• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Berbicara 1. Pengertian - BAB II ANESTUTI GALUH PANGESTUTI PSIKOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Berbicara 1. Pengertian - BAB II ANESTUTI GALUH PANGESTUTI PSIKOLOGI"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Berbicara

1. Pengertian

Kemampuan berarti kesanggupan; kecakapan; kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri.Kemampuan yaitu mampu artinya kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan dan kekuatan (Poerwadarminta, 2007). Pendapat lain dikemukakan juga oleh Nurhasanah (2007) bahwa mampu artinya (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan. Sehubungan dengan hal tersebut Tuminto (2007) menyatakan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan atau kekuatan.

(2)

betulnya ucapan yang mereka keluarkan, pembicaraan mereka hanya “membeo” karena kekurangan unsur mental dari makna yang dimaksud (Hurlock, 2008).

Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.Berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide yang dikombinasikan (Tarigan, 2008).

Hal yang berbeda dikemukakan oleh Arsjad dan Mukti (2001) bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kalimat-kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.Pendengar menerima informasi malalui rangkaian nada, tekanan dan penempatan persendian (juncture).Jika dilakukan dengan tatap muka, gerakan tangan dan mimik juga berperan.

(3)

pengalamannya dengan orang lain dan mengemukakan keinginannya (Soetjiningsih, 2005).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan ide, pikiran, gagasan atau isi hati kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan yang dapat dipahami oleh orang lain. Aktivitas anak yang dapat dilakukan yaitu dengan berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang-orang yang ada disekitarnya sehingga dapat melatih anak untuk terampil bicara.

(4)

2. Kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun

Berbicara bukanlah sekedar pengucapan kata atau bunyi, tetapi merupakan suatu alat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan atau mengkomunikasikan pikiran, ide maupun perasaan.Berbicara merupakan suatu keterampilan berbahasa yang berkembang dan dipengaruhi oleh keterampilan.Kemampuan berbicara berkaitan dengan kosa kata yang diperoleh anak dari kegiatan menyimak dan membaca. Menurut Yusuf(2010) tipe kemampuan berbicara:

a. Egosentric speech, terjadi ketika anak berusia 2-3 tahun, dimana anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog). Kemampuan berbicara anak dalam hal ini sangat berperan dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya.

b. Socialized speech, terjadi ketika anak berinteraksi dengan temannya maupun lingkungan. Hal ini berfungsi untuk mengembangkan kemampuan adaptasi sosial anak. Berkenaan dengan hal tersebut terdapat 5 bentuk sozialized speech yaitu (1) saling tukar informasi untuk tujuan bersama; (2) penilaian terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain (3) perintah, permintaan, ancaman (4) pertanyaan dan (5) jawaban.

(5)

Hurlock (2008) mengemukakan kriteria untuk mengukur tingkat kemampuan berbicara secara benar atau hanya sekedar “membeo” sebagai berikut:

a. Anak mengetahui arti kata yang digunakan dan mampu menghubungkannya dengan objek yang diwakilinya. Jadi, anak tidak hanya mengucapkan tetapi juga mengetahui arti kata yang diucapkan.

b. Anak mampu melafalkan kata-kata yang dapat dipahami orang lain dengan mudah. Hal tersebut berarti bahwa anak melafalkan dengan jelas kata yang diucapkannya dengan bahasa yang mudah dimengerti orang lain sehingga orang lain dapat memahami maksud apa yang diucapkannya.

c. Anak memahami kata-kata tersebut bukan karena telah sering mendengar atau menduga-duga

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengukur kemampuan berbicara anak adalah anak mengetahui arti kata yang diucapkannya, anak dapat melafalkan kata-kata yang dapat dipahami orang lain dan memahami kata-kata yang diucapkannya.

