i
PENGARUH PERSEPSI DAN SIKAP NASABAH TERHADAP
KEPUTUSAN MENGGUNAKAN PEMBIAYAAN PADA
PEDAGANG KECIL (STUDI KASUS DI LKMS KARISMA
MAGELANG)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
NUR FAUZIAH LAELI
NIM: 213 11 062
PROGRAM STUDI S1-PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-Nya, serta dengan penuh cinta dan sayang skripsi ini saya persembahkan kepada:
vi
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr. wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat, karunia, rezeki dan pertolongan-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Persepsi dan Sikap
Nasabah Terhadap Keputusan Menggunakan Pembiayaan Pada Pedagang Kecil
(Studi Kasus Di BMT Karisma Magelang)’’ sebagai syarat menyelesaikan
Program Studi S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis menghadapi suatu kendala
namun itu tidak terlalu berarti karena adanya dorongan dan bantuan dari banyak
pihak, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
lancar. Ucapan terimakasih terutama penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, M. Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam.
3. Ibu Fetria Eka Yudiana, M. Si. selaku Ketua Jurusan S1-Perbankan Syariah.
4. Bapak Drs. Alfred L, M. Si selaku Pembimbing Skripsi yang telah bersedia
memberikan bimbingannya, pengarahan dan meluangkan waktunya selama
proses penyusunan skripsi.
vii
6. Seluruh dosen Program Studi S1-Perbankan Syariah Fakultas Eonomi dan
Bisnis Islam IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, pengetahuan dan
wawasan kepada penulis selama menempuh pendidikan.
7. Seluruh staff dan karyawan IAIN Salatiga.
8. Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Sumeri dan Ibu Harni) yang telah
memberikan dorongan do’a, moril dan materil kepada penulis.
9. Pihak LKMS Karisma Magelang khususnya Bapak selaku Manajer Cabang
serta segenap karyawan dan nasabah yang telah banyak membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman kesayanganku (Nidaul Chusna, Irnia Fatmawati, Robi’ah
Luthfiati, Ayu Rizki Fadhilah, Mutiara Nistya R, Nur Latifah Isnaini, Nur
Istiana, Erni Puji Astuti, Okviana Nargiya P.U).
11. Seluruh teman-teman PS-S1 khususnya angkatan 2011.
Penulis menyadari bahwa sepenuhnya dalam penulisan skripsi ini masih
sangat jauh dari sempurna. Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
permohonan maaf yang sebesar-besarnya, serta penulis mengharapkan adanya
kritik dan saran yang membangun agar dapat memberikan manfaat bagi penulis
sendiri dan bagi pembacanya.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Salatiga,
viii ABSTRAK
Fatmawati, Irnia. 2015. Pengaruh Fasilitas dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Nasabah di Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Program Studi S1-Perbankan Syariah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : H. Abdul Aziz NP, M.M
Kata Kunci : Fasilitas, kualitas pelayanan dan kepuasan nasabah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji atau menganalisis pengaruh dari fasilitas dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan nasabah di BMT Tumang Cabang Salatiga. Peneliti menguji beberapa variabel yang diduga mempengaruhi kepuasan nasabah di BMT Tumang Cabang Salatiga yaitu fasilitas dan kualitas pelayanan.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena bertujuan untuk mengkonfirmasi data yang didapatkan di lapangan dengan teori yang ada. Sampel diperoleh sebanyak 100 responden nasabah BMT Tumang Cabang Salatiga dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sedangkan untuk teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode kuesioner. Untuk memudahkan pemecahan masalah, penelitian ini dilakukan menggunakan model regresi linier berganda dengan bantuan IBM SPSS statistics 20. Analisis ini meliputi uji reliabilitas, uji validitas, uji regresi linear berganda, pengujian hipotesis melalui uji ttest dan Ftest serta koefisien determinasi (R2) dan uji asumsi
klasik.
ix DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. ii
PENGESAHAN………... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………..………... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……….……… v
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap ... 26
e. Mengelola sikap... 28
3. Pelayanan ... 30
x
b. Dimensi kualitas pelayanan... 31
4. Kepuasan nasabah ... 32
a. Definisi kepuasan nasabah... 32
b. Manfaat kepuasan pelanggan... 36
c. Mengukur kepuasan pelanggan... 37
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan ... 39
e. Ciri-ciri pelanggan yang puas ... 41
C. Keterkaitan Antar Variabel ... 42
a. Hubungan fasilitas dengan kepuasan nasabah ... 42
b. Hubungan kualitas pelayanan dengan kepuasan nasabah... 43
F. Definisi Konseptual dan Operasional ... 55
G. Instrumen Penelitian ………... 57
1. Variabel penelitian ... 57
2. Definisi operasional ... 59
H. Uji Instrumen Penelitian………. 64
1. Uji Instrumen ………... 64
xi
3. Struktur Organisasi LKMS Karisma... 78
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Hasil Penelitian Terdahulu ... 15
Tabel 3.1 : Devinisi Operasional ... 62
Tabel 4.1 : Pekerjaan Responden ... 79
Tabel 4.2 : Penghasilan Responden ... 80
Tabel 4.3 : Pendidikan Terakhir Responden ... 81
Tabel 4.4 : Jenis Kelamin Responden ... 82
Tabel 4.5 : Usia Responden ... 82
Tabel 4.6 : Hasil Uji Reliabilitas ... 83
Tabel 4.7 : Hasil Uji Validitas ... 84
Tabel 4.8 : Hasil Uji Uji Ttest... 86
Tabel 4.9 : Uji FtestANOVA... 87
Tabel 4.10 : Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Summary ... 88
Tabel 4.11 : Hasil Uji Berganda Linearitas ... 89
Tabel 4.12 : Hasil Uji Multikolinieritas Metode VIF ... 91
Tabel 4.13 : Hasil Uji Heteroskedastisitas... 92
Tabel 4.14 : Uji Kolmogrov Smirnov Test... 95
Tabel 4.15 : Uji Linearitas... 96
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Kerangka Penelitian... 44
Gambar 3.1 : Rentang Penelian Skala ... 55
Gambar 4.1 : Struktur Organisasi LKMS Karisma Magelang ... 78
Gambar 4.2 : Grafik Histogram ... 93
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
(Arifah, 2010) Sebab utama kemunculan dan keberadaan lembaga
keuangan syariah di indonesia untuk menghindarkan dan menghilangkan
kekhawatiran umat islam terhadap praktek keuangan yang tidak sesuai dengan
syariah islam. Asumsi tersebut muncul terkait dengan dengan unsur bunga
dalam perbankan konvensional yang diberikan dengan riba. Dengan demikian
kehadiran lembaga keuangan yang berbasis syariah sangat diharapkan mampu
menggantikan peran lembaga keuangan konvensional yang telah lebih dahulu
hadir dan dikenal oleh masyarakat, lebih khususnya umat islam. Dalam
kegiatannya, bank berperan sebagai pengalihan aset atau dana dari unit surplus
kepada unit defisit. Nasabah penyimpan akan memperoleh balas jasa dari bank
berupa bunga (istilah yang digunakan oleh bank konvensional) atau bagi hasil
(istilah yang digunakan bank syariah). Dana tersebut disalurkan kembali atau
dijual kepada masyarakat yang kekurangan atau membutuhkan dana dalam
bentuk pinjaman. Bagi masyarakat yang memperoleh pinjaman atau kredit
diwajibkan untuk mengembalikan pinjaman tersebut beserta bunga sesuai
dengan perjanjian yang telah ditetapkan atau menurut sistem bagi hasil yang
telah ditetapkan bersama (Muhammad, 2009).
