• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KONSUMSI LISTRIK DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KONSUMSI LISTRIK DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI INDONESIA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Diterima : 23 April 2014, direvisi : 5 Mei 2014, disetujui terbit : 2 Juni 2014

ANALISIS KONSUMSI LISTRIK DAN INDEKS PEMBANGUNAN

MANUSIA (IPM) DI INDONESIA

ANALYSIS OF ELECTRICITY CONSUMPTION AND HUMAN

DEVELOPMENT INDEX (HDI) IN INDONESIA

I Made Agus Dharma Susila dan Dwi Rahmasari Pribadi

Puslitbangtek. Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Jl. Ciledug Raya Kav. 109, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, 12230

dekgus70@yahoo.com

Abstrak

Analisis konsumsi listrik dan indeks pembangunan manusia (IPM) di Indonesia dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis hubungan antara konsumsi listrik dengan indikator pembangunan sosial berupa IPM di Indonesia. Metodologi yang digunakan dalam analisis ini adalah deskriptif analitik yang menggambarkan secara detail hubungan antara konsumsi listrik dari tiga sektor utama yaitu industri, rumah tangga dan komersial dengan indikator pembangunan sosial berupa dua indikator IPM yaitu umur harapan hidup dan angka melek huruf yang diwakili oleh lama sekolah. Sektor industri mempunyai pengaruh paling besar terhadap umur harapan hidup,dibandingkan dengan sektor komersial dan sektor rumah tangga. Konsumsi listrik total dan rasio elektrifikasi lebih mempengaruhi nilai indikator melek huruf dibandingkan dengan umur harapan hidup. Konsumsi listrik total berkorelasi sangat kuat dengan kedua indikator IPM yaitu umur harapan hidup dan angka melek huruf dan dengan IPM itu sendiri. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi (r2) lebih dari 0,97. Korelasi anatara

rasio elektrifikasi dengan IPM juga kuat yang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi (r2) di atas

0,95. Dapat disimpulkan bahwa konsumsi listrik dan rasio elektrifikasi di Indonesia mempunyai hubungan yang kuat dengan indikator – indikator IPM.

Kata kunci : konsumsi listrik, pembangunan sosial, Indeks Pembangunan Manusia

Abstract

An analysis on electricity consumption and human development index (HDI) in Indonesia was carried out to investigate correlation between electricity consumption and indicators of human development index. Methodology which is applied on the study is descriptive analytic to describe correlation between the electricity consumption per sector to the indicators of HDI such as life expectancy and education. Electricity consumption of industry sector has a larger influence to life expectancy and commercial and household compared to those of other sectors. The result of the study indicates that electricity consumption and social development in Indonesia has a strong correlation with correlation coefficient (r2) more than 0.97. A strong correlation is also shown by electrification ratio and HDI with correlation

coefficient is about 0.95. It is concluded that electricity consumption and electrification ratio have strong relationship with indicators of HDI.

Key words: electricity consumption, social development, human development index

PENDAHULUAN

Dalam masyarakat modern, energi listrik sudah menjadi kebutuhan dasar yang

mempunyai peranan penting dalam

pembangunan ekonomi dan sosial. Dalam

konteks pembangunan sosial, Niu et al menyatakan bahwa energi listrik sangat diperlukan untuk peningkatan kesejahteraan yang meliputi peningkatan kesehatan, pendidikan, kenyamanan, peningkatan kualitas

(2)

lingkungan, dan peningkatan pengembangan diri bagi perempuan. Konsumsi listrik juga merupakan salah satu indikator yang mencerminkan tingkat pembangunan sosial suatu negara[1]. Kanagawa & Nakata juga

menyatakan bahwa secara sosio ekonomi, peningkatan akses terhadap energi modern berupa energi listrik akan meningkatan kualitas hidup secara drastis[2].

