i
PEMAHAMAN IBADAH SALAT DAN IMPLEMENTASINYA
PADA TAHANAN DI RUMAH TAHANAN KEPOLISIAN
RESOR
KOTA SALATIGA TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Helena Vidya Sukma
111 14 292
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
vi MOTTO
Vini Vidi Vici
I came, I saw, I conquered
(veni vidi vici is the famous victory statement by Julius Caesar to the Roman Senate)
َﺪَﺟ َو ﱠﺪَﺟ ْﻦَﻣ
ُﻞَﺳَﺎﻜَﺘَﯾ ْﻦَﻤِﻟ َﻰﺒْﻘُﻌﻟا ُﺔَﻣاَﺪَﻨَﻓ ًﻼِﻓﺎَﻏ ُﻚَﺗ َﻻ َو ْﻞَﺴْﻜَﺗ َﻻ َو ْﺪَﮭْﺟِا
vii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan hidayah-Nya. Skripsi ini saya persembahkan kepada :
1. Orang tuaku yang senantiasa menyayangi, mendukung, dan memotivasi. 2. Kelurga besarku yang amat aku sayangi yang berada di jawa, sumatra dan
irian.
3. Dan teruntuk sahabat-sahabat yang selalu memotivasi dan mengingatkanku.
4. Pondok Modern Darussalam Gontor, laksana Ibu kandungku.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim
Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan kepada Allah Swt yang selalu memberikan nikmat, kaunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada penulis sehinggap penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pemahaman Ibadah Salat Dan Implementasinya Pada Terdakwa Di rumah Tahanan Kepolisian Resor Kota Salatiga.
Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama Islam. Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Rektor IAIN Salatiga, Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. 2. Dekan Bapak Suwardi, M.Pd.
3. Ketua jurusan PAI IAIN Salatiga, Ibu Siti Rukhayati, M.Ag.
4. Bapak Imam Mas Arum M.Pd. selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.
ix
6. Ibu Sari Famularsih M.A. selaku Pengelola Program Khusus Kelas Internasional yang juga pembimbing skripsi yang telah memberikan ide dan inspirasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan S1.
Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca pada umumnya. Amin.
Salatiga,... Helena Vidya Sukma
x ABSTRAK
Sukma, Helena Vidya. 2018. Pemahaman Ibadah Salat dan Implementasinya Pada Tahanan di Rumah Tahanan Kepolisian Resor kota Salatiga tahun 2018. Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: (1) Imam Mas Arum, M.Pd., (2) Sari Famularsih, M.A.
Kata Kunci: Ibadah salat, implementasi, terdakwa.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman salat dan implementasinya pada terdakwa di rumah tahanan kepolisian resor kota Salatiga ketika sebelum menjadi terdakwa dan sesudak menjadi terdakwa.
Jenis penelitian ini adalah termasuk jenis penelitian lapangan dan dengan pendekatan kulaitatif. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber primer yakni tahanan, dan sumber sekunder yakni Kasat Tahti.
xi DAFTAR ISI
DEKLARASI...iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...iv
LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN...v
MOTTO...vi
PERSEMBAHAN...vii
KATA PENGANTAR...viii
ABSTRAK...x
DAFTAR ISI...xi
BAB I A. Latar Belakang Masalah...1
B. Fokus Penelitian...4
C. Tujuan Penelitian...4
D. Kegunaan Penelitian...4
E. Penegasan Istilah...5
F. Metode Penelitian...6
G. Sistematika Penulisan...13
BAB II A. Ibadah Salat...15
xii
2. Implementasi Ibadah Salat...18
3. Dasar Kewajiban Salat...20
4. Keistimewaan Ibadah Salat...23
5. Syarat sah dan Rukun Ibadah Salat...24
B. Terdakwa...30
1. Pengertian Terdakwa dan ruang lingkupnya...30
2. Proses Terdakwa...31
C. Penelitian Terdahulu...36
BAB III A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...38
1. Sejarah kepolisian resor kota Salatiga...38
2. Profil kepolisian resor kota Salatiga...40
3. Rumah Tahanan kepolisian resor kota Salatiga...41
B. Temuan Penelitian...44
1. Pemahaman Ibadah Salat pada Tahanan...44
2. Implementasi salat pada Tahanan...48
BAB IV A. Pemahaman ibadah salat tahanan di rumah tahanan kepolisan resor kota Salatiga...54
xiii
BAB V
A. Kesimpulan ...65 B. Saran...66
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Salat merupakan rukun islam yang paling ditekankan dan paling utama
setelah dua kalimat syahadat. Hal itu karena salat merupakan bentuk peribadatan
yang paling sempurna dan paling utama di hadapan Allah. Salat merupakan
ibadah yang pertama dijadikan sebagai asas agama oleh Rasulullah sesudah tauhid
(Al-Muqaddim 2005:11).
Salat merupakan pokok dari segalah ibadah badaniah dan merupakan
ibadah yang mutlak ada dalam agama kita ini. Hukum salat fardhu ‘ain
berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunah, serta Ijmak. Allah menyampaikan
kefarduannya itu (secara langsung) kepada Rasulullah dilangit pada malam Isra’
Mi’raj, yang dimana berbeda dengan syariat-syariat yang lain. Ini menunjukkan
kemuliaan salat sekaligus menegaskan bahwa hukum wajib setiap muslim yang
mukallaf. Tidak gugur kewajiban mengerjakannya dari muslim tersebut dalam
kondisi apapun.
Salat sendiri hakikatnya adalah dzikir, sebagaimana yang di sebutkan
dalam Alqur’an :
2
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain
Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku.” (QS.
Thoha:14) (alqur’an dan terjemahannya 2007:314).
Mengingat dan menyebut Allah dari takbir hingga salam adalah penuh
dengan aktivitas berdzikir. Dimana berdiri, ruku, sujud adalah ritual salat yang
dimana kita akan banyak mengingat dan berdoa kepada Allah. Salat adalah ibadah
yang tidak akan pernah hilang dari nafas kehidupan seorang muslim. Jadi, salat
merupakan perbuatan yang terus-menerus dilakukan seorang muslim selama ia
hidup (Bahsani 2008:17).
Dalam kehidupan ini, tak jarang manusia melakukan kelalaian dalam
hidupnya. Karena memang manusia adalah tempat salah dan lupa. Perbuatan keji
dan mungkar dapat dilakukan oleh setiap manusia, tapi dapat dicegah dengan
salat. Seperti yang terkandung dalam surat Alankabut ayat 45 yang berbunyi
َﮭْﻨَﺗ َة َﻼﱠﺼﻟا ﱠنِإ ۖ َة َﻼﱠﺼﻟا ِﻢِﻗَأ َو ِبﺎَﺘِﻜْﻟا َﻦِﻣ َﻚْﯿَﻟِإ َﻲ ِﺣوُأ ﺎَﻣ ُﻞْﺗا
ۗ ِﺮَﻜْﻨُﻤْﻟا َو ِءﺎَﺸْﺤَﻔْﻟا ِﻦَﻋ ٰﻰ
َنﻮُﻌَﻨْﺼَﺗ ﺎَﻣ ُﻢَﻠْﻌَﯾ ُ ﱠ9ا َو ۗ ُﺮَﺒْﻛَأ ِ ﱠ9ا ُﺮْﻛِﺬَﻟ َو
“Bacalah kitab Al-qur’an yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan
laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan
mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaanya
dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (alqur’an dan
terjemahannya 2012: 401).
Jelas dikatakan bahwa salat adalah hal yang utama dalam mencegah
3
dibanding ibadah lain. Kegiatan salat ini dilakukan oleh seluruh umat muslim
tanpa terkecuali. Kadangkala manusia melakukan salat ketika ia dalam keadaan
sempit atau dalam kesedihan. Salat dapat menjadi penawar dikala hidup dalam
masa sempit dan meminta kepada Allah untuk dilapangkan. Namun realitanya
sebagai makhluk yang penuh kesalahan kadang ada kondisi yang membuat
seseorang meninggalkan atau bahkan mengabaikan kewajiban salat.
Dalam penelitian ini, jika salat dilakukan oleh orang umum seperti kita,
maka adalah hal yang biasa. Tapi akan menjadi berbeda dan menarik jika salat ini
dilakukan oleh orang yang terkena masalah hukum, misal seorang tahanan.
Dimana seperti yang kita ketahui, tahanan atau orang yang pernah masuk jeruji
besi kadang kala dianggap orang-orang yang dalam konteks negatif, melanggar
hukum, dalam beragama pun mereka telah melanggar syariat perintah agama.
