• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANAMAN KOMODITI BERBASIS KEMAMPUAN DAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK MEMPERKECIL LAJU EROSI DI SUBDAS SAYANG KABUPATEN MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TANAMAN KOMODITI BERBASIS KEMAMPUAN DAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK MEMPERKECIL LAJU EROSI DI SUBDAS SAYANG KABUPATEN MALANG"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TANAMAN KOMODITI BERBASIS KEMAMPUAN DAN

KESESUAIAN LAHAN UNTUK MEMPERKECIL LAJU EROSI

DI SUBDAS SAYANG KABUPATEN MALANG

Liliya Dewi Susanawati Bambang Suharto Ruslan Wirosoedarmo

Jurusan Keteknikan Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawaijaya

ABSTRAKSI

Erosi sangat dipengaruhi oleh penggunaan lahan. Oleh karena itu, mengendalikan laju erosi harus dimulai dari konservasi lahan untuk meningkatkan kualitas SubDAS tersebut. Dalam konservasi lahan diperlukan suatu rencana penggunaan lahan yang sesuai, yaitu memanfaatkan lahan sesuai dengan kemampuannya. Konservasi lahan dengan memilih jenis tanaman yang sesuai merupakan salah satu pilihan yang tepat dalam menekan laju erosi. Untuk mendapatkan penggunaan lahan yang optimal dilakukan melalui tahapan: identifikasi lahan kritis; pemilihan berbagai jenis tanaman dan lokasi tumbuh tanaman yang sesuai; penyusunan alternatif rencana penggunaan lahan; analisis laju erosi lahan dari masing-masing alternatif rencana penggunaan lahan; serta pemilihan rencana penggunaan lahan yang sesuai berdasarkan laju erosi terkecil dan tidak melebihi batas erosi yang diperbolehkan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran lahan kritis di kawasan SubDAS Sayang Kabupaten Malang melalui rencana penggunaan lahan yang optimal serta jenis tanaman yang sesuai dengan kemampuan lahannya, termasuk laju erosi lahan dari setiap alternatif penggunaan lahan dan jenis tanaman yang ditinjau dari aspek erosi.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebaran lahan kritis di SubDAS Sayang Kabupaten Malang terjadi pada penggunaan lahan sawah tadah hujan dan kebun campuran; sedangkan laju erosi yang terjadi pada penggunaan lahan hutan adalah 0,53 ton/tahun, kebun campuran 21,46 ton/tahun, sawah tadah hujan 41,24 ton/tahun, dan semak belukar 2,51 ton/tahun.

Kata kunci:Pewadahan dan Pengumpulan, Sampah, Kota Kecil.

PENDAHULUAN

Beberapa daerah pertanian di Indonesia, khususnya di Jawa, telah menunjukkan gejala ketidakseimbangan yang semakin mencolok antara daya dukung lahan pertanian dengan jumlah penduduk. Hal ini telah

(2)

mendorong terjadinya berbagai gangguan keseimbangan ekologis, seperti: terjadinya penebangan hutan untuk kepentingan budidaya tanaman pangan, alih fungsi hutan produktif menjadi pertanian intensif, meningkatnya laju erosi dan limpasan permukaan di daerah hulu Daerah Aliran Sungai (DAS), berkurangnya tingkat persediaan air bersih, khususnya selama musim kemarau, dan konversi lahan-lahan pertanian menjadi penggunaan non pertanian (pemukiman) (Asdak, 1995). Gangguan seperti tersebut di atas banyak terjadi di berbagai DAS dan SubDAS yang padat penduduknya, seperti SubDAS Sayang Kabupaten Malang.

SubDAS Sayang adalah salah satu SubDAS yang berada di hulu Bendungan Selorejo dan Sungai Sayang yang merupakan salah satu sungai yang bermuara ke Bendungan Selorejo. SubDAS Sayang merupakan daerah konservasi, dimana apabila terjadi perubahan penggunaan lahan maka akan memperbesar laju erosi dan hal ini dikhawatirkan akan berdampak pada usia efektif bangunan Bendungan Selorejo karena kapasitas tampungan bendungan akan penuh terisi oleh sedimen.

