V. TINJAUAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT
Dalam kajian ini, pengkaji meninjau 2 (dua) program pengembangan
masyarakat yang telah dan sedang dilaksanakan di daerah penelitian yaitu :
Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Tebu dan Kegiatan Penyertaan
Modal Kemitraan Usaha Budidaya Tebu.
5.1.
PROGRAM AKSELERASI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TEBU
Merosotnya produksi gula nasional ditengarai diakibatkan oleh
menurunnya mutu genetik varietas tebu yang ditanam, hal ini disebabkan
tanaman telah mengalami degradasi dan tanaman ratoon ada yang mengalami
keprasan berulangkali bahkan ada yang sampai 10 kali lebih. Penurunan
produktifitas ini merupakan konsekuensi logis akibat merosotnya kualitas
budidaya pada areal bertahan maupun areal baru pada lahan kering. Dalam
beberapa tahun terakhir modal kerja berupa kredit program untuk membantu
petani dalam pembiayaan usaha, disamping jumlahnya tidak memadai juga
penyalurannya selalu terlambat. Kondisi ini diikuti pula oleh berbagai kebijakan
yang kurang mendukung seperti kebijakan tata niaga gula yang berpengaruh
terhadap merosotnya harga gula. Hal ini, berakibat menurunnya gairah petani
untuk menanam tebu, karena dipandang tidak mampu lagi memberi keuntungan
secara ekonomi.
Menyadari hal tersebut pemerintah melalui Depatemen Pertanian
kemudian mencanangkan kebijakan Program Akselerasi Peningkatan
Produktivitas Gula Nasional tahun 2002-2007 yang diwujudkan dalam Proyek
Pengembangan Tebu sejak Tahun 2003. Dengan sasaran akhir produksi pada
tahun 2007 mencapai 3 juta ton kristal dan diharapkan pada tahun 2009 akan
dicapai swa sembada gula.
Untuk melaksanakan kebijakan tersebut, pemerintah memberikan
dukungan biaya melalui dana APBN, yang disalurkan dalam bentuk Penguatan
Modal Usaha Kelompok (PMUK) dengan model guliran untuk membantu
merehabilitasi tanaman tebu serta pada waktunya mampu memupuk modal
usaha dan membangun lembaga usaha milik petani yang kokoh. Penguatan
modal tersebut diberikan dalam bentuk dana tunai yang diterima dan dikelola
secara langsung oleh kelompok sasaran untuk usaha tani dan wajib
dikembalikan dan digulirkan di dalam kelompok sasaran dengan jangka waktu
dan tingkat bunga sesuai aturan yang ditetapkan untuk keberlanjutan usaha.
5.1.1. Maksud dan Tujuan
Pada dasarnya program ini adalah merupakan salah satu upaya
pemerintah untuk membantu petani dalam merehabilitasi tanaman tebu,
sehingga petani dapat mengelola usahanya secara berkelanjutan yang pada
akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani tebu itu sendiri. Dalam
pelaksanaan program ini pendekatan yang dilakukan yaitu melalui pendekatan
usaha kelompok. Hal ini terutama dimaksudkan untuk :
a. Memperkuat kapasitas usaha kelompok, yang dikelola sesuai kaidah bisnis,
terutama dalam skala usaha, sehingga dituntut adanya manajemen usaha
serta pembinaan aparat yang dilakukan secara profesional. Berkembangnya
usaha kelompok penerima PUMK ini diharapkan mampu menstimulasi dan
menggerakkan perkembangan kelompok usaha lain yang ada disekitarnya.
b. Merangsang penerapan dan pengembangan pola PUMK dengan sumber
pembiayaan daerah (APBD, sumber dana lainnya).
Penerapan anggaran pola penguatan modal usaha kelompok (PMUK) ini
bertujuan untuk :
a. Menumbuhkan usaha kelompok tani, petani tebu rakyat dibidang usaha bibit,
saprodi dan jasa (pembongkaran ratoon, jasa pengairan dsb.) yang mampu
menjadi perusahaan petani tebu.
b. Memberdayakan kelompok usaha untuk mengakses sumber permodalan
komersial, pupuk, teknologi dan pasar yang diperuntukkan bagi
pengembangan usaha berbasis tebu.
c. Meningkatkan kualitas sumberdaya petani tebu dalam mengelola usaha
agribisnis berbasis tebu.
d. Mendorong terbentuknya lembaga ekonomi mikro.
