• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1) Nilai Karakter Bangsa - MENINGKATKAN RASA TANGGUNG JAWAB DAN PRESTASI BELAJAR PKn MATERI MEMAHAMI KEBEBASAN BERORGANISASI MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 DUKUH TURI BREBES - repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1) Nilai Karakter Bangsa - MENINGKATKAN RASA TANGGUNG JAWAB DAN PRESTASI BELAJAR PKn MATERI MEMAHAMI KEBEBASAN BERORGANISASI MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 DUKUH TURI BREBES - repository "

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1) Nilai Karakter Bangsa

a) Pengertian Karakter

Karakter dalam kamus besar bahasa indonesia (2008) merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Sedangkan menurut Samani (2011: 42) Karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap atau bertindak. Adapun menurut Fitri (2012: 20) secara etimologi istilah karakter berasal dari bahasa latin character yang berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti kepribadian dan akhlak, sedangkan menurut terminologi karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya yang bergantung pada faktor kehidupan sendiri. Dijelaskan lebih lanjut bahwa karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang.

(2)

(1) Pendidikan karakter

Menurut Winton (2010) dalam Samani (2011: 43) Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya. Sedangkan menurut Burke (2011) dalam dalam Samani (2011: 43) pendikan karakter semata-mata merupakan bagian dari pembelajaran yang baik dan merupakan bagian yang fundamental dari pendidikan yang baik. Sedangkan menurut Samani (2011: 43) sendiri Pendidikan karakter telah menjadi sebuah pergerakan pendidikan yang mendukung pengembangan sosial, pengembangan emosional dan pengembangan etik para siswa.

Sedangkan menurut Aunillah (2011: 18-19) Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran indevidu, tekad serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa sehingga akan terwujud insan kamil, sedangkan menurut peneliti sendiri pendidikan karakter adalah upaya menanamkan konsep dan nilai pada peserta didik lewat sebuah sistem yang terjadi berulang-ulang yang akan membentuk kebiasaan.

(3)

Attitudes have been defined as ideas with emotional content, important beliefs, prejudices, biases, predisposition, appreciations, and as states of readiness or set. attitudes have intellectual, biological, social, and emotional components that are derived from experience and exercise a determining influence upon behavior. Attitude as a mental and neural state of readiness, organized through experience, exerting a directive or dynamic influence upon the individual's response to all objects with which it is related.

Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa suatu sikap timbul karena emosi, kepercayaan, penyimpangan, kecenderungan, penghargaan, dan kesediaan yang diperoleh dari pengalaman dan latihan. Sikap sebagai suatu mental dan kesediaan yang dipengaruhi oleh direktif atau dinamis pada saat perorangan tanggap terhadap suatu hal atau keadaan. Untuk itu seorang guru haruslah mampu mendidik siswa dalam rangka membentuk sikap siswa yang positif.

Sedangkan menurut Elkind dkk (2004) dalam Aunillah (2011: 19) yang dimaksud pendidikan karakter adalah segala sesuaatu yang dilaksanakan oleh guru yang mampu mempengarui karakter peserta didik. Adapun menurut T. Ramli (2003) dalam Aunillah (2011: 22) menyatakan bahwasanya pendidikan karakter memiliki esensi yang sama denagan pendidikan moral dan akhlak.

(4)

kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut peneliti sendiri pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang ada di lembaga pendidikan yang berupaya untuk membentuk karakter peserta didiknya. Sedangkan menurut peneliti sendiri pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan guru untuk membentuk dan menanamkan sikap/ karakter kepada peserta didik melalui sebuah sistem pendidikan.

b) Proses terbentuknya Karakter

Menurut Djahiri (1985: 15) proses terbentuknya karakter meliputi 5 tahapan yaitu :

(a) Tahapan Penerimaan (Recelving) (b) Tahapan Respon (Responding) (c) Tahapan Menilai (Valueing)

(d) Tahapan Merorganisir (Organizing)

(e) Karakterisasi/mempribadikan (Characterizing)

Kemudian dari 5 tahapan proses tersebut di jabarkan lewat taksonominya sebagai berikut :