Pengelolaan lahan secara optimal merupakan harapan banyak pihak yang mempunyai kepentingan dengan sumberdaya lahan, tetapi pengelolaan lahan yang sangat ideal dengan memperhatikan kepentingan semua pihak sangatlah sulit dilaksanakan karena dalam penerapannya di lapangan akan menghadapi berbagai kendala. Dalam penelitian ini dilakukan cara optimasi untuk pengelolaan memperhatikan kepentingan konservasi tanah, sehingga diharapkan dengan optimasi ini akan diperoleh alternatif-alternatif penggunaan lahan yang optimal ditinjau dari segi erosi. Alternatif penggunaan lahan disusun berdasarkan pemilihan lokasi yang sesuai dari setiap jenis penggunaan lahan dan jenis tanaman agar sesuai dengan kelas dan kemampuan lahan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran lahan kritis di kawasan SubDAS Sayang Kabupaten Malang; mengetahui rencana penggunaan lahan yang optimal serta jenis tanaman yang sesuai dengan kemampuan lahannya; mengetahui laju erosi lahan dari setiap alternatif penggunaan lahan dan jenis tanaman; serta mengetahui rencana penggunaan dan pengelolaan lahan di SubDAS Sayang Kabupaten Malang yang optimal ditinjau dari aspek erosi.

TINJAUAN PUSTAKA

Erosi

Erosi tanah adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Kerusakan yang ditimbulkan oleh erosi tidak hanya dirasakan oleh daerah dimana erosi terjadi (daerah hulu), tetapi juga di daerah yang dilaluinya, yaitu daerah tengah dan hilir. Selama proses erosi terjadi secara alamiah tidak akan menimbulkan masalah yang serius karena hal ini memang

(3)

diperlukan untuk mempertahankan kesuburan tanah di daerah hulu, yaitu untuk meremajakan tanah. Akan tetapi, apabila proses erosi yang terjadi adalah erosi yang dipercepat (accelerated erosion) artinya proses erosi yang kecepatannya sudah jauh melebihi kecepatan proses pembentukan tanah, sehingga dapat menyebabkan kerusakan lahan (Suripin, 2001).

Faktor Penyebab Erosi

Faktor penyebab erosi (erosivitas) merupakan manifestasi hujan yang dipengaruhi oleh adanya vegetasi dan kemiringan serta faktor tanah (erodibilitas) yang juga dipengaruhi oleh adanya vegetasi. Selain itu, erosi juga ditentukan oleh sifat hujan, sifat tanah, derajat dan panjang lereng, serta adanya penutupan tanah yang berupa vegetasi dan aktivitas manusia dalam hubungannya dengan pemakaian dan pengelolaan tanah (Hudson, 1976). Faktor kegiatan manusia memegang peranan penting, terutama dalam usaha pencegahan erosi, karena manusia dapat memperlakukan faktor-faktor penyebab erosi lainnya, kecuali faktor iklim.

Penggunaan Model USLE (Universal Soil Loss Equation)

Evaluasi potensi erosi dapat dilakukan pada tingkat pengamatan, yaitu tingkat makro, meso dan mikro. Pengamatan tingkat makro adalah evaluasi potensi erosi regional, pengamatan tingkat meso adalah evaluasi potensi erosi lokal, dan pengamatan tingkat mikro merupakan evaluasi lapangan setempat.

Model USLE dapat digunakan untuk mengadakan evaluasi potensi erosi tingkat meso dan tingkat mikro, dimana pada tingkat meso meliputi areal kecil seperti DAS, SubDAS, Propinsi, Kabupaten, dan Kecamatan dengan menggunakan peta dasar berskala 1:20.000 sampai dengan 1:500.000. Faktor-faktor yang dianalisa adalah iklim, topografi dan tanah. Sedangkan pada tingkat mikro model USLE digunakan untuk evaluasi erosi potensial yang meliputi areal yang lebih sempit, yakni sebidang tanah. Berdasarkan analisa statistik terhadap lebih dari 10.000 tahun data erosi dan aliran permukaan, parameter fisik dan pengelolaan dikelompokkan menjadi lima variabel utama yang nilainya untuk setiap tempat dapat dinyatakan secara numeris. Kombinasi lima variabel tersebut dipergunakan untuk menghitung erosi lahan. Secara umum dapat dihitung besarnya erosi dengan menggunakan persamaan USLE (Universal Soil Loss Equation),

yaitu:

