• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ICARE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ICARE"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN ICARE UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

(Studi kasus: Siswa Kelas XI MM2 SMK Negeri 1 Klungkung Tahun

Pelajaran 2016/2017)

Ni Kadek Dwi Ardiyani1, I Gede Mahendra Darmawiguna2, I Gede Partha Sindu3

Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Bali

E-mail: dwiardiyani46@gmail.com1, mahendra.darmawiguna@undiksha.ac.id2,

partha.sindu@undiksha.ac.id3

Abstrak—Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pengolahan Citra Digital (PCD) dengan menerapkan model pembelajaran ICARE (Introduction Connection Application Reflection Extention) dan mengetahui respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran ICARE. Penelitian ini dilaksanakan di SMK N 1 Klungkung, dimana melibatkan siswa kelas XI MM2 (29 siswa) tahun pelajaran 2016/2017. Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar dan respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran ICARE pada mata pelajaran Pengolahan Citra Digital (PCD). Data hasil belajar siswa dikumpulkan melalui tes kognitif dan lembar observasi afektif serta psikomotor, sedangkan data respon siswa dikumpulkan dengan lembar angket tertutup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari ketuntasan klasikal siswa yang diperoleh pada siklus I sebesar 17,24%, dan pada siklus II sebesar 100,00%. Hasil belajar ini mengalami peningkatan sebanyak 82,76%. (2) rata-rata respon siswa terhadap terhadap penerapan model pembelajaran ICARE tergolong positif 65,25 peneliti menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran ICARE pada mata pelajaran Pengolahan Citra Digital (PCD) dapat meningkatkan hasil belajar dan mendapat respon yang positif dari siswa. Kata kunci—ICARE (Introduction Connection

Application Reflection Extention), PCD, Hasil belajar, Respon siswa

Abstract—This study aimed at improving students’

learning outcomes on the subject of Technology of

information by implementing ICARE (Introduction Connection Application Reflection Extention) instructional model and finding out the students’ responses toward the implementation of ICARE instructional model. This research was conducted at SMK N 1 Klungkung which involved the students of class XI MM2 (29 students) in the academic year 2016/2017. This research was designed in the form of Class Action Researh which consisted of 2 cycles. The data which were gathered in this research were the students’ learning outcomes and responses toward the implementation of ICARE instructional model on the subject of Digital Image Processing. The data of the students’ learning outcomes were gathered by means of cognitive test as well as affective and psikomotor observation sheet, while the data of the students’ responses were gathered by closed questionnaire. The result of this study showed that (1) there was an improvement of the students’ learning outcomes. This can be seen from the classical mastery of the students obtained in the fist cycle was 17.24%, and in the second cycle was 100.00%. The learning outcomes improved by 82.76%. (2) The students responses on the average toward the implementation of ICARE instructional model could be classified as positive that was equal to 65.25. The researcher concluded that the implementation of ICARE instructional model on the subject of Digital Image Processing can improve the students learning outcomes and can obtain positive responses from the students.

Keyword—ICARE (Introduction Connection Application Reflection Extention), PCD, Learning outcomes, students’ responses

(2)

I. Pendahuluan

Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan nasional semakin mengalami kemajuan, pendidikan di sekolah-sekolah telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi karena terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat belajar bagi semua siswa. Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pembaharuan dalam sistem pendidikan nasional yang mencakup seluruh komponen yang ada[1].

Pendidikan merupakan titik sentral yang sangat berpengaruh untuk meningkatkan kemajuan suatu negara. Melalui pendidikan harkat dan martabat bangsa dapat ditingkatkan dan dengan demikian tujuan untuk memajukan negara kearah yang lebih baik lagi dapat terwujud. Peningkatan mutu pendidikan telah banyak dilakukan oleh setiap negara untuk memajukan negaranya. Salah satunya adalah Indonesia yang menjadikan sebagai jalan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tercantum dalam menghasilkan manusia yang dapat memberikan banyak kontribusi bagi masyarakat, bangsa dan negara sehingga mampu hidup dan bersaing dalam era globalisasi yang akan datang tanpa kehilangan identitas nasionalnya[2].