Tabel 2.1. Kawasan domain Afektif dan taksonomiknya

No Lingkup

Urutan Pertelaan Tujuan Kata kunci Tujuan

1 Penerimaan (Recelving)

Maumemusatkan perhatian, tumbuh minat, menyadari keperluan/pentingnya sesuatu, peka,

mengikuti dengan penuh perhatian, terbuka hati nuraninya, dll

Dapat menangkap, mau mendengarkan, mampu

(5)

2 Respon (Responding)

Agar terlibat,

tersentuh nuraninya, timbul dialog dirinya, menjawab sendiri, menyatakan posisi awalnya, berpartisi aktif dalam kegiatan berekspresi. Menghayati, mengantisipasi, melibatkan diri, menyatakan, mengadakan reaksi, menjawab, menyangkal, membenarkan dan mengakui

3 Menilai (Valueing)

Agar pada diri siswa terlibat: pertanyaan benar atau salah/layak-tidak/dialog yang mempertanyakan, kemauan untuk menggunakan pengetahuan/perbekal an dirinya, mengkaji dan membandingkan sertaa menilai keberanian/kemauan mengekspresikan /atau menyatakan/ mengambil keputusan Memperatanyaka, mengkaji, memperbandingkan, memperhitungkan, menyatakan penilaian/pendapat, memilih, memutuskan, mempertmbangkan, dan menanggapi.

4 Merorganisir (Organizing) Supaya: lahir kebutuhan untuk menyerap, mempelajari, menerima, menolak, mengoreksi diri dan menginternalisasi, memahami keadaan diri, menyadari akan perlunya/pentingnya sesuatu. Mengklarifikasi, menggambarkan, mendemonstrasikan, memerankan, menyatakan posisi/ tanggapannya.

5 Mempribadi kan (Charac terizing)

(6)

c) Ruang lingkup Karakter (a) Moral

Moral menurut Piaget dalam Djahiri (1985: 20) Semua yang memuat hal yang dianggap baik/positif/berharga yang bersifat tuntutan dari luar (masyarakat/kehidupan) karena kiprah umum atau praktik nyata.

Sedangkan menurut (Benigna, J. S., 1991: 4) Moral education is conscious effort shared by parent, society, and professional

educators to help "shape the character of less well educated people" Pendidikan moral adalah upaya sadar dari orang tua, masyarakat, dan pendidik profesional untuk membantu "membentuk karakter dari orang-orang pendidikannya kurang baik"

Sedangkan menurut Usman (2008: 51) moral adalah bahasa yang berasal dari bahasa latin yaitu mores artinya tentang kesusilaan atau ajaran tentang baik dan buruk yang diterima secara umum. Dari beberapa kutipan di atas dapat peneliti simpulkan moral adalah baik atau buruk mengenai suatu nilai yang disandarkan pada aturan yang berlaku pada suatu masyarakat.

(b) Norma

(7)

(c) Nilai

Fraenkel (1977) dalam Djahiri (1985: 20) mengemukakan bahwa nilai/Value adalah idea atau konsep yang bersifat abstrak tentang apa yang dipikirkan seseoang atau dianggap penting oleh seseorang. Sedangkan menurut Milton Rokeah menyatakan bahwa nilai adalah suatu kepercayaan/keyakinan (belief) yang bersumber pada sistem nilai seseorang, mengenai apa yang patut dan yang tidak patut dilakukan seseorang mengenai apa yang berharga dan yang tidak berharga.

Sedangkan menurut Mustari (2012) menemukakan nilai adalah satu prinsip umum yang menyediakan anggota masyarakat dengan satu ukuran atau standar untuk membuat penilaian dan pemilihan mengenai tindakan dan cita-cita tertentu.Berbeda dengan itu menurut Kluckhohn (1953) dalam Mustari menjelaskan nilai adalah standar yang waktunya agak langgeng, dalam hal ini standar yang mengatur sistem tindakan.

Berdasarkan pengertian di atas, menurut peneliti sendiri nilai adalah sesutu yang diyakini dan dianggap penting dan nilai ini dianggap sesuatu yang berharga, sedangkan menurut peneliti sendiri nilai adalah ukuran yang diyakini oleh seseorang mengenai sesuatu yang dianggap berharga dan dijadikan acuan dalam bertindak.

(d) Akhlaq

(8)

berarti tabiat, budi pekerti, kebiasaan atau adat sedangkan menurut istilah akhlaq adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan yang mudah tanpa melalui proses pemikiran, petimbangan atau penelitian.

