• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAHAMAN IBADAH SALAT DAN IMPLEMENTASINYA PADA TAHANAN DI RUMAH TAHANAN KEPOLISIAN RESOR KOTA SALATIGA TAHUN 2018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEMAHAMAN IBADAH SALAT DAN IMPLEMENTASINYA PADA TAHANAN DI RUMAH TAHANAN KEPOLISIAN RESOR KOTA SALATIGA TAHUN 2018 SKRIPSI"

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

i

PEMAHAMAN IBADAH SALAT DAN IMPLEMENTASINYA

PADA TAHANAN DI RUMAH TAHANAN KEPOLISIAN

RESOR

KOTA SALATIGA TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Helena Vidya Sukma

111 14 292

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi MOTTO

Vini Vidi Vici

I came, I saw, I conquered

(veni vidi vici is the famous victory statement by Julius Caesar to the Roman Senate)

َﺪَﺟ َو ﱠﺪَﺟ ْﻦَﻣ

ُﻞَﺳَﺎﻜَﺘَﯾ ْﻦَﻤِﻟ َﻰﺒْﻘُﻌﻟا ُﺔَﻣاَﺪَﻨَﻓ ًﻼِﻓﺎَﻏ ُﻚَﺗ َﻻ َو ْﻞَﺴْﻜَﺗ َﻻ َو ْﺪَﮭْﺟِا

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan hidayah-Nya. Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Orang tuaku yang senantiasa menyayangi, mendukung, dan memotivasi. 2. Kelurga besarku yang amat aku sayangi yang berada di jawa, sumatra dan

irian.

3. Dan teruntuk sahabat-sahabat yang selalu memotivasi dan mengingatkanku.

4. Pondok Modern Darussalam Gontor, laksana Ibu kandungku.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim

Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan kepada Allah Swt yang selalu memberikan nikmat, kaunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada penulis sehinggap penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pemahaman Ibadah Salat Dan Implementasinya Pada Terdakwa Di rumah Tahanan Kepolisian Resor Kota Salatiga.

Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama Islam. Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Rektor IAIN Salatiga, Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. 2. Dekan Bapak Suwardi, M.Pd.

3. Ketua jurusan PAI IAIN Salatiga, Ibu Siti Rukhayati, M.Ag.

4. Bapak Imam Mas Arum M.Pd. selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.

(9)

ix

6. Ibu Sari Famularsih M.A. selaku Pengelola Program Khusus Kelas Internasional yang juga pembimbing skripsi yang telah memberikan ide dan inspirasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan S1.

Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca pada umumnya. Amin.

Salatiga,... Helena Vidya Sukma

(10)

x ABSTRAK

Sukma, Helena Vidya. 2018. Pemahaman Ibadah Salat dan Implementasinya Pada Tahanan di Rumah Tahanan Kepolisian Resor kota Salatiga tahun 2018. Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: (1) Imam Mas Arum, M.Pd., (2) Sari Famularsih, M.A.

Kata Kunci: Ibadah salat, implementasi, terdakwa.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman salat dan implementasinya pada terdakwa di rumah tahanan kepolisian resor kota Salatiga ketika sebelum menjadi terdakwa dan sesudak menjadi terdakwa.

Jenis penelitian ini adalah termasuk jenis penelitian lapangan dan dengan pendekatan kulaitatif. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber primer yakni tahanan, dan sumber sekunder yakni Kasat Tahti.

(11)

xi DAFTAR ISI

DEKLARASI...iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...iv

LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN...v

MOTTO...vi

PERSEMBAHAN...vii

KATA PENGANTAR...viii

ABSTRAK...x

DAFTAR ISI...xi

BAB I A. Latar Belakang Masalah...1

B. Fokus Penelitian...4

C. Tujuan Penelitian...4

D. Kegunaan Penelitian...4

E. Penegasan Istilah...5

F. Metode Penelitian...6

G. Sistematika Penulisan...13

BAB II A. Ibadah Salat...15

(12)

xii

2. Implementasi Ibadah Salat...18

3. Dasar Kewajiban Salat...20

4. Keistimewaan Ibadah Salat...23

5. Syarat sah dan Rukun Ibadah Salat...24

B. Terdakwa...30

1. Pengertian Terdakwa dan ruang lingkupnya...30

2. Proses Terdakwa...31

C. Penelitian Terdahulu...36

BAB III A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...38

1. Sejarah kepolisian resor kota Salatiga...38

2. Profil kepolisian resor kota Salatiga...40

3. Rumah Tahanan kepolisian resor kota Salatiga...41

B. Temuan Penelitian...44

1. Pemahaman Ibadah Salat pada Tahanan...44

2. Implementasi salat pada Tahanan...48

BAB IV A. Pemahaman ibadah salat tahanan di rumah tahanan kepolisan resor kota Salatiga...54

(13)

xiii

BAB V

A. Kesimpulan ...65 B. Saran...66

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Salat merupakan rukun islam yang paling ditekankan dan paling utama

setelah dua kalimat syahadat. Hal itu karena salat merupakan bentuk peribadatan

yang paling sempurna dan paling utama di hadapan Allah. Salat merupakan

ibadah yang pertama dijadikan sebagai asas agama oleh Rasulullah sesudah tauhid

(Al-Muqaddim 2005:11).

Salat merupakan pokok dari segalah ibadah badaniah dan merupakan

ibadah yang mutlak ada dalam agama kita ini. Hukum salat fardhu ‘ain

berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunah, serta Ijmak. Allah menyampaikan

kefarduannya itu (secara langsung) kepada Rasulullah dilangit pada malam Isra’

Mi’raj, yang dimana berbeda dengan syariat-syariat yang lain. Ini menunjukkan

kemuliaan salat sekaligus menegaskan bahwa hukum wajib setiap muslim yang

mukallaf. Tidak gugur kewajiban mengerjakannya dari muslim tersebut dalam

kondisi apapun.

Salat sendiri hakikatnya adalah dzikir, sebagaimana yang di sebutkan

dalam Alqur’an :

(15)

2

“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain

Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku.” (QS.

Thoha:14) (alqur’an dan terjemahannya 2007:314).

Mengingat dan menyebut Allah dari takbir hingga salam adalah penuh

dengan aktivitas berdzikir. Dimana berdiri, ruku, sujud adalah ritual salat yang

dimana kita akan banyak mengingat dan berdoa kepada Allah. Salat adalah ibadah

yang tidak akan pernah hilang dari nafas kehidupan seorang muslim. Jadi, salat

merupakan perbuatan yang terus-menerus dilakukan seorang muslim selama ia

hidup (Bahsani 2008:17).

Dalam kehidupan ini, tak jarang manusia melakukan kelalaian dalam

hidupnya. Karena memang manusia adalah tempat salah dan lupa. Perbuatan keji

dan mungkar dapat dilakukan oleh setiap manusia, tapi dapat dicegah dengan

salat. Seperti yang terkandung dalam surat Alankabut ayat 45 yang berbunyi

َﮭْﻨَﺗ َة َﻼﱠﺼﻟا ﱠنِإ ۖ َة َﻼﱠﺼﻟا ِﻢِﻗَأ َو ِبﺎَﺘِﻜْﻟا َﻦِﻣ َﻚْﯿَﻟِإ َﻲ ِﺣوُأ ﺎَﻣ ُﻞْﺗا

ۗ ِﺮَﻜْﻨُﻤْﻟا َو ِءﺎَﺸْﺤَﻔْﻟا ِﻦَﻋ ٰﻰ

َنﻮُﻌَﻨْﺼَﺗ ﺎَﻣ ُﻢَﻠْﻌَﯾ ُ ﱠ9ا َو ۗ ُﺮَﺒْﻛَأ ِ ﱠ9ا ُﺮْﻛِﺬَﻟ َو

“Bacalah kitab Al-qur’an yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan

laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan

mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaanya

dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (alqur’an dan

terjemahannya 2012: 401).

Jelas dikatakan bahwa salat adalah hal yang utama dalam mencegah

(16)

3

dibanding ibadah lain. Kegiatan salat ini dilakukan oleh seluruh umat muslim

tanpa terkecuali. Kadangkala manusia melakukan salat ketika ia dalam keadaan

sempit atau dalam kesedihan. Salat dapat menjadi penawar dikala hidup dalam

masa sempit dan meminta kepada Allah untuk dilapangkan. Namun realitanya

sebagai makhluk yang penuh kesalahan kadang ada kondisi yang membuat

seseorang meninggalkan atau bahkan mengabaikan kewajiban salat.

Dalam penelitian ini, jika salat dilakukan oleh orang umum seperti kita,

maka adalah hal yang biasa. Tapi akan menjadi berbeda dan menarik jika salat ini

dilakukan oleh orang yang terkena masalah hukum, misal seorang tahanan.

