• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kurikulum Pelatihan I. PENDAHULUAN. A. Dasar Pemikiran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kurikulum Pelatihan I. PENDAHULUAN. A. Dasar Pemikiran"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Kurikulum Pelatihan

I. PENDAHULUAN

A. Dasar Pemikiran

encana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat sehingga memerlukan pertolongan dan bantuan.

Jika terjadi bencana, maka akan memunculkan permasalahan yang dapat dikategorikan menjadi 2 (dua), yakni (1) di saat bencana biasanya timbul korban dalam keadaan meninggal atau cedera yang membutuhkan pertolongan medis darurat dan (2) terjadi pengungsian yang memunculkan masalah kesehatan masysrakat pengungsi, khususnya masalah kesehatan lingkungan yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) beberapa penyakit, yaitu: diare, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), kulit, campak dll yang memerlukan upaya sanitasi darurat.

Upaya sanitasi darurat bertujuan untuk mengurangi risiko terjadinya penularan penyakit berbasis lingkungan akibat terbatasnya sarana sanitasi dasar di lokasi pengungsian atau

B

(2)

tempat terselenggaranya kegiatan tertentu melalui pengawasan dan perbaikan kualitas kesehatan lingkungan.

Kebijakan Kementrian Kesehatan, dalam hal ini Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP&PL) dalam menangani kesehatan lingkugan pada perioda tanggap darurat ialah:

 Dalam penyelenggaraan diutamakan kegiatan pada fase kesiapsiagaan, persiapan, dan pelaksanaan;

 Dalam menghadapi bencana dan penyelenggaraan kegiatan tertentu, ditekankan pada upaya pengawasan perbaikan dan pemenuhan kebutuhan minimal sanitasi darurat pada perioda tanggap darurat; dan

 Pelaksanaan kegiatan dilakukan secara terkoordinasi dengan mengoptimalkan kerjasama lintas sector (linsek) dan lintas program (linprog) serta pemberdayaan masyarakat.

Kebijakan ini dilaksanakan dengan strategi :

 Mengupayakan kebutuhan minimal sanitasi darurat pada situasi bencana dan kegiatan tertentu;

 Mengembangkan kemitraan dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan organisasi profesi dalam upaya pemenuhan minimal sarana sanitasi darurat pada perioda tanggap darurat; dan

 Mengembangkan dan menerapkan teknologi tepat guna dalam upaya sanitasi darurat.

Balai Pelatihan Kesehatan Lemahabang yang selanjutnya disebut sebagai Bapelkes Lemahabang, telah ditetapkan sebagai sentra pelatihan di bidang kesehatan lingkungan. Oleh karenanya, sudah barang tentu salah satu tugas pokoknya ialah mengembangkan sumberdaya manusia (SDM) kesehatan ligkungan, termasuk mereka yang bertugas dalam upaya sanitasi di daerah tanggap darurat (pasca bencana). Di samping itu, pada tahun ini Bapelkes Lemahabang sebagai sentra pembelajaran di bidang kesehatan lingkugan telah dilengkapi dengan sebagian besar alat bantu pembelajaran bidang kesehatan lingkungan yang cukup representatif. Di samping itu, Bapelkes Lemahabang juga membutuhkan sarana pembelajaran berupa Laboratorium Lapangan sebagai lahan assessment yang sekaligus tempat uji coba kurikulum dan modul pelatihan di bidang kesehatan lingkungan.

Dalam kaitan ini, salah satu upaya yang sedang dikembangkan ialah menyusun kurikulum dan modul pelatihan Sanitasi Tanggap Darurat dengan biaya bersumber dari DIPA Bapelkes Lemahabang tahun 2011.

(3)

Pelatihan Sanitasi Darurat Tanggap Bencana ini diselenggarakan dengan menggunakan pendekatan:

1. Pembelajaran Orang Dewasa [Andragogy]

Dalam pembelajaran orang dewasa, atmosfer pembelajaran yang terbentuk harus mampu memfasilitasi pencarian makna. Pembelajar harus merasa nyaman, aman dan diterima oleh komunitas yang terlibat dalam pembelajaran. Mereka sebaiknya diberi kesempatan untuk dapat memahami risiko/konsekuensi dan manfaat pencarian pemahaman dan kompetensi baru sebagai pengelola diklat.

Ketika menggali makna, pembelajar harus diberi kesempatan secara berkala untuk dapat “berkonfrontasi” dengan informasi dan pengalaman menuju kompetensi baru sebagai pengelola diklat. Sekalipun demikian, kesempatan ini harus diatur sedemikian rupa agar pembelajar lebih banyak melakukan sesuatu yang berkaitan dengan tugasnya sebagai pengelola diklat dari pada hanya sekedar menerima informasi. Pembelajar harus diperbolehkan untuk mengkonfrontasikan tantangan baru dengan menggunakan pengalaman mereka selama ini menjadi pengelola diklat di tempat tugasnya tanpa dominasi fasilitator/pelatih.