Pada dasarnya, standar atau tingkat kesejahteraan manusia sebenarnya sulit untuk diukur tetapi saat ini ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukurnya. Yang paling sederhana adalah dengan menghitung produksi domestik bruto (PDB) per kapita yang menggambarkan nilai semua barang dan jasa yang diproduksi suatu wilayah dalam periode waktu tertentu per kapita. Indikator yang lebih maju adalah dengan menghitung indeks pembangunan manusia (IPM) atau human development index (HDI) yang mempertimbangkan umur harapan hidup, angka melek huruf, dan PDB[3]. Mengacu pada

UNDP, umur harapan hidup atau angka harapan hidup adalah rata-rata perkiraan banyaknya tahun yang dapat ditempuh seseorang selama hidup. Sedangkan angka melek huruf atau rata-rata lama sekolah didefinisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk usia 15 tahun keatas dalam menjalani pendidikan formal.

Ada beberapa studi yang mempelajari hubungan antara konsumsi energi dan atau listrik dengan tingkat kesejahteraan manusia. Martinez & Ebenhack melalui studinya

terhadap konsumsi energi per kapita dengan IPM di 120 negara menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara IPM dengan konsumsi energi. Disebutkan juga bahwa untuk Negara-negara miskin, peningkatan akses yang kecil terhadap energi akan meningkatkan pembangunan manusia yang luar biasa[4].

Pereira et al melalui studinya terhadap listrik pedesaan dan kemiskinan energi di Brasil menyimpulkan bahwa ada perubahan profil konsumsi energi dan listrik terhadap pengurangan kemiskinan energi[5].

Sebaliknya, melalui studinya terhadap konsumsi listrik di negara-negara industri, Mazur menyimpulkan bahwa peningkatan konsumsi energi dan listrik per kapita pada tiga dekade terakhir tidak berasosiasi atau berhubungan dengan peningkatan kualitas hidup[6]

.

Oudraogo menyatakan bahwa ada hubungan kointegrasi yang positif antara konsumsi listrik dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau human development index (HDI). Secara lebih detail disebutkan bahwa peningkatan konsumsi litrik per kapita sebesar 1% akan meningkatkan nilai IPM sebesar 0,22% [7]

.

Melalui studinya terhadap konsumsi energi, kesejahteraaan manusia dan pembangunan ekonomi di beberapa negara di Eropa Timur, Jorgenson et al menyatakan bahwa hubungan antara intesitas energi-kesejahteraan manusia dengan pertumbuhan ekonomi sangat kompleks dan berubah secara dramatis sepanjang waktu. Dan pada beberapa

(3)

Diterima : 23 April 2014, direvisi : 5 Mei 2014, disetujui terbit : 2 Juni 2014 tahun terakhir rentang waktu studi,

menunjukkan peningkatan hubungan yang berlanjut anatara intensitas energi kesejahteraan manusia dengan pembangunan ekonomi[8].

Bagaimana dengan tingkat kesejahteraan manusia dan kaitannya dengan konsumsi listrik di Indonesia? Mengacu pada data UNDP tahun 2012, dengan nilai IPM sekitar 0,929, Indonesia berada pada peringkat 121 dari 187 negara dan dikategorikan sebagai negara dengan pembangunan manusia menengah[9].

Sampai dengan tahun 2012, rasio elektrifikasi di Indonesia mencapai 76% yang artinya masih ada sekitar 24% rumah tangga yang belum mempunyai akses terhadap energi listrik. Pertumbuhan konsumsi listrik dari tahun 2004 sampai dengan 2012 sekitar 9% per tahun. Dan total konsumsi listrik Indonesia mencapai 173.990 GWh dan masih didominasi oleh sektor rumah tangga dan industri, masing - masing 41% dan 35%. Selanjutnya adalah sektor komersil sebesar 18%. Sektor lainnya seperti sosial, penerangan dan bangunan pemerintah mengkonsusmsi sekitar 7%[10].

Sejauh ini, belum ditemukan studi yang mempelajari kaitan antara tingkat kesejahteraan manusia dan konsumsi listrik di Indonesia.

Oleh karena itu, penulis termotivasi untuk melakukan studi yang berkaitan dengan hal tersebut di atas.

Tujuan dari studi ini adalah untuk menganalisis hubungan antara konsumsi listrik dengan indikator pembangunan sosial berupa IPM di Indonesia. Analisis dibatasi hanya pada dua komponen dari IPM yaitu umur harapan

hidup angka melek huruf. Dilakukan juga analisis hubungan antara rasio elektrifikasi dengan dua komponen IPM yaitu angka harapan hidup dan lama sekolah.

