• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI A. Telaah Pustaka

3. Pengambilan Keputusan

Perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkanakan memuaskan kebutuhan mereka. (Sciffman dan Kanuk,2010; Ujang, 2011: 4). Definisi perilaku konsumen selanjutnya menyimpulkan bahwa perilaku

konsumenadalah semua tindakan, kegiatan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, kita membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi (Sumarwan, 2011: 5).

a. Pengertian Pengambilan Keputusan

Schiffman dan Kanuk (Sumarwan, 2011: 357) mendefinisikan suatu keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan

25

maka ia harus memiliki pilihan alternatif. Misalnya, seorang konsumen akan membeli sebuah sedan, ia dihadapkam pada beberapa merek kendaraan seperti : Toyota, Honda, Suzuki, dan Hyundai. Dengan demikian ia harus mengambil keputusan merek apa yang akan dibelinya, atau ia harus memiliih satu dari beberapa pilihan merek.

Perilaku pembelian konsumen atau perilaku konsumen adalah proses dan kegiatan yang terlibat ketika orang mencari, memilih, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan membuang produk dan jasa untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka (Belch, 2001; Morissan, 2010: 85). Keputusan untuk membeli barang dan jasa tertentu terkadang merupakan hasil dari proses yang lam dan rumit yang

mencakup kegiatan mencari informasi, membandingkan berbagai merek, melakukan evaluasi, dan kegiatan lainnya.

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah proses bagaimana menentukan keputusan yang terbaik, logis, rasional dan ideal berdasarkan data, fakta, dan informasi dari sejumlah alternatif untuik mencapai sasaran-sasaran yaang telah ditetapkan dengan resiko terkecil, efektis, dan efisien untuk

dilaksanakan dimasa yang akan datang. b. Faktor-Faktor Pengambilan Keputusan

Menurut Terry (1989; Diamond, 2012), faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan terdiri dari 6 hal sebagai berikut:

26 1) Fisik

Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti: rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, dan sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.

2) Emosional

Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan beraksi pada suatu situasi secara subjektif.

3) Rasional

Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya. 4) Praktikal

Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuannya dalam bertindak.

5) Interpersonal

Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang ke orang yang lain dapat mempengaruhi tindakan individual.

6) Struktural

27 c. Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan

1) Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi

Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu :

a) Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.

b) Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan.

2) Pengambilan Keputusan Rasional

Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat

berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai

masyarakat yang di akui saat itu.

3) Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta

Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan

keputusan didukung oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis

28

dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan. 4) Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman

Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan semacam itu biasanya ditelusuri melalui arsip-arsip penhambilan keputusan yang berupa dokumentasi pengalaman-pengalaman masa lampau. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang timbul.

5) Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang Banyak sekali keputusan yang diambil karena

wewenang(authority) yang dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien. Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain banyak diterimanya oleh bawahan, memiliki otentisitas (otentik), dan juga karena

29

Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik dictatorial. Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.

4. Pembiayaan

a. Pengertian Pembiayaan

Menurut UU no 7 tahun 1992, pembiayaan adalah Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu ditambah dengan sejumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil.Pembiayaan didalam aktivitas BMT sering disebut sebagai lending – financing.Didalam lembaga keuangan mikro syariah seperti BMT, pembiayaan merupakan salah satu aktivitas penting karena berhubungan dengan perencanaan perolehan

pendapatan.

Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Anshori, 2008 : 53). Selain sebagai kegiatan yang menghasilkan bagi hasil, pembiayaan juga

30

berperan dalam perkembangan perekonomian masyarakat sekitar. Pembiayaan berbeda dengan kredit. Terdapat perbedaan besar antara bunga dan bagi hasil.

Kredit adalah penyediaan uang berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Kasmir, 2008; 73). Perbedaan kredit dan pembiayaan adalah pada pemberian jasa terhadap

pembiayaan tersebut. Jika kredit menggunakan sistem bunga, pembiayaan menggunakan sistem bagi hasil.

b. Jenis-Jenis Pembiayaan

Menurut Syafi’i Antonio (2001) secara umum jenis-jenis pembiayaan adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Jenis-jenis pembiayaan

Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :

1) Pembiayaan produktif yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas yaitu seperti dalam

Pembiayaan

P .konsumtif

P. produktif P. investasi P. modal kerja

31

peningkatan usaha baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi.

2) Pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk kebutuhan konsumsi.

Menurut keperluannya pembiayaan produktif dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :

1) Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan untuk peningkatan produksi dan untuk keperluan perdagangan.

2) Pembiayaan investasi yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat dengan itu.

Dalam penyaluran pembiayaan modal kerja, BMT harus memperhatikan jenis kebutuhan dan rencana pemanfaatannya. Dan berdasarkan tujuan penggunaannya, produk pembiayaan syariah dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu :

1) Transaksi pembiayaan dengan prinsip jual beli yaitu seperi produk

Murabahah, Salam, dan Istisna. Untuk pendapatan atau keuntungannya disebut margin.

2) Transaksi pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yaitu produk

Mudharabah dan Musyarakah. Dan untuk pendapatan keuntungannya disebut bagi hasil.

32

3) Transaksi pembiayaan dengan prinsip sewa (ujrah) yaitu produk

Ijarah dan Ijarah muntahiyah bittamlik. Dan untuk pendapatan keuntungannya dinamakan upah.

Pembiayaan antara lembaga keuangan syariah sering kali dianggap sama dengan pemberian kredit lembaga keuangan konvensional. Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan antara pembiayaan bank syariah dan pemberian kredit bank konvensional yang dipaparkan oleh Chikmah (2014). Persamaan antara pembiayaan

lembaga keuangan syariah dan pemberian kredit lembaga keuangan konvensional adalah :

1) Prosedur pemberian kredit atau pembiayaan.

2) Persyaratan pemberian kredit atau pembiayaan yang diajukan debitur atau nasabah atau anggota kepada bank.

Dan untuk perbedaan antara pembiayaan lembaga keuangan syariah dan pemberian kredit lembaga keuangan konvensional adalah sebagai berikut :

1) Keuntungan yang diperoleh

Pada lembaga keuangan konvensional, keuntungan berdasarkan basarnya tingkat suku bunga kredit yang ditetapkan kepada debitur atau nasabah atau anggota yang mengajukan kredit. Dengan adanya beban bunga tersebut maka jumlah pembiayaan kredit yang diajukan nominalnya menjadi lebih besar dari jumlah pinjaman. Sedangkan pada lembaga keuangan syariah, keuntungan

33

diperoleh dari margin yang disepakati oleh kedua belah pihak, yakni pihak lembaga dengan debitur atau nasabah atau anggota. Perjanjian yang dilakukan diawal transaksi adalah kesepakatan untuk

menentukan prosentase penetuan keuntungan atau margin antara pihak lembaga dengan debitur atau nasabah atau anggota, baik keuntungan maupun kerugian akan ditanggung bersama.

2) Prinsip yang diterapkan dalam pemberian kredit atau pembiayaan. Pada lembaga keuangan konvensional, prinsip yang diterapkan adalah antara lain : melayani semua jenis kredit baik kredit modal usaha, kredit konsumtif, maupun kredit investasi dan tidak membedakan antara transaksi halal maupun haram. Sedangkan pada lembaga keuangan syariah, prinsip yang diterapkan adalah : prinsip jual beli seperti murabahah, istisna, salam kemudian prinsip bagi hasil seperti mudharabah, musyarakah, dan yang terakhir prisip sewa seperti produk ijarah, dan ijarah mumtahiyah bit-tamlik.

3) Pengikutan kontrak dan perjanjian pihak lembaga dengan pihak debitur atau nasabah atau anggota.

Pada lembaga keuangan konvensional, tidak ada pengikatan kontrak atau perjanjian yang disepakati diawal terhadap debitur atau nasabah atau anggota dan hanya menetapkan bunga atas jumlah kredit yang dipinjam dengan presentase yang pasti dan dalam jangka waktu yang ditentukan. Apabila debitur atau nasabah atau anggota

34

menunggak maka akan dikenakan denda berupa jumlah bunga kredit yang lebih besar dari sebelumnya.