Padahal dalam kenyataannya, sebagaimana yang telah peneliti lihat, ada sebagian
dari para tahanan yang masih melakukan salat.
Salat yang dilakukan oleh tahanan dapat dikarenakan mereka telah sadar
akan kesalahan sehingga berharap dan meminta kepada Allah untuk di bebaskan
dari kesulitan yang dijerat pada saat itu, ataupun salat adalah memang kewajiban
yang biasa mereka lakukan sebelum berstatus tahanan namun mereka tersandung
suatu masalah hukum sehingga terpaksa merasakan dinginnya jeruji besi. Namun,
tidak sedikit juga yang di mana para tahanan seperti tidak tersentuh dengan
keadaan mereka. Tetap tidak melaksanakan salat sebagaimana sebagian tahanan
lainnya. Padahal salat adalah sebuah idealitas yang penting yang wajib dilakukan
oleh siapun tanpa melihat kondisi apapun. Namun pada kasus ini, tahanan yang
4
wajib. Tetapi tidak semua menjalankan namun ada pula yang menjalankan dengan
baik.
Maka dalam hal ini peneliti ingin meneliti pemahaman dan implementasi
ibadah salat para tahanan ketika sebelum menjadi tahanan dan ketika sudah
menjadi tahanan dengan penelitian yang berjudul “Pemahaman Ibadah Salat
dan Implementasinya Pada Tahanan di Rumah Tahanan Kepolisian Resor
kota Salatiga”
B.Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana pemahaman ibadah salat tahanan di Rumah Tahanan Kepolisian
Resor kota Salatiga ?
2. Bagaimana implementasi ibadah salat tahanan di Rumah Tahanan
Kepolisian Resor kota Salatiga ?
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang ingin dicapai
dari penulisan skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman ibadah salat tahanan di Rumah
Tahanan Polisi Resor kota Salatiga.
2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan ibadah salat sebelum dan
sesudah menjadi tahanan di Rumah Tahanan Polisi Resor kota Salatiga.
D.Kegunaan Penelitian
5
1. Bagi peneliti, sebagai wadah untuk memperluas wawasan pengetahuan dan
pengalaman sehingga dapat meningkatkan kemampuan peneliti dibidang
penelitian.
2. Bagi mahasiswa, sebagai bahan informasi akademik untuk pelaksanaan
penelitian berikutnya yang lebih meluas dan mendalam.
3. Bagi Polisi Resor, sebagai bagan informasi data Rumah Tahanan.
4. Sebagai salah satu sumbangsih peneliti bagi khasanah keilmuan dalam
bidang pendidikan
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari intepretasi yang salah dalam membatasi ruang lingkup
pembahasan dalam penelitian ini, perlu dijelaskan kata kunci (istilah) yang
terkandung dalam judul penelitian yaitu :
1. Pemahaman
Menurut kamus lengkap bahasa indonesia pemahaman adalah sesuatu yang
kita pahami dan kita mengerti dengan benar. Pemahaman berasal dari kata
paham yang artinya pengertian pengetahuan yang banyak, pendapat atau
pikiran, aliran ; pandangan, mengerti benar akan, tahu benar (Depdikbud
1994:74).
2. Ibadah salat
Kata salat ( ةﻼﺼﻟا ) menurut arti bahasa (etimologi) adalah doa atau pujian.
Sedang menurut definisi (terminologi), salat adalah menghadapnya kalbu
kepada Allah sedemikian rupa sehingga bangkitlah rasa takut kepada Allah
Yang Maha Suci dan muncul gambaran (dalam kalbu) tentang keagungan
6
3. Implementasi
Dalam kamus besar bahasa indonesia implementasi berarti pelaksanaan
atau penerapan. Susilo mengatakan bahwa implementasi merupakan suatu
penerapan, ide, konsep kebijaksanaan, dan inovasi dalam suatu tindakan
praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan,
keterampilan maupun nilai dan sikap (2007:174)
4. Tahanan
Tahanan adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili
disidang pengadilan (KUHP & KUHAP 2010:170). Dengan kata lain
tahanan adalah seseorang yang diduga melakukan suatu tindakan pidana dan
ada cukup alasan dilakukan pemeriksaan dimuka persidangan.
F. Metode Penelitian
Untuk memperoleh penelitian yang valid, maka harus menggunakan
metode yang tepat dan sesuai untuk pengolahan data objek yang dibahas.
Dalam hal ini dikemukakan beberapa metode dan sumber data yang berkaitan
dengan penelitian yaitu :
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dilihat dari jenisnya, penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif,
pendekatan ini disebut juga penelitian naturalistik (alamiah). Disebut
kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan yang bercorak kualitatif,
bukan kuantitatif, karena tidak menggunakan alat-alat pengukur. Disebut
naturalistik, karena situasi lapangan penelitian bersifat “natural” atau wajar,
sebagaimana adanya, tanpa dimanipulasi, diatur dengan eksperimen atau
7
Menurut Bogdan dan Taylor, sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar
dan individu tersebut secara holistik (utuh) (Moleong, 2009:4).
Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan tanpa menggunakan
prosedur analisis statistik. Dalam hal ini peneliti akan melakukan peneliatn
langsung di Rumah Tahanan Polsek Resort Salatiga agar memperoleh
data-data yang lengkap dan akurat mengenai pemahaman dan implementasi
ibadah salat pada tahanan.
2. Kehadiran Peneliti
Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
penelitian kualitatif, kehadiran peneliti di lapangan sangat penting dan
diperlukan secara optimal. Peneliti merupakan salah satu instrumen kunci
yang secara langsung mengamati, mewawancarai dan mengobservasi obyek
yang diteliti.
Dalam penelitian ini, peneliti merupaka pengamat penuh, yaitu
mengamati pemahaman ibadah salat dan pengimplementasian tahanan
dalam ibadah salat. Selain itu, kehadiran peneliti juga diketahui oleh pihak
kepolian resor Salatiga, yang dimana rumah tahanan menjadi tempat obyek
penelitian secara formal, yaitu melalui ijin tertulis kepada kepolian resor
8
3. Lokasi penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memilih lokasi Rumah Tahanan
Kepolisian Resor yang berlokasi di jalan Adisucipto nomer 1 salatiga, kota
Salatiga.
4. Sumber data
Sumber data dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan,
selebihnya adalah kata tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan
dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi kedalam kata-kata dan
tindakan, sumber data tertulis, dan foto.
a. Kata-kata dan tindakan
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama
dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio,
tapes, pengambilan foto, atau film (meleong, 2009: 157). Sumber data
ini digunakan untuk mendapatkan informasi langsung sebagai sumber
utama yaitu pihak kepolisian dan tahanan yang ada di rumah tahanan
kepolisian resor Salatiga.
b. Sumber Data Tertulis
Walaupun dikatakan bahwa diluar kata dan tindakan sumber
kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi sumber data,
bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dibagi atas sumber
buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan
9
Sumber data ini diperoleh melalui dari dokumen yang ada di
kepolisian resor Salatiga, meliputi profil Rumah tahanan, sarana
prasarana, daftar pegawai, dan jumlah tahanan. Dokumen ini bertujuan
untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah
dikumpulkan melalui kata-kata dan tindakan yang diperoleh secara
langsung di kepolisan resor Salatiga.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa metode yang
dianggap relevan yaitu meliputi:
a. Observasi
Menurut M.Q Patton, observasi berupa diskripsi yang faktual,
cermat dan terinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan manusia, dan
situasi sosial, serta konteks kegiatan-kegiatan itu terjadi. Data itu
diperoleh berkat adanya peneliti dilapangan dengan mengadakan
pengamatan secara langsung (Nasution, 2003: 59).
Dengan observasi dapat dijadikan sebagai dasar untuk
memperoleh data atau informasi sebanyak-banyaknya, utuh, dan
menyeluruh mengenai pemahaman dan implementasi ibadah salat pada
tahanan kepolisian resor salatiga.
b. Metode wawancara
Wawancara adalah untuk mengetahui apa yang terkandung
10
dunia, yaitu hal-hal yang tidak diketahui melalui obeservasi (nasution,
2003: 73).
Metode ini digunakan untuk mengetahui informasi apa saja
yang ada dalam pikiran responden. Dengan metode wawancara peneliti
dapat memperoleh informasi lebih mendalam dengan subyek penelitian
dan kearah fokus penelitian.
