TUGAS AKHIR
Disusun Oleh:
Siti Rondiatin
NIM : 20107009
JURUSAN SYARIAH
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
i
TUGAS AKHIR
Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya
Pada Program Studi Perbankan Syariah
Disusun oleh :
Siti Rondiatin
NIM : 20107009
JURUSAN SYARIAH
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
iv
Mudahkanlah urusan mereka dan janganlah kamu persulit,
gembirakanlah mereka dan janganlah kamu membuat susah
mereka.
Lihatlah kepada orang yang di bawahmu dan janganlah kamu
melihat orang di atasmu. Maka hal itu lebih baik untuk tidak
meremehkan nikmat Allah SWT atas kamu. (Muttafaqun alaihi)
Yakinlah pada kemampuan diri kita karena Allah SWT tidak akan
merubah nasib atau keadaan suatu kaum, jika bukan kaum itu
sendiri yang merubahnya. Jadikan sholat dan sabar sebagai
penolongmu dan percayalah bahwa dalam setiap kesulitan pasti
v
Kupersembahkan kepada
Allah Yang Maha Esa
Ibu dan Bapakku yang terhormat,
Kakak-kakakku dan adik-adikku yang tercinta
vi
Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Dalam penulisan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, walaupun telah diusahakan semaksimal mungkin. Untuk itu penulis siap menerima kritik serta saran demi kebaikan tugas akhir ini.
Disadari dalam penyelesaian penulisan tugas akhir ini atas bantuan beberapa pihak yang sepenuh hati telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi-informasi dan bantuan-bantuan yang dibutuhkan Untuk itu pada kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak Abdul Aziz Nugraha Pratama, S. Ag MM, selaku ketua program studi
diploma III perbankan syari’ah.
3. Ibu Hikmah Indraswati, SE., M. Si selaku dosen pembimbing.
4. Seluruh pengajar D III perbankan syari’ah STAIN Salatiga yang penuh
kearifan dan penuh kesabaran telah mendidik penulis selama menuntut ilmu di kampus tercinta ini.
5. Bapak Nasiki, M. Pdi selaku ketua dan menejer BMT AMAN Salatiga yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan magang di tempat beliau.
vii
8. Kakak-kakakku tercinta yang selalu memberi motivasi dan fatwa dan adik-adikku tersayang yang selalu manemani penulis selama penulisan tugas akhir ini.
9. Rekan-rekan mahasiswa jurusan D III perbankan syari’ah STAIN Salatiga
terima kasih atas dukungan dan bantuan yang sudah diberikan. Terima kasih semua.
10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moral maupun material sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dan tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu mendapat balasan dari Allah SWT dan semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Amin-amin yarobbal ’alamin
Salatiga, 23 Juni 2010
viii
tempat perantara peredaran uang antara masyarakat kelebihan yang kekurangan dana. Baitul Mal Wattamwil bisa disebut BMT menurut Undang-Undang No.10 tahun 1998 dan Undang-Undang No. 3 tahun 1999 adalah koperasi syari’ah yang melaksanakan kegiatan usaha secara syari’ah atau berdasar prinsip syari’ah.
Dalam kegiatannya BMT tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran. BMT menghimpun dana dari masyarakat berupa tabungan dan deposito berjangka. BMT juga berfungsi mempersempit ruang gerak para pelepas uang (monay canger) dan rentenir yang sampai saat ini sulit diberantas karena secara umum BMT memiliki fungsi mewujudkan pemerataan pelayanaan perbankan, pemerataan kesempatan berusaha melalui pemberian bantuan pembiayaan pada seluruh masyarakat.
BMT AMAN Salatiga adalah sebuah lembaga keuangan yang bergerak dalam bidang penghimpunan dana dan penyaluran dana atau pembiayaan. Pangsa pasar penyaluran pembiayaan pada BMT AMAN lebih diorientasikan pada usah-usaha kecilatau menengah maupun usah-usaha tradisional masyarakat secara umum.
BMT AMAN selain selain bergerak dalam penghimpunan dana juga bergerak dalam bidang pembiayaan yang merupakan pangsa kegiatan utama sebuah koperasi syari’ah yaitu penyaluran dana. Sebelum dana tersebut disalurkan
kepada pihak ke-3 atau debitur, harus adanya proses analisa yang merupakan inti dari keberhasilan penyaluran dana. Kegiatan tersebut diukur dari prinsip 5C (Character, capacity, capital, capital, condition, dan collateral). Keberhasilan dalam suatu analisa pembiayaan bukan hanya tergantung dari sistem maupun cara dalam hal penganalisaan, tetapi juga tergantung pada kinerja analisa yang harus optimal, agar tujuan yang diinginkan dari sebuah analisa pembiayaan tercapai. Kata Kuci : Pembiayaan, analisa pembiayaan 5C (Character, capacity, capital,
ix
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Telaah Pustaka ... 9
F. Sistematika Penulisan ... 10
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pembiayaan ... 11
B. Data-data Pembiayaan Al Qordhul Hasan di BMT AMAN ... 34
x BAB IV ANALISIS
A. Prosedur Pembiayaan Al Qordhul Hasan ... 46 B. Perkembangan Pembiayaan Al Qordhul Hasan ... 50 C. Keuntungan Pembiayaan Al Qordhul Hasan ... 52 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 53 B. Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA
xi
2. Lembar Bimbingan dan Asisten Pembimbing. 3. Lembar Konsultasi.
4. Lembar Pembukaan Simpanan. 5. Lembar Daftar Mutasi Vault.
6. Lembar Register BMT AMAN Salatiga. 7. Lembar Permohonan Pembiayaan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengembangan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan di seluruh aspek yang berkesinambungan meliputi, kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Sebelum berbicara lebih jauh mangenai kondisi perekonomian saat ini, khususnya yang terjadi di indonesia yang ternyata belum stabil, masih terdapat masalah yang hingga kini belum terealisasikan, yakni pemenuhan lapangan pekerjaan demi kesejahteraan umat. Padahal di era global ini persaingan dunia usaha sangat ketat. Para pelaku bisnis dituntut berfikir keras mengatur setrategi untuk mempertahankan dan memajukan bisnis yang mereka geluti. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang tanpa berfikir panjang melakukan persaingan-persaingan yang tidak sehat terhadap lawan jenisnya, (Muhammad Syafi’i Antonio, 2001: 5).
Cara untuk mengatasi persaingan yang tidak sehat, para pengusaha hendaknya sejak dini memasang fondasi yang kuat guna untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin, sehingga mampu bersaing secara sehat, khususnya para pengusaha kecil ataupun pengusaha menengah yang mempunyai banyak keterbatasan, baik dari segi permodalan, sarana dan prasarana, sumber daya manusia bahkan dalam hal pemasarannya. Permasalahan yang terletak di dalamya memang sangat komplek, akan tetapi
mari kita lihat salah satu hal pokok ketika kita bicara tentang dunia usaha yaitu modal kerja. Untuk menyingkapi hal tersebut para pelaku pasar harus menggunakan pikiran jernih serta akal sehat sebagai langkah antisipasi haruslah memasang kuda-kuda untuk mempersiapkan diri sejak dini dan sebaik mungkin agar mampu bersaing terutama pada pengusaha kecil dan menengah yang banyak memiliki keterbatasan baik dalam sarana permodalan maupun sumberdaya manusia serta di bidang pemasarannya.
merasa malu dan canggung datang langsung ke bank-bank besar untuk melakukan pinjaman, padahal demi peningkatan laju perekonomian diperlukan produktifitas yang tinggi, termasuk dari kalangan menengah ke bawah. Untuk meningkatkan produktifitas, salah satu faktor penunjang yang penting adalah ketersediaan modal yang cukup. Kendala permodalan pada umumnya pengusaha kecil tidak mampu dipenuhi oleh perbankan modern. Oleh karena itu kebutuhan permodalan usaha menjadi problem yang mendesak, tidak sedikit pengusaha kecil dan sektor informal mengambil jalan pragmatis, yakni mencari permodalan.