Dimana seperti yang kita ketahui, tahanan atau orang yang pernah masuk jeruji

besi kadang kala dianggap orang-orang yang dalam konteks negatif, melanggar

hukum, dalam beragama pun mereka telah melanggar syariat perintah agama.

Padahal dalam kenyataannya, sebagaimana yang telah peneliti lihat, ada sebagian

dari para tahanan yang masih melakukan salat.

Salat yang dilakukan oleh tahanan dapat dikarenakan mereka telah sadar

akan kesalahan sehingga berharap dan meminta kepada Allah untuk di bebaskan

dari kesulitan yang dijerat pada saat itu, ataupun salat adalah memang kewajiban

yang biasa mereka lakukan sebelum berstatus tahanan namun mereka tersandung

suatu masalah hukum sehingga terpaksa merasakan dinginnya jeruji besi. Namun,

tidak sedikit juga yang di mana para tahanan seperti tidak tersentuh dengan

keadaan mereka. Tetap tidak melaksanakan salat sebagaimana sebagian tahanan

lainnya. Padahal salat adalah sebuah idealitas yang penting yang wajib dilakukan

oleh siapun tanpa melihat kondisi apapun. Namun pada kasus ini, tahanan yang

(17)

4

wajib. Tetapi tidak semua menjalankan namun ada pula yang menjalankan dengan

baik.

Maka dalam hal ini peneliti ingin meneliti pemahaman dan implementasi

ibadah salat para tahanan ketika sebelum menjadi tahanan dan ketika sudah

menjadi tahanan dengan penelitian yang berjudul “Pemahaman Ibadah Salat

dan Implementasinya Pada Tahanan di Rumah Tahanan Kepolisian Resor

kota Salatiga”

B.Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana pemahaman ibadah salat tahanan di Rumah Tahanan Kepolisian

Resor kota Salatiga ?

2. Bagaimana implementasi ibadah salat tahanan di Rumah Tahanan

Kepolisian Resor kota Salatiga ?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang ingin dicapai

dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman ibadah salat tahanan di Rumah

Tahanan Polisi Resor kota Salatiga.

2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan ibadah salat sebelum dan

sesudah menjadi tahanan di Rumah Tahanan Polisi Resor kota Salatiga.

D.Kegunaan Penelitian

(18)

5

1. Bagi peneliti, sebagai wadah untuk memperluas wawasan pengetahuan dan

pengalaman sehingga dapat meningkatkan kemampuan peneliti dibidang

penelitian.

2. Bagi mahasiswa, sebagai bahan informasi akademik untuk pelaksanaan

penelitian berikutnya yang lebih meluas dan mendalam.

3. Bagi Polisi Resor, sebagai bagan informasi data Rumah Tahanan.

4. Sebagai salah satu sumbangsih peneliti bagi khasanah keilmuan dalam

bidang pendidikan

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari intepretasi yang salah dalam membatasi ruang lingkup

pembahasan dalam penelitian ini, perlu dijelaskan kata kunci (istilah) yang

terkandung dalam judul penelitian yaitu :

1. Pemahaman

Menurut kamus lengkap bahasa indonesia pemahaman adalah sesuatu yang

kita pahami dan kita mengerti dengan benar. Pemahaman berasal dari kata

paham yang artinya pengertian pengetahuan yang banyak, pendapat atau

pikiran, aliran ; pandangan, mengerti benar akan, tahu benar (Depdikbud

1994:74).

2. Ibadah salat

Kata salat ( ةﻼﺼﻟا ) menurut arti bahasa (etimologi) adalah doa atau pujian.

Sedang menurut definisi (terminologi), salat adalah menghadapnya kalbu

kepada Allah sedemikian rupa sehingga bangkitlah rasa takut kepada Allah

Yang Maha Suci dan muncul gambaran (dalam kalbu) tentang keagungan

(19)

6

3. Implementasi

Dalam kamus besar bahasa indonesia implementasi berarti pelaksanaan

atau penerapan. Susilo mengatakan bahwa implementasi merupakan suatu

penerapan, ide, konsep kebijaksanaan, dan inovasi dalam suatu tindakan

praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan,

keterampilan maupun nilai dan sikap (2007:174)

4. Tahanan

Tahanan adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili

disidang pengadilan (KUHP & KUHAP 2010:170). Dengan kata lain

tahanan adalah seseorang yang diduga melakukan suatu tindakan pidana dan

ada cukup alasan dilakukan pemeriksaan dimuka persidangan.

F. Metode Penelitian

Untuk memperoleh penelitian yang valid, maka harus menggunakan

metode yang tepat dan sesuai untuk pengolahan data objek yang dibahas.

Dalam hal ini dikemukakan beberapa metode dan sumber data yang berkaitan

dengan penelitian yaitu :

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dilihat dari jenisnya, penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif,

pendekatan ini disebut juga penelitian naturalistik (alamiah). Disebut

kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan yang bercorak kualitatif,

bukan kuantitatif, karena tidak menggunakan alat-alat pengukur. Disebut

naturalistik, karena situasi lapangan penelitian bersifat “natural” atau wajar,

sebagaimana adanya, tanpa dimanipulasi, diatur dengan eksperimen atau

(20)

7

Menurut Bogdan dan Taylor, sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar

dan individu tersebut secara holistik (utuh) (Moleong, 2009:4).

Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan tanpa menggunakan

prosedur analisis statistik. Dalam hal ini peneliti akan melakukan peneliatn

langsung di Rumah Tahanan Polsek Resort Salatiga agar memperoleh

data-data yang lengkap dan akurat mengenai pemahaman dan implementasi

ibadah salat pada tahanan.

2. Kehadiran Peneliti

Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu

penelitian kualitatif, kehadiran peneliti di lapangan sangat penting dan

diperlukan secara optimal. Peneliti merupakan salah satu instrumen kunci

yang secara langsung mengamati, mewawancarai dan mengobservasi obyek

yang diteliti.

Dalam penelitian ini, peneliti merupaka pengamat penuh, yaitu

mengamati pemahaman ibadah salat dan pengimplementasian tahanan

dalam ibadah salat. Selain itu, kehadiran peneliti juga diketahui oleh pihak

kepolian resor Salatiga, yang dimana rumah tahanan menjadi tempat obyek

penelitian secara formal, yaitu melalui ijin tertulis kepada kepolian resor

(21)

8

3. Lokasi penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memilih lokasi Rumah Tahanan

Kepolisian Resor yang berlokasi di jalan Adisucipto nomer 1 salatiga, kota

Salatiga.

4. Sumber data

Sumber data dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan,

selebihnya adalah kata tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan

dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi kedalam kata-kata dan

tindakan, sumber data tertulis, dan foto.

a. Kata-kata dan tindakan

Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau

diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama

dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio,

tapes, pengambilan foto, atau film (meleong, 2009: 157). Sumber data

ini digunakan untuk mendapatkan informasi langsung sebagai sumber

utama yaitu pihak kepolisian dan tahanan yang ada di rumah tahanan

kepolisian resor Salatiga.

b. Sumber Data Tertulis

Walaupun dikatakan bahwa diluar kata dan tindakan sumber

kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi sumber data,

bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dibagi atas sumber

buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan

(22)

9

Sumber data ini diperoleh melalui dari dokumen yang ada di

kepolisian resor Salatiga, meliputi profil Rumah tahanan, sarana

prasarana, daftar pegawai, dan jumlah tahanan. Dokumen ini bertujuan

untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah

dikumpulkan melalui kata-kata dan tindakan yang diperoleh secara

langsung di kepolisan resor Salatiga.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa metode yang

dianggap relevan yaitu meliputi:

a. Observasi

Menurut M.Q Patton, observasi berupa diskripsi yang faktual,

cermat dan terinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan manusia, dan

situasi sosial, serta konteks kegiatan-kegiatan itu terjadi. Data itu

diperoleh berkat adanya peneliti dilapangan dengan mengadakan

pengamatan secara langsung (Nasution, 2003: 59).

Dengan observasi dapat dijadikan sebagai dasar untuk

memperoleh data atau informasi sebanyak-banyaknya, utuh, dan

menyeluruh mengenai pemahaman dan implementasi ibadah salat pada

tahanan kepolisian resor salatiga.

b. Metode wawancara

Wawancara adalah untuk mengetahui apa yang terkandung

(23)

10

dunia, yaitu hal-hal yang tidak diketahui melalui obeservasi (nasution,

2003: 73).

Metode ini digunakan untuk mengetahui informasi apa saja

yang ada dalam pikiran responden. Dengan metode wawancara peneliti

dapat memperoleh informasi lebih mendalam dengan subyek penelitian

dan kearah fokus penelitian.