P

x

C

x

S

L

x

K

x

R

E

a

Dimana: Ea = Laju erosi (ton/ha/thn) R = Erosivitas hujan K = Erodibilitas tanah LS = Faktor kelerengan

C = Faktor pengelolaan tanaman P = Faktor pengelolaan lahan

(4)

Pemilihan Lokasi yang Sesuai

Evaluasi lahan adalah proses dalam menduga kelas kesesuaian lahan dan potensi lahan untuk penggunaan tertentu, baik untuk pertanian maupun non pertanian. Kesesuaian lahan suatu wilayah untuk suatu pengembangan pertanian ditentukan oleh kecocokan antara sifat fisik lingkungan yang mencakup suhu udara, kelembaban, ketersediaan air, tekstur tanah, kedalaman tanah, bahan organik, bahaya erosi, dan kemiringan lereng. Kecocokan antara sifat fisik lingkungan dari suatu wilayah dengan persyaratan tumbuh jenis tanaman yang dievaluasi memberikan gambaran atau informasi bahwa lahan tersebut potensial dikembangkan untuk jenis tanaman tersebut.

Optimasi Penggunaan Lahan

Aktivitas perubahan penggunaan lahan di daerah hulu DAS juga akan memberikan dampak di hilir DAS dalam bentuk perubahan fluktuasi debit dan erosi di daerah hulu yang akan menimbulkan penurunan kapasitas tampung waduk. Dalam penelitian ini sebagai tujuan optimasi adalah pengendalian erosi di daerah SubDAS Sayang, sedangkan yang menjadi kendala adalah kemampuan lahan dan kesesuaian lahan. Sebagai fungsi tujuan ialah besarnya erosi yang terjadi tidak diperkenankan melebihi batas erosi yang diperbolehkan dengan batasan bahwa alternatif rencana penggunaan lahan didasarkan pada tingkat kesesuaian lahan. Dari beberapa alternatif rencana penggunaan lahan tersebut dapat dipilih yang

Gambar 1. Skematis Model USLE

(5)

paling optimal, sehingga laju erosi di SubDAS Sayang tidak melebihi batas erosi yang diperbolehkan.

METODOLOGI

Pengumpulan Data

Data-datayang digunakan antara lain:

1. Data hujan harian dari stasiun penakar hujan di sekitar SubDAS Sayangmulai tahun 2002 sampai dengan tahun 2011

2. Peta Penggunaan Lahan SubDAS Sayang skala 1:25.000 berupa petadigital tahun 2003

3. Peta Tanah Tinjau skala 1:25.000 berupa peta digital

4. Hasil penelitian nilai K (erodibilitas tanah) dari jenis tanah yang terdapatdi SubDAS Sayang

5. Temperatur udara, kelembapan, ketersediaan air, tekstur tanah, kedalaman tanah, bahaya erosi, pH tanah, bahan organik, kemiringan lereng, dan elevasi permukaan

Metode Penelitian

Metode yang digunakan digambarkan sebagai berikut: Mulai

Identifikasi Lahan Kritis Berdasarkan Edp

Ea Mod < Edp Ea > Edp

Tidak Kritis Evaluasi Lahan Kritis Kesesuaian Lahan Kemampuan Lahan Optimasi Lahan

Rangking Alternatif Jenis Tanaman Alternatif Rencana

Penggunaan Lahan

Ea < Edp

Penggunaan Lahan Optimal

Selesai

YA TIDAK

Gambar 2.

