• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI SALAT KELAS III MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SD NEGERI 3 PINGIT PRINGSURAT TEMANGGUNG - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI SALAT KELAS III MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SD NEGERI 3 PINGIT PRINGSURAT TEMANGGUNG - Test Repository"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI SALAT KELAS III MELALUI

METODE DEMONSTRASI PADA S D NEGERI 3

PINGIT PRINGSURAT TEMANGGUNG

S K R I P S I

D iaju k an u n tu k M em p e ro le h G elar S a rja n a P e n d id ik a n Islam

Oleh: Z A E N A B N IM : 11408248

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

S A L A T I G A

(2)

M O T l O

Aiquran menjelaskan

“Kenakanlah Shalat, Sbalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar”

“Shalat merupakan sebuah kewajiban yang dibatasi oleh waktu-waktu tertentu yang tidak boleh terlambat mengerjakannya”

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Ayahanda tercinta : Yoso Mihaijo (almarhum), yang telah dipanggil AUoh SWT, Semoga bahagia disisi Ulahi Robbi.

Bunda : Semi, yang selalu mendoakan perjalanan hidupku.

Suami : Karwono, yang selalu setia menemaniku dan memberi semangat. Anak-anakku permata hatiku : Alief Hendra Setiawan, Septian Randy Fauzi, Muhammad Anwar Ridho yang tersayang dan senantiasa memberi spirit dan motivasi serta selalu setia menungguiku, semoga engkau menjadi anak yang soleh

Kakak- kakakku : Jarminah, Jarmiyati, Zaenudin yang senantiasa memberi contoh kebaikan.

(3)
(4)

Zaenab, Siti. 2010. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Materi Salat Kelas III Melalui Metode Demonstrasi Pada SD Negeri 3 Pingit, Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung. Skripsi, Jurusan Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing: Hj. Maslikhah, S.Ag., M.Si.

Kata k u n c i: Prestasi belajar salat, metode demonstrasi

Diutamakan faktor penyebab rendahnya nilai PAI di SD N 3 Pingit Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung terletak pada kelemahan model pembelajaran dan kurangnya penggunaan alat peraga dan model pembelajaran. Dalam penelitian ini peneliti berusaha meningkatkan prestasi belajar PAI menggunakan metode pembelajaran demonstrasi.

Masalah penelitian ini adalah: (1) Bagaimana pembelajaran menggunakan metode demonstrasi? (2) Apakah metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar PAI kelas III SD N III Pingit Kecamatan Pringsurat Kabupaten pembelajaran siklus I, keterampilan guru dalam pembelajaran menggunakan metode demonstrasi adalah 73,33% keterampilan guru cukup baik. Pada siklus II dengan hasil 80% dan siklus III 91,67% berarti keterampilan guru sudah baik. Dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa PAI siswa kelas III SD N 3 Pingit Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung. Dengan hasil yang diperoleh siswa, pada perbaikan siklus I dari siswa yang mendapat nilai tuntas 47%, siklus II menjadi 57% yang tuntas dan siklus III 80%.

(5)

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:

Nama : Siti Zaenab

NIM : 11408248

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Judul : PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA

MATA 'PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI SALAT MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SD NEGERI 3 PINGIT, KEC .PRINGSURAT, KAB. TEMANGGUNG.

Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, 28 Agustus 2010 Pembimbing

" " N i

l u ' m j

(6)

Skripsi Saudara: Siti Zaenab dengan Nomor Induk Mahasiswa: 11408248 yang berjudul: Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Materi Salat Kelas III Melalui Metode Demonstrasi Pada SD Negeri 3 Pingit, Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Tahun 2010.

Telah dimonaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan: Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada Sabtu, 28 Agustus 2010. Dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Saijana Pendidikan Islam (S.Pd.I).

Salatiga, 19 Ramadhan 1431 H 28 Agustus 2010 Panitia Ujian

'Imam Sutomo, M. Ag N tf. 19580827 198303 1

nguji I

j f v '

Dra. H. N ^ Hasanah, M.Pd NIP : 1969011 199403 2 002

Sekretaris

Dr. Ral mat H a r i^ a d ^ I. Pd. NIP. 1« »670112 199203 1 005_

Dra. Maryatii

NIP : 19690402 199803 2 002

Pembimbing

(7)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Siti Zaenab

NIM : 11408248

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 28 Agustus 2010 Yang menyatakan

(8)

Puji syukur kchadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan hidayah-Nya dalam kehidupan kita. Shalavvat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Agung Muhammad SAW, yang lelah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju pencerdasan dan pembebasan.

Penulis mengakui, selesainya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, di sini penulis bermaksud meluaskan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak DR. Imam Sutomo, M. Ag selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Drs Joko Sutopo,Selaku Ketua Prodi PAI STAIN Salatiga.

3. Ibu Hj Maslikhah S. Ag M.Si selaku Dosen pembimbing yang selalu memberi­ kan saran dan perbaikan serta kemudahan dalam penyusunan skripsi.

4. Keluarga besar SD Negeri 3 Pingit, Kec. Pringsurat, Kah.Temanggung.

5. Suamiku tercinta Karwono dan anak-anakku ( Alief Hendra Setiawan, Septian- Randy Fauzi, Muhammad Anwar R idho), yang dengan sabar senantiasa memberikan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini, kalian begitu berarti menjadikan ibu besar hati.

(9)

dan mudah-mudahan dengan skripsi ini akan menambah semangat untuk me­ neruskan langkah dalam memperjuangkan cita-cita pendidikan, terlebih sebagai bekal bagi guru dalam proses pembelajaran. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin,

Temanggung, 11 Agustus 2010 Penulis

(10)

Halaman

Halaman Sampul... i

Halaman Judul... ii

Abstrak... iii

Motto... »v

Persembahan... v

Persetujuan Pembimbing... vi

Pengesahan... vii

Pernyataan Keaslian Penulisan... viii

Kata Pengantar... ix

Daftar Isi... x

Daftar Tabel... xi

Daftar Gambar... xii

Daftar Lampiran...xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan...5

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan...6

E. Kegunaan Penelitian...6

F. Definisi Istilah / Operasional... 7

G. Metodologi Penelitian... 8

(11)

A. Keaktifan Siswa...19

B. Prestasi Belajar...24

C. Pendidikan Agama Islam... 39

D. Metode demonstrasi... 52

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN...61

A. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 1... 61

B. Deskripsi Pelaksanaan siklus II... 66

C. Deskripsi Pelaksanaan siklus III...72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...77

A. Deskripsi Persiklus... 77

B. Pembahasan...87

BAB V PENUTUP...92

A. Kesimpulan...92

(12)

Tabel 1.1 Indikator keaktifan belajar siswa.... ... ... ... .13

Tabel 2.2 Skor pengukuran keaktifan siswa... 14

Tabel 2.2 Skor pengukuran prestasi belajar... .14

Tabel 3.1 Data hasil pengamatan keaktifan siswa siklus 1...77

Tabel 3.2 Hasil prestasi belajar siswa siklus 1... 78

Tabel 3.3 Penggolongan data hasil pengamatan prestasi belajar siklus 1... 79

Tabel 3.5 Data hasil pengamatan keaktifan siswa siklus II... 80

Tabel 3.6 Hasil pengamatan prestasi belajar siswa siklus II...81

Tabel 3.7 Penggolongan data hasil prestasi belajar siklus II... 82

Tabel 3.6 Pengamatan belajar siswa siklus III... 84

Tabel 3.7 Penggolongan data hasl penamatan prestasi belajar siklus III...85

(13)
(14)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diketahui oleh masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia. (Sekretariat Jendral MPR RI, UUD 1945,

2006:121)

Dalam pelaksanaan proses pendidikan ditingkat dasar, khusus-nya pendidikan Agama Islam merupakan masalah yang paling mendasar. Tujuan Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab II pasal 4 dikemukakan sebagai berikut.