Begitu juga dalam kegiatan belajar mengajar, dalam hal ini siswa mempunyai hak dan kebebasan untuk bersuara, berpendapat atau beragumen di dalam kelas yang berkaitan dengan materi pelajaran di kelas. Saat berlangsungnya Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) seharusnya yang aktif bukanlah gurunya saja, dimana siswa hanya dianggap sebagai suatu benda yang pasif, yang hanya mendengarkan dan mematuhi apa yang disampaikan oleh guru, Tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan demikian melalui pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas kehidupan pribadi maupun masyarakat, serta mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan professional[3]

Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan dikelas XI Multimedia SMK Negeri 1 Klungkung terdapat beberapa permasalahan terkait dengan proses pembelajaran yang berlangsung dalam suatu proses belajar mengajar di kelas, terdapat siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda khususnya pada mata pelajaran PCD (Pengolahan Citra Digital) Biasanya ada beberapa orang yang memang senang untuk mengutarakan pendapatnya, namun ada juga yang tidak mau mengutarakan pendapatnya. Ada beberapa faktor ditimbulkan dari pihak pengajar/guru, yang pertama guru jarang menjelaskan tujuan pelajaran dan hasil yang akan dicapai selama pelajaran, sehingga siswa kurang bisa memahami topik dari pembelajaran tersebut. Faktor yang kedua, guru jarang mengkaitkan materi pembelajaran yang akan diajarkan dengan materi pembelajaran yang sudah diajarkan, maka dari itu guru yang dalam hal ini berkaitan dengan kemampuan guru untuk memberikan penjelasan tentang topik pembelajaran. Faktor yang ketiga, keterbatasan sarana prasarana di laboratorium komputer mengakibatkan beberapa siswa tidak dapat mempraktekkan materi pembelajaran yang diberikan oleh guru. Faktor yang keempat, guru jarang memberikan tugas atau pekerjaan rumah (PR) sebagai penguatan terhadap materi pembelajaran yang sudah diberikan. Selain dipihak guru, siswa malas membuat rangkuman/ringkasan dari pelajaran yang telah diberikan oleh guru.

Untuk mengetahui bahwa hasil belajar PCD kelas XI Multimedia rendah, peneliti menganalisis data leger mata pelajaran PCD kelas XI Multimedia SMK N 1 Klungkung. Hasil analisis tersebut ternyata memang benar kelas XI Multimedia yang hasil belajarnya kurang memuaskan. Terlihat bahwa ketuntasan klasikal siswa kelas XI Multimedia masih dibawah ketuntasan klasikal yang telah ditentukan oleh sekolah yaitu: 70% untuk ketuntasan klasikal dengan KKM 70.

Peneliti juga melakukan penyebaran angket karakteristik siswa untuk mengetahui penyebab perbedaan hasil belajar antara kelas XI MM1 dan kelas MM2. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan yang telah dilakukan yaitu sebanyak 66% (18 orang) menyatakan mereka tidak setuju jika tidak pernah latihan atau praktek dirumah sehingga siswa kelas XI MM1 dikategorikan memiliki minat belajar yang tinggi, sedangkan sebanyak 70% (19 orang) menyatakan mereka tidak setuju jika selalu mengerti materi yang dijelaskan oleh guru sehingga

(3)

siswa kelas XI MM2 dikategorikan memiliki minat belajar yang rendah.

Untuk mengatasi masalah-masalah yang telah diketahui, perlu adanya inovasi dan upaya yang dilakukan dalam pembelajaran PCD Roestiyah[4] mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran, pembelajar sendirilah yang aktif membangun pengetahuannya, sedangkan pengajar (guru) berperan sebagai mediator, fasilitator, pembimbing, dengan memberikan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapakan idenya sendiri untuk meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran. Untuk itu, guru diharapkan dapat merancang suatu pembelajaran yang dapat membuat siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri, meningkatkan keantusiasan siswa terhadap pembelajaran PCD, membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran, mengarahkan siswa menarik simpulan dari pelajaran yang diberikan, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan siswa dapat menangkap inti dari pembelajaran. Berbagai model, metode dan strategi telah dilakukan untuk melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran ICARE (Instruduction Connection Application Reflection Extention) adalah salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut.

II. Kajian Pustaka

ICARE meliputi lima unsur kunci dari pengalaman pembelajaran anak-anak, remaja dan dewasa yaitu Introduction Connection Application Reflection Extention. Penggunaan system ICARE untuk memastikan bahwa para peserta memiliki kesempatan untuk mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari[5].

