• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. pemiliknya supaya dijaganya, berarti bahwa al-wadi ah ialah memberikan. harta untuk dijaganya dan pada penerimaannya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. pemiliknya supaya dijaganya, berarti bahwa al-wadi ah ialah memberikan. harta untuk dijaganya dan pada penerimaannya."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

9 A. Kerangka Teori

1. Wadi’ah

Barang titipan dikenal dalam bahasa fiqh dengan al-wadi’ah,

menurut bahasa al-wadi’ah ialah sesuatu yang ditempatkan bukan pada pemiliknya supaya dijaganya, berarti bahwa al-wadi’ah ialah memberikan. Makna yang kedua al-wadi’ah dari segi bahasa ialah menerima, seperti seseorang berkata, “awda’tuhu” artinya aku menerima harta tersebut darinya. Secara bahasa al-wadi’ah memiliki dua makna, yaitu memberikan harta untuk dijaganya dan pada penerimaannya.1

Menurut syafiiyah dan malikiyyah, wadi’ah adalah pemberian mandat untuk menjaga sebuah barang yang dimiliki atau barang yang secara khusus dimiliki seseorang dengan cara-cara tertentu. Untuk itu diperbolehkan menitipkan kulit bangkai yang telah disucikan, atau juga seekor anjing yang telah dilatih untuk berburu atau berjaga-jaga. Tidak boleh menitipkan baju yang sedang terbang ditiup angin, karena ini termasuk dalam kategori harta yang sia-sia (tidak ada kekhususan untuk dimiliki), yang bertentangan dengan prinsip wadi’ah.2 Ketika kontrak

wadi’ah telah disepakati kedua pihak, pemilik aset memiliki hak penjagaan

1

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 179

2

Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 175

(2)

kemudian datang salah satu dari mereka dan meminta aset mereka kembali, maka aset itu tidak boleh dikembalikan, sehingga pihak kedua datang menemui mereka.3

Wadi‟ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu ataupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendakinya. Wadi‟ah juga dapat diartikan akad seseorang kepada pihak lain dengan menitipkan suatu barang untuk dijaga secara layak (menurut kebiasaan). Dari pengertian ini, dapat dipahami bahwa apabila ada kerusakan pada benda titipan, padahal benda tersebut sudah dijaga sebagaimana layaknya, maka si penerima titipan tidak wajib menggantinya, tetapi apabila kerusakan itu disebabkan karena kelalainnya, maka ia wajib menggantinya. Dengan demikian, akad

wadi’ah ini mengandung unsur amanah, kepercayaan.4

Sebagaimana menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 didefinisikan dalam Pasal 1 Angka 14 bahwa, “Penitipan adalah penyimpanan harta berdasarkan perjanjian atau kontrak antara Bank Umum dengan penitip, dengan ketentuan Bank Umum yang bersangkutan tidak mempunyai hak kepemilikan atas harta tersebut.” Penjelasan Pasal 6 huruf i dari Undang-Undang Perbankan tersebut mengemukakan bahwa,

3 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah,...hlm. 175

4

(3)

bank. Mutasi dari barang titipan dilaksanakan oleh bank atas perintah penitip. Oleh karena barang titipan tersebut bukan merupakan barang milik bank, maka bank tidak boleh menggunakan barang yang dititipkannya itu dengan cara dan dengan tujuan apapun. Jasa penitipan yang dikenal dalam bank konvensional sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang perbankan sama dengan wadi’ah yad amanah.

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa menurut ketentuan syariah, bank syariah diperbolehkan menggunakan uang yang dititipkannya kepadanya. Sehubungan diperbolehkannya bank syariah untuk menggunakan dan yang dititipkan oleh nasabah berdasarkan dengan akad

wadi’ah, keuntungan yang diperoleh dari penggunaan dana tersebut adalah milik bank syariah yang bersangkutan. Hal ini dibenarkan berdasarkan alasan bahwa bank menawarkan suatu safe custody kepada nasabah penyimpan dana tanpa membebankan fee. Namun tergantung kepada keuntungan yang diperoleh, bank syariah dapat menentukan untuk membayar suatu premium, atau hibah, atau bonus, yang bearnya ditentukan sesuai dengan kebijakan bank syariah itu, kepada nasabah penabung.5

5

(4)

dijalankan dengan menggunakan prinsip mudharabah dan wadi’ah. Berdasarkan fatwa tersebut, ketentuan umum tabungan berdasarkan

mudharabah adalah sebagai berikut :

1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul mal atau pemilik dana dan bank bertindak sebagai mudarib atau pengelola dana.

2. Dalam kapasitasnya sebagai mudarib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya

mudharabah dengan pihak lain.

3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai bukan piutang.

4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam bentuk akad pembukaan rekening.

5. Bank sebagai mudarib menutup biaya operasional tabungan dengan mengunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. 6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan tanpa

persetujuan yang bersangkutan.6

6

(5)

1. Bersifat simpanan.

2. Simpanan dapat diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan.

3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian bonus (‘athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.7

2. Aplikasi wadi’ah dalam Perbankan

Bank sebagai penerima titipan, sekaligus juga pihak yang telah memanfaatkan dana tersebut, tidak dilarang untuk memberikan semacam insetif berupa bonus dengan catatan tidak disyaratkan sebelumnya dan jumlahnya tidak ditetapkan dalam nominal atau persentase secara

advance, tetapi betul-betul merupakan kebijaksanaan dari manajemen bank.