Salah satu alasan yang mendorong seseorang untuk menabung di bank
diantarannya karena tergiur oleh suku bunga yang ditawarkan oleh pihak
2
pada tanggal 16 Desember 2003 memutuskan bahwa bunga bank termasuk
dalam kategori riba dan haram, sebab bunga memiliki unsur riba, sedangkan
riba hukumnya haram (Karim, 2004: 123; Sugiyarto, 2008: 49; Fatwa MUI,
2003: 1).
(Arifah, 2010) Sebagian masyarakat Indonesia meyakini pendapat
bahwa bunga bank yang beredar di bank-bank konvensional termasuk dalam
kategori riba dan haram. Bank syariah tampil sebagai alternatif bagi
masyarakat yang membutuhkan sistem perbankan yang menyediakan jasa
perbankan/keuangan yang sehat dan memenuhi prinsip syariah.
Oleh karena itu lembaga keuangan syariah telah banyak memberikan
perubahan dalam dunia perbankan di Indonesia. Indikasi sederhana dari
perubahan tersebut adalah semakin banyaknya lembaga keuangan syariah
yang mana diiringi dengan kepercayaan nasabah untuk bermitra dengan
lembaga keuangan syariah tersebut.
Pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat menyebabkan pemenuhan
kebutuhan masyarakat semakin tinggi, yang akhirnya banyak masyarakat yang
tidak mampu memenuhi kebutuhan tersebut. Keadaan rakyat yang selalu
menjadi korban kesengsaraan ini memberikan inspirasi bagi masyarakat lain
untuk membentuk organisasi profit dan non profit. Pertumbuhan dalam bidang
ekonomi harus diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat serta
mengatasi ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial. Untuk itu perlu
dilakukan penumbuhan sikap kemandirian dari manusia dan masyarakat
3
rangka peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan lahir batin. Dengan
demikian penataan dan pemantapan usaha nasional keseluruhannya dilakukan
bersamaan dengan upaya peningkatan pemerataan yang meliputi peningkatan
ekonomi rakyat, perluasan kesempatan usaha dan lapangan kerja, serta
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (Rahmah, 2012).
Salah satu masalah yang mendapat perhatian serius dari kalangan
kaum intelektual muslim sekarang ini adalah bantuan yang dibutuhkan oleh
pedagang kecil yang kurang dalam permodalan, lemah akan pengetahuan
pengembangan usaha dan juga keterampilan untuk mengolah usaha. Masalah
yang mereka hadapi adalah keadaan ekonomi mereka yang lemah sehingga
berimbas pada melemahnya permodalan usaha (Rahmah 2012).
Keterbatasan pengetahuan mereka sangat mempengaruhi pola pikir,
sehingga kebanyakan dari pedagang kecil dalam mengelola usaha mereka
menggunakan cara tradisional yang tidak mengenal sistem manajemen. Dalam
kenyataan banyak sekali kita jumpai kredit-kredit formal ini tidak bisa
dirasakan oleh pedagang kecil. Kebanyakan dari lembaga kredit formal
tersebut menggunakan peraturan yang tidak mampu dijangkau oleh para
pedagang kecil. Kredit-kredit formal tersebut memberikan batasan minimal
untuk peminjaman kredit seperti dengan sistem batas minimal satu juta untuk
peminjaman kredit . kehadiran lembaga-lembaga kredit formal tersebut belum
bisa memberikan pemecahan bagi permasalahan pedagang kecil khususnya
4
Kendala-kendala tersebut diatas menyebabkan pedagang kecil enggan
untuk menggunakan fasilitas kredit yang telah disediakan oleh
lembaga-lembaga keuangan formal. Akibatnya mereka menjalani jalan pintas dengan
meminjam modal pada penyedia kredit liar seperti: rentenir, ijon, tengkulak
dan lembaga keuangan tidak resmi, yang akhirnya hanya mengatasi masalah
kesulitan dana untuk sementara waktu saja, selanjutnya akan terjerat oleh
kesulitan yang berkepanjangan. Hal tersebut bisa terjadi karena bunga
pinjaman lebih besar dari uang pinjaman itu sendiri.
Mengingat pentingnya bantuan permodalan bagi masyarakat pedesaan
dan belum berhasilnya lembaga kredit non formal yang ada dalam mengatasi
masalah tersebut diatas, maka perlu pemikiran lembaga dan pola kredit yang
bagaimana bisa efektif untuk dimasyarakatkan di daerah pedesaan. Lembaga
kredit tersebut diharapkan bisa efektif dan lebih luas jangkauan nasabahnya
serta dapat membantu usaha pedagang kecil dalam penyalurannya lebih
ditekankan pada proseduryang mudah, murah dan mengarah (Arifah, 2010).
Sebagai instrumen yang cukup baru, tidak mudah bagi lembaga
keuangan syariah dan BMT (Baitul Maal Wattamwil) untuk langsung
berperan dalam perputaran sistem perekonomian. BMT harus mempunyai
strategi yang terarah untuk bisa diterima leh masyarakat yang beragam
persepsi dan perilakunya. Bertitik tolak dari permasalahan tersebut maka
5 B. Rumusan Masalah
Dengan demikian permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah persepsi pedagang pasar terhadap keputusan menggunakan jasa
pembiayan di LKMS Karisma Magelang?
2. Apakah sikap pedagang pasar terhadap keputusan menggunakan jasa
pembiayaan di LKMS Karisma Magelang?
3. Apakah persepsi dan sikap berpengaruh terhadap keputusan nasabah
menggunakan jasa pembiayaan di LKMS Karisma?
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua tujuan yang ingin dicapai dalam
penulisan, yaitu:
1. Untuk mengetahui persepsi pedagang pasar terhadap keputusan
menggunakan pembiayaan di LKMS Karisma Magelang.
2. Untuk mengetahui sikap pedagang pasar terhadap keputusan
menggunakan pembiayaan di LKMS Karisma Magelang.
3. Untuk mengetahui persepsi dan sikap berpengaruh terhadap keputusan
nasabah menggunakan pembiayaan di LKMS Karisma.
D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi Penulis
6
b. Sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu yang didapat saat kuliah
dan penerapan dalam praktek nyata.
2. Bagi Bank Syariah
Memberikan masukan kepada pihak Bank dalam upaya
meningkatkan kinerja operasional dan pelayanannya secara lebih baik
sehingga dapat mempengaruhi keputusan masyarakat menjadi di Bank
Syariah.
3. Bagi Akademisi
a. Dapat memberikan manfaat berupa tambahan kepustakaan/referensi
mengenai masalah seputar pelayanan, nisbah bagi hasil dan religiusitas
dan kepuasan nasabah.
b. Untuk menambah khazanah keilmuan guna menambah wawasan dan
untuk kemajuan pendidikan.
c. Sebagai sumber informasi bagi penelitian-penelitian yang akan datang,
serta dapat memberikan kontribusi keilmuan kepada semua aktivitas
akademik dalam bidang manajemen perbankan khususnya manajemen
pemasaran.
4. Bagi Pembaca
Dapat bermanfaat sebagai penambah wawasan dan dapat dijadikan
sebagai referensi untuk mengetahui lebih lanjut akan pengaruh persepsi
dan sikap nasabah terhadap keputusan menggunakan pembiayaan pada
7 E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini bertujuan untuk menggambarkan alur
pemikiran penulisan dari awal hingga akhir. Adapun rancangan pembahasan
dalam penelitian ini dibagi menjadi lima bab yang terbagi menjadi sub bab,
yaitu:
BAB I. Pendahuluan sebagai acuan dalam penelitian dan pengantar
skripsi secara keseluruhan. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah yang
menguraikan alasan dan motivasi penelitian, selanjutnya rumusan masalah
sebagai inti dari penelitian, kemudian dilanjutkan dengan tujuan penelitian dan
kegunaan penelitian untuk mengetahui urgensi penelitian. Sebagai penutup
bab pertama ini diakhiri dengan sistematika penulisan untuk mengetahui arah
penulisan penelitian ini.