1. Introduction (Pendahuluan)

Pada tahap pengalaman pembelajaran ini, para guru atau fasilitator menanamkan pemahaman tentang isi dari pelajaran kepada para peserta. Bagian ini harus berisi penjelasan tujuan pelajaran/sesi dan apa yang akan dicapai hasil selama pelajaran/sesi tersebut. Introduction (Pendahuluan) harus singkat dan sederhana. 2. Connection (Penghubung)

Sebagian besar pembelajaran merupakan rangkaian dengan satu kompetensi yang dikembangkan berdasarkan kompetensi sebelumnya. Oleh karena itu, semua pengalaman pembelajaran yang baik perlu dimulai dari apa yang sudah diketahui, dapat

dilakukan oleh peserta , dan mengembangkannya. Pada tahap Connection dari pelajaran, anda berusaha menghubungkan bahan ajar yang baru dengan sesuatu yang sudah dikenal para peserta dari pembelajaran atau pengalaman sebelumnya. Anda dapat melakukan hal ini dengan mengadakan latihan brainstorming yang sederhana untuk memahami apa yang telah diketahui para peserta, dengan meminta mereka untuk memberitahu anda apa yang mereka ingat dari pelajaran/sesi sebelumnya atau dengan mengembangkan sebuah kegiatan yang dapat dilakukan peserta sendiri. Sesudah itu, anda dapat menghubungkan para peserta dengan informasi baru. Ini dapat dilakukan melalui presentasi atau penjelasan yang sederhana. Akan tetapi, perlu diingat bahwa presentasi seharusnya tidak terlalu lama dan paling lama hanya berlangsung selama sepuluh menit. 3. Application (Penerapan)

Tahap ini adalah yang paling penting dari pelajaran. Setelah peserta memperoleh informasi atau kecakapan baru melalui tahap Connection, mereka perlu diberi kesempatan untuk mempraktikkan dan menerapkan pengetahuan serta kecakapan tersebut. Bagian Application harus berlangsung paling lama dari pelajaran di mana peserta bekerja sendiri, tidak dengan instruktur, secara pasangan atau dalam kelompok untuk menyelesaikan kegiatan nyata atau memecahkan masalah nyata menggunakan informasi dan kecakapan baru yang telah mereka peroleh.

4. Reflection (Refleksi)

Bagian ini merupakan ringkasan dari pelajaran sedangkan peserta memiliki kesempatan untuk merefleksikan apa yang telah mereka pelajari. Tugas guru adalah menilai sejauh mana keberhasilan pembelajaran. Kegiatan refleksi atau ringkasan dapat melibatkan diskusi kelompok dimana instruktur meminta peserta untuk melakukan presentasi atau menjelaskan apa yang telah mereka pelajari. Mereka juga dapat melakukan kegiatan penulisan mandiri dimana peserta menulis sebuah ringkasan dari hasil pembelajaran. Refleksi ini juga bisa berbentuk kuis singkat dimana instruktur memberi pertanyaan berdasarkan isi pelajaran. Poin penting untuk diingat dalam refleksi adalah bahwa instruktur perlu menyediakan kesempatan bagi

(4)

para peserta untuk mengungkapkan apa yang telah mereka pelajari.

5. Extention (Perluasan/pengembangan)

Karena waktu pelajaran/sesi telah selesai, bukan berarti semua peserta yang telah mempelajari dapat secara otomatis menggunakan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan bagian Extention adalah kegiatan dimana guru menyediakan kegiatan yang dapat dilakukan peserta setelah pelajaran berakhir untuk memperkuat dan memperluas pembelajaran. Di sekolah, kegiatan Extention biasanya disebut pekerjaan rumah. Kegiatan Extention dapat meliputi penyediaan bahan bacaan tambahan, tugas penelitian atau latihan.

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya[6]. selain itu, ada pendapat lain, yakni hasil belajar adalah suatu puncak dari proses belajar dimana hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi dari guru, dan merupakan hasil dari tindakan belajar dan tindakan mengajar[5]. Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri siswa akibat adanya tindakan belajar.

Dalam sistem pendidikan nasional klasifikasi hasil belajar yang digunakan adalah menurut Benjamin S. Bloom, Klasifikasi ini dikenal dengan Taksonomi Bloom, karena nama pencetus ide ini adalah Benjamin S. Bloom hanya mengembangkan ranah Kognitif (cognitive domain), sedangkan ranah Psikomotor (psychomotor domain) dikembangkan oleh Simpson, dan untuk ranah Afektif (affective domain) dikembangkan oleh David R. Kratwohl bersama dengan Benjamin S. Bloom dan Bertram B. Masia[7].(Dimyati & Mudjono 2002).