5.1.2. Sasaran
Sasaran yang diharapkan dari pemanfaatan anggaran melalui penguatan
modal usaha kelompok (PMUK) ini adalah :
a. Berkembangnya usaha petani tebu melalui peningkatan sumberdaya petani
tebu dan dukungan penguatan modal, sehingga usaha tersebut mampu
berkembang menjadi perusahaan petani tebu yang dikelola dengan
manajemen usaha yang lebih profesional.
b. Terbangunnya sistem dan usaha agribisnis berbasis tebu di kawasan pabrik
gula secara lebih efisien, berkeadilan dan berkelanjutan.
c. Meningkatnya daya saing produksi gula petani melalui peningkatan produksi
dan produktifitas usaha yang didukung oleh usaha jasa lainnya, serta
berkembangnya upaya pengembangan produk (product development).
d. Tersosialisasinya pembangunan lembaga ekonomi mikro.
5.1.3. Pendekatan
Sebagai wujud pemberdayaan petani tebu yang pada umumnya memiliki
karakteristik dan dihadapkan pada kendala ; skala usaha yang relatif kecil,
keterbatasan permodalan, dan rendahnya kualitas sumberdaya manusia maka
pendekatan pemberdayaan yang digunakan yaitu :
a. Pengembangan usaha dilaksanakan dalam manajemen kelompok untuk
peningkatan efisiensi, usaha, memperlancar pengadaan sarana produksi
serta meningkatkan posisi tawar petani terhadap mitra usahanya, dalam hal
ini yaitu Pabrik Gula.
b. Pengembangan usaha kelompok dilaksanakan dengan memenuhi
kaidah-kaidah bisnis sehingga mampu beroperasi secara mandiri terutama dalam
membiayai manajemen usahanya.
c. Pengembangan manajemen usaha kelompok sasaran dilakukan secara
profesional dengan partisipasi aktif para anggota.
d.
Pemanfaatan fasilitasi modal kepada kelompok sasaran, motor
penggeraknya adalah kerjasama yang harmonis antar anggota kelompok
sasaran itu sendiri.
5.1.4. Sumber Dana dan Penyelenggara Dana PMUK
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia nomor :
32/Permentan/KU.510/7/2006 dalam Bab I Pasal 1 (1) disebutkan bahwa, Dana
Penguatan Modal Usaha Kelompok selanjutnya disebut Dana bergulir adalah
dana APBN yang disalurkan dalam mendukung penguatan modal usaha
kelompok dalam kegiatan agribisnis berbasis komoditas tebu. Pengelola dana
PMUK sebagaimana dijelaskan pada Bab II Pasal 5, yaitu Koperasi Primer atau
Koperasi Sekunder, dalam hal ini yaitu koperasi petani tebu rakyat. Pelaksanaan
anggaran ini dilakukan oleh Pemerintah provinsi melalui azas dekonsentrasi.
Penyelenggaraan program ini dilaksanakan oleh pemerintah Provinsi,
Kabupaten/Kota yang membidangi Perkebunan, dan untuk efektifitas dalam
penyelenggaraannya dibentuk Satuan Kerja/Tim Teknis Pengembangan Tebu
Rakyat di Tingkat Provinsi maupun di tingkat Kabupaten/Kota dengan Surat
Keputusan Gubernur atau Bupati/ Walikotamadya.