3. Tahapan be rbicara anak

Suhartono (2005) menjelaskan tahap kemampuan berbicara yaitu: a. Tahap penanaman

(6)

mampu menggunakan kalimat terdiri satu kata atau frase.Kata yang diucapkannya mengacu pada benda-benda yang ada disekelilingnya. b. Tahap telegrafis

Pada tahap ini anak mampu menyampaikan pesan yang diinginkannya dalam bentuk urutan bunyi yang berwujud dua atau tiga kata.Anak menggunakan dua atau tiga kata untuk mengganti kalimat yang berisi maksud tertentu dan ada hubungannya dengan makna.Ujaran tersebut sangat singkat dan padat.Oleh karena itu, ujaran anak sejenis ini disebut juga telegrafis.Pada tahap ini anak sekitar 2 tahun.

c. Tahap transformasional

Pada tahap ini anak sudah mulai memberanikan diri untuk bertanya, menyuruh, menyanggah dan menginformasikan sesuatu. Pada tahap ini anak sudah mulai berani mentransformasikan idenya kepada orang lain dalam bentuk kalimat yang beragam. Berbagai kegiatan anak aktivitasnya dikomunikasikan atau diujarkan melalui kalimat-kalimat. Yang termasuk pada tahap ini yaitu anak berumur lima tahun.

(7)

4. Aspek-Aspek Kemampuan Berbicara

Menurut Dhieni (2005), ada beberapa aspek yang dijadikan ukuran kemampuan berbicara seseorang yaitu aspek kebahasaan dan non kebahasaan:

a. Aspek kebahasaan, meliputi

1) Ketepatan ucapan (pelafalan bunyi), anak harus dapat mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat dan jelas.

2) Penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi dan ritme

Penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi dan ritme yang sesuai akan menjadi daya tarik tersendiri dalam berbicara, bahkan merupakan salah satu faktor penentu dalam keefektifan berbicara.

3) Penggunaan kata dan kalimat

Penggunaan kata sebaiknya dipilih yang memiliki makna dan sesuai dengan konteks kalimat.Anak juga perlu dilatih menggunakan struktur kalimat yang benar.

b. Aspek non kebahasaan, meliputi:

1) Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku

(8)

2) Pandangan diarahkan kepada lawan bicara

Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara agar lawan bicara memperhatikan topik yang sedang dibicarakan serta lawan bicara dihargai.

3) Memperhatikan orang lain berbicara

Dengan memperhatikan orang lain berbicara berarti telah belajar menghormati pemikiran orang lain.

4) Gerak-gerik dan mimik yang tepat

Gerak-gerik dan mimik yang tepat berfungsi untuk membantu memperjelas atau menghidupkan pembicaraan.

5) Kenyaringan suara

Tingkat kenyaringan suara disesuaikan dengan situasi, tempat, jumlah pendengar, dan akustik (ruang dengar) yang ada yaitu tidak terlalu nyaring dan tidak terlalu lemah.

6) Kelancaran

Kelancaran dalam berbicara akan mempermudah untuk menangkap isi pembicaraan yang disampaikan

7) Penalaran dan relevansi

Yaitu hal yang disampaikan memiliki urutan yang runtut dan memiliki arti yang logis serta adanya saling keterkaitan atau hubungan dari hal- hal yang disampaikan.

(9)

1) Pengucapan

Setiap anak berbeda-beda dalam ketepatan pengucapan dan logatnya.Perbedaan ketepatan pengucapan bergantung pada tingkat perkembangan mekanisme suara, serta bimbingan yang diterima dalam mengaitkan suara kedalam kata yang berarti.Perbedaan logat disebabkan karena meniru model yangpengucapannya berbeda dengan yang biasa digunakan anak.

2) Pengembangan Kosakata

Anak harus belajar mengaitkan arti dengan bunyi dalam mengembangkan kosakata yang dimiliki.Peningkatan jumlah kosa kata tidak hanya karena mempelajari kata-kata baru, tetapi juga karena mempelajari arti baru bagi katakata lama.

3) Pembentukan Kalimat

Pada mulanya anak menggunakan kalimat satu kata yakni kata benda atau kata kerja. Kemudian kata tersebut digabungkan dengan isyarat untuk mengungkapkan suatu pikiran utuh yang dapat dipahami orang lain.

Sedangkan menurut Arsyad & Mukti (2001) aspek-aspek berbicara terdiri dari:

(10)

Seorang pembicara harus dapat diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara jelas.Pengucapan bunyi bahasa yang kurang jelas, dapat mengalihkan perhatian pendengar.

2) Pilihan kata (diksi)

Pilihan kata hendaknya tepa dan sesuai dengan kenyataan. Tepat maksudnya isi pembicaraan tepat pada sasaran sesuai dengan konteks kata itu barada dan maknanya tidak bertentangan dengan nilai rasa masyarakat yang memakainya.

b. Aspek kenonkebahasaan, meliputi:

1) Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara

Supaya pendengar dan pembicara betul-betul terlibat dalam kegiatan berbicara, pendangan pembicara sangat membantu.Hal ini sering diabaikan oleh pembicara.