Ranah kognitif merupakan aspek yang paling banyak diukur dalam proses penilaian disekolah dan biasanya diukur dengan menggunakan tes tertulis, baik melalui berupa tes objektif maupun tes uraian. Kemampuan yang termasuk ranah kognitif dikategorikan ke dalam enam jenis perilaku, yaitu sebagai berikut.

1) Pengetahuan (C1) yaitu kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip atau metode.

2) Pemahaman (C2) yaitu kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang telah dipelajari.

3) Penerapan (C3) yaitu kemampuan menerapkan atau mengimplementasikan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.

III. Metodologi

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini bersifat kolaboratif, di mana antara peneliti dan guru mata pelajaran PCD di SMK N 1 Klungkung berkolaborasi dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di kelas tempat berlangsungnya penelitian. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menerapkan model pembelajaran ICARE untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI MM2 SMK N 1 Klungkung tahun pelajaran 2016/2017. Alasan peneliti menggunakan siswa kelas XI MM2 sebagai subjek penelitian karena di kelas tersebut ditemukan permasalahan-permasalahan yang telah dikemukakan pada latar belakang sedangkan objek penelitian ini adalah hasil belajar dan respon siswa setelah diterapkannya model pembelajaran ICARE.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Lewin, Kemmis dan Mc Taggart (dalam Lailiyah, Rochmatul dan Muliatna, I Made,2010) yang terdiri dari empat komponen yaitu: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi/evaluasi, dan (4) refleksi.R (KK). Masing-masing siklus terdiri dari 3 kali pertemuan dan 1 kali tes akhir siklus. Dalam 3 kali pertemuan. Masing-masing pertemuan memiliki alokasi waktu 2x45 menit.

1. PROSEDUR PENELITIAN a. Refleksi Awal

Penelitian ini dimulai dengan melaksanakan refleksi awal yang bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi permasalah-permasalahan dan kendala-kendala baik yang dialami oleh siswa maupun guru, (2) Mengetahui kelemahan model dan proses pembelajaran yang berlangsung, dan (3) Memperkirakan model-model pemecahannya. Berdasarkan refleksi awal diperoleh bahwa hasil belajar siswa tergolong rendah, hal ini dapat dilihat dari ketuntasan klasikal yang diperoleh siswa berada dibawah ketuntasan klasikal yang ditentukan sekolah, sesuai yang dipaparkan pada latar belakang.

(5)

b. Siklus I

Tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut. 1) Perencanaan Tindakan I 2) Pelaksanaan Tindakan I 3) Observasi/Evaluasi I 4) Refleksi I c. Siklus II 1) Perencanaan Tindakan I 2) Pelaksanaan Tindakan I 3) Observasi/Evaluasi I 4) Refleksi I d. Siklus Berikutnya

Pada siklus berikutnya, ini dilaksanakan jika siklus I dan II belum meningkatkan hasil belajar siswa SMK Negeri 1 Klungkung. Tahapan-tahapan yang dilakukan hampir sama dengan siklus I dan II

2. VARIABEL PENELITIAN

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga di peroleh informasi tentang hal tersebut, yang kemudian ditarik kesimpulannya. Kerlinger (dalam Sugiyono, 2013:61) menyatakan bahwa “variabel adalah konstruk atau sifat yang akan di pelajari”. Secara garis besar, penelitian ini melibatkan dua buah variabel, yaitu variabel bebas (Independent Variable) dan variabel terikat (Dependent Variable) yang dijelaskan sebagai berikut.

1) Variabel bebas (independent variabel) Variabel ini sering disebut dengan variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering di sebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini ada 1 yaitu penerapan model pembelajaran ICARE ( Introduction Connection Application Reflection Extention)

2) Variabel terikat (dependent variabel) Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa indonesia sering di sebut sebagai varibel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar.

3. TEKNIK ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TINDAKAN

Data hasil belajar yang telah dikumpulkan setelah menerapkan model pembelajaran ICARE dianalisis dengan teknik sebagai berikut.

1) Aspek Kognitif

Data hasil belajar pada aspek kognitif pada mata pelajarah PCD dianalisis dengan menentukan skor penilaian siswa yang diperoleh melalui tes Essay. Rumusnya adalah sebagai berikut.