Pada lembaga keuangan syariah, terjadi perjanjian dan kesepakatan diawal transaksi antara pihak lembaga dengan debitur atau nasabah atau anggota yang berisi tentang kontrak dan perjanjian serta perhitungan jumlah bagi hasil bagi pihak lembaga sesuai kesepakatan bersama. Kemudian untuk keuntungan dan kerugian akan ditanggung bersama antara pihak lembaga keungan dengan debitur atau nasabah atau anggota.

4) Jenis pemberian kredit atau pembiayaan yang diberikan pihak lembaga keuangan.

Pada lembaga keuangan konvensional tidak membatasi jenis kredit yang diajukan, selama memenuhi syarat dan ketentuan yang ditetapkan. Dan tidak memperdulikan hukum hukum jenis kredit yang diajukan, selama dapat dilunasi tepat waktu beserta bunganya. Pada lembaga keuangan syariah, hanya menyanggupi pembiayaan bila telah jelas hukum dan penggunaannya. Dari segi kriteria usaha yang dibiayai, bank syariah mengharuskan usaha-usaha yang halal.

c. Macam-Macam Pembiayaan

Pembiayaan menurut Syafi’i Antonio (2001) terbagi menjadi 5 (lima), yaitu:

35 1) Mudharabah

Mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak dimana pihak pertama (shohibul maal) menyediakan seluruh modal. Sedangkan pihak lainnya sebagai pengelola. Keuntungan usaha dibagi berdasarkan kesepakatan, sedangkan kerugian

ditanggung pemilik modal selama bukan akibat kelalaian pengelola. Namun jika kerugian diakibatkan kelalaian si pengelola maka pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. 2) Musyarokah

Musyarokah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan kerugian ditanggung bersama sesuai kesepakatan.

3) Ijarah

Musyarokah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan kerugian ditanggung bersama sesuai kesepakatan.

4) Salam

Salam adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh. Banyak orang yang menyamakannya dengan sistem ijon, padahal

36

keduanya terdapat berbedaan besar. Dalam ijon, barang yang dibeli tidak diukur atau ditimbang secara jelas dan spesifik.

5) Istishna

Istishna adalah jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan. Perbedaanya dengan salam adalah pada waktu pembayarannya.

6) Murabahah

Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Murabahah merupakan transaksi pembiayaan yang paling dominan dijalankan bank.

Kekhawatiran tidak transparannya nasabah dalam melaporkan keuntungan usaha menjadi salah satu alasan. Pembiayaan murabahah sering dianggap banyak orang bahwa perbankan syariah tidak

berbeda dengan sistem kredit pada bank konvensional. Akan tetapi dalam transaksi murabahah, bagi hasil disebut margin. Bagi hasil adalah sistem yang digunakan dalam transaksi mudharabah. 5. Pedagang

a. Pengertian Pedagang kaki lima

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S Poerwadarminta, istilah kaki lima adalah lantai yang diberi atap sebagai penghubung rumah dengan rumah, arti yang kedua adalah lantai (tangga) dimuka pintu atau di tepi jalan. Arti yang kedua ini lebih

37

cenderung diperuntukkan bagi bagian depan bangunan rumah toko, dimana di jaman silam telah terjadi kesepakatan antar perencana kota bahwa bagian depan (serambi) dari toko lebarnya harus sekitar lima kaki dan diwajibkan dijadikan suatu jalur dimana pejalan kaki dapat melintas. Namun ruang selebar kira-kira lima kaki itu tidak lagi berfungsi sebagai jalur lintas bagi pejalan kaki, melainkan telah berubah fungsi menjadi area tempat jualan barang-barang pedagang kecil, maka dari situlah istilah pedagang kaki lima dimasyarakatkan.

Pedagang Kaki Lima menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (1991), adalah pedagang yang menjual barang

dagangannya di pinggir jalan atau di dalam usahanya menggunakan sarana dan perlengkapan yang mudah dibongkar pasang atau

dipindahkan serta memempergunakan bagian jalan atau trotoar, tempat-tempat yang tidak diperuntukkan bagi tempat-tempat untuk berusaha atau tempat lain yang bukan miliknya.