BAB II. Landasan teori yang mendasari penelitian ini meliputi teori
tentang pengaruh sikap dan persepsi nasabah terhadap keputusan
menggunakan jasa pembiayaan kredit pada pedagang kecil di LKMS Karisma
. Selain itu dalam bab ini juga berisi tentang telaah pustaka sebagai ringkasan
penelitian terdahulu, memberi gambaran posisi penelitian terhadap penelitian
yang lain, selanjutnya kerangka teori sebagai bangunan teori dan konsep yang
akan digunakan untuk menganalisis, kemudian kerangka penelitian sebagai
telaah kritis untuk menghasilkan hipotesis. Sebagai penutup bab ini diakhiri
dengan hipotesis penelitian yang akan diuji kebenarannya.
BAB III. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi
8
sampel, teknik pengumpulan data, definisi konseptual dan definisi
operasional, instrumen penelitian, model penelitian, dan alat analisis.
BAB IV. Analisis data berisi hasil penelitian berupa gambaran umum
obyek penelitian, deskripsi data penelitian dan responden, uji validitas dan
reliabilitas, uji statistik, uji asumsi klasik, data penelitian dan pembahasan.
BAB V. Kesimpulan menjelaskan tentang hasil penelitian dan
pembahasan disesuaikan dengan rumusan masalah dan tujuan peelitian yang
disajikan secara singkat dan jelas. sedangkan saran merupakan himbauan
kepada pembaca atau instansi terkait agar saran yang dipaparkan dapat
memberi pengetahuan dan manfaat serta dapat dikembangkan menjadi bahan
9 BAB II
LANDASAN TEORI A. Telaah Pustaka
Telaah pustaka merupakan kumpulan hasil-hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh penelitian-penelitian terdahulu dan mempunyai kaitan dengan
penelitian yang akan dilakukan. Hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan
persepsi dan sikap nasabah terhadap keputusan menggunakan jasa
pembiayaan telah diteliti pada berbagai penelitian terdahulu.
Setiasih (2011) melakukan penelitian tentang analisis persepsi,
preferensi, sikap dan perilaku dosen terhadap bank syariah (studi kasus pada
dosen Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang), di IAIN Walisongo
Semarang. Hasil dari penelitiannya menyatakan bahwa persepsi berpengaruh
positif terhadap sikap, preferensi berpengaruh terhadap sikap, dan sikap
berpengaruh terhadap perilaku dosen fakultas syariah terhadap bank syariah.
Dalam penelitian yang dilakukan Cahyadi (2013) yang meneliti
tentang pengaruh sikap, norma subyektif dan kontrol keperilakuan terhadap
niat pedagang pasar untuk memanfaatkan fasilitas pembiayaan pada koperasi
jasa keuangan syariah di Yogyakarta dengan sampel 100 responden, hasil
penelitian menunjukkan bahwa sikap secara parsial berpengaruh positif
signifikan, norma subyektif secara parsial tidak berpengaruh signifikan, dan
kontrol keperilakuan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap niat
pedagang untuk memanfaatkan fasilitas pembiayaan pada koperasi jasa
10
Dari hasil penelitian yang dilakukan Rahmah (2012) tentang pengaruh
persepsi pedagang kecil tenteng baitul maal wattamwil (BMT) terhadap minat
untuk menjadi nasabah BMT, di IAIN Syakh Nurjati Cirebon menyatakan
bahwa persepsi pedagang kecil terhadap baitul maal wattamwil memiliki
hubungan yang positif dan signifikan dalam minat menjadi nasabah BMT.
Adapun kontribusi persepsi pedagang kecil tentang baitul maal wattamwil
(BMT) terhadap minat untuk menjadi nasabah BMT cukup besar, sebesar
32,03%, kemudian sisanya 67,98% ditentukan oleh faktor lain.
Hamidi (2000) melakukan penelitian mengenai persepsi dan sikap
masyarakat santri Jawa Timur terhadap Bank Syariah, hasil penelitian
tersebut adalah 10,2% responden menyatakan bahwa bank syariah sama saja
dengan bank konvensional. 16,5% responden menyatakan bagi hasil sama
saja dengan bunga. Karenanya masyarakat berpersepsi faktor pertimbangan
keagamaan bukanlah menjadi faktor penting dalam mempengaruhi
kecenderungan.
PPKP LEMLIT Undip (2000) melakukan penelitian tentang Persepsi
dan Sikap Masyarakat Jawa Tengah terhadap Bank Syariah, dengan hasil
penelitian yang menyimpulkan bahwa faktor agama adalah motivator
terpenting untuk mendorong penggunaan jasa bank syariah. Semakin tinggi
sikap positif masyarakat terhadap perbankan syariah akan diikuti pula
semakin tingginya probabilitas untuk menabung di perbankan syariah.
(Rahmah, 2012) Dari hasil uji statistik mengenai pengaruh persepsi
11
nasabah BMT diperoleh persamaan regresi Y = 23,71 + 0,489X, yang artinya
bahwa bila dilakukan penambahan persepsi pedagang tentang Baitul Maal
Wattamwil maka dengan sendirinya minat menjadi nasabah BMT akan
bertambah. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi r =
0,566, ini berarti terdapat korelasi yang sedang. Nilai thitung yang didapat
adalah 3,595 kemudian nilai tersebut disesuaikan dengan Ttabel
menggunakan uji dua pihak dengan taraf kesalahan 10% sebesar 1,701(lihat
lampiran 19), jadi thitung > ttabel (3,595 > 1,701). Dengan demikian
keputusannya adalah Ha diterima dan H0 ditolak artinya terdapat korelasi
signifikan. Jadi, persepsi pedagang kecil tentang Baitul Maal Wattamwil
memiliki hubungan yang positif dan signifikan dalam minat menjadi
nasabah BMT. Adapun kontribusi persepsi pedagang kecil tentang
Baitul Maal Wattamwil (BMT) terhadap minat menjadi nasabah BMT
cukup besar sebesar 32,03%, kemudian sisanya 67,98% ditentukan faktor
lain.
(Rahmawaty, 2014) Berdasarkan pengujian-pengujian yang telah
dilakukan terhadap hipotesis yang telah diajukan sebelumnya, menghasilkan
beberapa kesimpulan sebagai berikut: persepsi tentang bunga bank
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap minat menggunakan
produk bank syariah; persepsi tentang sistem bagi hasil berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap minat menggunakan produk bank syariah;
persepsi tentang produk bank syariah tidak berpengaruh terhadap minat
12
(Zuardi, 2013) Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu
persepsi nasabah terhadap pembiayaan bagi hasil di Bank Jabar Syariah Kota
Cirebon adalah pengaruh dari umur nasabah, jenis kelamin nasabah, tingkat
pendidikan nasabah, pekerjaan nasabah, tingkat penghasilan nasabah dan
religiusitas nasabah dengan nilai R² = 0,697, F = 118,292 dengan F sign =
0,000 dan memiliki kontribusi sebesar 69,7%. Namun dari semua faktor yang
mempengaruhi tersebut, yang memiliki pengaruh signifikansi adalah faktor
religiusitas nasabah dengan koefisien t = 22,850; t sign = 0,000.