Makna baru harus diperoleh melalui proses pencarian yang dilakukan secara mandiri (self discovery). Untuk itu, metoda yang digunakan hendaknya dipilih ragam metoda yang dapat mendorong pencarian makna pengelolaan diklat secara mandiri, sesuai dengan gaya dan kecepatan belajar (karakteristik) pembelajar sebagai orang dewasa. 2. Pembelajaran Berbasis Kompetensi [Competency Based]

Proses pembelajaran diupayakan lebih banyak melatih keterampilan baik keterampilan berpikir [thinking skill] maupun keterampilan motorik [psikomotor skill] dengan cara mengembangkan keterampilan langkah demi langkah dalam memperoleh kompetensi yang diharapkan, yakni sebagai petugas sanitasi tanggap darurat yang profesional.

Teknik fasilitasi interaktif yang menitik beratkan pada pembentukan standar kompetensi yang diinginkan bersama antara kurikulum – fasilitator – pembelajar, sehingga akan terbentuk keterampilan sebagai petugas sanitasi tanggap darurat yang dapat diterima dan diaplikasikan di tempat tugas [acceptable dan applicable]

(4)

3. Pembelajaran Berbasis Pengalaman Lapangan [Experiences

Field Based]

Proses pembelajaran dirancang untuk memadukan pengalaman pembelajar sebagai petugas sanitasi tanggap darurat selama ini dengan materi/pokok bahasan. Jika dalam implementasi materi/pokok bahasan diperkirakan akan muncul akibat ikutan atau efek samping yang tidak diinginkan [undesirable effect], maka perlu dikaji jalan keluarnya secara bersama menggunakan pengalaman pembelajar selama ini di tempat tugasnya masing – masing. Untuk itu, materi/pokok bahasan yang akan disajikan dikemas dalam nuansa permanent system pihak pembelajar di tempat pelatihan [in the system learning].

II. PERAN, FUNGSI, DAN KOMPETENSI

A. Peran

Sebagai Petugas Sanitasi di daerah tanggap darurat yang terjadi di wilayah kerjanya.

B. Fungsi

Dalam menjalankan peranannya, petugas sanitasi di daerah tanggap darurat berfungsi sebagai:

1. Pengkaji cepat kesehatan lingkungan (REHA) di daerah tanggap darurat;

2. Pengelola air bersih di daerah tanggap darurat;

3. Pengelola sarana pembuangan kotoran (jamban) di daerah tanggap darurat;

4. Pengelola sampah di daerah tanggap darurat;

5. Pengelola pembuangan limbah di daerah tanggap darurat; 6. Pengendali vektor di daerah tanggap darurat;

7. Pengelola sanitasi makanan di daerah tanggap darurat; dan 8. Pemberdaya masyarakat di bidang kesling di daerah tanggap

darurat.

C. Kompetensi

(5)

tanggap darurat;

2. Pengelolaan air bersih di daerah tanggap darurat;

3. Pengelolaan sarana pembuangan kotoran (jamban) di daerah tanggap darurat;

4. Pengelolaan sampah di daerah tanggap darurat;

5. Pengelolaan pembuangan limbah di daerah tanggap darurat; 6. Pengendalian vektor di daerah tanggap darurat;

7. Pengelolaan sanitasi makanan di daerah tanggap darurat; dan 8. Pemberdayaan masyarakat di bidang kesling di daerah

tanggap darurat.

III. TUJUAN PELATIHAN

A.Tujuan Umum

Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu mengelola upaya sanitasi darurat di daerah tanggap darurat yang terjadi di wilayah kerjanya sebagai langkah kesiapsiagaan penurunan faktor risiko KLB dengan menggunakan standar minimal.

B.Tujuan Khusus

Setelah mengikuti pelatihan, peserta dapat :

1. Memiliki wawasan tentang kebijakan dan strategi upaya sanitasi darurat;

2. Melakukan pengkajian cepat kes. lingkungan (REHA) di daerah tanggap darurat;

3. Mengelola air bersih di daerah tanggap darurat;

4. Mengelola sarana pembuangan kotoran (jamban) di daerah tanggap darurat;

5. Mengelola sampah di daerah tanggap darurat;

6. Mengelola pembuangan limbah di daerah tanggap darurat; 7. Mengendalikan vektor di daerah tanggap darurat;

8. Mengelola sanitasi makanan di daerah tanggap darurat; dan 9. Melakukan pemberdayaan masyarakat di bidang kesling di

(6)

I

IVV.. PPEESSEERRTTAA,,PPEELLAATTIIHH,,DDAANNPPEENNYYEELLEENNGGGGAARRAA

A.Peserta Pelatihan

1. Kriteria peserta Pelatihan:

 Petugas sanitasi/sanitarian Puskesmas atau Dinas Kesehatan dan Staf Pengajar/dosen Poltekkes Jurusan Kesehatan lingkungan

 Pendidikan minimal D III bidang Kesehatan Lingkungan 2. Jumlah Peserta Pelatihan

Jumlah peserta pelatihan dalam satu kelas maksimum berjumlah 30 orang.