Menurut para ahli, (Rais dalam Umboh, 1990). pedagang dapat diartikan sebagai penyalur barang dan jasa-jasa perkotaan Manning dan Tadjudin Noer Effendi (1985) menyebutkan bahwa pedagang kaki lima adalah salah satu pekerjaan yang paling nyata dan penting

dikebanyakan kota di Afrika, Asia, Timur Tengah dan Amerika Latin.

Menurut Breman (1988), pedagang kaki lima merupakan usaha kecil yang dilakukan oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah (gaji

38

harian) dan mempunyai modal yang terbatas. Dalam bidang ekonomi, pedagang kecil ini termasuk dalam sektor informal, di mana merupakan pekerjaan yang tidak tetap dan tidak terampil serta golongan-golongan yang tidak terikat pada aturan hukum, hidup serba susah dan semi kriminil pada batas-batas tertentu.

Menurut McGee dan Yeung (1977: 25), PKL mempunyai pengertian yang sama dengan ”hawkers”, yang didefinisikan sebagai

orang-orang yang menjajakan barang dan jasa untuk dijual di tempat yang merupakan ruang untuk kepentingan umum, terutama di pinggir jalan dan trotoar.

b. Ciri-ciri umum yang dikemukakan oleh kartono dkk. (1980: 3-7) 1). Merupakan pedagang yang kadang- kadang juga sekaligus berarti

produsen.

2). Ada yang menetap pada lokasi tertentu, ada yang bergerak dari tempat satu ketempat yang lain (menggunakan pikulan, kereta dorong, tempat atau stan yang tidak permanen serta bongkar pasang)

3). Menjajakan bahan makanan, minuman, barang-barang konsumsi lainnya yang tahan lama secara eceran.

39

4). Umumnya bermodal kecil,kadang hanya merupakan alat bagi pemilik modal dengan mendapatakan sekedar komisi sebagai imbalan atas jerih payahnya.

5). Kualitas barang- barang yang diperdagangkan relativ rendah dan biasanya tidak berstandar.

6). Volume peredaran uang tidak seberapa besar, para pembeli merupakan pembeli yang berdaya beli rendah.

7). Usaha skala kecil bisa berupa family enterprise, dimana ibu dan anak-anak turut membantu dalam usaha tersebut, baik langsung maupun tidak langsung.

8). Tawar menawar antar penjual dan pembeli merupakan relasi ciri yang khas pada usaha pedagang kaki lima.

9). Dalam melaksanakan pekerjaannya ada yang secara penuh, sebagian lagi melaksanakan setelah kerja atau pada waktu senggang, dan ada pula yang melaksanakan musiman.

c. Tempat Beroperasi Pedagang Kaki Lima

Pedagang kaki lima biasanya menjajakan dagangannya di tempat-tempat umum yang dianggap strategis, antara lain:

1). Trotoar, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, trotoar adalah tepi jalan besar yang sedikit lebih tinggi dari pada jalan tersebut, tempat

40

orang berjalan kaki. Pedagang kaki lima biasanya\beraktivitas di trotoar, sehingga trotoar bukan lagi sebagai tempat yang nyaman untuk pejalan kaki karena sudah beralih fungsi.

2). Bahu Jalan, yaitu bagian tepi jalan yang dipergunakan sebagai tempat untuk kendaraan yang mengalami kerusakan berhenti atau digunakan oleh kendaraan darurat seperti ambulans, pemadam kebakaran, polisi yang sedang menuju tempat yang memerlukan bantuan kedaruratan dikala jalan sedang mengalami kepadatan yang tinggi. Dari pengertian di atas, fungsi bahu jalan adalah tempat berhenti sementara dan pergerakan pejalan kaki, namun kenyataanya sebagai tepat pedagang kaki lima beraktivitas.

