• Tidak ada hasil yang ditemukan

LUKAT - ISI Denpasar | Institutional Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "LUKAT - ISI Denpasar | Institutional Repository"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

LUKAT

I Made Yudastra *)1

I Ketut Garwa S.Sn., M.Sn **)

2

Saptono S.Sen., M.Si ***)

3

INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

Alamat: Jalan Nusa Indah Denpasar, Telp: (0361) 227316, Fax: (0361) 236100

e-mail:

yudatalen@gmail.com

ABSTRAK

Lukat merupakan asal kata dari Melukat yang berarti bersih. Mendapat imbuhan “me” menjadi Melukat yang berarti melepaskan atau membersihkan sesuatu yang melekat. Terinspirasi darikejadian atau aktivitas saat melihat proses upacara melukat. Terdiri dari 3 (tiga) bagian sebagai pengejawantahan tentang apa yang terjadi ketika mengamati proses upacara melukat. Menggunakan permainan vokal dari 4 orang gerong beserta penabuh. Sebuah garapan yang menggunakan gamelan Gong Luang sebagai media ungkap dan masih berpijak dengan identitas dari gamelan Gong Luang yang di dalamnya terdapat penambahan alat seperti sepasang kendang cedugan, sepasang kendang krumpungan, dan suling serta mengalami perkembangan pada teknik permainan isntrumen seperti kendang dan suling. Menggunakan teknik kendang lelambatan pada kendang cedugan dan teknik kendang pegambuhan pada kendang krumpungan. Terdapat juga pengolahan seni suara vokal dari 4 orang gerong. Teknik leluangan juga digunakan dalam garapan ini kemudian dikolaborasikan dengan teknik kendang lelambatan dan kerumpungan yang ditonjolkan pada bagian II dan merupakan bagian klimaks dari garapan Lukat. Bagian klimaksnya diwujudkan dengan penggambaran suasana saat upacara melukat dilaksanakan, menggunakan motif leluangan dengan tempo yang lambat diiringi oleh kidung wargasari dari 4 orang gerong. Garapan Lukat merupakan sebuah karya tabuh kreasi yang berkonsepkan upacara Melukat dengan durasi waktu 12 – 13 menit. Garapan ini didukung oleh 23 orang penabuh dan 4 orang gerong, semuanya terdiri dari Mahasiswa jurusan Karawitan dan Sendratasik,FakultasSeniPertunjukan, InstitutSeni Indonesia Denpasar, danmahasiswajurusanSastraJawa Kuna, FakultasIlmuBudaya, UniversitasUdayana, selain itu ada juga pendukung yang sudah bekerja.

Kata kunci: Tabuh Kreasi, Gong Luang, Leluangan, Melukat.

ABSTRACT

Lukat is the origin of the word from Melukat which means clean. Get "me" to Melukat which means to let go or clean something inherent. Inspired from events or activities when viewing the ceremony process melukat. Consists of 3 (three) sections as the embodiment of what happens when observing the process of the ceremony melukat. Using vocal games from 4 gerong and kendang. A cultivation that uses the gamelan Gong Luang as a medium revealed and still rests with the identity of the gamelan Gong Luang in which there are additional tools such as a pair of kendang cedugan, a pair of kendang krumpungan, and flute and develop in the technique of playing games such as kendang and suling. Using the kendang lelambatan technique on the kendang cedugan and the kendang pegambuhan technique on the kendang krumpungan. There is also a vocal sound art processing from 4 gerong people. Spelling techniques are also used in this cultivation and then collaborated with slack drag and cohesion techniques highlighted in part II and is part of the climax of the claim Lukat. The climactic part is manifested by the portrayal of atmosphere during the ceremony melukat implemented, using the motive of a quiet with a tempo accompanied by a wing of the 4 people gerong. Composisi Lukat is a work of percussion creations conceptualizing Melukat ceremony with a duration of 12 - 13 minutes. This cultivation is supported by 23 people drummers and 4 gerong, all of them consist of students of Karawitan and Sendratasik majors, Performing Arts Faculty, Indonesian Art Institute of Denpasar, and students of Old Javanese Literature, Faculty of Cultural Sciences, Udayana University, already working.

(2)

PENDAHULUAN

Gong Luang adalah barungan atau kelompok alat – alat gamelan tua, memiliki laras pelog 7 nada (septa nada) yang terdiri dari lima nada pokok dan dua nada pemero. (Budana, 1984 : 10). Gamelan ini merupakan gamelan sakral yang sering digunakan untuk mengiringi upacara Panca Yadnya (lima jenis korban suci), diantaranya terdapat upacara Manusa Yadnya. Dalam ajaran agama hindu upacara

Manusa Yadnyaadalah korban suci yang tulus ikhlas kehadapan Ida Sang Hyang Widhi untuk kesejahteraan manusia (Budana, 1984:12). Salah satu ritual yang termasuk upacara Manusa Yadnya

adalah upacara Melukat.

Ritual upacara melukat hampir sama dengan ritual upacara ruwatan yang ada di Jawa. Kedua ritual ini memiliki makna yang sama yaitu untuk membersihkan diri secara lahir batin dari dosa yang telah diperbuat untuk mendapatkan kesejahteraan, hanya saja memiliki perbedaan pada proses pelaksanaanya.

Ruwatan merupakan suatau upacara khas agama Jawi, maksudnya untuk melindungi anak-anak terhadap bahaya-bahaya gaib yang dilambangkan oleh Bhatara Kala, yakni Dewa Kehancuran, berbagai jenis kombinasi dalam keluarga yang dianggap berbahaya menyebabkan anak-anak tersebut mudah terkena bahaya, penyakit, dan kematian, karena ia adalah mangsa Bhatara Kala (Koentjaraningrat, 1984 : 376). Sepertihalnya upacara ruwatan, melukat juga merupakan bentuk kegiatan ritual yang memiliki hakikat arti pembersihan atau penyucian yang biasanya mengacu pada pembersihan/penyucian diri manusia lahir batin, atau dewa yang diwujudkan lewat pretima yang oleh sesuatu sebab harus diupacarai sehingga menjadi suci/ bersih kembali (Kumbara, 2017 : 28).

