Objek sedangkan dalam bahasa Korea Subjek + Objek + Predikat (Usmi, 2007: 53)

Contoh:

Bahasa Indonesia

Saya + belajar + bahasa Korea S + P + O

maka dalam tata bahasa Korea kalimatnya akan berpola Saya + bahasa Korea + belajar

S + O + P Contoh lain

Orang itu + bertemu + teman + di kafe S + P + O + Ket. Tempat maka dalam bahasa Korea

Orang itu + di kafe + teman + bertemu S + Ket. Tempat + O + P

(34)

20

dan Dadang Sunendar pembelajaran bahasa kedua akan lebih berat lagi kalau bahasa kedua itu memiliki struktur fonetis, morfologis, dan sintaksis yang sangat berbeda dengan bahasa pertama. Oleh karena itu masalah yang muncul dalam pembelajaran bahasa kedua akan meliputi semua tataran bahasa (Iskandarwassid, Dadang Sunendar, 2013:89)

Jadi bahasa Korea merupakan bahasa asing bagi penduduk Indonesia. Secara tata bahasa, bahasa Korea memiliki struktur fonetis, morfologis dan sintaksis yang berbeda dengan bahasa Indonesia sehingga dalam pembelajaran bahasa Korea untuk penduduk Indonesia meliputi semua tataran bahasa untuk dapat berbahasa Korea.

c. Kompetensi Pelatihan Bahasa Korea

Dalam kurikulum pembelajaran bahasa terdapat empat kompetensi yang diajarkan, yaitu keterampilan menyimak, membaca, menulis dan berbicara. Sama seperti halnya pada pembelajaran bahasa pada umumnya, pembelajaran bahasa Korea baik kelas umum maupun khusus mengajarkan empat keterampilan berbahasa tersebut.

(35)

21

Korean Proficiency Exam. Keduanya bertujuan untuk mengetahui tingkat keterampilan berbahasa Korea untuk non-native atau orang asing. Bagi mereka yang ingin bekerja ataupun melanjutkan pendidikan di Korea maka wajib untuk lulus ujian tes ini. untuk tes TOPIK mengujikan 3 keterampilan bahasa yaitu menyimak, membaca dan menulis. Sedangkan untuk KPE mengujikan 4 keterampilan berbahasa yaitu menyimak, membaca, menulis dan berbicara.

Tes TOPIK dibagi lagi menjadi 2 jenis tes yaitu TOPIK umum dan juga EPS Topik. Perbedaan dari kedua tes TOPIK ini adalah pada kompetensi yang diujikan dan juga peserta tes. Jika TOPIK umum mengujikan 3 keterampilan berbahasa maka EPS Topik hanya mengujikan 2 keterampilan berbahasa saja yaitu membaca (reading) dan menyimak (listening). Selain itu dari segi peserta, TOPIK umum lebih kepada orang asing pada umumnya yang ingin bekerja ataupun melanjutkan pendidikan di Korea sedangkan untuk EPS Topik adalah para calon tenaga kerja asing yang ingin bekerja di Korea.

(36)
[image:36.595.184.512.88.549.2]

22

Tabel 4. Criteria of Korean Language Test (Reading section) Test content

1. Korean Language competence 2. understanding of Korean culture 3. occupational safety and health

Listening section test

area

Description of object and situation, vocabulary and grammar, practical data information, expository writing comprehension and safety sign and matter on occupational safety

Examination

method 4 Multiple choice

Number of

question 25 questions Time 40 minutes Detail section Main criteria Sub criteria

Selecting correct sentence with seeing painting and picture to assess understanding of object and situation.

Object and situation description (occupational safety, including work related content)

Selecting correct sentence with seeing painting and picture

The ability to select vocabulary and sentence could fit into a blank space and use of sentence and grammar in the context on the assumption of understanding sentence.

Vocabulary and grammar (occupational safety, and work related content)

selecting vocabulary and sentence could fit into a blank space

Assessment on understanding of various sings used in every day life and working environment such as traffic sign, directional sign, occupational safety sign (prevention of disaster through understanding sign regarding occupational safety)

Practical data information (occupational safety, and work related content) Understanding of information on various signs Understanding of occupational sign

Assessment on understanding of the content of Job advertisement and machinery manual and Korean culture

Comprehension (occupational safety, work, and Korean culture related content)

Selecting painting with reading the description (painting on occupational safety) Answer after reading description

Sumber :http://eps.hrdkorea.or.kr

(37)
[image:37.595.186.511.88.585.2]

23

Tabel 5. Criteria of Korean Language Test (Listening section) Test content

1. Korean Language competence 2. understanding of Korean culture 3. occupational safety and health

Listening section test area

Candidates choose a correct answer after listening the recording. The content of recoding is consist of sound and noting in word and sentence, and description, conversation, and story(including

occupational safety) about visual materials such as photo and picture.

Examination method Listening record 4 Multiple choice Number of

question 25 questions Time 30 minutes

Detail section Main criteria Sub criteria

Assessment on pronouncing the liaison and number in the Korean phonological structure of word and sentence

Sound and noting

Word

Sentence

Number

Assessment on command of Korean using visual material such as photo and picture.