(e) Etika

Menurut Usman (2011: 51) secara bahasa etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang artinya karakter, kebiasaan-kebiasan, watak dan sifat, sedangkan menurut istilah etika adalah pengetahuan yang menetapkan ukuran-ukuran atau kaidah-kaidah yang mendasari pemberian tanggapan atau penilaian terhadap perbuatan-perbuatan. Berdasarkan pengertian di atas, etika menurut peneliti sendiri adalah karakter yang melekat pada seseorang yang berkaitan dengan watak atau sifat yang bisa dilihat dalam perbuatan sehari hari.

2) Tanggung Jawab

Menurut Mustari (2011: 21) bertanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, (alam, sosial, budaya). Negara dan Tuhan.

Menurut Sukanto (1985) dalam mustari (2011: 22-23) menyatakan bahwa diantara tanggung jawab yang mesti ada pada manusia adalah:

(9)

Alam Semesta. Tak ada seorangpun manusia yang lepas bebas dari tanggung jawab, kecuali orang itu gila atau anak-anak.

2) Tanggung jawab untuk membela diri dari ancaman, siksaan, penindasan, dan perlakuan kejam dari manapun datangnya.

3) Tanggung jawab diri dari kerakusan ekonomi yang berlebihan dalam mencari nafkah, ataupun sebaliknya, dan bersifat kekurangan ekonomi. 4) Tanggung jawab terhadap anak, suami atau istri, dan kluarga

5) Tanggung jawab sosial kepada masyarakat sekitar.

6) Tanggung jawab berpikir, tidak perlu mesti meniru orang lain dan menyetujui pendapat umum atau patuh secara membuat terhadap nilai-nilai tradisi, menyaring segala informasi untuk dipilih, mana yang berguna dan manah yang merugikan kita.

7) Tanggung jawab dalam memelihara hidup dan kehidupan, termasuk kelestarian lingkungan hidup dari berbagai bentuk pencemaran.

Menurut mustari (2011: 25) bertanggung jawab personal berarti melaksanakan tugas secara sungguh-sungguh, berani menanggung konsekuensi dari sikap, perkataan dan tingkah lakunya. Dari sini timbul indikasi-indikasi yang diharuskan dalam diri seseorang yang bertanggung jawab. Ciri ciri tersebut di antaranya adalah:

1) Memilih jalan lurus.

2) Selalu memajukan diri sendiri. 3) Menjaga kehormatan diri. 4) Selalu waspada.

(10)

6) Melakukan tugas dengan standard yang terbaik. 7) Mengakui semua perbuatannya.

8) Menepati janji.

9) Berani menanggung resiko atas tindakan dan ucapannya

Tanggung jawab moral biasanya merujuk pada pemikiran bahwa seseorang mempunyai kewajiban moral dalam situasi tertentu.

Sedangkan tanggung jawab sosial ini dapat saja bersifat ”negatif” berarti

tiadanya tuduhan yang memberatkan ataupun bisa jadi “positif “ yang berarti terdapatnya tanggung jawab untuk bertindak baik (sikap Proaktif). Nilai-nilai yang harus ada apabila berinteraksi dalam masyarakat ataupun dengan orang lain di antaranya adalah:

1) Senantiasa berbicara benar.

2) Menghindarkan perasaan iri dengki. 3) Tidak bakhil.

4) Bersikap pemaaf. 5) Adil.

6) Amanah.

7) Tidak sombong.

(11)

Berdasarkan kutipan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa tanggung jawab adalah sikap atau prilaku yang berkaitan dengan tugas dan kewajiban seseorang atau kelompok yang kalau tidak dilakukan akan menimbulkan suatu masalah baru.

3) Prestasi Belajar

1) Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam dunia pendidikan. Istilah ini sering digunakan untuk sebutan penilaian dari hasil belajar. Penilaian ini digunakan oleh guru untuk mengukur seberapa besar siswa mampu menerima materi yang telah dipelajari sesuai dengan tujuan pembelajaran. Istilah prestasi belajar ini terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “prestasi adalah hasil yang

telah dicapai”. Sedangkan menurut Djamarah (2008: 13), “belajar adalah

suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur yaitu jiwa

dan raga”. Dari pengertian prestasi dan belajar, dapat disimpulkan bahwa

(12)

Berikut definisi prestasi belajar menurut para ahli dalam Hamdani (2011: 137-138) :

1) W.J.S. Purwadarminta berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).