Pihak-pihak yang diwawancarai meliputi:
1) Pimpinan rumah tahanan, yaitu untuk memperoleh informasi
mengenai letak geografisnya, visi, misi, kondisi tahanan,
pegawai dan sarana prasarana.
2) Tahanan, yaitu untuk memperoleh informasi pemahaman dan
implementasi ibadah salat dalam keseharian.
c. Metode dokumentasi
Dokumen resmi ada dua: dokumen internal berupa memo,
pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang
digunakan dalam kalangan sendiri. Dokumen eksternal berisi
bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, misal:
majalah, penghayatan, dan berita yang disiarkan kepada media massa
(Meleong, 2009: 219).
Dokumen yaitu terdiri dari tulisan pribadi seperti buku harian,
surat-surat dan dokumentasi resmi (Nasution, 2003:85). Dokumentasi
ini menyajikan data tentang keadaan rumah tahanan kepolisian resor
11
menjawab penelitian mengenai pemahaman dan implementasi ibadah
salat.
6. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasi data kedalam katagori,
menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain
(sugiono, 2009:244).
Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan dilapangan adalah
sebagai berikut :
a. Display data, peneliti menyajikan semua data yang diperolehnya dalam
bentuk uraian atau laporan terinci.
b. Reduksi data, peneliti memotong data-data yang tidak perlu untuk
dibuang. Laporan-laporan yang diambil hanya yang pokok saja,
difokuskan pada hal-hal yang penting.
c. Verivikasi data, sejak mulanya peneliti berusaha untuk mencari makna
data yang dikumpulkannya, kemudian disimpulkan untuk menjawab
tujuan penelitian.
7. Pengecakan Keabsahan Data
Dalam memperoleh keabsahan data, maka peneliti menggunakan teknik
12
sesuatu yang lain (Meleong, 2009:331). Ada dua macam triangulasi yang
digunakan, yaitu:
a. Triangulasi sumber data.
Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber
yang berbeda-beda dengan teknik yang sama (Sugiyono, 2011:241)
b. Triangulasi metode.
Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengecek derajat
kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa tekni pengumpulan
dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan
metode yang sama (Meleong, 2011:331).
Sebagai upaya membuktikan bahwa data yang diperoleh adalah
benar-benar valid, maka peneliti menggunakan cara triangulasi metode,
yakni menggali data atau informasi yang diperoleh suatu pihak dicek
kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain, misal
dari pihak kedua, ketiga, keempat dan seterusnya dengan menggunakan
metode yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan membandingkan
informasi tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagai pihak,
agar terhindar dari subyektivitas.
8. Tahap-tahap Penelitian.
Menurut Meleong (2009:127-128) tahap-tahap penelitian kualitatif
13
a. Tahap Pra Lapangan.
Tahap pra lapangan yaitu memperhatikan segala macam persoalan
dan segala macam persiapan sebelum peneliti terjun kedalam kegiatan
penelitian berupa: menyusun rancangan penelitian, mengurus perizinan
kepada pihak kepolisan resor Salatiga, menjajaki dan menilai keadaan,
memilih dan memanfaatkan informasi, serta menyiapkan perlengkapan
penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan.
Pada tahap ini peneliti harus bersungguh-sungguh dalam
memahami latar penelitian dan mempersiapkan diri dengan segala daya
dan upayanya, memasuki lapangan dengan berperan serta sambil
mengumpulkan data.
c. Tahap Analisi Data.
Pada tahap ini dianalisikan konsep analisis data juga dipersoalkan
bahwa analisis data itu dibimbing oleh usaha untuk menemukan data
dan kesimpulan.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar penyusunan
skripsi agar mudah dibaca dan dipahami, adapun sistematika penulisan dalam
laporan penelitian ini adalah meliputi:
BAB 1 Pendahuluan : memuat latar belakang masalah, fokus
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode
14
BAB II Kajian Pustaka : merupakan kajian teoritis yang berisi tentang
hal-hal yang terkait dengan pemahaman ibadah salat dan implementasinya.
BAB III Paparan data dan Temuan Penelitian : pada Bab ini
dipaparkan tentang definisi objek penelitian yaitu Rumah Tahanan kepolisian
Resor Salatiga dan hasil wawancara.
BAB IV Analisi Data : pada bab ini dijelaskan tentang analisis data
hasil penelitian yang diperoleh peneliti dalam melakukan penelitian di
lapangan.
BAB V Penutup : pada bab ini memuat tentang kesimpulan dan
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Ibadah Salat
1. Pemahaman Ibadah Salat
Ibadah berasal dari bahasa arab yaitu
–
اﺪﺒﻋ
-
ﺪﺒﻌﯾ
–
ﺪﺒﻋ
ةدﺎﺒﻋ
yang berarti taat, tunduk, patuh, merendahkan diri dan hina.Menurut Yusuf Qardhawi, sebagaimana yang dikutip Zurinal dan
Aminuddin (2008:27) dalam bukunya Fiqih Ibadah, bahawa
ibadah adalah ketaatan terhadap sesuatu yang maha besar, yang
objeknya tidak dapat ditangkap oleh panca indra. Maka ketaatan itu
kepada objek yang abstrak (yaitu Allah), sedangkan ketundukan
kepada objek yang kongkrit yang dapat ditangkap oleh panca indra,
seperti kepada penguasa (manusia, atau makhluk lain) tidak
termasuk pengertian ibadah. Menurut kamus istilah fiqih, ibadah
yaitu memperhambakan diri kepada Allah dengan taat
melaksanakan segala perintah-Nya dan anjuran-Nya, serta
menjauhi segala larangan-Nya karena Allah semata, baik dalam
bentuk kepercayaan, perkataan maupun perbuatan. Orang
beribadah serusaha melengkapi dirinya dengan perasaan cinta,
tunduk dan patuh kepada Allah swt (Mujieb, 1994:109).
Dalam istilah syara’ pengertian ibadah oleh para ulama
16
a. Al-Jurjani mengatakan:
Ibadah adalah perbuatan yang dilakukan oleh mukallaf,
tidak menurut hawa nafsunya, untuk memuliakan Tuhannya.
b. Menurut Ibnu Katsir:
Himpunan cinta, ketundukan, dan rasa takut yang sempurna.
c. Menurut Yusuf Qardhawi sebagaimana yang dikutip Zurinal
dan Aminuddin ( 2008: 27) dalam bukunya fiqih ibadah,
bahwa ibadah adalah ketaatan terhadap sesuatu yang maha
besar, yang objeknya tidak dapat ditangkap oleh panca indra.
Maka ketaatan itu pada objek yang abastrak (yaitu Allah ),
sedangkan ketundukan kepada objek yang kongkrit yang
dapat ditangkap oleh panca indra seperti penguasa ( manusia,
atau makhluk lain) tidak termsauk dalam pengertian ibadah.
Menurut kamus istilah Fiqih, ibadah yaitu memperhambakan
diri kepada Allah dengan taat melaksanakan segala
Perintah-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya kerena Allah
semata, baik dalam bentuk kepercayaan, perkataan maupun
perbuatan. Orang beribadah berusaha melengkapi dirinya
dengan perasaan cinta, tunduk dan patuh kepada Allah SWT
(M. Abdul Majieb, 1994:109)
Menurut bahasa, salat adalah doa. Sedangkan menurut
istilah syariat, pengertian salat adalah ibadah yang terdiri dari
bacaan-bacaan khusus yang diawali dengan takbir kepada Allah
17
Asal makna salat (
ةﻼﺼﻟا
) secara etimologi berarti doa,yang merupakan bentuk mufrod, sedangkan bentuk jamaknya
adalah (
تاﻮﻠﺻ
) atau (ةﻮﻠﺼﻟا
) dengan memakai wawu yangberarti meningkatkan amal kepada Allah sebagai tanda tunduk,
syukur serta memohon perlindungan kepada Allah.
Salat adalah berhadap hati kepada Allah sebagai ibadat,
dalam bentuk beberapa perkataan dan perbuatan, yang dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta menurut
syarat-syarat yang telah ditentukan syara (Muhammad, 2005:50).
Menurut Muhyiddin (2006:1) salat adalah kewajiban
dengan pijakan dalil yang tak terbantahkan lagi. Salat betul-betul
diposisikan sebagai tangga untuk menaikkan alam ruhani ke
realitas tertinggi yang dampak positifnya terlihat dalam kehidupan
sosial.