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

SubDAS Sayang merupakan salah satu SubDAS Konto yang terletak di daerah hulu dan Sungai Sayang merupakan salah satu anak Sungai Konto yang bermuara ke Bendungan Selorejo. Bentang lahan SubDAS Sayang dicirikan oleh dataran tinggi yang dikelilingi oleh pegunungan yang terjal dan dibatasi oleh: Desa Sumberagung di sebelah Utara; Desa Tulungrejo di sebelah Selatan; Desa Waturejo dan Desa Tulungrejo di sebelah Barat ; serta Desa Ngabab dan Sungai Konto di sebelah Timur. Ketinggian lokasi berkisar antara 1.021 m sampai dengan 2.668 mdpl. Kondisi Penggunaan Lahan di SubDAS Sayang

Berdasarkan peta penggunaan lahan (land use) dari Bakosurtanal, SubDAS Sayang dengan luas total 1267 Ha terbagi menjadi: hutan seluas 656,3 Ha (51,80%); pemukiman seluas 58 Ha (4,58%); kebun campuran seluas 157,6 Ha (12,44%); sawah tadah hujan seluas 310,10 Ha (24,48%); dan semak belukar seluas 85 Ha (6,70%).

Keadaan Tanah SubDAS Sayang

Tanah berkembang dari bahan abu vulkanik melalui proses pelapukan, transformasi, pencucian dan iluviasi. Perbedaan bentuk lahan dan kondisi iklim mengakibatkan terbentuknya tiga zona tanah geografis, yakni: (1) bentuk lahan bergunung dengan jenis Andosol, (2) bentuk lahan berbukit

Gambar 3.

Peta Administrasi SubDAS Sayang Kabupaten Malang

Gambar 4.

Peta Tata Guna Lahan SubDAS Sayang Kabupaten Malang

(7)

dengan jenis Andosol dan Kambisol, serta (3) dataran antara vulkanik dengan jenis Kambisol dan Mediteran.

Hasil Analisis Data Data Hujan

Data hujan yang dipergunakan adalah data curah hujan harian rata-rata dari stasiun hujan yang mewakili untuk wilayah SubDAS Sayang mulai Tahun 2002 sampai dengan Tahun 2011.

Tabel 1.

Data Curah Hujan SubDAS Sayang Kabupaten Malang

Stasiun Hujan Curah Hujan (mm)

Jombok 6464

Ngantang 5137

Pujon 3744

Selorejo 4850

Dari tabel di atas diketahui bahwa curah hujan tahunan terbesar di Stasiun Hujan Jombok. Data curah hujan yang dipergunakan untuk analisis perlu diuji konsistensi data agar hasil analisis lebih akurat. Hasil uji dan rekapitulasi konsistensi data curah hujan harian rata-rata Januari sampai dengan Desember 2002 – 2011 adalah sebagai berikut:

Gambar 5.

Peta Jenis Tanah SubDAS Sayang Kabupaten Malang

Gambar 6.

Peta Daerah Pengaruh Hujan SubDAS Sayang Kabupaten Malang

(8)

Tabel 2.

Rekapitulasi Uji Konsistensi Data Curah Hujan Harian dan Nilai R2 Tahun 2002-2011

Berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2**) dan koefisien korelasi (r) dapat diketahui bahwa data-data curah hujan harian dari stasiun-stasiun hujan tersebut mempunyai hubungan langsung positif baik, yaitu apabila besarnya r antara 0,6<r<1 hal ini sesuai dengan pendapat Soewarno (1995). Karena penyebaran curah hujan untuk daerah pegunungan tidak merata, sehingga perlu dihitung menggunakan Metode Thiessen dengan memperhitungkan luas daerah pengaruh hujan yang dinyatakan dalam Koefisien Thiessen untuk masing-masing stasiun hujan.

Tabel 3.

Luas Daerah Pengaruh Hujan SubDAS Sayang Kabupaten Malang Stasiun Hujan Koefisien Thiessen Luas Daerah Pengaruh (Ha)

Jombok 0,317 401,64

Ngantang 0,224 283,81

Pujon 0,341 432,04

Selorejo 0,118 149,50

Berikut merupakan tabel Rekapitulasi hasil perhitungan curah hujan bulanan rata-rata dengan Metode Thiessen,

Tabel 4.

(9)

Indeks Erosivitas Hujan

Rekapitulasi hasil perhitungan indeks erosivitas hujan bulanan (Rh bulanan) dengan Metode Lenvain disajikan dalam tabel berikut.

Sedangkan rekapitulasi hasil perhitungan indeks erosivitas bulanan Metode Bols disajikan dalam tabel berikut.