Pemerintah pernah mengeluarkan pinjaman lunak yang diberi nama program jaringan pengaman sosial itu pun banyak yang diselewengkan dan ada yang tidak sampai ke tangan masyarakat. Banyak kendala yang menyebabkan banyak bantuan tidak disalurkan semana mestinya. Hal tersebut disebabkan pengelolaan pinjaman kurang profesional dan ingin mendapatkan keuntungan, (Muhammad Syafi’i Antonio, 2001: 18).
dihindarkan dari terjadinya dampak ketergantungan yang berkepanjangan. Penerimaan pinjaman harus didasarkan tentang pentingnya penataan struktur keuangannya, sehingga secara berlahan dapat mandiri. Pengelolaan keuangan. Secara sadar diharapkan sadar diharapkan dapat membantu meningkatkan produktifitas usaha kecil. Meningktnya plafon pinjaman harus dievaluasi ulang, apakah seiring dengan perluasan usaha atau tidak. Berdasarkan berbagai pengalaman tersebut maka sistem pemberian pinjaman yang ideal adalah bilamana terjadi hubungan timbal balik antara pemberi pinjaman secara mutual. Pihak pemberi pentingnya menjalin hubungan baik dengan para anggota atau nasabahnya, sementara pihak penerima merasakan kemanfaatan yang besar karena pelayanannya, sehingga tumbuh rasa saling tanggung jawab
sesama umat, (Muhammad Syafi’i Antonio, 2001: 25).
Sekarang pemerintahpun mulai mendorong kembali usaha koperasi untuk membantu penyediaan modal usaha. Koperasi yang disebut sebagai tonggak ekonomi bangsa ikut berperan dengan meluncurkan koperasi simpan pinjam serta koperasi serba usaha harapannya usaha yang dikelola bisa menjangkau masyarakat bawah.
Pada koperasi simpan pinjam atau koperasi serba usaha juga melayani penyimpanan uang dan pinjaman dengan bunga lunak yang bisa dijangkau masyarakat bawah untuk modal usaha. Selain koperasi ada juga lembaga
keuangan yang lain yang menggunakan sistem syari’ah yang mengelola bisnis
mengarah pada usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit seperti zakat, infaq dan sodaqoh. Sedang baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisah dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan
ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syari’ah.
BMT ini berdiri dibawah binaan koperasi lembaga keuangan syari’ah
yang semakin kuat keberadaanya setelah dikeluarkannya UU No. 10 th 1998 dan UU No. 3 th 1999 yang kemudian menjadi landasan hukum berdirinya dual banking yang dimaksud adalah adanya dua sistem perbankan yaitu
dengan sistem konvensional dan syari’ah. Secara berdampingan memberikan pelayanan jasa perbankan dan pelaksanaanya diatur dalam berbagai peraturan.
Secara kelembagaan BMT didampingi pusat inkubasi bisnis usaha kecil (PINBUK). PINBUK sebagai lembaga primer karena pengemban misi yang lebih luas, yakni menetaskan usaha kecil. Dalam praktiknya, PINBUK menetaskan BMT dan pada giliranya BMT menetaskan usaha kecil. Keberadaan BMT merupakan representasi dari kehidupan masyarakat dimana BMT itu berada, dengan jalan ini BMT mampu mengakomodir kepentingan ekonomi masyarakat, (Heri Sudarsono, 2003: 80).
Peran umum BMT yang dilakukan adalah melakukan pembinaan dan
pembinaan yang berdasarkan sistem syari’ah. Peran ini menegaskan arti
penting prinsip-prinsip syari’ah dalam kehidupan ekonomi masyarakat.
Sebagai lembaga keuangan syari’ah yang bersentuhan langsung dengan
materi maka BMT mempunyai tugas penting dalam mengemban misi keislaman dalam segala aspek kehidupan masyarakat.
Disamping itu di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang hidup serba kecukupan muncul kehawatiran akan munculnya pengikisan aqidah. Pengikisan aqidah ini bukan hanya dipengaruhi dari aspek syiar Islam tetapi juga dipengaruhi oleh lemahnya ekonomi masyarakat. Sebagaimana diriwayatkan dari Rosulullah SAW,”kefakiran itu mendekati kekufuran”.
Maka keberadaan BMT diharapkan mampu mengatasi masalah ini lewat pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ekonomi masyarakat, (Heri Sudarsono, 2003: 83)
Dengan keadaan tersebut keberadaan BMT mempunyai tujuan untuk
menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi non syari’ah, aktif melakukan
diperhatikan, misal dalam hal pembiayaan, BMT harus memperhatikan kelayakan nasabah dalam hal golongan nasabah dan jenis pembiayaan. (Heri sudarsono, 2003: 85-86).
Pengelolaan BMT hampir sama dengan koperasi simpan pinjam maupun dengan bank. Kegiatan utama BMT adalah pendanaan dan pembiayaan. Dari dana simpanan yang akan disalurkan lagi kemasyarakat sebagai pembiayaan. Semakin banyak dana yang tersimpan di BMT, maka semakin banyak pula dana yang bisa dicairkan untuk pembiayaan. Oleh karena itu perlu strategi tertentu agar masyarakat tertarik untuk meminjam dana ke BMT. Semakin banyak dana yang dipinjamkan ke nasabah maka akan semakin besar pendapatan yang akan diperoleh BMT. Prosentasi bagi hasil yang diterapkan utuk nasabah ditentukan oleh BMT pada akad diawal. Pembiayaan yang digunakan pada BMT AMAN ada dua cara yaitu mingguan dan bulanan. Selain itu ada juga pembiayaan yang sifatnyatathawwui atau saling membantu yang dinamakan dengan pembiayaan al qordhul hasan, dengan kata lain pembiayaan yang berdasarkan perjanjian pinjam meminjam antara pemilik dana tanpa adanya tambahan atau biaya saat mengembalikan pinjaman tersebut dengan tujuan untuk menolong nasabah debitur yang berada dalam keadaan terdesak, baik untuk hal-hal yang bersifat konsumtif maupun bersifat
produktif. Dari uraian di atas penulis mengambil judul ”ANALISA
PEMBIAYAAN AL QORDHUL HASAN PADA BMT AMAN
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana realisasi pembiayaan al qordhul hasan yang dikelola oleh BMT AMAN Salatiga?
2. Bagaimana perkembangan pembiayaanal qordhul hasan di BMT AMAN Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana cara realisasi pembiayaan al qordhul hasan yang dikelola di BMT AMAN Salatiga
2. Untuk mengetahui perkembangan pembiayaan al qordhul hasan di BMT AMAN Salatiga
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pihak STAIN Salatiga
a. Menjadikan tambahan referensi untuk mahasiswa setelah penulis melakukan penelitian dan pengamatan
b. Menciptakan hubungan baik antara lembaga pendidikan dengan lembaga keuangan, sehingga membantu terbentuknya sebuah lapangan pekerjaan
2. Bagi BMT AMAN Salatiga
a. Sebagai persiapan untuk menghadapi persaingan yang semakin pesat b. Untuk menjaga citra baik sebuah BMT
3. Bagi penulis
a. Sebagai alat ukur agar dapat mengetahui sejauh mana ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan dan mempraktikkan teori-teori dari mata kuliah yang pernah diberikan
4. Bagi peneliti lain
a. Menjadi bahan perbandingan dalam memperoleh informasi ketika melakukan penelitian ditempat yang berbeda, sehingga saling dapat bertukar pikiran satu sama lain.
E. Telaah Pustaka
Penelitian Wahyu Setyani (2009) ”Prosedur pembiayaanal qordhul hasan pada BMT WAHANA Wonogiri ” menyimpulkan bahwa sebelum seorang
nasabah mengajukan pembiayaan al qordhul hasan, terlebih dahulu harus melalui proses penilaian mulai dari proses pengajuan pembiayaan, penilaian barang jaminan, prosedur dan analisa.