B.Fasilitator Pelatihan

Fasilitator dalam pelatihan:

 Widyaiswara kesehatan lingkungan  Dosen bidang kesehatan lingkungan

 Pejabat struktural pemegang program kesehatan lingkungan pusat dan daerah

 Praktisi yang bergerak di bidang kesehatan lingkungan

 Anggota profesi kesehatan lingkungan (HAKLI) diutamakan yang berpengalaman dalam pengelolaan sanitasi darurat di daerah tanggap darurat

C.Penyelenggara Pelatihan

Pelatihan diselenggarakan oleh Balai Pelatihan Kesehatan Lemahabang - Badan PPSDM Kesehatan RI dan institusi penyelenggara diklat lain yang memenuhi kriteria tertentu/ditetapkan oleh Badan PPSDM Kesehatan bersama Bapelkes Lemahabang

(7)

V

V.. SSTTRRUUKKTTUURRPPRROOGGRRAAMMDDAANN D

DIIAAGGRRAAMMAALLIIRRPPRROOSSEESSPPEEMMBBEELLAAJJAARRAANN

A. Struktur Program Pembelajaran

NO MATERI ALOKASI WAKTU

T P PK JML

A MATERI DASAR

1 Kebijakan dan Strategi Upaya Sanitasi Darurat 3 - - 3

B MATERI INTI

1 Pengkajian Cepat Kesehatan Lingkungan (REHA) di Daerah Tanggap Darurat 2 4 - 6

2 Pengelolaan Air Bersih di Daerah Tanggap Darurat 2 4 8 14

3 Pengelolaan Sarana Pembuangan Kotoran (Jamban) di Daerah Tanggap Darurat 2 4 4 10

4 Pengelolaan Sampah di Daerah Tanggap Darurat 2 4 4 10

5 Pengelolaan Pembuangan Limbah di Daerah Tanggap Darurat 2 4 4 10

6 Pengendalian Vektor di Daerah Tanggap Darurat 2 4 4 10

7 Pengelolaan Sanitasi Makmin di Daerah Tanggap Darurat 2 4 4 10

8 Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesling di Daerah

Tanggap Darurat 2 6 - 8

C MATERI PENUNJANG

1 Building Learning Commitment (BLC) - 3 - 3

2 Rencana Tindak lanjut (RTL) 1 5 - 6

JUMLAH 20 42 28 90

(8)

B. Diagram Alir Proses Pembelajaran

Pembekalan Kemampuan :

Pengkajian cepat kesehatan

lingkungan (REHA) di daerah tanggap darurat

Pengelolaan air bersih di daerah tanggap darurat

Pengelolaan sarana pembuangan

kotoran (jamban) di daerah tanggap darurat

Pengelolaan sampah di daerah

tanggap darurat

Pengelolaan pembuangan limbah di

daerah tanggap darurat

Pengendalian vektor di daerah tanggap darurat

Pengelolaan sanitasi makanan di daerah tanggap darurat

Pemberdayaan masyarakat bidang

kesling di daerah tanggap darurat

Tes Penjajagan (akhir)

Pengembangan Wawasan :

Kebijakan dan Strategi Upaya Sanitasi Darurat

Upacara Pembukaan

Test Penjajagan (awal) Building Learning Commitment

Probing Penjelasan

Akademik

Metode : CTJ, Curah Pendapat, Diskusi, Simulasi dan

Demonstrasi

Praktik Ketrampilan Evaluasi Ketrampilan Upacara Penutupan Penyusunan RTL Evaluasi Penyelenggaraan Seminar RTL NILAI HASIL BELAJAR

(9)

V

VII.. EEVVAALLUUAASSIIDDAANNSSEERRTTIIFFIIKKAASSIIPPEELLAATTIIHHAANN

A. Evaluasi

Evaluasi pelatihan ini dilakukan terhadap 3 komponen utama, yakni peserta pelatihan, pelatih/fasilitator, dan penyelenggara pelatihan yang dapat duraikan sebagai berikut:

1. Evaluasi terhadap peserta pelatihan:

Hasil belajar ranah kognitif, didapat dari hasil pengukuran melalui kenaikan test penjajakan awal dan akhir.

Hasil belajar ranah ketrampilan berpikir (thinking

skill), didapat dari penilaian hasil penyusunan dan

penyajian rencana tindak lanjut (RTL) pada acara Seminar RTL.