Dalam dunia perbankan modern yang penuh dengan kompetisi, insentif semacam ini dapat dijadikan sebagai banking policy dalam upaya merangsang semangat masyarakat dalam menabung, sekaligus sebagai indikator kesehatan bank terkait. Hal ini karena semakin besar nilai keuntungan yang diberikan kepada penabung dalam bentuk bonus, semakin efisien pula pemanfaatan dana tersebut dalam investasi yang produktif dan menguntungkan.

7

(6)

kombinasi ini, dewan direksi menentukan besarnya bonus dengan menetapkan persentase dari keuntungan yang dihasilkan oleh dana

wadi’ah tersebut dalam suatu periode tertentu.8 3. Contoh perhitungan bonus wadi’ah

Saldo rata-rata giro wadi’ah Tuan Abdullah sebesar Rp 2.500.000 ( saldo minimum untuk mendapatkan bonus. Bonus yang akan diberikan oleh bank kepada nasabah giro wadi’ah adalah 25 persen. Diamsusikan total saldo rata-rata dana giro di bank syariah tersebut Rp 500.000.000 dan keuntungan yang diperoleh untuk dana giro wadi’ah ebesar Rp 15.000.000 dengan demikian pada akhir bulan nasabah akan memperoleh bonus dari bank sebesar LDR = Rp 2.500.000/Rp 500.000.000 x Rp 15.000.000 x 25% = Rp 18.750 (sebelum pajak).9

Keterangan :

Saldo tuan Abdullah Rp 2.500.000

Bonus yang diberikan oleh bank untuk nasabah 25%

Jadi 25% itu dari tingkat keuntungan yang ditentukan oleh bank guna pendistribusian keuntungan anatara bank dan nasabah.

Saldo rata-rata di Bank Syariah Rp 500.000.000 Keuntungan yang diperoleh Bank Rp 15.000.000

8 M. Syafi‟i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani, 2001),

hlm. 87

(7)

18.750. B. Telaah Pustaka

Pustaka merupakan bagian terpenting dalam suatu penelitian, karena itu berfungsi untuk menjelaskan kedudukan atau posisi penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti dan untuk menghindarkan kesamaan dengan peneliti lain. Dengan demikian, penelitian yang dilakukan merupakan kajian atau perkembangan dari penelitian yang sebelumnya dilakukan.

(8)

14

Penelitian Terdahulu Nama dan jenis

penelitian

Jenis dan pendekatan penelitian

Teknik Pengumpulan

Data

Teknik Analisis

Data Hasil Penelitian Perbedaan dan

persamaan 1. Anisah Satria Dewi (231.207.012) Implementasi prinsip wadiah pada produk simpanan keluarga investasi mandiri (SKIM) di KJKS BMT An-najah wiradesa. Menggunakan penelitian lapangan (field research) dengan jenis pendekatan kualitatif. Observasi, wawancara, dokumentasi Metode deskriptif dan analis

Berdasarkan penelitian dan pembahasan dapat diketahui bahwa mekanisme produk Simpanan Keluarga Investasi Mandiri (SKIM) di KJKS BMT An-Najah Wiradesa sangatlah mudah, singkat dan praktis yang dapat dilakukan oleh calon anggota. Dalam hal ini

implementasi prinsip wadi’ah

menggunakan wadi’ah yad dhamanah dimana dana yang telah disimpan oleh anggota dapat dimanfaatkan oleh KJKS BMT An-Najah dengan tidak

mensyaratkan imbalan secara prosentase sebelumnya dan dalam metode

perhitungannya tidak menggunakan unsur riba sehingga dapat mensejahterahkan anggotanya.

Perbedaan dari penelitian ini adalah membahas tentang produk yang berbeda dengan mekanisme yang berbeda serta data yang berbeda. persamaan dari penelitian ini adalah membahas tentang penerapan pada akad wadi’ah.

(9)

2. Mutoharoh (231208040) Analisis penerapan prinsip syariah dalam pelaksanaan giro wadiah di BNI Syariah cabang pekalongan. Jenis penelitian lapangan (field research). Data penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis yang di gunakan bersifat kualitatif. Wawancara, dokumentasi

Analisis deskriptif Pelaksanaan giro wadi’ah di BNI Syariah Cabang Pekalongan sudah sesuai dengan prinsip syariah, ini bisa dilihat dari adanya akad yang digunakan menggunakan akad wadi’ah. Dan penerapan giro wadi’ah di BNI Syariah Cabang Pekalongan lebih mengacu kepada fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) dalam fatwa nomor 01/DSN-MUI/IV/2000 adalah giro yang dibenarkan berdasarkan prinsip

mudharabah dan wadi’ah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi giro

wadi’ah sesuai prinsip syariah, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern berasal dari lingkungan BNI Syariah Cabang Pekalongan yang dapat didominasi dengan adanya DPS (Dewan Pengawas Syariah) sedangkan faktor ekstern berasal dariluar bank yang tidak dapat dieliminasi dan diantisipasi oleh bank. Perbedaan penelitian ini adalah membahas tentang pelaksanan giro wadi’ah yang mengacu kepada fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) dalam fatwa nomor 01/DSN-MUI/IV/2000 sedangkan peneliti membahas tentang akad dan produk

wadi’ah. Sedangkan persamaan dari penelitian ini adalah membahas tentang penerapan akad