Skor Penilaian Kognitif =

%. 100 x al SkorMaksim Jumlah Perolehan JumlahSkor 2) Aspek Afektif

Data hasil pada aspek afektif siswa dianalisis dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi afektif terdiri dari 15 item penilaian memiliki rentang 0 sampai 2. Masing-masing item memiliki skor minimal 0 dan maksimal 2. Berdasarkan hal tersebut maka dapat ditentukan bahwa skor maksimalnya adalah 30 dan skor minimalnya adalah 0. Skor penilaian untuk aspek afektif diperoleh dengan rumus sebagai berikut. Skor Penilaian Afektif =

%. 100 x al SkorMaksim Jumlah Perolehan JumlahSkor 3) Aspek Psikomotor

Data hasil belajar pada aspek psikomotor untuk mata pelajaran PCD dianalisis dengan menentukan skor penelitian siswa yang diperoleh melalui observasi selama proses pembelajaran. Rumus yang digunakan adalah:

Skor Penilaian Psikomotor =

%. 100 x al SkorMaksim Jumlah Perolehan JumlahSkor 4) Hasil Belajar

Skor hasil belajar siswa ditentukan dengan menjumlahkan skor dari masing-masing aspek (kognitif, afektif, dan psikomotor) dengan memberikan bobot yang berbeda untuk setiap aspeknya. Rumus yang

(6)

digunakan adalah sebagai berikut: Kriteria ketuntasan untuk masing-masing aspek. Hasil Belajar = 10 ) ( 5 ) ( ) (

3SkorKognitifSkorAfektifSkorPsikomotor

Hasil belajar siswa yang diperoleh dikualifikasikan berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebagai berikut.

No Hasil Belajar Siswa Kualifikasi

1 ≥ 70 Tuntas

2 < 70 Belum

Tuntas 5) Respon Siswa

Respon Siswa terhadap penerapan model pembelajaran ICARE dikumpulkan dengan kuisioner atau angket tanggapan siswa. Angket ini menggunakan skala Likert dengan pilihan Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Untuk respon negatif pemberian skor terbaik dengan item positif.

IV. Hasil dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian

Dari data yang sudah dianalisis, rata-rata hasil belajar siswa kelas XI MM2 SMK N 1 Klungkung pada siklus I adalah 53,93 dan persentase ketuntasan klasikalnya adalah sebesar 17,24%. Hasil belajar siswa pada siklus I disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Belajar Siswa kelas XI MM2 SMK N 1 Klungkung

No Keterangan Jumlah 1 Siswa yang tuntas 5 2 Siswa yang belum tuntas 24 3 Ketuntasan Klasikal 17,24%

Berdasarkan kategori keberhasilan, suatu penelitian dikatakan berhasil jika nilai ketuntasan klasikal ≥70%. Dari kategori tersebut, hasil belajar siswa pada siklus I belum memenuhi kategori keberhasilan, karena persentase ketuntasan klasikalnya masih belum mencapai kriteria ketuntasan yang diharapkan yaitu sebesar 17,24%

serta hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 53,93 yang mana hasil ini belum mencapai target yaitu ≥70.

Hasil belajar pada siklus masih belum mencapai kategori berhasil. Proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I secara garis besar sudah sesuai dengan apa yang direncanakan dan telah mampu meningkatkan motivasi siswa yang sebelumnya masih tergolong pasif menjadi lebih aktif. Dengan penerapan model pembelajaran ICARE,

kondisi pembelajaran yang awalnya berpusat pada guru berubah menjadi berpusat pada siswa. Tetapi masih terdapat kekurangan yang perlu untuk diperbaiki sehingga hasil yang telah diperoleh dapat ditingkatkan lagi.

Hasil belajar pada siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan ini ditandai dengan jumlah siswa yang tuntas bertambah banyak menjadi 28 orang siswa dan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 0 orang siswa. hasil belajar siklus II disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Belajar Siswa kelas XI MM2 pada siklus II

No Keterangan Jumlah 1 Siswa yang tuntas 28 2 Siswa yang belum

tuntas

0

3 Ketuntasan Klasikal 100,00%

Berdasarkan Tabel 2 dapat dijelaskan bahwa ketuntasan klasikal pada siklus II adalah 100,00%. Untuk perhitungan nilai hasil belajar siswa dan ketuntasan klasikal menggunakan rumus yang sama seperti pada siklus I. Sesuai dengan kategori keberhasilan penelitian yaitu mampu mencapai ketuntasan klasikal sebesar ≥70% dan hasil belajar siswa sebesar ≥70 penelitian pada siklus II dikategorikan berhasil karena telah melewati standar ketuntasan klasikal yang telah ditentukan dengan perolehan ketuntasan klasikal 100,00% dan hasil belajar sebesar 87,67.