Dalam buku ” Manajemen Perbankan’ telah dijelaskan bahwa pemberian pembiayaan atau kredit berdasarkan prinsip syari’ah yang diberikan oleh bank
mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanaanya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syari’ah yang sehat. Untuk mengurangi resiko tersebut, jaminan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah dalam arti keyakinan atas
Penelitian Muhammad Fathoni (2008) berjudul ” Analisa pembiayaan al qordhul hasan pada BMT SHOHIBUL UMMAT Rembang” menyimpulkan
bahwa dalam analisa pembiayaan pemerolehan informasi mengenai calon nasabah dalam hal kepentingan analisa maka dapat diperoleh melalui bertemu langsung dengan calon nasabah pembiayaan, dat-data calon nasabah pembiayaan dari pihak BMT, ataupun informasi dari pihak ketiga.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan tulisan secara praktis dalam laporan ini penulis menyajikan dalam bentuk yang sistematika penulisannya sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan berisikan latar belakang maslah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, Manfaat penelitian, telaah pustaka, sistematika penulisan.
Bab II : Landasan teori yang berisikan pengertan pembiayaan, Data-data pembiayaanAl Qordhul Hasan.
Bab III : Gambaran pembiayaan Al Qordhul Hasan di BMT AMAN Salatiga, berisikan gambaran umum BMT AMAN, struktur organisasi BMT AMAN, kegiatan usaha BMT AMAN, prosedur permohonan pembiayaanAl Qordhul Hasan.
Bab IV : Analisa yang berisikan prosedur pembiayaan Al Qordhul Hasan, perkembangan pembiayaan Al Qordhul Hasan,
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Dalam bahasa sehari-hari kata kredit atau pembiayaan sering diartikan memeperoleh barang dengan membayar dengan cicilan atau angsuran di kemudian hari atau memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya dilskuksn dikemudian hari dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian. Jadi dapat diartikan bahwa kredit atau pembiayaan dapat berbentuk barang atau berbentuk uang. Baik kredit berbentuk barang atau kredit berbentuk uang dalam hal pembayarannya adalah dengan menggunakan metode angsuran atau cicilan tertentu. Kredit dalam bentuk uang lebih dikenal dengan istilah pinjaman. Dewasa ini pengertian pemberian kredit disamping dengan istilah pinjaman oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional adalah istilah pembiayaan yang
digunakan oleh bank berdasarkan prinsip syari’ah.
Menurut asal mulanya, kata kredit berasal dari kata credere yang artinya adalah kepercayaan, maksudya adalah apabila seseorang memperoleh kredit, berarti mereka memperoleh kepercayaan. Sementara itu, bagi si pemberi kredit atau pembiayaan artinya memberikan kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang dipinjamkan pasti kembali, (Kasmir, 2008: 72).
Pembiayaan atau kredit merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu memberikan fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit, ( Muhammad Syafi’i Antonio,
2001: 120).
Sebenarnya banyak sekali pengertian tentang pembiayaan namun penulis mencoba memberikan batasan pengertian tentang pembiayaan. Definisi pembiayaan menurut para ahli
a. Menurut Jhonson (2001)
Pembiayaan adalah kemampuan untuk memperoleh barang-barang atau jasa-jasa dengan memberikan janji akan memberikan sejumlah uang (barang) seketika diantara pembayarannya atau pada suatu hari tertentu dikemudian hari.
b. Menurut UU No. 7 Tahun. 1992
Pembiyaan adalah penyediaan atau tagihan atau yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan dan kesepkatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya, setelah jangka waktu tertentu ditambah dengan sejumlah bunga, imbalan atau bagi hasil. (Muhammad Ridwan, 2004: 163)
c. Menurut Drs. Widiyanto, M.Si (2003)
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu disertai dengan pembiayaan imbalan.
d. May Loed menyimpulkan bahwa kredit adalah reputasi pribadi seseorang yang menyebabkan ia dapat membeli uang atau barang tenaga kerja dengan memberi barang pengganti suatu janji untuk membayarkan pada suatu waktu dikemudian hari.
Dari pengertian di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa baik kredit atau pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang. Yang menjadi perbedaan antar kredit yang diberikan oleh bank berdasarkan konvensional dengan pembiayaan yang diberikan
oleh bank berdasarkan prinsip syari’ah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan. Bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional keuntungan yang diperoleh melalui bunga, sedangan bagi bank yang
berdasarkan prinsip syari’ah berupa bagi hasil. Perbedaan lainnya terdiri
dari analisa pemberian kredit atau pembiayaan beserta persyaratannya, (Kasmir, 2008: 73).
Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarakan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik sendiri maupun orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh
lembaga pembiayaan, seperti Bank Syari’ah kepada nasabah,
Dari definisi tersebut bisa disimpulkan bahwa kredit (pembayaran) mencakup dua pihak yaitu pemberi kredit dan penerima kredit yang mengadakan kesepakatan yaitu pihak bank (BMT) menyediakan dana dan pihak II (penerima) mengelola dana untuk digunakan baik untuk usaha maupun untuk pembelian barang.
2. Pengertian Pembiayaan Al Qordhul Hasan a. Menurut Warkum Sumitro, S.H.,MH. (2004)
Pembiayaan al qordhul hasan adalah suatu perjanjian antara bank sebagai pemberi pinjaman dengan nasabah sebagai penerima pinjaman, baik berupa uang maupun barang tanpa persyaratan adanya tambahan atau biaya apapun sehingga peminjam atau nasabah berkewajiban mengembalikan uang atau barang yang dipinjam pada waktu yang disepakati bersama, dengan jumlah yang sama dengan pokok pinjaman.
b. Menurut Frianto Pandia, S.E. (2005)
c. Menurut Syafi’i Antonio (2001)
Pembiayaan al qordhul hasan adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali dengan kata lain meminjamkan tanpa mengarapkan imbalan. Dalam literature fiqh klasik, al qordhul hasan dikategorikan dalam akad tathawwui atau akad saling membantu dan bukan transaksi komersial.
Dari pengertian di atas dapat diambil penjelasan bahwa penyediaan pembiayaan atau pinjaman yang hanya berkewajiban membayar kembali pokok pinjamannya, walaupun dengan keikhlasannya, tetapi lembaga keuangan pemberi qordh atau dana tidak diperkenankan untuk meminta imbalan apapun dinamakan pembiayaanal qordhul hasan
3. Unsur-unsur Pembiayaan
Setiap pemberian pembiayaan sebenarnya jika dijabarkan secara mendalam mengandung beberapa arti. Dengan kata lain, pengertian kata pembiayaan jika dilihat secara utuh mengandung beberapa makna sehingga jika kita bicara dengan pembiayaan, termasuk membicarakan unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Menurut Kasmir, unsur-unsur pembiayaan mempunyai lima unsur yang mendasari adanya pembiayaan, yaitu:
a. Kepercayaan
bahkan dapat memberikan keuntungan, serta kepercayaan debitur bahwa apa yang telah diterimanya akan dapat digunakan sesuai dengan tujuan.
b. Kesepakatan
Di samping unsur kepercayaan didalam pembiayaan juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi pembiayaan dengan si pemberi pembiayaan. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masin-masing. Kesepakatan penyaluran pembiayaan dituangkan dalam akad pembiayaan yang ditandatangani antara kedua belah pihak, yaitu pihak bank dan nasabah.
c. Jangka Waktu
Setiap pembiayaan yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini masa pengambilan pembiayaan yng telah disepakati. Hampir dapat dipastikan bahwa harus ada pembiayaan yang tidak memiliki jangka waktu.
d. Risiko
jangka waktu suatu pembiayaan semakin besar risikonya tidak tertagih, demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja maupun risiko yang tidak disengaja.
e. Balas Jasa
Akibat dari pemberian fasilitas pembiayaan bank tentu mengharapkan suatu keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan atas pemberian suatu pembiayaan atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga bagi bank prinsip konvensional. Balas jasa dalam bentuk bunga, biaya provisi dan komisi, serta biaya administrasi pembiayaan ini merupakan keuntungan utama bank, sedangkan bank
yang berdasarkan prinsip syari’ah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.