Hasil belajar ranah ketrampilan motorik, didapat dari penilaian kemampuan praktikum terhadap materi inti secara rata-rata.

2. Evaluasi terhadap performa pelatih/fasilitator pelatihan:

Pengukuran tingkat kemampuan seorang pelatih/ fasilitator dalam proses pembelajaran pada setiap materi, dapat dilihat melalui nilai rata-rata yang diberikan oleh peserta pelatihan dengan menggunakan Lembar Penilaian Pelatih/Fasilitator. Hal-hal yang dinilai yaitu:

 Tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran;

 Ketepatan penggunaan ragam metode pembelajaran dengan tujuan pembelajaran;

 Kesesuaian media dan alat bantu yang digunakan dengan ragam metode pembelajaran dan tujuan pembelajaran;

 Penguasaan materi/pokok bahasan;

 Penguasaan pembimbingan pada saat praktikum; dan  Penciptaan iklim pembelajaran yang kondusif dan

interaktif.

3. Evaluasi terhadap Kinerja Penyelenggara:

Pengukuran tingkat penyelenggaraan/pengelolaan pelatihan dapat dilihat melalui nilai rata-rata yang diberikan oleh peserta pelatihan pada akhir penyelenggaran dengan

(10)

menggunakan Lembar Penilaian Penyelenggaraan Pelatihan. Hal-hal yang dinilai yaitu:

1. Tujuan pelatihan;

2. Manfaat dan relevansi setiap materi bahasan bagi pelaksanaan tugas;

3. Hubungan antara peserta pelatihan dengan penyelenggara pelatihan;

4. Hubungan antar peserta pelatihan; 5. Pelayanan kesekretariatan;

6. Pelayanan akomodasi (sarana dan prasarana penunjang pelatihan);

7. Pelayanan konsumsi; 8. Pelayanan kesehatan; dan 9. Saran perbaikan.

B. Sertifikasi

Bagi peserta yang telah berhasil menyelesaikan pembelajaran minimal 95% dari total materi & jam pembelajaran, maka akan diberikan sertifikat dengan angka kredit 2 (dua).

(11)

VII. GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PELATIHAN

NOMOR : MD-1

MATERI : Kebijakan dan Strategi Upaya Sanitasi Darurat WAKTU : 3 Jpl ( T = 3 jpl, P = 0 jpl)

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah proses pembelajaran materi ini, pembelajar memiliki wawasan tentang kebijakan dan strategi pemerintah dalam upaya sanitasi darurat di daerah tanggap darurat

2. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah proses pembelajaran materi ini pembelajar dapat:

a. Menjelaskan ruang lingkup upaya sanitasi di daerah tanggap darurat

b. Menjelaskan kebijakan dan strategi upaya sanitasi pada fase tanggap darurat

c. Menjelaskan kegiatan pokok upaya sanitasi darurat di daerah tanggap darurat

POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

1. Ruang lingkup upaya sanitasi di daerah tanggap darurat

2. Kebijakan dan strategi upaya sanitasi pada fase tanggap darurat

3. Kegiatan pokok upaya sanitasi darurat di daerah tanggap darurat

METODA PEMBELAJARAN

1. Ceramah-Tanya-Jawab 2. Curah Pendapat

MEDIA DAN ALAT BANTUPEMBELAJARAN

1. Slide tayangan

2. PC & Desktop Projector

REFERENSI

Departemen Kesehatan RI (2008), Kepmenkes RI Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang

Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, Depkes RI, Jakarta

(12)

NOMOR : MI.1

MATERI : Pengkajian Cepat Kesehatan Lingkungan (REHA) di Daerah Tanggap Darurat

WAKTU : 6 Jpl ( T = 2 jpl, P = 4 jpl dan PL = 0 jpl )

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah proses pembelajaran materi ini, pembelajar mampu melakukan pengkajian cepat kesehatan lingkungan (REHA) di daerah tanggap darurat

2. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah proses pembelajaran materi ini pembelajar dapat:

d. Melaksanakan identifikasi permasalahan kesling

e. Membuat pemetaan faktor risiko kesling

f. Membuat Rumusan dan pemecahan sanitasi darurat

g. Melaksanakan Koordinasi rekomendasi pihak terkait penanggulangan keadaan darurat

h. Menyusun perencanaan (POA) penanganan sanitasi darurat

POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

1. Identifikasi permasalahan kesling di daerah tanggap darurat 2. Pemetaan faktor risiko kesling di daerah tanggap darurat 3. Rumusan dan pemecahan sanitasi darurat