(10)

3. Mustaghafir Asror (201209020) Implementasi akad wadiah yad al-dhamanah pada wisata religi 4 di BMT SM NU cabang Kesesi. Menggunakan penelitian lapangan (field research) dengan jenis pendekatan kualitatif. Wawancara, observasi, dokumentasi

Metode deskriptif Produk Wisata Religi 4 yang dilakukan oleh BMTSM NU Cabang Kesesi ini bukan Wisata Religi secara mutlak (penuh) yang tidak sama dengan wisata religi pada umumnya, karena Wisata Religi sepenuhnya menjadi

tanggunganBMT SM NU Cabang Kesesi dan uang disimpan tetap utuh tanpa dipotong sama sekali, tetapi nasabah Wisata Religi 4 harus memenuhi pembayaran setoran dari awal sampai akhir periode. Bagi peserta yang tidak mampu melanjutkan setoran atau tidak mampu menyetorkan uang yang sudah ditentukan oleh BMT SM NU Cabang Kesesi, nasabah tersebut tidak bisa mendapatkan Wisata Religi gratis karena BMT SM NU Cabang Kesesi

menganggap nasabah sudah

mengundurkan diri dari Produk Wisata Religi 4, dan bagi nasabah yang

melakukan tanggung jawabnya sampai

Perbedaan dari penelitian ini adalah membahas tentang produk yang

berbeda. sedangkan persamaan dari penelitian ini adalah membahas tentang penerapan akad

(11)

akhir periode akan mendapatkan bonus berupa ziarah ke makam para Wali atau Aulia‟ Allah secara gratis serta

mendapatkan bonus marcendise.

4. Mirza Eki Nastika (2012110077) Implementasi akad wadi‟ah pada produk simpanan wisata religi menurut perspektif fatwa DSN no 02/DSN-MUI/IV/2000 di BMT SM NU Cabang pemalang. Penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan dan pustaka, data yang digunakan dalam penelitian ini data primer dan sekunder.

Observasi, wawancara, dokumentasi

Analisis evaluatif Dalam hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa implementasi akad wadiah di BMT SM NU tidak sesuai dengan fatwa DSN NO 02/DSN-MUI/IV/2000 yang mengatur tentang akad wadiah sebagi tabungan. Karena pada produk simpanan wisata religi bonus disebutkan di awal akad secara lisan dan tertera dalam brosur yang ada. Sedangkan pada fatwa DSN NO02/DSN-MUI/IV/2000 bonus tidak disebutkan dalam akad.

Perbedaan penelitian ini adalah membahas produk yang berbeda menurut fatwa DSN no

02/DSN-MUI/IV/2000. Sedangkan pesamaan dari penelitian ini yaitu membahas tentang penerapan akad

(12)

5. Abdul Ghofar (23605048) Penghimpunan dana dengan prinsip wadi‟ah di UJKS UMAT Pekalongan.

Jenis penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif.

Observasi, wawancara, dokumentasi

Metode induktif Dalam penelitian ini dijelaskan tentang pemberian bonus dan cara perhitungan dan wadi’ah di UJKS Mitra Umat. Dalam hal ini bonus diberikan sebagai rasa terima kasih kepada nasabah dan sebagai strategi pemasaran produk penghimpunan dana yang bertujuan untuk merangsang nasabah atau calon nasabah supaya menginvestasikan dananya kepada UJKS Mitra Umat.

Perbedaan penelitian ini adalah membahas tentang prinsip

wadi’ah sedangkan peneliti membahas tentang akad dan produk wadi’ah. Sedangkan persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama

membahas tentang

(13)

6. 6. Umi Mahmudah 7. 23606063 8. Perkembangan Giro Wadi‟ah pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Pekalongan. 9. penelitian lapangan (field research) dengan jenis pendekatan kualitatif. Observasi, wawancara Deskriptif kualitatif

Bahwa pada prinsipnya wadi’ah adalah titipan murni dari satu pihak ke pihak lain dengan motivasi utama orang menitipkan uang atau barang tersebut untuk

keamanan.

Perbedaan penelitian ini adalah membahas tentang Giro wadi’ah. Sedangkan peneliti membahas tentang penerapan akad wadi’ah. pesamaan dari penelitian ini yaitu membahas tentang akad wadi’ah. 7. Umul Fadilah 231208032 Mekanisme penentuan bonus pada akad wadi’ah (studi kasus di KJKS BMT Bahtera Pekalongan) penelitian lapangan (field research) dengan jenis pendekatan kualitatif. Observasi, wawancara, dokumentasi Metode analisis data yaitu bertolak dari dasar-dasar pengetahuan yang bersifat umum berupa teori-teori, hukum-hukum dalam bentuk preposisi-preposisi yang berlaku secara umum

Bahwa bonus akad wadi’ah di KJKS BMT Bahtera Pekalongan adalah dalam tiap bulan bonus akad wadi’ah

ditentukan saldo rata-rata dana anggota KJKS, dan bahwa penentuan bonus di BMT Bahtera Pekalongan disesuaikan dengan keuntungan akhir tahun, bonus merupakan kebijakan hak prerogatif dari BMT sebagai penerima titipan, bonus tidak disyaratkan sebelumnya dan jumlah yang diberikan, baik dalam prosentase maupun nominal (tidak ditetapkan dimuka)

Perbedaan penelitian ini adalah membahas tentang bonus akad

wadi’ah. Sedangkan peneliti membahas tentang penerapan akad wadi’ah. pesamaan dari penelitian ini yaitu membahas tentang akad wadi’ah.

(14)

8. Adi Dwi Prasetyo Pelaksanaan akad wadi‟ah dilembaga keuangan syariah studi kasus di BMT HIRA Gabungan Tanon Sragen (2010) penelitian lapangan (field research) dengan jenis pendekatan kualitatif Observasi, wawancara, dokumentasi

Analisis deskriptif Meneliti tentang bagaimana akad

wadi’ah diterapkan keuangan syariah di BMT HIRA Gabungan Tanon Sragen yang dalam perkembangannya produk

wadi’ah terasa kurang populer dikalangan masyarakat.

Perbedaan

penelitian ini adalah tempat yang diteliti.. persamaan dari penelitian ini yaitu membahas tentang penerapan akad wadi’ah. 9. M. Ghofur Wibowo Pengaruh pendapatan bagi hasil, pendapatan margin murabahah, dan simpanan wadi’ah pada Bank Syariah Mandiri (2010) penelitian lapangan (field research) dengan jenis pendekatan kualitatif Observasi, wawancara, dokumentasi

Analisis deskriptif Bertujuan untuk mencari kejelasan tentang besarnya pengaruh pendapatan bagi hasil, pendapatan margin

murabahah dan dana simpanan wadi’ah Bnak Umum Syariah (BUS) periode 2008-2010.

Perbedaan penelitian ini adalah meneliti pengaruh pendapatan bagi hasil, pendapatan margin murabahah dan simpanan wadi’ah. . Sedangkan peneliti membahas tentang penerapan akad wadi’ah persamaan dari penelitian ini yaitu membahas tentang akad wadi’ah.

(15)

10. Badruzaman Najahi Analisis pengaruh dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil, sertifikat wadi’ah Bank Indonesia terhadap pembiayaan Bank Syariah di Indonesia, studi kasus pada PT. Bank Syariah Mandiri (2009) penelitian lapangan (field research) dengan jenis pendekatan kuantitatif Observasi, wawancara, dokumentasi Analisis deskriptif evaluatif

Menganalisis pengaruh dana pihak ketiga, sebagaimana pihak ketiga

dijadikan penanaman modal atau investor dalam pembiayaan Bank Syariah di Indonesiadengan tingkat bagi hasil berdasarkan sertifikat wadi’ah Bank Indonesia terhadap pembiayaan Bank Syariah. Perbedaan penelitian iniadalah menganalisis dana pihak ketiga berdasarkan sertifikat wadi’ah. Sedangkan peneliti membahas tentang penerapan akad wadi’ah. persamaan dari penelitian ini yaitu membahas tentang akad wadi’ah

(16)
(17)

19

Comal. Penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan tugas akhir tersebut, yaitu sama-sama meneliti tentang wadi’ah. Sedangkan perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah penulis akan meneliti tentang penerapan akad wadi’ah pada produk SIMATA (Simpanan Masa Datang) serta meneliti tentang bagaimana perhitungan bonus pada pada produk SIMATA (Simpanan Masa Datang). Penulis memilih judul ini karena SIMATA (Simpanan Masa Datang ) menggunakan akad wadi’ah yang dipergunakan dalam waktu jangka 2 tahun yang dikelola secara syariah dan memiliki keungulan dari simpanan lainnya, yaitu dalam penerapannya dan perhitungan bonusnya. Adapun untuk produk SIMATA (Simpanan Masa Datang) ini, pada setiap bulannya akan diundi yaitu berupa hadiah dalam bentuk barang atau souvenir dan pada saat diakhir periode akan dilakukan pengundian yang hadiahnya lebih besar dibandingkan undian tiap bulanannya salah satu tujuannya adalah untuk menarik minat nasabah.

C. Pengertian Wadi’ah

Secara linguistik, wadi’ah bisa diartikan dengan meninggalkan atau titipan. Secara istilah, wadi’ah adalah sesuatu yang dititipkan oleh satu pihak (pemilik) kepada pihak lain dengan tujuan untuk dijaga. Menurut Hanafiyyah, wadi’ah adalah memberikan kekuasaan kepada orang lain atas suatu barang yang dimiliki dengan tujuan untuk dijaga,

(18)

jelas. Atau seseorang datang dengan membawa baju, kemudian baju itu diletakkan di atas tangan orang lain, dan ia berkata “Aku titipkan baju ini kepada engkau”. Si penerima hanya diam dan menerima baju tersebut.10

Al-Wadi‟ah dapat diartikan sebagai titipan murni dan merupakan perjanjian yang bersifat saling percaya atau dilaksanakan atas dasar kepercayaan semata atau merupakan perjanjian antara pemilik barang (termasuk uang) dengan penyimpan (termasuk bank) dimana pihak penyimpan bersedia menyimpan dan menjaga keselamatan barang yang dititipkan kepadanya. Pihak yang menitipkan barang atau uangnya kepada pihak bank adalah pihak nasabah, dengan demikian pihak bank harus menjaga titipan tersebut dan mengembalikannya apabila nasabah tersebut menghendakinya.11