Menurut Alith (2009:50) salat adalah ibadah utama umat
islam sekaligus bentuk aktual dari penghambaan tital yang pertama
kali wajib untuk dilaksanakan oleh setiap muslim yang telah
mengucapkan dua kalimat syahadat, baligh dan sehat jasmani dan
rohani.
Fardhu dengan wajib sama artinya yaitu apabila
dilaksanakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan mendapat
dosa. Dapat disimpulkan ibdah salat fardhu secara harfiah adalah
tingkat keseringan melakukan doa kepada Allah SWT. Sedang
18
melakukan amal ibadah (perkataan dan perbuatan) yang diawali
dengan takbiratul ikhrom dan diakhiri dengan salam.
Kewajiban salat bermula ketika Nabi melakukan mi’raj.
Tatkala Nabi berada di Sidrah al-Mumtahah, nabi dengan
perantara jibril mendapatkan “oleh-oleh” dari Allah berupa salat
yang konon katanya lima puluh waktu. Salatinilah yang dijadikan
Nabi kepada umatnya sebagai kendaraan untuk melakukan mi’raj
ruhani. Mendorong seseorang dapat mengapai makom terpuji
(makam mahmudah) (Muhyiddin 2006:15).
2. Implementasi ibadah salat.
Dalil tentang kewajiban salat sangat banyak terdapat di Alqur’an
maupun hadits Nabi Muhammad SAW.
Dalil Al-qur’an yang mewajibkan salat antara lain:
َﻦﯿِﻌِﻛا ﱠﺮﻟا َﻊَﻣ اﻮُﻌَﻛ ْرا َو َةﺎَﻛ ﱠﺰﻟا اﻮُﺗآ َو َة َﻼﱠﺼﻟا اﻮُﻤﯿِﻗَأ َو
“Dan dirikanlah salat, tunaikan zakat dan ruku’lah beserta
orang-orang yang ruku’ “(Albaqarah ayat 43) (Departemen Agama
RI, 2012: 28).
ۗ َﻚُﻗ ُز ْﺮَﻧ ُﻦْﺤَﻧ ۖ ﺎًﻗ ْز ِر َﻚُﻟَﺄْﺴَﻧ َﻻ ۖ ﺎَﮭْﯿَﻠَﻋ ْﺮِﺒَﻄْﺻا َو ِة َﻼﱠﺼﻟﺎِﺑ َﻚَﻠْھَأ ْﺮُﻣْأ َو
ٰى َﻮْﻘﱠﺘﻠِﻟ ُﺔَﺒِﻗﺎَﻌْﻟا َو
“Dan perintahkanlah kepada umatmu mendirikan salat dan
19
rezeki kepadamu, (sebaliknya) kamilah yang memberi rezeki
kepadamu. Dan akibat itu adalah bagi orang-orang yang
bertakwa” (Thaha/20: 132) (Departemen Agama RI, 2012: 322).
Alasan lain tentang keutamaan salat : bahwa perintah (ajaran)
salat diberikan Allah SWT kepada Rasulullah s.a.w dalam
peristiwa khusus dan istimewa, yakni peristiwa isra’ mi’raj.
Dengan kata lain, khusus untuk menerima ajaran salat, Rasulullah
harus menghadap langsung kepada Allah, sedang ajaran-ajaran
lainnya cukup dikirimkan lewat malaikat jibril. Ini jelas sekali
mengisyaratkan keistimewaan salat (Khalil 2006:34).
Ibadah yang dilakukan lidah dalam salat adalah dua kalimat
syahadat, takbir, ta’awudz, basmalah, bacaan Al-Qur’an, tasbih,
tahmid, istighfar, dan doa-doa. Ibadah yang dilakukan anggota
tubuh adalah berdiri, rukuk, sujud, i’tidal, membungkukkan tubuh,
mengangkat badan atau kepala, dan duduk. Ibadah yang dilakukan
akal adalah merenung, menghayati, dan memahami. Ibadah yang
dilakukan hati adalah khusyuk, lemah-lembut, takut, penuh harap,
merasakan kelezatan, dan menangis (al Muqaddim 2005: 23).
Ibnu Qayyim dalam al Muqaddim (2005:23) berkata, “karena salat
meliputi aktivitas membaca al-Qur’an, dzikir, dan doa; dan karena
salat merupakan gabungan dari berbagai ibadah dalam bentuk yang
paling sempurna, maka kedudukan salat menjadi lebih utama
daripada membaca al-Qur’an, dzikir, dan doa yang dilakukan
20
gabungan dari berbagai ibadah yang dilakukan oleh seluruh
anggota tubuh”.
dua kali tasyahud dan satu kali salam.
c.Salat ashar yaitu salat yang dikerjakan empat raka’at dengan dua
kali tasyahud dan satu kali salam.
d.Salat maghrib yaitu salat yang dikerjakan dengan tiga raka’at
dua kali tasyahud dan satu kali salam.
e.Salat isya’ yaitu salat yang dikerjakan empat kali raka’at dengan
dua kali tasyahud dan satu kali salam.
3. Dasar kewajiban salat
Sebuah bangunan dikatakan kuat jika memiliki pondasi
yang kokoh agar tidak cepat rusak. Jika bangunan membutuhkan
pondasi yang kuat, maka salatpun membutuhkan pondasi atau
dasar pinjakan agar memantapkan hati untuk salat. Dasar
kewajiban salat bertumpuan pada pada pedoman umat muslim
yaitu Alqur’an dan hadits. Maka dasar untuk menjalankan salat
bagi setiap muslim adalah sebagai mana dalam ayat-ayat Alqur’an
21
اَذِﺈَﻓ ۚ ْﻢُﻜِﺑﻮُﻨُﺟ ٰﻰَﻠَﻋ َو اًدﻮُﻌُﻗ َو ﺎًﻣﺎَﯿِﻗ َ ﱠ9ا اوُﺮُﻛْذﺎَﻓ َة َﻼﱠﺼﻟا ُﻢُﺘْﯿَﻀَﻗ اَذِﺈَﻓ
ﱠﺼﻟا اﻮُﻤﯿِﻗَﺄَﻓ ْﻢُﺘْﻨَﻧْﺄَﻤْطا
ﺎًﺑﺎَﺘِﻛ َﻦﯿِﻨ ِﻣ ْﺆُﻤْﻟا ﻰَﻠَﻋ ْﺖَﻧﺎَﻛ َة َﻼﱠﺼﻟا ﱠنِإ ۚ َة َﻼ
ﺎًﺗﻮُﻗ ْﻮَﻣ
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah
Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.
Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah
shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah
fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman.” (QS. Annisa:103)
ي ِﺮْﻛِﺬِﻟ َة َﻼﱠﺼﻟا ِﻢِﻗَأ َو ﻲِﻧْﺪُﺒْﻋﺎَﻓ ﺎَﻧَأ ﱠﻻِإ َﮫَٰﻟِإ َﻻ ُ ﱠ9ا ﺎَﻧَأ ﻲِﻨﱠﻧِإ
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)
selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk
mengingat Aku” (QS. Thaha:14)
Dalam hadits nabi juga :
ُﷲ َﻲ ِﺿ َر ِبﺎﱠﻄَﺨْﻟا ِﻦْﺑ َﺮَﻤُﻋ ِﻦْﺑ ِﷲ ِﺪْﺒَﻋ ِﻦَﻤْﺣ ﱠﺮﻟا ِﺪْﺒَﻋ ﻲِﺑَأ ْﻦَﻋ
َلﺎَﻗ ﺎَﻤُﮭْﻨَﻋ : ُمَﻼْﺳِﻹْا َﻲِﻨُﺑ : ُل ْﻮُﻘَﯾ ﻢﻠﺳو ﷲ ﻰﻠﺻ ِﷲ َل ْﻮُﺳ َر ُﺖْﻌِﻤَﺳ
ُمﺎَﻗِإ َو ِﷲ ُل ْﻮُﺳ َر ًاﺪﱠﻤَﺤُﻣ ﱠنَأ َو ُﷲ ﱠﻻِإ َﮫَﻟِإ َﻻ ْنَأ ُةَدﺎَﮭَﺷ : ٍﺲْﻤَﺧ ﻰَﻠَﻋ
نﺎَﻀَﻣ َر ُم ْﻮَﺻ َو ِﺖْﯿَﺒْﻟا ﱡﺞَﺣ َو ِةﺎَﻛ ﱠﺰﻟا ُءﺎَﺘْﯾِإ َو ِةَﻼﱠﺼﻟا
َ◌
“Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khottob
22
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Islam dibangun diatas
lima perkara; Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah
selain Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah,
menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan
puasa Ramadhan.”(Riwayat Turmuzi dan Muslim)
Berdasarkan ayat dan hadits di atas sudah jelas, bahwa salat
merupakan suatu kewajiban bagi orang-orang islam, karena salat
merupakan salah satu rukun iman yang harus kita patuhi dan
kerjakan. Di dalam islam, salat menempati kedudukan yang tidak
dapat ditandingi oleh ibadah dan amalan apapun.