(Cahyani, 2013) Menurut hasil analisis regresi, penelitian ini
menunjukkan bahwa persepsi bunga kualitas layanan ang berpengaruh
signifikan terhadap tabungan bunga BNI Syariah di Semarang 36,3 persen
dan 47,2 persen. Sehingga, dianjurkan untuk manajemen BNI Syariah di
Semarang untuk menjaga dan mendidik pelanggan mereka sehingga mereka
tahu perbedaan antara perbankan konvensional dan syariah.
B. Kerangka Teori 1. Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana
individu mengorganisasikan dan memaknakan kesan-kesan indera
untuk dapat memberikan arti terhadap lingkungannya. Apa yang
seseorang persepsi terhadap sesuatu dapat berbeda dengan kenyataan
13
Menurut Kotler (1993, hal 219): Persepsi adalah proses
bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasikan
masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan
yang berarti. Persepsi dapat diartikan sebagai suatu proses kategorisasi
dan interpretasi yang bersifat selektif. Adapun faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang adalah katakteristik orang yang
dipersepsi dan faktor situasional.
Secara etimologi persepsi berasal dari bahasa latin perceptio
yang berarti menerima atau mengambil. Persepsi adalah suatu proses
dengan mana berbagai stimuli dipilih, diorganisir, dan diinterpretasi
menjadi informasi yang bermakna.
Menurut Robbins (1998), persepsi adalah suatu proses
pengorganisasian dan pemaknaan terhadap kesan-kesan sensori untuk
memberi arti pada lingkungannya. Menurut Luthans (1992) mengatakan
proses persepsi dapat didefinisikan sebagai interaksi yang rumit dalam
penyeleksian, pengorganisasian, dan penafsiran stimulus. Sedangkan
menurut Milton (1981) mengatakan persepsi adalah proses seleksi,
organisasi dan interpretasi stimulus yang berasal dari lingkungan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), pengertian
persepsi adalah sebagai tanggapan atau penerimaan langsung dari
sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca
inderanya. Rakhmat (1993) dan Lugindo (1999) mengemukakan bahwa
14
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi
dan menafsirkan pesan.
Matlin (1998) dalam Utami dan Indriawati (2006)
mendefinisikan persepsi secara lebih luas, yaitu sebagai suatu proses
yang melibatkan pengetahuan pengetahuan sebelumnya dalam
memperoleh dan menginterpretasikan kombinasi faktor luar (stimulus
visual) dan diri kita sendiri (pengetahuan-pengetahuan sebelumnya).
Jika pendidikan akuntansi memberikan persepsi yang salah mengenai
akuntansi, maka dapat membuat orang yang memiliki kemampuan yang
tepat tidak menjadi berminat dalam memilih karirnya sebagai akuntan
publik. Berkaitan dengan pembahasan skripsi ini, persepsi menjadi
sangat penting karena pengambilan keputusan oleh seseorang
dipengaruhi oleh persepsi yang dimilikinya. Sehingga persepsi
mahasiswa terhadap suatu pekerjaan misalnya, akan mempengaruhi
keputusan mahasiswa tersebut dalam memilih suatu pekerjaan atau
profesi.
Sedangkan menurut Robbins (2003) dalam Sujiman (2006)
menyatakan bahwa persepsi adalah sebuah proses dimana seseorang
menggunakan dan menginterpretasikan kesan sensorinya dalam rangka
memahami lingkungannya. Dalam penelitian Puspitasari (2010)
menurut Walgito (1990) mengemukakan bahwa persepsi merupakan
suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses
15
reseptornya. Namun proses itu tidak berhenti sampai di situ saja,
melainkan stimulus itu diteruskan ke pusat saraf yaitu otak, dan
terjadilah proses psikologis, sehingga individu menyadari apa yang ia
lihat, apa yang ia dengar dan sebagainya, maka individu tersebut
mengalami persepsi.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa
persepsi adalah suatu proses dengan mana berbagai stimuli dipilih,
diorganisir, dan diinterpretasi menjadi informasi yang bermakna.
b. Tahap Pembentukan Persepsi
Ada empat tahap dalam proses pembentukan persepsi menurut
Belch (2007) yaitu sejumlah tahapan ketika seorang individu mengelola
informasi yang masuk dalam dirinya. Keempat tahap itu
masing-masing; eksposure, attention, comprehension dan retention.
1) Eksposure adalah tahap dimana seseorang mulai menerima informasi
melalui panca indera yang dimiliki. Informasi diperoleh dengan cara
melihat ataupun mendengarkan secara langsung informasi-informasi
mengenai suatu hal tertentu.
2) Attention adalah seseorang mulai menempatkan informasi-informasi
yang diterima ke dalam sebuah stimulus. Informasi-informasi
tersebut mulai dicerna melalui pikiran seseorang.
3) Comprehension adalah seseorang mulai menginterpretasikan
informasi yang masuk tersebut menjadi sebuah arti yang spesifik.
16
yang berbeda antara setiap individu-individu yang menerima
informasi tersebut.
4) Retention adalah tahap dimana seseorang sudah mulai tidak
mengingat lagi keseluruhan dari apa yang mereka baca, lihat atau
dengar meskipun mereka sudah tertarik dan dapat
menginterpretasikan informasi tersebut.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Setiadi (2003), Faktor yang mempengaruhi persepsi
adalah penglihatan dan sasaran yang diterima dan dimana situasi
persepsi terjadi penglihatan.
Tanggapan yang timbul atas rangsangan akan dipengaruhi
sifat-sifat individu yang melihatnya,, sifat-sifat yang dapat mempengaruhi
persepsi yaitu :
1) Sikap
Sikap yang dapat mempengaruhi positif atau negatifnya
tanggapan yang akan diberikan seseorang.
2) Motivasi
Motif merupakan hal yang mendorong seseorang mendasari
sikap tindakan yang dilakukannya.
3) Minat
Merupakan faktor lain yang membedakan penilaian seseorang
terhadap suatu hal atau objek tertentu, yang mendasari kesukaan
17 4) Pengalaman masa lalu
Dapat mempengaruhi persepsi seseorang karena kita biasanya
akan menarik kesimpulan yang sama dengan apa yang pernah dilihat
dan didengar.
5) Harapan
Mempengaruhi persepsi seseorang dalam membuat keputusan,
kita akan cenderung menolak gagasan, ajakan, atau tawaran yang
tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan.
6) Sasaran
Sasaran dapat mempengaruhi penglihatan yang akhirnhya akan
mempengaruhi persepsi.
7) Situasi
Situasi atau keadaan disekita kita atau disekitar sasaran yang
kita lihat akan turut mempengaruhi persepsi. Sasaran atau benda
yang sama yang kita lihat dalam situasi yang berbeda akan
menghasilkan persepsi yang berbeda pula.
d. Macam-Macam Persepsi (Sunaryo,2004 : 94)
1) External perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya
18
2) Self-perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang
yang berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi
objek adalah dirinya sendiri.
2. Sikap
a. Pengertian Sikap
Sikap menurut Ajzen dan Fishbein (1975) didefinisikan sebagai
perasaan positif atau negatif seseorang tentang sebuah perilaku. Sikap
merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu obyek apakah
disukai atau tidak, dan sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan
konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari obyek tersebut
(Sumarwan, 2011: 166). Sehingga sikap merupakan ungkapan perasaan
positif-negative atau suka-tidak suka terhadap suatu obyek atau
perilaku.
Sikap terhadap perilaku ditemtukan oleh keyakinan yang
diakses tentang konsekuensi dari perilaku, yang disebut behavioral
belief. Setiap behavioral belief berhubungan dengan perilaku terhadap
suatu hasil tertentu, atau terhadap atribut lainnya seperti biaya atau
pengorbanan yang dikeluarkan pada saat menampilkan sebuah perilaku
(Ajzen 1975; Priaji, 2011: 49).