Wadi‟ah menurut Syafi‟I Antonio adalah titipan murni dari satu pihak baik invidu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan harus di kembalikan kapan saja si penitip menghendaki. Dan pada perkembanganya Wadi’ah menurut Bank Indosesia adalah akad penitipan barang atau uang anatara dua pihak yang mempunyai barang atau uang dengan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan serta keutuhan barang.12

10

Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah,...hlm. 173

11 Martono, 2002. Bank dan Lembaga Keuangan,... hlm. 96

(19)

bertindak sebagai yang meminjamkan uang dan lembaga keuangan sebagai peminjam. Akad wadi’ah dalam lembaga keuangan syariah dapat dikembangkan menjadi dua jenis yaitu wadi’ah yad al-amanah dan

wadi’ah yad al-dhamanah, akad ini dikembangkan dalam bentuk giro dan tabungan berjangka.13

Secara umum wadi’ah dibagi menjadi dua jenis yaitu: a. Wadi’ah yad al-amanah

Wadi’ah yad al-amanah adalah akad titipan yang dilakukan dengan kondisi penerima titipan (dalam hal ini bank) tidak wajib mengganti jika terjadi kerusakan, biasanya akad ini diterapkan bank pada titipan murni.

Wadi’ah jenis ini memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Harta atau barang yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan dan digunakan oleh penerima titipan.

2) Penerima titipan hanya berfungsi sebagai penerima amanah yang bertugas dan berkewajiban untuk menjaga barang yang dititipkan tanapa boleh memanfaatkannya.

3) Sebagai konpensasi, penerima titipan diperkenannkan untuk membebankan biaya kepada yang menitipkan.

13 Muhammad, Pengantar Akuntansi Syariah, Edisi 2, (Jakarta: PT Salemba Emban Patri

(20)

jenis ini adalah jasa penitipan.14 Skema Wadi‟ah yad amanah :

Keterangan :

Dengan konsep wadi’ah yad amanah,pihak yang menerima titipan tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Pihak penerima titipan dapat membebankan biaya kepada penitip sebagai biaya penitipan.

b. Wadi’ahyad adh-dhomanah

Wadi’ah yad adh-dhomanah adalah titipan yang dilakukan dengan kondisi penerima titipan bertanggung jawab atas nilai (bukan fisik) dari uang yang dititipkan.

Wadi’ah jenis ini memiliki karakteristik berikut ini:

1) Harta dan barang yang dititipkan boleh dan dapat dimanfaatkan oleh yang menerima titipan.

2) Karena dimanfaatkan, barang dan harta yang dititpkan tersebut tentu dapat menghasilkan manfaat. Sekalipun demikian, tidak ada keharusan

(21)

3) Produk perbankan yang sesuai dengan akad ini yaitu giro dan tabungan 4) Bank konvensional memberikan jasa giro sebagai imbalan yang dihitung berdasarkan persentase yang telah ditetapkan. Adapun pada bank syariah, pemberian bonus (semacam jasa giro) tidak boleh disebutkan dalam kontrak ataupun dijanjikan dalam akad, tetapi benar-benar pemberian sepihak sebagai tanda terima kasih dari pihak bank. 5) Jumlah pemberian bonus sepenuhnya merupakan kewenangan

manajemen bank syariah karena pada prinsipnya dalam akad ini penekanannya adalah titipan.

6) Produk tabungan juga dapat menggunakan akad wadi’ah karena pada prinsipnya tabungan mirip dengan giro, yaitu simpanan yang bisa diambil setiap saat. Perbedaannya, tabungan tidak dapat ditarik dengan cek atau alat lain yang dipersamakan.15

Skema Wadi‟ah yad adh-dhomanah

(22)

boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Tentu pihak bank dalam hal ini mendapatkan hasil dari pengguna dana. Bank dapat memberi intensif kepada penitip dalam bentuk bonus.

D. Landasan Syariah 1. Al-Qur‟an

Dalam masalah wadi‟ah ulama‟ sepakat bahwa landasan hukum wadi‟ah adalah Al-quran. Dalam hal ini Allah menyinggung melalui sabdanya surat an-nisa‟ 58:



….

Artinya: sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya…………..(QS.An-nisa:58) Dalam surat lain Allah juga menyebutkan tentang orang yang di beri amanah dan amanah itu harus di sampaikan kepada pemiliknya.



………



...

Artinya : Hendaklah yang dipercayai itu mtnunaikan

amanah…..(Qs.Al-baqoro.283

2. Hadits

Sedang Nabi juga pernah menyinggung tentang amanat yang harus disampaikan. Sabda beliau:

(23)

3. Ijma

Para tokoh ulama sepanjang zaman telah melakukan (konsensus) terhadap legitimasi al wadi’ah karena kebutuhan manusia terhadap hal ini jelas terlihat seperti dikutip oleh Dr. Wahbah Azzuhaily dalam al-fiqh al islami wa adillatuhu dari kitab al-mugni wa syarh kabir li ibni qudhamah dan mabsuth li imam sarakhsy.

Pada dasarnya penerima titipan adalah yadh al-amanah (tangan amanah), artinya ia tidsk bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada aset titipan selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang titipan (karena faktor-faktor diluar batas kemampuan). Hal ini telah dikemukakan oleh Rasulullah dalam suatu hadits.

jaminan pertanggung jawaban tidak diminta dari peminjam yang tidak menyalahgunakan (pinjaman) dan penerima titipan tidak lali terhadap titipan tersebut”.