ِﻦَﻋ ٰﻰَﮭْﻨَﺗ َة َﻼﱠﺼﻟا ﱠنِإ ۖ َة َﻼﱠﺼﻟا ِﻢِﻗَأ َو ِبﺎَﺘِﻜْﻟا َﻦِﻣ َﻚْﯿَﻟِإ َﻲ ِﺣوُأ ﺎَﻣ ُﻞْﺗا
َنﻮُﻌَﻨْﺼَﺗ ﺎَﻣ ُﻢَﻠْﻌَﯾ ُ ﱠ9ا َو ۗ ُﺮَﺒْﻛَأ ِ ﱠ9ا ُﺮْﻛِﺬَﻟ َو ۗ ِﺮَﻜْﻨُﻤْﻟا َو ِءﺎَﺸْﺤَﻔْﻟا
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab
(Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan
sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al Ankabut:45)
Dalam ayat lain yaitu Al-hajj:77 menjelaskan:
ا اﻮُﻨَﻣآ َﻦﯾِﺬﱠﻟا ﺎَﮭﱡﯾَأ ﺎَﯾ
َﺮْﯿَﺨْﻟا اﻮُﻠَﻌْﻓا َو ْﻢُﻜﱠﺑ َر اوُﺪُﺒْﻋا َو اوُﺪُﺠْﺳا َو اﻮُﻌَﻛ ْر
23
“Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu,
sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu
mendapat kemenangan.” (Al Hajj : 77)
Ayat-ayat Allah SWT ini memerintahkan umat manusia
untuk mendirikan salat, menuruh mengerjakan salat bersama-sama,
menyatakan bahwa salat menghalangi manusia dari rusak dan keji,
memerintahkan agar manusia melakukan salat dengan cara yang
sempurna dan menegakkan salat diwaktu-waktu yang telah
ditentukan.
4. Keistimewaan ibadah salat
Salat adalah penghubung antara hamba dengan tuhannya.
Yang memiliki beberapa keistimewaan, antara lain:
a.Salat adalah fardhu yang mula-mula difardhukan dari
ibadat-ibadat badaniyah.
b.Salat adalah tiang agama
Salat adalah tiang agama. Barang siapa mendirikan
salat sesungguhnya ia telah mendirikan agama, dan barang
siapa meruntuhkan salat, sesungguhnya ia telah meruntuhkan
agama. (H.R Al-Baihaqy dari Umar R.A, Al-Ihya 2:9). Salat
lima waktu difardhukan dilangit, pada malam hari ketika nabi
muhammad SAW ber isro’ (berjalan malam) dan bermi’roj
(naik ke alam tinggi). Hanya salat fardhulah yang
24
Muhammad, berbeda dengan ibada yang lain yang
disampaikan melalui malaikat jibril dahulu.
Diperintahkan salat fardhu itu sebelumnya nabi
terlebih dahulu diberishkan dhohir dan batin dengan
zam-zam. Dan Allah SWT memerintahkan salat kepada nabi
Muhammad ketika beliau menghadap Allah menegaskan
bahwa salat ibadah yang luar biasa, suatu perbuatan yang
terhormat.
c. Salat akhir wasiat nabi kita Muhammad SAW dan nabi
nabi yang lain. Dalam wasiat yang terakhir nabi
mengatakan; ingatlah akan Allah, terhadap Salat dan
terhadap budak-budak sahaya yang kamu miliki (H.R.
Ahamd, Risalah Ash Shalah:8)
d. Salat permulaan amal yang dihisab di akhirat dan di akhir
ibadah yang ditinggalkan umat di dunia.
e. Salat seutama-utama syair Islam, dan sekuat kuat tali
perhubungan antara hamba dengan Allah (Ash Sidiqy: 20)
5. Syarat sah dan rukun ibadah salat
a. syarat sah salat
ada delapan syarat yang harus dipenuhi oleh orang yang
akan melaksanakan salat yaitu:
1) islam
Salat fardhu diwajibkan atas setiap muslim laki-laki
25
dirinya seorang islam dengan membaca dua syahadat.
Dengan demikian orang kafir tidak wajib untuk
melakukan salat, karena kafor akan tertolak amalannya
walaupun dia banyak mengamalkan perbuatan yang baik.
Seperti dalam surah At-taubah : 17
َﻦﯿِﻛ ِﺮْﺸُﻤْﻠِﻟ َنﺎَﻛ ﺎَﻣ
ٰﻰَﻠَﻋ َﻦﯾِﺪِھﺎَﺷ ِ ﱠ9ا َﺪ ِﺟﺎَﺴَﻣ او ُﺮُﻤْﻌَﯾ ْنَأ
ْﻢُھ ِرﺎﱠﻨﻟا ﻲِﻓ َو ْﻢُﮭُﻟﺎَﻤْﻋَأ ْﺖَﻄِﺒَﺣ َﻚِﺌَٰﻟوُأ ۚ ِﺮْﻔُﻜْﻟﺎِﺑ ْﻢِﮭِﺴُﻔْﻧَأ
َنوُﺪِﻟﺎَﺧ
“Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan
mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa
mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia
pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka.”
2) Balagh
Orang yang sudah balagh diwajibkan untuk
melakukan salat. Yang dimaksud balagh adalah orang
telah mencapai umurnya untuk melakukan kewajiban
agama, laki-laki maupun perempuan. Laki-laki ditandai
dengan mimpi, sedangkan perempuan ditandai dengan
datangnya menstruasi. Batasan baligh ini menandalan
bahwa anak balita yang belum mencapai balagh tidak
26
3) menutup aurat
Aurat laki-laki adalah antara pusar sampai lutut,
aurat perempuan adalah seluruh badan kecuali wajah dan
kedua telapak tangan. Menutupnya dengan apa yang tidak
menampakkan kulit (dan bentuk tubuh), berdasarkan
sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Allah
tidak akan menerima shalat wanita yang telah haidh (yakni
yang telah baligh) kecuali dengan khimar (pakaian yang
menutup seluruh tubuh, seperti mukenah).” (HR. Abu
Dawud)
Para ulama sepakat atas batalnya orang yang shalat
dalam keadaan terbuka auratnya padahal dia mampu
mendapatkan penutup aurat. Batas aurat laki-laki dan
budak wanita ialah dari pusar hingga ke lutut, sedangkan
wanita merdeka maka seluruh tubuhnya aurat selain
wajahnya selama tidak ada ajnaby (orang yang bukan
mahramnya) yang melihatnya, namun jika ada ajnaby
maka sudah tentu wajib atasnya menutup wajah juga.
Di antara yang menunjukkan tentang mentutup aurat ialah
hadits Salamah bin Al-Akwa` radhiyallahu ‘anhu,
“Kancinglah ia (baju) walau dengan duri.”
Dan firman Allah ‘azza wa jalla, “Wahai anak cucu Adam,
27
masjid.” (Al-A’raaf:31) Yakni tatkala shalat. (Musbikin
:264)
4) Menghadap kiblat
Menghadap ke Baitul Haram merupakan syarat
sahnya salat.
ۚ ﺎَھﺎَﺿ ْﺮَﺗ ًﺔَﻠْﺒِﻗ َﻚﱠﻨَﯿِّﻟ َﻮُﻨَﻠَﻓ ۖ ِءﺎَﻤﱠﺴﻟا ﻲِﻓ َﻚِﮭْﺟ َو َﺐﱡﻠَﻘَﺗ ٰى َﺮَﻧ ْﺪَﻗ
اﻮﱡﻟ َﻮَﻓ ْﻢُﺘْﻨُﻛ ﺎَﻣ ُﺚْﯿَﺣ َو ۚ ِما َﺮَﺤْﻟا ِﺪ ِﺠْﺴَﻤْﻟا َﺮْﻄَﺷ َﻚَﮭْﺟ َو ِّل َﻮَﻓ
ا ُﮫﱠﻧَأ َنﻮُﻤَﻠْﻌَﯿَﻟ َبﺎَﺘِﻜْﻟا اﻮُﺗوُأ َﻦﯾِﺬﱠﻟا ﱠنِإ َو ۗ ُه َﺮْﻄَﺷ ْﻢُﻜَھﻮُﺟ ُو
ﱡﻖَﺤْﻟ
َنﻮُﻠَﻤْﻌَﯾ ﺎﱠﻤَﻋ ٍﻞِﻓﺎَﻐِﺑ ُ ﱠ9ا ﺎَﻣ َو ۗ ْﻢِﮭِّﺑ َر ْﻦِﻣ
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke
langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke
kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah
Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada,
palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya
orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab
(Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling
ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan
Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka
28
5) Mengetahui waktu masuk salat
Waktu salat ada lima waktu:
• Waktu salat dzhuhur berawal ketika matahari
condong kearah barat sampai saat bayangan segala
sesuatu sudah sama dengan panjangnya.