Rekapitulasi hasil perhitungan indeks erosivitas bulanan dengan Metode Utomo disajikan dalam tabel berikut.

Perhitungan nilai indeks erosivitas hujan tahunan rerata tertimbang SubDAS Sayang Kabupaten Malang disajikan dalam tabel di bawah ini.

(10)

Data Tanah

Nilai erodibilitas tanah dari penelitian sebelumnya untuk jenis tanah Andosol sebesar 0,195; jenis tanah Kambisol sebesar 0,182; dan jenis tanah Mediteran sebesar 0,247. Perhitungan Nilai Erodibilitas Tanah (K) di SubDAS Sayang Kabupaten Malang disajikan dalam tabel di bawah ini.

Data Pengelolaan Tanaman

Dari peta penggunaan lahan (land use) dapat diidentifikasikan penggunaan lahan dan kondisi persentase kerapatan tajuk vegetasi yang ada di lahan. Untuk jenis tanaman yang ada di lahan (kondisi eksisting) perlu diadakan cross check di lapangan. Rekapitulasi penggunaan lahan di SubDAS Sayang disajikan pada tabel berikut ini.

(11)

Masing-masing penggunaan lahan tersebut kondisi pengelolaan dan manejemen tanamannya adalah sebagai berikut:

1. Hutan

Perhitungan Nilai C untuk penggunaan lahan hutan di kawasan SubDAS Sayang disajikan dalam tabel berikut.

Penggunaan Lahan Hutan Luas (Ha) Nilai C

Hutan 656,30 0,001

2. Kebun Campuran

Dari peta penggunaan lahan (land use) sumber Bakosurtanal yang telah disajikan, luas kebun campuran 157,60 Ha dengan persentase 12,44% dari luas total SubDAS. Perhitungan Nilai C untuk penggunaan lahan kebun campuran di SubDAS Sayang disajikan dalam tabel berikut.

3. Sawah Tadah Hujan

Dari peta penggunaan lahan (land use) sumber Bakosurtanal yang telah disajikan, luas sawah tadah hujan 310,10 Ha dengan persentase 24,48% dari luas total SubDAS. Perhitungan Nilai C untuk penggunaan lahan sawah tadah hujan di SubDAS Sayang disajikan dalam tabel berikut ini.

4. Semak Belukar

Dari peta penggunaan lahan (land use) sumber Bakosurtanal yang telah disajikan, luas semak belukar 85 Ha dengan persentase luas 6,7% dari luas total SubDAS. Perhitungan nilai C

(12)

untuk penggunaan lahan semak belukar disajikan dalam tabel berikut.

No. Tanaman Luas (Ha) Nilai C

1. Semak belukar 85 0,010

Nilai C Rerata Tertimbang SubDAS Sayang

Perhitungan Nilai C rerata tertimbang SubDAS Sayang disajikan dalam tabel berikut ini.

Data Pengelolaan dan Konservasi Tanah (P)

Penilaian faktor P perlu diadakan survei ke lahan secara langsung berdasarkan Peta Kelerengan, Peta Kontur dan Peta Penggunaan Lahan SubDAS Sayang, sehingga akan diperoleh nilai faktor P di lapangan. Perhitungan Nilai P untuk masing-masing penggunaan lahan disajikan dalam tabel berikut.

Prediksi Laju Erosi untuk Penggunaan Lahan Hutan

Prediksi laju erosi tahunan di SubDAS Sayang untuk berbagai penggunaan lahan disajikan dalam tabel berikut.

(13)

Prediksi laju erosi tahunan di SubDAS Sayang dalam rerata tertimbang disajikan dalam tabel berikut.

Evaluasi Lahan

Menurut Djaenudin (2000) definisi evaluasi lahan adalah proses dalam menduga kelas kesesuaian lahan dan potensi lahan untuk penggunaan tertentu, baik untuk pertanian maupun non pertanian.

Kemampuan Lahan

Menurut Utomo (1994) definisi kemampuan lahan adalah kemampuan suatu lahan untuk digunakan sebagai usaha pertanian yang paling intensif, termasuk tindakan pengelolaannya tanpa menyebabkan lahan menjadi rusak.