2) Qohar dalam jamarah mengatakan bahwa prestasi sebagai hasil yang telah di ciptakan , hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang di peroleh dengan jalan keuletan.

3) Harahap memberikan batasan bahwa prestasi adalah penilain pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.

4) Winkel (1996: 226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Dengan denikian, prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. 5) Arif Gunarso (1993: 77 ) mengemukakan bahwa prestasi belajar

adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

(13)

Berdasarkan pengertian di atas, peneliti memberikan kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang diperoleh dari peserta didik dalam menempuh proses pembelajaran yang diwujudkan oleh nilai nilai atau angka.

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar

Belajar yang efektif sangat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan mereka yang telah ditetapkan dalam tujuan pembelajaran. Agar dapat meningkatkan prestasi belajar perlu diperhatikan faktor internal dan eksternal.

(a) Faktor Internal

a) Kecerdasan (inteligensi)

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi-rendahnya intel-igensi yang normal selalu menunjukan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara anak yang satu dengan anak lainya sehingga anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu, jelas bahwa faktor inteligensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.

(14)

menentukn berhasil-tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid memiliki tingkat kecerdasan normal atau diatas normal, secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi. Sedangkan menurut Slameto (1995) dalam Hamdani (2011: 139) mengatakan bahwa tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat inteligensi yang rendah.

Menurut Muhibbin (1999) dalam Hamdani (2011: 139) berpendapat bahwa inteligensi adalah semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa, semakin besar peluangnya untuk meraih sukses sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteligensi seorang siswa, semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah kemampuan atau kecerdasan yang dimiliki seseorang dalam menghadapi kondisi lingkungan yang ada berkenaan dengan pembelajaran.

b) Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis

(15)

c) Sikap

Sikap, yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh.Sikap seseorang dapat di pengaruhi oleh faktor penge-tahuan, kebiasaan, dan keyakinan.

d) Minat

Minat menurut para ahli adalah psikologi adalah suatu ke-cenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus-menerus. Minat ini erat kaitannya dengan perasaan, terutama perasaan senang. dapat dikatakan minat itu terjadi karena perasaan senang pada sesuatu minat memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pembelajaran jika menyukai suatu mata pelajaran, siswa akan belajar dengan senang hati tanpa rasa beban.

Menurut Winkel (1996) dalam Hamdani (2011: 141) minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Sedangkan menurut Slameto (1995) dalam hamdani (2011: 141) mengemukakan bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.

(16)

apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi, yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri, sedangkan menurut peneliti sendiri minat adalah keinginan yang kuat berdasarkan kebutuhan yang paling disukai.

e) Bakat

Bakat adalah kemampuan potensi yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1986) dalam Hamdani (2011: 141) bahwa bakat dalam hal ini, lebih dekat pengertiannya dengan kata attitude, yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.

Menurut Kartono (1995) dalam Hamdani (2011: 141) menyatakan bahwa bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.

(17)

dan akan berkembang dengan baik apabila disertai belajar dan pendampingan.

f) Motivasi

Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat menentukan baik-tidaknya dalam mencapi tujuan sehingga semakin besar kesuksesan belajarnya. Kuat lemahnya motivasi belajar turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan, terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus di hadapi untuk mencapai cita-cita

Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah cara mengatur agar motivasi dapat di tingkatkan. Demikian pula, dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.

2) Faktor eksternal

(18)

Pengaruh lingkungan pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995) dalam Hamdani (20211: 143) faktor eksternal yang dapat mempengaruhi belajar adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

a) Keadaan keluarga

Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan sebagaimana yang dijelaskan Slameto, bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar, yaitu pendidikan bangsa, negara, dan dunia. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang terdorong untuk belajar secara aktif karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.

(19)

pandangan hidup keagamaan. Oleh karena itu, orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga.

b) Keadaan sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa adalah lingkungan sekolah, lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran, dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa yang kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya

Menurut Kartono (1995) dalam Hamdani (2011: 144) guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar. Oleh sebab itu, guru harus menguasai bahan pelajaran yang disajikan dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.

c) Lingkungan masyarakat

(20)

Kartono (1995) dalam Hamdani (2011: 144) berpendapat bahwa lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka.