Melukat adalah proses pembersihan diri manusia dari segala dosa yang telah dilakukan untuk menyucikanseluruh tubuh dengancara memercikan air suci. Upacara Melukat ini dimaksudkan untuk melakukan pembersihan pikiran dan jiwa secara spiritual dalam diri manusia.Upacara ini merupakan adat tradisi umat Hindu di Bali yang secara turun–temurun masih dilaksanakan hingga kini.Begitu pula yang dijelaskan oleh Jero Mangku Dalem Desa adat Tanjung Bungkak Denpasar. Beliau mengatakan

melukat adalah proses pembersihan diri manusia yang sudah leteh / kotor untuk mendapatkan keselamatan dan ketenangan jiwa dengan cara disirami air suci (wawancara tanggal 23Maret 2017).

Melukat adalah upacara pembersihan pikiran dan jiwa secara spiritual dalam diri manusia.Pensucian secara rohani artinya menghilangkan pengaruh kotor dalam diri.Melukat berasal dari kata lukat dalam Bahasa Kawi-Bali berarti bersihin, ngicalang.Jika dalam Kamus Bahasa Indonesia kata lukat berarti melepaskan (tentang barang yang dilekatkan) kemudian mendapat awalan “me”

menjadi melukat yang diartikan melakukan suatu pekerjaan untuk melepaskan sesuatu yang melekat dinilai kurang baik melalui upacara keagamaan secara lahir dan batin(Wikipedia, 2016).

Dari proses melukat yang unik ini, penata ingin menuangkan ke dalam sebuah bentuk komposisi karawitan kreasi yang berjudul Lukat dengan media ungkap gamelan Gong Luang dengan penambahan alat seperti kendang cedugan, kendang krumpungan dan suling. Garapan ini juga dalam proses perwujudanya banyak melakukan pengembangan dari segi teknik permainan instrumennya. Digunakannya gamelan Gong Luang sebagai media ungkap dalam karya ini karena ketertarikan penata pada motif leluangan dari gamelan Gong Luang itu sendiri. Menurut Gusti Ngurah Padang, leluangan

adalah ciri khas permainan instrumen reong pada gamelan Gong Luang dimana jatuhnya nada terakhir dari peniti melodi atau melodi pokok bisa lebih di dahului atau lebih di belakangi oleh permainan instrumen reong pada saat jatuhnya nada terakhir dari peniti melodi (wawancara tanggal 28Maret 2017). Disamping itu juga karena dasar keahlian penata adalah sebagai pemain instrumen reong, meskipun demikian penata tetap memilih bermain instrumen kendang dalam karya ini untuk melatih kemampuan penata dalam memimpin sebuah lagu.

IDE GARAPAN

Menentukan ide garapan adalah sebuah proses yang paling awal dari serangkaian proses penciptaan. Ide garapan mencakup gagasan pikiran yang ingin disampaikan melalui hasil garapan.Ide garapan dapat muncul dari hasil apresiasi karya seni tradisi, kreasi, maupun modern atau dasar pengalaman dalam kegiatan kehidupan dan aktifitas lainnya.

(3)

Setelah lama memikirkan akhirnya penata menemukan konsep pembersihan diri manusia pada upacara melukat sebagai ide dasar untuk diolah menjadi sebuah karya seni dengan mengangkat judul

Lukat yang nantinya akan dipentaskan di dalam ujian Tugas Akhir Institut Seni Indonesia Denpasar. Ide ini muncul saat penata menyaksikan upacara melukat yang dilakukan oleh saudara penata di rumahnya. Ide ini berlandaskan ajaran Agama Hindu yaitu Bhuana Alit. Dalam ajaran Agama Hindu, Bhuana Alit adalah isi dari alam semesta (Bhuana Agung) yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuh – tumbuhan, dan mahkluk lainnya. Dari semua mahkluk tersebut, manusia merupakan mahkluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena memiliki 3 kekuatan yaituBayu (perbuatan), Sabda (perkataan), dan Idep (pikiran) yang disebut dengan Tri Pramana. Dalam proses kehidupannya manusia pasti telah melakukan banyak kesalahan baik itu secara sengaja maupun tidak sengaja sehingga membuat ketiga kekuatan manusia (Tri Pramana) tersebut menjadi kotor (leteh). Untuk mengembalikan ketiga kekuatan manusia itu maka mereka harus melaksanakan upacara “Melukat” atau pembersihan diri untuk

membersihkan diri dari dosa yang telah mereka perbuat.Melukat merupakan bagian dari pelaksanaan upacara Manusa Yadnya, yang bertujuan untuk membersihkan dan menyucikan pribadi secara lahir dan batin. Untuk mendukung ide tersebut penata mulai mengobservasi beberapa barung gamelan.

Setelah melalui berbagai pertimbangan maka penata menetapkan Gong Luang sebagai media ungkap yang akan digunakan. Pemilihan gamelan ini beralasan karena gamelan Gong Luang memiliki karakter suara yang lembut dan memiliki fungsi sosial yang secara tradisi masih kental dengan aroma religius sehingga cocok dengan konsep melukat yang pada prosesnya dilaksanakan dengan suasana yang tenang dan bersifat religius.