4. Koordinasi rekomendasi pihak terkait penanggulangan keadaan darurat 5. Perencanaan penanganan sanitasi darurat (POA)

METODA PEMBELAJARAN

1. Ceramah-Tanya-Jawab 2. Curah Pendapat

3. Diskusi (pendalaman) 4. Simulasi

MEDIA DAN ALAT BANTUPEMBELAJARAN

1. Slide tayangan

2. PC & Desktop Projector 3. Peralatan simulasi REHA

REFERENSI

Asian and Pacific Center for Transfor of Technology, Guide Book on Technology for Disaster

Preparedness and Mitigation, APCCT

Departemen Kesehatan RI (2007), Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Akibat Bencana, Depkes RI, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI (2007) Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 064/Menkes/SK/2006

tentang Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Akibat Bencana, Depkes RI,

(13)

MATERI : Pengelolaan Sarana Air Bersih di Daerah Tanggap Darurat WAKTU : 14 Jpl ( T = 2 jpl, P = 4 jpl dan PL = 8 jpl )

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah proses pembelajaran materi ini, pembelajar mampu mengelola sarana air bersih di daerah tanggap darurat yang terjadi di wilayah kerjanya

2. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah proses pembelajaran materi ini pembelajar dapat:

a. Menyediakan sarana air bersih sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah tanggap darurat;

b. Memperbaiki kualitas air bersih sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah tanggap darurat;

c. Melakukan pengawasan terhadap air bersih yang dipergunakan di daerah tanggap darurat; dan

d. Melakukan pemeliharaan sarana air bersih sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah tanggap darurat.

POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

1. Penyediaan SAB: pendugaan, penyediaan sarana, distribusi 2. Perbaikan kualitas Air bersih

3. Pengawasan kualitas Air bersih

4. Pemeliharaan sarana Air bersih

METODA PEMBELAJARAN

1. Ceramah-Tanya-Jawab 2. Curah Pendapat

3. Diskusi (pendalaman) 4. Simulasi

MEDIA DAN ALAT BANTUPEMBELAJARAN

1. Slide tayangan

2. PC & Desktop Projector

3. Peralatan simulasi peyediaan dan pemeliharaan Air Bersih

REFERENSI

Alamsjah (2006), Alat Penjernih Air, Kawan Pustaka, Cetakan I Jakarta.

John M. Kalbermatten, et al. (1980), Teknik Sanitasi Tepat Guna. Diterjemahkan oleh A. Kartahardja Andrian Suhandjaja, Viktor, Leader, Bandung: Puslitbang Pemukiman, DPU. Kusnaedi (2010), Mengolah Air Kotor untuk Air Minum, Penebar Swadaya, Cetakan I, Jakarta.

(14)

NOMOR : MI.3

MATERI : Pengelolaan Sarana Pembuangan Kotoran (Jamban) di Daerah Tanggap Darurat

WAKTU : 10 Jpl ( T = 2 jpl, P = 4 jpl dan PL = 4 jpl )

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah proses pembelajaran materi ini, pembelajar mampu mengelola sarana pembuanga kotoran manusia di daerah tanggap darurat yang terjadi di wilayah kerjanya.

2. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah proses pembelajaran materi ini pembelajar dapat:

a. Menjelaskan prinsip-prinsip jamban yang memenuhi syarat kesehatan

b. Mengidetifikasi jenis-jenis jamban yang sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah tanggap darurat

c. Menyediakan jamban yang sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah tanggap darurat

d. Memelihara jamban agar tetap dapat memenuhi syarat kesehatan di daerah tanggap darurat

POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

1. Prinsip-prinsip jamban yang memenuhi syarat kesehatan

2. Identifikasi jenis-jenis jamban yang sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah tanggap daurat

3. Penyediaan jamban yang sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah tanggap darurat 4. Pemeliharaan jamban di daerah tanggap darurat

METODA PEMBELAJARAN

1. Ceramah-Tanya-Jawab 2. Curah Pendapat

3. Diskusi ( pendalaman ) 4. Simulasi

MEDIA DAN ALAT BANTUPEMBELAJARAN

1. Slide tayangan

2. PC & Desktop Projector

(15)

REFERENSI

Departemen Kesehatan RI (1990) Pedoman Penggunaan Dan Pemeliharaan Sarana

Penyediaan Air Bersih, Depkes RI, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI (2008) Kepmenkes RI Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang

Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, Jakarta.

http://www/scribd.com/doc/48876446/operasional_pemeliharaan_ jamban, diakses tanggal 11 November 2011

Neni Sintawardani (2000) Pengenalan WC Kering Berwawasan Lingkungan, LIPI, Jakarta. Notoatmodjo (2000), Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Jakarta

(16)

NOMOR : MI.4

MATERI : Pengelolaan Sampah di Daerah Tanggap Darurat WAKTU : 10 Jpl ( T = 2 jpl, P = 4 jpl dan PL = 4 jpl )