• Waktu salat ashar, dimulai sejak keluarnya waktu
dzhuhur hingga matahari menguning atau sampai
bayangan memiliki panjang dua kali lipat benda.
• Waktu maghrib, dimulai sejak matahari terbenam
sampai terbenamnya mega merah.
• Waktu salat isya’, dimulai dari terbenamnya mega
merah sampai pertengahan malam, sedangkan
waktu darurat sampai terbit fajar.
• Waktu salat subuh, dimulai dari terbit fajar shadiq
putih, sampai terbit matahari (Sa’id: 205-207)
6) Suci dari hadas, baik hadas besar maupu hadas kecil.
Hadats ada dua: hadats akbar (hadats besar) seperti
janabat dan haidh, dihilangkan dengan mandi (yakni
mandi janabah), dan hadats ashghar (hadats kecil)
dihilangkan dengan wudhu`, sesuai sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam,“Allah tidak akan menerima
shalat tanpa bersuci.” (HR. Muslim dan selainnya). Dan
29
akan menerima shalat orang yang berhadats hingga dia
berwudlu`.” (Muttafaqun ‘alaih)
7) Suci dari najis, baik badan, pakaian maupun tempat salat.
8) Mengetahui tata cara salat. Maksudnya, mengerti dan bisa
membedakan mana rukun dan mana sunah.
b. Rukun salat
Berikut adalah rukun salat yaitu :
1) Niat
2) Takbiratul ihram
3) Berdiri tegak bagi yang mampu ketika salat. Dan boleh
duduk atau terbaring bagi yang sedang sakit.
4) Membaca alfatihah pada tiap-tiap rokaat.
5) Ruku’ dengan tukmaninah.
6) I’tidal dengan tukmaninah.
7) Sujud dua kali dengan tukmaninah.
8) Duduk diantara dua sujud dengan tukmaninah.
9) Duduk tasyahud akhir dengan tukmaninah.
10)Membaca tasahud akhir.
11)Membaca shalawat nabi pada tasahud akhir.
12)Membaca salam yang pertama.
13)Tertib yaitu berurutan mengerjakan rukun-rukun tersebut
30
1. Pengertian tahanan dan ruang lingkupnya
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 nomer 15, Tahanan adalah seorang
tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili disidang pengadilan
(KUHP & KUHAP 2010:170). Dengan kata lain tahanan adalah
seseorang yang diduga melakukan suatu tindakan pidana dan ada
cukup alasan dilakukan pemeriksaan dimuka persidangan.
Tahanan belum menjadi narapidana karena masih dalam tahap
proses sebelum persidangan dan belum ditetapkan hukuman atas
perbuatan. Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan
31
tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal adanya
keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka atau
tahanan akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang
bukti dan atau mengulangi tindak pidana.
Penahanan dilakukan oleh penyidik atau penuntut umum terhadap
tersangka atau tahanan dengan memberikan surat perintah penahanan
atau penetapan hakim yang mencantumpak identitas tersangka atau
tahanan dan menyebutkan alasan penahanan serta uraian singkat
perkara kejahatan yang dipersangkakan atau didakwakan serta tempat
ditahan (KUHP & KUHAP 2010:178).
2. Proses tahanan
Sistem peradilan pidana bagi tahanan dalam lembaga kepolisian
yang dimana tugas dan wewenangnya berdasarkan ketentuan yang
berlaku.misalnya pemerikasaan, penyidikan, kegiatan atau timdakan
yang ada yaitu penagkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan.
Setiap tahap pemerikasaan yang diikuti oleh kegiatan-kegiatan tadi
dihubungkan dengan pelaku dan hal tersebut selanjutnya akan
menentukan status hukumnya dalam proses pidana (husni 2016:91).
a. Penyelidikan
Makna penyelidikan hal ini disebabkan tidak seperti
peristiwa yang terjadi diduga sebagai telah terjadi tindak pidana
atau menampakkan bentuknya sebagai tindak pidana. Menurut
KUHAP dalam pasal 1 butir lima, yang dimaksud dengan
32
mencari dan menemukan sesuatu peristiwa yang diduga sebagai
tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya diadakan
penyelidikan menurut cara yang diatur oleh undang-undang.
Dimulainya proses peradilan pidana, tampak kepada kita
bahwa fungsi penyelidikan merupakan alat penyaring terhadap
peristiwa-peristiwa apakah dapat dilakukan penyelidikan
terhadapnya atau tidak. Fungsi penyelidikan yang diikuti
serangkaian tindakan penyididkan merupakan dasar dan alasan
yang kuat baik dari segi hukum maupun dari segi pembuktiannya.
Hasil penyelidikan sebelum diserahkan kepada penyedik harus
dicantumkan kedalam berita acara serta dilaporkan guna dijadikan
dasar oleh penyidik dalam menentukan tindakan apa yang
diperlukan dan bukti apa yang perlu dikumpulkan. Dengan
demikian, agar jelas ditentukan tidak pidana apa yang telah
dilakukan dan siapa yang sekiranya betanggung jawab terhadap
tindak pidana tersebut.
b. Penyidikan
Penyidikan bedasarkan pasal 1 butir 2 KUHAP diartikan
sebagai serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut
cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta
mengumpulkan bukti, yang dengan bukti tersebut membuat terang
tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menentukan
tersangkanya. Dalam proses pengumpulan bukti-bukt, penyidik
33
guna penyelesaian tugas penyidikan. Bagaimana wewenang dan
tatacara atau prosedur tindakan penyidikan secara jelas ditentukan
dalam KUHAP, khususnya dalam bab-bab yang ada hubungannya
dengan tindakan penyidikan.
c. Penangkapan
Menurut KUHAP dalam pasal 1 butir 20 yang diartikan
dengan penangkapan adalah suatu tindakan penyidikan berupa
pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau tahanan
apabila cukup bukti guna kepentingan penyidika, penuntutan dan
atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam
undang-undang.dari perumusan tersebut dapat dimaksud dengan
pengekangan sementara waktu kebebasan tersangk, tidak lain
adalah pengekangan secara fisik yang berbeda dengan misal
memberhentikan seseorang dijalan guna ditanyai. Berarti
penangkapan merupakan menempatkan seseorang dibawah
pengawasantertentu dan ditempat yang telah ditentukan.
Tenggang penangkapan “satu hari” sebagaimana
ditentukan dalam pasal 19 KUHAP, pada praktiknya akan
menjadi masalah tersendiri, khususnya bagi aparat kepolisian
yang terletak jauh terpencil, yang memerlukan waktu membawa
tersangka lebih dari satu hari. Maka, sebaiknya jika lebih dari satu
hari lebih baik dilakukan oleh penyidik sendiri agar dapat
34
sehari tadi barulah penyidik dapat melakukan tindak penahanan
terhadap pelaku kejahatan.
d. Penahanan
Menurut pasal 1 butir 21 KUHAP, penahanan adalah
penempatan tersangka atau tahanan ditempat tertentu oleh
penyidik atau penuntut umum atau hakim berdasarkan
penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam
undang-undang. Berbeda halnya dengan penangkapa, maka
penahanan tersangka atau tahanan dapat terjadi pada setiap
tingkat pemeriksaan, yaitu untuk kepentingan penyidik, untuk
kepentingan penuntutan, untuk kepentingan pemeriksaan dimuka
pengadilan negeri, dan tingkat banding dan tingkat kasasi.
Alasan penahanan dilakukan terhadap tersangka atau
tahanan yaitu diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan
bukti yang cukup, dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan
kekhawatiran bahwa tersangka atau tahanan akan melarikan dir,
merusak atau menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi
tindak pidana.