Meski Gong Luang adalah jenis gamelan yang bersifat sakral namun dalam garapan ini gamelan Gong Luang masih memberi kemungkinan untuk melakukan upaya pengembangan dari segi teknik permainan, fungsi maupun komposisi dari lagunya. Teknik permainan gamelan Gong Luang dapat dikembangkan dengan memasukan teknik – teknik gamelan lain seperti Gong Kebyar, Semara Pegulingan, dan lain – lain. Seperti misalnya gangsa jongkok yang biasa dimainkan dengan teknik

kekenyongan dapat dikembangkan menjadi teknik kotekan. Bila dikaji dari segi fungsi gamelan Gong Luang dapat dikembangkan di luar konteks upacara untuk memperkaya fungsi dan maknanya. (Adi Adnyana, 1999 : 3)

Ketertarikan penata untuk mengangkat upacara melukat menjadi sebuah garapan tradisi karena berdasarkan pengamatan empiris dan merenungkan proses pembersihan diri manusia penata yakin semua manusia pasti pernah melakukan kesalahan baik itu secara sengaja maupun tidak disengaja dengan mewujudkanya ke dalam garapan kreasi Lukat.

TUJUAN GARAPAN

Pada dasarnya, dalam berkarya ataupun menciptakaan sesuatu sudah barang tentu mempunyai tujuan dan manfaat.Tujuan merupakan landasan utama yang perlu diperhatikan dalam membuat sesuatu yang memberikan motivasi terwujudnya suatu karya seni. Adapun tujuan dari garapan ini adalah sebagai berikut :

 Tujuan Umum

 Sebagai salah satu syarat menempuh gelar Sarjana Seni (S1) pada Jurusan Seni Karawitan, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar

 Untuk mewujudkan garapan komposisi karawitan Kreasi dengan media ungkap gamelan Gong Luang sebagai pengejawantahan dari proses upacara melukat.

 Untukmentransformasikan karakter suasana kedalam bahasa musik dengan menggunakan gamelan Gong Luang.

Tujuan Khusus

 Untuk mendapatkan proses penggarapan tabuh kreasi dengan media ungkap gamelan Gong Luang.

 Untuk mewujudkan karya seni karawitan tabuh kreasi dengan media ungkap gamelan Gong Luang.

(4)

 Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana S1.

MANFAAT GARAPAN

Manfaat yang diperoleh dari penciptaan komposisi musik ini adalah sebagai berikut :

 Memberikan ilustrasi dari apa yang terjadi pada saat proses upacara melukat yang dituangkan dalam sebuah komposisi karawitan Kreasidengan media ungkapgamelan Gong Luang.

 Meningkatkan kreativitas dalam berkarya seni, khususnya dalam penciptaan sebuah komposisi musik serta menambah wawasan dan pengalaman dalam berkarya seni.

 Menjadi acuan, serta sebagai bahan perbandingan dalam meningkatkan kreativitas di kalangan seniman akademis.

RUANG LINGKUP

Komposisi karawitankreasi Lukat merupakan sebuah komposisi karawitan yang bersifat kreasidan terinspirasi dari pengamatanproses upacara melukat di rumah saudara penata yang dialami oleh saudara penata.Untuk menghindari perbedaan penafsiran, maka dibawah ini akan diuraikan batasan karya sebagai berikut :

1. Garapan Lukat merupakan garapan karawitan kreasi yang dalam pengolahan dan pengembangannya masih berpedoman pada pola – pola tradisi seperti unsur musikal yang meliputi nada, melodi, irama, tempo, harmoni, dan dinamika sehingga mampu menggambarkansuasana upacaramelukat. Dalam buku yang berjudul Kreatifitas Musik Bali Garapan Baru dijelaskan musik kreasi baru adalah musik yang diciptakan dengan melakukan pembongkaran secara selektif dan bertahap terhadap standard konsep – kosnep yang telah ada dalam musik tradisional (Arya Sugiartha, 2012 : 3).

2. Garapan ini merupakan bentuk penyajian komposisi karawitan Kreasiyang terinspirasi dari kejadian atau aktivitas yang penata amati saat melihat proses upacara melukatyang dialami oleh saudara penatadi rumah saudara penata.Komposisi ini terdiri dari 3 (tiga) bagian sebagai pengejawantahan tentang apa yang terjadi ketika mengamatiproses upacara melukat yang dilakukan oleh saudara penata. Komposisi ini juga banyak menggunakan permainan vokal dari 4 orang gerong beserta penabuh. Tidak menutup kemungkinan upaya inovasi juga dapat timbul melalui rasa yang lahir lewat pengembangan motif leluangan yang biasanya dimainkan dengan tempo yang lambat dan diulang – ulang juga didukung oleh permainan gangsa yang pukulannya hanya mengikuti peniti melodi, namun dikemas dengan motif yang baru dimana melodi akan dimainkan sedemikian rupa maksudnya melodi akan dimainkan oleh instrumen jublag dan

jegog sebagai pembawa melodi namun dengan alur yang berbeda sehingga membentuk sebuah perpaduan nada atau harmoni. Kemudian diiringi oleh permainanreong dengan motif leluangan

dangangsadengan jenis pukulan Nyekati untuk memperkuat unsur musikal dalam garapan.

Pukulan nyekati adalah pukulan yang banyak melepas dari pukulan pokoknya dan bertemu pada bagian akhir satu pada, sama dengan memukul dan ditutup dengan panggul yang biasa terdapat pada pengrangrang (Mustika dkk, 1978: 2). Dalam garapan ini akan memunculkan beberapa suasana diantaranya religius, tenang, dan gembira.

3. Dalam garapan yang berjudul Lukat ini media yang digunakan adalah gamelan Gong Luang milik kampus ISI Denpasar, ditambah dengan 5 buah instrumen suling, sepasang instrumen kendang cedugan (lanang – wadon), dan sepasang kendang krumpungan (lanang – wadon).

Adapun instrumenasi yang digunakan dalam karya Lukat ini adalah sebagai berikut : 1. Gong wadon, 1 (satu) buah

2. Kempur, 1 (satu) buah 3. Kempli, 1 (satu) buah 4. Klentong, 1 (satu) buah

5. Kendang ceduganlanang, 1 (satu)buah 6. Kendang cedugan wadon, 1 (satu)buah 7. Kendang krumpunganlanang, 1 (satu) buah

8. Kendang krumpungan wadon, 1 (satu) buah

(5)

11. Terompong, 1 (satu) buah

4. Komposisi ini didukung oleh 24 orang penabuh termasuk penata dan 4 orang gerong. Para pendukung karya ini, terdiri dari mahasiswa jurusan Karawitan semester 5, Sendratasik semester 5 Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar, dan mahasiswa jurusan Sastra Jawa Kuna semester 4, 5 Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana. Selain itu ada juga pendukung yang sudah bekerja.