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan mem­ bentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka men­ cerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi diri agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

(15)

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Undang-Undang RI Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, (Jakarta: Sekala Jalmakarya, 2003:9)

Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, meng-hayati, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan. (Departemen R.l.JCurikulum 2004 Pedoman Umum Pengembangan Silabus Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004:48). Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah terbentuknya peserta didik yang ber-iman dan bertakwa kepada Allah SWT,berbudi pekerti yang luhur (berakhlak mulia), memiliki pengetahuan tentang ajaran pokok Agama Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, serta memiliki penge­ tahuan yang luas dan mendalam tentang islam sehingga memadai baik untuk kehidupan bermasyarakat maupun untuk melanjut-kan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

(16)

fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif, sehingga me-mungkinkan proses belajar mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Untuk memenuhi hal tersebut di atas, guru di tuntut mampu me-ngelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa, sehingga ia mau belajar karena siswalah subyek utama dalam belajar.

(17)

dan siswa yang berani menyampaikan pendapat hanya 30%. Interaktif aktif hanya teijadi antara guru dengan beberapa siswa yang memiliki kelebihan dari yang lain. Sementara interaksi antar siswa hampir tidak teijadi karena tidak ada ruang untuk itu, atau bahkan mungkin dianggap meng-ganggu. Kondisi yang demikian tersebut menyebabkan adanya ke-timpangan prestasi pada pem­ belajaran materi salat yang cukup besar antara siswa yang aktif dengan siswa yang pasif. Siswa yang aktif me-miliki prestasi yang baik sedangkan siswa yang pasif cenderung prestasinya rendah. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai ulangan yang tinggi yaitu 80-90 untuk siswa yang aktif dan nilai yang rendah yaitu 50-60 untuk siswa yang p a sif.

(18)

dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Pendididkan Agama Islam Materi Salat Melalui Metode Demonstrasi Pada SD Negeri 3 Pingit, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung Tahun 2010” .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat didefinisikan beberapa permasalahan y aitu :

1. Apakah melalui penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi siswa pada siswa kelas III S M T II mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi shalat fardhu di SDN 3 Pingit, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung ?

C. Tujuan

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bahw a:

1. Metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi salat fardhu ada kelas III SMT II SD Negeri 3 Pingit, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung.

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

1. Hipotesis Tindakan

(19)

pem-belajaran dengan metode ini siswa dapat berperan secara aktif sehingga siswa lebih memahami materi dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar sisw a.

2. Indikator Keberhasilan

Tindakan ini dikatakan berhasil apabila 75% siswa kelas III SD Negeri 3 Pingit aktif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan 75% siswa tersebut memperoleh nilai 80 pada tes materi salat.

£ . Kegunaan Penelitian

1. Bagi Siswa

a. Dapat membantu siswa dalam memahami materi salat fardhu.

b. Memotivasi siswa agar dapat meningkatka aktifitas, dan prestasi belajar siswa dalam materi salat fardhu.

c. Memberikan suasana baru dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.

2. Bagi Guru

a. Meningkatkan kemampuan guru dalam penerapan metode demonstrasi pada materi pelajaran salat

b. Mewujudkan profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar (PBM). 3. Bagi Sekolah.

Dapat meningkatkan aktifitas dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI, sehingga kualitas kelulusannya lebih baik.

F. Definisi Istilah/Operasional

(20)

Prestasi adalah hasil yang dicapai oleh seorang peserta didik yang memuaskan dalam suatu pelajaran. Prestasi bisa di-lihat setelah proses pembelajaran berlangsung karena setelah proses pembelajaran guru akan mengadakan evaluasi sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan,

b. Pengerian Belajar. 1) Muhibbin Syah.

Belajar merupakan perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.

2) Soetomo

Belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafal-kan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Belajar adalah penambahan ilmu pengetahuan, yang nampak di sekolah.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi adalah hasil belajar yang diperoleh selama proses pembelajaran. Sedangkan pengertian belajar adalah perubahan tingkah laku yang teijadi sebagai suatu hasil dari latihan dan pengalaman. Jadi, prestasi belajar sangat berkaitan erat dalam proses pembelajaran.

2. Salat Fardhu

(21)

sedangkan menurut istilah adalah rangkaian gerakan dan ucapan yang di dahului dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan memenuhi rukun dan syarat tertentu.

3. Metode Demonstrasi

Metode yang dilaksanakan dengan cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa, suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.

G. Metodologi Penelitian

1. Rencana penelitian m eliputi:

a. Materi salat fardlu : bacaan niat salat subuh dan salat magrib,yang dilaksana kan di SD N 3 Pingit Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung, kelas III semester II pada tanggal 10 Mei 2010, materi sarat syah salat dan rukun Salat dilaksanakan tanggal 17 Mei 2010, untuk praktek salat magrib pada tanggal 18 Mei 2010.

b. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SMT II di SD Negeri 3 Pingit mata pelajaran PAI materi Salat Fardhu dengan menggunakan metode demonstrasi, maka perlu di-lakukan penelitian tindakan kelas.

2. Subjek Penelitian a. Siswa

(22)

b. Penelitian ini dilakukan oleh guru agama Islam SD Negeri 3 Pingit Pringsurat, Temanggung.

3. Langkah - langkah / Siklus Penelitian

a. Menurut Lewis dalam Elliot, 1991:69). Langkah-langkah penelitian itu meliputi:

1) Mengidentifikasi gagasan/permasalahan umum 2) Melakukan pengecekan di lapangan

3) Membuat perencanaan umum 4) Mengembangkan tindakan pertama 5) Mengimplementasikan tindakan pertama 6) Mengevaluasi

7) Merevisi perencanaan, untuk tindakan kedua, dst.

Secara visual langkah-langkah ini adalah:

Pelaksanaan Tindakan

Refleksi Diskusi

(23)

10 4. Instrumen Penilaian

a. Tertulis b. Observasi c. Praktek

5. Pelaksanaan siklus

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti memerlukan beberapa siklus hingga dapat dicapai hasil yang sesuai dengan indikator penelitian. Untuk itu maka peneliti memerlukan perencana-an di setiap tahap penelitian yaitu:

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan penyusunan instrumen penelitian dan instrumen pembelajaran yang terdiri dari silabus, rencana pengajaran, lembar observasi dan soal tes. Penelitian direncanakan pada bulan Mei. b. Tahap Pelaksanaan

1) Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ke-1 menerapkan Metode demonstrasi Materi pembelajaran pada pertemuan ke-1 yaitu materi

tentang bacaan niat salat magrib dan salat subuh beserta artinya.

2) Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ke-2 menerapkan Metode demonstrasi Materi pembelajaran pada pertemuan ke-2 yaitu materi

tentang syarat sah salat dan rukun salat.

(24)

c. Tahap Evaluasi

Evaluasi prestasi belajar siswa menggunakan lembar observasi prestasi siswa (terlampir).

d. Tahap Pengamatan

Tahap ini dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan yaitu pengamatan terhadap prestasi siswa dengan mengadakan tes pada akhir siklus.

e. Tahap Refleksi

Pada tahap ini di bandingkan antara hasil observasi mengenai prestasi siswa mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah siklus pertama (I). Sehingga dapat ditunjukkan adanya per-ubahan antara sebelum siklus I dengan setelah pelaksanaan siklus I.