3). Badan Jalan, yaitu lebar jalan yang dipergunakan untuk pergerakan lalu lintas.

d. Cara Kerja Pedagang Kaki Lima

Pedagang menjajakan atau menyajikan dagangannya dengan menyediakan meja dan kursi untuk pembeli dan pembeli dapat memesan makanan itu dan menikmatinya . Kadang mereka

menggunakan tenda-tenda yang bisa dibuka dan ditutup setiap saat, mereka ini biasanya menempati tempat yang bukan milikya sendiri.

41

1). Gerobak/kereta dorong, yang biasanya digunakan oleh pedagang yang berjualan makanan, minuman, atau rokok.

2). Pikulan/keranjang, bentuk saranan ini digunakan oleh pedagang keliling atau semi permanen. Bentuk ini dimaksudkan agar barang dagangan mudah dibawa atau berpindah tempat.

3). Warung semi permanen, yaitu berupa gerobak/kereta dorong yang diatur sedemikian rupa secara berderet dan dilengkapi dengan meja dan kursi.

4). Kios, bentuk sarana ini menggunakan papan-papan yang diatur sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah bilik, yan mana pedagang tersebut juga tinggal di dalamnya.

5). Gelaran/alas, pedagang menggunakan alas tikar, kain atau sejenisnya untuk menjajakan dagangannya.

f. Persaingan & Kerjasama Antar Pedagang Kaki Lima

1). Persaingan harga, yaitu persaingan menentukan harga jual.

2). Persaingan dalam mutu, maksudnya adalah mutu rasa makanan, kebersihan tempat jual serta kebersihan penjual.

3). Persaingan dalam memberikan pelayanan kepada pembeli sehingga pembeli merasa puas.

42 1). Dampak Positif dari Hadirnya PKL

Pada umumnya barang-barang yang diusahakan PKL memiliki hargayang tidak tinggi, tersedia di banyak tempat, serta barang yang beragam. Dan uniknya keberadaan PKL bisa menjadi potensi pariwisata yangcukup menjanjikan. Sehingga PKL banyak menjamur di sudut-sudut kota,karena memang sesungguhnya pembeli utama adalah kalangan menengahkebawah yang memiliki daya beli rendah.

Dampak positif terlihat pula dari segi sosial dan ekonomi karena keberadaan PKL menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi kota karenasektor informal memiliki karakteristik efisien dan ekonomis. Hal tersebut,menurut Sethurahman selaku

koordinator penelitian sektor informal yangdilakukan ILO di delapan negara berkembang, karena kemampuanmenciptakan surplus bagi investasi dan dapat membantu

meningkatkanpertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan usaha-usaha sektor informal bersifat subsisten dan modal yang digunakan kebanyakan berasal dari usahasendiri. Modal ini sama sekali tidak menghabiskan sumber daya ekonomiyang besar.

2). Dampak Negatif dari Hadirnya PKL

Penurunan kualitas ruang kota ditunjukan oleh semakin tidak terkendalikannya perkembangan PKL sehingga seolah-olah semua

43

lahan kosong yang strategis maupun tempat-tempat yang strategis merupakan hak para PKL. PKL mengambil ruang dimana-mana, tidak hanya ruang kosong atau terabaikan tetapi juga pada ruang yang jelas peruntukkannya secara formal. PKL secara illegal berjualan hampir diseluruh jalur pedestrian, ruang terbuka, jalur hijau, dan ruang kota lainnya. Alasannya karena yang tinggi sehingga berpotensi besar untuk mendatangkankonsumen juga. Akibatnya adalah kaidah-kaidah penataan ruang menjadimati oleh pelanggaran-pelanggaran yang terjadi akibat keberadaan PKL tersebut. Keberadaan PKL yang tidak terkendali mengakibatkan pejalan kaki berdesak-desakan sehingga dapat timbul tindak kriminal(pencopetan),Mengganggu kegiatan ekonomi pedagang formal karena lokasinya yang cenderung memotong jalur

pengunjung seperti pinggir jalan dan depan toko. Dan sebagian dari barang yang mereka jual tersebut mudah mengalami penurunan mutu yang berhubungan dengan kepuasan konsumen.

Dokumen terkait