METODOLOGI

Metodologi yang digunakan dalam studi ini adalah deskriptif analitik yang menggambarkan secara detail hubungan antara konsumsi listrik dengan indikator pembangunan sosial yaitu IPM. Saat ini, United Nations Development Programme (UNDP) menggunakan empat komponen indikator dalam menghitung IPM yaitu umur harapan hidup, angka melek huruf yang diwakili oleh lama sekolah yang diharapkan dan rata-rata lama sekolah serta daya beli yang dicerminkan oleh pendapatan nasional kotor per kapita[9].

Dalam studi ini yang digunakan dalam analisis hanya komponen umur harapan hidup dan angka melek huruf karena indikator ini secara luas sudah diterima sebagai indikator dari masyarakat yang baik dan sudah menjadi fokus banyak penelitian kesehatan masyarakat, demografi dan pendidikan masyarakat. Saat ini, indikator umur harapan hidup banyak digunakan dalam studi intensitas energi kesejahteraan mausia karena tepat, valid dan handal untuk analisis kesejahteraan manusia serta sudah mapan dalam berbagai penelitian[11].

Umur harapan hidup mengindikasikan rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata anak yang masih hidup. Mengingat ketersediaan data dari lembaga nasional terbatas, maka data yang

(4)

dipergunakan mengacu pada beberapa lembaga internasional. Data umur harapan hidup diperoleh dari basis data Bank Dunia[12] dan

disajikan dalam Tabel 1. Data lama sekolah dan IPM disajikan pada Tabel 2 berdasarkan laporan UNDP[9].

Tabel 1. Pendapatan nasional bruto per kapita dan umur harapan hidup Indonesia[12]

Tahun GNI PPP per kapita (2005 US$) Umur harapan hidup 1990 1,976 63 1991 1,931 64 1992 2,059 64 1993 2,372 65 1994 2,537 65 1995 2,699 65 1996 2,868 66 1997 2,949 66 1998 2,450 67 1999 2,388 67 2000 2,495 67 2001 2,630 68 2002 2,731 68 2003 2,797 68 2004 2,875 69 2005 2,988 69 2006 3,126 69 2007 3,284 69 2008 3,456 70 2009 3,567 70 2010 3,765 70

Tabel 2. Indeks Pembangunan Manusia Indonesia[9] Tahun Lama sekolah (tahun) IPM 1990 3,3 0,479 1995 4,2 0,525 2000 4,8 0,540 2005 5,3 0,575 2010 5,8 0,620

Data konsumsi listrik diperoleh dari basis data Badan Energi internasional atau International Energy Agency (IEA)[13] dan

disajikan pada Tabel 3. Sedangkan data rasio elektrifikasi yang disajikan pada Tabel 4, diperoleh dari data KESDM. Rentang waktu data yang dianalisis adalah dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2010.

Tabel 3. Konsumsi listrik Indonesia

Tahun Konsumsi per kapita (kWh)

Indust ri R umah tangga K om er si a l T ot al 1990 79 49 25 153 1991 85 55 27 168 1992 93 61 29 184 1993 101 68 32 201 1994 114 77 36 227 1995 124 91 48 263 1996 138 97 47 281 1997 153 111 50 314 1998 135 120 60 314 1999 149 128 62 339 2000 159 143 68 371 2001 165 154 72 391 2002 168 155 74 198 2003 165 161 82 408 2004 172 180 94 446 2005 188 182 104 474 2006 191 192 111 493 2007 198 204 121 523 2008 204 213 131 548 2009 197 234 142 573 2010 214 251 153 617

(5)

Diterima : 23 April 2014, direvisi : 5 Mei 2014, disetujui terbit : 2 Juni 2014 Tabel 4. Rasio elektrifikasi rata-rata

Indonesia[10] Tahun Rasio elektrifikasi (%) 1990 28 1995 43 2000 57 2005 62 2010 67

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Korelasi antara umur harapan hidup dengan konsumsi listrik total dan tiap sektor diilustrasikan pada Gambar 1 sampai dengan Gambar 4 di bawah ini.