Akan tetapi dalam aktivitas perekonomian modern, sipenerima simpanan tidak mungkin meng-idle-kan aset tersebut. Tetapi mempergunakannya dalam aktivitas perekonomian tertentu, karenanya ia harus meminta izin dari sipembeli titipan untuk kemudian mempergunakan harta tersebut, dengan catatan ia menjamin atau

(24)

bertanggung jawab atas segala kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada barang.17

Fatwa DSN tersebut memberikan ketentuan yang berkaitan dengan tabungan yang berdasarkan wadiah. Agar tidak terjadi pelanggaran atau penyalahgunaan dari akad wadiah tersebut. Adapun ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional No 02/DSN-MUI/IV/2000 tabungan berdasarkan wadiah :

Ketentuan Umum Tabungan berdasarkan Wadi‟ah: a. Bersifat simpanan.

b. Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan.

c. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian („athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.18

E. Rukun dan Syarat wadi’ah

Menurut Imam Hanafiyah seperti yang dikutip oleh Hendi Suhendi, rukun al-wadi’ah ada satu yaitu ijab dan qabul. Sedangkan yang lainnya termasuk syarat dan tidak termasuk rukun. Menurut imam hanafiyah dalam

shighat ijab dianggap sah apabila ijab tersebut dilakukan dengan perkataan yang jelas (sharih) maupun dengan perkataan samaran (kinayah). Hal berlaku juga untuk qabul, disyaratkan bagi yang menitipkan dan yang dititipi barang

17 Muhammad syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek,...hlm. 86 18 Muhammad syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek,...hlm. 233

(25)

Menurut Syafi‟iyah seperti yang dikutip oleh hendi suhendi al wadi’ah memiliki tiga rukun yaitu:

1. Barang yang dititipkan, syarat barang yang dititipkanadalah barang atau benda itu merupakan sesuatu yang dapat dimiliki menurut syara‟.

2. Bagi orang yang mau menitipkan dan yang menerima titipan, disyaratkan bagi penitip dan menerima titipan sudah balig, berakal, serta syarat-syarat lain yang sesuai dengan syarat-syarat yang berwakil.

3. Shigat ijab dan qabul al-wadi’ah, disyaratkan pada ijab dan qabul ini dimengerti oleh kedua belah pihak, baik dengan jelas maupun samar.19 F. Pendanaan Dengan Prinsip Wadi’ah

1. Giro Wadi’ah

Giro wadi’ah adalah produk pendanaan bank syariah berupa simpanan dari nasabah dalam bentuk rekening giro (current account) untuk keamanan dan kemudahan pemakaiannya. Karakteristik giro wadiah ini mirip dengan giro pada bank konvensional, ketika kepada nasabah penyimpan diberi garansi untuk untuk dapat menarik dananya sewaktu-waktu dengan menggunakan berbagai fasilitas yang disediakan bank, seperti cek, bilyet giro, kartu ATM, atau dengan menggunakan sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan tanpa biaya. Bank boleh menggunakan dana nasabah yang terhimpun untuk

(26)

ditarik. Biasanya bank tidak menggunakan danan ini untuk pembiayaan bagi hasil karena sifatnya yang jangka pendek. Keuntungan yang diperoleh bank dari penggunaan dana ini menjadi milik bank. Demikian juga, kerugian yang timbul menjadi tanggung jawab bank sepenuhnya. Bank diperbolehkan untuk memberikan insentif berupa bonus kepada nasabah, selama hal ini tidak disyaratkan sebelumnya. Besarnya bonus juga tidak ditetapkan di muka.

Beberapa fasilitas giro wadi’ah yang disediakan bank untuk nasabah, antara lain: a. Buku cek b. Bilyet giro c. Kartu ATM d. Fasilitas pembayaran e. Traveller’s cheques f. Wesel bank g. Wesel penukaran h. Kliring20

Dalam aplikasinya ada giro wadi’ah yang memberikan bonus dana ada giro wadi’ah yang tidak memberikan bonus. Pada kasus pertama, giro

wadi’ah memberikan bonus karena bank menggunakan dana simpanan

20

Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 292

(27)

kedua, giro wadi’ah tidak memberikan bonus karena bank hanya menggunakan dana simpanan giro ini untuk menyeimbangkan kebutuhan likuiditas bank dan untuk transaksi jangka pendek atas tanggung jawab bank yang tidsk menghasilkan keuntungan riil. Bank tidak menggunakan dana ini untuk tujuan produktif mencari keuntungan karena memandang bahwa giro wadi’ah adalah kepercayaan, yaitu dana yang dititipkan kepada bank dimaksudkan untuk diproteksi dan di amankan, tidak untuk diusahakan.

Simpanan giro (current account) di bank syariah tidak selalu menggunakan prinsip wadi’ah yad -dhamanah, tetapi secara konsep dapat juga menggunakan prinsip wadi’ah yad- amanah dan prinsip qardh.’