Pihak-pihak yang diwawancarai meliputi:

1) Pimpinan rumah tahanan, yaitu untuk memperoleh informasi

mengenai letak geografisnya, visi, misi, kondisi tahanan,

pegawai dan sarana prasarana.

2) Tahanan, yaitu untuk memperoleh informasi pemahaman dan

implementasi ibadah salat dalam keseharian.

c. Metode dokumentasi

Dokumen resmi ada dua: dokumen internal berupa memo,

pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang

digunakan dalam kalangan sendiri. Dokumen eksternal berisi

bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, misal:

majalah, penghayatan, dan berita yang disiarkan kepada media massa

(Meleong, 2009: 219).

Dokumen yaitu terdiri dari tulisan pribadi seperti buku harian,

surat-surat dan dokumentasi resmi (Nasution, 2003:85). Dokumentasi

ini menyajikan data tentang keadaan rumah tahanan kepolisian resor

(24)

11

menjawab penelitian mengenai pemahaman dan implementasi ibadah

salat.

6. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasi data kedalam katagori,

menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun dalam pola,

memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain

(sugiono, 2009:244).

Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan dilapangan adalah

sebagai berikut :

a. Display data, peneliti menyajikan semua data yang diperolehnya dalam

bentuk uraian atau laporan terinci.

b. Reduksi data, peneliti memotong data-data yang tidak perlu untuk

dibuang. Laporan-laporan yang diambil hanya yang pokok saja,

difokuskan pada hal-hal yang penting.

c. Verivikasi data, sejak mulanya peneliti berusaha untuk mencari makna

data yang dikumpulkannya, kemudian disimpulkan untuk menjawab

tujuan penelitian.

7. Pengecakan Keabsahan Data

Dalam memperoleh keabsahan data, maka peneliti menggunakan teknik

(25)

12

sesuatu yang lain (Meleong, 2009:331). Ada dua macam triangulasi yang

digunakan, yaitu:

a. Triangulasi sumber data.

Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber

yang berbeda-beda dengan teknik yang sama (Sugiyono, 2011:241)

b. Triangulasi metode.

Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengecek derajat

kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa tekni pengumpulan

dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan

metode yang sama (Meleong, 2011:331).

Sebagai upaya membuktikan bahwa data yang diperoleh adalah

benar-benar valid, maka peneliti menggunakan cara triangulasi metode,

yakni menggali data atau informasi yang diperoleh suatu pihak dicek

kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain, misal

dari pihak kedua, ketiga, keempat dan seterusnya dengan menggunakan

metode yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan membandingkan

informasi tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagai pihak,

agar terhindar dari subyektivitas.

8. Tahap-tahap Penelitian.

Menurut Meleong (2009:127-128) tahap-tahap penelitian kualitatif

(26)

13

a. Tahap Pra Lapangan.

Tahap pra lapangan yaitu memperhatikan segala macam persoalan

dan segala macam persiapan sebelum peneliti terjun kedalam kegiatan

penelitian berupa: menyusun rancangan penelitian, mengurus perizinan

kepada pihak kepolisan resor Salatiga, menjajaki dan menilai keadaan,

memilih dan memanfaatkan informasi, serta menyiapkan perlengkapan

penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan.

Pada tahap ini peneliti harus bersungguh-sungguh dalam

memahami latar penelitian dan mempersiapkan diri dengan segala daya

dan upayanya, memasuki lapangan dengan berperan serta sambil

mengumpulkan data.

c. Tahap Analisi Data.

Pada tahap ini dianalisikan konsep analisis data juga dipersoalkan

bahwa analisis data itu dibimbing oleh usaha untuk menemukan data

dan kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar penyusunan

skripsi agar mudah dibaca dan dipahami, adapun sistematika penulisan dalam

laporan penelitian ini adalah meliputi:

BAB 1 Pendahuluan : memuat latar belakang masalah, fokus

penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode

(27)

14

BAB II Kajian Pustaka : merupakan kajian teoritis yang berisi tentang

hal-hal yang terkait dengan pemahaman ibadah salat dan implementasinya.

BAB III Paparan data dan Temuan Penelitian : pada Bab ini

dipaparkan tentang definisi objek penelitian yaitu Rumah Tahanan kepolisian

Resor Salatiga dan hasil wawancara.

BAB IV Analisi Data : pada bab ini dijelaskan tentang analisis data

hasil penelitian yang diperoleh peneliti dalam melakukan penelitian di

lapangan.

BAB V Penutup : pada bab ini memuat tentang kesimpulan dan

(28)

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Ibadah Salat

1. Pemahaman Ibadah Salat

Ibadah berasal dari bahasa arab yaitu

اﺪﺒﻋ

-

ﺪﺒﻌﯾ

ﺪﺒﻋ

ةدﺎﺒﻋ

yang berarti taat, tunduk, patuh, merendahkan diri dan hina.

Menurut Yusuf Qardhawi, sebagaimana yang dikutip Zurinal dan

Aminuddin (2008:27) dalam bukunya Fiqih Ibadah, bahawa

ibadah adalah ketaatan terhadap sesuatu yang maha besar, yang

objeknya tidak dapat ditangkap oleh panca indra. Maka ketaatan itu

kepada objek yang abstrak (yaitu Allah), sedangkan ketundukan

kepada objek yang kongkrit yang dapat ditangkap oleh panca indra,

seperti kepada penguasa (manusia, atau makhluk lain) tidak

termasuk pengertian ibadah. Menurut kamus istilah fiqih, ibadah

yaitu memperhambakan diri kepada Allah dengan taat

melaksanakan segala perintah-Nya dan anjuran-Nya, serta

menjauhi segala larangan-Nya karena Allah semata, baik dalam

bentuk kepercayaan, perkataan maupun perbuatan. Orang

beribadah serusaha melengkapi dirinya dengan perasaan cinta,

tunduk dan patuh kepada Allah swt (Mujieb, 1994:109).

Dalam istilah syara’ pengertian ibadah oleh para ulama

(29)

16

a. Al-Jurjani mengatakan:

Ibadah adalah perbuatan yang dilakukan oleh mukallaf,

tidak menurut hawa nafsunya, untuk memuliakan Tuhannya.

b. Menurut Ibnu Katsir:

Himpunan cinta, ketundukan, dan rasa takut yang sempurna.

c. Menurut Yusuf Qardhawi sebagaimana yang dikutip Zurinal

dan Aminuddin ( 2008: 27) dalam bukunya fiqih ibadah,

bahwa ibadah adalah ketaatan terhadap sesuatu yang maha

besar, yang objeknya tidak dapat ditangkap oleh panca indra.

Maka ketaatan itu pada objek yang abastrak (yaitu Allah ),

sedangkan ketundukan kepada objek yang kongkrit yang

dapat ditangkap oleh panca indra seperti penguasa ( manusia,

atau makhluk lain) tidak termsauk dalam pengertian ibadah.

Menurut kamus istilah Fiqih, ibadah yaitu memperhambakan

diri kepada Allah dengan taat melaksanakan segala

Perintah-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya kerena Allah

semata, baik dalam bentuk kepercayaan, perkataan maupun

perbuatan. Orang beribadah berusaha melengkapi dirinya

dengan perasaan cinta, tunduk dan patuh kepada Allah SWT

(M. Abdul Majieb, 1994:109)

Menurut bahasa, salat adalah doa. Sedangkan menurut

istilah syariat, pengertian salat adalah ibadah yang terdiri dari

bacaan-bacaan khusus yang diawali dengan takbir kepada Allah

(30)

17

Asal makna salat (

ةﻼﺼﻟا

) secara etimologi berarti doa,

yang merupakan bentuk mufrod, sedangkan bentuk jamaknya

adalah (

تاﻮﻠﺻ

) atau (

ةﻮﻠﺼﻟا

) dengan memakai wawu yang

berarti meningkatkan amal kepada Allah sebagai tanda tunduk,

syukur serta memohon perlindungan kepada Allah.

Salat adalah berhadap hati kepada Allah sebagai ibadat,

dalam bentuk beberapa perkataan dan perbuatan, yang dimulai

dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta menurut

syarat-syarat yang telah ditentukan syara (Muhammad, 2005:50).

Menurut Muhyiddin (2006:1) salat adalah kewajiban

dengan pijakan dalil yang tak terbantahkan lagi. Salat betul-betul

diposisikan sebagai tangga untuk menaikkan alam ruhani ke

realitas tertinggi yang dampak positifnya terlihat dalam kehidupan

sosial.

Menurut Alith (2009:50) salat adalah ibadah utama umat

islam sekaligus bentuk aktual dari penghambaan tital yang pertama

kali wajib untuk dilaksanakan oleh setiap muslim yang telah

mengucapkan dua kalimat syahadat, baligh dan sehat jasmani dan

rohani.