Kemampuan Lahan Pada Penggunaan Lahan Sawah Tadah Hujan dan Kebun Campuran

Data kemampuan lahan untuk penggunaan lahan sawah tadah hujan dan kebun campuran disajikan dalam Tabel berikut :

Berdasarkan tabel tersebut di atas, kelas kemampuan lahan pada penggunaan lahan sawah tadah hujan dan kebun campuran dalam penelitian ini mempunyai kelas kemampuan I, II, III, dan IV. Berdasarkan Stallings (1975) dalam Utomo (1994) bahwa untuk kemampuan lahan: (1) kelas I akan sesuai untuk cagar alam, hutan, penggembalaan terbatas, penggembalaan sedang, pengembalan intensif dan pertanian terbatas, pertanian sedang, pertanian intensif, pertanian sangat intensif; (2) kelas II

(14)

akan sesuai untuk cagar alam, hutan, penggembalaan terbatas, penggembalaan sedang, pengembalan intensif dan pertanian terbatas, pertanian sedang, pertanian intensif; (3) kelas III akan sesuai untuk cagar alam, hutan, penggembalaan terbatas, penggembalaan sedang, pengembalan intensif dan pertanian terbatas, pertanian sedang; serta (4) kelas IV akan sesuai untuk cagar alam, hutan, penggembalaan terbatas, penggembalaan sedang, pengembalan intensif dan pertanian terbatas.

Kualitas dan Karakteristik Lahan

Menurut Djaenudin (2000) definisi kualitas lahan adalah sifat-sifat atau attribute yang bersifat kompleks dari sebidang lahan. Data kualitas dan karakteristik lahan pada penggunaan lahan sawah tadah hujan dan kebun campuran disajikan dalam tabel berikut ini.

Berdasarkan tabel tersebut di atas diketahui bahwa secara rinci data kualitas dan karakteristik lahan sawah tadah hujan, yaitu sebagai berikut; (1) temperatur rata-rata 23,100˚C; (2) kelembaban 79%; (3) ketersediaan air 3744 mm; (4) tekstur tanah halus, agak halus dan sedang; (5) pH tanah berkisar 6,2-7,5; (6) kedalaman tanah >100 cm; (7) bahan organik >4%; (8) bahaya erosi dengan kriteria sangat ringan sampai sedang; serta (9) kemiringan lereng 0-45%.

Kesesuaian Lahan

Menurut Djaenudin (2000) definisi kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu atau kesesuaian dari sebidang lahan untuk tujuan penggunaan atau jenis tanaman spesifik sebagai contoh padi, ubi kayu, kedelai, kelapa sawit dan sebagainya. Penilaian kelas kesesuaian lahan dilakukan dengan cara mencocokkan tabel persyaratan penggunaan lahan dengan karakteristik lahan dan dihasilkan kelas kesesuaian lahan.

(15)

Kesesuaian Lahan Pada Penggunaan Lahan Sawah Tadah Hujan dan Kebun Campuran

Kesesuaian lahan penggunaan lahan sawah tadah hujan dan kebun campuran dengan berbagai jenistanaman disajikan dalam Tabel-tabel di bawah ini:

Berdasarkan tabel-tabel tersebut di atas kesesuaian lahan pada penggunaan lahan sawah tadah hujan untuk jenis tanaman yang memberikan dampak erosi tidak melebihi Edp adalah sangat sesuai apabila diusahakan pada lahan sawah tadah hujan. Oleh karena itu pada lahan sawah tadah hujan yang laju erosinya lebih besar dari Edp disarankan untuk mengganti dengan jenis tanaman tersebut, sehingga dapat menurunkan atau menekan laju erosi.

Ranking Alternatif Jenis Tanaman

Jenis tanaman alternatif yang dapat dipilih untuk penggunaan lahan sawah tadah hujan dan kebun campuran yang sudah disesuaikan dengan urutan (diranking) berdasarkan laju erosi yang terkecil dan tidak melebihi batas laju erosi yang diperkenankan serta berdasarkan kemampuan dan kesesuaian lahan dengan merubah faktor pengelolaan tanaman (C) disajikan dalam tabel berikut.