Visual material (occupational safety, including work related content)

Selecting exact description on photo and picture

Selecting correct picture after listening conversation and sentence

Assessment on ability of solving problem after candidate will listen to the lively conversation for daily life (assessment of basic comprehension and managing ability)

Conversation (occupational safety, and work related content)

Selecting most appropriate content for next sentence after listening to a conversation between two people (Greeting, everyday life, and work related content)

Assessment on comprehension of detail and overall context after listening to a conversation between two people.

Conversation and story (occupational safety, work, and Korean culture related content)

Comprehension of the content after listening a conversation between two people)

Comprehension of the content after listening a story

Sumber:http://eps.hrdkorea.or.kr

(38)

24

berbahasa Korea berbeda berdasarkan jenis ujian yang diikuti. Terdapat 2 jenis ujian keterampilan berbahasa Korea yaitu TOPIK dan KPE dimana untuk TOPIK terbagi lagi menjadi dua yaitu TOPIK umum dan EPS-Topik. EPS Topik adalah bentuk tes Topik yang ditujukan untuk mereka para calon tenaga kerja asing yang akan bekerja di Korea. EPS-Topik mengujikan dua kompetensi yaitu menyimak dan membaca. Bagi para calon tenaga kerja asing maka wajib untuk lulus dalam ujian EPS-Topik ini.

3. Pelatihan Bahasa Korea Kelas Umum

Dalam pelatihan bahasa Korea secara umum dibedakan menjadi dua kelas, yaitu kelas umum dan kelas calon TKI. Kelas umum dalam pelatihan bahasa Korea merupakan kelas yang diperuntukan bagi peserta pelatihan yang berminat belajar bahasa Korea umum (General Korean) sebagai modal test Internasional Korea (TOPIK) atau melanjutkan studi ke Korea.

Keterampilan yang dipelajari dalam kelas umum meliputi semua keterampilan berbahasa seperti reading, listening, writing dan speaking. Sedangkan yang dipelajari dalam kelas ini meliputi pengenalan huruf, angka dan salam, tata bahasa, grammar, vocabulary, membaca, menyimak, menulis dan berbicara dengan materi umum .

(39)

25

digunakan sebagai materi dasar untuk menempuh ujian tertulis Bahasa Korea Internasional (TOPIK). TOPIK I ditujukan untuk peserta yang ingin menguji kemampuan bahasa Korea mereka, terutama untuk mereka yang belajar Korea karena Hallyu lewat les atau otodidak. Sedangkan TOPIK II lebih ditujukan untuk peserta yang belajar bahasa Korea di universitas atau untuk peserta yang akan melanjutkan pendidikan di Korea.

4. Pelatihan Bahasa Korea Kelas Calon TKI

Kelas calon TKI dalam pelatihan bahasa Korea merupakan kelas yang diperuntukan bagi peserta pelatihan yang berminat belajar Bahasa Korea secara khusus sebagai modal test EPS Topik untuk memenuhi persyaratan sebagai pencari kerja ke Korea.

Keterampilan yang dipelajari dalam kelas calon TKI meliputi semua keterampilan berbahasa seperti reading, listening, writing dan speaking. Sedangkan yang dipelajari dalam kelas ini meliputi pengenalan huruf, angka dan salam, tata bahasa, grammar, vocabulary, membaca, menyimak, menulis dan berbicara dengan materi lebih khusus yaitu tentang Korean language competence, Korean culture, safety and health.

(40)

26

Topik yaitu pria atau wanita berusia 18-39 tahun. Lama waktu pembelajaran dalam pelatihan disesuaikan dengan kebijakan lembaga masing-masing.

B. Keterampilan Menyimak dalam Bahasa Korea

Dalam pembelajaran bahasa salah satu keterampilan yang penting untuk dikuasai oleh pebelajar adalah keterampilan menyimak.

1. Definisi Menyimak

Menyimak merupakan keterampilan yang pertama kali dipelajari-dikuasai manusia (Daeng Nurjamal, dkk, 2011:2). Menyimak merupakan sebuah keterampilan yang kompleks yang memerlukan ketajaman perhatian, konsentrasi, sikap mental yang aktif dan kecerdasan dalam mengasimilasi serta menerapkan setiap gagasan (Hermawan, 2012:30). Proses pembelajaran berbahasa, mulai dari menyimak sampai dengan bicara awal, itu merupakan proses alamiah-universal, artinya semua manusia dimanapun berada mengalami proses pembelajaran menyimak-berbicara (Daeng Nurjamal, dkk, 2011: 3).

(41)

27

ketiga kemampuan bahasa lainya(berbicara, membaca dan menulis) dan keempatnya saling berinteraksi satu sama lain. (Ghazali, 2013:169)

Menyimak sebagai sumber utama dari input linguistik yang mengaktifkan/ memicu terjadinya proses pembelajaran bahasa. (Ghazali, 2013 :169). Para pembelajar bahasa kedua akan melakukan kegiatan menyimak bahasa target dalam berbagai macam situasi yang berbeda-beda.