4. Jenis-jenis pembiayaan
Jenis-jenis pembiayaan dapat dibedakan berdasarkan sifatnya, keperluan, serta akadnya, ( Antonio, 2001: 16).
a. Menurut sifat penggunaanya, pembiayaan dibagi menjadi dua yaitu: 1) Pembiayaan produktif
2) Pembiyaan konsumtif
Yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
b. Menurut keperluannya pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:
1) Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan:
a) Peningkatan produksi, baik secara kuantitatif yaitu jumlah hasil produksi maupun secara kualitatif yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi.
b) Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan. Utility of place dari suatu barang.
2) Pembiayaan investasi, yaitu memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital good) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu
3) Pembiayaan dari jenis akad jual beli antara lain: a) Pembiayaan Murabahah
konvensional, dan karenanya pembiayaan murabahah berjangka waktu dibawah satu tahun.
Pembiayaan ini merupakan pembiayaan untuk jual beli dengan harga asal ditambah margin keuntungan yang telah disepakati. Pembiayaan ini sangat membantu nasabah yang membutuhkan barang di mana pada saat membutuhkan barang tersebut nasabah belum mempunyai uang tunai.
Pihak BMT membantu membiayai dan nasabah harus memenuhi kewajibannya pada saat tertentu yang telah disepakati bersama. Namun keuntungan dapat diminta setiap bulan atau sekaligus dengan pokoknya.
Sistem ini dapat dibagi menjadi empat antara lain: 1) Murabahah
Jual beli ini berlaku umum untuk semua barang yang dapat diadakan seketika menjadi transaksi.
2) Ba’i As salam
Pembelian barang yang dananya dibayar dimuka, sedangkan barangnya diserahkan kemudian (spesifikasi barang tersebut jelas).
3) Ba’i Isthisna
berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang tersebut sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan. 4) Ijaroh Muntahiyah Bittamlik
Merupakan akad perpaduan antara sewa sewa dengan jual beli, yakni sewa menyewa yang diakhiri dengan pembelian karena terjadi pemindahan hak. BMT sebagai penyedia barang pada hakekatnya tidak berhajat akan barang tersebut, sehingga angsuran dari nasabah bisa dihitung sebagai biaya pembelian dan akhir waktu setelah lunas barang menjadi milik anggota atau nasabah.
4) Pembiayaan berdasarkan prinsip kerjasama (patnership) a) Pembiayaan Mudharabah
waktu seta kehilangan nisbah keuntungan bagi hasil yang akan diperolehnya.
Bisa juga disimpulkan bahwa: pembiayaan mudharabah adalah suatu bentuk pembiayaan dimana pemilik modal (BMT) bersedia membiayai sepenuhnya suatu proyek atau usaha dan pengusaha setuju untuk mengelola proyek tersebut dengan hasil pembagian sesuai dengan perjanjian, apabila usaha yang dibiayai tersebut mengalami kerugian maka kerugian tersebut sepenuhnya ditanggung oleh pemilik modal, sedangkan pihak pengusaha menanggung kerugian dalam bentuk pikiran, tenag serta waktu yang telah dikorbankan.
Rukun dan syarat pembiayaan mudharabah:
1) Penyediaan dana (shahibul mal) dan pengelola (Mudharib) harus cakap hukum.
2) Pernyataan ijab dan qobul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad) dengan memperhatikan hal-hal berikut: a) Penawaran dan permintaan harus secara beksplisit
menunjukkan tujuan kontrak.
b) Penerimaan dan penawaran dilakukan pada konsumen. c) Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi
3) Modal ialah sejumlah modal atau asset yang diberikan penyedia dana kepada mudharib untuk tujuan dengan syarat sebagai berikut:
a) Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya
b) Modal dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada mudharib baik secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan kesepakatan akad.
4) Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari suatu modal, syarat kepentingan di bawah ini harus dipenuhi:
a) Harus diperuntukkan bagi kedua belah pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya untuk satu pihak saja.
b) Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati harus dalam bentuk prosentasenya (nisbah) dari keuntungan yang sesuai kesepakatan perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan.
5) Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai pertimbangan modal yang disediakan oleh penyedia dan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib tanpa campur tangan penyedia dan dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.
b) Penyediaan dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan. c) Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syari’ah Islam
dalam tindakannyayang berhubungan dengan mudharabah, dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam aktifitas itu.
b) Pembiayaan Musyarakah
c) Pembiayaan Al Qordhul Hasan
Merupakan pembiayaan berakat ibadah, diberikan kepada kaum dhuafa atau keperluan yang sifatnya darurat atas dasar kewajiban sosial. Peminjam hanya diwajibkan untuk mengembalikan sebesar pokoknya saja sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan.
d) Pembiayaan berdasarkan prinsip jasa 1) Al Wakalah atau wakil
BMT menerima amanah dari investor yang akan menanamkan modalnya kepada nasabah, BMT menerapkan feemanajeman.
2) Kafalah atau garansi
Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak lain untuk memenuhi kewajibannya kepada pihak yang ditanggung.
3) Hawalah atau pengalihan utang
Pengalihan utang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya.
4) Ar Rohn (gadai)
5. Manfaat Pembiayaan: a. Manfaat bagi BMT
1) Memperoleh pembagian keuntungan dari debitur sehingga dapat untuk membiayai operasional BMT.
2) Pengajuan pembiayaan ini memajukan peran BMT dalam meningkatakan ekonomi masyarakat.
3) Menjalin hubungan silaturrahmi antara nasabah dengan pihak BMT.
b. Manfaat bagi nasabah (debitur)
1) Nasabah tidak dituntut untuk mengembalikan pinjaman dengan sejumlah bunga yang terlalu besar.
2) Nasabah tidak dibebani dengan jumlah bunga, namun dia akan memberikan yang diperoleh berdasarkan nisbah bagi hasil yang telah disepakati.
3) Membuka kesempatan kepada golongan ekonomi bahwa untuk mendapatkan modal yang dapat meningkatkan pendapatan.
6. Prinsip-prinsip Pembiayaan
Prinsip pembiayaan disebut juga sebagai konsep 5C dan pada dasarnya konsep 5C ini akan dapat memberikan informasi mengenai iktikad baik (williingness to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) nasabah untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya atau
Prinsip pembiayaan 5C tersebut adalah sebagai berikut: a. Character
Yaitu tentang kebiasaan-kebiayasaan, sifat-sifat pribadi, cara hidup (stile of living), keadaan keluarganya (anak istri), hobby dan social standing calon debitur. Prinsip ini merupakan ukuran tentang kemauan untuk membayar.
b. Capacity
Dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan debitur mengembalikan pokok pinjaman serta bunga pinjamannya, dan kemempuan melakukan pengelolaan atas usaha yang akan dibiayai dengan kredit.
c. Capital
Prinsip capital atau permodalan debitur tidak hanya melihat besar kecilnya modal tersebut, tetapi juga bagaimana distribusi modal itu ditempatkan debitur.
d. Collateral
Penilaian terhadap barang jaminan (collateral) yang diserahkan debitur sebagai jaminan atas kredit bank yang diperolehnya. Fungsi jaminan ini adalah sebagai alat pengaman terhadap kemungkinan tidak mempunyai debitur melunasi kredit yang diterimanya.
e. Condition
resiko yang timbul oleh kondisi ekonomi, keadaan perdagangan persaingan dilingkungan sektor usaha calon debitur, sehingga bantuan yang diberikan benar-benar bermanfaat bagi perkembangan usahnya.
Prinsip 5C tersebut biasanya ditambah dengan IC yaituConstrain artinya hambatan-hambatan yang mungkin menganggu proses usaha.