5.1.5. Mekanisme Pengajuan, Pencairan dan Penyaluran Dana Bergulir
Mekanisme Pengajuan, Pencairan dan Penyaluran Dana Bergulir dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Pengajuan pemanfaatan Dana bergulir disampaikan oleh Koperasi kepada Tim
Teknis Kabupaten/Kota untuk diverifikasi. Selanjutnya hasil ferifikasi Tim
Teknis Kabupaten/Kota direkomendasikan kepada Satuan Kerja /Tim Teknis
Provinsi. Hasil rekomendasi disampaikan ke Bank untuk pencairan dana
bergulir sesuai dengan Rencana Usulan Kegiatan dengan tembusan Pabrik
Gula.
b. Pencairan dana dari Bank pada rekening giro Triple Account atas persetujuan
Petugas Dinas yang membidangi perkebunan di Kabupaten/Kota, Tim Teknis
Pabrik Gula dan Ketua Koperasi Primer.
c. Penyaluran Dana bergulir dilakukan oleh koperasi primer dengan
memperhatian rekomendasi Tim Teknis Kabupaten/Kota dan disalurkan sesuai
kemajuan pekerjaan.
d. Dana bergulir yang disalurkan dibebani jasa sebagaimana Peraturan Menteri
Pertanian Republik Indonesia Nomor : 32/Permenteri/KU.510/ 7/2006. yaitu
sebesar 7 % flat rate untuk satu musim giling dengan rincian 4 % untuk
pemupukan modal koperasi dan 3 % untuk operasional pengembangan tebu.
Untuk lebih jelas, mekanisme pengajuan, pencairan dan penyaluran dana
bergulir tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.
Verifikasi
Rekomendasi
Pengawasan
Pelaporan
Usulan untuk
Bongkar dan Rawat Ratoon
UsulanRUK
Pencairan
Rekomendasi
Penyaluran
Gambar 5 Mekanisme Pengajuan, Pencairan dan Penyaluran Dana Bergulir
5.1.6. Pengembalian Dana Bergulir
Mekanisme pengembalian dana bergulir dari koperasi dapat disampaikan
sebagai berikut :
a. Dana bergulir yang dipinjam petani dari koperasi dikembalikan ke rekening
giro Triple Account koperasi setelah panen/penjualan hasil gula.
b. Pemotongan pinjaman petani dan jasa pemanfaatan dana bergulir, dilakukan
oleh Pabrik Gula, berdasarkan usulan piutang petani oleh koperasi.
Selanjutnya hasil pemotongan piutang tersebut disetor ke koperasi.
c. Koperasi menyalurkan jasa pengelolaan dana bergulir sebesar 7 % ke
masing-masing rekening yang bersangkutan dengan perincian sebagai
berikut : 4 % untuk pemupukan modal dan operasional koperasi, 3 % untuk
operasional pengembangan tebu dengan alokasi, Pabrik Gula 0,5 %, Tim
Teknis Kabupaten/Kota 0,5 % dan Satuan Kerja Dinas Perkebunan
Provinsi/Tim Teknis Provinsi sebesar 2 %.
Satker Dinas Perkebunan Provinsi / Tim Teknis Provinsi Bank (Rekening Triple Account Koperasi) Tim Teknis Kabupaten/Kota Koperasi Primer Petani Bongkar Ratoon Rawat Ratoon
Disalurkan
Gambar 6 Mekanisme Pengembalian Dana Bergulir untuk Kegiatan Bongkar
Ratoon dan Rawat Ratoon
Pada dasarnya tujuan setiap pembangunan adalah untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Namun demikian keberhasilan pencapaian tujuan
pembangunan tersebut tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah, tetapi
memerlukan keterlibatan secara aktif seluruh komponen masyarakat. Tidak saja
dari pengambil kebijakan tertinggi, para perencana, aparat pelaksana
operasional, tetapi juga para petani, nelayan, pedagang kecil, para pengusaha
dan sebagainya sebagai wujud partisipasi. Oleh karena untuk memperoleh
dukungan partisipasi aktif dari masyarakat, setiap kebijakan pembangunan harus
peka terhadap kepentingan-kepentingan masyarakat.
Dengan penyaluran dana bergulir petani memperoleh keuntungan, baik
secara individu maupun secara kelembagaan. Secara individu yaitu tercukupinya
atau terbantunya kebutuhan biaya kegiatan usaha, melalui prosedur yang sangat
mudah dan bunga yang sangat rendah dibanding bunga bank komersial.