Simpanan giro dapat menggunakan prinsip wadi’ah yad-amanah karena pada dasarnya giro dapat dianggap sebagai suatu kepercayaan dari nasabah kepada bank untuk menjaga dan mengamankan aset/dananya. Dengan prinsip ini nasabah deposan tidak menerima imbalan atau bonus apapun dari bank karena aset/dana yang dititipkan tidak akan dimanfaatkan untuk tujuan apapun, termasuk untuk kegiatan produktif. Sebaliknya, bank boleh membebankan biaya administrasi penitipan.21

Selain itu, simpanan giro juga dapat menggunakan prinsip qardh

ketika bank dianggap sebagai penerima pinjaman tanpa bunga dari

21

(28)

mencari keuntungan. Sementara itu, nasabah deposan dijamin akan memperoleh kembali dananya secara penuh, sewaktu-waktu nasabah ingin menarik dananya. Bank boleh juga memberikan bonus kepada nasabah deposan, selam hal ini tidak disyaratkan diawal perjanjian. Simpanan giro ini diterapkan di perbankan islam di Iran.

Pada prinsipnya, teknik perhitungan bonus wadi’ah dihitung dari saldo terendah dalam satu bulan. Namun demikian, bonus wadi’ah dapat diberikan kepada giran sebagai berikut:

a. Saldo terendah dalam satu bulan takwim di atas Rp 1.000.000,- (bagi rekening yang bonus wadi’ahnya dihitung dari saldo terendah).

b. Saldo rata-rata harian dalam satu bulan takwim di atas Rp 1.000.000,- (bagi rekening yang bonus gironya dihitung dari saldo rata-rata harian). c. Saldo hariannya di atas Rp 1.000.000,- (bagi rekening yang bonus

wadi’ahnya dihitung dari saldo harian).22

Besarnya saldo giro yang mendapatkan bonus wadi’ah dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok:

a. Rp 1 juta s.d. Rp 50 juta b. Di atas Rp 50 juta s.d. 100 juta c. Di atas Rp 100 juta

22

(29)

a. Bonus wadi’ah atas dasar saldo terendah, yakni tarif bonus wadi’ah dikalikan dengan saldo terendah bulan yang bersangkutan.

Tarif bonus wadi’ah x saldo terendah bulan ybs

b. Bonus wadi’ah atas dasar saldo rata-rata harian, yakni tarif bonus

wadi’ah dikalikan dengan saldo rata-rata harian bulan yang bersangkutan.

Tarif bonus wadi’ah x saldo rata-rata harian bulan ybs c. Bonus wadi’ah atas dasar saldo harian, yakni tarif bonus wadi’ah

dikalikan dengan saldo harian yang bersangkutan dikali hari efektif. Tarif bonus wadiah x saldo harian ybs x hari efektif

Dalam memperhitungkan pemberian bonus wadi’ah tersebut, hal-hal yang harus diperhatikan adalah:

a. Tarif bonus wadi’ah merupakan besarnya tarif yang diberikan bank sesuai ketentuan.23

b. Saldo terendah adalah saldo terendah dalam satu bulan.

c. Saldo rata-rat harian adalah total saldo dalam satu bulan dibagi hari bagi hasil sebenarnya menurut bulan kalender. Misalnya, bulan januari 31 hari, bulan februari 28/29 hari, dengan catatan satu tahun 365 hari. d. Saldo harian adalah saldo pada akhir hari

23

(30)

buku.

f. Dana giro yang mengendap kurang dari satu bulan karena rekening baru dibuka awal bulan atau ditutup tidak pada akhir bulan tidak mendapatkan bonus wadi’ah, kecuali apabila perhitungan bonus

wadi’ahnya atas dasar saldo harian.24 2. Tabungan Wadi’ah

Tabungan wadi’ah adalah produk pendanaan bank syariah berupa simpanan dari nasabah dalam bentuk rekening tabungan (saving account) untuk keamanan dan kemudahan pemakainnya, seperti giro wadi’ah, tetapi tidak sefleksibel giro wadi’ah, karena nasabah tidak dapat menarik dananya dengan cek. Karakteristik tabungan wadi’ah ini juga mirip dengan tabungan pada bank konvensional ketika nasabah penyimpan diberi garansi untuk dapat menarik dananya sewaktu-waktu dengan menggunakan berbagai fasilitas yang disediakan bank, seperti kartu ATM, dan sebagainya tanpa biaya. Seperti halnya pada giro wadi’ah, bank juga boleh menggunakn dana nasabah yang terhimpun untuk tujuan mencari keuntungan dalam kegiatan yang berjangka pendek atau untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bank, selama dana tersebut tidak ditarik.

Biasanya bank dapat menggunakan dana ini lebih leluasa dibandingkan dana dari giro wadi’ah, karena sifat penarikannya yang tidak

(31)

diberikan oleh bank kepada nasabah tabungan wadi’ah biasanya lebih besar dari pada bonus yang diberikan oleh bank kepada nasabah giro

wadi’ah. Besarnya bonus tidak disyaratkan dan tidak ditetapkan dimuka. Selain tidak adanya fasilitas buku cek dan bilyet giro, fasilitas bagi nasabah tabungan wadi’ah yang diberikan oleh bank mirip dengan fasilitas bagi nasabah giro wadi’ah.25

Dari pembahasan diatas, dapat disarikan beberapa ketentuan umum tabungan wadi’ah sebagai berikut:

a. Tabungan wadi’ah merupakan tabungan yang bersifat titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat (on call) sesuai dengan kehendak pemilik harta.

b. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana atau pemanfaatan barang menjadi milik atau tanggungan bank, sedangkan nasabah penitip tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian.

c. Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik harta sebagai sebuah insentif selama tidak diperjanjikan dalam akad pembukaan rekening.26

Landasan hukum tabungan wadi’ah mengacu pada : a. Fatwa DSN-MUI

25 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm.