SUMBER PUSTAKA

Prakempa Sebuah Lontar Gamelan Bali, oleh Dr. I Made Bandem, ASTI Denpasar. 1986. Buku ini memuat tentang 4 unsur pokok dalam gamelan Bali yaitu, etika, estetika, filsafat (logika), dan teknik (gegebug). Aspek filsafat hubungan manusia dengan Tuhan dalam siklus kehidupan manusia sebagaimana tertuang dalam berbagai dimensi keseimbangannya memiliki korelasi penting dalam garapan ini ditinjau dari tema garapan yang berlandaskan konsep melukat itu sendiri. Selain itu buku ini juga memberikan penjabaran tentang hubungan yang sangat erat dari keempat unsur pokok tersebut yang pada dasarnya dipakai cerminan dan acuan dalam proses penggarapan karya ini.

Gamelan Gong Luang Di Banjar Apuan Singapadu, 1984, I Wayan Budana.Dalam skripsi ini

menjelaskan tentang literatur dari gamelan Gong Luang yang ada di banjar Apuan Singapadu.Disini penata mendapatkan definisi dari gamelan Gong Luang, penggolongan gamelan Gong Luang dan juga fungsinya dalam upacara Panca Yadnya.

Keberadaan Gamelan Gong Luang Di Banjar Apuan, Desa Singapadu Gianyar Dari Perspektif

Agama Dan Budaya,(Tesis) th 2009 pendidikan S2 di UNHI Denpasar, oleh I Nyoman Pasek. Dalam

Tesis ini dijelaskan tentang keberadaan Gong Luang Banjar Apuan Singapadu-Gianyar yang dewasa ini sudah jauh bergeser dibandingkan dengan keberadaannya di tahun 1980-an. Dalam tesis ini penata mendapatkan sejumlah informasi penting dari gamelan Gong Luang dan nama-nama instrumen dari gamelan Gong Luang.

Mengenal Beberapa Jenis Sikap Dan Pukulan Dalam Gong Kebyar, oleh Pande Gd Mustika

dkk 1978. Dalam penelitian ini banyak menjelaskan tentang jenis pukulan yang ada pada gamelan Gong Kebyar. Dalam buku ini penata mendapat jenis pukulan nyekati beserta pengertiannya yang nanti akan digunakan dalam garapan karawitan lukat.

Ubit – ubitan Sebuah Teknik Permainan Gambelan Bali, oleh Dr. I Made Bandem 1987. Buku ini memuat tentang 14 jenis ubit – ubitan dalam gamelan Bali, yang dalam komposisi ini akan diolah menjadi ornamentasi guna menampilkan kesan rumit yang mampu menambah unsur estetis pada garapan Lukat.

Skrip Karawitan Pralaya, oleh I Made Adi Adnyana 1999. Garapan ini menggunakan media

ungkap gamelan Gong Luang yang dikombinasikan dengan instrumen kendang, suling, kajar, rebab dan ceng – ceng ricik. Karya ini mengungkapkan tentang fenomena sifat manusia yang serakah dan pada akhirnya menyebabkan kehancuran dunia.

Skrip Karawitan Liang Luang, oleh K Wina Sadhu Gunawan 2014. Garapan ini menggunakan

media ungkap gamelan Gong Luang yang dikombinasikan dengan 4 (empat) buah suling, 1 (satu) pasang kendang gupekan, 1 (satu) buah Kajar, dan 1 (satu) buah ceng – ceng ricik. Karya ini menjelaskan tentang siklus kehidupan manusia yang berawal dari kosong dan kembali ke kosong.

Bheri, oleh I Nyoman Sudiana.Sebuah Jurnal Ilmiah Musik Nusantara Volume 10, 2011, Jurusan Seni Karawitan, Fakultas Seni Pertujukan, Institut Seni Indonesia Denpasar. Dari buku ini penata mendapatkan informasi tentang fungsi estetis dari gamelan Gong Luang. Buku ini membantu penata dalam menggarap agar tidak terlalu jauh melampaui batas dari identitas permainan gamelan Gong Luang.

(6)

menyucikan pikiran. Dari buku ini penata mendapat banyak pembahasan mengenai upacara melukat

yang digunakan menjadi sebuah konsep dalam garapan ini.

SUMBER DISCOGRAFI

Garapan ini tidak hanya ditunjang oleh sumber tertulis tetapi juga ditunjang dengan sumber discografi melalui rekaman–rekaman yang dapatmemberikan inspirasi dalam proses penciptaan komposisi karawitan Lukat, diantaranya:

Youtube.com,video tabuh Pujawali karya Dewa Alit, suatu tabuh yang terinspirasi dari ke-khasan gending Gong Luang.Dalam video ini penatamendapatkan banyak contoh dari motif permainan Gong Luang yang sudah dikembangkan. Video ini menjadi acuan bagi penata untuk belajar mengembangkan motif dari gamelan Gong Luang.

RekamankasetTabuh Rerejangan karya Dewa Alit, rekaman ini merupakan tabuh petegak dari gamelan Semarandhana yang banyak menggunakan motif leluangan dalam bentuk garapannya. Dari rekaman ini penata mendapat banyak jenis motif leluangan yang akan penata gunakan dan kembangkan dalam garapan penata.

RekamanTabuh Gong Luang “Taman Sari”, rekaman ini menjadi sebuah landasan bagi penata untuk menggarap gending Gong Luang. Rekaman ini dilaksanakan untuk sumber acuan dalam mengajar jenis gending gong luang di sanggar Wismaya Sari Br. Sebudi Desa Tanjung Bungkak Denpasar. Rekaman ini adalah gending klasik dari gamelan Gong Luang. Rekaman ini dilaksanakan di Sanggar Wismaya Sari Br. Sebudi Desa Tanjung Bungkak Denpasar. Dari rekaman ini penata menemukan sebuah identitas gending dan teknik permainan dari gamelan Gong Luang.

