PENGARUH PENGETAHUAN TENTANG PERATURAN PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG
MELAKUKAN PEKERJAAN BEBAS DI KOTA GORONTALO (STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA GORONTALO)
Rahmawaty Naki S1 Akuntansi
ABSTRACT
The aim of this research was to know the influence of tax regulation toward the compliance of freelancers as personal taxpayers in Gorontalo City. The population of this research was the freelancers personal taxpayers listed in KPP Pratama Gorontalo in 2012. The technique of sampling was purposive sampling. Data consisted of primary data using questionnaire. The method applied was quantitative method with simple regression analysis. The result showed that the information about tax regulation had no significant influence toward the compliance of the freelancers as personal taxpayers in Gorontalo city. The determination coefficient showed that only 4.6% of the compliance was affected by the tax regulation information, while the remaining of 95.4% was influenced by other factors.
Keywords: Information about Tax Regulation, Taxpayer Compliance.
PENDAHULUAN
Pajak memiliki peran yang sangat besar dan semakin diandalkan perannya untuk kepentingan pembangunan dan pengeluaran Negara. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang penting untuk melaksanakan dan meningkatkan pembangunan demi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Pajak juga merupakan salah satu alat yang digunakan pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan penerimaan yang bersifat langsung maupun tidak langsung dari masyarakat, untuk itu diperlukan kesadaran dari masyarakat akankewajiban membayar pajak karena pajak yang dikumpulkan semata-mata untuk kepentingan Negara.
Pada tahun 1983, Indonesia mengubah sistem perpajakan dari official assessment system menjadi self assessment system. Pada official assessment system, aktifitas penetapan dan pemungutan pajak dilakukan oleh petugas pajak
atau fiskus. Sedangkan pada self assessment system, Wajib Pajak diberikan wewenang sepenuhnya untuk melakukan perhitungan, membayar, dan melaporkan besarnya pajak yang terhutang sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku (Nugroho dan Zulaikha,2012).
Peraturan perpajakan telah diatur dalam Undang-undang No.6 Tahun 1983, yang kemudian telah mengalami banyak persandingan sehingga Undang-undang perpajakan yang berlaku saat ini adalah Undang-Undang-undang No.16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Dalam peraturan perpajakan tersebut diatur tentang bagaimana hak dan kewajiban Wajib Pajak. Seorang Wajib Pajak harus memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dengan cara mendaftrakan diri di Kantor Pelayanan Pajak yang ada. Dengan adanya NPWP terdaftar, Wajib Pajak harus menghitung berapa besar pajak yang harus dibayarkan dan melaporkannya pada petugas pajak. Wajib Pajak juga harus melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunannya pada petugas pajak. Dalam peraturan perpajakan juga dicantumkan sanksi-sanksi apa saja yang dikenakan apabila Wajib Pajak melakukan pelanggaran dalam melaksanakan kewajibannya.
Dalam kaitannya dengan Wajib Pajak, kepatuhan dapat didefinisikan sebagai perilaku Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kepatuhan menurut Mahon dalam Sulistiyono (2012), kepatuhan adalah sebuah sikap yang rela untuk melakukan segala sesuatu, yang didalamnya didasari kesadaran maupun adanya paksaan, yang membuat perilaku seseorang dapat sesuai yang diharapkan. Perilaku tersebut sangat dipengaruhi oleh motivasi. Peningkatan kepatuhan Wajib Pajak untuk memenuhi kewajibannya perlu dilakukan upaya-upaya yang bersifat koprehensif dan secara berkesinambungan oleh pemerintah agar target penerimaan pajak mendekati tercapai (Sulistiyono, 2012).
Menurut Undang-undang No.16 Tahun 2009, yang dimaksud dengan pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang tidak terikat oleh suatu hubungan kerja. Contoh dari pekerjaan bebas antara lain adakah praktek pribadi dokter, konsultan, pengacara, dan lain-lain. Data dari KPP
Paratama Gorontalo, tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan pekerjaan bebas di kota Gorontalo dalam penyampaian SPT Tahunan cenderung tidak stabil atau naik turun dalam lima tahun terakhir. Berikut disajikan tabel yang menjelaskan tentang tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan pekerjaan bebas di kota Gorontalo dalam penyampaian SPT Tahunan dari tahun 2008-2012.