(7)

Berdasarkan persentase ketuntasan klasikal pada siklus II dapat dikatakan bahwa perbaikan pelaksanaan tindakan siklus I yang dilakukan atas dasar refleksi pada siklus I telah berhasil. Perbaikan pelaksanaan tindakan siklus I yang diterapkan pada proses pembelajaran siklus II secara garis besar telah mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif dan santai, dimana siswa juga terlibat mampu berdiskusi dengan baik dan saling membantu dalam kelompok masing-masing. Siswa juga antusias dalam mengungkapkan kesimpulan dari pelajaran yang mereka peroleh pada akhir pertemuan.

Sehingga dapat dikatakan bahwa kegiatan pembelajaran pembelajaran yang berlangsung selama dua siklus ini berlangsung sesuai dengan yang diharapkan. Hasil belajar siswa pada proses pembelajaran siklus II menunjukkan adanya peningkatan. Setiap aspek, baik itu kognitif, afektif dan psikomotor rata-rata mengalami peningkatan, disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Perolehan hasil belajar siswa siklus I dan siklus II

Aspek Siklus I Siklus II Kognitif 53,62 85,54 Afektif 47,89 91,79 Psikomotor 58,28 85,33

Berdasarkan penggolongan respon siswa yang telah disajikan pada model penelitian dan hasil perhitungan dari respon siswa terhadap implementasi model pembelajaran ICARE yaitu sebesar 65,25, maka rata-rata skor respon siswa tersebut berada dalam kriteria 72 > X ≥ 36 yang mana kriteria tersebut tergolong dalam kategori positif. Untuk persentase respon siswa kelas XI MM2 pada model pembelajaran ICARE.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa ketuntasan klasikal dan hasil belajar telah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan, dengan kriteria ketuntasan klasikal sebesar ≥70% dan hasil belajar ≥70, serta respon siswa terhadap implementasi model pembelajaran ICARE yang ditinjau dari rata-rata skor respon siswa tergolong dalam kategori positif.

Berawal dari siklus I, ketuntasan klasikal siswa kelas XI MM2 pada siklus I menunjukkan persentase sebesar 17,24% dengan 5 orang tuntas dan 24 orang belum tuntas sedangkan hasil belajar sebesar 53,93 yang masih dibawah nilai yang ditentukan. Ketuntasan klasikal ini masih berada di bawah standar yang ditentukan sekolah yaitu 70%, sehingga penelitian pada siklus I masih belum berhasil. Ketidak berhasilan penelitian pada siklus I disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

1) Siswa masih belum bisa beradaptasi dengan model pembelajaran yang diterapkan, dimana ICARE sehingga siswa terlihat sedikit kesulitan untuk menangkap materi pelajaran yang diajarkan.

2) Saat pembentukan kelompok siswa masih sulit menentukan para anggota kelompoknya. Pada saat itu kelas menjadi ramai dan memakan banyak waktu, sehingga proses belajar menjadi terhambat.

3) Pada saat diskusi kelompok, siswa masih belum mengoptimalkan kesempatan untuk saling menukar pendapat mengenai tugas yang mereka kerjakan bersama teman di dalam kelompoknya. Hanya sebagian siswa yang bersungguh-sungguh mengerjakan soal-soal pada Lembar Kerja Siswa (LKS) tersebut, sehingga hanya siswa yang mengerjakan yang mampu memahami materi yang tersirat pada Lembar Kerja Siswa (LKS). Selain itu kondisi siswa yang berkumpul dalam satu kelompok membuat siswa tidak fokus mengikuti pembelajaran dengan mendiskusi hal-hal diluar pembelajaran.

(8)

4) Diakhir pembelajaran siswa belum berani mengutarakan kesimpulan, padahal kesimpulan tersebut telah mereka utarakan pada Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikerjakan selama pembelajaran berlangsung.

5) Setiap pemberian tugas rumah (PR) ada beberapa siswa yang tidak menjawab soal tersebut, ada juga siswa yang asal menjawab atau sekedar menjawab soal dan ada juga yang tidak mengumpulkan tugas dan ada juga beberapa siswa selalu telat dalam pengumpulan tugas tersebut.

Beberapa perbaikan dilakukan oleh peneliti untuk mengatasi kendala-kendala yang terjadi pada siklus I. upaya perbaikan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1) Mensosialisasikan kembali tentang model pembelajaran ICARE dengan menyampaikan kepada siswa langkah-langkah model pembelajaran yang diterapkan sehingga siswa mampu beradaptasi ketika pelajaran di kelas dimulai, serta menjelaskan manfaat dari model pembelajaran ICARE yang bertujuan membuat siswa lebih tertarik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan melatih siswa untuk mendengarkan dan mempraktikan.