Seseorang dapat dikatakan terampil menyimak apabila dia dapat menyerap-menangkap gagasan-pikiran yang disimaknya atau yang disampaikan orang lain kepadanya secara lisan, dengan tepat: benar, akurat, dan lengkap (Daeng Nurjamal, dkk, 2011:3).

Jadi menyimak merupakan salah satu keterampilan dalam pembelajaran bahasa baik bahasa ibu maupun bahasa asing yang penting untuk dikuasai oleh seseorang. Menyimak merupakan kegiatan yang paling awal dalam pembelajaran bahasa yang semua orang mengalaminya sebelum berbicara, membaca dan menulis. Menyimak juga merupakan ketrampilan yang kompleks yang memerlukan ketajaman perhatian, konsentrasi, sikap mental yang aktif dan kecerdasan dalam mengasimilasi serta menerapkan setiap gagasan.

2. Pentingnya Menyimak

(42)

28

menyagkut proses interpretasi terhadap informasi yang datang. Jadi dalam menyimak diperlukan konsentrasi, perhatian yang sungguh-sungguh, kesengajaan, pemahaman dan kehati-hatian. ( Hermawan, 2012:33)

Secara fisiologi menyimak mencakup penggunaan organ-organ pendengaran untuk menerima getaran-getaran akustik yang diubah bentuknya ke dalam sinyal-sinyal yang dapat dimengerti oleh otak. Selanjutnya otak memberikan arti kepada getaran-getaran tersebut dan menyandi pola-pola getaran ini yang dikenal dengan nama kata-kata. Dengan demikian dapat dikatakan mendengar merupakan sebuah proses yang tidak selektif sedangkan menyimak merupakan proses selektif ketika setiap rangasangan disaring. Oleh karena itu tidak mengherankan jika banyak orang yang mendengar tetapi tidak menyimak.

Jadi menyimak penting dalam pembelajaran karena menyimak bukan hanya sebatas kegiatan mendengarkan pasif akan tetapi dalam merupakan proses mendengarkan aktif untuk mengintepretasikan sesuatu yang didengar untuk mendapatkan suatu makna.

3. Tahapan dalam Menyimak

(43)

29

Strickland (Henry, 2008:31) menyimpulkan adanya sembilan tahap menyimak, mulai dari yang tidak berketentuan sampai pada yang amat bersungguh-sungguh. Kesembilan tahap itu adalah 1) menyimak berkala, 2) menyimak dengan perhatian dangkal, 3) setengah menyimak, 4) menyimak serapan, 5) menyimak sekali-sekali, 6) menyimak asosiatif, 7) menyimak dengan reaksi berkala, 8) menyimak secara seksama, 9) menyimak secara aktif.

Pendapat lain mengenai tahapan menyimak datang dari Hunt (dalam Henry, 2008: 35) bahwa tahapan menyimak terdiri dari

(a) Isolasi : pada tahap ini sang penyimak mencatat aspek-aspek individual kata lisan dan memisah-misahkan atau mengisolasikan bunyi-bunyi, ide-ide, fakta-fakta, organisasi-organisasi khusus, begitu pula stimulus-stimulus lainya.

(b) Identifikasi : sekali stimulus tertentu telah dapat dikenal maka suatu makna atau identitas pun diberikan kepada setiap butir yang berdikari itu

(c) Integrasi : kita mengintegrasikan atau mennyatupadukan yang telah kita simpan dan rekam dalam otak kita. Oleh karena itulah, pengetahuan umum sangat penting dalam tahap ini. Kalau proses meyimak berlangsung, kita harus terebih dahulu harus mempunyai latar belakang atau pemahaman mengenai bidang pokok pesan tertentu. Kalau kita tidak memiliki bahan penunjang yang dapat dipergunakan untuk mengintegrasikan informasi yang baru itu, jelas kegiatan menyimak itu aka menemui kesulitan atau kendala.

(44)

30

(e) Interpretasi : pada tahap ini, kita secara aktif mengevaluasi sesuatu yang kita dengar dan menelusuri dari mana semua itu berasal. Kita pun mulai menolak dan menyetujui serta mengakui dan mempertimbangkan informasi tersebut dengan sumber-sumbernya.

(f) Interpolasi : selama tidak ada pesan yang dibawa makna dalam dan memberi informasi, tanggung jawab kitalah untuk menyediakan serta memberikan data-data dan ide-ide penunjang dari latar belakang pengetahuan dan pengalaman kita sendiri untuk mengisi serta memenuhi butir-butir pesan yang kita dengar.