(16)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini antara lain:

1. Penggunaan lahan (eksisting) Kabupaten Malang sudah sesuai dengan arahan pemanfaatan ruangnya dilihat pada zona kelas kemampuan I, II, dan III yaitu pada kawasan pertanian dan zona lahan IV dan V untuk dipertimbangkan berbagai fungsi pemanfaatan lainnya.

2. Terdapat hal yang tidak sesuai pada penggunaan lahan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah 2011-2031 Kabupaten Malang, yaitu pada zona kelas III dengan kelas kemampuan lahannya dengan adanya penggunaan lahan Kawasan Industri di

(17)

tengah-tengah kawasan pemukiman, dimana dahulu penggunaan lahan (eksisting) tersebut merupakan wilayah sawah irigasi dan tegalan.

3. Pemanfaatan lahan di Kabupaten Malang harusnya disesuaikan dengan penggunaan lahannya agar dapat sesuai dengan kemampuan lahan dan daya dukung lingkungan.

Saran

Saran yang dapat diberikan setelah melakukan penelitian adalah bahwa untuk memanfaatkan lahan yang baik, maka diperlukan suatu perencanaan yang baik. Perencanaan ruang biasanya diletakkan dalam peta RTRW yang didalamnya terdapat ruang yang direncanakan untuk penggunaan tertentu. Perencanaan penggunaan ruang yang baik adalah perencanaan yang berbasis kemampuan, berarti juga berbasis daya dukung lahan kawasan.

DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, Eko. 2002. Sistem Informasi Geografis Menggunakan ArcView GIS. Yogyakarta: CV. Andi.

ESRI. 1996. Using ArcView GIS: MapObjects (GIS and Mapping Components). USA: ESRI Inc.

Fedra, K. 1996. Distributed Models and Embedded GIS : Integration Strategies and

Case Studies dalam: GIS and Environmetal Modeling: Progress and

Research Issues. Diedit oleh Goodchild, M.F., L.T. Steyaert, B.O. Parks, C. Johnston, D. Maidment, M. Crane, dan S. Glendinning, 413-417. USA: Edwards Brothers, Inc.

Klingebiel, A.A. and P.H. Montgomery. 1973. Land Capability Classification.USDA HandBook No. 210. U.S. Washington D.C.: Govt. Printing Office.

Rustiadi, E., S. Saefulhakim, dan Panuju. 2009. Perencanaan dan Pengembangan

Wilayah. Bogor: Crest Pent Press.

Senoaji, G. 2009. Daya Dukung Lingkungan dan Kesesuaian Lahan dalam: Pengembangan Pulau Enggano Bengkulu. Jurnal Bumi Lestari, Vol 9 No. 2, hal: 159-166

Gambar

Gambar 1.  Skematis Model USLE

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat pengaruh positif dan sginifikan motivasi intrinsik terhadap kinerja karyawan hal ini ditunjukan dengan p value (sig 0,000) &lt; 0,005 dengan pengaruh sebesar 0,630

Penempatan masing- masing lokasi sebagai berikut: 2 plot yang pertama ditempatkan pada daerah tanah yang memiliki rumput dan serasah yang sedikit, 2 plot yang

“Pada akhir tahun 2013, UT diharapkan dapat melaksanakan 258 penelitian; mempublikasikan paling sedikit 30% dari jumlah penelitian dalam jurnal ilmiah nasional;

Hal ini ditunjukan oleh peningkatan berat badan kelompok KP dan MEMS yang tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol setelah masa replesi (Tabel 2). Tokoferol Plasma

asal usul , tempo.t lahir , keturunan, ataupun bahasa dan b u daya sering diguna secara berailih-ganti dengan istilah etnik. K ouniko.n bu dn yo.. 'Cultural h

Superkapasitor merupakan alat penyimpan energi yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan baterai dan kapasitor konvensional, diantaranya adalah waktu

A Magyar Figyelő szabadelvű politikai hátteréből és a szerves fejlődés elvéből következik, hogy a modernséget (mint korszerűséget) nem utasították el eleve, viszont

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa dalam Proyek Akhir Arsitektur tahap Landasan Teori dan Program ini terkandung ciri-ciri plagiat dan