Tabel 1
Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan pekerjaan bebas dalam penyampaian SPT Tahunan
di Kota GorontaloTahun Pajak 2008-2012 Tahun Pajak Jumlah WP OP se-Prov. Gorontalo Jumlah SPT Tahunan yang masuk se-Prov.Gorontalo Jumlah WP OP se-Kota Gorontalo Jumlah SPT Tahunan yang masuk se-Kota Gorontalo Rasio Kepatuhan 2008 6.450 1.417 3.526 992 28% 2009 7.494 1.640 3.961 1.148 29% 2010 9.087 1.418 4.536 993 22% 2011 10.374 1.293 4.982 905 18% 2012 11.432 1.523 5.313 1.066 20%
Sumber : KPP Pratama Gorontalo
Berdasarkan pengamatan dilapangan, banyak Wajib Pajak yang kurang pengetahuannya tentang perauturan perpjakan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya Wajib Pajak yang sering terlambat membayar dan melaporkan kewajiban perpajakannya. Walaupun diantara para Wajib Pajak tersebut ada yang paham akan peraturan perpajakan yang berlaku, tetapi mereka terkadang tidak mengindahkan peraturan perpajakan yang berlaku. Dengan melihat latar belakang yang ada, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan tentang peraturan perpajakan terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan pekerjaan bebas di Kota Gorontalo.
Pengertian umum mengenai perpajakan sesuai dengan pasal 1 Undang-undang No.16 Tahun 2009:
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Menurut Soemitro (Mardiasmo,2013:1), pajak adalah iuran rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontrapestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Pengertian umum mengenai pekerjaan bebas sesuai dengan pasal 1 Undang-undang No.16 Tahun 2009 :
“Pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang tidak terikat oleh suatu hubungan kerja.”
Menurut Gatot dalam Handayani dan Faturokhman (2011), pekerjaan bebas (Indipendent Personal Service) adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang tidak terkait oleh suatu hubungan kerja (UU KUP, 2007). Pekerjaan bebas dapat dibagi atas dua kelompok yaitu, pekerjaan bebas yang dilakukan oleh tenaga ahli (liberal professional service) dan pekerjaan bebas lainnya (other personal service). Pekerjaan bebas yang dilakukan oleh tenaga ahli adalah pekerjaan yang dilakukan oleh pengacara, PPAT, akuntan, dokter, notaris, artitek dan konsultan. Sedangkan pekerjaan bebas yang dilakukan di luar tenaga ahli sepertiartis, seniman, atlet, penulis, peneliti, penceramah, dan profesional lainnya yang bekerja secara indipenden, bukan sebagai karyawan.
Dalam UU KUP No.16 Tahun 2009 Pasal 28 (Agoes dan Trisnawati,2010:6) bahwa Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas wajib menyelenggarakan pembukuan. Hal ini dimaksudkan agar dengan melakukan pembukuan, Wajib Pajak dapat menghitung besarnya pajak yang terutang. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas
menurut UU PPh No.36 Tahun 2008 Pasal 14 ayat (2), diperbolehkan menghitung penghasilan netto dengan menggunakan Norma Perhitungan Penghasilan Netto, yaitu peredaran usahanya dalam satu tahun kurang dari Rp. 4,8 milyar, dengan syarat Wajib Pajak orang pribadi tersebut memberitahukan kepada Dirjen Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan. Jika tidak, maka Wajib Pajak orang pribadi tersebut dianggap melakukan pembukuan.
Pengetahuan pajak adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seorang Wajib Pajak atau kelompok Wajib Pajak dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Hardiningsih dan Yulianawati, 2011). Pengetahuan akan peraturan perpajakan masyarakat melalui pendidikan formal maupun non formal akan berdampak positif terhadap kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak. Pengetahuan peraturan perpajakan dalam sistem perpajakan yang baru, Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk melaksanakan kegotong royongan nasional melalui sistem menghitung, memperhitungkan, membayar, melaporkan sendiri pajak yang terutang. Dengan adanya sistem ini diharapkan para Wajib Pajak tahu akan fungsi pembayaran pajak. Dan diharapkan sistem ini dapat terwujud keadilan. Yang dimaksud adil disini Wajib Pajak menghitung dengan sesuai ketentuan perpajakan dan pemerintah tahu menggunakan semua ini sesuai kebutuhan guna untuk membangun negara.