2) Memperhatikan orang lain berbicara

Dalam menyampaikan isi pembicaraan seorang pembicara hendaknya memiliki sikap terbuka dala arti dapat menerima pihak lain.

3) Kenyaringan suara juga sangat menentukan

Tingkat kenyaringan ini tentu disesuaikan dengan situasi, tempat, jumlah pendengar dan akustik.Tetapi perlu diperhatikan jangan berteriak.

4) Kelancaran

(11)

Berdasar dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aspek kemampuan berbicara terdiri dari aspek kebahasaan dan non kebahasaan.Aspek kebahasaan meliputi ketepatan ucapan, pilihan kata dan Sedangkan aspek kenonbahasaan meliputi: sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku, pandangan diarahkan kepada lawan bicara, kesediaan menghargai pendapat orang lain, gerak-gerik dan mimik yang tepat, kenyaringan suara, kelancaran dan relevansi/penalaran.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ke mampuan Bicara Anak

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berbicara anak menurut Hurlock (2008) yaitu:

a. Kesehatan

Anak yang sehat, lebih cepat belajar berbicara dibanding anak yang tidak sehat karena motivasinya lebih kuat untuk menjadi anggota kelompok sosial dan berkomunikasi dengan anggota kelompok tersebut.

b. Kecerdasan

Anak yang mempunyai kecerdasan tinggi belajar berbicara lebih cepat dan memperhatikan penguasaan bahasa yang lebih unggul dibanding anak yang tingkat kecerdasannya rendah.

c. Keadaan sosial ekonomi

(12)

sosial ekonominya lebih rendah.Penyebab utamanya adalah anak dari kelompok yang lebih tinggi, lebih banyak didorong untuk berbicara dan lebih banyak dibimbing melakukannya.

d. Jenis kelamin

Dibandingkan dengan anak perempuan, anak laki- laki tertinggal dalam belajar berbicara.Pada setiap jenjang umur, kalimat anak laki- laki lebih pendek dan kurang betul tata bahasanya, kosa kata yang diucapkan lebih sedikit dan pengucapannya kurang tepat dibanding anak perempuan.

e. Keinginan berkomunikasi

Semakin kuat keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain semakin kuat motivasi anak untuk belajar berbicara dan bersedia menyisihkan waktu dan usaha yang diperlukan untuk belajar.

f. Ukuran keluarga

Anak tunggal atau anak dari keluarga kecil biasanya berbicara lebih awal dan lebih baik dibanding anak dari keluarga besar, karena orang tua dapat menyisihkan waktu yang lebih banyak untuk mengajar anaknya berbicara.

g. Urutan kelahiran

Dalam keluarga yang sama, anak pertama lebih unggul dibanding anak yang lahir kemudian. Ini karena orang tua dapat menyisihkan waktunya lebih banyak untuk mengajar anaknya berbicara.

(13)

Semakin banyak hubungan anak dengan teman sebayanya dan semakin besar keinginan mereka untuk diterima sebagai anggota kelompok sebaya akan semakin kuat motivasi mereka untuk belajar berbicara.

i. Kepribadian

Anak yang dapat menyesuiakan diri dengan baik cenderung kemampuan bicaranya lebih baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif dibanding anak yang penyesuaian dirinya jelek.Kenyataannya, bicara seringkali dipandang sebagai salah satu petunjuk anak yang sehat mental.

Menurut Hildayani (2011) faktor- faktor yang mempengaruhi kemampuan berbicara diantaranya yaitu:

a. Kecerdasan

Terdapat hubungan antara pengukuran intelegensi dengan pengukuran perkembangan bahasa (kosa kata, kemampuan artikulasi, dan indikasi kematangan kemampuan bahasa).

b. Jenis kelamin

Perkembangan bahasa anak perempuan akan lebih cepat daripada anak laki- laki

c. Kondisi fisik

(14)

Keluarga merupakan lingkungan terdekat dengan anak yang paling penting untuk memfasilitasi perkembangan bahasa pada anak. e. Kondisi ekonomi

Anak-anak yang berasal dari kelas menengah memiliki perkembangan bahasa yang lebih cepat daripada anak-anak dari keluarga ekonomi rendah.

f. Setting sosial/lingkungan-budaya.