2) Peneliti menentukan siswa dalam pembentukan kelompok, dimana peneliti membentuk kelompok berdasarkan nilai siswa semester lalu. Sehingga hal ini mempermudah dan mempercepat pembentukan kelompok. Selain itu pembentukan kelompok hanya sekali dilakukan dan kelompok ini digunakan untuk pertemuan selanjutnya. 3) Memberikan bimbingan kepada kelompok belajar

yang dibentuk siswa mengenai tujuan dibentuknya kelompok diskusi. Selanjutnya memotivasi siswa yang terlihat malas agar mau berusaha mengerjakan lembar kerja siswa yang diberikan dengan menjelaskan bahwa di dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) terdapat poin penting mengenai materi yang dipelajari saat pertemuan tersebut, sehingga nantinya semua siswa mampu bekerja sama dalam kelompok dan memahami materi yang dipelajari. Pemberian perhatian lebih kepada setiap kelompok juga menjadi salah satu cara agar para siswa tidak mendiskusikan hal-hal di luar pelajaran.

4) Peneliti menunjuk salah satu siswa untuk membacakan hasil kesimpulan yang dibuat pada Lembar Kerja Siswa (LKS) atau mengutarakan dengan kalimat sendiri kesimpulan yang mereka peroleh selama proses pembelajaran berlangsung

dengan memberikan penjelasan bahwa siswa yang mampu menyampaikan kesimpulan pembelajaran akan memperoleh nilai tambahan.

5) Peneliti memberikan penjelasan kepada siswa bahwa tugas rumah (PR) tersebut. Kriteria penilaian untuk Aspek psikomotor dan menjalaskan kepada siswa jika tugas rumah tersebut dikumpul tidak tepat waktu akan ada pengurangan penilaian setiap tugas. Agar siswa menjawab soal PR tersebut dengan bersungguh-sungguh dan mengumpulkan tugas tersebut dengan tepat waktu.

Upaya-upaya perbaikan yang dilakukan pada siklus II telah menunjukkan hasil yang postif, dengan kata lain mampu membuat hasil belajar siswa meningkat. Hal ini terlihat dari meningkatnya persentase ketuntasan klasikal dan hasil belajar pada siklus II menjadi 100,00% dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 28 orang dan 0 orang siswa belum tuntas serta hasil belajar menjadi 87,67. Selain mampu meningkatkan persentase ketuntasan klasikal, penerapan model pembelajaran ICARE juga mendapatkan respon positif dari siswa yaitu dengan rata-rata respon sebesar 65,25. Respon siswa yang tergolong positif menunjukkan bahwa siswa senang belajar dengan model pembelajaran ICARE.

Peningkatan hasil belajar siswa kelas XI MM2 SMK N 1 Klungkung disebabkan karena model pembelajaran ICARE memberikan kesempatan untuk saling mendengarkan dan mempraktikan, sehingga permasalahan yang dihadapi oleh siswa dapat diutarakan di dalam diskusi dan dipecahkan secara bersama-sama. Pada saat pembelajaran, siswa dikelompokkan menjadi kelompok yang heterogen yang berani dalam satu kelompok terdapat siswa dengan kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Pembentukan kelompok ini adalah salah satu cara untuk membangkitkan motivasi siswa untuk belajar. Dengan adanya pembentukan kelompok maka siswa lebih mudah untuk saling bertukar pikiran dengan siswa yang lain dan saling membantu untuk menemukan konsep dari materi yang dipelajari. Untuk mencegah adanya siswa mendominasi dalam diskusi yang berlangsung antar kelompok, diberikanlah satu Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap siswa agar kesempatan siswa untuk mempraktikan dalam diskusi tersebut terjadi merata. Sehingga implementasi model pembelajaran ICARE dengan satu Lembar Kerja Siswa (LKS) membantu meningkatkan kemampuan siswa. selain itu, dengan adanya Lembar Kerja Siswa (LKS), setiap siswa

(9)

memiliki kesempatan untuk mengemukakan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya dalam pembelajaran sekaligus memecahkannya bersama-sama dengan berdiskusi kelompok. Terpecahnya masalah yang dihadapi oleh para siswa membantu siswa lebih memahami materi yang dipelajari sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Data ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran ICARE dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI MM2 SMK N 1 Klungkung. Perbandingan hasil belajar siswa siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4. Peningkatan Hasil Belajar siswa siklus I dan siklus II

Siklus Hasil Belajar Ketuntasan Klasikal Siklus I 53,93 17,24% Siklus II 87,55 100,00%

Sesuai dengan pemaparan tersebut, secara umum penelitian ini telah menjawab permasalahan yang disampaikan dalam rumusan masalah. Penerapan model pembelajaran ICARE telah mampu meningkatkan hasil belajar siswa di kelas XI MM2 SMK N 1 Klungkung tahun pelajaran 2016/2017 dengan respon siswa tergolong dalam kategori positif.