Sedangkan secara kelembagaan yaitu dengan adanya dana penguatan yang
diterima, berupa jasa sebesar 4 % atas penyaluran dana bergulir sebagai
pemupukan modal koperasi petani tebu. Juga dana guliran itu sendiri yang
senantiasa dipakai sebagai dana abadi kelompok selama dana tersebut
dibutuhkan masyarakat. Bantuan dana bergulir mulai dilaksanakan sejak tahun
2003, dengan penerimaan bantuan sebesar Rp. 2.500.000,- per hektar.
Pemupukan modal bagi kelembagaan ekonomi petani tercermin dari dana
guliran sebagaimana Tabel 6 sebagai berikut :
Dana guliran dan Pemupukan Modal Koperasi
Kegiatan Baru
Jasa Pengelolaan
Hasil Penjualan Gula Petani oleh APTR/KPTR
Rekening Satker Perkebunan /Tim Teknis
Provinsi Rekening Pabrik Gula
Rekening Tim Teknis Kabupaten Koperasi
Rekening Giro Triple Account
Tabel 6 Jumlah Penyaluran Dana Bergulir Untuk Koperasi Raksa Jaya
TA
Jumlah
(Rp.000)Penguatan
(Rp.000)Penguatan
(Rp.000)Penguatan
(Rp.000)Keterangan
/Jumlah
2003
2004
2005
2006
890.000
734.000
490.000
255.600
35.600 35.600
29.360
35.600
29.360
16.000
Kegiatan : - Kebun Bibit -Bongkar Ratoon - BUEPJML 2.279.600 35.600
64.960
79.960
2.460.120
Sumber : Data Sekunder, DisHut dan LH Kabupaten Pemalang, Nopember 2007Menurut Arsyad (1999), pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai
kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Nasional Bruto (PNB).
Kenaikan ini tanpa memandang, apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil
dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi
terjadi atau tidak. Pertumbuhan juga diartikan jika pendapatan perkapita
menunjukkan kecenderungan jangka panjang yang menaik. Sadono (1985)
menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan tingkat
kegiatan ekonomi yang berlaku dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, untuk
mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi harus diperbandingkan tingkat
pendapatan nasional dalam berbagai tahun.
Memperhatikan definisi tersebut, maka untuk mengetahui keterkaitan
program dengan pertumbuhan ekonomi lokal dapat dilihat dari tingkat
pendapatan yang diterima masyarakat, dalam hal ini petani tebu, atas sisa hasil
usaha tani tebu yang dilakukan sebagaimana Tabel 7.
Tabel 7 Perkembangan Tingkat Pendapatan Petani Tebu Di Kabupaten
Pemalang Pada 5 Tahun Terakhir
No Tahun
Prod
Kw/Ha
Rende
ment
Kristal
gula/Ha
Harga (Rp)
gula /Kg
SHU (Rp.000)
(rata-rata)
1
2
3
4
5
2002
2003
2004
2005
2006
722
826
885
943
828
7,45
8,0
8,28
8,31
8,55
53,81
66,09
73,27
78,41
71.00
2.500
3.100
3.500
4.700
5.300
5.200
7.500
8.000
9.600
11.000
Sumber : Data Sekunder, DisHut dan LH Kabupaten Pemalang, Nopember 2007
Dengan adanya kenaikan tingkat pendapatan tersebut, secara otomatis
akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dalam skala kabupaten. Hal
ini juga berpengaruh terhadap sektor ekonomi masyarakat lain, baik usaha kecil
dan menengah maupun sektor informal lainnya sebagai dampak dari peredaran
uang yang terjadi di masyarakat. Untuk lebih jelas dapat dilihat tingkat
pertumbuhan ekonomi di tingkat Kabupaten, berdasarkan laju pertumbuhan
PDRB Kabupaten tahun 20012002 sebesar 3,58 meningkat pada tahun 2002
-2003 sebesar 3,77 dan pada tahun -2003-2004 meningkat sebesar 3,97. (BPS
Kabupaten Pemalang, 2005)
Target pertumbuhan ekonomi dan pemerataan (economic growth and
equality) pendapatan masyarakat, merupakan semangat bersama untuk
memperbaiki tingkat kehidupan masyarakat yang didasarkan pada peluang dan
potensi sumberdaya alam yang dimiliki, adalah merupakan sebuah peluang yang
memungkinkan untuk bisa diraih. Tingkat kesejahteraan itu sendiri dapat
dirasakan oleh masyarakat, apabila distribusi pendapatan terjadi secara merata
di masyarakat. Oleh karena itu distribusi usaha masyarakat juga harus dapat
direalisasikan sesuai dengan keahlian dan kemampuan masing-masing,
sehingga terjadi sinergi dalam kegiatan ekonomi di masyarakat. Terciptanya
kondisi ini sangat mendorong tercapainya peningkatan pendapatan masyarakat
dan berpeluang pada peningkatan kualitas hidup masyarakat.