Apabila indikator keberhasilan y ang telah ditentukan belum tercapai maka siklus ini akan dilanjutkan pada siklus (II). Sehingga dapat ditunjukkan adanya perubahan antara sebelum siklus II dengan setelah pelaksanaan siklus II. Apabila indikator keberhasilan yang telah di tentukan belum tercapai maka siklus ini akan dilanjutkan pada siklus III sampai indikator keberhasilan tersebut tercapai. Akan tetapi apabila pada siklus selanjutnya indikator keberhasilan tersebut telah tercapai, maka siklus akan dihentikan.

6. Instrumen Penelitian dan Indikator Instrumen a. Instrumen Penelitian

(25)

1) Instrumen Pengukur Prestasi Belajar (Terlampir) a) Indikator Instrumen

Indikator instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

b) Skor Pengukuran Prestasi Belajar

Tabel 2.2 Skor Pengukuran Prestasi Belajar

No Interval Nilai Katagori

1 71-80 Baik

2 61-70 Cukup

3 51-60 Kurang

7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua metode y a itu :

a. Metode Observasi

(26)

Pada proses observasi ini untuk menghindari subjektifitas maka dilibatkan pihak kedua dan ketiga yaitu guru kelas. Hal ini juga berfungsi untuk menjaga validitas data. Teknik seperti ini disebut teknik trianggulasi peneliti. Jenis trianggulasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis oleh beberapa peneliti atau observer. Berdasarkan pandangan dan tafsir dari beberapa peneliti terhadap informasi yang digali dan di kumpulkan, diharapkan teijadi prtemuan pendapat yang pada akhirnya bisa lebih memantapkan hasil penelitian.

Berikut merupakan skema trianggulasi p en eliti:

Gambar 2. Skema Trianggulasi Peneliti (HB. Sutopo, 2002:81

b. Catatan Lapangan

(27)

8. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian dalam penelitian tindakan kelas adalah deskriptif kualitif. Analisis ini dilakukan sejak awal sampai berakhirnya kegiatan pengumpulan data. Teknik analisis data ini mengacu pada model analisis Miles Mattew B dan Hubberman (1992:16-19) yang mencakup tiga komponen y a itu :

a. Reduksi Data

Reduksi data yaitu merupakan proses seleksi, pem-fokusan dan penyederhanaan data dari lapangan melalui ringkas-an atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas.

b. Penyajian Data

Penyajian data merupakan penyusunan informasi secara sistemik dari hasil reduksi data mulai dari pemcanaan, pelaksanaan dan refleksi pada masing-masing siklus.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan upaya pencarian data, mencatat keteraturan dan penggolongan data. Data yang diperolehdari lapangan disajikan dalam narasi informasi secara sistematis dan bermakna.

Data yang diperoleh dari lapangan setelah direduksi selanjutnya dihitung terlebih dahulu sebelum dianalisis untuk mengetahui prosentase siswa aktif, dengan menggunakan rumus sebagai b erik u t:

Prosentase siswa aktif = B+C x 100 %

(28)

Keterangan:

B: Jumlah siswa dengan predikat baik C: Jumlah siswa dengan predikat cukup N: Jumlah seluruh siswa

H. Sistematika Penulisan

Sistimatika penulisan skripsi hasil penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai b erikut:

BAB I PENDAHULUAN

Memuat: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, hipotesis, kegunaan penelitian, definisi istilah/ operasional, metodologi penelitian meliputi rencana penelitian, subyek penelitian, langkah-langkah peneliti-an, instrumen penelitian, pengumpulan data, dan analisis data, serat sistematika penulisan. BAB II KAJIAN PUSTAKA

Memuat: prestasi belajar PAI, dan metode demonstrasi. BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Memuat: diskripsi pelaksanaan siklus I, II, III, d s t. . BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Memuat: diskripsi per siklus dan pembahasan (tiap siklus).

BAB V PENUTUP

(29)

KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar

1. Prestasi

a. Pengertian Prestasi

Prestasi adalah hasil yang dicapai oleh seorang peserta didik yang memuaskan dalam suatu pelajaran. Prestasi bisa dilihat setelah proses pembelajaran berlangsung karena setelah proses pembelajaran guru akan mengadakan evaluasi sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi

Pestasi belajar banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, (Muh Uzer Usman, 1993:9-10) baik yang berasal dari dalam dirinya (internal) maupun faktor yang ber-asal dari luar dirinya (eksternal). Prestasi yang dicapai pada hakekatnya merupakan interaksi antara berbagai faktor tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ter-sebut meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Faktor yang berasal dari dalam dirinya ( internal).

a) Faktor Jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini antara lain panca indera yang mengalami gangguan dan tidak bisa berfungsi dengan baik, misalnya telinga tidak mendengar maupun alat-alat tubuh yang lain yang mengalami gangguan.

(30)

b) Faktor Psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diper­ oleh. Dalam hal ini ada faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki, sedangkan faktor psikologis yang lain adalah faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, ke-biasaan, minat, kebutuhan, motivasi, maupun penyesuaian diri.

2) Faktor yang berasal dari luar dirinya (eksternal)

a) Faktor Sosial terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan kelompok:

(1) Lingkungan keluarga

Seorang siswa yang berasal dari keluarga yang rukun dan harmonis tentu berbeda dengan siswa yang berasal dari latar belakang keluarga yang broken. Siswa yang berlatar belakang keluarga yang rukun akan lebih tenang dalam belajar, sehingga akan men-dapatkan prestasi yang lebih bagus.

(2) Lingkungan sekolah

(31)

(3) Lingkungan masyarakat

Siswa yang setiap harinya bersosialisasi dengan masyarakat yang maju akan lebih terpacu semangat belajar­ nya karena disekelilingnya banyak yang begitu semangat dalam belajar. Begitu pula sebaliknya, siswa yang terbiasa dengan masyarakat yang santai tentu akan biasa-biasa saja menghadapi kehidupan.

(4) Lingkungan kelompok

Kelompok sangat berpengaruh terhadap prestasi siswa karena dengan kelompok inilah siswa tersebut setiap hari berkumpul. Apabila seorang yang rajin belajar tetapi salah bergaul dengan kelompok yang tidak pernah belajar, maka siswa tersebut lama-lama pasti akan terpengaruh dengan kelompoknya yang di tandai dengan malasnya belajar.

b) Faktor budaya, seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.

c) Faktor lingkungan fisik, seperti: fasilitas yang tersedia di rumah, dan fasilitas yang tersedia.

d) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan. 2. Belajar

a. Definisi Belajar

(32)

1) Hilgard dan Bower, (1975:47) mengemukakan: “ Belajar berhubungan Dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar ke-cenderungan respon pembawaan, kematang­ an, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh

obat, dan sebagainya).”

2) Gagne, (1977:66) menyatakan bahwa: ’’Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mem-pengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.”

3) Morgan, (1978:73) mengemukakan: “Belajar adalah setiap per-ubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”

4) Witherington, (1955:43) mengemukakan : “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa ke-cakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengerti-an.”

b. Faktor Belajar

(33)

a) Faktor Jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh.Yang termasuk faktor ini adalah panca indera yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku. b) Faktor Psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang di­

peroleh terdiri a ta s :

(1) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakupan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki.

(2) Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap,kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.

c) Faktor kematangan fisik maupun psikis. 2) Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal)

a) Faktor sosial yang terdiri atas : (1) Lingkungan keluarga (2) Lingkungan sekolah (3) Lingkungan masyarakat (4) Lingkungan kelompok

b) Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

(34)

d) Faktor lingkungan spiritual atau agama. (Usman Uzer M dan Setiawati Lilis: 10)

c. Elemen Belajar

Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat dikemuka-kan adanya beberapa elemen yang penting yang men-ciridikemuka-kan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa:

1) Belajar merupakan suatu perubahan dalm tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.