Fardhu dengan wajib sama artinya yaitu apabila

dilaksanakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan mendapat

dosa. Dapat disimpulkan ibdah salat fardhu secara harfiah adalah

tingkat keseringan melakukan doa kepada Allah SWT. Sedang

(31)

18

melakukan amal ibadah (perkataan dan perbuatan) yang diawali

dengan takbiratul ikhrom dan diakhiri dengan salam.

Kewajiban salat bermula ketika Nabi melakukan mi’raj.

Tatkala Nabi berada di Sidrah al-Mumtahah, nabi dengan

perantara jibril mendapatkan “oleh-oleh” dari Allah berupa salat

yang konon katanya lima puluh waktu. Salatinilah yang dijadikan

Nabi kepada umatnya sebagai kendaraan untuk melakukan mi’raj

ruhani. Mendorong seseorang dapat mengapai makom terpuji

(makam mahmudah) (Muhyiddin 2006:15).

2. Implementasi ibadah salat.

Dalil tentang kewajiban salat sangat banyak terdapat di Alqur’an

maupun hadits Nabi Muhammad SAW.

Dalil Al-qur’an yang mewajibkan salat antara lain:

َﻦﯿِﻌِﻛا ﱠﺮﻟا َﻊَﻣ اﻮُﻌَﻛ ْرا َو َةﺎَﻛ ﱠﺰﻟا اﻮُﺗآ َو َة َﻼﱠﺼﻟا اﻮُﻤﯿِﻗَأ َو

“Dan dirikanlah salat, tunaikan zakat dan ruku’lah beserta

orang-orang yang ruku’ “(Albaqarah ayat 43) (Departemen Agama

RI, 2012: 28).

ۗ َﻚُﻗ ُز ْﺮَﻧ ُﻦْﺤَﻧ ۖ ﺎًﻗ ْز ِر َﻚُﻟَﺄْﺴَﻧ َﻻ ۖ ﺎَﮭْﯿَﻠَﻋ ْﺮِﺒَﻄْﺻا َو ِة َﻼﱠﺼﻟﺎِﺑ َﻚَﻠْھَأ ْﺮُﻣْأ َو

ٰى َﻮْﻘﱠﺘﻠِﻟ ُﺔَﺒِﻗﺎَﻌْﻟا َو

“Dan perintahkanlah kepada umatmu mendirikan salat dan

(32)

19

rezeki kepadamu, (sebaliknya) kamilah yang memberi rezeki

kepadamu. Dan akibat itu adalah bagi orang-orang yang

bertakwa” (Thaha/20: 132) (Departemen Agama RI, 2012: 322).

Alasan lain tentang keutamaan salat : bahwa perintah (ajaran)

salat diberikan Allah SWT kepada Rasulullah s.a.w dalam

peristiwa khusus dan istimewa, yakni peristiwa isra’ mi’raj.

Dengan kata lain, khusus untuk menerima ajaran salat, Rasulullah

harus menghadap langsung kepada Allah, sedang ajaran-ajaran

lainnya cukup dikirimkan lewat malaikat jibril. Ini jelas sekali

mengisyaratkan keistimewaan salat (Khalil 2006:34).

Ibadah yang dilakukan lidah dalam salat adalah dua kalimat

syahadat, takbir, ta’awudz, basmalah, bacaan Al-Qur’an, tasbih,

tahmid, istighfar, dan doa-doa. Ibadah yang dilakukan anggota

tubuh adalah berdiri, rukuk, sujud, i’tidal, membungkukkan tubuh,

mengangkat badan atau kepala, dan duduk. Ibadah yang dilakukan

akal adalah merenung, menghayati, dan memahami. Ibadah yang

dilakukan hati adalah khusyuk, lemah-lembut, takut, penuh harap,

merasakan kelezatan, dan menangis (al Muqaddim 2005: 23).

Ibnu Qayyim dalam al Muqaddim (2005:23) berkata, “karena salat

meliputi aktivitas membaca al-Qur’an, dzikir, dan doa; dan karena

salat merupakan gabungan dari berbagai ibadah dalam bentuk yang

paling sempurna, maka kedudukan salat menjadi lebih utama

daripada membaca al-Qur’an, dzikir, dan doa yang dilakukan

(33)

20

gabungan dari berbagai ibadah yang dilakukan oleh seluruh

anggota tubuh”.

dua kali tasyahud dan satu kali salam.

c.Salat ashar yaitu salat yang dikerjakan empat raka’at dengan dua

kali tasyahud dan satu kali salam.

d.Salat maghrib yaitu salat yang dikerjakan dengan tiga raka’at

dua kali tasyahud dan satu kali salam.

e.Salat isya’ yaitu salat yang dikerjakan empat kali raka’at dengan

dua kali tasyahud dan satu kali salam.

3. Dasar kewajiban salat

Sebuah bangunan dikatakan kuat jika memiliki pondasi

yang kokoh agar tidak cepat rusak. Jika bangunan membutuhkan

pondasi yang kuat, maka salatpun membutuhkan pondasi atau

dasar pinjakan agar memantapkan hati untuk salat. Dasar

kewajiban salat bertumpuan pada pada pedoman umat muslim

yaitu Alqur’an dan hadits. Maka dasar untuk menjalankan salat

bagi setiap muslim adalah sebagai mana dalam ayat-ayat Alqur’an

(34)

21

اَذِﺈَﻓ ۚ ْﻢُﻜِﺑﻮُﻨُﺟ ٰﻰَﻠَﻋ َو اًدﻮُﻌُﻗ َو ﺎًﻣﺎَﯿِﻗ َ ﱠ9ا اوُﺮُﻛْذﺎَﻓ َة َﻼﱠﺼﻟا ُﻢُﺘْﯿَﻀَﻗ اَذِﺈَﻓ

ﱠﺼﻟا اﻮُﻤﯿِﻗَﺄَﻓ ْﻢُﺘْﻨَﻧْﺄَﻤْطا

ﺎًﺑﺎَﺘِﻛ َﻦﯿِﻨ ِﻣ ْﺆُﻤْﻟا ﻰَﻠَﻋ ْﺖَﻧﺎَﻛ َة َﻼﱠﺼﻟا ﱠنِإ ۚ َة َﻼ

ﺎًﺗﻮُﻗ ْﻮَﻣ

“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah

Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.

Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah

shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah

fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang

beriman.” (QS. Annisa:103)

ي ِﺮْﻛِﺬِﻟ َة َﻼﱠﺼﻟا ِﻢِﻗَأ َو ﻲِﻧْﺪُﺒْﻋﺎَﻓ ﺎَﻧَأ ﱠﻻِإ َﮫَٰﻟِإ َﻻ ُ ﱠ9ا ﺎَﻧَأ ﻲِﻨﱠﻧِإ

“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)

selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk

mengingat Aku” (QS. Thaha:14)

Dalam hadits nabi juga :

ُﷲ َﻲ ِﺿ َر ِبﺎﱠﻄَﺨْﻟا ِﻦْﺑ َﺮَﻤُﻋ ِﻦْﺑ ِﷲ ِﺪْﺒَﻋ ِﻦَﻤْﺣ ﱠﺮﻟا ِﺪْﺒَﻋ ﻲِﺑَأ ْﻦَﻋ

َلﺎَﻗ ﺎَﻤُﮭْﻨَﻋ : ُمَﻼْﺳِﻹْا َﻲِﻨُﺑ : ُل ْﻮُﻘَﯾ ﻢﻠﺳو ﷲ ﻰﻠﺻ ِﷲ َل ْﻮُﺳ َر ُﺖْﻌِﻤَﺳ

ُمﺎَﻗِإ َو ِﷲ ُل ْﻮُﺳ َر ًاﺪﱠﻤَﺤُﻣ ﱠنَأ َو ُﷲ ﱠﻻِإ َﮫَﻟِإ َﻻ ْنَأ ُةَدﺎَﮭَﺷ : ٍﺲْﻤَﺧ ﻰَﻠَﻋ

نﺎَﻀَﻣ َر ُم ْﻮَﺻ َو ِﺖْﯿَﺒْﻟا ﱡﺞَﺣ َو ِةﺎَﻛ ﱠﺰﻟا ُءﺎَﺘْﯾِإ َو ِةَﻼﱠﺼﻟا

َ◌

“Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khottob

(35)

22

Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Islam dibangun diatas

lima perkara; Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah

selain Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah,

menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan

puasa Ramadhan.”(Riwayat Turmuzi dan Muslim)

Berdasarkan ayat dan hadits di atas sudah jelas, bahwa salat

merupakan suatu kewajiban bagi orang-orang islam, karena salat

merupakan salah satu rukun iman yang harus kita patuhi dan

kerjakan. Di dalam islam, salat menempati kedudukan yang tidak

dapat ditandingi oleh ibadah dan amalan apapun.