Rekaman Tabuh Gong Luang “Plitanda”, rekaman ini juga menjadi refrensi terhadap garapan penata dan berguna bagi penata untuk mempelajari tabuh Gong Luang yang masih asli atau klasik.Rekaman ini dilaksanakan untuk sumber acuan dalam mengajar jenis gending gong luang di sanggar Wismaya Sari Br. Sebudi Desa Tanjung Bungkak Denpasar.Dalam rekaman ini juga penata temukan sebuah identitas gending dan teknik permainan dari gamelan Gong Luang.Rekaman ini dilaksanakan di Sanggar Wismaya Sari Br. Sebudi Desa Tanjung Bungkak Denpasar.

SUMBER INFORMAN

Wawancara dengan I Ketut Retug tanggal 23Maret 2017 bertempat di rumahnya Br. Tanjung Bungkak Kelod, Jl. Hayam Wuruk No. 215, Denpasar. Dalam wawancara ini penata mendapat masukan mengenai definisi dari upacara melukat beserta makna dari proses pelaksanaan upacaranya.

Wawancara dengan I Gusti Ngurah Padang tanggal 28 Maret 2017 bertempat di banjar Karangsari, Gatsu, Denpasar Barat. Kebetulan penata bertemu pada saat proses latihan persiapan ngayah di pura Silayukti. Dalam wawancara ini penata mendapat wawasan mengenai gamelan Gong Luang mulai dari segi tehnik permainan hingga nama - namadari masing – masing instrumennya. Penata juga mendapat masukan mengenai konsep secara tertulis dan pengolahan unsur musikal dalam komposisi karawitan kreasi.

SUMBER INTERNET

http://phdi.or.id/artikel/fungsi-dan-makna-ritual-melukat-dalam-pemnyembuhan-gangguan-jiwa-di-bali. Dari situs ini penata mendapat pemahaman mengenai riual upacara Melukat.

https://id.m.Wikipedia.org/wiki.Melukat. Dari situs ini penata mendapat pemahaman mengenai pengertian dari kata Melukat.

DESKRIPSI GARAPAN

(7)

LARAS DAN SAIH

Istilah saih dalam karawitan Bali memamng asing di masyarakat awam. Saih biasanya banyak digunakan dalam teknik permainan gamelan Gambang, Selonding, Caruk dan Gong Luang. Saih yang dipraktekkan pada gamelan tersebut menggunakan istilah lama yang beraneka ragam menurut I Nyoman Tantra (1991 : 12) pengelompokan nama dengan jenis saih didasarkan dengan beberapa hal yaitu :

- Ada yang menggunakan nama saih tergantung pada jumlah fungsionil yang diperlukan oleh suatu lagu seperti : saih lima, saih enam dan saih pitu.

- Ada yang menggunakan nama lagu sebagai nama sai seperti : saih malat, saih cupak, saih puja,

saih sondong, saih riris, saih panji marga, saih puja semara, saih kesumba, saih sadi, saih salah,

saih saa, saih wargasari, saih duren – duren ijo, saih abuang, saih mayura, saih panji cenik dansaih gede.

- Ada yang menggunakan salah satu nada diantara tujuh nada dalam suatu oktaf sebagai nama

saih seperti : saih ding, saih dong, saih dang, saih deng, saih dung, saih dang cenik dan saih

dong cenik.

Dalam gamelan berlaras pelog tujuh nada terdapat persamaan tempat nada yang ada dalam

patutan dalam gamelan Semara Pegulingan dengan saih yang ada dalam gamelan Gong Luang. Tabel 5

Perbandingan patet yang ada dalam gamelan Gong Luang dengan gamelan Semara Pegulingan

No Saih/Patet Nomor Dan Urutan Nada

1 berdasarkan bentuk – bentuk patutan gamelan Semara Pegulingan milik ISI Denpasar.

2 berdasarkan bentuk – bentuk patutan gamelan Semara Pegulingan di Desa Kamasan.

3 berdasarkan bentuk – bentuk patutan gamelan Semara Pegulingan milik ISI Denpasar.

(8)

5 berdasarkan bentuk – bentuk patutan gamelan Semara Pegulingan milik ISI Denpasar.

6 berdasarkan bentuk – bentuk patutan gamelan Semara Pegulingan di Desa Kamasan.

7

Saih Kartika 1 2 - 4 5 - 7

4 5 - 7 1 - 3

INSTRUMENTASI DAN TEKNIK PERMAINAN

Dalam gamelan Gong Luang, setiap instrumen sudah memiliki fungsi dan teknik secara tersendiri. Akan tetapi di dalam garapan Lukat setiap instrumen Gong Luang memiliki fungsi dan teknik yang tidak jauh menyimpang dari sebelumnya (tradisi). Namun ada beberapa instrumen yang dikembangkan dari segi fungsi dan tekniknya yang sudah barang tentu disesuaikan dengan kebutuhan musikal untuk mendukung ide garapan. Adapun bentuk dan fungsi instrumen dalam garapan ini adalah sebagai berikut :

a) Trompong dan Reong

Trompong

Reong

Instrumen ini merupakan instrumen yang bermoncol atau berpencon. Setiap masing – masing tungguh terdiri dari 8 pencon. Dalam barungannya instrumen ini berfungsi sebagai memulai gendingdan mengendalikan melodi gending. Sedangkan dalam garapan Lukat instrumen trompong dan reong difungsikan sebagai :

- Memberikan hiasan pada poko – pokok nada berupa ubit – ubitan. - Memberi angsel – angsel atau aksentuasi.

(9)

- Membuat jalinan melodi tertentu dengan permainan tunggal.