2) Belajar merupakan suatu perubahan yang teijadi melalui latih-an atau pengalaman.

3) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap: harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang.

4) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar me-nyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis. (Purwanto, Ngalim, M: 80)

5) Thorndike, salah seorang pendiri aliran teori belajar tingkah laku, mengemukakan teorinya bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan). (Noel Entwistle, dalam Hamzah B: 11)

(35)

kinerja sesorang, yaitu (1) belajar adalah suatu perubahan yang menetap dalam kineija seseorang, dan (2) hasil belajar yang muncul dalam diri siswa merupakan akibat atau hasil dari interaksi siswa dengan lingkungan. Pernyataan ini dapat diartikan, apabila siswa belajar maka hasil belajar dapat dilihat dari kemampuannya melakukan suatu kegiatan baru yang bersifat menetap daripada pekerjaan yang dilaku-kan sebelumnya sebagai akibat atau hasil dari interaksi siswa dengan lingkungan.

7) Menurut WJS Poerdarminto dalam Andrias Harefa, belajar adalah berusaha (berlatih dan sebagainya) supaya mem-peroleh suatu kepandaian.

8) Menurut Harord Spear dalam Andrias Harefa, learning is to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to listen, to follow

instruction.

Dari definisi di atas, maka belajar adalah proses per­ tumbuhan dan/atau perubahan agar tahu {knowledge), agar mau

(36)

bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan serta kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan.

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pe-ngalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi. (Sabri, Ahmad, 2005:20)

Pada prinsipnya, selain beberapa elemen belajar di atas dalam belajar terdapat 4 komponen kegiatan, yaitu: (1) melaku-kan persepsi terhadap stimulus, (2) Menggunakan penge-tahuan prasyarat, (3) Merencanakan respon, dan (4) melaksanakan respon yang dipilih,

d. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari lingkungan, dan faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai, seperti dikemukakan oleh Clark bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.

(37)

dan kreatif dalam belajarnya.

Hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang diniati dab disadarinya. Siswa harus merasakan adanya sesuatu ke­ butuhan untuk belajar dan berprestasi. Ia harus berusaha mengerahkan segala upaya untuk mencapainya.

Ada dua kruteria keberhasilan pembelajaran yang bersifat umum yakni: pertama, kriteria ditinjau dari sudut proses-nya (by process) dan kedua, kriteria ditinjau dari sudut hasil yang dicapainya (by product).

Kriteria dari sudut proses menekankan kepada pengajaran sebagai suatu proses haruslah merupakan interaksi dinamis sehingga siswa sebagai subyek yang belajar mampu mengembang-kan potensinya secara efektif. Sedangkan kriteria dari segi hasil/ product menekankan kepada tingkat penguasaan tujuan oleh siswa baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

(38)

berpendapat bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh 5 faktor, yakni: (a) Bakat pelajar, (b) Waktu yang tersedia untuk belajar, (c) Waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, (d) Kualitas pengajaran, dan (e) Kemampuan individu.

Kedua faktor di atas (kemampuan siswa dan kualitas pengajaran) mempunyai hubungan berbanding lurus dengan hasil belajar siswa. Artinya, makin tinggi kemampuan siswa dan kualitas pengajaran, makin tinggi pula hasil belajar siswa,

e. Unsur Kualitas Pengajaran

Ada 3 unsur dalam kualitas pengajaran yang ber-pengaruh terhadap hasil belajar siswa, y ak n i:

1) Kompetensi Guru

Variabel yang diduga mempengaruhi kualitas peng-ajaran adalah guru, guru sebagai sutradara dan sekaligus aktor dalam proses pengajaran, buku-buku pelajaran, alat bantu pengajaran, dan lain- lain.

2) Karakteristik Kelas

Disamping faktor guru, kualitas pengajaran dipengaruhi juga oleh karakteristik kelas.Variabel karakteristik kelas antara lain : a) Besarnya (class size). Artinya, banyak sedikitnya siswa yang

belajar.

(39)

dengan suasana yang kaku, disiplin yang ketat dengan otoritas ada pada guru.

c) Fasilitas dan sumber belajar yang tersedia. 3) Karakteristik Sekolah

Faktor lain yang mempengaruhi kualitas peng-ajaran di sekolah adalah karakteristik sekolah itu sendiri. Karakteristik sekolah berkaitan dengan disiplin sekolah, perpustakaan yang ada di sekolah, letak geografis sekolah, lingkungan sekolah, etika dalam arti sekolah memberikan perasaan nyaman dan kepuasan belajar, bersih, rapi, dan teratur,

f. Tujuan Pengajaran

Penelitian tindakan kelas dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) ini mempunyai tujuan untuk memotivasi siswa agar dalam belajarnya siswa lebih aktif, kreatif, dan meningkat prestasinya.

3. Prestasi Belajar.

(40)

Ketrampilan guru dalam mengajar sangat mempengaruhi kedisiplinan siswa dalam mengikuti proses belajar siswa guna mencapai puncak prestasi, siswa akan dapat belajar dengan baik apabila dapat ter­ jalin hubungan yang baik antara guru dengan siswa.

Menurut Thomas Gordon, hubungan yang baik antara guru dengan siswa adalah hubungan yang :

a. Memilih keterbukaan hingga masing-masing pihak merasa bebas ber­ tindak dan saling menjaga kejujuran.

b. Mengandung rasa saling menjaga, saling membutuhkan serta saling berguna bagi pihak lain.

c. Diwarnai oleh rasa saling tergantung satu sama lain.

d. Masing-masing pihak merasakan terpisah satu sama lain sehingga saling member dan kesempatan untuk mengembangkan keunikkannya, kreatifitasnya dan individualisasinya.

e. Dirasakan oleh masing-masing pihak sebagai tempat bertemunya ke­ butuhan-kebutuhan sehingga kebutuhan satu pihak hanya dapat terpenuhi bersama-sama dengan dan melalui terpenuhinya kebutuhan lain (L Jamaluddin, Minan Masykur)

4. Mengukur Prestasi Belajar

(41)

a. Tes Formatif

Penilaian ini dilakukan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk mem-peroleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut.

b. Tes Sub Sumatif

Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang diajarkan pada waktu tertentu. Sedang tujuan dari tes sub sumatif adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa.

c. Tes Sumatif

Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa ter-hadap pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan siswa dalam satu periode belajar tertentu. Hasil tes sumatif ini untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking kelas) atau sebagai ukuran mutu sekolah.

C. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

(42)

a. Zakiah Daradjat (1989:87)

Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran agama Islam secara menyeluruh. Kemudian dapat menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.

b. Mansyur (1985:1)

Pendidikan Agama adalah usaha sadar untuk menyiapkan generasi muda dalam menyakini, memahami, menghayati ajaran agama melalui kegiatan bimbingan, didikan atau latihan.40

c. Hamdani Ihsan (1985:15)

Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani, rokhani berdasarkan hukum-hukum agama.

d. Zuhairini (1983:27)

Pendidikan Agama Islam adalah usaha-usaha sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.

e. Ahmad Tafsir (1994:8)

Pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.

(43)

ketika menyebut Pendidikan Islam, maka ter-dapat dua hal yaitu; pertama adalah mendidik siswa untuk ber-perilaku sesuai dengan nilai- nilai atau akhlak Islam. Kedua adalah mendidik siswa untuk mempelajari materi ajaran Islam ,yang berupa pengetahuan tentang ajaran Islam.

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, me-mahami, menghayati, sehingga mengimani, ajaran agama Islam dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dan hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (Diknas:2002:3)

Secara yuridis bisa dilihat dari rumusan dari Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah: Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab.