Indonesia terkenal memiliki budaya yang beraneka ragam.Perbedaan budaya ini membuat perbedaan pada perkembangan bahasa anak.

g. Billingualisme (2 bahasa)

Apabila anak harus berbahasa dua pada usia yang masih muda (kurang dari dua tahun) pada saat perkembangan “bahasa ibu” belum sepenuhnya mantap hal ini akan menyebabkan anak mengalami kesulitan pada pengucapan kata dan penguasaan kota kata.

Berdasar dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berbicara pada anak diantaranya yaitu kecerdasan, kondisi fisik, sosial ekonomi, jenis kelamin, lingkungan budaya, lingkungan keluaga dan billingualisme.

B. Anak Taman Kanak-Kanak

(15)

Anak Taman Kanak-kanak merupakan anak yang berusia 4 sampai 6 tahun yang berada dalam proses perkembangan, baik perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, maupun bahasa. Perkembangan anak bersifat progresif, sistematis, dan berkesinambungan. Setiap aspek perkembangan saling berkaitan satu sama lain, terhambatnya satu aspek perkembangan tertentu akan mempengaruhi aspek perkembangan yang lainnya.

Montessori dalam Syaodih (2005:8) berpendapat bahwa usia 3-6 tahun merupakan periode sensitif atau masa peka pada anak, yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Misalnya masa peka untuk berbicara pada periode ini tidak terpenuhi maka anak akan mengalami kesukaran dalam berbahasa untuk periode selanjutnya.

Setiap anak memiliki karakteristik tersendiri dan perkembangan setiap anak berbeda-beda baik dalam kualitas maupun tempo perkembangannya. Kartono (1986:113) dalam Syaodih (2005:13-16) mengungkapkan ciri khas anak masa kanak-kanak sebagai berikut:

a. Bersifat Egosentris Naif

Seorang anak yang egosentris naif memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai dengan pengetahuan dan pemahamannya sendiri, dibatasi oleh perasaan dan pikirannya yang masih sempit.

(16)

Relasi sosial yang primitif merupakan akibat dari sifat egosentris yang naif. Ciri ini ditandai oleh kehidupan anak yang belum dapat memisahkan antara keadaan dirinya dengan keadaan lingkungan sosial sekitarnya.

c. Kesatuan Jasmani dan Rohani yang Hampir tidak Terpisahkan Dunia lahiriah dan batiniah anak belum dapat dipisahkan, anak belum dapat membedakan keduanya. Isi lahiriah dan batiniah masih merupakan satu kesatuan yang utuh. Penghayatan anak terhadap sesuatu dikeluarkan atau diekspresikan secara bebas, spontan, dan jujur baik dalam mimik, tingkah laku, maupun bahasanya.

d. Sikap Hidup yang Fisiognomis

Anak bersikap fisiognomis terhadap dunianya, artinya secara langsung anak memberikan atribut/sifat lahiriah atau sifat konkrit, nyata terhadap apa yang dihayatinya. Anak belum dapat membedakan benda hidup dan benda mati. Segala sesuatu dianggap memiliki jiwa sehingga anak pada usia ini sering bercakap-cakap dengan binatang, boneka, dan sebagainya.

(17)

Menurut Patmonodewo, (2006) ciri-ciri anak taman kanak-kanak yaitu:

a. Ciri fisik

Penampilan atau gerak- gerik prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya.

1) Anak usia dini umumnya sangat aktif. Mereka telah memiliki penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan-kegiatan yang dilakukan sendiri.Berikan kesempatan kepada anak untuk lari, memanjat dan melompat.Usahakan kegiatan-kegiatan tersebut di atas sebanyak mungkin sesuai dengan kebutuhan anak dan selalu dibawah pengawasan.

2) Walaupun anak laki- laki lebih besar, namun anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik halus, tetapi sebaiknya jangan mengkritik anak lelaki apabila ia tidak terampil. Jauhkan dari sikap membandingkan laki- laki, perempuan juga dalam kompetisi ketrampilan.

b. Ciri sosial

(18)

tetapi kemudian berkembang jadi sahabat yang terdiri dari jenis kelamin yang berbeda.

c. Ciri emosional

Anak usia dini cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka, sikap marah, iri hati anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan perhatian guru.

d. Ciri kognitif

anak usia dini umumnya sudah terampil berbahasa, sebagian besar dari mereka senang berbicara, khususnya pada kelompoknya.Sebaliknya anak diberi kesempatan untuk menjadi pendengar yang baik.