-b) Saron Besar dan Saron Kecil

Saron Besar

Saron Kecil

Saron merupakan instrumen yang berbentuk bilah. Di dalam barungan gamelan Gong Luang terdapat dua jenis saron yaitu saron besar dan saron kecil yang masing – masing menggunakan sistem nada ngumbang – ngisep, dan terdiri dari tujuh bilah.

Fungsi saron besar dan saron kecil pada barugannya adalah menjalankan melodi pokok. Dalam garapan ini fungsinya adalah sebagai berikut :

- Memberi hiasan pada melodi pokok berupa ubit – ubitan. - Mengisi celah – celah yang kosong pada melodi pokok. - Membuat jalinan pada melodi tertentu.

c) Jegogan

Instrumen ini berberntuk bilah yang berjumlah sebanyak tujuh bilah. Teknik permainannya dipukul dengan sistem nada ngumbang – ngisep. Fungsi ingstrumen jegogan dalam barungannya adalah untuk memperjelas tekanan gending atau lagu pada akhir setiap barisnya. Dalam garapan ini instrumen jegogan fungsinya sama dengan fungsi jegogan pada barunagnnya.

(10)

Instrumen ini berbentuk bilah sama dengan jegogan berjumlah tujuh bilah dengan sistem permainan dipukul. Dalam instrumen jublag terdapat sistem ngumbang – ngisep. Instrumen ini berfungsi untuk menjalankan melodi pokok serta menentukan pukulan jegogan. Dalam garapan Lukat,

fungsi instrumen jublag sama dengan instrumen jegogan.

e) Kendang cedugan

Kendang Wadon

Kendang Lanang

(11)

digunakan dalam barungan Gong Luang adalah kendang cedugan yang juga digunakan dalam garapan ini dengan melakukan beberapa pengembangan dari segi tekniknya. Adapun fungsi kendang dalam garapan ini :

- Sebagai pemurba irama. - Memberi angsel – angsel.

- Mengendalikan tempo dan irama gending.

f) Gong

Gong merupakan instrumen bermoncol yang ukurannya paling besar dibandingkan dengan instrumen bermoncol lainnya dalam gamelan Gong Luang. Dalam garapan ini dipakai satu buah gong lanang. Jenis pemukulanya disebut Kanget Atangi (Bandem, 1986 : 69)

g) Kempur

(12)

h) Kajar

Instrumen kajar adalah instrumen yang berbentuk seperti trompong dan reong namun memiliki ukuran yang lebih besar. Instrumen ini berfungsi sebagai pemegang tempo.

i) Gambang

Gambang adalah satu – satunya instrumen Gong Luang yang bilahnya terbuat dari bambu. Teknik permainan gambang yang dipergunakan dalam garapan ini adalah mengikuti melodi pokok dengan pola permainan bebas.

j) Suling

Suling merupakan instrumen tiup yang terbuat dari bambu. Dalam barungan Gong Luang, insrumen ini tidak terdapat di dalamnya. Akan tetapi dalam garapan ini instrumen suling dijadikan instrumen tambahan yang berfungsi:

- Menjalankan melodi

- Memperindah melodi dan suasana

- Sebagai pemanis lagu - Membuat variasi – variasi

(13)

k) Kecek

Intsrumen kecek dimainkan dengan cara memukul dua buah ceng – ceng yang disebut bungan kecek pada ceng – ceng bawah yang berjumlah lima atau enam buang ceng – ceng kecil. Jenis pukulan

yang digunakan dalam garapan ini yaitu :

- Ngecek : Memainkan sambil menutup.

- Ngejet : Pukulan kecek dalam aksen – aksen tertentu.

l) Kendang Krumpungan

Kendang Krumpungan Wadon

Kendang Krumpungan Lanang

Kendang krumpungan sama dengan kendang cedugan yang sumber suaranya berasal dari bahan kulit. Ukuran kendang Bali sangat beragam jenisnya, dari ukuran kecil hingga yang besar. Dalam garapan ini kendang krumpungan menggunakan teknik kendang pegambuhan. Adapun fungsi kendang krumpungan dalam garapan ini :

- Sebagai pemurba irama. - Memberi angsel – angsel.

Mengendalikan tempo dan irama gending.

DESKRIPSI SIMBOL

(14)

pokok yang terdapat dalam lontar Prakempa yakni Filsafat, Etika, Estetika dan Gegebug dapat ditransformasikan ke dalam karya komposisi karawitan kreasi Lukat ini.

Kebutuhan dan keinginan untuk melukiskan suara-suara dalam tulisan yang dapat dibaca, melahirkan sesuatu tentang tulisan tabuh atau gending yang disebut notasi dalam berbagai sistem nada dan tangga nada.

Notasi adalah suatu sistem yang dipergunakan dalam menulis tabuh-tabuh (gending–gending), mengandung makna tertentu bagi masing–masingpemilikinya.Notasi tabuh merupakan pencatatan yang berbentuk simbol-simbol berupa hurup, angka, gambar, dan atribut lainnya.Boleh dikatakan bahwa notasi merupakan perwujudan dari lagu yang telah dituangkan ke dalam bentuk musik melalui alat musik. Dengan mempergunakan notasi, dapat mempercepat proses penuangan sebuah tabuh / gending

kepada para pendukung garapan, dan juga menjadi pegangan bagi penata sekaligus sebagai pedoman untuk melakukan suatu perubahan.

Teks notasi tetabuhan sebagai pencatatan yang sifatnya masih tradisional bernama

Penganggening Aksara Bali, yaitu ulu (3), tedong (4), taleng (5), suku ilut (6), suku (7), carik

(1), dan pepet (2) (Aryasa,1983:30).Dalam garapan ini sistem notasi ding dongdigunakan sebagai simbol dalam penulisan notasinya.

Tabel 6

Penganggening Aksara Bali

Dibaca DalamGamelan Gong Luang Laras Pelog 7 Nada

No Simbol Nama Aksara Dibaca

Selain itu, penata juga menggunakan simbol dari proyeksi suara yang dihasilkan oleh instrumen yang tidak menghasilkan nada maupun instrumen yang bernada seperti table dibawah ini.