ِﻦَﻋ ٰﻰَﮭْﻨَﺗ َة َﻼﱠﺼﻟا ﱠنِإ ۖ َة َﻼﱠﺼﻟا ِﻢِﻗَأ َو ِبﺎَﺘِﻜْﻟا َﻦِﻣ َﻚْﯿَﻟِإ َﻲ ِﺣوُأ ﺎَﻣ ُﻞْﺗا

َنﻮُﻌَﻨْﺼَﺗ ﺎَﻣ ُﻢَﻠْﻌَﯾ ُ ﱠ9ا َو ۗ ُﺮَﺒْﻛَأ ِ ﱠ9ا ُﺮْﻛِﺬَﻟ َو ۗ ِﺮَﻜْﻨُﻤْﻟا َو ِءﺎَﺸْﺤَﻔْﻟا

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab

(Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu

mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan

sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar

(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah

mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al Ankabut:45)

Dalam ayat lain yaitu Al-hajj:77 menjelaskan:

ا اﻮُﻨَﻣآ َﻦﯾِﺬﱠﻟا ﺎَﮭﱡﯾَأ ﺎَﯾ

َﺮْﯿَﺨْﻟا اﻮُﻠَﻌْﻓا َو ْﻢُﻜﱠﺑ َر اوُﺪُﺒْﻋا َو اوُﺪُﺠْﺳا َو اﻮُﻌَﻛ ْر

(36)

23

“Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu,

sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu

mendapat kemenangan.” (Al Hajj : 77)

Ayat-ayat Allah SWT ini memerintahkan umat manusia

untuk mendirikan salat, menuruh mengerjakan salat bersama-sama,

menyatakan bahwa salat menghalangi manusia dari rusak dan keji,

memerintahkan agar manusia melakukan salat dengan cara yang

sempurna dan menegakkan salat diwaktu-waktu yang telah

ditentukan.

4. Keistimewaan ibadah salat

Salat adalah penghubung antara hamba dengan tuhannya.

Yang memiliki beberapa keistimewaan, antara lain:

a.Salat adalah fardhu yang mula-mula difardhukan dari

ibadat-ibadat badaniyah.

b.Salat adalah tiang agama

Salat adalah tiang agama. Barang siapa mendirikan

salat sesungguhnya ia telah mendirikan agama, dan barang

siapa meruntuhkan salat, sesungguhnya ia telah meruntuhkan

agama. (H.R Al-Baihaqy dari Umar R.A, Al-Ihya 2:9). Salat

lima waktu difardhukan dilangit, pada malam hari ketika nabi

muhammad SAW ber isro’ (berjalan malam) dan bermi’roj

(naik ke alam tinggi). Hanya salat fardhulah yang

(37)

24

Muhammad, berbeda dengan ibada yang lain yang

disampaikan melalui malaikat jibril dahulu.

Diperintahkan salat fardhu itu sebelumnya nabi

terlebih dahulu diberishkan dhohir dan batin dengan

zam-zam. Dan Allah SWT memerintahkan salat kepada nabi

Muhammad ketika beliau menghadap Allah menegaskan

bahwa salat ibadah yang luar biasa, suatu perbuatan yang

terhormat.

c. Salat akhir wasiat nabi kita Muhammad SAW dan nabi

nabi yang lain. Dalam wasiat yang terakhir nabi

mengatakan; ingatlah akan Allah, terhadap Salat dan

terhadap budak-budak sahaya yang kamu miliki (H.R.

Ahamd, Risalah Ash Shalah:8)

d. Salat permulaan amal yang dihisab di akhirat dan di akhir

ibadah yang ditinggalkan umat di dunia.

e. Salat seutama-utama syair Islam, dan sekuat kuat tali

perhubungan antara hamba dengan Allah (Ash Sidiqy: 20)

5. Syarat sah dan rukun ibadah salat

a. syarat sah salat

ada delapan syarat yang harus dipenuhi oleh orang yang

akan melaksanakan salat yaitu:

1) islam

Salat fardhu diwajibkan atas setiap muslim laki-laki

(38)

25

dirinya seorang islam dengan membaca dua syahadat.

Dengan demikian orang kafir tidak wajib untuk

melakukan salat, karena kafor akan tertolak amalannya

walaupun dia banyak mengamalkan perbuatan yang baik.

Seperti dalam surah At-taubah : 17

َﻦﯿِﻛ ِﺮْﺸُﻤْﻠِﻟ َنﺎَﻛ ﺎَﻣ

ٰﻰَﻠَﻋ َﻦﯾِﺪِھﺎَﺷ ِ ﱠ9ا َﺪ ِﺟﺎَﺴَﻣ او ُﺮُﻤْﻌَﯾ ْنَأ

ْﻢُھ ِرﺎﱠﻨﻟا ﻲِﻓ َو ْﻢُﮭُﻟﺎَﻤْﻋَأ ْﺖَﻄِﺒَﺣ َﻚِﺌَٰﻟوُأ ۚ ِﺮْﻔُﻜْﻟﺎِﺑ ْﻢِﮭِﺴُﻔْﻧَأ

َنوُﺪِﻟﺎَﺧ

“Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan

mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa

mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia

pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka.”

2) Balagh

Orang yang sudah balagh diwajibkan untuk

melakukan salat. Yang dimaksud balagh adalah orang

telah mencapai umurnya untuk melakukan kewajiban

agama, laki-laki maupun perempuan. Laki-laki ditandai

dengan mimpi, sedangkan perempuan ditandai dengan

datangnya menstruasi. Batasan baligh ini menandalan

bahwa anak balita yang belum mencapai balagh tidak

(39)

26

3) menutup aurat

Aurat laki-laki adalah antara pusar sampai lutut,

aurat perempuan adalah seluruh badan kecuali wajah dan

kedua telapak tangan. Menutupnya dengan apa yang tidak

menampakkan kulit (dan bentuk tubuh), berdasarkan

sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Allah

tidak akan menerima shalat wanita yang telah haidh (yakni

yang telah baligh) kecuali dengan khimar (pakaian yang

menutup seluruh tubuh, seperti mukenah).” (HR. Abu

Dawud)

Para ulama sepakat atas batalnya orang yang shalat

dalam keadaan terbuka auratnya padahal dia mampu

mendapatkan penutup aurat. Batas aurat laki-laki dan

budak wanita ialah dari pusar hingga ke lutut, sedangkan

wanita merdeka maka seluruh tubuhnya aurat selain

wajahnya selama tidak ada ajnaby (orang yang bukan

mahramnya) yang melihatnya, namun jika ada ajnaby

maka sudah tentu wajib atasnya menutup wajah juga.

Di antara yang menunjukkan tentang mentutup aurat ialah

hadits Salamah bin Al-Akwa` radhiyallahu ‘anhu,

“Kancinglah ia (baju) walau dengan duri.”

Dan firman Allah ‘azza wa jalla, “Wahai anak cucu Adam,

(40)

27

masjid.” (Al-A’raaf:31) Yakni tatkala shalat. (Musbikin

:264)

4) Menghadap kiblat

Menghadap ke Baitul Haram merupakan syarat

sahnya salat.

ۚ ﺎَھﺎَﺿ ْﺮَﺗ ًﺔَﻠْﺒِﻗ َﻚﱠﻨَﯿِّﻟ َﻮُﻨَﻠَﻓ ۖ ِءﺎَﻤﱠﺴﻟا ﻲِﻓ َﻚِﮭْﺟ َو َﺐﱡﻠَﻘَﺗ ٰى َﺮَﻧ ْﺪَﻗ

اﻮﱡﻟ َﻮَﻓ ْﻢُﺘْﻨُﻛ ﺎَﻣ ُﺚْﯿَﺣ َو ۚ ِما َﺮَﺤْﻟا ِﺪ ِﺠْﺴَﻤْﻟا َﺮْﻄَﺷ َﻚَﮭْﺟ َو ِّل َﻮَﻓ

ا ُﮫﱠﻧَأ َنﻮُﻤَﻠْﻌَﯿَﻟ َبﺎَﺘِﻜْﻟا اﻮُﺗوُأ َﻦﯾِﺬﱠﻟا ﱠنِإ َو ۗ ُه َﺮْﻄَﺷ ْﻢُﻜَھﻮُﺟ ُو

ﱡﻖَﺤْﻟ

َنﻮُﻠَﻤْﻌَﯾ ﺎﱠﻤَﻋ ٍﻞِﻓﺎَﻐِﺑ ُ ﱠ9ا ﺎَﻣ َو ۗ ْﻢِﮭِّﺑ َر ْﻦِﻣ

“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke

langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke

kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah

Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada,

palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya

orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab

(Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling

ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan

Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka

(41)

28

5) Mengetahui waktu masuk salat

Waktu salat ada lima waktu:

• Waktu salat dzhuhur berawal ketika matahari

condong kearah barat sampai saat bayangan segala

sesuatu sudah sama dengan panjangnya.