Dalam hal tenggang waktu lamanya penahanan pada
setiap pemeriksaan dan dapat dimintakan perpanjangan, untuk
masa penyidikan yang dilakukan oleh penyidik waktunya adalah
35
e. Penggeledahan
Menurut pasal 1 butir 18 penggeledahan badan adalah
tindakan penyidik untuk mengadakan pemeriksaan badan atau
pakaian tersangka untuk mencari benda yang diduga keras ada
pada badannya atau dibawa, untuk disita. Jadi guna kepentingan
penyidikan, dapat dilakukan penggeledahan rumah atau
penggeledahan pakaian atau penggeledahan badan menurut
tatacara yang ditentukan undang-undang.
Tindakan penggeledahan merupakan salah satu usaha
mencari kebenaran untuk mengetahui salah atau tidak salahnya
seseorang. Dengan demikian penggeledahan tidak berarti untuk
mencari kesalahan saja, melainkan untuk memperoleh kebenaran
bahwa yang bersangkutan tidak bersalah dan juga mencari
kebenaran yang selengkap-lengkapnya. KUHAP dalam pasal 32
menyebutkan, penggeledahan hanya dilakukan terhadap rumah,
pakaian atau badan, tanpa menjelaskan lebih lanjut apa yang
dimaksud rumah, pakaian, atau badan. Dalam hal ini,
pelaksanaannya dapat berdasarkan kebijaksanaan dan praktik
penyidikan dengan berpedoman pada “keadaan yang sangat perlu
dan mendesak” karena diduga dipergunakan untuk melakukan
36
f. Penyitaan
Menurut pasal 1 butir 16 KUHAP, penyitaan adalah
tindakan penyidik untuk mengembil alih dan atau menyimpan
dibawah penguasaannya bendak bergerak atau benda tidak
bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan
pembuktian, penuntutan dan peradilan. Dari perumusan tersebut
ternyata penyitaan biasanya dilakukan bersamaan dengan
penggeledaha, kecuali dalam hal tangkap tangan. Penyitaan
berarti “penguasaan guna kepentingan penyidikan” (husni
2016:101)
C. Penelitian yang terdahulu
Rujukan penelitian pertama yaitu Thesis Erik Indrayani mahasiswi
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Komunikasi dan Penyiaran Islam
universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tahun 2010 dengan judul
Pemahaman dan Pengamalan Ibadah Salat Wartawan Harian Bangsa
Surabaya. Dalam penelitiannya peneliti menggunakan pendekatan dan
jenis penelitian diskripsi kualitatif. Sedangkan teknik yang digunakan
dalam mengumpulkan data adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi
dan data yang paling menentukam hasil penelitian ini didapatkan dari
tehnik wawancara Data yang diperoleh melalui pengumpulan data
tersebut, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis
37
bersifat khusus berdasarkan pengalaman nyata yang berupa ucapan dan
perilaku subjek penelitian ditambah lagi situasi lapangan penelitian untuk
kemudian kita generalisasikan menjadi model, konsep, teori, prinsip
proposisi atau definisi persoalan yang tercemin dalam penelitian tersebut.
Rujukan penelitian yang kedua yaitu skripsi Muhammad Fiqratul
Islami, mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Tarbiyah dan keguruan
Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri Imam Bonjol, Padang.
Dengan judul Pemahaman Ibadah Salat dan Penerapannya oleh Peserta
Didik Kelas X di MAN 2 Solok. Dalam penelitiannya peneliti
menggunakan metode kualitatif dan tehnik pengumpulan data berupa
wawancara, angket, dan dokumentasi terhadap peserta didik kelas X di
MAN 2 Solok.
Dengan demikian penelitian yang dilakukan oleh peneliti tidak
jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu untuk mengetahui
pemahaman ibadah salat. Akan tetapi perbedaannya terletak pada obyek
peneltian. Dimana pada peneliti pertama meneliti wartawan Harian Bangsa
surabaya, penelitian yang ke dua peneliti meneliti peserta didik kelas X di
MAN 2 solok. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini peneliti
berbeda dengan penelitian sebelumnya dengan perbedaan yang terlepak
pada obyek penelitian. Peneliti meneliti du Rumah tahanan kepolisian
38
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran umum lokasi penelitian
1. Sejarah kepolisian resor kota Salatiga
Berdasarkan data yang ada, jajaran kepolisian ini mulai dirintis
di Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, dan dipimpin oleh
warga negara Jepang bernama Gasira berpangkat Inspektur Satu
(sekarang Iptu setara Letnan Satu di TNI). Artinya, keberadaannya
terjadi pada zaman penjajahan Jepang (1942). Dengan nama
Detasemen Polisi Salatiga, memiliki tiga wilayah yang terdiri atas
Salatiga Luar Kota, Ambarawa, dan Ungaran. Kendati setingkat
Polsek, masing-masing hanya dipimpin seorang bintara (Brigadir).
Dikarenakan saat itu yang perwira masih jarang. Hingga Jepang
terusir dari Tanah Air, Kepala Polisi dipegang Soen A Kim (warga
Tionghoa) selanjutnya jabatan yang sama jatuh pada De Groen (warga
Belanda).
Pascakemerdekaan, Inspektur Polisi Kelas I Suparlan sempat
memegang kendali hingga akhirnya diganti oleh Inspektur Kelas I
Suryo Prastowo yang menjabat sampai tahun 1947. Bergonta-ganti
perwira pertama, akhirnya tahun 1963 seorang perwira menengah,
yakni Letnan Kolonel (Letkol) Soeharsono ditunjuk sebagai
39
nama kesatuan yang sebelumnya bernama Detasemen Polisi Salatiga
diganti Komando Resort (Kores) 932 Salatiga sendiri masih simpang
siur. Ada yang menyebut pergantian dilakukan usai Indonesia
merdeka, namun sumber lain mengatakan perubahan terjadi ketika
Letkol Soeharsono menjadi orang pertama di instansi ini. Entah mana
yang benar, pastinya markas komandonya waktu itu memanfaatkan
bangunan eks-Benteng Hock di Jalan Diponegoro. Hingga akhirnya
personel Kores 932 Salatiga berpindah ke Jalan Adi Sucipto (dulunya
bernama Jalan Kepatihan) nomor 1, sebutan Kores 932 Salatiga tetap
disandang.
Para perwira menengah yang memimpin Kores 932 Salatiga
datang silih berganti sampai akhirnya di tahun 1984 ketika operasi
pemberantasan kejahatan yang biasa disebut penembakan misterius
(Petrus) berakhir, nama kesatuan diganti Kepolisian Resort (Polres)
Salatiga dengan wilayah hukum tetap, yakni Kota Salatiga dan
Kabupaten Semarang.
Sekarang Wilayah hukum Polres Salatiga yang mencakup Kota
Salatiga dan Kabupaten Semarang bertahan cukup lama hingga
Almarhum Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Drs Wanto Sumardi
menjabat sebagai Kapolres di tahun 2002 mulailah dirintis pemecahan
Kabupaten Semarang memiliki Polres tersendiri. Dua tahun kemudian,
tepatnya tahun 2004 Polres Semarang secara resmi terbentuk dan
40
Dengan berdirinya Polres Semarang, akhirnya wilayah hukum
Polres Salatiga jadi menciut tingga empat Polsek (Tingkir,
Argomulyo, Sidomukti dan Sidorejo). Kendati begitu, ada sisi
positifnya, yakni tercapainya rasio perbandingan dengan jumlah
penduduk 1:400 sesuai standar PBB telah terpenuhi sebab total
penduduk Kota Salatiga sekitar 190 ribu, sedangkan personel
kepolisian mencapai 500 orang. Artinya 1 berbanding 380,
sebelumnya perbandingannya 1 : 1900 (saat membawahi Kabupaten
Semarang).
Bangunan-bangunan yang ditempati Polres Salatiga, sebenarnya
merupakan gedung tua peninggalan pertengahan abad ke-18. Di mana,
saat Salatiga berstatus sebagai kabupaten. Bupati yang menjabat kala
itu adalah Raden Tumenggung Prawirokoesoemo yang berjuluk
Bupati Sedo Amok. Pemerintahan kolonial Belanda yang menganggap
perlu kerja sama dengan kepala daerah, akhirnya sekitar tahun
1860-an memb1860-angunk1860-an k1860-antor di lokasi ini.