(15)

10 Kendang Krumpungan Lanang, Wadon

< / > Tong / Teng (dipukul dengan tangan kiri menggunakan jari)

11 Kendang k / p Ka / Pak (dipukul dengan tangan

kiri ditutup)

Selain simbol di atas ada beberapa simbol yang sudah lazim digunakan dalam penotasian lagu atau gending karawitan Bali seperti :

a.Tanda ulang [[ . . . . . . . . ]]

Tanda ini berupa gua garis vertikal diletakan di depan dan di belakang kalimat lagu atau motif yang mendapatkan pengulangan.

b.Garis nilai . . . . . .

Garis ini berupa garis horisontal yang ditempatkan diatas simbol nada yang lain, yang menunjukan nilai nada tersebut dalam satu ketukan.

d.Tanda garis miring ( / ) pada nada.

Simbol garis miring jika dituliskan atau diletakkan pada nada, mempunyai arti bahwa dalam prateknya nada tersebut dimainkan dengan cara memukul sambil menutup bilah.

TATA BUSANA& TATA RIAS (

make up

)

Dalam penyajian garapan ini, penata menggunakan busana yang hampir sama, antara penata dengan para pendukung garapan guna menyeragamkan busana yang dipakai pada penyajian garapan ini. Busana yang penata gunakan, yaitu kamen berwarna putih, saput jenis songket dan tanpa menggunakan udeng (destar), penata memilih hanya mengikatkan karawesta di bagian kepala karena melihat dari konsepnya agar terlihat sebagai orang yang akan melaksanakan upacara Melukat.

Karawesta adalah daun alang – alang yang diikatkan bunga lalu dipakai dikepala. Pada penampilannya

penata tidak menggunakan baju, alasanya sama karena menyesuaikan dengan konsep.

(16)

Gambar

Tata Busana dan Tata Rias

Gambar 1. Busana penata Gambar 2. Busana pendukung

Gambar 3. Busana Gerong Gambar 4. Busana pendukung wanita

TATA LAMPU (

lighting

)

Pementasan karya tabuh kreasi Lukat mempergunakan tata lampu wings pada bagian awal, dan

generalyang diimbangi lampu warna biru pada bagian II untuk mendukung suasana sejuk saat upacara Melukat dimula dan mempergunakan sound system seperlunya sesuai dengan kebutuhan pementasan

.

TEMPAT PEMENTASANDAN SETTING INSTRUMEN

Penataan panggung dalam stage yang disediakan di gedung Natya Mandala ISI Denpasar, penata pergunakan latar kain berwarna putih sebagai tema sekaligus sebagai latar penataan gamelan yang dipergunakan. Untuk menjangkau penyajian supaya terlihat dengan jelas oleh penonton, untuk barisan paling belakang dipergunakan trap tinggi, kemudian di bagian tengah dengan trap ukuran sedang (medium), dan trap yang paling depan menggunakan ukuran yang paling rendah. Sedangkan untuk barisan yang tidak menggunakan trap adalah barisan paling depan yang tidak terhalangi oleh adanya instrumen. Untuk lebih jelasnya penempatan dan urutaninstrumen dapat dilihat dalam gambar berikut.

(17)

Setting Panggung dan Instrumen

Keterangan :

1. Kendangwadondankendangkerumpunganwadon 11. Saronbesar

2. KendangLanang dankendangkerumpunganlanang 12. Jublag

3. Kecek 13. Jegogan

10. Gambang III. Trap Tipis

PENUTUP

Simpulan

Proses dalam penggarapan karya seni baik menyangkut garapan maupun skrip karya, memerlukan waktu yang panjang. Dalam karya seni ini terdapat beberapa simpulan di antaranya.

- Penyusunan garapan karawitan Lukat ini telah melalui tiga tahapan proses kreativitas yakni

eksplorasi, improvisasi, dan forming. Penggarapan komposisi ini masih berpedoman dari unsur – unsur musikal Gong Luang meliputi : nada, melodi, tempo, harmoni, ritme, dan dinamika kemudian dalam pengembangannya dilakukan beberapa tafsir garap baru seperti teknik dan pengembangan fungsi instrumen tanpa merusak nilai – nilai artistik dari gamelan Gong Luang.

(18)

- Garapan ini merupakan garapan komposisi karawitan kreasi, yang bersumber dari realita pengamatan penata ketika mengamati proses dari upacaraMelukat di rumah saudara penata yang dilakukan oleh saudara penata, keunikan dari proses upacaranya dimana manusia disirami air suci sebagai simbul pembersihan diri secara lahir batin diekspresikan ke dalam sebuah garapan komposisi karawitan kreasi, dengan mengolah warna suara dari beberapa jenis instrumen dari gamelan Gong Luang yang berbeda, ritme, tempo, dinamika serta teknik permainan motif leluangandari instrumen gamelan Gong Luang itu sendiri.

- Garapan ini mempergunakan barungan gamelan Gong Luang lengkap dan instrumen gambang dengan laras pelog tujuh nada serta ada beberapa penambahan instrumen seperti kendang

krumpungan,kendang cedugan, dan suling.

- Dengan tetap berpijak pada konsep, dan sesuai dengan operasional kerja dalam mewujudkan sebuah karya, maka karya seni dan karya tulis secara keseluruhan telah dapat penata sajikan.

Saran

Dalam proses penciptaan karya seni yang terinspirasi dari realita penata dengan tema pembersihan diri secara spiritual, penata telah merasakan berbagai hambatan, sukacita, serta pengalaman yang belum pernah penata alami sebelumnya. Tetapi dengan kesabaran dan jiwa yang besar, hambatan serta tantangan yang belum pernah penata alami sebelumnya dapat teratasi.