Sedangkan menurut Kasmir, 2008: 93-94 untuk penilaian pembiayaan, analisa pembiayaan yang digunakan adalah dengan metode 7P antara lain:
a. Personality
Menilai nasabah dari segi kepribadian atau tingkah laku sehari-hari maupun masa lalunya, personaliti juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.Personality hampirr sama dengancharacter dari 5C. b. Party
c. Purpose
Mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil pembiayaan, termasuk jenis pembiayaan yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam apakah untuk tujuan konsumtif, Produktif atau perdagangan.
d. Prospect
Menilai usaha nasabah di masa yang akan datang, menguntungkan atau tidak, dengan kata lain mempunyai prospek kedepan atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi, tetapi juga nasabah.
e. Payment
Ukuran bagaimana cra nasabah mengembalikan pembiayaan yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian pembiayaan. Semakin banyak sumber penghasilan debitur, akan semakin baik sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya.
f. Profitability
g. Protection
Bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapat perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.
Setelah dilihat dari teori yang ada dan dibandingkan dengan praktik analisis pembiayaan yang dilakukan BMT AMAN Salatiga, memang sebagian besar sama dan metode 7P tersebut juga diterapkan, sehingga mempermudah dalam analisis pembiayaan.
Dalam pembiayaan terhadap pengajuan pembiayaan ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan BMT yaitu tujuan dari penggunaan dana pembiayaan, manfaat yang akan didapat kedua belah piha, kemamapuan dalam memperoleh laba.
Setelah penilaian dilakukan, langkah selanjutnya adalah pengumpulan data yang berkaitan dengan penilaian. Pengumpulan data dapat dilakuakan dengan survay. Dari beberapa tahap ini seluruh data dikumpulkan dan selanjutnya dilakukan analisa. Dari hasil analisa tersebut akan diperoleh keputusan layak atau tidaknya pembiayaan tersebut diberikan.
7. LandasanSyari’ah
a. Al Qur’an S. Al Hadid: 11
gandakan (baalasan) pinjaman itu untuknya dan dia
akan memperoleh pahala yang mulia.” maka berilah tenggang waktu sampai dya memperoleh
kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih
baik bagimu, jika kamu mengetahui.”
c. Al Hadits
Yang diriwayaatkan oleh Ibnu Mas’ud yang artinya: ”Bahwa
nabi Muhammad SAW berkata, ”Bukan seseorang muslim (mereka)
yang meminjami muslim (lainnya) dua kali yang satunya adalah
sedekah.” (Hr. Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Baihaqi).
Dari Anas bin Malik berkata bahwa Rosulullah berkata,” Aku melihat pada waktu malam di isra’kan, pada pintu surga tertulis:
bertanya, Wahai Jibril, mengapa qard lebih utama dari sedekah ? ia
menjawab, karena pemint-minta sesuatu dan ia punya, sedangkan
yang meminjam tidak akan meminjam kecuali karena keperluan. ”
(HR. Ibnu Majah dan Baihaqi). d. Ijma’
Para ulama’ telah menyepakati bahwa Al qordh boleh dilakukan. Kesepakatan ulama ini didasari tabiat manusia yang tidak bisa hidup tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya. Tidak ada seaorang pun yang memiliki segala barang yang ia butuhkan. Oleh karena itu. Pinjam-meminjam sudah menjadi satu bagian dari kehidupan di dunia ini. Islam adalah agama yang sangat memperhatikan segenap kebutuhan umatnya.
Pembiayaan ini merupakan pinjaman lunak bagi pengusaha kecil yang benar-benar kekurangan modal. Peminjam atau debitur diwajibkan mengembalikan modal atau dana tersebut pada waktu yang telah disepakati dengan jumlah yang sama dengan jumlah yang diterima sebelumya. Nasabah tidak perlu membagi keuntungan kepada bank tetapi hanya membayar biaya administrasi saja. Bank dibenarkan menerima kelebihan pembayaran secara sukarela dari peminjam atau debitur sebagai tanda terima kasih yang besarnya belum ditentukan sendiri oleh debitur.
bersifat konsumtif maupun yang bersifat produktif. Dana yang didapat untuk digunakan dalam memberikan pembiayaan oleh bank berasal dari BAZIS (Badan Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh) yang sebelumnya
dititipkan di BAZIS kepada bank mu’amalat untuk di alokasikan atau
diserahkan kepada kaum mustahiqqin. ( Frianto Pandia, Elly Santy Ompusunggu, Achmad Abror, 2005: 193)
Aplikasi al qordhul hasan dalam perbankan biasanya dalam empat hal antara lain:
1) Sebagai pinjaman talangan haji, di mana nasabah calon haji diberikan pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran, biaya perjalanan haji. Nasabah akan melunasinya sebelum keberangkatan haji.
2) Sebagai pinjaman tunai (cash advanced) dari produk kartu kredit
syari’ah, di mana nasabah diberi keleluasan untuk menarik uang tunai
milik bank melalui ATM. Nasabah akan mengembalikan sesuai waktu yang ditentukan.
3) Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil di mana menurut perhitungan bank akan memberatkan si pengusaha bila diberi pembiayaan dengan skema jual beli, ijaro atau bagi hasil.
Sifat al qardhul hasan tidak memberikan keuntungan finansial. Karena itu, pendanaan al qardh hasan dapat diambil menurut kategori berikut:
1. Al qardhul hasan yang diperlukan untuk membantu keuangan nasabah secara cepat dan berjangka pendek. Talangan dan di atas dapat diambilkan dari modal bank.
2. Al qardhulhasan yang digunakan untuk membantu usaha sangat kecil dan keperluan sosial, dapat bersumber dari dana zakat, infa’ shodaqoh. Di samping sumber dana ummat, para praktisi perbankan syari’ah demikian juga ulam’, melihat sumber dana yang lain yang dapat
dialokasikan untuk al qordhul hasan, yaitu pendapatan-pendapatan yang diragukan, seperti: bunga atas jaminan L/C di bank asing.
8. Prosedur Pembiayaan
Tata cara pembiayaan ini mengandung arahan bagaiman cara nasabah mengajukan pembiayaan, dalam mengajukan permohonan pembiayaan ini langkah yang harus ditempuh nasabah adalah sebagai berikut:
a. Nasabah mengajukan permohonan pembiayaan melalui petugas marketing, atau langsung datang ke BMT.
b. Mengisi formulir permohonan pembiayaan, pengisian dilakukan secara lengkap dan jujur sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
d. Menyerahkan formulir permohonan serta kelengkapan, kepada bagian pembiayaan.
e. Untuk nasabah yang baru mengajukan pertama kali survey oleh petugas, apabila dianggap layak akan diberikan realitasnya.
f. Untuk nasabah lama yang sudah menyelesaiakan angsuran pembiayaan mempunyai raport yang baik maka langsung direalisasikan.
Syarat kelengkapan pembiayaan antara lain: a. Foto copy KTP suami istri
b. Foto copy kartu keluarga (KK) c. Foto copy jaminan
1) Sertifikat tanah
2) BPKB dan STNK (jika atas nama sendiri maka dimintakan foto copy nama terakhir dan tanda tangan nama terakhir di kwitansi kosong bermaterai).
B. Data-data Pembiayaan Al Qordhul Hasan di BMT AMAN
Pembiayaan al qordhul hasan adalah meminjamkan harta kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literatur fiqh, al qordhul hasan dikategorikan sebagai akadtathawwu’ yaitu akad saling membantu dan bukan transaksi komersial. Dalam rangka mewujudkan tanggung jawab sosial,
Lembaga keuangan syari’ah dapat memberikan fasilitas yang disebut al qordhul hasan, yaitu penyediaan pinjaman dana kepada pihak yang layak
membayar kembali pokok pinjamannya, walaupun syari’ah membolehkan
BAB III
GAMBARAN PEMBIAYAAN AL QORDHUL HASAN
DI BMT AMAN SALATIGA
A. Gambaran Umum BMT AMAN
KSU simpan pinjam yang operasinya berdasarkan prinsip syari’ah Islam
berdiri atas prakarsa salah satu yayasan pendidikan Islam (YPI) Al-Hijrah dengan alamat Jl. Tritis Sari Sidorejo Kidul Kec. Tingkir Salatiga.