Menurut Vanessa dan Hari (2009), syarat-syarat untuk melakukan pembayaran pajak adalah (1) Wajib Pajak harus memiliki NPWP dan (2) Wajib Pajak harus melaporkan SPT. Syarat-syarat tersebut dapat dijadikan indikator kemauan membayar pajak oleh Wajib Pajak dengan dua alasan berikut. Pertama, Wajib Pajak baru yang mau membayar pajak akan mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dan wajib pajak lama yang telah memiliki NPWP mau membayar pajak karena kepemilikan tersebut mewajibkan Wajib Pajak untuk membayar pajak secara berkelanjutan. Kedua, kepemilikan NPWP selanjutnya harus ditindaklanjuti dengan pelaporan SPT oleh Wajib Pajak.
Menurut Widayati dan Nurlis (2010), terdapat beberapa indikator bahwa Wajib Pajak mengetahui dan memahami peraturan perpajakan. Pertama, kepemilikan NPWP.Setiap Wajib Pajak yang memiliki penghasilan wajib untuk
mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP sebagai salah satu sarana untuk pengadministrasian pajak. Kedua, pengetahuan dan pemahaman mengenai hak dan kewajiban sebagai Wajib Pajak. Apabila Wajib Pajak telah mengetahui dan memahami kewajibannya sebagai Wajib Pajak, maka meraka akan melakukannya, salah satunya adalah membayar pajak. Ketiga, pengetahuan dan pemahaman mengenai sanksi perpajakan. Semakin tahu dan paham Wajib Pajak terhadap peraturan perpajakan, maka semakin tahu dan paham pula Wajib Pajak terhadap sanksi yang akan diterima bila melalaikan kewajiban perpajakan. Hal ini tentu akan mendorong setiap Wajib Pajak yang taat akan menjalankan kewajibannya dengan baik. Keempat, pengetahuan dan pemahaman tentang PTKP, PKP, dan tariff pajak. Dengan mengetahui dan memahami mengenai tariff pajak yang berlaku, maka akan dapat mendorong Wajib Pajak untuk dapat menghitung kewajiban pajak sendiri secara benar. Kelima, Wajib Pajak mengetahui dan memahami peraturan perpajakan melalui sosialisasi yang dilakukan oleh KPP, dan yang keenam bahwa Wajib Pajak mengetahui dan memahami peraturan pajak melalui training perpajakan yang diikuti.
Menurut Mahon, kepatuhan adalah sebuah sikap yang rela untuk melakukan sesuatu, yang didalamnya didasari kesadaran maupun adanya paksaan, yang membuat perilaku seseorang dapat sesuai dengan yang diharapkan (Sulistiyono, 2012). Kepatuhan pajak adalah suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan yang tercermin dalam situasi dimana wajib pajak paham dan berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas, menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar dan membayar pajak tepat pada waktunya.
Dalam penelitian Sulistiyono (2012), kepatuhan terbagi atas dua macam adalah :
1. Kepatuhan Formal
Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang Perpajakan.
2. Kepatuhan Material
Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara subtantif/hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan yaitu sesuai isi dan jiwa Undang-undang Pajak, kepatuhan material juga dapat meliputi kepatuhan formal.