(g) Instrospeksi : dengan cara merefleksikan dan menguji informasi baru, kita berupaya untuk mempersonasisasikan informasi tersebut dan menerapkanya pada situasi kita sendiri

Jadi menyimak memiliki beberapa tahapan, yaitu tahap penerimaan, pengenalan, pentinterprerasian, dan penarikan kesimpulan. Tahap penerimaan dimana penyimak menerima simbol-simbol bahasa lisan melalui penginderaan, kemudian tahap pengenalan adalah tahap dimana penyimak mulai menghubungkan simbol lisan tersebut apakah sudah dikenal atau simbol asing, tahap ketiga adalah tahap interpretasi dimana setelah dikenali simbol lisan tersebut disesuaikan maknanya dan kemudian disimpulkan makna apa yang terkandung dalam simbol lisan tersebut.

4. Menyimak dalam ujian bahasa Korea

Menyimak dalam bahasa Korea disebut ”듣기” (deud ki).

(45)

31

harus dipenuhi oleh para peserta ujian EPS Topik untuk sesi menyimak dapat dilihat pada tabel 5 tentang Criteria of Korean Language Test (Listening section) (halaman 22).

Jadi berdasarkan kriteria tes bahasa Korea (menyimak) yang disampaikan pihak hrd Korea melalui website http://eps.hrdkorea.or.kr terdapat empat kriteria yang harus dipenuhi dalam ujian EPS Topik. Penilaian menghubungkan pengucapan dan nomor dalam struktur fonologis bahasa Korea kata dan kalimat, penilaian dalam perintah dari bahasa Korea menggunakan bahan visual seperti foto dan gambar, penilaian terhadap kemampuan pemecahan masalah setelah kandidat akan mendengarkan percakapan secara seksama untuk kehidupan sehari-hari (kajian pemahaman dasar dan kemampuan mengelola) dan penilaian pemahaman detail dan konteks keseluruhan setelah mendengarkan percakapan antara dua orang .

(46)

32

C. Metode Permainan Kooperatif dalam Pelatihan Bahasa Korea 1. Metode Pembelajaran Lembaga Pelatihan

a. Definisi Metode Pembelajaran

Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang

berarti cara atau jalan yang ditempuh. Dalam kamus besar bahasa Indonesia metode didefinisikan sebagai cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki(KBBI, 2016). Metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi(Adisusilo, 2012:85). Metode dapat dibedakan berdasarkan bidangnya. Dalam bidang pendidikan metode sering diistilahkan dengan kata metode pembelajaran.

(47)

33

berbeda di bawah kondisi pembelajaran yang berbeda(Budiningsih, 2011:2).

Dalam taksonomi variabel pembelajaran, metode merupakan salah satu dari tiga variabel yang ada yaitu variabel kondisi, metode dan hasil. Variabel metode dikategorikan menjadi tiga sub variabel yaitu strategi pengorganisasian materi (makro dan mikro), strategi penyampaian isi dan strategi pengelolaan pembelajaran(Budiningsih, 2011:3).

Jadi metode pembelajaran merupakan salah satu variabel pembelajaran yang berisi tentang cara-cara yang digunakan dalam mengimplementasikan suatu strategi yang terencana untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai salah satu variabel pembelajaran metode pembelajaran memiliki tiga sub variabel yaitu strategi penorganisasian materi (makro dan mikro), strategi penyampaian isi dan strategi pengelolaan pembelajaran.

a. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran

(48)

34

tugas dan resitasi, (10) metode eksperimen, (11) metode proyek. Hampir setiap mengemukakan beberapa metode yang sering digunakan dalam pembelajaran seperti metode ceramah, metode permainan, metode diskusi dan lain sebagainya. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh guru dalam memilih metode yang akan digunakan seperti variabel kondisi dimana di dalamnya terdapat tujuan pembelajaran, karakteristik bidang studi dan karakteristik peserta didik.

Dari sekian banyak metode pembelajaran berikut ini merupakan metode pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran bahasa asing

1) Grammar Translation Method

(49)

35 2) Direct Method

Lebih menekankan pada menyimak dan berbicara. Tatabahasa diajarkan secara induktif atau digunakan dalam kalimat-kalimat yang diucapkan guru dan siswa dan tidak diajarkan secara langsung sehingga lama-lama siswa bisa menyimpulkan sendiri mana yang benar dan materi linguistik yang baru selalu diperkenalkan pertama kali secara lisan. (Ghazali, 2013:93-94)

3) Metode Membaca

Mendorong siswa untuk menguasai kemampuan membaca teks dalam bahasa asing. Caranya adalah dengan memperkenalkan kosakata dan struktur tatabahasa secara bertahap dengan menggunakan teks-teks bacaan yang disederhanakan. (Ghazali, 2013:94)

4) Metode Struktural

Dikenal juga dengan istilah “pendekatan lisan” atau

“pendekatan aural-oral” (aural = mendengar, oral = lisan),

(50)

36

lisan, dan bahasa tulis dianggap sebagai perluasan dari bahasa lisan.

5) Metode Audio-Lingual

Merupakan perluasan dari pendekatan struktural dan metode ini juga menekankan pada pentingnya pola bahasa dalam pengajaran serta memandang bahasa lisan sebagai bentuk komunikasi yang paling utama. Siswa belajar bahasa

sebagai “kebiasaan” dengan cara mempraktekkan pola pola

kalimat, seperli lewat latihan berulang (repetition drill, latihan yang persis dengan model yang diberikan oleh guru), dan latihan transformasi (latihan yang berbeda dari model yang diberikan guru; siswa diminita untuk melakukan operasi seperti penggantian, pengulangan kembali, pengisian, ekspansi, meringkas atau mengintegrasikan) (Ghazali, 2013:94)

6) Metode Situasional

(51)

37

7) Pendekatan Functional-Notional

Pendekatan ini menekankan pada kompetensi komunikatif dan bukan pada kompetensi tatabahasa. Pertanyaan-pertanyaan mengenai apa peran dari praktek, urutan tatabahasa dan bagaimana cara mengintegrasikan fungsi dengan tatabahasa dibiarkan tidak terjawab (Guntermann dan Philips, 1982) (Ghazali, 2013:95)

8) Metode Permainan

Dalam pembelajaran bahasa baik bahasa ibu maupun bahasa asing terdapat metode permainan. Proses belajar sambil bermain cocok pula digunakan untuk semua usia sebab metode seperti ini memberikan suasana belajar yang lebih interaktif(www.ef.co.id). Berbagai permainan yang banyak digunakan dalam pembelajaran bahasa diantaranya (1) whisper race, (2) hide & seek, (3) what missing, (4) action game, (5) market game.

Permainan-permainan tersebut tentunya memiliki kelebihan dan kelemahan, selain itu permainan tersebut bisa jadi ditujukan untuk tujuan yang berbeda dalam pembelajaran.

(52)

38

translation method, direct method, metode membaca, metode struktural, audio-lingual, metode situasional, metode funtional-nosional dan metode permainan. Metode-metode tersebut masih dapat dikembangkan lagi sesuai dengan kebutuhan dan kreatifitas dari guru.

Dalam penelitian ini metode pembelajaran yang digunakan adalah metode permainan. Dalam pembelajaran bahasa metode permainan sering disebut juga dengan permainan bahasa. Permainan bahasa sering digunakan dalam pembelajaran bahasa Ibu maupun bahasa asing karena permainan memiliki karakter/ sifat yang menyenangkan dan dalam konteks penelitian ini metode permainan bahasa yang digunakan adalah metode permainan bahasa yang bersifat kooperatif dalam pelaksanaanya.

2. Metode Permainan a. Definisi permainan

(53)

39

membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional.

Menurut Santrock (2006: 273) permainan (play) adalah suatu kegiatan menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan kegiatan itu sendiri. Permainan memiliki karakter yang utama yaitu adanya sifat menyenangkan dalam kegiatanya. Bermain adalah melakukan sesuatu untuk bersenang-senang. Adapun permainan merupakan sesuatu yang digunakan untuk bermain itu sendiri(M Fadlillah,dkk, 2014:25)

Jadi permainan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyenangkan dengan berbagai aturan yang berlaku. Dalam konteks pembelajaran, permainan memiliki tujuan yang harus dicapai oleh para peserta permainan. Permainan merupakan sesuatu yang digunakan untuk bermain itu sendiri.

b. Manfaat Bermain

Bermain memiliki berbagai manfaat bagi yang memainkanya. Berikut ini merupkan beberapa manfaat bermain menurut M. Fadlillah dkk. (2014:34)

1) Perkembangan fisik. Bermain aktif penting bagi anak untuk mengembangkan otot dan melatih seluruh bagian tubuhnya.

2) Dorongan berkomunikasi. Bermain yang dilakukan bersama anak-anak lain secara tidak langsung akan dapat membantu anak untuk berkomunikasi secara baik. 3) Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam.

(54)

40

4) Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan. Bermain dapat berfungsi sebagai penyalurkebutuhan dan keinginan yang tidak terpenuhi dalam kesehariannya. Dengan bermain ini anak akan menyalurkan kebutuhan dan keinginannya tersebyt dengan penuh kegembiraan. 5) Sumber belajar. Bermain memberi kesempatan untuk

mempelajari berbagai hal melalui buku, televisi, atau menjelajahi lingkungan, yang tidak diperoleh anak dari beljar di rumah atau disekolah.

6) Rangsangan bagi kreativitas. Bermain dengan permainan tertentu akan dapat merangsang kreativitas anak. Baik permainan yang sifatnya mandiri maupun kelompok.

7) Perkembangan wawasan diri. Dengan bermain anak mengetahui tingkat kemampuanya dibandingkan dengan teman bermainya. Hal ini, memungkinkan mereka untuk mengembangkan konsep dirinya dengan lebih pasti dan nyata.

8) Belajar bermasyarakat. Dengan bermain bersama anak-anak lain, mereka belajar bagaimana membentuk hubungan sosial dan bagaimana menghadapi dan memcahkan masalah yang timbul dalam hubungan tersebut.

9) Standar moral. Dalam bermain, anak akan belajar untuk mengikuti aturan-aturan dalam permainan tersebut yang telah ditentukan. Hal ini, akan memberikan gambaran tentang bagaimana menaati sebuah aturan yang telah dibuatnya, baik menyangkut hubungan dengan Allah SWT maupun orang lain.