• Waktu salat ashar, dimulai sejak keluarnya waktu

dzhuhur hingga matahari menguning atau sampai

bayangan memiliki panjang dua kali lipat benda.

• Waktu maghrib, dimulai sejak matahari terbenam

sampai terbenamnya mega merah.

• Waktu salat isya’, dimulai dari terbenamnya mega

merah sampai pertengahan malam, sedangkan

waktu darurat sampai terbit fajar.

• Waktu salat subuh, dimulai dari terbit fajar shadiq

putih, sampai terbit matahari (Sa’id: 205-207)

6) Suci dari hadas, baik hadas besar maupu hadas kecil.

Hadats ada dua: hadats akbar (hadats besar) seperti

janabat dan haidh, dihilangkan dengan mandi (yakni

mandi janabah), dan hadats ashghar (hadats kecil)

dihilangkan dengan wudhu`, sesuai sabda Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam,“Allah tidak akan menerima

shalat tanpa bersuci.” (HR. Muslim dan selainnya). Dan

(42)

29

akan menerima shalat orang yang berhadats hingga dia

berwudlu`.” (Muttafaqun ‘alaih)

7) Suci dari najis, baik badan, pakaian maupun tempat salat.

8) Mengetahui tata cara salat. Maksudnya, mengerti dan bisa

membedakan mana rukun dan mana sunah.

b. Rukun salat

Berikut adalah rukun salat yaitu :

1) Niat

2) Takbiratul ihram

3) Berdiri tegak bagi yang mampu ketika salat. Dan boleh

duduk atau terbaring bagi yang sedang sakit.

4) Membaca alfatihah pada tiap-tiap rokaat.

5) Ruku’ dengan tukmaninah.

6) I’tidal dengan tukmaninah.

7) Sujud dua kali dengan tukmaninah.

8) Duduk diantara dua sujud dengan tukmaninah.

9) Duduk tasyahud akhir dengan tukmaninah.

10)Membaca tasahud akhir.

11)Membaca shalawat nabi pada tasahud akhir.

12)Membaca salam yang pertama.

13)Tertib yaitu berurutan mengerjakan rukun-rukun tersebut

(43)

30

1. Pengertian tahanan dan ruang lingkupnya

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 nomer 15, Tahanan adalah seorang

tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili disidang pengadilan

(KUHP & KUHAP 2010:170). Dengan kata lain tahanan adalah

seseorang yang diduga melakukan suatu tindakan pidana dan ada

cukup alasan dilakukan pemeriksaan dimuka persidangan.

Tahanan belum menjadi narapidana karena masih dalam tahap

proses sebelum persidangan dan belum ditetapkan hukuman atas

perbuatan. Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan

(44)

31

tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal adanya

keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka atau

tahanan akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang

bukti dan atau mengulangi tindak pidana.

Penahanan dilakukan oleh penyidik atau penuntut umum terhadap

tersangka atau tahanan dengan memberikan surat perintah penahanan

atau penetapan hakim yang mencantumpak identitas tersangka atau

tahanan dan menyebutkan alasan penahanan serta uraian singkat

perkara kejahatan yang dipersangkakan atau didakwakan serta tempat

ditahan (KUHP & KUHAP 2010:178).

2. Proses tahanan

Sistem peradilan pidana bagi tahanan dalam lembaga kepolisian

yang dimana tugas dan wewenangnya berdasarkan ketentuan yang

berlaku.misalnya pemerikasaan, penyidikan, kegiatan atau timdakan

yang ada yaitu penagkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan.

Setiap tahap pemerikasaan yang diikuti oleh kegiatan-kegiatan tadi

dihubungkan dengan pelaku dan hal tersebut selanjutnya akan

menentukan status hukumnya dalam proses pidana (husni 2016:91).

a. Penyelidikan

Makna penyelidikan hal ini disebabkan tidak seperti

peristiwa yang terjadi diduga sebagai telah terjadi tindak pidana

atau menampakkan bentuknya sebagai tindak pidana. Menurut

KUHAP dalam pasal 1 butir lima, yang dimaksud dengan

(45)

32

mencari dan menemukan sesuatu peristiwa yang diduga sebagai

tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya diadakan

penyelidikan menurut cara yang diatur oleh undang-undang.

Dimulainya proses peradilan pidana, tampak kepada kita

bahwa fungsi penyelidikan merupakan alat penyaring terhadap

peristiwa-peristiwa apakah dapat dilakukan penyelidikan

terhadapnya atau tidak. Fungsi penyelidikan yang diikuti

serangkaian tindakan penyididkan merupakan dasar dan alasan

yang kuat baik dari segi hukum maupun dari segi pembuktiannya.

Hasil penyelidikan sebelum diserahkan kepada penyedik harus

dicantumkan kedalam berita acara serta dilaporkan guna dijadikan

dasar oleh penyidik dalam menentukan tindakan apa yang

diperlukan dan bukti apa yang perlu dikumpulkan. Dengan

demikian, agar jelas ditentukan tidak pidana apa yang telah

dilakukan dan siapa yang sekiranya betanggung jawab terhadap

tindak pidana tersebut.

b. Penyidikan

Penyidikan bedasarkan pasal 1 butir 2 KUHAP diartikan

sebagai serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut

cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta

mengumpulkan bukti, yang dengan bukti tersebut membuat terang

tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menentukan

tersangkanya. Dalam proses pengumpulan bukti-bukt, penyidik

(46)

33

guna penyelesaian tugas penyidikan. Bagaimana wewenang dan

tatacara atau prosedur tindakan penyidikan secara jelas ditentukan

dalam KUHAP, khususnya dalam bab-bab yang ada hubungannya

dengan tindakan penyidikan.

c. Penangkapan

Menurut KUHAP dalam pasal 1 butir 20 yang diartikan

dengan penangkapan adalah suatu tindakan penyidikan berupa

pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau tahanan

apabila cukup bukti guna kepentingan penyidika, penuntutan dan

atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam

undang-undang.dari perumusan tersebut dapat dimaksud dengan

pengekangan sementara waktu kebebasan tersangk, tidak lain

adalah pengekangan secara fisik yang berbeda dengan misal

memberhentikan seseorang dijalan guna ditanyai. Berarti

penangkapan merupakan menempatkan seseorang dibawah

pengawasantertentu dan ditempat yang telah ditentukan.

Tenggang penangkapan “satu hari” sebagaimana

ditentukan dalam pasal 19 KUHAP, pada praktiknya akan

menjadi masalah tersendiri, khususnya bagi aparat kepolisian

yang terletak jauh terpencil, yang memerlukan waktu membawa

tersangka lebih dari satu hari. Maka, sebaiknya jika lebih dari satu

hari lebih baik dilakukan oleh penyidik sendiri agar dapat

(47)

34

sehari tadi barulah penyidik dapat melakukan tindak penahanan

terhadap pelaku kejahatan.

d. Penahanan

Menurut pasal 1 butir 21 KUHAP, penahanan adalah

penempatan tersangka atau tahanan ditempat tertentu oleh

penyidik atau penuntut umum atau hakim berdasarkan

penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam

undang-undang. Berbeda halnya dengan penangkapa, maka

penahanan tersangka atau tahanan dapat terjadi pada setiap

tingkat pemeriksaan, yaitu untuk kepentingan penyidik, untuk

kepentingan penuntutan, untuk kepentingan pemeriksaan dimuka

pengadilan negeri, dan tingkat banding dan tingkat kasasi.

Alasan penahanan dilakukan terhadap tersangka atau

tahanan yaitu diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan

bukti yang cukup, dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan

kekhawatiran bahwa tersangka atau tahanan akan melarikan dir,

merusak atau menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi

tindak pidana.

Dalam hal tenggang waktu lamanya penahanan pada

setiap pemeriksaan dan dapat dimintakan perpanjangan, untuk

masa penyidikan yang dilakukan oleh penyidik waktunya adalah

(48)

35

e. Penggeledahan

Menurut pasal 1 butir 18 penggeledahan badan adalah

tindakan penyidik untuk mengadakan pemeriksaan badan atau

pakaian tersangka untuk mencari benda yang diduga keras ada

pada badannya atau dibawa, untuk disita. Jadi guna kepentingan

penyidikan, dapat dilakukan penggeledahan rumah atau

penggeledahan pakaian atau penggeledahan badan menurut

tatacara yang ditentukan undang-undang.