Menurut Soetjiningsih semua tugas perkembangan anak usia 4-6 tahun disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam empat kelompok besar yang disebut sektor perkembangan yang meliputi:

a. Perilaku sosial

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan kemandirian, bersosialisasi dan beriteraksi dengan lingkungan misalnya membantu di rumah, mengambil makan, berpakaian tanpa bantuan, menyuapi boneka, menggosok gigi tanpa bantuan dan mengambil makan. b. Gerakan motorik halus

(19)

koordinasi yang cermat misalnya menggambar garis, lingkaran dan menggambar manusia.

c. Bahasa

Kemampuan yang memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah misalnya semua dimengerti, mengenal dan menyebutkan warna, menggunakan kata sifat (besar-kecil)

d. Gerakan motorik kasar

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh misalnya beridri dengan satu kaki, berjalan naik tangga dan menendang bola ke depan.

2. Karakteristik ke mampuan berbicara anak taman kanak-kanak

Suhartono (2005) mengatakan pada waktu anak masuk Taman Kanak-Kanak, anak telah memiliki sejumlah besar kosakata.Mereka sudah dapat membuat pernyataan negatif, kalimat majemuk dan berbagai bentuk kalimat.Mereka memahami kosakata lebih banyak.Mereka dapat bergurau, bertengkar dengan teman-temannya dan berbicara sopan kepada orang tua dan berbicara sopan kepada orang tua dan guru mereka. Kematangan bicara anak ada hubungannya dengan latar belakang orang tua anak dan perkembangannya di taman kanak-kanak.

(20)

jarak dan permukaan (kasar- halus). Anak usia 5-6 tahun sudah dapat berpartisipasi dalam suatau percakapan. Anak sudah dapat mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut. Percakapan yang dilakukan oleh anak usia 5-6 tahun telah menyangkut berbagai komentarnya terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan orang lain serta apa yang dilihatnya.

Menurut Ernawulan (2005) perkembangan berbicara anak usia 5-6 tahun adalah anak sudah mampu berkata-kata sederhana dan berbahasa sederhana, cara bicara mereka sudah lancar, dapat dimengerti dan cukup mengikuti tata bahasa walaupun masih melakukan kesalahan berbicara.

Mustaqim (2005) mengemukakan tentang kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun sebagai berikut: suka berbicara dan umumnya berbicara kepada seseorang, tertarik menggunakan kata-kata baru dan luas, banyak bertanya, tata bahasa akurat dan beralasan, menggunakan bahasa yang sesuai dapat mendefinisikan dengan bahasa yang sederhana, menggunakan bahasa dengan agresi, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, sangat aktif berbicara.

Selanjutnya Dhieni (2005) menyebutkan anak usia 4-6 tahun mempunyai karakteristik berbicara yaitu:

a. Kemampuan anak untuk dapat berbicara dengan baik

b. Melaksanakan 2-3 perintah lisan secara berurutan dengan benar c. Mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan

urutan yang mudah dipahami

(21)

e. Menggunakan kata sambung seperti: dan, karena, tetapi

f. Menggunakan kata tanya seperti bagaimana, apa, mengapa, kapan g. Membandingkan dua hal

h. Memahami konsep timbal baik i. Menyusun kalimat

j. Mengucapkan lebih dari tiga kalimat k. Mengenal tulisan sederhana

Dari beberapa pandangan di atas, maka indikator anak yang terampil berbicara dalam penelitian ini adalah anak dapat berbicara dengan lancar dan dapat dipahami orang lain, berani mengemukakan ide kepada orang lain, berani bertanya dan menjawab pertanyaan, berani menyampaikan kegiatan yang telah dilakukan dan dapat menyusun kalimat dengan baik dan benar.