5.2. KEGIATAN PENYERTAAN MODAL KEMITRAAN USAHA BUDIDAYA
TEBU
Berkaitan dengan Undang-undang 22 Tahun 1999 tentang Otonomi
Daerah, Yudoyono, (2001), menyatakan bahwa Undang undang ini meletakkan
otonomi daerah secara luas kepada daerah Kabupaten dan Kota berdasarkan
prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, keadilan, serta
memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Selanjutnya Yudoyono
menyatakan, bahwa fungsi utama pemerintahan daerah otonom adalah
memberikan pelayanan, perlindungan dan pemberdayaan masyarakat.
Lebih lanjut tentang pembangunan ekonomi daerah, Arsyad, (1999)
menyampaikan bahwa pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses
dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola
sumberdaya-sumberdaya yang ada, dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah
daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan
merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam
wilayah tersebut.
Langkah yang ditempuh Pemerintah Kabupaten Pemalang dalam rangka
pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana diamanatkan Undang-undang Nomor
22 Tahun 1999 dan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di daerahnya, yaitu
dengan dilaksanakan kerjasama dengan masyarakat dalam rangka pelaksanaan
pembangunan khususnya pada sektor pertanian. Salah satu kegiatan yang
dilakukan yaitu dalam bentuk kegiatan Penyertaan Modal Kemitraan Usaha
Budidaya Tebu yang dilaksanakan sejak tahun 2004 sampai sekarang. Kegiatan
ini sekaligus juga untuk membantu memperkuat permodalan petani dalam
melaksanakan kegiatan usahanya, untuk meningkatkan produktifitas dan
meningkatkan pendapatan dan tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum.
5.2.1. Pengertian
Kegiatan Penyertaan Modal Kemitraan Usaha Budidaya Tebu adalah
merupakan bentuk kegiatan yang tertuang dalam rencana strategis (Renstra)
pembangunan daerah Kabupeten Pemalang. Syaukat, 2006, menyatakan,
bahwa pembangunan ekonomi lokal (Local Economic Development) merupakan
program komprehensif yang melibatkan berbagai stakeholders. Oleh karena itu
perlu adanya pengorganisasian yang baik. Yang pertama harus diperbaiki adalah
pada level pemerintah daerah untuk mendukung pertumbuhan bisnis. Lebih
lanjut Syaukat menjelaskan bahwa untuk menjamin suksesnya program
pembangunan ekonomi lokal dan menjamin keberhasilan dan keberlangsungan
program, maka intruksional pembangunan ekonomi lokal (LED) harus masuk
dalam renstra atau program pembangunan daerah.
Mengacu pada petunjuk dan pelaksanaan kegiatan kemitraan usaha
budidaya tebu, Kemitraan Budidaya Tebu adalah suatu kegiatan budidaya tebu
yang dilaksanakan oleh petani yang dibina dari dinas teknis (Dinas Pertanian
Kabupaten Pemalang) dan Pabrik Gula Sumberharjo. Dana Penyertaan Modal
Kemitraan Usaha Budidaya Tebu adalah dana yang berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Pemalang yang
dipinjamkan kepada petani yang berusaha di bidang budidaya tebu melalui
Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR) yang selanjutnya dana tersebut akan
dikembalikan kepada Pemerintah Kabupaten Pemalang.