Kategori Wajib Pajak patuh sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor: SE-13/PJ.331/2003 tanggal 22 Juli 2003 tentang tata cara penentuan Wajib Pajak patuh yang dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 235/KMK.03/2003 tanggal 3 Juni 2003 dan Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor: KEP-213/PJ/2003 bulan Juli 2003, dengan kriteria sebagai berikut:
1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan dalam dua terakhir;
2. Dalam tahun terakhir, penyampaian SPT Masa yang terlambat tidak lebih dari 3 (tiga) masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut; 3. SPT Masa yang terlambat itu disampaikan tidak lewat dari batas waktu
penyampaian SPT Masa masa pajak berikutnya;
4. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak :
1) Kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak;
2) Tidak termasuk tunggakan pajak sehubungan dengan STP yang diterbitkan untuk 2 (dua) masa pajak terakhir;
5. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana dibidang perpajakan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir; dan 6. Dalam hal laporan keuangan diaudit oleh publik atau Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan harus dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau dengan pengecualian sepanjang pengecualian tersebut tidak mempengaruhi laba rugi fiskal. Laporan audit harus:
1) Disusun dalam bentuk panjang (long form report); 2) Menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiskal;
7. Dalam hal laporan keuangan Wajib Pajak tidak diaudit oleh akuntan publik, maka Wajib Pajak harus mengajukan permohonan tertulis paling lambat 3 bulan sebelum tahun buku berakhir, untuk dapat ditetapkan sebagai Wajib Pajak Patuh sepanjang memenuhi syarat pada huruf a sampai huruf e, ditambah syarat:
1) Dalam 2 (dua) tahun pajak terakhir menyelenggarakan pembukuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009; dan
2) Apabila dalam dua tahun terakhir terhadap Wajib Pajak pernah dilakukan pemeriksaan pajak, maka korelasi fiskal untuk setiap jenis pajak yang terutang tidak lebih dari 10%.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012: 13), metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini terdapat 1 variabel independen dan 1 variabel dependen. Sebagai variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang peraturan perpajakan, sedangkan variabel dependen adalah kepatuhan wajib pajak. Untuk melihat pengaruh pengetahuan tentang peraturan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak maka variabel operasional yang digunakan dalam penelitian ini melibatkan atas satu variabel independen (bebas) dan satu variabel dependen (terikat). Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang peraturan perpajakan. Variabel ini diukur dari dengan pelayanan, peraturan, dan
penyuluhan. Sedangkan Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak. Kepatuhan wajib pajak diukur dari kesadaran Wajib Pajak.
Yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah seluruh Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan pekerjaan bebas di kota Gorontalo yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gorontalo pada tahun 2012 yaitu sebanyak 5.313 Wajib Pajak. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Metode ini digunakan karena pengambilan sampel dalam hal ini terbatas pada jenis orang tertentu yang dapat memberikan informasi yang diinginkan, entah karena mereka adalah satu-satunya yang memilikinya, atau memenuhi beberapa kriteria yang ditentukan (Sekaran.2006:136). Oleh karena itu jumlah sampel untuk penelitian dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Eriyanto.2012:295) :
[ ( )]
[ ( )] ( ) Dimana :
n = ukuran sampel
Z = mengacu pada nilai z (tingkat kepercayaan).
Jika tingkat kepercayaan yang dipakai 90%, maka z adalah 1.65 p = variasi populasi
N = populasi E = sampling eror
Setelah dilakukan perhitungan sampel dengan menggunakan tingkat kepercayaan 90%, variasi populasi 0.5, dan sampling eror 10%, maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 67 (enampuluh tujuh). Berdasarkan perhitungan tersebut, maka jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 67 Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan pekerjaan bebas di Kota Gorontalo.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung dari sumbernya. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini bersumber dari penyebaran kuesioner-kuesioner kepada Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas yang terdaftar di KPP Pratama Gorontalo pada tahun 2012. Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan
dengan 3 cara, yaitu dengan studi kepustakaan, kuesioner, dan dokumentasi. Studi kepustakaan berasal dari buku-buku, literatur, artikel, jurnal, penelitian terdahulu, dan beberapa sumber yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti.
Pada kuesioner, jawaban responden akan diukur menggunakan skor dikotomi, yaitu terdiri dari 2 (dua) jawaban (Ya-Tidak ; Benar-Salah). Tetapi dalam penelitian ini pertanyaan dilengkapi dengan jawaban yang berdasarkan pilihan ganda, sehingga dalam hal ini jawaban yang benar diberi skor 1 (satu) dan yang salah diberi skor 0 (nol). Untuk pengujian validitas instrumen penelitian yang berupa skor dikotomi digunakan korelasi point biserial. Dalam penelitian ini, uji validitas dan uji reliabilitas sudah tidak dilakukan lagi. Karena dalam penelitian ini, kuesioner yang digunakan adalah kuesioner baku. Menurut Fandy (2005), uji validitas dan reliabilitas tidak perlu dilakukan untuk kuesioner yang sifatnya sudah baku. Kuesioner baku merupakan kuesioner yang sebelumnya sudah pernah dipakai oleh peneliti lain dan sudah pernah diuji validitas dan reliabilitas.
Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji regresi linier sederhana. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak. Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi normal atau mendekati normal. Mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat diketahui dengan menggambarkan penyebaran data melalui sebuah grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya, model regresi memenuhi asumsi normalitas (Umar, 2011: 181). Pengujian normalitas data juga dilakukan dengan menggunakan uji kolmogorow-smirnov. Jika tingkat signifikannya lebih besar dari 0, 05 maka data itu berdistribusi normal. Jika nilai signifikan lebih kecil 0, 05 maka distribusi data tidak normal.