Pendidikan di Indonesia adalah bertujuan mempersiapkan manusia Indonesia menuju masyarakat madani yang diridhoi Tuhan.

(44)

Inilah yang semestinya tujuan dari segala aktifitas pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan selalu dikait-kan dengan unsur filsafat dan budaya suatu bangsa yang dominan.

Melihat dari rumusan diatas nampak bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang relegius dan bekeija keras, serta mandiri dan juga menjadi warga negara yang baik, dan diharap-kan tidak ketinggalan dengan dunia perkembangan global. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan di Indonesia adalah membentuk manusia yang beriman, berilmu dan berteknologi serta mampu berkiprah di dun42

global. Hal ini merupakan gambaran dari tujuan penidikan yang mempunyai basis agama, maka Pendidikan Agama Islam merupa-kan hal yang penting yang diajarkan di sekolah-sekolah sebagai langkah awal untuk membentuk manusia yang bertaqwa dan bernegara yang baik.

2. Dasar Pendidikan Agama Islam

(45)

a. Aspek Normatif

Banyak ayat-ayat Al-Quran yang secara langsung atau tidak langsung mewajibkan umat Islam melaksanakan pendidikan, khususnya pendidikan Agama Itulah yang dimaksud dasar normatif pelaksanaan Pendidikan Agama Islam. Adapunkewajiban melaksana kan Pendidikan Agama Islam itu ditujukan kepada:

1) Kewajiban bagi orang tua mendidik anaknya Sebagaimana Firman Allah SWT QS,at-Tahrim ayat 6:

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia43

dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengeij akan apa yang diperintahkan ’’(Departemen Agama RI: 1994:951).

2) Kewajiban bagi setiap muslim untuk belajar agama. Sebagaimana Firman Allah SWT QS.At-Taubah ayat 122 :

V

'

(46)

A rtinya: ’Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk member peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya,supaya mereka itu dapat menjaga dirinya “(Departemen Agama RI: 11994:301). 3) Kewajiban mengajarkan agama kepada orang lain. Sebagaimana

Firman Allah SWT QS Ali Imran ayat 104 :

Artinya : ”Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar merekalah orang-orang yang beruntung.’’(Departemen Agama RI: 1994:93).44

b. Aspek Psikologis

Menurut ilmu jiw a agama merupakan fenomena kehidupan manusia, karena agama mempunyai pengaruh yang sangat besar pada sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup manusia pada umumnya (Thoha: 1998:39).

(47)

Artinya: ’’Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah (tataplah atas ) fitrah Allah yang telah mencipta-kan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Departemen Agama RI: 1994: 645)

Dalam ayat ini Allah mengemukakan bahwa dalam fitrah manusia, yakni dalam penciptaan dan tabiat dirinya ter-dapat kesiapan alamiah untuk memahami keindahan ciptaan Allah dan menjadikannya sebagai bukti tentang adanya Allah dan keesaan-Nya (Najati :1985:40).45 c. Aspek Historis

Berdasarkan sejarah agama Islam tumbuh dan berkmbang bersama dengan datangnya Islam, hal ini terjadi sejak Nabi Muhammad SAW mendakwahkan ajaran agama Islam pada masyarakat di sekitarnya yang dilaksanakan secara bertahap, mulai dari keluarganya, sahabatnya, kemudian masyarakat sekitarnya.

Ajaran dakwah Nabi tidak terlepas dari pendidikan Islam, karena tugas utama Nabi ialah dakwah (menyeru) manusia agar mau masuk Islam, sebagaimana tersebut dalam firman Allah QS. Saba’ ayat 28 :

(vr N :

/ / 'S

yy-yy

(48)

Untuk tugas dakwah ajaran-ajaran Islam harus di-sampaikan, agar dipahami, dihayati dan selanjutnya dapat diamalkan. Proses dari penyampaian ajaran sampai pemahaman, penghayatan, dan peng­ amalan, itulah yang disebut Pendidikan Islam. Dalam rentangan sejarah yang panjang, dimana dunia Islam semakin luas teijadinya proses Islamisasi dan sekaligus pendidikan Islam bagi bangsa-bangsa non Arab hingga sampai ke Indonesia,

d. Aspek Yuridis

Aspek yuridis merupakan kekuatan hukum dalam pelaksanaan pendidikan agama. Karena Indonesia adalah negara hukum, maka seluruh aspek kehidupan manusia termasuk kegiatan pendidikan agama harus didasarkan pada hukum (undang-undang) yang berlaku. Untuk itu perlu ditinjau hal-hal yang berkaitan dengan hukum yang melandasi pelaksanaan Pendidikan Agama Islam. Dalam hal ini ada dua landasan yaitu landasan idiil dan landasan operasional (T hoha: 1998:59)

1) Landasan Idiil

Terwujudnya kehidupan beragama bagi sluruh rakyat Indonesia menjadi suatu cita-cita (idiil) para pendiri Republik. Cita-cita itu dituangkan dalam UUD 1945, se-hingga dapat disebut sebagai landasan idiil, yang meng-andung nilai-nilai dasar.

(49)

merupa-kan dasar hukum yang baru merupamerupa-kan aturan-aturan pokok, maka untuk operasionalnya diperlukan aturan-aturan penyelenggaraan dari aturan pokok ter-sebut, yang selanjutnya disebut landasan operasional.

2) Landasan Operasional

Landasan operasional merupakan dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama di lembaga- lembaga pendidikan formal maupun non formal yang ada di Indonesia. Adapun undang-undang terbaru yang memuat tentang pendidikan agama yaitu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tentang tujuan Pendidikan Agama Islam dapat dilihat dari para pendapat tokoh-tokoh pendidikan muslim. Misalnya saja dari tujuan pendidikan Islam Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibani salah seorang ahli pendidikan Islam memberikan ciri dan prinsip-prinsip umum yang dijadikan landasan dasar untuk mencapai tujuan utama cita-cita pendidikan Islam, maka pen-didikan harus mampu melahirkan kekuatan tiga dimensi yang saling terkait dengan yang lainnya, dimensi tersebut adalah:

(50)

b. Dimensi jiwa dan pandangan hidup Islam yang membawa cita

rahmatal lil’alamin.

c. Dimensi kemajuan yang akan memanjatkan manusia tangguh terhadap apa apa yang dititahkan oleh Allah dan terhadap segala kejadian suatu perubahan yang ada (Rosyadi: 2004:161).

Pandangan tentang tujuan Pendidikan Agama Islam lain juga dikemukakan oleh Athiyah Al-Abrasyi, beliau mengatakan bahwa tujuan pokok dari pada dasarnya adalah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiw a peserta didik, sedangkan Naquib al-Attas yang dikutip oleh Hasan Langgulung tujuan pendidikan Islam adalah tercapainya kesempurnaan manusia melalui pen-dekatan spiritual dengan melakukan berbagai aktifitas ibadah. (Langgulung: 1988:307).

Sedangkan dalam konsep Al-Qur’an disebut ulul al-bab, pengajar­ an Islam pada dasarnya adalah berorientasi untuk men-jadikan manusia yang mempuyai ilmu dan peka terhadap per-kembangan zaman. (Tim Depag:2004:35). Salah satu tujuan pengajaran Agama Islam di sekolah adalah membentuk dan mengembangkan keimanan serta menjadika khalifah di bumi sebagai manusia yang kreatif, inovatif yang dilandasi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi .Dalam konsep Al-Qur’an disebut ulul al-bab,pengajaran Islam pada dasarnya adalah berorientasi untuk menjadikan manusia yang mempunyai ilmu dan peka terhadap perkembangan zaman (Tim Depag:2004: 35).

(51)

cita-cita bangsa Indonesia yang dituangkan ke dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab 11 pasal 4 yang menyebutkan: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan ke­ mampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang ber­ martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi diri agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Undang-Undang Nomor 20:2003:9)

Tujuan pendidikan sebagaimana disebutkan di atas mencakup beberapa aspek penting terhadap peserta didik dalam kehidupan masyarakat. Yaitu manusia yang berkepribadian yang utuh, berilmu yang profesional,kreatifitas yang tinggi dalam upaya membentuk kemandirian dalam menghadapi perkembangan zaman, serta menjadi manusia yang bertanggung jawab atas keberadaan dirinya dan masa depan bangsa dan negara (Sakir, 2008:144).

(52)

C. M ateri Shalat

1. Pengertian Shalat

Ahli fiqih mengartikan shalat menurut bahasa berarti do’a, sedangkan menurut istilah yaitu ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan beberapa perbuatan (gerak) yang dimulai dengan takbir dan diakhiri salam dengan syarat-syarat yang ditentukan. (Rosyid:64)

Dalam Al Qur’an banyak yang mengungkapkan tentang perintah kewajiban shalat misalnya:

y/

/ O , ' \ \ / / 0 ' ^ / S

C J &

S

Artinya: “Sesungguhnya salat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. (Departemen Agama RI: 1994:

(53)

2. Syarat Wajib Shalat

Kewajiban shalat itu diberikan atas orang yang memenuhi syarat- syarat yaitu Islam, berakal, suci, balig. (Abi Bakrin:82)

Artinya: “Pernah diangkat (kewajiban dibebaskan) dari 3 kelompok, dari orang yang tidur sehingga terbangun, dari anak sampai bermimpi (baligh) dari orang gila sampai berakal”. (HR Abu Daud dan Tarmidzi)

3. Syarat Sah Shalat

Shalat dianggap sah menurut syara’ apabila dilakukan dengan memenuhi persyaratan tertentu y a itu :

a. Suci badan dari hadast dan najis.

b. Menutup aurat dengan pakaian yang bersih. c. Mengetahui masuknya waktu shalat.

d. Menghadap kiblat. (Rosyid:76-79) 4. Rukun Shalat

(54)

salam. (Hasan:1994:58-64) 5. Macam-macam Shalat

Ada lima macam shalat, yaitu:

a. Shalat fardhu ai’n, yaitu shalat wajib lima waktu sehari se-malam ,misalnya: shalat subuh, shalat dhuhur, shalat ashar, shalat magrib, shalat isya’.

b. Shalat fardhu kifayah, misalnya :shalat jenazah.

c. Shalat sunnah, misalnya: sholat fajar, shalat idul fitri, shalat idul adha, shalat kusuf, shalat istiqa’, sujud tilawah, dan lain-lain.

d. Shalat fa dhoil (keutamaan), misalnya: 2 rakaat sesudah wudlu, tahiyatul masjid, shalat dhuha, tahajud, shalat tarawih, shalat rowatib. e. Shalat nawafil (sukarela), misalnya: shalat sebelum dan sesudah

peijalanan jauh, shalat istiharah, shalat hajad dan lain-lain ( Basyarahil: 59-60)

D. Metode Demonstrasi

1. Pengertian Metode Demonstrasi

Istilah metode demonstrasi berasal dari kata “metode” dan “demonstrasi”. Adapun pengertian metode:

a. Menurut N ur Uhbiyati (1997:136)

(55)

b. Mahmud Yunus dalam Armai A rief (2002:87)

Metode adalah jalan yang hendak ditempuh oleh seseorang supaya sampai kepada tujuan tertentu baik dalam lingkungan perusaha- an/pemiagaan maupun dalam kepuasan ilmu pengetahuan dan lainnya. c. Menurut Tayar Yusuf (2002:49)

Metode adalah cara-cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien.

Sedangkan pengertian demonstrasi menurut para ahli antara la in : d. Tayar Yusuf (2002:49)

Demonstrasi terambil dari kata Demonstration (to show) yang berarti memperagakan atau memperlihatkan proses ke-langsungan sesuatu.

Adapun beberapa ahli mendefinisikan, pengertian metode demonstrasi sebagai berikut:

a. Metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar dimana seseorang guru atau orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan pada seluruh kelas tentang sesuatu proses atau kaifiah melakukan sesuatu (Zein: 1995:177).

(56)

c. Metode demonstrasi merupakan tehnik mengajar yang sudah tua dan telah di gunakan sejak lama. Seorang ibu yang mangajarkan cara memasak atau makanan kepada anak-anaknya adalah dengan cara mendemonstrasikan di muka mereka ( Usman :2002:107).

d. Metode demonstrasi adalah metode mengajar bagi guru atau orang luar yang sengaja diminta atau siswa sekalipun memperlihatkan pada seluruh kelas suatu proses, misalnya bagaimana cara bekeijanya sebuah alat pencuci pakaian yang otomatis (Surachmad:1980:81).

Jadi kesimpulan pengertian dari metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar dimana seorang guru atau orang lain yang sebaya diminta atau murid sendiri memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses atau untuk memperlihatkan bagaimana untuk melakukan dan jalannya suatu proses pembuatan tertentu kepada siswa. Misalnya : proses cara mengerjakan shalat.

2. Landasan/Dasar Metode Demonstrasi

(57)

Artinya:

Dan dari Malik bin Al Huwairis, sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda: “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat” (H.R Ahmad dan Bukhori) (Asy-qalami 75).

Jadi metode demonstrasi sangatlah tepat digunakan dalam penyampaian materi shalat karena dengan jalan mencoba dan mempertunjukkan akan lebih mudah dan lebih cepat dipahami dan dipraktekkan, jika hanya dengan teori saja akan lebih lama dan kurang jelas.

3. Urgensi Metode Demonstrasi

Adapun urgensi metode demonstrasi yaitu:

a. Dimaksudkan untuk memberikan keterangan dan ketentraman tertentu kepada anak didik.

b. Untuk memudahkan penjelasan, hingga mudah dipahami, sebab peng­ gunaan bahasa dalam pengajaran memiliki sifat keterbatasan.

c. Untuk menghindari verbalisme dalam pengajaran.

d. Untuk meneliti sejumlah fakta dan objek tertentu secara seksama (Yusuf :2002:49)

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi

Sebagai suatu metode pembelajaran metode demonstrasi juga mempunyai kelebihan dan kekurangan diantaranya adalah:

(58)

a) Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih kongkrit sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau kalimat)

b) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari. c) Proses pengajaran lebih menarik.

d) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuai-kan antara teori dengan kenyataan dan mencoba melakukan sendiri (Djamarah: 1996:102-103)

2) Tayar Yusuf

a) Perhatian siswa dapat difokuskan kepada titik berat yang dianggap penting bagi guru

b) Dengan keterlibatan siswa secara aktif terhadap jalanya suatu proses tertentu melalui pengamatan dan percobaan siswa mendapatkan pengalaman praktis, yang biasanya bersifat tahan lama.

c) Menghindarkan pengajaran yang bersifat verbalisme, dimana siswa tidak bias memahami dan mengerti apa yang diucapkan (pandai mengucapkan tapi tidak mengerti maksudnya) serta catatan yang diperlukan.

(59)

e) Menetapkan rencana penelitian, mengenai hasil yang dicapai melalui demonstrasi.

f) Dapat merekam kembali atau mengulangi kembali proses demonstrasi, jika siswa merasa belum paham atau mengerti tentang masalah yang dibicarakan (Yusuf:2002:50-52)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat ditarik pemahaman bahwa kelebihan metode demonstrasi yang paling utama adalah membuat siswa menjadi lebih jelas apa yang dipelajari karena dipraktikan secara langsung, dan mendapatkan pengalaman yang praktis serta bersifat tahan lama,

b. Kekurangan Metode Demonstrasi

Adapun kekurangan metode demonstrasi menurut Syaiful Bahri Dj amarah adalah:

1) Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal ini, pelaksanaan demonstrasi akan tidak efektif.

2) Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang me-madahi tidak selalu tersedia dengan baik.

3) Demonstrasi memerlukan kesiapan dan erencanaan yang matang di samping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain. (Djamarah dkk: 1996:103)

(60)

mempunyai kelemahan sebagai berikut:

1) Demonstrasi akan merupakan metode yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alat itu terlalu kecil, atau penjelasan-penjelasan tidak jelas.

2) Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti dengan sebuah aktifitas dimana siswa sendiri dapat ikut bereksperimen dan menjadikan aktifitas itu pengalaman yang berharga.

3) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas. Misalnya alat-alat yang sangat besar atau berada di tempat lain yang jauh dari kelas.

3) Kadang-kadang bila sesuatu alat dibawa ke dalam kelas kemudian didemonstrasikan, siswa melihat sesuatu proses yang berlainan dengan proses jika dalam situasi sebenarnya. (Surachmad: 1980:88) 4) Berdasarkan pngertian di atas dapat ditarik suatu pemahaman

bahwa kelemahan mendasar metode demonstrasi adalah kurangnya sarana dan prasarana (alat dan bahan) untuk proses demonstrasi. Disamping itu, penguasaan guru pada materi yang akan disampai­ kan harus matang.

5. Langkah-Langkah Metode Demonstrasi

Kegiatan guru pada proses pembelajaran menggunakan metode demonstrasi diaharapkan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

(61)

1) Menurut tujuan yang jelas dari sudut kecakapan atau kegiatan yang hendak dicapai.

2) Menetapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan.

3) Memperhitungkan waktu yang akan diperlukan termasuk waktu siswa untuk bertanya.

4) Menciptakan kondisi belajar siswa untuk melaksanakan demonstrasi dengan:

(a) Menyediakan alat-alat dan bahan-bahan demonstrasi. (b) Tempat praktik salat misalnya mushola/masjid.

5) Menetapkan tujuan dan proses yang jelas atau pertanyaan apa yang hendak dijawab dan hasilnya nanti.

b. Pelaksanaan

1) Mengajukan masalah kepada siswa yang akan melaksanakan demonstrasi.

2) Menjelaskan dan mendemonstrasikan suatu prosedur atau proses. 3) Usahakan seluruh siswa dapat mengikuti dan mengamati

demonstrasi dengan baik.

4) Mengingat pokok-pokok materi yang akan di-demonstrasikan agar demonstrasi mencapai sasaran.

(62)

6) Menghindari ketegangan, oleh sebab itu guru hendaknya selalu menciptakan suasana yang harmonis.

7) Hentikan demonstrasi kemudian adakan tanya jawab, c. Evaluasi atau Tindakan

1) Beri kesempatan kepada siswa untuk tindak lanjut mencoba melakukan sendiri.

2) Siswa mempraktekkan gerakan dan bacaan shalat magrib dengan baik dan benar.

3) Membuat kesimpulan hasil demonstrasi.

(63)

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

1. Perencanaan

a. Membuat intrumen yang diperlukan dalam penelitian, yang terdiri dari: 1) Membuat pengajaran materi shalat.

2) Media pengajaran yang berupa metode dem ostrasi.

3) Lembar pengamatan untuk siswa dan guru serta lembar pengamatan pengelolaan pengajaran.

4) Butir soal untuk evaluasi siklus I.

b. Merencanakan pembagian kelompok, setiap kelompok terdiri dari 15 siswa yang dikelompokkan berdasarkan absent kelas.

2. Pelaksanaan

a. Penelitian tindakan kelas siklus I dilaksanakan dalam dua kali per­ temuan yaitu pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2010 membahas tentang bacaan niat shalat, siswa disuruh melafalkan bacaan niat shalat maghrib dan shalat subuh beserta artinya, adapun bacaan niat shalat maghrib dan subuh beserta artinya adalah sebagai b erik u t:

o /

y

(64)

Usolli fardhol maghribi tsalasa rokaatim mustaq bilal qiblati ada’an lillahita’ala.

Artinya: Saya niat melakukan maghrib tiga rakaat menghadap kiblat dalam keadaan karena Allah ta’ala.

Usolli fardhol subhi roka’taini mustaq bilal qiblati adaan lillahita’ala. Artinya : Saya niat melakukan shalat subuh dua rakaat menghadap kiblat dalam keadaan karena Allahta’ala.

b. Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2010 membahas tentang syarat sah salat jumlah syarat sah salat ada 5 macam , siswa disuruh m em baca:

1) Syarat sah salat

Syarat sah salat adalah ssuatu yang harus dipenuhi sebelum melakukan salat, jika syarat sah salat itu tidak terpenuhi sebelum melakukan salat,maka akan berakibat salatnya tidak sah dan jika telah terpenuhi sebelum salat maka salatnya menjadi sah.

Syarat sah salat ada enam macam: (1) Suci dari hadas besar dan kecil.

(2) Menutup aurat.

(65)

(5) Mengerti tata cara salat. (6) Menghadap kiblat.

c. Langkah-langkah Pelaksanaan Siklus I

1) Menjelaskan pada siswa tentang pelaksanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

2) Menyampaikan materi pelajaran tentang salat, yang sebelumnya memberi apersepsi secara klasikal sebagai per-syaratan yang harus dikuasai.

3) Guru memberikan kesempatan pada semua siswa untuk bertanya, tentang hal-hal yang belum jelas.

4) Guru menerangkan materi salat dan syarat sah salat.

5) Dengan bimbingan guru, siswa disuruh melafalkan bacaan niat salat maghrib dan salat subuh serta menghafal syarat sah salat.

6) Dengan bimbingan guru, membuat kelompok sesuai dengan kelompok yang direncanakan dan proses demontstrasi dimulai. 7) Masing-masing kelompok menjawab setiap soal yang diberikan

berdasarkan pengalaman penting yang dialami setiap siswa di rumah.

8) Memberikan evaluasi untuk tindakan siklus I.

8) Memberikan kesempatan siswa untuk melakukan refleksi atas proses pembelajaran yang dilakukan.

(66)

bacaan niat salat maghrib dan subuh beserta artinya serta menghafal syarat sah salat di rumah.

3. Pengamatan

Pengamatan ini ditujukan pada dua objek yaitu siswa dan guru, a. Pengamatan terutama dilakukan terhadap siswa dalam hal mengikuti

proses pembelajaran. Hasil pengamatan dituliskan pada lembar pengamatan siswa, siklus I, yaitu:

1) Sikap siswa dalam membaca materi pelajaran belum baik.

Hal ini nampak dari masih banyaknya siswa yang berbicara dengan temannya saat disuruh membaca materi.

2) Sebagian siswa bertanya dan menjawab pertanyaan sudah ada, akan tetapi belum maksimal sebab baru siswa-siswa tertentu yang aktif bertanya

maupun menjawab.

3) Sebagian siswa belum bisa menghargai pendapat atau jawaban dari temannya, hal ini nampak dari beberapa siswa justru berbicara dengan temannya saat pertanyaan darinya dijawab.

4) Sebagian besar siswa bersemangat dalam mengikuti pelajaran. 5) Saat siswa disuruh membaca materi suasana kelas menjadi gaduh

karena sebagian siswa justru berbicara dengan teman sebangkunnya. 6) Pada proses tanya jawab pada akhir siklus I diperoleh hasil bahwa

ada beberapa pertanyaan yang sulit dijaw ab siswa, yaitu :

(67)

fardhu.