Dengan demikian pengertian kemitraan budidaya tebu disini dapat
diartikan sebagai suatu bentuk kerjasama antara pemerintah daerah dengan
petani dimana pemerintah daerah menyediakan dana pinjaman untuk dikelola
oleh petani dalam usaha budidaya tebu dengan bimbingan teknis dari dinas
teknis dalam rangka meningkatkan produktifitas dan pendapatan petani. Dalam
kemitran ini masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban yang harus
dipenuhi sesuai dengan kesepakatan yang ditanda tangani bersama.
5.2.2. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dari pembangunan pertanian secara umum
adalah untuk memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat desa dengan cara
meningkatkan produksi dan pendapatan mereka. Fokus utama diarahkan pada
usaha mencukupi atau membantu keterbatasan permodalan, khususnya dalam
memenuhi kebutuhan pembiayaan usaha yang dilakukan. Peningkatan produksi
pertanian dipandang cukup strategis untuk meningkatkan pendapatan petani.
Sekaligus sebagai penyediaan bahan pangan, baik untuk memenuhi kebutuhan
pangan di pedesaan maupun perkotaan.
Pengelolaan dana penyertaan modal kemitraan usaha budidaya tebu
diserahkan dalam bentuk paket, meliputi ; pengolahan tanah, penyediaan pupuk,
obat-obatan, kletek, bumbun dan tebang angkut. Sedangkan teknis pengelolaan
sepenuhnya diserahkan kepada koperasi dengan bimbingan dinas teknis.
5.2.3.
Penyelenggara dan Pendekatan Kegiatan
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan kemitraan usaha budidaya tebu dan
meningkatkan pendapatan petani tebu serta menumbuhkan perekonomian di
pedesaan pemerintah kabupaten memberikan pinjaman berupa dana penyertaan
modal kemitraan usaha budidaya tebu kepada petani tebu. Dana tersebut,
diterimakan kepada petani tebu melalui KPTR selaku penyelenggara atau
pengelola dana penyertaan modal.
Kegiatan ini dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan, yaitu
bagaimana membangun kapasitas masyarakat melalui lembaga koperasi untuk
dapat mengelola dana pinjaman sekaligus untuk memperkuat kapasitas usaha
petani. Dengan berkembangnya usaha penerima manfaat dari kegiatan ini,
diharapkan mampu menstimulasi dan menggerakkan perkembangan kelompok
usaha lain yang ada disekitarnya.
5.2.4.
Mekanisme Pengajuan, Pencairan dan Pengembalian Dana
Penyertaan Modal Kemitraan
Adanya perubahan pola pembangunan dimana perencanaan
pembangunan dilaksanakan dengan memperhatikan kepentingan lokal yaitu
dengan melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan. Orientasi
pembangunan yang tidak hanya mengejar target produksi, tetapi juga diarahkan
pada pemberdayaan masyarakat (People centered development) yang menitik
beratkan peningkatan kualitas sumberdaya manusia, sehingga mampu
memberikan peran aktif (power sharing) dalam proses pembangunan.
Berdasarkan informasi dari Bidang Perkebunan Dinas Kehutanan dan LH
Kabupaten Pemalang, dalam pelaksanaan kegiatan penyertaan modal kemitraan
usaha budidaya tebu mekanisme pengajuan dan pencairan dana penyertaan
modal kemitraan sejak dari proses penyusunan rencana kebutuhan sampai
pengambilan keputusan, secara keseluruhan melibatkan masyarakat tani
sebagai mitra kerja dalam kegiatan ini. Mekanisme tersebut dapat digambarkan
sebagaimana Gambar 7.
VerifikasiRekomendasi
Pencairan
Penyaluran
Bimbingan Teknis
Gambar 7 Mekanisme Proses Pengajuan Dan Pencairan Dana Penyertaan
Modal Kemitraan
Sejak tahun 2005, dana penyertaan modal kemitraan yang disalurkan
sebesar 1,5 milyar rupiah per tahun, dengan alokasi untuk KPTR Raksa Jaya
sebesar Rp. 945.000.000,- dan KPTR Tani Jaya sebesar Rp. 555.000.000,-.