113

(32)

mudharabah dan wadi’ah. b. Peraturan Bank Indonesia (PBI)

Penjelasan pasal 3 peraturan Bank Indonesia Nomor 9/19/PBI/2007, wadi’ah adalah transaksi penitipan dana atau barang dari pemilik kepada penyimpan dana atau barang dengan kewajiban bagi pihak yang menyimpan untuk mengembalikan dana atau barang titipan sewaktu-waktu.

c. Pasal 1 angka 21 UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.27

3. Perhitungan Bonus Wad‟iah

Perhitungan bonus wadi’ah oleh bank syariah dilakukan sebagai berikut:

Saldo giro wadi’ah Fuad di Bank B adalah Rp 1 juta (saldo minimum untuk mendapatkan bonus). Bonus yang akan diberikan bank kepada nasabah giro wadi’ah adalah 25%. Diasumsikan total saldo rata-rata dana

(33)

nasabah giro wadi’ah akan mendapat bonus sebagai berikut:

Rp 1.000.000 : Rp 200.000.000 x Rp 6.000.000 x 25% = Rp 7.500 (sebelum pajak).28

Sementara itu, Khir et al. Mengemukakan terdapat dua metode untuk menghitung besarnya hibah (bonus). Kedua metode tersebut adalah Accumulated Daily Average Method dan Daily Balance Method. Penjelasan mengenai kedua metode tersebut adalah sebagi berikut:

a. Accumulated Daily Average Method

Metode ini adalah untuk menghitung besearnyarata-rata akumulasi saldo rekening. Caranya adalah dengan mengunakan rumus:

Setelah memperoleh MADB dapat diketahui berapa besarnya keuntungan dari bulan yang bersangkutan dengan cara menggunakan rumus sebagai berikut: Profit Amount for the Month = MADB x Profit x No. of Days in the month

365 Keterangan:

28Sutan Remi Sjahdeini, Perbankan Syariah,...hlm. 354

Total of End of Day Balances for the Entire Month

Monthly Average Daily Balance =

(34)

dari yang bersangkutan, misalnya untuk bulan Maret jumlah hari kalender adalah 31 hari.

Profit rate : tingkat keuntungan yang ditentukan oleh bank guna pendistribusian keuntungan antara bank dan nasabah. No. of Days : jumlah hari kalender yang sesungguhnya pada bulan yang

bersangkutan.

Kalkulasi tersebutt didasarkan pada kebijakan bank dan tidak diketahui sebelumnya pada saat dana simpanan tersebut ditempatkan di bank. Persentase keuntungandapat diperoleh berdasarkan keuntungan yang dihasilkan dari simpanan pada bulan yang lalu. Penghitungan keuntungan tersebut dapat didasrkan pada rata-rata saldo harian dari rekening tersebut dan pengkreditan keuntungan (credit of profit) dapat dilakukan secara bulanan atau setengah tahunan. Pengkreditan keuntungan dapat bervariasi antara bak yang satu dengan bank yang lainnya.29

b. Daily Balance Method

Metode ini digunakan untuk menghitung jumlah keuntungan (profit). Caramya dengan m,enggunakan rumus sebagai berikut:

Profit Amount = P x R x T

29

(35)

P = Principal adalah saldo rekening nasabah, misalnya saldo pada akhir hari.

R = Profit rate adalah tingkat keuntungan yang ditentukan oleh bank guna pendistribusian keuntungan antara bank dan nasabah. T = jumlah hari yang sesungguhnya pada bulan yang bersangkutan

dibagi 365.

Kalkulasi di atas biasanya digunakan untuk menghitung keuntungan harian dan pengkreditan keuntungan tersebut dapat dilakukan secara bulanan (setiap bulan) atau setengah tahunan (6 bulan sekali). Pengkreditan keuntungan dapat bervariasi antara bank yang satu dan bank yang lain.30

30

(36)

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian acara dilanjutkan dengan pembacaan naskah deklarasi oleh Ketua IFKA Senpai Monang Tambunan yang diteruskan dengan penanda tanganan naskah deklarasi oleh Ketua

Hasil penelitian menunjukkan genus yang paling banyak ditemukan pada perakaran bawang mekah ( E. americana ) adalah genus

Penggunaan Sistem Rangka Bresing Eksentrik (SRBE) dirasa sangat cocok dalam perencanaan bangunan gedung bertingkat yang tahan terhadap beban gempa dikarenakan pada

Jalur terpendek yang diperoleh untuk jalur distribusi kentang menggunakan perhitungan aljabar min-plus adalah sepanjang 166 km, diawali di Jalan Raya Pangalengan

SIMANJORANG, (Ahli Waris dari Jalippar Simanjorang), Perempuan, Umur 62 Tahun, Kebangsaan Indonesia, Pekerjaan Bertani, Tempat tinggal Desa Nagara Kecamatan Merek

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini terdiri atas analisis laboratorium yang terdiri dari analisis kimia dan pengamatan petrografi batubara serta.. pengolahan dan

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Tindak Tutur

Karena koefisien tidak mendekati angka 1 maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Variabel PJK dengan Merokok adalah tidak erat namun menunjukkan hubungan