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah proses pembelajaran materi ini, pembelajar mampu mengelola sampah di daerah tanggap darurat yang terjadi di wilayah kerjanya

2. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah proses pembelajaran materi ini pembelajar dapat:

a. Mengidentifikasi jenis sampah yang dihasilkan di daerah tanggap darurat b. Menyediakan sarana pengelolaan sampah di daerah tanggap darurat c. Menangani sampah yang dihasilakn di daerah tanggap darurat

POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

1. Identifikasi jenis sampah di daerah tanggap darurat 2. Penyediaan sarana pengelolaan sampah

3. Penanganan sampah METODA PEMBELAJARAN 1. Ceramah-Tanya-Jawab 2. Curah Pendapat 3. Diskusi ( pendalaman ) 4. Simulasi

MEDIA DAN ALAT BANTUPEMBELAJARAN

1. Slide tayangan

2. PC & Desktop Projector

3. Peralatan simulasi pengelolaan sampah

REFERENSI

1. UU No 24 Th 2007, tentang Bencana.

2. UU No 18 Th 2008 tentang Pengelolaan Sampah

3. Ryadi, Slamet, 1989.Public Health Publications.Surabaya;Usaha Nasional. 4. APK –TS Jakarta ; 1987; Pembuangan Sampah.

(17)

MATERI : Pengelolaan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) di daerah tanggap darurat

WAKTU : 10 Jpl ( T = 2 jpl, P = 4 jpl dan PL = 4 jpl )

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah proses pembelajaran materi ini, pembelajar mampu mengelola sarana pembuangan air limbah di daerah tanggap darurat yang terjadi di wilayah kerjanya.

2. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah proses pembelajaran materi ini pembelajar dapat: a. Menyediakan sarana SPAL di daerah tanggap darurat b. Memelihara sarana SPAL di daerah tanggap darurat

c. Menyediakan Instalasi Pengolahan air limbah di daerah tanggap darurat

POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

1. Penyediaan SPAL di daerah tanggap darurat 2. Pemeliharaan SPAL di daerah tanggap darurat 3. Pengadaan IPAL di daerah tanggap darurat

METODA PEMBELAJARAN

1. Ceramah-Tanya-Jawab 2. Curah Pendapat

3. Diskusi ( pendalaman ) 4. Simulasi

MEDIA DAN ALAT BANTUPEMBELAJARAN

1. Slide tayangan

2. PC & Desktop Projector

3. Peralatan simulasi pengelolaan SPAL dan IPAL

REFERENSI

Departemen Kesehatan RI (1984) Teknologi Desa, Departemen Kesehatan, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI (1990) Pedoman Penggunaan Dan Pemeliharaan Serana

Penyediaan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Departemen

Kesehatan, Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum RI (2000). Pembuatan Saluran Bekas Mandi dan Cuci. Jakarta : Direktorat Perummahan, Ditjen Cipta Karya-Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. Hisyam (1975) Pembuangan Air Kotor, Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung.

(18)

NOMOR : MI.6

MATERI : Pengendalian vektor di daerah tanggap darurat WAKTU : 10 Jpl ( T = 2 jpl, P = 4 jpl dan PL = 4 jpl )

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah proses pembelajaran materi ini, pembelajar mampu melakukan upaya pengendalian vektor yang beresiko terjadinya penyakit di daerah tanggap darurat yang terjadi di wilayah kerjanya

2. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah proses pembelajaran materi ini pembelajar dapat: a. Mengidentifikasi vektor yang ada di daerah tanggap darurat b. Mengendalikan vektor di daerah tanggap darurat

c. Melakukan monitaoring vektor di daerah tanggap darurat

POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

1. Identifikasi vektor di daerah tanggap darurat

2. Pengendalian vektor di daerah tanggap darurat

3. Monitoring vektor di daerah tanggap darurat

METODA PEMBELAJARAN

1. Ceramah-Tanya-Jawab 2. Curah Pendapat

3. Diskusi ( pendalaman ) 4. Simulasi

MEDIA DAN ALAT BANTUPEMBELAJARAN

1. Slide tayangan

2. PC & Desktop Projector

3. Peralatan simulasi Pengendalian Vektor

REFERENSI

Azrul Azwar (1990), Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Mutiara SumberWidya, Jakarta.

Adong Iskandar (1989), Pemberantasan Serangga dan Binatang Penggangu, Depkes RI, Jakarta.

Depkes RI, Dit.Jen.PPM dan PLP (1992), Petunjuk Teknis Tentang Pemberantasan Lalat, Depkes RI, Jakarta.

Depkes RI, Ditjen P2PL (2008), Pedoman Pengendalian Tikus Khusus di Rumah Sakit, Depkes RI, Jakarta.