Engel dkk dalam Priaji (2011: 69) menjelaskan sikap secara
tradisional dan terdiri dari tiga komponen yakni kognitif atau
pengetahuan, afektif atau emosi dan konatif atau kecenderungan
19
terletak dalam komponen kognitif. Komponen afektif mewakili
perasaan seseorang tentang objek sikap. Komponen konatif merujuk
pada tindakan seseorang atau kecenderungan perilaku terhadap objek
sikap.
b. Komponen Utama dari Sikap
1) Kognitif atau evaluasi adalah segmen opini atau keyakinan dari
sikap, yang menentukan tingkatan untuk bagian yang lebih penting
dari sebuah sikap.
2) Afektif atau perasaan, Perasaan adalah segmen emosional atau
perasaaan dari sebuah sikap, yang menimbukan hasil akhir perilaku.
3) Perilaku atau tindakan adalah sikap merujuk pada suatu maksud
untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap sesuatu atau
seseorang.
c. Pembentukan Sikap
Proses pembentukan sikap berlangsung secara bertahap, dimulai
dari proses belajar. Proses belajar ini dapat terjadi karena
pengalaman-pengalaman pribadi seseorang dengan objek tertentu, seperti orang,
benda atau peristiwa,dengan cara menghubungkan objek tersebut
dengan pengalaman-pengalaman lain dimana seseorang telah memiliki
sikap tertentu terhadap pengalaman itu atau melalui proses belajar
20
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap (Azwar:1995,30):
1) Pengalaman Pribadi Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut
membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus
sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap.
Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang
harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek
psikologis yang akan membentuk sikap positif dan sikap negatif.
Pembentukan tanggapan terhadap obyek merupakan proses
kompleks dalam diri individu yang melibatkan individu yang
bersangkutan, situasi di mana tanggapan itu terbentuk, dan ciri-ciri
obyektif yang dimiliki oleh stimulus. Untuk dapat menjadi dasar
pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan
kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk
apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang
melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi,
penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama
berbekas.
2) Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting Orang lain di sekitar
kita merupakan salah satu di antara komponen sosial yang ikut
mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting akan
banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.
21
orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya,
teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami, dan lain-lain.
3) Pengaruh Kebudayaan Kebudayaan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap kita terutama kebudayaan dimana kita
hidup dan dibesarkan. Kebudayaan telah menanamkan garis
pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah
mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan pula-lah
yang memberi corak pengalaman-pengalaman individu-individu
yang menjadi anggota kelompok masyarakatnya. Hanya kepribadian
individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan
dominansi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual.4.
Media Massa Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,
surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan orang. Sebagai tugas pokoknya
dalam menyampaikan informasi, media massa membawa
pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
Informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif
baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan
sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, bila cukup kuat, akan
memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga
terbentuklah sikap. Walaupun pengaruh media massa tidak sebesar
22
pembentukan dan perubahan sikap, peranan media massa tidak kecil
artinya.
4) Lembaga Pendidikan Dan Lembaga Agama Kedua lembaga di atas,
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang
boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan pusat
keagamaan serta ajarannya. Karena konsep moral dan ajaran agama
sangat membentuk sistem kepercayaan maka tidak mengherankan
kalau konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap
individu terhadap sesuatu hal.
5) Pengaruh Faktor Emosional Terkadang suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi
sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego. Sikap ini dapat merupakan sikap yang sementara
dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang. Akan tetapi dapat pula
merupakan sikap yang dapat bertahan lama.
Menurut Sarwono (1982) dalam Setiasih (2011: 36) terdapat
faktor-faktor intern dan ekstern yang mempengaruhi terbentuknya
sikap:
1) Faktor intern yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang
23
2) Faktor ekstern yaitu selain faktor-faktor yang terdapat dalam diri
seseorang seperti, sifat obyek yang dapat dijadikan sasaran sikap dan
pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal
tertentu.
Sarwono (1982) dalam Setiasih (2011: 37) juga menjelaskan
tentang proses pembentukan dan perubahan sikap. Sikap dapat
terbentuk atau berubah melalui 4 macam cara :
1) Adopsi adalah kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi
berulang-ulang dan terus-menerus, lama kelamaan secara bertahap
diserap kedalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya
sesuatu.
2) Diferensiasi yaitu dengan bertambahnya inteligensi, bertambahnya
pengalaman sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal
yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas
dari jenisnya.
3) Integrasi adalah pembentukan disini terjadi secara bertahap, dimulai
dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal
tertentu, sehingga akhirnya terbentuk sikap mengenai hal tersebut.
4) Trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan yang
24 e. Macam-Macam Sikap
1) Kepuasan kerja, seseorang yang mempunyai tingkat kepuasan kerja
yang tinggi akan cenderung menunjukkan sikap positif terhadap
pekerjaan, demikian sebaliknya.
2) Keterlibatan kerja, sampai sejauh mana seseorang memihak pada
pekerjaannya, berpartisipasi aktif didalamnya serta menanggapi
kinerjanya sangat penting bagi organisasi.
3) Komitmen pada organisasi, sampai tingkat mana seseorang pegawai
memihak pada organisasinya dan bertekad setia didalamnya.
3. Pengambilan Keputusan
Perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan
konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan
menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkanakan memuaskan
kebutuhan mereka. (Sciffman dan Kanuk,2010; Ujang, 2011: 4). Definisi
perilaku konsumen selanjutnya menyimpulkan bahwa perilaku
konsumenadalah semua tindakan, kegiatan, serta proses psikologis yang
mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, kita membeli,
menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal
di atas atau kegiatan mengevaluasi (Sumarwan, 2011: 5).
a. Pengertian Pengambilan Keputusan
Schiffman dan Kanuk (Sumarwan, 2011: 357) mendefinisikan
suatu keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih
25
maka ia harus memiliki pilihan alternatif. Misalnya, seorang konsumen
akan membeli sebuah sedan, ia dihadapkam pada beberapa merek
kendaraan seperti : Toyota, Honda, Suzuki, dan Hyundai. Dengan
demikian ia harus mengambil keputusan merek apa yang akan
dibelinya, atau ia harus memiliih satu dari beberapa pilihan merek.
Perilaku pembelian konsumen atau perilaku konsumen adalah
proses dan kegiatan yang terlibat ketika orang mencari, memilih,
membeli, menggunakan, mengevaluasi dan membuang produk dan jasa
untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka (Belch, 2001;
Morissan, 2010: 85). Keputusan untuk membeli barang dan jasa tertentu
terkadang merupakan hasil dari proses yang lam dan rumit yang
mencakup kegiatan mencari informasi, membandingkan berbagai
merek, melakukan evaluasi, dan kegiatan lainnya.
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan
keputusan adalah proses bagaimana menentukan keputusan yang
terbaik, logis, rasional dan ideal berdasarkan data, fakta, dan informasi
dari sejumlah alternatif untuik mencapai sasaran-sasaran yaang telah
ditetapkan dengan resiko terkecil, efektis, dan efisien untuk
dilaksanakan dimasa yang akan datang.
b. Faktor-Faktor Pengambilan Keputusan
Menurut Terry (1989; Diamond, 2012), faktor-faktor yang harus
diperhatikan dalam mengambil keputusan terdiri dari 6 hal sebagai
26 1) Fisik
Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti: rasa tidak
nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah
laku yang menimbulkan rasa tidak senang, dan sebaliknya memilih
tingkah laku yang memberikan kesenangan.
2) Emosional
Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan beraksi pada
suatu situasi secara subjektif.
3) Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan
informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
4) Praktikal
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan
melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan
dirinya melalui kemampuannya dalam bertindak.
5) Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan
antar satu orang ke orang yang lain dapat mempengaruhi tindakan
individual.
6) Struktural
27 c. Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan
1) Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan
lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar,
dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini
terdapat beberapa keuntungan, yaitu :
a) Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk
memutuskan.
b) Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang
bersifat kemanusiaan.
2) Pengambilan Keputusan Rasional
Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya
guna. Masalah – masalah yang dihadapi merupakan masalah yang
memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat
berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam
masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan
optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai
masyarakat yang di akui saat itu.
3) Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan
keputusan didukung oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya
istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi.
28
dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari
data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi
informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.
4) Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman
Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan
mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi.
Pengingatan semacam itu biasanya ditelusuri melalui arsip-arsip
penhambilan keputusan yang berupa dokumentasi
pengalaman-pengalaman masa lampau. Jika ternyata permasalahan tersebut
pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat apakah
permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi dan kondisi
saat ini. Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang
sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang timbul.
5) Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang
Banyak sekali keputusan yang diambil karena
wewenang(authority) yang dimiliki. Setiap orang yang menjadi
pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk
mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi
tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien. Keputusan
yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan.
Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain banyak diterimanya
oleh bawahan, memiliki otentisitas (otentik), dan juga karena
29
Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan
menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik
dictatorial. Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh
pembuat keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya
dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.
4. Pembiayaan
a. Pengertian Pembiayaan
Menurut UU no 7 tahun 1992, pembiayaan adalah Penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan
tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu ditambah dengan sejumlah bunga,
imbalan, atau pembagian hasil.Pembiayaan didalam aktivitas BMT
sering disebut sebagai lending – financing.Didalam lembaga keuangan
mikro syariah seperti BMT, pembiayaan merupakan salah satu aktivitas
penting karena berhubungan dengan perencanaan perolehan
pendapatan.
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Anshori, 2008 : 53). Selain
30
berperan dalam perkembangan perekonomian masyarakat sekitar.
Pembiayaan berbeda dengan kredit. Terdapat perbedaan besar antara
bunga dan bagi hasil.
Kredit adalah penyediaan uang berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga (Kasmir, 2008; 73). Perbedaan kredit
dan pembiayaan adalah pada pemberian jasa terhadap
pembiayaan tersebut. Jika kredit menggunakan sistem bunga,
pembiayaan menggunakan sistem bagi hasil.
b. Jenis-Jenis Pembiayaan
Menurut Syafi’i Antonio (2001) secara umum jenis-jenis
pembiayaan adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Jenis-jenis pembiayaan
Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dibagi menjadi dua
yaitu sebagai berikut :
1) Pembiayaan produktif yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas yaitu seperti dalam Pembiayaan
P .konsumtif
31
peningkatan usaha baik usaha produksi, perdagangan maupun
investasi.
2) Pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
kebutuhan konsumsi.
Menurut keperluannya pembiayaan produktif dibagi menjadi
dua yaitu sebagai berikut :
1) Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan untuk peningkatan produksi dan untuk keperluan
perdagangan.
2) Pembiayaan investasi yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan
barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat
dengan itu.
Dalam penyaluran pembiayaan modal kerja, BMT harus
memperhatikan jenis kebutuhan dan rencana pemanfaatannya. Dan
berdasarkan tujuan penggunaannya, produk pembiayaan syariah dapat
dibedakan menjadi tiga kategori yaitu :
1) Transaksi pembiayaan dengan prinsip jual beli yaitu seperi produk
Murabahah, Salam, dan Istisna. Untuk pendapatan atau
keuntungannya disebut margin.
2) Transaksi pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yaitu produk
Mudharabah dan Musyarakah. Dan untuk pendapatan
32
3) Transaksi pembiayaan dengan prinsip sewa (ujrah) yaitu produk
Ijarah dan Ijarah muntahiyah bittamlik. Dan untuk pendapatan
keuntungannya dinamakan upah.
Pembiayaan antara lembaga keuangan syariah sering kali
dianggap sama dengan pemberian kredit lembaga keuangan
konvensional. Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan antara
pembiayaan bank syariah dan pemberian kredit bank konvensional yang
dipaparkan oleh Chikmah (2014). Persamaan antara pembiayaan
lembaga keuangan syariah dan pemberian kredit lembaga keuangan
konvensional adalah :
1) Prosedur pemberian kredit atau pembiayaan.
2) Persyaratan pemberian kredit atau pembiayaan yang diajukan debitur
atau nasabah atau anggota kepada bank.
Dan untuk perbedaan antara pembiayaan lembaga keuangan
syariah dan pemberian kredit lembaga keuangan konvensional adalah
sebagai berikut :
1) Keuntungan yang diperoleh
Pada lembaga keuangan konvensional, keuntungan
berdasarkan basarnya tingkat suku bunga kredit yang ditetapkan
kepada debitur atau nasabah atau anggota yang mengajukan kredit.
Dengan adanya beban bunga tersebut maka jumlah pembiayaan
kredit yang diajukan nominalnya menjadi lebih besar dari jumlah
33
diperoleh dari margin yang disepakati oleh kedua belah pihak, yakni
pihak lembaga dengan debitur atau nasabah atau anggota. Perjanjian
yang dilakukan diawal transaksi adalah kesepakatan untuk
menentukan prosentase penetuan keuntungan atau margin antara
pihak lembaga dengan debitur atau nasabah atau anggota, baik
keuntungan maupun kerugian akan ditanggung bersama.
2) Prinsip yang diterapkan dalam pemberian kredit atau pembiayaan.
Pada lembaga keuangan konvensional, prinsip yang
diterapkan adalah antara lain : melayani semua jenis kredit baik
kredit modal usaha, kredit konsumtif, maupun kredit investasi dan
tidak membedakan antara transaksi halal maupun haram. Sedangkan
pada lembaga keuangan syariah, prinsip yang diterapkan adalah :
prinsip jual beli seperti murabahah, istisna, salam kemudian prinsip
bagi hasil seperti mudharabah, musyarakah, dan yang terakhir prisip
sewa seperti produk ijarah, dan ijarah mumtahiyah bit-tamlik.
3) Pengikutan kontrak dan perjanjian pihak lembaga dengan pihak
debitur atau nasabah atau anggota.
Pada lembaga keuangan konvensional, tidak ada pengikatan
kontrak atau perjanjian yang disepakati diawal terhadap debitur atau
nasabah atau anggota dan hanya menetapkan bunga atas jumlah
kredit yang dipinjam dengan presentase yang pasti dan dalam jangka
34
menunggak maka akan dikenakan denda berupa jumlah bunga kredit
yang lebih besar dari sebelumnya.
Pada lembaga keuangan syariah, terjadi perjanjian dan
kesepakatan diawal transaksi antara pihak lembaga dengan debitur
atau nasabah atau anggota yang berisi tentang kontrak dan perjanjian
serta perhitungan jumlah bagi hasil bagi pihak lembaga sesuai
kesepakatan bersama. Kemudian untuk keuntungan dan kerugian
akan ditanggung bersama antara pihak lembaga keungan dengan
debitur atau nasabah atau anggota.
4) Jenis pemberian kredit atau pembiayaan yang diberikan pihak
lembaga keuangan.