10)Belajar bermain sesuai dengan jenis kelamin . Dalam bermain, adakalanya permainan tertentu hanya dapat dilakukan berdasarkan jenis kelamin. Meskipun pada perkembanganya semua permainan dapat dilakukan oleh semua jenis kelamin.

11)Perkembangan ciri kepribadian yang diinginkan. Dengan bermain bersama orang lain, anak akan belajar bekerjasama, murah hati, jujur, sportif, dan disukai orang.

Manfaat permainan bagi orang dewasa. Dikutip dari laman health.liputan6.com ada lima manfaat bermain yaitu

(55)

41

Dalam studi yang dilakukan peneliti dari Loma Linda University California, Amerika Serikat memperlihatkan peserta menonton video lucu, sementara kelompok lainnya tidak melakukan apa-apa. Ternyata pada mereka yang menonton video lucu, hormon penyebab stres bernama kortisol rendah. Sehingga mereka tidak mengalami aneka masalah yang disebabkan stres seperti sakit kepala, cemas dan insomnia.

2) Bermain merangsang memori lebih optimal

Menurut sebuah studi yang dipublikasikan dalam PNAS Online baru-baru ini, permainan sejenis yang menggunakan ingatan mampu merangsang peningkatan kinerja sel abu-abu (bagian yang terkait dengan kecerdasan) di otak.

3) Bermain buat lebih produktif

(56)

42 4) Bermain bakar kalori

Permainan fisik seperti bermain dengan anjing hingga futsal dengan teman-teman sama dengan kegiatan olahraga yang tentunya baik untuk kesehatan jantung. Selain itu, berjalan-jalan dengan anjing membantu bakar kalori 230 per jam atau Anda bisa bakar 500 kalori per jam bila memilih bermain sepak bola.

5) Bermain tingkatkan hubungan pasangan

Pasangan yang sering melakukan aneka permainan, bernostalgia atas pengalaman lucu di masa lalu dapat menyebabkan kepuasaan hubungan yang lebih besar menurut Journal Motivation and Emotion tahun 2007.

Sedangkan menurut www.helpguide.org ada beberapa manfaat bermain bagi orang dewasa

1) Relieve stress. Play is fun and can trigger the release of

endorphins, the body’s natural feel-good chemicals. Endorphins promote an overall sense of well-being and can even temporarily relieve pain.

2) Improve brain function. Playing chess, completing puzzles, or pursuing other fun activities that challenge the brain can help prevent memory problems and improve brain function. The social interaction of playing with family and friends can also help ward off stress and depression.

3) Stimulate the mind and boost creativity. Young children often learn best when they are playingand that

principle applies to adults, as well. You’ll learn a new task better when it’s fun and you’re in a relaxed and

playful mood. Play can also stimulate your imagination, helping you adapt and problem solve.

(57)

43

compassion, trust, and intimacy with others. Play doesn’t

have to be a specific activity; it can also be a state of mind. Developing a playful nature can help you loosen up in stressful situations, break the ice with strangers, make new friends, and form new business relationships.

5) Keep you feeling young and energetic. In the words of

George Bernard Shaw, “We don’t stop playing because

we grow old; we grow old because we stop playing.” Playing can boost your energy and vitality and even improve your resistance to disease, helping you feel your best.

6) Play helps develop and improve social skills. Social skills are learned in the give and take of play. During childhood play, kids learn about verbal communication, body language, boundaries, cooperation, and teamwork. As adults, you continue to refine these skills through play and playful communication.

Jadi permainan bagi orang dewasa memiliki berbagai manfaat seperti dapat membuat tertawa dan mengurangi stress, meningkatkan kerja otak, dapat menstimulasi kreatifitas, meningkatkan hubungan dengan yang lain, membuat orang merasa tetap muda dan energic. Dengan bermain juga dapat meningkatkan keterampilan sosial.

c. Ragam Permainan

Menurut Brandenburger(2007) “Game theory is divided into two branches, called non-cooperative and cooperative

branches” yang kurang lebih menyebutkan bahwa teori permainan

(58)

44

tertentu pula. Adapun macam-macam permainan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Permainan Individual

Permainan ini menguji kemampuan sendiri karena sebagian besar permainan itu dilakukannya sendiri. Peserta didik bermain tanpa menghiraukan apa yang dilakukan oleh peserta didik lain di sekitarnya. Contoh permainan individual adalah lompat tali, menyusun puzzle, menyusun balok-balok, dsb.

2) Permainan Beregu

Permainan beregu ialah permainan yang setiap pesertanya menjadi bagian dari sebuah regu. Jumlah anggota regu tergantung dari jenis permainan yang hendak dimainkan. Permainan beregu ini sangat mengutamakan kekompakan dan kerja sama di antara anggota regu/ kelompok. Oleh karena itu tujuan utama permainan ini sebenanrnya adalah memupuk rasa kebersamaan dan keakraban di antara para peserta. Permainan beregu juga memiliki unsur persaingan hanya saja persaingan yang ada adalah antar regu/ kelompok.