Saran penata kepada kalangan mahasiswa jurusan karawitan khususnya adalah:

- Penentuan konsep dan ide yang matang merupakan kunci utama meraih keberhasilan dalam menciptakan karya seni yang bersifat akademis.

- Mewujudkan sebuah karya seni merupakan suatu hal yang tidak mudah, oleh karena itu diperlukan kesiapan mental dan sepiritual yang matang, agar ide serta pikiran-pikiran yang menginspirasi diri dapat terwujud sesuai harapan

.

DAFTAR PUSTAKA

Arwati,Ni Made.2005. Upacara Melukat, Denpasar : Sri Arwati.

Sugiartha, I Gede Arya. 2012. Kreatifitas Musik Bali Garapan Baru, Perspektif Cultural Studies,

Denpasar : UPT. Penerbitan ISI Denpasar.

Aryasa, I WM. 1983.Pengetahuan Karawitan Bali. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Bandem, I Made. 2013. Gamelan Bali Di Atas Panggung Sejarah, Yogyakarta: BP Stikom Bali.

,1986. Prakempa, Sebuah Lontar Karawitan Bali. Akademi Seni Tari Indonesia Denpasar.

, 1987. Ubit – ubitan Sebuah Teknik Permainan Gambelan Bali. Akademi Seni Tari Indonesia Denpasar.

Budana, I Wayan.1984.Gamelan Gong Luang di Banjar Apuan Singapadu, Denpasar: Akademi Seni Tari Indonesia.

D.E, Relin.2012. Pemertahanan Tradisi Ruwatan dalam Era Modernisasi dalam Masyarakat Jawa di Desa Kemendung, Muncar, Banyuwangi, Jatwa Timur dalam Mudra Jurnal Seni Budaya Volume 27 No. 1 (45-46). Denpasar: UPT. Penerbitan ISI Denpasar

Dibia, I Wayan. 2012. Ilen-ilen Seni Pertunjukan Bali, Denpasar: Bali Mangsi.

Djelantik, A. A. M.. 1987. Pengantar Dasar Ilmu Estetika jilid I Estetika Instrumenal Edisi

ke-2.Denpasar: Proyek Pengembangan IKI Sub / Bagian Proyek

(19)

Hadi, Sumandiyo Y. 2003. Mencipta Lewat Tari. Disadur ke bahasa Indonesia (Alma M. Hawkins). Yogyakarta : Manthili Yogyakarta.

Hedisasrawan, http:/hedisasrawan.blogspot.co.id/2014/11

Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa, Jakarta: Bali Pustaka

Mustika, Pande Gd dkk. 1978. Mengenal Beberapa Jenis Sikap Dan Pukulan Dalam Gong Kebyar, Denpasar: ASTI Denpasar

Pasek, I Nyoman. 2009. Keberadaan Gamelan Gong Luang Di Banjar Apuan, Desa Singapadu Gianyar Dari Perspektif Agama Dan Kebudayaan. Tesis. Program Magister Ilmu Dan Kebudayaan Universitas Hindu Indonesia Denpasar.

Rai S, Wayan. 2001. Gong Antologi Pemikiran, Bali: Bali Mangsi.

Rembang, I Nyoman.1984.Sekelumit Cara-cara Pembuatan Gamelan Bali, Denpasar: DepartemenPendidikandan Kebudayaan, Direktorat Jendral Kebudayaan Proyek Pengembangan Kesenian Bali.

Santosa, Hadi. 1986. Tuntunan Memukul Gamelan, Semarang: Dahara Prise Semarang.

Sudiana, I Nyoman. 2007. Gending-gending Gong Luang Desa Kerobokan Badung dalam Bheri Jurnal Ilmiah Musik Nusantara Volume 6 No. 1 (84-85). Denpasar: Jurusan Karawitan ISI Denpasar.

Tantra, I Nyoman. Laporan Penelitian Bentuk Saih Tetekep Dan Patutan Dalam Gamelan Tujuh Nada di Bali, 1991, Dilaksanakan Atas Biaya Operasi Dan Perawatan Fasilitas STSI Denpasar, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Youtube.com,video tabuh Pujawali karya Dewa Alit RekamankasetTabuh Rerejangan karya Dewa Alit RekamanTabuh Gong Luang “Taman Sari”, Rekaman Tabuh Gong Luang “Plitanda”

Rekaman kaset karya I Made Adi Adnyana yang berjudul ”Pralaya” dalam Ujian Sarjana Seni Sekolah

Tinggi Seni Indonesia Denpasar tahun 1999.

Daftar Informan

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Ini menunjukkan bahwa tingkat penyesuaian diri saat mengikuti kegiatan pembelajaran dari para siswa kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta tahun ajaran 2009/2010 tergolong

Hasil : Mayoritas responden memiliki hubungan tertutup dengan orang tua. Semua responden memiliki interaksi baik di lingkungan sekolah, namun di lingkungan masyarakat

Dampak perilaku seks bebas pada usia remaja sangat besar, namun di suatu sisi masih rendahnya tingkat pengetahuan tentang resiko seks bebas yang dilakukan oleh remaja

Adapun tujuan dari penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan sebuah aplikasi E-Book Reader yang lebih efisien, ekonomis dan memberikan kenyamanan tanpa gangguan

• Gubernur  Riau  HM.  Rusli  Zainal,  SE  selaku  Kepala  Daerah  telah  mengeluarkan  RKT    dan  BK  IUPHHK‐HT  terhadap  tujuh  perusahaan  yang 

4 Pertanian yang menentukan bahwa tanah kelebihan batas maksimum akan dibagikan kepada masyarakat yang memenuhi syarat yang diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor

Niaga Sedang : Pelanggan yang me miliki bidang usaha dan didepan usaha nya terdapat jalan yang kelebarannya termasuk saluran got dan berm 7 sampai dengan 10

Pada kondisi annealing 900 °C nilai kekerasan rendah karena pada kondisi ini mendekati dengan temperatur beta tranfus paduan, sehingga fasa beta sudah mulai banyak