3. Masalah-masalah perkembangan bahasa anak taman kanak-kanak

Menurut Hildayani (2005) beberapa masalah perkembangan bahasa anak usia perasekolah diantaranya yaitu:

a. Kesulitan untuk mengungkapkan keinginan secara verbal

(22)

artikulator) seperti lidah dan gigi membuat mereka kesulitan untuk

mengungkapkan keinginan secara verbal. Salah satu faktor lain yang tidak boleh dilupakan yaitu emosional. Bila anak merasa aman dan nyaman dalam mengungkapkan keinginannya secara verbal maka kemampuan ini akan terus dikembangkan secara lebih baik.

b. Kesulitan untuk berkomunikasi dengan kalimat lengkap

Penggunaan kalimat yang lengkap dalam suatu percakapan berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal anak. Bila lingkungan terus menuntunnya untuk berbahasan yang baik dan benar maka anak akan terpacu untuk berucap lengkap. Hal yang perlu diingat adalah bahwa kemampuan berbicara dan berbahasa anak biasanya didapat dari hasil imitasi terhadap kemampuan orang-orang dewasa yang ada disekitarnya dalam berbicara.

c. Cadel

(23)

Penyebab kelainan berbicara bermacam- macam yang melibatkan berbagai faktor yang dapat saling mempengaruhi, antara lain kemampuan lingkungan, pendengaran, kognitif, fungsi saraf, emosi psikologis dan lain sebagainya. Seorang anak mungkn kehilangan pendenganran sensoneural dari sedang sampai berat. Sedangkan yang lain mungkin kehilangan penengaran konduksi berulang, sehingga kemampuan bicara keseluruhannya menurun. Demikian pula gangguan bicara yang terjadi tanpa adanya cedera otak. Penyebab gangguan bicara antara lain (Soetjiningsih, 2005): Tabel 1.Penyebab gangguan bicara pada anak

No Penyebab Efek pada perkembangan

bicara 1. Lingkungan

a. Sosial ekonomi kurang b. Tekanan keluarga c. Keluarga bisu

d. Di rumah

menggunakan bahasa bilingual

a. Terlambat b. Gagap

c. Terlambah pemerolehan bahasa

d. Terlambat pemerolehan struktur bahasa

2. Emosi

a. Ibu yang tertekan

b. Gangguan serius pada orang tua

c. Gangguan serius pada anak

a. Terlambat pemerolehan bahasa

b. Terlambat atau gangguan perkembangan bahasa

c. Terlambat atau gangguan perkembangan bahasa

3. Masalah pendengaran a. Kongenital

b. Didapat

a. Terlambat/gangguan bicara yang permanen

b. Terlambat/gangguan bicara yang permanen

4. Perkembangan terlambat a. Perkembangan lambat b. Perkembangan lambat,

(24)

No Penyebab Efek pada perkembangan bicara

tetapi masih dalam batas rata-rata

c. Retardasi mental c. Pasti terlambat bicara 5. Cacat bawaan

a. Palatoschizis b. Sindrom down

a. Terlambat dan terganggu kemampuan bicaranya

(25)

6. Kerusakan otak a. Kelainan

neuromuskular

b. Kelairan sensorimotor c. Palsi selebral

d. Kelainan persepsi

a. Mempengaruhi kemampuan

mengisap, menelan, mengunyah dan akhirnya timbul gangguan bicara dan artikulasi seperti disartria b. Mempengaruhi kemampuan

mengisap dan menelan, akhirnya menimbulkan gangguan artikulasi seperti dispraksia

c. Berpengaruh pada

pernafasan, makan dan timbul juga masalah artikulasi yang dapat mengakibatkan disartria dan dispraksia

d. Kesulitan membedakan suara, mengerti bahasa, simbolisasi, mengenal konsep, akhirnya menimbulkan kesulitan belajar di sekolah

4. Tujuan kemampuan berbicara anak

Secara umum tujuan kemampuan berbicara anak usia prasekolah yaitu agar anak mampu mengungkapkan isi hatinya (pendapat, sikap) secara lisan dengan lafal yang tepat untuk dapat berkomunikasi. Selain itu anak dapat melafalkan bunyi bahasa yang digunakan secara tepat, anak mempunyai perbendaharaan kata yang memadai untuk keperluan berkomunikasi dan agar anak mampu menggunakan kalimat secara baik untuk berkomunikasi secara lisan.

(26)

a. Memiliki perbendaharaan kata yang cukup yang diperlukan untuk berkomunikasi sehari-hari. Perbendaharaan kata/kosakata sangat diperlukan dalam berkomunikasi, sehingga semakin anak banyak memiliki perbendaharaan kata/kosakata maka akan semakin baik dalam berkomunikasi.

b. Mau mendengarkan dan memahami kata-kata serta kalimat

Anak dapat mengucapkan kata setelah mendengar kata tersebut dari orang disekitarnya dengan disertai makna kata tersebut, dengan mendengarkan dan memahami kata-kata yang diucapkan orang lain maka anak dapat memperoleh kosakata baru yang dapat digunakan untuk berkomunikasi.