Tindakan penggeledahan merupakan salah satu usaha

mencari kebenaran untuk mengetahui salah atau tidak salahnya

seseorang. Dengan demikian penggeledahan tidak berarti untuk

mencari kesalahan saja, melainkan untuk memperoleh kebenaran

bahwa yang bersangkutan tidak bersalah dan juga mencari

kebenaran yang selengkap-lengkapnya. KUHAP dalam pasal 32

menyebutkan, penggeledahan hanya dilakukan terhadap rumah,

pakaian atau badan, tanpa menjelaskan lebih lanjut apa yang

dimaksud rumah, pakaian, atau badan. Dalam hal ini,

pelaksanaannya dapat berdasarkan kebijaksanaan dan praktik

penyidikan dengan berpedoman pada “keadaan yang sangat perlu

dan mendesak” karena diduga dipergunakan untuk melakukan

(49)

36

f. Penyitaan

Menurut pasal 1 butir 16 KUHAP, penyitaan adalah

tindakan penyidik untuk mengembil alih dan atau menyimpan

dibawah penguasaannya bendak bergerak atau benda tidak

bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan

pembuktian, penuntutan dan peradilan. Dari perumusan tersebut

ternyata penyitaan biasanya dilakukan bersamaan dengan

penggeledaha, kecuali dalam hal tangkap tangan. Penyitaan

berarti “penguasaan guna kepentingan penyidikan” (husni

2016:101)

C. Penelitian yang terdahulu

Rujukan penelitian pertama yaitu Thesis Erik Indrayani mahasiswi

Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Komunikasi dan Penyiaran Islam

universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tahun 2010 dengan judul

Pemahaman dan Pengamalan Ibadah Salat Wartawan Harian Bangsa

Surabaya. Dalam penelitiannya peneliti menggunakan pendekatan dan

jenis penelitian diskripsi kualitatif. Sedangkan teknik yang digunakan

dalam mengumpulkan data adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi

dan data yang paling menentukam hasil penelitian ini didapatkan dari

tehnik wawancara Data yang diperoleh melalui pengumpulan data

tersebut, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis

(50)

37

bersifat khusus berdasarkan pengalaman nyata yang berupa ucapan dan

perilaku subjek penelitian ditambah lagi situasi lapangan penelitian untuk

kemudian kita generalisasikan menjadi model, konsep, teori, prinsip

proposisi atau definisi persoalan yang tercemin dalam penelitian tersebut.

Rujukan penelitian yang kedua yaitu skripsi Muhammad Fiqratul

Islami, mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Tarbiyah dan keguruan

Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri Imam Bonjol, Padang.

Dengan judul Pemahaman Ibadah Salat dan Penerapannya oleh Peserta

Didik Kelas X di MAN 2 Solok. Dalam penelitiannya peneliti

menggunakan metode kualitatif dan tehnik pengumpulan data berupa

wawancara, angket, dan dokumentasi terhadap peserta didik kelas X di

MAN 2 Solok.

Dengan demikian penelitian yang dilakukan oleh peneliti tidak

jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu untuk mengetahui

pemahaman ibadah salat. Akan tetapi perbedaannya terletak pada obyek

peneltian. Dimana pada peneliti pertama meneliti wartawan Harian Bangsa

surabaya, penelitian yang ke dua peneliti meneliti peserta didik kelas X di

MAN 2 solok. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini peneliti

berbeda dengan penelitian sebelumnya dengan perbedaan yang terlepak

pada obyek penelitian. Peneliti meneliti du Rumah tahanan kepolisian

(51)

38

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran umum lokasi penelitian

1. Sejarah kepolisian resor kota Salatiga

Berdasarkan data yang ada, jajaran kepolisian ini mulai dirintis

di Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, dan dipimpin oleh

warga negara Jepang bernama Gasira berpangkat Inspektur Satu

(sekarang Iptu setara Letnan Satu di TNI). Artinya, keberadaannya

terjadi pada zaman penjajahan Jepang (1942). Dengan nama

Detasemen Polisi Salatiga, memiliki tiga wilayah yang terdiri atas

Salatiga Luar Kota, Ambarawa, dan Ungaran. Kendati setingkat

Polsek, masing-masing hanya dipimpin seorang bintara (Brigadir).

Dikarenakan saat itu yang perwira masih jarang. Hingga Jepang

terusir dari Tanah Air, Kepala Polisi dipegang Soen A Kim (warga

Tionghoa) selanjutnya jabatan yang sama jatuh pada De Groen (warga

Belanda).

Pascakemerdekaan, Inspektur Polisi Kelas I Suparlan sempat

memegang kendali hingga akhirnya diganti oleh Inspektur Kelas I

Suryo Prastowo yang menjabat sampai tahun 1947. Bergonta-ganti

perwira pertama, akhirnya tahun 1963 seorang perwira menengah,

yakni Letnan Kolonel (Letkol) Soeharsono ditunjuk sebagai

(52)

39

nama kesatuan yang sebelumnya bernama Detasemen Polisi Salatiga

diganti Komando Resort (Kores) 932 Salatiga sendiri masih simpang

siur. Ada yang menyebut pergantian dilakukan usai Indonesia

merdeka, namun sumber lain mengatakan perubahan terjadi ketika

Letkol Soeharsono menjadi orang pertama di instansi ini. Entah mana

yang benar, pastinya markas komandonya waktu itu memanfaatkan

bangunan eks-Benteng Hock di Jalan Diponegoro. Hingga akhirnya

personel Kores 932 Salatiga berpindah ke Jalan Adi Sucipto (dulunya

bernama Jalan Kepatihan) nomor 1, sebutan Kores 932 Salatiga tetap

disandang.

Para perwira menengah yang memimpin Kores 932 Salatiga

datang silih berganti sampai akhirnya di tahun 1984 ketika operasi

pemberantasan kejahatan yang biasa disebut penembakan misterius

(Petrus) berakhir, nama kesatuan diganti Kepolisian Resort (Polres)

Salatiga dengan wilayah hukum tetap, yakni Kota Salatiga dan

Kabupaten Semarang.

Sekarang Wilayah hukum Polres Salatiga yang mencakup Kota

Salatiga dan Kabupaten Semarang bertahan cukup lama hingga

Almarhum Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Drs Wanto Sumardi

menjabat sebagai Kapolres di tahun 2002 mulailah dirintis pemecahan

Kabupaten Semarang memiliki Polres tersendiri. Dua tahun kemudian,

tepatnya tahun 2004 Polres Semarang secara resmi terbentuk dan

(53)

40

Dengan berdirinya Polres Semarang, akhirnya wilayah hukum

Polres Salatiga jadi menciut tingga empat Polsek (Tingkir,

Argomulyo, Sidomukti dan Sidorejo). Kendati begitu, ada sisi

positifnya, yakni tercapainya rasio perbandingan dengan jumlah

penduduk 1:400 sesuai standar PBB telah terpenuhi sebab total

penduduk Kota Salatiga sekitar 190 ribu, sedangkan personel

kepolisian mencapai 500 orang. Artinya 1 berbanding 380,

sebelumnya perbandingannya 1 : 1900 (saat membawahi Kabupaten

Semarang).

Bangunan-bangunan yang ditempati Polres Salatiga, sebenarnya

merupakan gedung tua peninggalan pertengahan abad ke-18. Di mana,

saat Salatiga berstatus sebagai kabupaten. Bupati yang menjabat kala

itu adalah Raden Tumenggung Prawirokoesoemo yang berjuluk

Bupati Sedo Amok. Pemerintahan kolonial Belanda yang menganggap

perlu kerja sama dengan kepala daerah, akhirnya sekitar tahun

1860-an memb1860-angunk1860-an k1860-antor di lokasi ini.

2. Profil kepolisian resor kota Salatiga

Kepala Kepolisian resor kota Salatiga pada saat ini

(2017-2018) dibawah pimpinan Bapak Yimmy Kurniawan SIK. MH. MIK

(AKBP) dan wakil oleh Bapak Kristanto. S. Sos (KOMPOL).

Kepolisian resor kota salatiga memiliki beberapa fungsi atau

satuan yaitu :

(54)

41

3) Bagian perencanaan dan Anggaran (Bag. Rem)

4) Seksi Profesi dan Pengamanan Satuan (Propam)

5) Kepala Seksi Pengawasan

6) Kepala Seksi Umum

3. Rumah Tahanan kepolisian resor kota Salatiga

Rumah tahanan kepolisian resor kota salatiga diketuai oleh

bapak Bowo Purwoko (IPDA) sebagai Pejabat Kasat Tahti, yang

mengurusi tahanan, barang bukti dan perawatan. Rumah tahanan

kepolisian resor kota salatiga masih bersifat tahanan yang mana

kasusnya masih ditangani oleh kepolisian selama 60 hari, maka

selama 60 hari tersebut tahanan dititipkan di Rumah Tahanan

kepolisian resor kota salatiga guna penyidikan lebih lanjut oleh

reserse. Selama berada di rumah tahanan, para tahanan tersebut

dirawat didik sehingga ketika akan diserahkan ke kejaksaan dalam

(55)

42

Rumah tananan kepolisian resor kota Salatiga memiliki 11 sel

yang difungsikan dan terdapat 28 tahanan, 26 laki-laki dan 2

perempuan (satu sedang mengandung), dan 2 perempuan dititipkan di

Lapas Salatiga. Kegiatan rutin yang biasa dilakukan tahanan adalah

setiap pagi diadakan olahraga pagi yang biasa dipimpin oleh satuan

kepolisian dari pihak tahti sendiri maupun dipimpin oleh salah satu

anggota tahanan. Setiap hari senin ada pembinaan rohani leh H. Meri

yang memberikan tausiah-tausiah sebagai peningkatan keimanan dan

keagaman tahanan bagi yang beragama muslim. Cek kesehatan jika

sesuai jadwal adalah seminggu dua kali. Jadwal besuk sendiri dua kali

dalam seminggu hari senin dan jumat.