(19)

MATERI : Pengelolaan Sanitasi Makanan dan Minuman di Daerah Tanggap Darurat

WAKTU : 10 Jpl ( T = 2 jpl, P = 4 jpl dan PL = 4 jpl )

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah proses pembelajaran materi ini, pembelajar mampu mengelola sanitasi makanan dan minuman di daerah tanggap darurat yang terjadi di wilayah kerjanya

2. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah proses pembelajaran materi ini pembelajar dapat:

a. Melakukan pengawasan tempat penyimpanan bahan makanan di daerah tanggap darurat

b. Melakukan pengawasan tempat pengolahan makanan di daerah tanggap darurat c. Melakukan pengawasan tempat penyimpanan dan distribusi makanan siap saji di

daerah tanggap darurat

d. Melakukan pengawasan terhadap petugas penjamah makanan dan minuman di daerah tanggap darurat

e. Melakukan penanggulangan jika terjadi keracunan makanan dan minuman di daerah tanggap darurat

POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

1. Pengawasan Tempat Penyimpanan Bahan Makanan di daerah tanggap darurat a. Penyimpanan Bahan Mentah

b. Cara Penyimpanan bahan Makanan

2. Pengawasan Tempat Pengolahan Makanan di daerah tanggap darurat a. Tempat Pengolahan

b. Peralatan Pengolahan

3. Pengawasan Tempat Penyimpanan dan Distribusi Makanan Siap Saji di daerah tanggap darurat

a. Tempat Penyimpanan Makanan b. Penyimpanan Makanan Terolah c. Penyimpanan Makanan Jadi d. Cara Penyimpanan Makanan e. Pengangkutan Makanan f. Penyajian Makanan

4. Pengawasan terhadap petugas Penjamah Makanan dan Minuman (Makmin) di daerah tanggap darurat

a. Syarat Tenaga Penjamah Makmin

b. Keadaan Hyangiene Perorangan Tenaga Penjamah Makmin c. Sarana bagi Tenaga Penjamah Makmin

(20)

5. Penanggulangan Keracunan Makanan dan Minuman di daerah tanggap darurat a. Sumber Bahan Makanan

b. Gejala Umum Keracunan c. Penanggulangan Masalah METODA PEMBELAJARAN 1. Ceramah-Tanya-Jawab 2. Curah Pendapat 3. Diskusi ( pendalaman ) 4. Simulasi

MEDIA DAN ALAT BANTUPEMBELAJARAN

1. Slide tayangan

2. PC & Desktop Projector

3. Peralatan simulasi sanitasi makanan dan minuman

REFERENSI

Departemen Kesehatan RI. (1998). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 362/MENKES/PER /IX/199 Tentang Persyaratan Kesehatan Jasaboga dan SK Dirjen PPM dan PLP Nomor 268-I/PD.03.04.LP Tentang Tata Cara Perizinan dan Pengawasan Penyehatan Makanan

Jasaboga. Direktorat Jenderal PPM dan PLP. Jakarta.

Erliza, dkk, (2008). TEKNOLOGI BIOENERGI, Agromedia. Jakarta.

Tim nasional pengembangan BBN, (2007). BAHAN BAKAR NABATI, Penebar swadaya, cet. I. Jakarta.

(21)

MATERI : Pemberdayaan masyarakat di bidang kesling di daerah tanggap darurat

WAKTU : 8 Jpl ( T = 2 jpl, P = 6 jpl dan PL = 0 jpl )

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah proses pembelajaran materi ini, pembelajar mampu melakukan pemberdayaan masyarakat bidang kesling di daerah tanggap darurat yang terjadi di wilayah kerjanya

2. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah proses pembelajaran materi ini pembelajar dapat:

a. Menjelaskan dasar-dasar pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan lingkungan di daerah tanggap darurat

b. Menerapkan langkah-langkah proses pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan lingkungan di daerah tanggap darurat

c. Menerapkan teknik komunikasi efektif dalam pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan lingkungan di daerah tanggap darurat

POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

1.

Dasar-dasar pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan lingkungan di daerah

tanggap darurat :

a.

Pengertian dan Tujuan

b.

Sasaran

2.

Langkah-langkah proses pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan lingkungan

di daerah tanggap darurat

3.