Gambar 1. Korelasi konsumsi listrik total per kapita terhadap umur harapan hidup

Gambar 2. Korelasi konsumsi listrik sektor industri per kapita terhadap umur harapan

hidup

Gambar 3.Korelasi konsumsi listrik sektor rumah tangga per kapita terhadap umur harapan

hidup

Gambar 4. Korelasi konsumsi listrik sektor komersial per kapita terhadap umur harapan

hidup

(6)

Korelasi antara konsumsi listrik per kapita dengan umur harapan hidup, lama sekolah dan IPM disajikan pada Gambar 5 sampai dengan Gambar 7 di bawah ini.

Gambar 5. Korelasi konsumsi listrik per kapita terhadap umur harapan hidup

Gambar 6. Korelasi konsumsi listrik per kapita terhadap lama sekolah

Gambar 7. Korelasi konsumsi listrik perkapita terhadap IPM

Dan korelasi rasio elektrifikasi terhadap dua indikator IPM diilustrasikan pada Gambar 8 sampai dengan Gambar 10 di bawah ini.

Gambar 8. Korelasi rasio elektrifikasi terhadap umur harapan hidup

Gambar 9. Korelasi rasio elektrifikasi terhadap lama sekolah

Gambar 10. Korelasi rasio elektrifikasi terhadap IPM

(7)

Diterima : 23 April 2014, direvisi : 5 Mei 2014, disetujui terbit : 2 Juni 2014 Pembahasan

Secara umum, konsumsi listrik berkorelasi sangat kuat dengan umur harapan hidup seperti ditunjukkan pada Gambar 1 sampai dengan Gambar 4. Korelasi yang paling kuat ditunjukkan oleh sektor rumah tangga, kemudian sektor industri dan terakhir sektor komersial.

Walaupun demikian, melalui analisis sensitivitas dari konsumsi lisrik masing-masing sektor terhadap umur harapan hidup, mengindikasikan sektor yang paling mempunyai pengaruh paling besar adalah sektor industri, kemudian diikuti oleh sektor komersial dan sektor rumah tangga. Dengan menaikkan atau menurunkan nilai konsumsi listrik setiap sektor sebesar 10%, sektor industri memberikan pengaruh sebesar 0,79%, diikuti sektor komersial sebesar 0,75%, dan terakhir sektor rumah tangga sebesar 0,52%.

Korelasi konsumsi listrik total dengan dua indikator IPM juga sangat kuat seperti ditunjukkan pada Gambar 5 sampai dengan Gambar 7. Terlihat bahwa konsumsi listrik total berkorelasi lebih kuat terhadap indikator umur harapan hidup dibandingkan terhadap indiator melek huruf. Akan tetapi jika dilakukan analisis sensitivitas untuk masing-masing indikator, justru indikator melek huruf lah yang lebih dipengaruhi oleh konsumsi listrik total. Dengan menaikkan atau menurunkan nilai konsumsi listrik sebesar 10%, indikator umur harapan hidup berubah sekitar 0.9% dan indikator melek huruf berubah sekitar 4.4%.

Hal yang berbeda terjadi pada hubungan antara rasio elektrifikasi dengan dua indikator IPM seperti ditunjukkan pada Gambar 8 sampai dengan Gambar 10. Kedua indikator IPM tersebut mempunyai korelasi yang sangat kuat dengan rasio elektrifikasi dimana indikator melek huruf berkorelasi lebih kuat dibandingkan indikator umur harapan hidup. Rasio elektrifikasi juga lebih mempengaruhi nilai indikator melek huruf dibandingkan indikator umur harapan hidup. Dengan menaikkan atau menurunkan nilai rasio elektrifikasi sebesar 10%, nilai indikator melek huruf berubah sebesar 6,6% dan indikator umur harapan hidup berubah sekitar 1,2%.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil pembahasan atas hasil studi ini maka dapat disimpulkan bahwa konsumsi listrik dan rasio elektrifikasi di Indonesia mempunyai hubungan yang kuat dengan indikator-indikator pembangunan manusia. Sektor industri mempunyai pengaruh paling besar terhadap umur harapan hidup, diikuti sektor komersial dan rumah tangga.

Terkait dengan IPM, konsumsi listrik total dan rasio elektrifikasi lebih mempengaruhi nilai indikator melek huruf dibandingkan indikator umur harapan hidup.