2. Profil kepolisian resor kota Salatiga
Kepala Kepolisian resor kota Salatiga pada saat ini
(2017-2018) dibawah pimpinan Bapak Yimmy Kurniawan SIK. MH. MIK
(AKBP) dan wakil oleh Bapak Kristanto. S. Sos (KOMPOL).
Kepolisian resor kota salatiga memiliki beberapa fungsi atau
satuan yaitu :
41
3) Bagian perencanaan dan Anggaran (Bag. Rem)
4) Seksi Profesi dan Pengamanan Satuan (Propam)
5) Kepala Seksi Pengawasan
6) Kepala Seksi Umum
3. Rumah Tahanan kepolisian resor kota Salatiga
Rumah tahanan kepolisian resor kota salatiga diketuai oleh
bapak Bowo Purwoko (IPDA) sebagai Pejabat Kasat Tahti, yang
mengurusi tahanan, barang bukti dan perawatan. Rumah tahanan
kepolisian resor kota salatiga masih bersifat tahanan yang mana
kasusnya masih ditangani oleh kepolisian selama 60 hari, maka
selama 60 hari tersebut tahanan dititipkan di Rumah Tahanan
kepolisian resor kota salatiga guna penyidikan lebih lanjut oleh
reserse. Selama berada di rumah tahanan, para tahanan tersebut
dirawat didik sehingga ketika akan diserahkan ke kejaksaan dalam
42
Rumah tananan kepolisian resor kota Salatiga memiliki 11 sel
yang difungsikan dan terdapat 28 tahanan, 26 laki-laki dan 2
perempuan (satu sedang mengandung), dan 2 perempuan dititipkan di
Lapas Salatiga. Kegiatan rutin yang biasa dilakukan tahanan adalah
setiap pagi diadakan olahraga pagi yang biasa dipimpin oleh satuan
kepolisian dari pihak tahti sendiri maupun dipimpin oleh salah satu
anggota tahanan. Setiap hari senin ada pembinaan rohani leh H. Meri
yang memberikan tausiah-tausiah sebagai peningkatan keimanan dan
keagaman tahanan bagi yang beragama muslim. Cek kesehatan jika
sesuai jadwal adalah seminggu dua kali. Jadwal besuk sendiri dua kali
dalam seminggu hari senin dan jumat.
Dalam kegiatan peribadatan salat biasanya diadakan berjamaah
oleh yang dianggap tetua di sel tersebut. Dalam larangan membawa
sarung dan mengenakan celana panjang juga tidak diperbolehkan,
ditakutkan akan dibuat hal yang kurang baik oleh tahanan. Jadi, ketika
tahanan ingin melakukan ibadah salat maka dari pihak penjagaan akan
memberikan sarung untuk langsung dipakai dan ketika sudah selesai
salat wajib di kumpulkan kembali.
Untuk tanggung jawab makanan sehari-hari tahanan diurusi
oleh bagian prasarana. Makan diberikan sehari tiga kali yaitu;
a. Senin : nasi putih, sayur buncis, nasi goreng.
b. Selasa : nasi putih, sayur buncis, tahu bacem.
43
d. Kamis : nasi putih, sayur campur, kering tahu.
e. Jum’at : nasi putih, sayur jipang, telur.
f. Sabtu : nasi putih, capjay sayur, kering tahu.
g. Minggu : nasi putih, sup, tempe goreng.
Adapun pengawasan kegiatan tahanan yang dilaksanakan oleh
pihak kepolisian sebagai berikut:
a. Tahanan diwajibkan melaksanakan kegiatan agama sesuai dengan
kepercayaan masing-masing, namun tetap dilingkungan ruang
tahanan dan pelaksanaanya diketahui oleh petugas jaga.
b. Setiap hari selasa dan jumat tahanan diwajibkan berolah raga atau
senam dilingkungan ruang tahanan dan pelaksanaanya dikoordinir
atau diawasi oleh petuga jaga.
c. Setiap tahanan diwajibkan untuk menjaga kebersihanm ruang
tahanan. Dilarang mencoret-coret tembok, tidak diberkan atau
dilarang bermain segala jenis kartu judi dan menggunakan
seragam bewarna orange dan dikontrol oleh petugas jaga setiap
hari.
d. Tahanan dilarang membuat keributan misal berteriak, menganiaya
sesama tahanan, dan lain lain tingkah yang dianggap dapat
menimbulkan keributan.
Adapun jadwal besuk tahanan dan ketentuan besuk tahanan
adalah sebagai berikut :
44
b. Lamanya besuk maksimal 10 menit untuk dua orang tahanan.
Masing-masing satu orang pembesuk.
c. Pembesuk wajib menunjukan kartu identitas atau KTP dan kartu
antrian.
d. Pembesuk dilarang memberikan barang berbahaya berupa silet,
pisau, sendok dan segala jenis benda tajam, pakaian sarung
perlengkapan sembahyang, koran majalah alat komunikasi, dan
barang barang lainnya kepada tahanan.
e. Tahanan dapat menerima makanan dan minuman dari keluarga
setelah makanan diperiksa oleh petugas jaga tahanan dan
dicicipi oleh pembesuk, namun tidak boleh menyimpan
makanan dalam ruang tahanan.
f. Pembesuk dilarang memberikan obat tanpa seijin bagian
kesehatan.
g. Pengikut pembesuk ( anak, bapak, ibu dan tetangga) tidak
diperkenankan masuk lokasi tahanan dan diwajibkan menunggu
di penjagaan.
h. Jarak antara pembesuk dengan tahanan adalah satu meter.
B. Temuan penelitian
1. Pemahaman ibadah salat pada tahanan
Salat adalah kewajiban bagi setiap muslim. Salat merupakan
rukun islam yang paling ditekankan dan paling utama setelah dua
45
hisab. Hal itu karena salat merupakan bentuk peribadatan yang paling
sempurna dan paling utama di hadapan Allah. Salat merupakan ibadah
yang pertama dijadikan sebagai asas agama oleh Rasulullah sesudah
tauhid, ketika Rasulullah melakukan isra’ mijra’ perjalanan dari bumi
kelangit dan ibadah salat adalah ibadah yang diperintahkan Allah
langsung kepada Rasulullah tanpa ada perantara malaikat Jibril. Oleh
karena itu pemahaman tahanan kepolisian resor Salatiga tentang salat
seperti yang diungkapkan oleh PIL, 27 tahun asal Karang Duwet,
tahanan kasus narkoba:
“Salat adalah salah satu kewajiban umat islam yang wajib
dilakukan setiap hari yang seharinya ada lima waktu, yaitu shubuh,
dzuhur, ashar, magrib dan isya’. Juga termasuk rukun islam yang ke
dua dan harus dilaksanakan mba” (wawancara 29 desember 2017 ).
Dilanjutkan oleh AP, 23 tahun asal Gendongan, tahanan kasus
narkoba yang menyatakan:
“Ibadah kepada Allah mba, ibadah kepada yang Maha Kuasa
yang harus dilakukan, dilakukan 5 kali sehari dan tidak boleh
ditinggalkan karena termasuk rukun islam. Ada magrip, isya, subuh,
ashar dan dzuhur” (wawancara 19 desember 2017)
Ditegaskan lagi oleh AI, umur 38 asal Semarang, tahanan
kasus penggadaian motor.
“Mendekatkan diri kepada Allah SWT agar hati tenang.
46
sebagai orang muslim itu adalah salat. Ada lima waktu setiap hari ”
(wawancara 19 desember 2017)
Dilanjutkan lagi oleh AA, umur 32 asal Jombor, tahanan kasus
kecelakaan bermotor
“Kewajiban setiap hari bagi setiap muslim, agar
menentramkan hati, dekat kepada Allah. Ada lima waktu dalam
sehari, magrib, isya’ , subuh, dzuhur, asyar” (wawancara 19
desember 2017)
Ditambah dengan penjelasan RH, 31 tahun asal Salatiga,
tahanan kasus narkoba
“ibadah kepada Allah. Yang harus dilakukan umat muslim
sehari lima kali.tidak boleh bolong seharusnya” (wawancara 19
desember 2017)
Dari beberapa pernyataan tahanan diatas dapat disimpulkan
bahwa salat merupakan kewajiban yang wajib dilakukan oleh setiap
muslim lima kali setiap hari yaitu subuh, dzuhur, ashar, magrip, isya’
yang wajib dilakukan dan tidak boleh ditinggalkan. Sebagai sarana
agar menentramkan hati dan sarana untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT.
Ada juga dari beberapa tahanan yang hanya tahu salat sebagai