Penyaluran di tingkat petani sebesar Rp. 1.350.000,- per hektar. Pengembalian
dana penyertaan modal ini dilakukan dengan cara, pola pengembalian, jangka
waktu dan beban jasa sesuai kesepakatan ( sebesar 10%).
Dinas pertanian BPKD Tim Teknis Kabupaten Koperasi Petani (pupuk) Rapat koordinasi (Berita Acara Kesepakatan dan
Disalurkan
Disetor
Gambar 8 Mekanisme Pengembalian Dana Penyertaan Modal Kemitraan
Kemitraan merupakan salah satu bentuk pengakuan pihak luar akan
eksistensi seseorang atau suatu lembaga untuk bisa bertindak secara mandiri
dan adanya kepercayaan pihak luar bahwa mitra tersebut mampu melaksanakan
hak dan kewajiban dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan
kemampuan menjalin kemitraan ini berarti masyarakat melalui lembaga yang
dimiliki telah mampu menjual kepercayaan (trust) dan mampu memposisikan diri
sejajar dengan mitra kerjanya.
Dalam pelaksanaan program ini, terlihat adanya upaya pemerintah
kabupaten untuk memberdayakan kelembagaan ekonomi masyarakat yaitu
koperasi (KPTR) dengan menunjuk sebagai pengelola dana penyertaan modal
kemitraan. Kegiatan ini juga merupakan contoh bahwa pemerintah kabupaten
telah memberikan ruang (institutional incentives) bagi masyarakat untuk
berpartisipasi dalam proses pembangunan sebagai wujud upaya pengembangan
kapasitas kelembagaan, dalam bentuk kerjasama kemitraan (partnership).
Tolok ukur keberhasilan kedua program pengembangan di atas dapat
dilihat dari adanya peningkatan produksi dan produktifitas. Juga dapat dilihat dari
adanya peningkatan PDRB kabupaten Pemalang yang mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Namun demikian, mengingat pengelolaan budidaya tebu seperti
pengolahan tanah, pengadaan dan distribusi pupuk serta kegiatan tebang dan
angkut tebu masih dikuasai pabrik gula, maka pendapatan petani dapat
dikatakan belum maksimal.
Rekening Pemda (BPKD) Kegiatan Baru Jasa Pengelolaan (10 %) Hasil Penjualan Gula Petani oleh
APTR/KPTR Jasa Pemda / PAD (6 %) Ops. Pembinaan Petani (2 %) Fee KPTR (2 %) Koperasi Rekening Giro Triple Account
Pabrik
Gula
Berdasarkan informasi dari Bidang Perkebunan Dinas Kehutanan dan LH
Kabupaten Pemalang, bahwa jumlah kebutuhan biaya dan pendapatan bersih
yang diterima petani pada tahun 2006 di Kabupaten Pemalang dapat dihitung
melalui analisa usaha tani dalam usaha budidaya tebu sebagaimana Tabel 8.
Tabel 8 Analisa Usaha Tani Tebu Di Kabupaten Pemalang Tahun 2006
NO RINCIAN
(Rp)
1 Kebutuhan Biaya Per Hektar Sewa Lahan
Biaya Garap (225 HOK x Rp.20.000,-) Biaya Saprodi - Bibit - Pupuk Biaya Panen (850 kw x @ Rp.5.550,-) 6.500.000,00 4.500.000,00 1.750.000,00 1.350.000,00 4.717.500,00 18.817.500,00 2 Produksi per Hektar
Produksi rata-rata = 850 kw. Rendemen = 7,65 % Kristal gula = 65,03 kw Bagian Petani = 42,92 kw (66 %) Tetes = 2.125 kg 3 Pendapatan Kotor Diterima Petani
Penjualan gula 42,92 kw x @ Rp.520.000,- Penjualan Tetes 2.125 kg x @ Rp. 385,-
22.318,400,00 818.125,00 23.136.525,00 4 Pendapatan Bersih Diterima Petani
Rp. 23.136.525,00 - Rp. 18.817.500,00 = Rp. 4.319.025,00 Sumber : Data primer, diolah. Nopember 2007