Karena tujuan awalnya adalah dakwah dalam hal ekonomi, maka
berdirilah sebuah lembaga keuangan syari’ah. Pendirian tewrsebut diprakarsai
oleh KH. Drs Saefudin Zuhri, MA. Selaku ketua YPI AL-Hijrah serta para tokoh Islam sekitar salatig. Setelah dilakukan pertemuan beberapa kali, pada tanggal 1 Oktober 2004, berdiri secara resmi KSU BMT AMAN Salatiga, di depan notaris dengan No. 14077/BH/ KBK/IX 2005 di salatiga, dan wilayah kerja BMT AMAN meliputi seluruh Jawa Tengah.
Sedangkan KSU BMT AMAN itu sendiri mulai beroperasi sejak taggal 18 oktober 2004, dengan lokasi di Jl. Veteran ruko blok FI Salatiga. Akan tetapi setelah berjalan beberapa tahun, KSU BMT AMAN berpindah kantor di Jl. Pemotongan No. 15 Salatiga, tepatnya pada tanggal 1 November 2006 hingga saat ini.
Dengan kerja keras dan kerjasama yang baik antara pengelola, pengurus serta dukungan masyarakat, BMT AMAN mengalami perkembangan yang sangat pesat.
B. Struktur Organisai BMT AMAN
STRUKTUR ORGANISASI BMT AMAN
KSU BMT AMAN
DEWAN SYARI’AH
Drs Zuhdi Amin, M. Ag Dr K. H Saefudin Zuhri, MA Drs Farouq, M. Pdi
PENGURUS
Ketua : Drs Nasiki, M. Pdi Sekertaris : Drs Sakur, M. Pdi
Bendahara : Mahfudz
KARYAWAN ATAU PENGELOLA
Manager : Drs Nasiki, M. Pdi Bag. Pembiayaan : Muh Zaihan
Juru buku : Ana Muntadliroh, A. Md. Ei Teller : Anik Mahmudah, A. Md. Ei Marketing : Muh Rifa’i
Berdasarkan struktur organisasi, maka dapat dijelaskan uraian tugas dan tanggung jawab masing-masing unit organisasi yang terlibat dalam struktur organisasi BMT AMAN salatiga sebagai berikut:
1. Dewan Pengawas Syari’ah
merupakan otoritas tertinggi dalam mengeluarkan fatwa-fatwa mengenai
kesesuaian produk dan jasa bank dengan ketentuan dan prinsip syari’ah.
Tugas utama DPS adalah mengawasi kegiatan usaha bank agar tidak
menyimpang dari ketentuan dan prinsip syari’ah yang telah difatwakan oleh DSN. Selain itu DPS juga mempunyai fungsi:
a. Sebagai penasehat dan pemberi saran kepada direksi, pimpinan unit
usaha syari’ah dan pimpinan kantor cabang syari’ah mengenai hal-ahal
yang terkait dengan aspek syari’ah
b. Sebagai mediator antara bank dan DSN dalam mengkomunikasikan usul dan saran pengembangan produk dan jasa dari bank yang memerlukan kajian dan fatwa dari DSN.
c. Sebagai perwakilan DSN yang di tempatkan pada bank, DPS wajib
melaporkan kegiatan usaha serta perkembangan bank syari’ah yang
diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya satukali dalam setahun. 2. Pengurus
Melakukan tindakan koreksi penyimpangan-penyimpangan dan perbandingan antara hasil yang dicapai (aut put) dan masukan (in put) yang digunakan. Selain itu juga bertugas menangani portofolio investasi. 3. Pengelola
a. Manajer
3) Menyusun rencana kerja bulanan, triwulan dan tahunan yang
merupakan penjabaran dari kebijaksanaan umum Dewan syari’ah
dan rapat anggota. b. Bag. Pembiayaan
Bertanggung jawab atas calon-calon nasabah pembiayaan. Jadi setiap calon nasabah pembiayaan akan berhadapan lansung dengan petugas bagian pembiayaan. Selain itu juga bertugas mengamati dan menyelidiki karakteristik calon nasabah pembiayaan (melakukan analisa pembiayaan).
c. Juru Buku
Bertanggung jawab atas setiap laporan-laporan keuangan yang terjadi di BMT. Mulai dari neraca, perhitungan hasil usah, rencana pembagian SHU serta rencana anggaran pendapatan dan belanja BMT tahun berikutnya.
d. Kasir
1) Bertindak sebagai penerima uang dan juru bayar.
2) Melayani penerimaan serta penarikan dana dari dan nasabah.
3) Menghitung bagi hasil seluruh transaksi yang berhubungan dengan kas.
4) Mengadministrasi seluruh transaksi.
5) Setiap akhir jam menghitung uang yang ada. e. Marketing atau Pemasaran
2) Mencari sumber dana-dan baru.
3) Melakukan penagihan kesetiap anggota yang diberikan pembiayaan.
C. Kegiatan Usaha BMT AMAN
Kegiatan usaha yang dilakukan di BMT AMAN tidak jauh berbeda dengan lembaga keuangan lain. BMT AMAN mempunyai kegiatan usaha yang berupa pengelolaan perputaran uang, khususnya untuk kesejahteraan anggota dan nasabah pada umumnya, serta ikut andil dalam membangun tatanan ekonomi nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, mandiri, adil dan makmur.
Jenis pelayanan yang diselenggarakan oleh BMT AMAN berbentuk simpan pinjam, adapun produk-produk yang dikelola antara lain:
1. Simpanan
a) Si Rela (simpanan sukarela lancar)
Simpanan sukarela yang dalam penyetoran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat, nisbahnya 30:70 (30 untuk penabung), (70 untuk BMT).
b) Si suka (simpanan sukarela berjangka)
Simpanan yang lazim dikenal dengan deposito, dengan pilihan jangka waktu 6 dan 12 bulan.
Bila lebih 1 tahun dianggap 50:50 atau menurut ketentuan atau permusyawarahan.
c) Si sukur (Simpanan Qurban)
Simpanan persiapan pembelian hewan Qurban. d) Si amanah (simpanan amanah)
Simpanan untuk dana dan sosial dari zakat, shodaqoh, hibah, dan lain-lain.
2. Pembiayaan
a) Ya Muda (pembiayaan mudharabah)
Pembiayaan yang diberikan sebagai modal kerja, sedang nasabah bertindak sebagai pengelola usaha.
b) Ya Musa (pembiayaan musyarakah)
Pembiayaan yang merupakan penyertaan modal BMT kepada nasabah, dimana hasil dan resiko ditanggung bersama sesuai dengan komposisi modal masing-masing.
c) Ya mura (pembiayaan Murabahah)
Pembelian yang diberikan untuk pembelian barang atau modal yang diperlukan nasabah dengan pembayaran secara tangguh pada waktu tertentu dengan kesepakatan pembagian keuntungan.
d) Ya Biba (pembiayaan Bai Bitsaman Ajil)
e) Ya Duha (pembiayaan Qordhul Hasan)
Pembiayaan yang bersifat sosial sebagai pinjaman lunak (soft loan) kepada nasabah yang benar-benar memerlukan dan pengembaliannya cukup nilai pokoknya saja.
D. Prosedur Permohonan Pembiayaan Al Qordhul Hasan
Prosedur pembiayaan di BMT AMAN Salatiga sebenarnya mudah, tapi bisa saja dianggap sulit dikarenakan nasabah tidak bisa memenuhi syarat-syarat yang sudah ditentukan. Kesulitan yang dihadapi para pemohon pembiayaan biasanya mereka sulit untuk memenuhi jaminan atau agunan yang ditentukan BMT, apalagi pembiayaan tidaklah seberapa, misalnya Rp 1.000.000,- tetapi harus membawa BPKB sebagai agunannya.