3( Fungsi Prestasi Belajar

Prestasi belajar semakin terasa penting untuk dipermasa-lahkan, karena mempunyai beberapa fungsi utama antara lain:

a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik

b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan atas asumsi para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum pada manusia (Abraham H. Moslow, 1984), termasuk kegiatan anak didik dalam suatu pro-gram pendidikan.

c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa prestasi balajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan.

(21)

belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktifitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak didik dimasyarakat. Asumsinya adalah bahwa kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan pembangunan masyarakat.

e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Dalam proses belajar mengajar, anak didik merupakan masalah yang utama dan pertama, karena anak didiklah yang diharapkan mampu menyerap seluruh materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum

Berdasarkan pengertian di atas, peneliti memberikan kesimpulan bahwa prestasi belajar dipengaruhi beberapa faktor

Diantaranya internal dan eksternal yang mana keduanya sangat memiliki peran penting didalam proses pembelajaran untuk mendapatkan hasil belajar yang baik atau mendapatkan prestasi belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

4) Pembelajaran PKn Berdasarkan KTSP

1) Pendidikan Kewarganegaraan

(22)

Adapun pengertian pendidikan adalah proses pendewasaan seseorang atau sekelompok orang dengan usaha sadar melalui pengajaran dan pelatihan sehingga terjadi perubahan pada seseorang atau sekelompok orang tersebut dalam hal pengetahuan, orientasi, dan perilaku yang bersifat kritis dan emansipatoris. (Sofhian dan Gatara. 2011: 5-6).

Sedangkan menurut Zamroni (2003) dalam Taniredja (2009: 3) Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktifitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan bermasyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat. Demokrasi adalah suatu learning process yang tidak dapat begitu saja meniru dan mentransformasikan nilai-nilai demokrasi. Selain itu, pendidikan kewarganegaraan adalah suatu proses yang dilakukan oleh lembaga pendidikan dimana seseorang mempelajari orientasi, sikap dan perilaku politik sehingga yang bersangkutan memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap, political efficacy dan keikutsertaan, serta kemampuan mengambil keputusan politik secara rasional dan menguntungkan bagi dirinya juga bagi masyarakat dan bangsa.

(23)

hal pengetahuan, sikap dan perilaku yang bersifat kritis dan emansipatoris.

Pendidikan kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga Negara dengan Negara serta pendidikan pendahuluan bela Negara menjadi warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara.

2) Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut:

(1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

(2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermsyarakat, berbangsa dan bernegara. (3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

(4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Fathurrohman dan Wuryandari (2011:7) 3) Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Dalam BSNP, ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

(24)

Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan Negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. b) Norma, hokum dan peraturan meliputi: tertib dalam kehidupan

keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistim hokum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.

c) Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrument nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

d) Kebutuhan warga Negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga Negara.

e) Konstitusi Negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar Negara dengan konstitusi.

(25)

pengalaman nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, pancasila sebagai ideology terbuka.

h) Globalisasi meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional.

4) Materi PKn Kelas V Memahami Kebebasan Berorganisai

Pengertian Organisasi

Jenis-Jenis Organisasi

Menurut Kamus Administrasi

Kebebasan Organisasi

Menurut Sondang P.

Siagian Menurut Kamus

Bahasa Indonesia

Di lingkungan Sekolah

Di Lingkungan Masyarakat Kebebasan

(26)

1. Pengertian organisasi

SK : 3. Memaham kebebasan berorgansasi KD : 3.1.Mendeskripsikan pengertian organisasi

3.1.2. Mengidentifikasi ciri-ciri organasasi

3.1.3. Menyebutkan contoh organisasi dilingkungan sekolah dan masyarakat

3.1.4 Menampilkan peran serta dalam memilih organisasi disekolah.

Organisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian atau orang-orang dalam perkumpulan untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi, organisasi adalah tempat berkumpulnya orang orang demi tujuan tertentu. Organisasi terbentuk bila dua orang atau lebih maupun sekelompok orang yang bekerja sama dan menjalankan suatu pekerjaan atau kegiatan demi mencapai tujuan yang sama pula. Dalam suatu organisasi terdapat pembagian tugas. Pembagian tugas yang dilakukan harus disesuaikan dengan kemampuan setiap individu. Organisasi memiliki beberapa unsur, antara lain:

a. Adanya tujuan, yaitu sesuatu yang ingin diwujudkan serta dicapai sehingga memunculkan adanya tugas, wewenang, dan tanggung jawab.

b. Adanya pembagian tugas sekelompok orang

c. Adanya kerja sama di antara orang-orang yang bekerja.