Sesuai dengan pemaparan tersebut, secara umum penelitian ini telah menjawab permasalahan yang disampaikan dalam rumusan masalah. Penerapan model pembelajaran ICARE (Introduction

Connection Application Reflection Extention) telah

mampu meningkatkan hasil belajar siswa di kelas XI MM2 SMK N 1 Klungkung tahun pelajaran 2016/2017 dengan respon siswa tergolong dalam kategori positif.

V. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, diperoleh simpulan sebagai berikut.

1) Penerapan model pembelajaran ICARE (Introduction, Connection, Application,

Reflection, dan Extention) dapat meningkatkan hasil belajar PCD siswa kelas XI MM2 SMK N 1 Klungkung dari nilai rata-rata kelas sebesar 69,08 dengan presentase ketuntasan klasikal (KK) sebesar 53,57% menjadi 87,67 dengan presentase ketuntasan klasikal 100,00%.

2) Penerapan model pembelajaran ICARE (Introduction, Connection, Application, Reflection, dan Extention) untuk meningkatkan hasil belajar PCD siswa kelas XI MM2 SMK N 1 Klungkung mendapat respon yang positif dari siswa. Hal ini diketahui berdasarkan hasil pendapat siswa dari angket yang diberikan kepada siswa. Sebanyak 3,67% siswa memberikan respon kurang positif, 54,57% siswa memberikan respon positif serta 42,86% siswa memberikan respon sangat positif terhadap pembelajaran yang diterapkan, sehingga skor rata-rata respon siswa sebesar 65,25 dengan kategori positif.

Referensi

[1]Arikunto, S. (2011). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

[2]Darsono. (2001). Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

[3]Anderson, L. W., & David, R. K. (2010). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, Dan Asesmen (Penterjemah: Prihantoro, A.dari A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives A Bridged Eddition: Addison Wesley Longman, Inc.2001). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

[4]Wahyudin. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Bandung. [5]Nosadi. (2011). Model ICARE (introduction connection

application reflection extention) untuk meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Teknik Informatika. Tersedia pada http://www.scribd.com/doc/26759485/Rencana-Pelaksanaan-Pembelajaran-Berbasis-i-Care-New

[6]Sudjana. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

[7]Dimyati, & Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya

Gambar

Tabel  2.  Hasil  Belajar  Siswa  kelas  XI  MM2  pada  siklus II
Tabel  3.  Perolehan  hasil  belajar  siswa  siklus  I  dan  siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk : Merancang model rantai pasokan agroindustri dengan berdasarkan model transportasi, inventori, dan distribusi; Merancang bangun program

BWI sebagai suatu entitas nirlaba, dalam menyusun laporan keuangannya sbagian besar berpedoman kepada PSAK 45, namun jika mengacu pada PSAK 45 saja terdapat

Kata Kunci: Malaria, Titik Tetap, Matriks Jacobian, Nilai Eigen, Kestabilan, Respon Imun Model matematika infeksi malaria pada inang dengan adanya respon imun merupakan model

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa masih terdapat responden yang mendapat dukungan baik kategori sikap kurang dalam pemberian ASI eksklusif sebanyak 1

Penelitian ini dilakukan pada PB Berkat Tani yang merupakan perusahaan pemanufakturan beras yang belum memiliki prosedur operasional standar pada sistem-sistem

berupa kilap logam dan memiliki belahan yang sempurna pecahan konkoidal cerat dari. mineral tersebut abu-abu tingkat kekerasan 2,5 skala

menyemangati dan perhatian sama saya. Seluruh Mahasiswa D3 Kebidanan Universitas Muhammadiyah Surabaya. Pada responden yang telah bersedia menjadi subjek penelitian. Semoga

 !te&amp; se$ara praktis jawaban s!al terakhir harusnya terpisah karena gaji punya akun tersendiri yaitu +eban 3aji4 5istrik   punya akun sendiri (+eban 5istrik4 dan Telep!n