3) Permainan Kooperatif

(59)

45

permainan tersebut untuk mencapai tujuan dari kegiatan bermain. Bermain kooperatif, orang bermain antara satu dengan yang lainya dibandingkan melawan satu sama lain. Permainan kerjasama dapat dilihat saat peserta didik mengerjakan suatu proyek atau tugas secara bersama-sama dalam kelompok kecil atau kelompok besar sekaligus.

Langkah-langkah dalam permainan kooperatif desesuaikan dengan permainan yang akan dimainkan. Akan tetapi dalam permainan kooperatif langkah yang utama dalah mengelompokan peserta didik. Jumlah anggota kelompok akan disesuaikan dengan permainan yang dimainkan. Selain itu aturan utama permainan kooperatif adalah bahwa tidak ada persaingan dalam permainan. Permainan kooperatif menggunakan paradigma lingkaran bukan segitita, dimana dalam lingkaran setiap poin bernilai sama.

(60)

46 4) Permainan Sosial

Permainan sosial adalah kegiatan bermain peserta didik yang melibatkan orang lain atau teman-temannya. Pada permainan ini peserta didik berpartisipasi dalam kegiatan bermain dengan peserta didik lainnya sesuai perannya masing-masing yang sudah disepakati sebelumnya.

Anak-anak yang bermain mesti berpikir tentang bagaimana mengorganisasi materi sesuai dengan tujuan mereka bermain. Anak-anak yang bermain “dokter

-dokteran“. Misalnya, harus berpikir di mana ruang dokter,

apa yang digunakan sebagai stetoskop anak juga akan memikirkan tugas dokter dan mempertimbangkan materi-materi tertentu, seperti warna, ukuran, dan bentuk agar sesuai dengan karakteristik dokter yang diperankan. Contohnya seperti permainan polisi dengan pencuri, atau lompat tali beregu.

5) Permainan dengan aturan tertentu

(61)

47

terlibat diharuskan mematuhi peraturan yang sudah ditentukan tersebut. Dalam permainan ini peserta didik juga diharapkan dapat bersikap sportif.

Contoh dari permainan ini adalah sepak bola, dalam permainan sepak bola maka peserta diharuskan menggiring bola ke gawang lawan menggunakan kaki dan tidak diperbolehkan menggunakan tangan kecuali untuk penjaga gawang, aturan ini tidak boleh dilanggar oleh peserta permainan karena aturan ini merupakan aturan-aturan yang mutlak. Contoh permainan lain adalah gobak sodor, monopoli, ular tangga, dsb.

Ragam permainan juga dapat di kategorikan berdasarkan konteks materi yang dipelajari. Dalam berbagai pembelajaran, guru biasanya menggunakan permainan sebagai metode utama untuk menyampaikan materi ataupun hanya sebagai selingan saja. Seperti halnya pada konteks pembelajaran bahasa maka guru dapat menggunakan permainan sebagai metode utama maupun selingan dalam menyampaikan materi.

(62)

48

dan menulis). Ada berbagai jenis permainan bahasa yang sering digunakan dalam pembelajaran seperti permainan kata, memilih kata, melengkapi kalimat, batu loncatan, true or false, card sort, index card match dan menyusun cerita (Sugiarsih, 2010).

Jadi permainan dapat dikelompokan berdasarkan beberapa kategori seperti jumlah keterlibatan peserta(Individu, beregu), tujuan, tempat(indoor dan outdoor) dan alat permainan yang digunakan. Metode permainan merupakan metode yang dapat digunakan disegala usia karena sifatnya yang lebih interaktif. Setiap permainan memiliki karakteristiknya masing-masing yang dalam konteks pembelajaran sebagai metode akan disesuaikan dengan variabel kondisi pembelajaran.

Permainan yang digunakan dalam penelitian ini adalah permainan kooperatif, dimana jika dilihat dari kategori jumlah keterlibatan peserta termasuk kedalam permainan beregu. Kemudian apabila dilihat dari kategori tempat permainan kooperatif yang digunakan lebih bersifat indoor atau permainan di dalam ruangan atau kelas. Sehingga dalam penelitian ini menerapkan permainan bahasa yang bersifat kooperatif dan dilakukan secara indoor.

d. Permainan Kooperatif

(63)

49

tersirat dari namanya, menuntut para pelajar untuk bekerja sama menyelesaikan tugas bersama, berbagi informasi, dan saling mendukung.(Elizabert, dkk, 2012:7). Tujuan pembelajaran kooperatif adalah bekerja sama secara selaras dan saling mendukung untuk menemukan solusi(Elizbert, dkk, 2012:9).