Pada penelitian ini, digunakan teknik analisis data regresi linear sederhana. Menurut Sugiyono (2012:270), regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Kegunaan regresi dalam penelitian salah satunya adalah untuk
meramalkan atau memprediksi variabel terikat (Y) apabila variabel bebas (X) diketahui. Rumus dari regresi linear sederhana adalah:
Keterangan:
Y’ = Kepatuhan Wajib Pajak
X = Pengetahuan Tentang Peraturan Perpajakan a = Nilai konstanta
b = Koefisien regresi
Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Uji t. Uji t bertujuan untuk melihat pengaruh variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Pada penelitian ini, uji t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh pengetahuan tentang peraturan perpajakan (variabel independen) terhadap kepatuhan Wajib Pajak (variabel dependen). Secara parsial hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan menjadi hipotesis statistik sebagai berikut:
H0 : β = 0 artinya tidak terdapat pengaruh variabel X (pengetahuan tentang
peraturan perpajakan) terhadap variabel Y (kepatuhan Wajib Pajak).
H1 : β ≠ 0 artinya terdapat pengaruh variabel X (pegetahuan tentang peraturan
perpajakan) terhadap variabel Y (kepatuhan Wajib Pajak).
Untuk mengukur besarnya proporsi atau presentasi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen maka dilakukan pengujian koefisien determinan. Koefisisen dterminan berkisar antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R2≤ 1). Hal ini berarti R2 = 0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, bila R2 semakin besar mendekati 1, menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan bila R2 semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kepatuhan Wajib Pajak dapat didefinisikan sebagai perilaku Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kemauan membayar pajak merupakan salah satu kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajibannya. Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar kewajiban perpajakannya merupakan hal penting dalam optimalisasi penerimaan pajak. Mengetahui dan memahami peraturan perpajakan bagi setiap Wajib Pajak merupakan suatu keharusan. Karena dengan memahami dan mengetahui peraturan perpajakan yang berlaku akan memudahkan Wajib Pajak melaksanakan kewajibannya untuk membayar dan melaporkan pajaknya, sehingga Wajib Pajak tersebut terbebas dari sanksi perpajakan.
Hasil analisis terhadap data yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pengetahuan tentang peraturan perpajakan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan pekerjaan bebas di Kota Gorontalo masih rendah. Ini terlihat dari presentase skor yang hanya sebesar 57.67%. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh presentase skor untuk tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan pekerjaan bebas di Kota Gorontalo yang hanya sebesar 58.14%. Ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan pekerjaan bebas di Kota Gorontalo juga rendah.
Adapun hasil analisis regresi untuk menganalisis pengaruh dari tingkat pengetahuan yang dimiliki terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan pekerjaan bebas di Kota Gorontalo menunjukkan koefisien regresi yang positif yaitu sebesar 0.265. Ini berarti bahwa peningkatan pengetahuan tentang peraturan perpajakan akan mampu meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak tersebut. Namun untuk pengujian secara statistika, menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Dengan demikian, meskipun tingkat pengetahuan tentang peraturan perpajakan yang dimiliki oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan pekerjaan bebas mampu meningkatkan kepatuhan mereka terhadap perpajakannya, namun pengaruhnya tidak signifikan. Dengan kata lain, masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan pekerjaan bebas.