Pada lembaga keuangan konvensional tidak membatasi
jenis kredit yang diajukan, selama memenuhi syarat dan ketentuan
yang ditetapkan. Dan tidak memperdulikan hukum hukum jenis
kredit yang diajukan, selama dapat dilunasi tepat waktu beserta
bunganya. Pada lembaga keuangan syariah, hanya menyanggupi
pembiayaan bila telah jelas hukum dan penggunaannya. Dari segi
kriteria usaha yang dibiayai, bank syariah mengharuskan
usaha-usaha yang halal.
c. Macam-Macam Pembiayaan
Pembiayaan menurut Syafi’i Antonio (2001) terbagi menjadi 5
35 1) Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak
dimana pihak pertama (shohibul maal) menyediakan seluruh
modal. Sedangkan pihak lainnya sebagai pengelola. Keuntungan
usaha dibagi berdasarkan kesepakatan, sedangkan kerugian
ditanggung pemilik modal selama bukan akibat kelalaian pengelola.
Namun jika kerugian diakibatkan kelalaian si pengelola maka
pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
2) Musyarokah
Musyarokah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan keuntungan dan kerugian ditanggung
bersama sesuai kesepakatan.
3) Ijarah
Musyarokah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan keuntungan dan kerugian ditanggung
bersama sesuai kesepakatan.
4) Salam
Salam adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dengan
syarat-syarat tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh.
36
keduanya terdapat berbedaan besar. Dalam ijon, barang yang dibeli
tidak diukur atau ditimbang secara jelas dan spesifik.
5) Istishna
Istishna adalah jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati
dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan. Perbedaanya
dengan salam adalah pada waktu pembayarannya.
6) Murabahah
Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati. Murabahah merupakan transaksi
pembiayaan yang paling dominan dijalankan bank.
Kekhawatiran tidak transparannya nasabah dalam melaporkan
keuntungan usaha menjadi salah satu alasan. Pembiayaan murabahah
sering dianggap banyak orang bahwa perbankan syariah tidak
berbeda dengan sistem kredit pada bank konvensional. Akan tetapi
dalam transaksi murabahah, bagi hasil disebut margin. Bagi hasil
adalah sistem yang digunakan dalam transaksi mudharabah.
5. Pedagang
a. Pengertian Pedagang kaki lima
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S
Poerwadarminta, istilah kaki lima adalah lantai yang diberi atap
sebagai penghubung rumah dengan rumah, arti yang kedua adalah
37
cenderung diperuntukkan bagi bagian depan bangunan rumah toko,
dimana di jaman silam telah terjadi kesepakatan antar perencana kota
bahwa bagian depan (serambi) dari toko lebarnya harus sekitar lima
kaki dan diwajibkan dijadikan suatu jalur dimana pejalan kaki dapat
melintas. Namun ruang selebar kira-kira lima kaki itu tidak lagi
berfungsi sebagai jalur lintas bagi pejalan kaki, melainkan telah
berubah fungsi menjadi area tempat jualan barang-barang pedagang
kecil, maka dari situlah istilah pedagang kaki lima dimasyarakatkan.
Pedagang Kaki Lima menurut Kamus Bahasa Indonesia
Kontemporer (1991), adalah pedagang yang menjual barang
dagangannya di pinggir jalan atau di dalam usahanya menggunakan
sarana dan perlengkapan yang mudah dibongkar pasang atau
dipindahkan serta memempergunakan bagian jalan atau trotoar,
tempat-tempat yang tidak diperuntukkan bagi tempat-tempat untuk berusaha atau
tempat lain yang bukan miliknya.
Menurut para ahli, (Rais dalam Umboh, 1990). pedagang dapat
diartikan sebagai penyalur barang dan jasa-jasa perkotaan Manning dan
Tadjudin Noer Effendi (1985) menyebutkan bahwa pedagang kaki lima
adalah salah satu pekerjaan yang paling nyata dan penting
dikebanyakan kota di Afrika, Asia, Timur Tengah dan Amerika Latin.
Menurut Breman (1988), pedagang kaki lima merupakan usaha
38
harian) dan mempunyai modal yang terbatas. Dalam bidang ekonomi,
pedagang kecil ini termasuk dalam sektor informal, di mana merupakan
pekerjaan yang tidak tetap dan tidak terampil serta golongan-golongan
yang tidak terikat pada aturan hukum, hidup serba susah dan semi
kriminil pada batas-batas tertentu.
Menurut McGee dan Yeung (1977: 25), PKL mempunyai
pengertian yang sama dengan ”hawkers”, yang didefinisikan sebagai
orang-orang yang menjajakan barang dan jasa untuk dijual di tempat
yang merupakan ruang untuk kepentingan umum, terutama di pinggir
jalan dan trotoar.
b. Ciri-ciri umum yang dikemukakan oleh kartono dkk. (1980: 3-7)
1). Merupakan pedagang yang kadang- kadang juga sekaligus berarti
produsen.
2). Ada yang menetap pada lokasi tertentu, ada yang bergerak dari
tempat satu ketempat yang lain (menggunakan pikulan, kereta
dorong, tempat atau stan yang tidak permanen serta bongkar
pasang)
3). Menjajakan bahan makanan, minuman, barang-barang konsumsi
39
4). Umumnya bermodal kecil,kadang hanya merupakan alat bagi
pemilik modal dengan mendapatakan sekedar komisi sebagai
imbalan atas jerih payahnya.
5). Kualitas barang- barang yang diperdagangkan relativ rendah dan
biasanya tidak berstandar.
6). Volume peredaran uang tidak seberapa besar, para pembeli
merupakan pembeli yang berdaya beli rendah.
7). Usaha skala kecil bisa berupa family enterprise, dimana ibu dan
anak-anak turut membantu dalam usaha tersebut, baik langsung
maupun tidak langsung.
8). Tawar menawar antar penjual dan pembeli merupakan relasi ciri
yang khas pada usaha pedagang kaki lima.
9). Dalam melaksanakan pekerjaannya ada yang secara penuh, sebagian
lagi melaksanakan setelah kerja atau pada waktu senggang, dan ada
pula yang melaksanakan musiman.
c. Tempat Beroperasi Pedagang Kaki Lima
Pedagang kaki lima biasanya menjajakan dagangannya di
tempat-tempat umum yang dianggap strategis, antara lain:
1). Trotoar, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, trotoar adalah tepi
40
orang berjalan kaki. Pedagang kaki lima biasanya\beraktivitas di
trotoar, sehingga trotoar bukan lagi sebagai tempat yang nyaman
untuk pejalan kaki karena sudah beralih fungsi.
2). Bahu Jalan, yaitu bagian tepi jalan yang dipergunakan sebagai
tempat untuk kendaraan yang mengalami kerusakan berhenti atau
digunakan oleh kendaraan darurat seperti ambulans, pemadam
kebakaran, polisi yang sedang menuju tempat yang memerlukan
bantuan kedaruratan dikala jalan sedang mengalami kepadatan yang
tinggi. Dari pengertian di atas, fungsi bahu jalan adalah tempat
berhenti sementara dan pergerakan pejalan kaki, namun kenyataanya
sebagai tepat pedagang kaki lima beraktivitas.
3). Badan Jalan, yaitu lebar jalan yang dipergunakan untuk pergerakan
lalu lintas.
d. Cara Kerja Pedagang Kaki Lima
Pedagang menjajakan atau menyajikan dagangannya dengan
menyediakan meja dan kursi untuk pembeli dan pembeli dapat
memesan makanan itu dan menikmatinya . Kadang mereka
menggunakan tenda-tenda yang bisa dibuka dan ditutup setiap saat,
mereka ini biasanya menempati tempat yang bukan milikya sendiri.
41
1). Gerobak/kereta dorong, yang biasanya digunakan oleh pedagang
yang berjualan makanan, minuman, atau rokok.
2). Pikulan/keranjang, bentuk saranan ini digunakan oleh pedagang
keliling atau semi permanen. Bentuk ini dimaksudkan agar barang
dagangan mudah dibawa atau berpindah tempat.
3). Warung semi permanen, yaitu berupa gerobak/kereta dorong yang
diatur sedemikian rupa secara berderet dan dilengkapi dengan meja
dan kursi.
4). Kios, bentuk sarana ini menggunakan papan-papan yang diatur
sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah bilik, yan mana
pedagang tersebut juga tinggal di dalamnya.
5). Gelaran/alas, pedagang menggunakan alas tikar, kain atau
sejenisnya untuk menjajakan dagangannya.
f. Persaingan & Kerjasama Antar Pedagang Kaki Lima
1). Persaingan harga, yaitu persaingan menentukan harga jual.
2). Persaingan dalam mutu, maksudnya adalah mutu rasa makanan,
kebersihan tempat jual serta kebersihan penjual.
3). Persaingan dalam memberikan pelayanan kepada pembeli sehingga
pembeli merasa puas.
42 1). Dampak Positif dari Hadirnya PKL
Pada umumnya barang-barang yang diusahakan PKL
memiliki hargayang tidak tinggi, tersedia di banyak tempat, serta
barang yang beragam. Dan uniknya keberadaan PKL bisa menjadi
potensi pariwisata yangcukup menjanjikan. Sehingga PKL banyak
menjamur di sudut-sudut kota,karena memang sesungguhnya
pembeli utama adalah kalangan menengahkebawah yang memiliki
daya beli rendah.
Dampak positif terlihat pula dari segi sosial dan ekonomi
karena keberadaan PKL menguntungkan bagi pertumbuhan
ekonomi kota karenasektor informal memiliki karakteristik efisien
dan ekonomis. Hal tersebut,menurut Sethurahman selaku
koordinator penelitian sektor informal yangdilakukan ILO di
delapan negara berkembang, karena kemampuanmenciptakan
surplus bagi investasi dan dapat membantu
meningkatkanpertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan
usaha-usaha sektor informal bersifat subsisten dan modal yang digunakan
kebanyakan berasal dari usahasendiri. Modal ini sama sekali tidak
menghabiskan sumber daya ekonomiyang besar.
2). Dampak Negatif dari Hadirnya PKL
Penurunan kualitas ruang kota ditunjukan oleh semakin tidak
43
lahan kosong yang strategis maupun tempat-tempat yang strategis
merupakan hak para PKL. PKL mengambil ruang dimana-mana,
tidak hanya ruang kosong atau terabaikan tetapi juga pada ruang
yang jelas peruntukkannya secara formal. PKL secara illegal
berjualan hampir diseluruh jalur pedestrian, ruang terbuka, jalur
hijau, dan ruang kota lainnya. Alasannya karena yang tinggi
sehingga berpotensi besar untuk mendatangkankonsumen juga.
Akibatnya adalah kaidah-kaidah penataan ruang menjadimati oleh
pelanggaran-pelanggaran yang terjadi akibat keberadaan PKL
tersebut. Keberadaan PKL yang tidak terkendali mengakibatkan
pejalan kaki berdesak-desakan sehingga dapat timbul tindak
kriminal(pencopetan),Mengganggu kegiatan ekonomi pedagang
formal karena lokasinya yang cenderung memotong jalur
pengunjung seperti pinggir jalan dan depan toko. Dan sebagian dari
barang yang mereka jual tersebut mudah mengalami penurunan mutu
yang berhubungan dengan kepuasan konsumen.
C. Kerangka Penelitian
Kerangka penilitian menggambarkan pengaruh antara variabel bebas
terhadap variabel terkait, yaitu pengaruh sikap dan persepsi terhadap
keputusan menggunakan jasa pembiayaan kredit. Penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji permasalahan tentang keputusan nasabah untuk
menggunakan jasa pembiayaan kredit, dimana variabel bebas (independent)
44
terkait (dependent) adalah keputusan nasabah (Y) menggunakan pembiayaan.
Untuk memperjelas variabel yang mempengaruhi keputusan menggunakan
jasa pembiayaan di LKMS Karima Magelang , penulis membuat kerangka
penelitian sebagai berikut :
Gambar 2.2 Kerangka Penelitian D. Hipotesis
Berdasarkan uraian kerangka penelitian di atas, maka penulis menarik
hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh persepsi terhadap keputusan nasabah menggunakan
pembiayaan pada LKMS Karima.
2. Terdapat pengaruh sikap terhadap keputusan nasabah menggunakan
pembiayaan pada LKMS Karima.
3. Sikap dan persepsi berpengaruh terhadap keputusan nasabah menggunakan
pembiayaan pada LKMS Karisma.
Keputusan nasabah menggunakan
pembiayaan (Y) Sikap nasabah (X2)
46 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Menurut pendekatan analisis data yang akan digunakan, penelitian
ini akan menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini adalah tentang sikap,
dan persepsi nasabah terhadap keputusan menggunakan pembiayaan kredit.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di LKMS Karisma yang beralamatkan
di Jalan Jeruk Timur No 9 Sanden, Kramat Selatan, Kota Magelang. Waktu
penelitian ini dilakukan pada bulan November-Desember sekitar 8-9 minggu.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Menurut Aritonang (2007: 95) definisi populasi adalah keseluruhan
usnsur yang menjadi subyek penelitian. Sedangkan menurut Bawono
(2006: 28) mendefinisikan populasi adalah keseluruhan wilayah dan
subyek penelitian yang ditetapkan untuk dianalisis dan ditarik kesimpulan
oleh peneliti. Dalam penelitian kali ini penulis menggunakan nasabah
pembiayaan kredit pada pedagang pasar sebanyak 400.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi (Aritonang, 2007: 95).
Sampel menurut Bawono (2006: 28) adalah obyek atau subyek penelitian
yang dipilih guna mewakili keseluruhan dari populasi. Sampel adalah
47
Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu,
maka peneliti dapat menggunakan sampel yang dapat diambil dari
populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan
dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari
populasi harus betul-betul representative (mewakili) (Sugiyono, 2002: 58).
Adapun teknik untuk menentukan jumlah sampel, digunakan rumus
sebagai berikut:
Dimana:
s : Sampel
P : Populasi
e : Error atau tingkat kesalahan yang diyakini
Dari 400 nasabah, peneliti akan mengambil 80 orang sebagai sampel,
sesuai dengan perhitungan berikut:
s=
s =
s=80 (20% dari jumlah nasabah pembiayaan)
Penelitian ini menggunakan desain sampel nonprobabilitas, yang
menggunakan metode sampling purposive (purposive or judgemental
sampling). Menurut Sugiyono (2006: 60) sampling purposive adalah
48
tertentu siapa yang dijadikan sebagai responden. Kriteria responden yang
akan diteliti adalah seorang nasabah pembiayaan kredit pada pedagang
pasar dan mempunyai rekening LKMS Kharisma. teknik penentuan
sampel berdasarkan kebetulan, artinya siapa saja yang secara kebetulan
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang
orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
D. Metode Pengumpulan Data 1. Pengertian Data
Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta
ataupun angka. Menurut SK Menteri P dan K No. 0258/U/1977 tanggal 11
Juli 1977 disebutkan bahwa data adalah segala fakta dan angka yang dapat
dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi, sedangkan informasi
adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan
(Arikunto, 1977: 96). Menurut Webster’s New World Dictionary dalam
Supranto (2002: 15), data adalah things known or assumed, yang berarti
bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap. Diketahui artinya
sesuatu yang sudah terjadi merupakan fakta (bukti). Dianggap mempunyai
arti pertama, pernyataan (statement) tentang sesuatu yang sudah terjadi
akan tetapi belum diketahui (belum dilaporkan), sering disebut hipotesis
(hypothesis), Kedua, pernyataan tentang sesuatu yang belum terjadi, bisa