Parten dalam (Maresha, 2011, 51) permainan kooperatif adalah permainan dalam kelompok yang terorgansir untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya, untuk membuat sesuatu, bermain permainan formal, atau mendramatisir situasi, satu atau dua anak mengontrol anggota kelompok dan mengarahkan aktivitas. Bermain kooperatif menurut Patmonodewa ( 2000: 106) ialah dimana masing masing anak memiliki peran tertentu guna mencapai tujuan kegiatan bermain, mereka masing-masing melakukan perannya secara tergantung satu sama lain dalam mencapai tujuan bermain.

“A cooperative game consists of two elements: (i) a set of

(64)

50

Sedangkan menurut Lyons, In Cooperative Games, people play with one another rather than against each other. Players enjoy each other as they share resources and make decisions”. Dalam bermaian kooperatif, orang bermain antara satu dengan yang lainya dibandingkan melawan satu sama lain. Setiap pemain senang dalam membagikan sumber dan membuat keputusan bersama.

Lyons juga menambahkan bahwa when we play cooperatively and use cooperative skills including listening, sharing, negotiating, etc., we are actually learning beneficial relationship skills that will help us be good at teamwork and collaborating with others in the real world. Ketika kita bermain secara kooperatif dan menggunakan kemampuan kooperatif seperti menyimak, berbagi, bernegosiasi, dll. Kita belajar keterampilan hubungan bermanfaat yang akan membantu kita menjadi kerja tim yang baik dan kolaborasi dengan orang lain dalam dunia nyata.

(65)

51

yang paling menonjol adalah kerjasama antar pemain dalam mencapai tujuan bersama.

Permainan kooperatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah permainan

1) Permainan Can You Trust Your Ears,

Dalam permainan ini peserta pelatihan akan dikelompokan, satu kelompok terdiri atas 3-4 orang dimana satu orang sebagai penentu jawaban dan sisanya akan membantu untuk memilihkan jawaban yang salah atau berperan sebagai otak dari si penentu jawaban sehingga akan memudahkan si penentu jawaban dalam memilih jawaban yang benar.

Alasan pemilihan permainan ini adalah karena permainan ini merupakan jenis permainan kooperatif yang dapat dilakukan di dalam ruangan dan cocok untuk pembelajaran bahasa asing untuk segala usia. Permainan ini juga mudah dimainkan dan menggunakan sumber-sumber daya yang sudah ada.

2) Permainan Whisper Race,

(66)

52

kelompoknya yang lain dan satu orang yang berada di barisan paling depan sebagai penentu pesan yang ia dengarkan.

Manfaat permainan whisper race ini (a) memusatkan perhatian siswa terhadap struktur bahasa yang spesifik, pola-pola grammar, dan tentunya kosa kata atau vocabulary, (b) Menjadi penguat, peninjau, dan pemer-kaya pelajaran, (c) Menjamin keikutsertaan siswa dalam belajar bahasa asing secara maksimal, (d) dapat digunakan disemua kemampuan bahasa seperti listening, speaking, reading, dan writing, (e) memberikan jalan untuk menggunakan basa asing yang dipelajari dengan kreatif dalam situasi yang tidak menekan, (f) melibatkan partisipasi yang setara antara siswa yang cepat dan lambat belajar bahasa asing.

Alasan pemilihan permainan ini adalah karena permainan ini merupakan jenis permainan kooperatif yang dapat dilakukan di dalam

Gambar

Tabel 2. Huruf Konsonan “Hangeul” Nama Bunyi Awal Bunyi Tengah
Gambar 1. Cara Penulisan Huruf Hangeul (Sumber:https://hallyutownnews.files.wordpress.com/2012/03/cara
Tabel 3. Struktur Frasa Nomina Bahasa Indonesia dan Bahasa Korea
Tabel 4. Criteria of Korean Language Test (Reading section)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tata letak fasilitas adalah suatu perencanaan yang terintegrasi dari aliran atau arus komponen-komponen suatu produk (barang dan atau jasa) di dalam sebuah sistem

Diharapkan pihak Dinas Kesehatan khususnya Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) memberikan informasi tentang pentingnya konsumsi buah dan sayur setiap hari sesuai

Diharapkan dengan mengembangkan kecerdasan spiritual pada anak sejak dini, orang tua maupun guru dapat menanamkan nilai-nilai spiritual agar dapat membentengi anak

Por otro lado, el servicio para esta empresa significa la comunicación y el contacto permanente con el cliente, así como la atención, que puede desarrollarse incluso a tal

Untuk penentuan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh departemen produksi menggunakan dasar jam tenaga kerja langsung dengan perhitungan sbb.. Upah langsung untuk

Dalam BWN ditentukan bahwa antara anak luar nikah ( natuurlijke kinderen ), yakni anak tidak sah yang bukan anak zinah atau sumbang (pasal 335 BWN), dan ibunya demi

Pemberdayaan pada perempuan miskin dilakukan dalam rangka untuk menemukan upaya agar perempuan miskin bisa secara aktif berpartisipasi dalam setiap kegiatan

Berdasarkan penelititan yang telah dilakukan oleh penulis, ada beberapa faktor yang menyebabkan obyek wisata bahari Kawasan Wisata Mandeh kurang dikenal dan mendapatkan