Sebelum realisasi pembiayaan akan dilakukan penilaian berdasarkan dua hal, yakni apakah orang tersebut nasabah baru atau nasabah lama yang telah beberapa kali mengajukan pembiayaan.
1. Nasabah baru yang mengajukan pembiayaan untuk pertama kali.
Nasabah ini akan ditangani lebih jeli, karena belum diketahui kepribadiannya. Ketentuan bagi nasabah baru dalam pengajuan pembiayaan di BMT AMAN Salatiga adalah:
b. Nasabah pembiayaan akan diberikan penjelasan tentang sistem pembiayaan al qordhul hasan yang dipakai BMT AMAN, biasanya sesuai kesepakatan kedua belah pihak.
c. Nasabah mengisi surat permohonan pembiayaan dengan benar dan lengkap.
d. Nasabah mengisi slip pencairan pembiayaan yang di dalam slip tersebut tersedia enam macam akad, maka nasabah pembiayaan al qordhul hasan memilih akad yang tertera QH (al qordhul hasan), sehingga nasabah tersebut bisa mengajukan pembiayaan al qordhul hasan.
e. Menyiapkan syarat-syarat pembiayaan (fotocopy KTP, KK, jaminan dan syarat-syarat pendukung lainnya).
f. Tanpa sepengetahuan nasabah petugas akan mencari informasi tentang karakteristik dan kepribadian calon nasabah pembiayaan.
g. Jika dipandang layak, maka permohonan pembiayaan dapat direalisasikan.
h. Jika pemohon dipandang tidak layak, maka petugas tidak akan menjelasakan alasannya kepada calon nasabah pembiayaan, karena dikhawatirkan akan menyinggung perasaan calon nasabah.
Duha (pembiayaan Al Qordhul Hasan) pada tahun 2009 terhitung sedikit sekali diantaranya sebagai berikut:
Daftar nasabah pembiayaan al qordhul hasan di BMT AMAN Salatiga tahun 2009
1. Nama : ISMANUDIN
Alamat : Isep-isep Rt/Rw 06/03 Cebongan Salatiga. Pinjaman : Rp 5. 000.
000,-Realisasi : 2 Mei 2009 Jatuh tempo : 3 bulan
Pelunasan : 21 Oktober 2009 Sisa Pinjaman : Rp 0
Jaminan : BPKB Sepeda Motor
Tujuan : Untuk keperluan membantu perawatan kerabat di rumah sakit.
2. Nama : DR IFFA QOIMATUN
Alamat : Tingkir tengah Rt/Rw 02/07 Salatiga Pinjaman : Rp
7.000.000,-Realisasi : 10 Mei 2007 Jatuh tempo : 6 bulan
Pelunasan : 30 November 2007 Sisa pinjaman : Rp 0
Tujuan : Untuk keperluan membantu perawatan kerabat di rumah sakit.
3. Nama : Drs. SAKUR
Alamat : Jl serayu, Kutowinangun Salatiga Pinjaman : Rp 5. 200.
000,-Realisasi : 24 April 2008 Jatuh tempo : 20 bulan
Pelunasan : 30 Desember 2009 Sisa Pinjaman : Rp 0
Jaminan : BPKB Mobil
Tujuan : Untuk keperluan membantu perawatan kerabat di rumah sakit.
Untuk pembiayaan al qordhul hasan di BMT AMAN pada tahun ini terhitung sangat sedikit sekali hanya tiga nasabah yang meminjam untuk pembiayaan al qordhul hasan ini, dikarenakan ketiga nasabah tersebut yang salah satunya ada yang menjadi karyawan di BMT AMAN dan nasabah tersebut bener-benar membutuhkan dana untuk membantu kerabat yang sedang dirawat di rumah sakit, sehingga pihak BMT AMAN mencairkan pembiayaan tersebut dengan alasan untuk membantu sesama manusia.
BAB IV
ANALISIS
A. Prosedur Pembiayaan
1. Prosedur Permohonan Pembiayaan Al Qordhul Hasan
Prosedur pembiayaan di BMT AMAN Salatiga sebenarnya mudah, tapi bisa saja dianggap sulit dikarenakan nasabah tidak bisa memenuhi syarat-syarat yang sudah ditentukan. Kesulitan yang dihadapi para pemohon pembiayaan biasanya mereka sulit untuk memenuhi jaminan atau agunan yang ditentukan BMT, apalagi pembiayaan tidaklah seberapa, misalnya Rp 1.000.000,- tetapi harus membawa BPKB sebagai agunannya. Sebelum realisasi pembiayaan akan dilakukan penilaian berdasarkan dua hal, yakni apakah orang tersebut nasabah baru atau nasabah lama yang telah beberapa kali mengajukan pembiayaan.
a. Nasabah baru yang mengajukan pembiayaan untuk pertama kali. Nasabah ini akan ditangani lebih jeli, karena belum diketahui kepribadiannya. Ketentuan bagi nasabah baru dalam pengajuan pembiayaan di BMT AMAN Salatiga adalah:
1. Nasabah sebelumnya harus mempunyai rekening di BMT AMAN minimal selama satu bulan sebelum pengajuan.
2. Nasabah pembiayaan akan diberikan penjelasan tentang sistem pembiayaanal qordhul hasan yang dipakai BMT AMAN, biasanya sesuai kesepakatan kedua belah pihak.
3. Nasabah mengisi surat permohonan pembiayaan dengan benar dan lengkap.
4. Nasabah mengisi slip pencairan pembiayaan yang di dalam slip tersebut tersedia enam macam akad, maka nasabah pembiayaan al qordhul hasan memilih akad yang tertera QH (al qordhul hasan), sehingga nasabah tersebut bisa mengajukan pembiayaanal qordhul hasan.
5. Menyiapkan syarat-syarat pembiayaan (fotocopy KTP, KK, jaminan dan syarat-syarat pendukung lainnya).
6. Tanpa sepengetahuan nasabah petugas akan mencari informasi tentang karakteristik dan kepribadian calon nasabah pembiayaan. 7. Jika dipandang layak, maka permohonan pembiayaan dapat
direalisasikan.
8. Jika pemohon dipandang tidak layak, maka petugas tidak akan menjelasakan alasannya kepada calon nasabah pembiayaan, karena dikhawatirkan akan menyinggung perasaan calon nasabah.
b. Nasabah yang sudah lebih satu kali mengajukan permohonan pembiayaan akan ditangani lebih mudah prosedurnya dibanding nasabah baru. Apabila nasabah lama mempunyai catatan baik maka ketentuannya:
1) Mengisi Surat permohonan pembiayaan
3) Petugas akan memeriksa jaminan yang akan digunakan.
4) Jika pertimbangan di atas terpenuhi dengan baik, maka permohonan pembiayaanal qordhul hasan dapat direalisasikan
Hanya saja di BMT AMAN Salatiga sebelum pengajuan pembiayaan, calon nasabah harus menjadi anggota BMT AMAN dengan ketentuan harus menabung aktif minimal selama sebulan sebelum mengajukan pembiayaan. Hal ini membuat calon nasabah yang akan mengajukan pembiayaan mengurungkan niatnya, meskipun tujuan persyaratan tersebut baik, tetapi dirasakan kurang efektif, karena membuat nasabah mundur, sebab kebanyakan mereka yang mengajukan pembiayaan membutuhkan realisasi secepatnya. Jika hal ini dibiarkan akan berdampak negatif bagi BMT AMAN Salatiga. 2. Prosedur Realisasi Pembiayaan
Tahap pemberian pembiayaan telah memutuskan untuk menerima pembiayaan yang diajukan calon nasabah prosedur pemberian pembiayaan itu sebagai berikut:
a. Setelah menandatangani akad pembiayaan, bagian pemasaran memberikan berkas catatan kepada bagian pembiayaan untuk meneliti syarat-syarat pembiayaan.
c. Kwitansi pembayaran yang telah ditanda tangani nasabah dan bagian pembiayaan kemudian diserahkan kepada teller.
d. Teller memberikan sejumlah uang kepada nasabah.