c. Mampu mengungkapkan pendapat dan sikap dengan lafal yang tepat Dalam hal ini anak dapat memahami, melaksanakan atau menyampaikan pesan kepada orang lain, anak mampu menggunakan kalimat-kalimat perintah yang baik, dan anak mampu menunjukkan sikap dan perasaannya terhadap suatu kejadian dan melalui perbuatan sehari- hari.

d. Berminat menggunakan bahasa yang baik

(27)

e. Berminat untuk menghubungkan antara bahasa lisan dan tulisan Anak dapat mengetahui bahwa benda-benda disekelilingnya mempunyai simbol bahasa dan anak mengetahui adanya hubungan antara gambar-gambar dengan tulisan-tulisan atau ucapan lisan.

Dari uraian di atas maka tujuan pengembangan berbicara anak usia prasekolah yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah anak dapat mengungkapkan isi hatinya (pendapat atau sikap) secara lisan, anak mampu menungkapkan pendapat dan sikap dengan lafal yang tepat dan anak berminat menggunakan bahasa yang baik.

C. Kerangka Pikir

Kemampuan berbicara penting untuk dikembangkan pada anak sebab dengan memperhatikan kemampuan berbicara dapat diketahui berbagai perkembangan bahasa dan perilaku yang dilakukan.Dalam kegiatan pembelajaran umumnya guru yang lebih banyak mendominasi pembicaraan. Guru lebih banyak berbicara dan menyampaikan segala hal dibandingkan anak. Hal inilah yang menyebabkan kemampuan berbicara anak kurang dapat berkomunikasi lisan dengan lancar.

Dalam mengembangkan kemampuan berbicara pada anak usia TK perlu dilakukan dengan cara yang menyenangkan, sebab dengan suasana yang menyenangkan anak akan lebih mudah terstimulasi kemampuan-kemampuannya. Salah satu cara yang dianjurkan adalah melalui permainan.

(28)

terdiri dari aspek kebahasaan dan non kebahasaan. Aspek kebahasaan meliputi: (1) ketepatan ucapan; (2) pilihan kata. Aspek non kebahasaan meliputi: (1) Pandangan diarahkan kepada lawab bicara (2) memperhatikan orang lain berbicara; (3) kenyaringan suara dan (4) kelancaran berbicara.

Berdasar hasil penelitian yang dilakukan oleh Puspita (2012) menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan berbicara kelompok B TK Islam Plus Persis Kecamatan Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya mempunyai kemampuan bicara berdasar aspek kebahasaan yaitu baik dan berdasar aspek non kebahasaan yaitu cukup baik.

Berdasarkan paparan di atas, maka kerangka alur pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Teori Aspek kemampuan bicara

a. Aspek kebahasaan

1) Ketepatan ucapan (pelafalan bunyi) 2) Pilihan kata

b. Aspek non kebahasaan

1) Pandangan diarahkan kepada lawan bicara

2) Memperhatikan orang lain berbicara 3) Kenyaringan suara

4) Kelancaran

Anak Usia 5-6 Tahun

Perkembangan Bahasa

Gambar

Tabel 1.Penyebab gangguan bicara pada anak
Gambar 1. Kerangka Teori

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi stabilitas tanah di lapangan cukup baik dan memungkinkan untuk dilakukan pemindahan dinding penahan tanah dalam rangka mengurangi luas area lahan pondasi

Belum adanya syslog server yang dapat menampilkan log jika terjadi serangan di sebuah jaringan client yang ditampilkan secara terpusat untuk memudahkan para admin wahana

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi nyata dalam menyelesaikan masalah tentang kurangnya keterampilan dalam menulis karangan narasi, khususnya dari segi

Penelitian ini bertujuanuntuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien pengguna BPJS, menganalisis pelayanan tenaga administrasi terhadap

Sedangkan modul pemantauan berfungsi untuk mengolah data-data perkembangan ayam yang sudah diberikan oleh peternak mitra dan anak kandang. Kedepannya, sistem ini dapat

Selanjutnya penulis mengharapkan dan menyarankan untuk kedepannya penerapan metode promethee dapat dilakukan inovasi dan pengembangan kasus karena masih banyaknya kasus

[r]

Kesimpulan : Secara umum hasil akhir dari asuhan keperawatan yang diberikan pada klien Tn.T dengan gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran semua masalah keperawatan