Dalam kegiatan peribadatan salat biasanya diadakan berjamaah

oleh yang dianggap tetua di sel tersebut. Dalam larangan membawa

sarung dan mengenakan celana panjang juga tidak diperbolehkan,

ditakutkan akan dibuat hal yang kurang baik oleh tahanan. Jadi, ketika

tahanan ingin melakukan ibadah salat maka dari pihak penjagaan akan

memberikan sarung untuk langsung dipakai dan ketika sudah selesai

salat wajib di kumpulkan kembali.

Untuk tanggung jawab makanan sehari-hari tahanan diurusi

oleh bagian prasarana. Makan diberikan sehari tiga kali yaitu;

a. Senin : nasi putih, sayur buncis, nasi goreng.

b. Selasa : nasi putih, sayur buncis, tahu bacem.

(56)

43

d. Kamis : nasi putih, sayur campur, kering tahu.

e. Jum’at : nasi putih, sayur jipang, telur.

f. Sabtu : nasi putih, capjay sayur, kering tahu.

g. Minggu : nasi putih, sup, tempe goreng.

Adapun pengawasan kegiatan tahanan yang dilaksanakan oleh

pihak kepolisian sebagai berikut:

a. Tahanan diwajibkan melaksanakan kegiatan agama sesuai dengan

kepercayaan masing-masing, namun tetap dilingkungan ruang

tahanan dan pelaksanaanya diketahui oleh petugas jaga.

b. Setiap hari selasa dan jumat tahanan diwajibkan berolah raga atau

senam dilingkungan ruang tahanan dan pelaksanaanya dikoordinir

atau diawasi oleh petuga jaga.

c. Setiap tahanan diwajibkan untuk menjaga kebersihanm ruang

tahanan. Dilarang mencoret-coret tembok, tidak diberkan atau

dilarang bermain segala jenis kartu judi dan menggunakan

seragam bewarna orange dan dikontrol oleh petugas jaga setiap

hari.

d. Tahanan dilarang membuat keributan misal berteriak, menganiaya

sesama tahanan, dan lain lain tingkah yang dianggap dapat

menimbulkan keributan.

Adapun jadwal besuk tahanan dan ketentuan besuk tahanan

adalah sebagai berikut :

(57)

44

b. Lamanya besuk maksimal 10 menit untuk dua orang tahanan.

Masing-masing satu orang pembesuk.

c. Pembesuk wajib menunjukan kartu identitas atau KTP dan kartu

antrian.

d. Pembesuk dilarang memberikan barang berbahaya berupa silet,

pisau, sendok dan segala jenis benda tajam, pakaian sarung

perlengkapan sembahyang, koran majalah alat komunikasi, dan

barang barang lainnya kepada tahanan.

e. Tahanan dapat menerima makanan dan minuman dari keluarga

setelah makanan diperiksa oleh petugas jaga tahanan dan

dicicipi oleh pembesuk, namun tidak boleh menyimpan

makanan dalam ruang tahanan.

f. Pembesuk dilarang memberikan obat tanpa seijin bagian

kesehatan.

g. Pengikut pembesuk ( anak, bapak, ibu dan tetangga) tidak

diperkenankan masuk lokasi tahanan dan diwajibkan menunggu

di penjagaan.

h. Jarak antara pembesuk dengan tahanan adalah satu meter.

B. Temuan penelitian

1. Pemahaman ibadah salat pada tahanan

Salat adalah kewajiban bagi setiap muslim. Salat merupakan

rukun islam yang paling ditekankan dan paling utama setelah dua

(58)

45

hisab. Hal itu karena salat merupakan bentuk peribadatan yang paling

sempurna dan paling utama di hadapan Allah. Salat merupakan ibadah

yang pertama dijadikan sebagai asas agama oleh Rasulullah sesudah

tauhid, ketika Rasulullah melakukan isra’ mijra’ perjalanan dari bumi

kelangit dan ibadah salat adalah ibadah yang diperintahkan Allah

langsung kepada Rasulullah tanpa ada perantara malaikat Jibril. Oleh

karena itu pemahaman tahanan kepolisian resor Salatiga tentang salat

seperti yang diungkapkan oleh PIL, 27 tahun asal Karang Duwet,

tahanan kasus narkoba:

“Salat adalah salah satu kewajiban umat islam yang wajib

dilakukan setiap hari yang seharinya ada lima waktu, yaitu shubuh,

dzuhur, ashar, magrib dan isya’. Juga termasuk rukun islam yang ke

dua dan harus dilaksanakan mba” (wawancara 29 desember 2017 ).

Dilanjutkan oleh AP, 23 tahun asal Gendongan, tahanan kasus

narkoba yang menyatakan:

“Ibadah kepada Allah mba, ibadah kepada yang Maha Kuasa

yang harus dilakukan, dilakukan 5 kali sehari dan tidak boleh

ditinggalkan karena termasuk rukun islam. Ada magrip, isya, subuh,

ashar dan dzuhur” (wawancara 19 desember 2017)

Ditegaskan lagi oleh AI, umur 38 asal Semarang, tahanan

kasus penggadaian motor.

“Mendekatkan diri kepada Allah SWT agar hati tenang.

(59)

46

sebagai orang muslim itu adalah salat. Ada lima waktu setiap hari ”

(wawancara 19 desember 2017)

Dilanjutkan lagi oleh AA, umur 32 asal Jombor, tahanan kasus

kecelakaan bermotor

“Kewajiban setiap hari bagi setiap muslim, agar

menentramkan hati, dekat kepada Allah. Ada lima waktu dalam

sehari, magrib, isya’ , subuh, dzuhur, asyar” (wawancara 19

desember 2017)

Ditambah dengan penjelasan RH, 31 tahun asal Salatiga,

tahanan kasus narkoba

“ibadah kepada Allah. Yang harus dilakukan umat muslim

sehari lima kali.tidak boleh bolong seharusnya” (wawancara 19

desember 2017)

Dari beberapa pernyataan tahanan diatas dapat disimpulkan

bahwa salat merupakan kewajiban yang wajib dilakukan oleh setiap

muslim lima kali setiap hari yaitu subuh, dzuhur, ashar, magrip, isya’

yang wajib dilakukan dan tidak boleh ditinggalkan. Sebagai sarana

agar menentramkan hati dan sarana untuk mendekatkan diri kepada

Allah SWT.

Ada juga dari beberapa tahanan yang hanya tahu salat sebagai

Gambar

Gambar 1. Wawancara dengan Rudi harjianto, 31 tahun, salatiga.
Gambar 3. Wawancara dengan Khairul Hadi, 29 tahun, Demak
Gambar 6. Wawancara dengan Dian Yoga A, 33 tahun, Purworejo
Gambar 8. Wawancara denganArif Pramono, 23 tahun, Gendongan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan santoquin dan vitamin E dalam pakan tidak nyata (P > 0,05) berpengaruh terhadap konsumsi pakan, bobot hidup, pertambahan

informasi tentang berbagai program dan kegiatan pemerintah serta masyarakat bisa berperan melakukan kontrol dan pertanggungjawaban lebih besar terhadap apa yang

[r]

Secara teoritik program kontrol shalat wajib dimaksudkan untuk mendisiplinkan siswa dalam melaksanakan shalat lima waktu yang merupakan kewajiban bagi umat muslim. Tujuan

ini adalah Untuk mendeskripsikan penerapan metode pembelajaran snowball throwing yang dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi pokok.

Penelitian kualitatif ini dimaksudkan agar dapat mendiskripsikan hal-hal yang terjadi dilapangan dengan jelas serta terperinci sehingga dapat di kumpulkan sebanyak

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Gaya

Seperti kita ketahui pemakaian jendela kaca pada ruangan, selain memasukan sinar matahari, juga merupakan salah satu penyebab masuknya panas dari sinar matahari, sehingga