(27)

organisasi memiliki pengurus, anggota, dan tujuan. Tujuan dibentuknya organisasi adalah agar kegiatan organisasi berjalan dengan lancar, dan para anggota dapat menjalin kerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu contoh sederhana dari organisasi adalah pengurus kelas, yang bertugas mengurus dan mengatur kelas tempat belajar. Contoh struktur kepengurusan terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, dan seksi-seksi.

2. Manfaat Organisasi

Mengikuti organisasi sangat banyak manfaatnya, diantaranya dapat menambah wawasan dan pengalaman. Selain menambah wawasan dan pengalaman, organisasi juga dapat membantu mengetahui dan mengembangkan bakat: misalnya, lewat kegiatan organisasi bisa menemukan kelebihan dan bakat yang selama ini terpendam. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwasanya aktif dalam organisasi mampu mendatangkan banyak manfaat, seperti:

a. Menambah wawasan dan pengalaman b. Mengetahui dan mengaembangkan bakat c. Menambah teman

d. Mudah bergaul e. Melatih diri mandiri

f. Membagi dan mengisi waktu dengan kegiatan yang bermanfaat g. Menimbulkan kepercayaan diri dan tidak mudah mengeluh. 3. Tugas-Tugas Pengurus Organisasi

(28)

sebuah organisasi terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan lain-lain. Adapun tugas-tugas dari pengurus suatu organisasi, antara lain:

a. Ketua, mempunyai tugas: 1) Mengurus organisasi.

2) Bertanggung jawab ke luar dan ke dalam organisasi. 3) Memimpin rapat.

4) Mengadakan hubungan dengan pihak luar. 5) Membuat rencana kerja.

b. Wakil ketua, mempunyai tugas:

1) Membantu ketua dalam mengurus organisasi.

2) Bertanggung jawab dan menggantikan tugas ketua, apabila ketua tidak ada.

c. Sekretaris, mempunyai tugas:

1) Membantu ketua dalam mengurus organisasi. 2) Membuat agenda kegiatan organisasi.

3) Membuat surat-surat yang diperlukan/proposal kegiatan. 4) Membuat arsip.

5) Membuat rencana kerja organisasi bersama ketua. d. Bendahara, mempunyai tugas:

1) Membantu ketua dalam mengurus organisasi. 2) Mengurus masalah keuangan organisasi. 3) Membuat laporan keuangan.

(29)

B. Organisasi di Lingkungan Sekolah dan Masyarakat 1. Organisasi di Lingkungan Sekolah

a. Koperasi Sekolah

b. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) c. Gugus Depan Pramuka

d. Komite Sekolah

e. OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) f. PMR

g. Klub olahraga

2. Organisasi di Lingkungan Masyaraka a. RT (rukun tetangga)

b. RW (rukun warga) c. Karang taruna d. Desa atau kelurahan

e. BPD (Badan Permusyawaratan Desa) f. Dewan kelurahan

g. PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga)

5) Pembelajaran Role Playing

a) Pengertian Role Playing

(30)

mem-pertunjukan, mempertontonkan atau memperlihatkan. Sosial atau masyarakat terdiri dari manusia yang satu sama lain terjalin hubungan yang dikatakan hubungan sosial. Drama dalam pengertian luas adalah mempertunjukan atau mempertontonkan suatu keadaan atau peristiwa-peristiwa yang dialami orang. Orang dan tingkah laku orang. Metode sosiodrama berarti cara menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukan dan mempertontonkan atau mendramatisasikan cara tingkah laku dalam hubungan sosial. Jadi sosiodrama ialah metode mengajar yang dalam pelaksaannya peserta didik mendapat tugas dari guru untuk mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem, agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dari suatu situasi sosial.