(b) Soal yang meminta siswa mengartikan bacaan niat salat fardhu, b. Pengamatan terhadap guru juga dilakukan dan hasil pengamatan di­

cantumkan dalam catatan lapangan. Pengamatan terhadap guru hanya dilakukan secara global tentang peranannya dalam mengelola proses pembelajaran, dengan hasil pengamatan sebagai berikut:

1) Guru dalam membangkitkan antusiasme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sudah baik.

2) Guru sudah berperan sebagai fasilitator yang baik dalam kegiatan saling lempar pertanyaan yang dilakukan siswa.

3) Pengelolaan kelasnya oleh guru belum baik,hal ini tampak dari masih banyaknya siswa yang berbicara dengan temannya saat disuruh membaca materi.

5) Guru belum memberikan pengayaan terkait dengan masih banyaknya siswa yang belum memahami materi.

6) Guru masih kurang baik dalam mengkondisikan siswa saat tanya jawab secara acak. Hal ini dapat dilihat masih banyak siswa yang belum berani melempar pertanyaan kepada siswa yang lain.

4. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dalam pelaksanaan siklus I terdapat beberapa hal yang harus direfleksi, yaitu: a. Dalam proses pembelajaran guru harus mampu mengelola kelas agar

(68)

materi.

b. Guru lebih memperhatikan siswa aktif sehingga siswa yang belum aktif cenderung dibiarkan. Pada tindakan selanjutnya guru harus lebih mem­ perhatikan siswa yang belum aktif dan memotivasinya agar aktif dalam tanya jawab.

c. Sebagian siswa masih belum mengerti dengan metode yang diterapkan sehingga siswa masih bingung saat harus membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan. Pada tindakan selanjutnya guru harus lebih menjelaskan tentang metode yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran.

d. Sebagian siswa masih ragu-ragu dan cenderung belum berani dalam mengungkapkan pendapatnya saat harus menjawab pertanyaan. Untuk itu guru harus memberikan motivasi yang lebih pada siswa-siswa ter­ sebut, agar lebih berani menyampaikan pendapatnya.

e. Presentasi siswa aktif adalah 48 % dan siswa yang memproleh nilai kurang lebih 70 adalah 50 %. Guru melakukan observasi dan catatan lapangan serta memberikan evaluasi proses pembelajaran.

Jika hasil pengamatan dan tes formatif dalam memenuhi tolok ukur, maka dilakukan proses pembelajaran pada siklus ke II.

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

(69)

1. Perencanaan

a. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah berdasarkan hasil analisis pada refleksi siklus I.

b. Mempersiapkan instrumen penelitian untuk pelaksanaan siklus II, yaitu materi tentang syarat sah salat dengan metode demonstrasi.

c. Merencanakan kembali pembentukan kelompok, setiap siswa dikelompokkan berdasarkan kedekatan rumah juga pemerataan anak yang pandai pada kelompok.

2. Pelaksanaan

Penelitian tindakan kelas siklus II dilaksanakan dalam 2 kali per­ temuan, yaitu:

a. Pertemuan pertama membahas tentang : 1) Syarat sah salat

Syarat sah salat adalah sesuatu yang harus dipenuhi sebelum melakukan salat, jika syarat sah salat itu tidak dipenuhi sebelum melakukan salat, maka akan berakibat salatnya tidak sah dan jika telah terpenuhi sebelum salat maka salatnya menjadi sah.

Syarat sah salat ada enam macam : (a) Suci dari hadas besar dan kecil. (b) Menutup aurot.

(c) Suci badan, pakaian, dan tempat dari najis. (d) Sudah masuk waktu salat.

(70)

(f) Menghadap kiblat.

Pada pertemuan pertama siswa diberi penjelasan secara sekilas tentang materi yang akan dibahas dan selanjutnya masing-masing siswa disuruh untuk membaca materi yang telah dijelaskan tersebut pada buku pedoman yang telah dimiliki,

b. Pertemuan kedua

1) Membahas tentang materi rukun shalat.

Rukun Shalat adalah sesuatu yang harus dikerjakan ketika me­ lakukan shalat. Apabila salah satu rukun shalat tidak dikerjakan karena lupa atau sengaja ditinggalkan, maka shalatnya batal dan ia harus meng-ulanginya kembali.

Adapun rukun shalat ada 13 macam, yaitu : (a) Niat

(b) Berdiri bagi yang mampu, bagi yang tidak mampu berdiri diper­ bolehkan dengan duduk, yang tidak mampu duduk diperbolehkan dengan berbaring, jika tidak mampu, salatlah semampunya.

(c) Membaca takbiratul ihram (Allahu Akbar) (d) Membaca suat Al Fatihah

(e) Mengerjakan rukuk dengan tumakninah (f) P’tidal dengan tumakninah

(g) Sujud dua kali dengan tumakninah

(h) Duduk diantara dua sujud dengan tumakninah

(71)

dengan membaca tasyahud akhir (j) Membaca tasyahud akhir

(k) Membaca salawat nabi pada tasyahud akhir (l) Membaca salam yang pertama

(m) Tertib atau berurutan (mengerjakan semua rukun shalat tersebut dengan urut)

Pada pertemuan prosedur pertama yang dilaksanakan sama dengan pertemuan pertama, yaitu siswa diberi penjelasan secara singkat tentang materi rukun shalat. Siswa selanjutnya disuruh untuk membaca materi yang telah dijelaskan dalam buku pedoman yang telah dimiliki,

c. Langkah-langkah Pelaksanaan siklus II

1) Diberikan pekerjaan rumah untuk menghafal dengan materi pokok siklus I dan dibahas pada awal kegiatan belajar mengajar siklus II. 2) Menjelaskan pada siswa tentang pelaksanaan pembelajaran yang

akan dilaksanakan.

3) Menyampaikan garis besar materi pelajaran rukun salat.

4) Dengan bimbingan guru, siswa disuruh membaca buku pedoman yang telah dimiliki masing-masing siswa tentang materi yang telah dijelas-kan garis besarnya.

5) Guru menyuruh siswa untuk membuat sebuah pertanyaan tentang materi yang baru saja dipelajari.

Gambar

Gambar. 1.1. Siklus PT K ..........................................................  ..................
Gambar 1.1 Siklus PTK
Tabel 2.2 Skor Pengukuran Prestasi Belajar
Gambar 2. Skema Trianggulasi Peneliti
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh lama penyimpanan dan konsentrasi natrium benzoat pada suhu berbeda terhadap kadar vitamin C cabai

Dan kepada semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan motivasi untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.. Semoga skripsi

Dari hasil perhitungan pada Tabel 4.12 diperoleh koefisien regresi Kepemimpinan transformasional sebesar 0,883 (positif). Jadi dapat disimpulkan bahwa secara parsial

Dari besarnya koefisien attenuasi berbagai bahan perisai yang didapat terlihat bahwa bahan Timbal yang paling effektif menahan radiasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin

Pada penelitian ini kuesioner akan dibagikan kepada beberapa responden (UMKM) yang berada di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta mengenai penerapan

Setiap sasaran jangka pendek harus secara jelas terkait dengan satu atau beberapa sasaran jangka panjang dari strategi umum perusahaan. Kriteria Sasaran

rasio keuangan yang digunakan yaitu Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return. on Asset, dimana Pengaruh Signifikan antara DER

Adapun alasan penulis memilih judul analsis efektifitas sistem pengendalian internal terhadap peningkatan kinerja keuangan perusahaan dalam perspektif ekonomi isLam (studi