Apabila permohonan pembiayaan tidak bisa direalisasikan maka pihak BMT tidak bisa menerangkan alasan yang sebenarnya agar tidak menyinggung perasaan nasabah dan dapat mencari alasan lain.
Nasabah pembiayaanal qordhul hasan di BMT AMAN ini untuk realisasinya tidak dipersulit, karena pembiayaan al qordhul hasan ini realisainya sama dengan pembiayaan mudharabah yang mudah dalam hal pencairan pembiayaannya. Akan tetapi juga terdapat perbedaan antara pembiayaan al qordhul hasan dengan pembiayaan mudharabah yang terletak pada pengembalian pinjamannya. Yaitu kalau pembiayaan al qordhul hasan nasabah hanya diwajibkan mengembalikan pinjaman pokoknya saja pihak BMT tidak membebani dengan adanya bagihasil, sedangkan pembiayaan mudharabah nasabah dalam pengembalian pinjamannya dibebani dengan bagi hasil yang sudah di sepakati di awal akad, (wawancara dengan teller BMT AMAN).
3. Prosedur Pengembalian Pembiayaan
pihak BMT dalam akad, yaitu bisa dilakukan dengan cara harian atau mingguan atau bulanan.
B. Perkembangan Pembiayaan Al Qordhul Hasan
Dalam perkembangan pembiayaan al qordhul hasan yang terdapat pada BMT AMAN Salatiga sangat kurang, karena pada tahun 2010 ini pembiayaan al qordhul hasan tidak ada sama sekali.
Dari pengamatan yang saya peroleh selama magang di BMT AMAN Salatiga, bahwa pembiayaan al qordhul hasan pada tahun 2010 sebenarnya mendapat banyak respon dari masyarakat sekitar, akan tetapi dari pihak BMT AMAN itu sendiri tidak terlalu mementingkan untuk masalah pembiayaan al qordhul hasan. Untuk pembiayaan al qordhul hasan ini dari pihak BMT
AMAN tidak menargetkan tiap hari atau bulannya harus ada pembiayaan al qordhul hasan, tatapi kalau ada nasabah yang datang ke BMT AMAN untuk
mengajukan pembiayaan al qordhul hasan juga diterima, dengan ketentuan calon nasabah tersebut benar-benar membutuhkan dana tersebut.
Untuk pembiayaan al qordhul hasan ini juga memakai jaminan untuk mengatasi nasabah yang melakukan pelunasan pinjamanal qordhul hasan ini. Sehingga jaminan yang diserahakan di BMT AMAN tersebut bisa membantu pihak BMT AMAN kalau ada nasabah yang sulit untuk melakukan pelunasan pembiayaanal qordhul hasanini.
Sebenarnya pembiayaanal qordhul hasanyang terdapat di BMT AMAN tersebut disosialisasikan oleh karyawan bagian pemasaran atau marketing untuk masyarakat kalangan bawah atau kaum duafa, akan tetapi dari pihak BMT AMAN tidak menyediakan dana untuk pembiayaan al qordhul hasan ini. Biasanya dana al qordhul hasan ini didapat dari dana ZIS (zakat, infaq, shodaqoh). Akan tetapi di BMT AMAN tersebut tidak menyimpan dana ZIS (zakat, infaq, sodaqoh) tersebut, sehingga pembiayaanal qordhul hasanyang terdapat di BMT AMAN ini masih kurang untuk pensosialisasiannya pada masyarakat kalangan bawah atau kaum duafa, (wawancara dengan teller BMT AMAN).
C. Keuntungan Pembiayaan Al Qordhul Hasan
1. Bagi BMT AMAN antara lain :
a. Dari segi material BMT sebenarnya tidak mendapatkan keuntungan dari pembiayaan al qordhul hasan ini, akan tetapi mungkin kelak diganti berlipat-lipat oleh Allah SWT.
b. Dapat membantu kebutuhan masyarakat yang benar-benar membutuhkan dana.
c. Dapat menjalin hubungan tali silaturrahmi antara nasabah dengan pihak BMT.
d. Citra BMT menjadi lebih baik dimata masyarakat.
e. Dapat memajukan peran BMT AMAN dalam meningkatkan ekonomi masyarakat.
2. Keuntungan bagi nasabah antara lain:
a. Dengan tidak adanya bagi hasil nasabah merasa tidak terbebani dengan pembiayaanal qordhul hasanini.
b. Nasabah lama kelamaan akan mempercayakan BMT tersebut menjadi
BMT yang baik sesuai dengan prinsip syari’ah.
c. Citra nasabah menjadi lebih baik apabila nasabah pembiayaan al qordhul hasan apabila mengembalikan pinjaman pada tepat waktu.
d. Nasabah bebas dari biaya administrasi.
e. Nasabah akan merasa puas dengan adanya pembiayaan al qordhul hasan yang tidak memakai bagi hasil.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan dapat diambil kesimpulan bahwa prosedur realisasi pembiayaan al qordhul hasan adalah setelah menandatangani akad pembiayaan, bagian pemasaran memberikan berkas catatan kepada bagian pembiayaan untuk meneliti syarat-syarat pembiayaan, bagian pembiayaan membuat kwitansi, yang berisi nominal pembiayaan lalu diberikan kepada nasabah atau meminta nasabah untuk menandatangani, kwitansi pembayaran yang telah ditanda tangani nasabah dan bagian pembiayaan kemudian diserahkan kepada teller, teller memberikan sejumlah uang kepada nasabah.
Untuk perkembangan pembiayaan al qordhul hasan pada BMT AMAN Salatiga pada tahun ini sangat kurang sekali dikarenakan pembiayaan al qordhul hasan ini dari pihak BMT AMAN tidak menargetkan tiap hari atau
bulannya harus ada pembiayaan al qordhul hasan, tatapi kalau ada nasabah yang datang ke BMT AMAN untuk mengajukan pembiayaan al qordhul hasan juga diterima, dengan ketentuan calon nasabah tersebut benar-benar
membutuhkan dana tersebut.
B. SARAN
1. Untuk BMT AMAN
a. Dari pihak BMT seharusnya menggalangkan dana sosial yang berasal dari dana zakat, infaq, dan shodaqoh untuk pembiayaan al qordhul hasan
b. Sebagai lembaga keuangan syari’ah, BMT seharusnya juga
menyediakan dana untuk kebajikan atau menolong ummat setiap bulannya.
c. Penggalangan dana juga harus diperhatikan terutama untuk pembiayaanal qordhul hasan yang ada di BMT, supaya dana tersebut bisa dikembangkan atau dimanfaatkan dengan cara usaha.
2. Untuk STAIN
Hendaknya mahasiswa yang melakukan praktik magang pada lembaga keuangan syari’ah seharusnya menggunakan kesempatan praktik
magang ini dengan sebaik-baiknya, supaya untuk mendapatkan
Semarang.
FriantoPandia,Elly Santi Ompusunggu dan Achmad Abror, 2005, Lembaga Keuangan, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Heri Sudarso, 2003, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Ekonosia, Yogyakarta.
Kasmir, 2008, Manajemen perbankan, PT Raja Grafinda Persada, Jakarta. Muhammad, 2002,Manajemen Bank Syari’ah, AMP-YKPN, Yokyakarta.
Muhammad, 2002, Tehnik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syari’ah, UII Press, Yogyakarta.
Muhammad Ridwan, 2004, Manajemen Baitul Mal Watamwil, UII Press, Yogyakarta.
Tempat/Tanggal Lahir : Blora, 18 April 1988
Alamat : Dk Keser, Ds Keser, Rt. 004, Rw. 001 Tunjungan, Blora.
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan :
• SD Negeri Keser II Blora : Lulus Tahun
2001
• MTS Ma’arif 2 Blora : Lulus Tahun 2004
• MAN Rembang : Lulus Tahun
2007
• STAIN Salatiga : Lulus Tahun