Pembelajaran dengan role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatn itu dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Metode ini banyak melibatkan siswa dan membuat siswa senang belajar serta metode ini mempunyai nilai tambah yaitu: (a) dapat menjamin seluruh partisipasi seluruh siswa dan memberi kesempatan yang sama untuk menunjukan kemampuannya dalam bekerja sama hingga berhasil, dan (b) permainan merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi siswa (Prasetyo, 2001).

(31)

mengeksploitasi beberapa masalah yang ditemukan untuk melengkapi partisipasi dan pengamat dengan pengalaman belajar yang nantinya dapat meningkatakan pemahaman. (Prasetyo, 2001).

(32)

Role playing menurut Djamarah dan Zain (2002) mempuyai beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:

b) Kelebihan Role playing

1) Siswa melatih dirinya untuk memahami dan mengingat isi bahan yang akan diperankan. Pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian daya ingatan siswa harus tajam dan tahan lama. 2) Siswa akan berlatih untuk berinisiatif dan kreatif. Pada waktu bermain

peran para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapat sesuai waktu yang tersedia.

3) Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga di mungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah 4) Kerjasama antar pemain dapat di tumbuhkan dan di bina dengan

sebaik-baiknya

5) Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya.

6) Bahasa siswa dapat dibina menjadi bahasa yang lebih baik agar mudah di pahami orang lain.

c) Kelemahan metode role playing

1) Sebagian anak yang tidak ikut bermain peran menjadi kurang aktif. 2) Banyak memakan waktu.

3) Memerlukan cukup yang cukup luas.

(33)

d) Pelaksanaan metode role playing

1) Pemilihan masalah, guru mengemukakan masalah yang diangkat dari kehidupan peserta didik agar mereka dapat merasakan masalah itu dan terdorong untuk mencari penyelesaiannya.

2) Pemilihan peran, memilih peran yang sesuai dengan permasalahan yang akan bahas, mendeskripsikan karakter dan apa yang harus di kerjakan oleh para pemain.

3) Menyusun tahap-tahap bermain peran, dalam hal ini guru telah membuat dialog tetapi siswa dapat juga menambahkan dialog sendiri. 4) Menyiapkan pengamat, pengamat dari kegiatan ini adalah semua

siswa yang tidak menjadi pemain atau pemeran.

5) Pemeranan, dalam tahap ini para peserta didik mulai mempersiapkan diri untuk tampil.

Metode sosiodrama (role playing) oleh Mansyur (1996) dalam Sagala (2010:213) mempunyai kebaikan-kebaikan antara lain ialah: 1) Murid melatih dirinya untuk melatih, memahami dan mengingat

bahan yang akan di dramakan. Sebagai pemain harus me-meahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama materi yang harus di perankannyaa.

2) Murid akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu bermain drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya ssesuai dengan waktu yang tersedia.

(34)

4) Kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya.

5) Murid memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab ddengan sesamanya

6) Bahasa lisan murid dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain

Metode sosiodrama (Role playing) mempunyai kelemaha-kelemahan antara lain:

1) Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjdi kurang aktif

2) Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukan.

3) Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menyebabkan gerak para pemain kurang bebas.

4) Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan dan sebagainya.

Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :

1) Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.

(35)

5) Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan.

6) Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan.

7) Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas/memberi penilaian atas penam-pilan masing-masing kelompok.

8) Guru memberikan kesimpulan secara umum. 9) Evaluasi.

10) Penutup.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh putra subur dengan judul Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar siswa pada mata pelajaran PKn materi Keputusan Bersama di kelas SD Negri 2 Bojongsari Purwokerto menggunakan strategi pembelajaran Role playing. Hasil yang di peroleh dalam penelitian menggunakan role playing pada mata pelajaran PKn ternyata berpengaruh terhadap Motivasi dan Prestasi belajar siswa. Dari hasil pengamatan terbukti untuk Motivasi dan Prestasi belajar pada siklus I di peroleh nilai rata-rata 71, 89% sedangkan pada siklus II di peroleh nilai rata-rata 83, 98%. Dapat diketahui bahwa dengan menggunakan pembelajaran role playing dapat meninggkatkan Motivasi dan Prestasi belajar siswa.