Teknik Komunikasi efektif dalam pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan

lingkungan di daerah tanggap darurat

METODA PEMBELAJARAN

1. Ceramah-Tanya-Jawab 2. Curah Pendapat

3. Diskusi ( pendalaman ) 4. Simulasi

MEDIA DAN ALAT BANTUPEMBELAJARAN

1. Slide tayangan

2. PC & Desktop Projector

(22)

REFERENSI

Anonymous, (2002) Pelatihan Kader, Yayasan Obor Masyarakat, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI (2010), Modul Teknik Komunikasi Efektif Pelatihan Tenaga DTPK, Pusdiklat, Jakarta

(23)

MATERI : Building Learning Commitment (BLC) WAKTU : 3 Jpl ( T = 0 jpl, P = 3 jpl)

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti proses pembelajaran materi ini peserta mampu berperilaku positif untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif selama proses pelatihan berlangsung

2. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah proses pembelajaran materi ini pembelajar dapat:

a. Saling mengenal diantara warga pembelajar pada pelatihan sanitasi tanggap darurat b. Menyiapkan diri untuk belajar bersama secara aktif dalam suasana yang kondusif c. Merumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai bersama baik dalam proses

pembelajaran maupun hasil yang ingin dicapai di akhir pelatuhan

d. Merumuskan kesepakatan norma kelas yang harus dianut oleh seluruh warga pembelajar selama pelatihan berlangsung

e. Merumuskan kesepakaatan bersama tentang kontrol kolektif dalam pelaksanaan norma kelas selama pelatihan berlangsung

POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

1. Perkenalan

2. Pecairan (ice breaking)

3. Kesepakatan Harapan dalam proses pembelajaran dan hasil yang ingin dicapai 4. Norma kelas dalam pembelajaran

5. Kontrol kolektif dalam pelaksanaan norma kelas

METODA PEMBELAJARAN 1. Presentasi diri 2. Curah Pendapat 3. Dialogue 4. Diskusi kelompok 5. Presentasi kelompok

MEDIA DAN ALAT BANTUPEMBELAJARAN

1. Slide tayangan

2. PC & Desktop Projector 3. Instrumen Exerscises

REFERENSI

Departemen Kesehatan RI (2006), Modul Pelatihan Desa Siaga, Pusdiklat SDM Kesehatan, Jakarta.

(24)

Departemen Kesehatan RI (2005), Modul Pelatihan TPPK, Pusdiklat SDM Kesehatan, Jakarta.

NOMOR : MP.2

MATERI : Rencana Tindak Lanjut (RTL) WAKTU : 6 Jpl ( T = 1 jpl, P = 5 jpl)

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah proses pembelajaran materi ini, pembelajar mampu menyusun kegiatan yang akan dilakukan setelah kembali di instansinya masing – masing terkait dengan tugasnya sebagai petugas sanitasi di daerah tanggap darurat meliputi fase kesiapsiagaan dan persiapan pelaksanaan sanitasi darurat pada perioda tanggap darurat

2. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah proses pembelajaran materi ini pembelajar dapat: a. Menjelaskan pengertian & ruang lingkup RTL

b. Menjelaskan langkah langkah penyusunan RTL

c. Menyusun rencana kegiatan yang tertuang dalam format RTL

POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

1. Pengertian dan Ruang Lingkup RTL yang akan disusun 2. Langkah=langkah Penyususnan RTL

3. Penyususunan RTL

METODA PEMBELAJARAN

1. Curah Pendapat 2. Praktikum

MEDIA DAN ALAT BANTUPEMBELAJARAN

1. Slide tayangan

2. PC & Desktop Projector 3. Format RTL (soft copy)

REFERENSI

Departemen Kesehatan RI (2006), Modul Pelatihan Desa Siaga, Pusdiklat SDM Kesehatan, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Harmer (2003) notes that all four basic language skills are listening, speaking, reading and writing. These four skills should include the teacher in the teaching and

Implementasi teori entrepreneur (kewirausahaan) pada dasarnya adalah suatu usaha yang dilakukan melalui pengawasan melekat oleh diri sendiri melalui kreatifitas

Modal kerja dan rasio leverage mempunyai peranan penting dalam pembentukan rentabilitas, karena dengan adanya pengelolaan modal kerja yang efektif dan manajemen hutang yang baik

Seluruh dosen Jinan University yang mengajar di Program Studi Sastra China dari saya semester satu sampai semester akhir semester delapan ini, dan staf pengajar Fakultas Ilmu

7) Terlaksananya Tes mutasi PNS yang masuk ke Pemerintah Provinsi Jawa Tengah 7) 250 orang 8) Terlaksananya Pemberkasan Pensiun PNS 8) 6 kegiatan 9) Terlaksanannya koordinasi

Menimbang : bahwa dengan adanya dinamika pemahaman terhadap pelaksanaan Pasal 298 ayat (5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang menegaskan belanja

Hasil penelitian ini adalah: (1) produk yang berupa media pembelajaran buku digital interaktif, (2) tingkat kelayakan media pembelajaran buku digital interaktif dari ahli

Sedangkan pada tahap identifikasi, dilakukan pembandingan kemiripan sketsa wajah yang didapat dari proses rekonstruksi, dengan seluruh citra buronan yang ada di