Saran

Mengingat kondisi kelistrikan baik konsumsi listrik maupun rasio elektrifikasi dan pembangunan sosial di setiap wilayah berbeda-beda maka perlu dilakukan analisis lebih lanjut

(8)

untuk membandingkan dan menggambarkan secara lebih detail kondisi setiap wilayah.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Niu, S., Y. Jia, W. Wang, R. He, L. Hu and Y. Liu. 2013. Electricity consumption and human development level: A comparative analysis based on panel data for 50 countries. Electrical Power and Energy Systems. Vol. 53: 338 – 347

[2]. Kanagawa, M. and T. Nakata. 2008. Assessment of access to electricity and the socio-economic impacts in rural areas of developing countries. Energy Policy. Vol. 36: 2016-2029

[3]. Center for Sustainable Systems, University of Michigan. 2013. Social Development Indicators Factsheet. Pub. No. CSS08-15

[4]. Martinez, D. M. and B. W. Ebenhack. 2008. Understanding the role of energy consumption in human development through the use of saturation phenomena. Energy Policy. Vol. 36: 1430-1435. [5]. Pereira, M.G., M.A.V. Freitas and N.F.

da Silva. 2010. Rural electrification and energy poverty: Empirical evidences from Brazil. Renewable and Sustainable Energy Reviews. Vol. 14: 1229-1240 [6]. Mazur, A. 2011. Does increasing energy

or electricity consumption improve quality of life in industrial nations Energy Policy. Vol. 39: 2568 – 2572

[7]. Ouedraogo, N. S. 2013. Energy consumption and human development: Evidence from a panel co-integration and error correction model. Energy. Vol. 63: 28 - 41.

[8]. Jorgenson, A. K., A. Alekseyko and V. Giedraitis. 2014. Energy consumption, human well-being and economic development in central and eastern European nations: A cautionary tale of sustainability. Energy Policy. Vol. 66: 419 – 427

[9]. United Nations Development

Programme (UNDP). 2013. Human development Reports 2013. Tersedia pada http://hdr.undp.org/en [Diakses tanggal 25 Februari 2014 ]

[10]. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM). 2013. Statistik

Listrik. Tersedia pada

http://prokum.esdm.go.id [Diakses tanggal 28 Februari 2014].

[11]. Dietz, T., E. A. Rosa, and R. York. 2012. Environmentally efficient well-being: Is there a Kuznets curve?. Applied Geography. Vo. 32: 21-28.

[12]. World Bank. 2013. Human development

Reports 2013. Tersedia pada

http://data.worldbank.org/country [Diakses tanggal 25 Februari 2014 ] [13]. International Energy Agency (IEA).

2013. Report. Tersedia pada: www.iea.org [Diakses tanggal 25 Februari 2014]

Gambar

Tabel 1. Pendapatan nasional bruto per kapita  dan umur harapan hidup Indonesia [12]
Gambar 1. Korelasi konsumsi listrik total per  kapita terhadap umur harapan hidup
Gambar 5. Korelasi konsumsi listrik per kapita  terhadap umur harapan hidup

Referensi

Dokumen terkait

[r]

To study the association of alcohol consumption and lipid-based cardiovascular risk factors among middle-age women, cross-sectional analysis among 274 middle-aged healthy women

”Partisipasi Politik Perempuan Dalam Pilkada Kabupaten Pacitan Tahun 2015 (Studi Kasus Kelompok Yasinan Putri Desa Ploso Kabupaten Pacitan)”. Skripsi, Program Studi

"Sekitar sepuluh tahun yang lalu saya masih di bagian perencanaan Dinas PU Riau, sudah menyampaikan kepada Pemerintah Kota Pekanbaru ketika itu untuk tidak membangun tugu

Arti dari finger painting adalah kegiatan menggambar yang dilakukan dengan cara menggoreskan warna (bubur warna) diatas bidang kertas gambar secara bebas. Dari observasi yang

Permainan yang dapat mengembangkan aspek kognitif adalah puzzle, hal tersebut di dukung oleh penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Astuti dkk (2014:8) yang

Segala puji hanya milik Allah Yang Maha Agung atas segala rahmat, kemudahan, dan pertolongan-Nya sehingga Tugas Akhir saya dengan Judul “Prosedur Pelaksanaan

Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh herawati dan prayekti (2011) yang menunjukkan bahwa Kualitas layanan internet banking yang terdiri dari