C.Kerangka Berfikir

(36)

media dalam belajar dan mengajar agar dapat berkomunikasi dengan baik pada saat menyajikan pelajaran, peserta didik akan lebih mudah menerima materi yang disampaikan oleh guru. Dalam hal ini penggunaan peraga serta metode Role Playing atau bermain peran yang dapat dilakukan oleh para peserta didik dengan bimbingan guru diharapkan akan dapat menggugah rasa tanggung Jawab, dan pola pikir kritis sehingga dapat meningkatakan prestasi belajar bagi peserta didik kelas V sekolah dasar.

Pemanfaatan bahan sederhana sebagai alat peraga serta membawa dan mengenalkan lingkungan nyata kepada peserta didik akan menjadikan pengalaman tersendiri bagi peserta didik sehingga berbagai informasi dan pengetahuan yang mereka dapat merupakan pengintegrasian pengetahuan yang pernah didapat sebelumnya dengan kegiatan bermain peran yang dilakukan sekarang melalui kegiatan eksplirasi, elaborasi dan konfirmasi.

(37)

D. Hipotesis Tindakan

Penggunaan model pembelajaran yang tepat pada pelaksanaan pembelajaran dan perencanaan pembelajaran disusun dengan matang, maka tujuan pembelajaran akan tercapai dengan optimal. Berdasarkan hal tersebut, maka diajukan hipotesis tindakan yaitu:

a) Penggunaan Model Pembelajaran Role Playing pada materi memahami Kebebasan Berorganisasi di kelas V SD Negeri 2 Dukuh Turi Brebes dapat meningkatkan Rasa Tanggung Jawab siswa.

b) Penggunaan Model Pembelajaran Role Playing pada materi memahami Kebebasan Berorganisasi di kelas V SD Negeri 2 Dukuh Turi Brebes dapat meningkatkan Prestasi Belajar Siswa.

Guru menerapkan Rasa Tanggung Jawab dan Metode Role Playing

dalam pembelajaran PKn materi Memahami Kebebasan Berorganisasi

Guru masih menggunakan

pendekatan konvensional (berceramah) dalam pembelajaran

PKn materi Memahami Kebebasan Berorganisasi

Rasa Tanggung jawab dan Prestasi belajar PKn materi memahami kebebasan Berorganisasi rendah

SIKLUS I

Guru menerapkan Rasa Tanggung Jawabdan metode Role Playing dalam pembelajaran PKn materi Memahami Kebebasan Berorganisasi

SIKLUS II

Guru menerapkan Rasa Tanggung Jawabdan metode Role Playing dalam pembelajaran PKn materi Memahami Kebebasan Berorganisasi

KONDISI AWAL

TINDAKAN

Diduga melalui penerapan pendekatan pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan prestasi belajar dan Rasa Tanggung Jawab di kelas V SD N 2 Dukuh Turi Kab. Brebes Tahun Pelajaran 2011/2012

Gambar

Tabel 2.1. Kawasan domain Afektif dan taksonomiknya

Referensi

Dokumen terkait

Setiap Negara memiliki kebudayaan yang berbeda satu sama lainnya baik dari bangsa, bahasa, mata uang, pemerintahan, dan lain sebagainya. Program aplikasi ini menggunakan

Integrasi Sosial Yang Dibangun GPIB Pniel Pasca Konflik Sosial di Pasuruan, Jawa TimurI.

Dalam kacamata cultural studies hal ini menjadi hal yang penting, karena potret komodifikasi dalam budaya pop bukan lagi masalah produk kreatif yang dihasilkan dari masyarakat

Sistem yang dirancang pada penelitian ini adalah penerapan Wireless Sensor Network menggunakan topologi tree pada pendeteksi dini potensi kebakaran lahan gambut

The Directorate of High Schools Development of the Ministry of Education and Culture of the Republic of Indonesia is honoured to be hosting the World Schools Debating

Dialog imajiner yang mengawali tulisan ini kiranya mewakili sidang pembaca yang mungkin bertanya-tanya seputar kemunculan “kitab katak” seri ke-2 dari Jalu Suwangsa setelah

Google Maps adalah suatu peta dunia yang dapat kita. gunakan untuk melihat suatu

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui p erbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari: tingkat pendidikan, status guru, dan masa kerja guru.. Data dikumpulkan dengan