Hasil ini didukung oleh hasil koefisien determinasi dari model regresi yang dihasilkan hanya sebesar 0.046. Nilai ini berarti bahwa hanya sebesar 4.6% tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan pekerjaan bebas di Kota Gorontalo dipengaruhi oleh pengetahuan tentang peraturan perpajakan yang dimiliki oleh Wajib Pajak tersebut sedangkan sisanya sebesar 95.4% justru dipengaruhi oleh faktor lain selain faktor pengetahuan tentang perpajakan yang mereka miliki. Faktor-faktor lain tersebut antara lain seperti pelayanan fiskus, persepsi tentang efektivitas sistem perpajakan, tingkat kepercayaan terhadap hukum perpajakan, dan lain sebagainya. Juga masalah moral yang dimiliki oleh para Wajib Pajak tersebut yang ikut memegang peran penting dalam kepatuhan mereka sebagai Wajib Pajak.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Susanto (2013), dimana terdapat tiga variabel yaitu persepsi pelayanan aparat pajak, persepsi pengetahuan Wajib Pajak, dan persepsi pengetahuan korupsi yang ketiga variabel tersebut tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Dimana dalam penelitian ini, hasil dari koefisien determinasi (R2) menunjukkan angka 0.054. ini berarti bahwa hanya sebesar 5.4% ketiga variabel independen tersebut yaitu persepsi pelayanan aparat pajak, persepsi pengetahuan Wajib Pajak, dan persepsi pengetahuan korupsi mempengaruhi variabel dependen yaitu kepatuhan Wajib Pajak. Sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian dan analisis data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan tentang peraturan perpajakan berpengaruh secara positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan pekerjaan bebas di Kota Gorontalo. Pengetahuan tentang peraturan perpajakan memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 4.6% terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan pekerjaan bebas di Kota Gorontalo. Sedangkan sisanya sebesar 96.4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar penelitian. Faktor-faktor lain tersebut antara lain seperti pelayanan fiskus, persepsi tentang efektivitas sistem perpajakan, tingkat kepercayaan terhadap hukum perpajakan, dan lain sebagainya. Juga masalah moral yang dimiliki oleh
para Wajib Pajak tersebut yang ikut memegang peran penting dalam kepatuhan mereka sebagai Wajib Pajak.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan telah diuraikan dalam kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan agar kepada para Wajib Pajak yang bersangkutan untuk lebih mempelajari dan memahami peraturan tentang perpajakan yang berlaku sehingga bisa meningkatkan kepatuhan mereka sebagai Wajib Pajak. Dan untuk para pihak fiskus untuk lebih sering memberikan sosialisasi dan penyuluhan mengenai peraturan perpajakan yang berlaku sehingga para Wajib Pajak akan lebih mematuhi apa yang seharusnya menjadi kewajiban mereka. Selain itu, untuk para peneliti selanjutnya untuk dapat meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak tidak sempat diteliti oleh peneliti.
DAFTAR REFERENSI
Agoes, Sukrisno dan Trisnawaty Estralia.2010. Akuntansi Perpajakan Edisi 2 Revisi. Jakarta: Salemba Empat
Departemen Keuangan Republik Indonesia. 2011. Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan Seri KUP
Departemen Keuangan Republik Indonesia. 2011. Modul Perpajakan Untuk Bendahara Pengeluaran
Departemen Keuangan Republik Indonesia. 2011. Persandingan Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
Eriyanto. 2007. Teknik Sampling. Yogyakarta: LKiS
Handayani, Sapti Wuri., Agus Faturohman dan Umi Pratiwi. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas (Kantor Pelayanan Pajak Pratama Purwokerto). Jurnal. Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto
Hardiningsih, Pancawati dan Nila Yulianawati. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak. Jurnal. Universitas Stikubank. Semarang
Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011. Yogyakarta: Andi
Nugroho, Rahman Adi dan Zulaikha. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak dengan Kesadaran Membayar Pajak Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas yang Terdaftar di KPP Pratama Semarang Tengah Satu). Jurnal. Universitas Diponegoro. Semarang
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta, CV
Sulistiyono, Adincha Ayuvisda. 2012. Pengaruh Motivasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Penghasilan Orang Pribadi Usahawan (Studi di Sentra Produksi Manik-Manik Desa Plombongambang, Kabupaten Jombang). Jurnal.Universitas Negeri Surabaya. Surabaya
Susanto, Jessica Novia. 2013. Pengaruh Persepsi Pelayanan Aparat Pajak, Persepsi Pengetahuan Wajib Pajak, Dan Pengetahuan Tentang Korupsi Terhadap Kepatuhan (Kajian Empiris Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Memiliki Usaha di Probolinggo Kecamatan Mayangan). Jurnal Ilmiah. Universitas Surabaya. Surabaya
Tatiana, Vanessa Rantung dan Priyo Hari.2009. Dampak Program Sunset Policy Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak.Proceeding.Simposium Nasional XI. Pontianak.
Umar, Husein. 2011. Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali Pers
Widayati dan Nurlis. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas (Studi Kasus Pada KPP Pratama Gambir Tiga).Makalah.Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto