BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai
mineral baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain
mempelajari sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, dan cara terjadinya dan
kegunaanya.
Mineral merupakan suatu bahan alam yang mempunyai sifat-sifat fisik dan
kimia tetap dapat berupa unsur tunggal atau persenyawaan kimia yang tetap, pada
umumnya seragam dengan komposisi kimia yang tetap pada batas volumenya, dan
mempunyai struktur kristal karakteristik yang tercermin dalam bentuk dan sifat
fisiknya.
Saat ini telah dikenal lebih dari 2000 mineral. Sebagian merupakan
mineral-mineral utama yang dikelompokkan sebagai Mineral Pembentuk Batuan.
Mineral-mineral tersebut terutama mengandung unsur-unsur yang menempati bagian terbesar
di bumi, antara lain unsur oksigen (O), silikon (Si), aluminium (AL), besi (Fe), kalsium
(Ca), sodium (Na), potasium (K) dan magnesium (Mg). Untuk mengidentifikasi mineral
perlu diketahui komposisi kimianya dan struktur kimianya. Akan tetapi lebih umum
digunakan adalah melihat sifat fisiknya. Di antara sifat-sifat mineral yang penting
adalah: bentuk kristal, bidang belah (cleavage), warna, coret (streak), kilap (lustre),
berat jenis, kekerasan dan pecahan-pecahan mineral. Oleh karena itu dilakukanya
praktikum mineralogi acara keempat, mengenai massa jenis suatu mineral karena
karena massa jenis setiap mineral itu berbeda-beda dan bisa di tentukan hanya
dengan melihat massa jenisnya.
1.2
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui tahapan-tahapan dalam menghitung massa jenis
b. Mengetahui massa jenis mineral yang diamati
1.3
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari praktikum ini adalah
a. Apa saja tahap-tahap dalam menghitung massa jenis ?
b. Bagaimana cara mengetahui massa jenis yang diamati ?
1.4
Ruang Lingkup Praktikum
Ruang lingkup dari praktikum ini yaitu mengenai massa jenis mineral dan
mempelajari tahapan-tahapan dalam menghitung massa jenis suatu mineral dan
mineral yang di hitung massa jenisnya hanya sebatas mineral yang di sediakan sebagai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Mineral
Mineral dapat di definisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat
secara alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu,
dan atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistimatis. Mineral
dapat di jumpai dimana-mana, dapat berwujud sebagai batuan, tanah, atau pasir yang
diendapkan pada dasar sungai. Beberapa daripada mineral tersebut dapat mempunyai
nilai ekonomis karena didapatkan dalam jumlah yang besar, sehingga memungkinkan
untuk ditambang seperti emas dan perak. Mineral, kecuali beberapa jenis, memiliki
sifat, bentuk tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang
teratur di dalamnya. Apabila kondisinya memungkinkan, mereka akan dibatasi oleh
bidang-bidang rata, dan diasumsikan sebagai bentuk-bentuk yang teratur yang
dikenal sebagai kristal. Dengan demikian, kristal secara umum dapat didefinisikan
sebagai bahan padat yang homogen yang memiliki pola internal susunan tiga dimensi
yang teratur. Studi yang khusus mempelajari sifat-sifat, bentuk susunan dan cara-cara
terjadinya bahan padat tersebut dinamakan kristalografi (Noor, 2009).
Pengetahuan tentang mineral merupakan syarat mutlak untuk dapat
mempelajari bagian yang padat dari bumi ini, yang terdiri dari batuan. Bagian luar
yang padat dari bumi ini disebut litosfer, yang berarti selaput yang terdiri dari batuan,
dengan mengambil lithos dari bahasa latin yang berarti batu, dan sphere yang berarti
selaput. Tidak kurang dari 2000 jenis mineral yang kita ketahui sekarang. Beberapa
Contohnya adalah mineral Intan yang hanya terdiri dari satu jenis unsur saja yaitu
karbon. Garam dapur yang disebut mineral halit, terdiri dari senyawa dua unsur
natrium dan klorit dengan simbol NaCl. Setiap mineral mempunyai susunan
unsur-unsur yang tetap dengan perbandingan tertentu (Noor, 2009).
2.2
Sifat Fisik Mineral
Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan penyusun
atom-atom yang beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifat fisik/kimia
tersendiri. Dengan mengenal sifat-sifat tersebut maka setiap jenis mineral dapat
dikenal, sekaligus kita mengetahui susunan kimiawinya dalam batas-batas tertentu .
Sifat-sifat fisik yang dimaksudkan adalah (Sapiie, 2006):
2.3.1 Kilap
Kilap merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh permukaan
mineral saat terkena cahaya.
Kilap ini secara garis besar dapat dibedakan menjadi jenis:
1. Kilap Logam (metallic luster): bila mineral tersebut mempunyai kilap atau
kilapan seperti logam. Contoh mineral yang mempunyai kilap logam: Gelena,
Pirit, Magnetit, Kalkopirit, Grafit, Hematit
2. Kilap Bukan Logam (non metallic luster), terbagi atas:
a. Kilap Intan (adamantin luster), cemerlang seperti Intan.
b. Kilap Kaca (viteorus luster), misalnya pada Kuarsa dan Kalsit.
c. Kilap Sutera (silky luster), kilat yang menyeruai sutera pada umumnya
terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat, misalnya pada Asbes,
d. Kilap Damar (resinous luster),memberi kesan seperti damar misalnya pada
Spharelit.
e. Kilap Mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun, misalnya pada
Serpentin, Opal dan Nepelin.
f. Kilap Tanah, kilat suram seperti tanah lempung misalnya pada Kaolin, Bouxit
dan Limonit.
Kilap mineral sangat penting untuk diketahui, karena sifat fisiknya ini dapat
dipakai dalam menentukan mineral secara megaskopis. Untuk itu perlu dibiasakan
membedakan kilap mineral satu dengan yang lainnya, walaupun kadang-kadang akan
dijumpai kesulitan karena batas kilap yang satu dengan yang lainnya tidak begitu tegas
2.3.2 Warna
Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan
tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu mineral dapat
berwarna lebih dari satu warna, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan
pengotoran padanya. Sebagai contoh, kuarsa dapat berwarna putih susu, ungu, coklat
Hitam: Biotit (K2(MgFe)2(OH)2(AlSi3O10)), Grafit (C), Augit
2.3.3 Kekerasan
Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi suatu
mineral dapat membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai sebagai kekerasan
yang standar. Mineral yang mempunyai kekerasan yang lebih kecil akan mempunyai
bekas dan badan mineral tersebut. Standar kekerasan yang biasa dipakai adalah skala
kekerasan yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai skala Mohs.
Skala Mohs mempunyai 10 skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak sampai
skala 10 untuk mineral terkeras .
Tabel 2.1 Skala Kekerasan Mohs (Sapiie, 2006)
Skala Kekerasan Mineral Rumus Kimia
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat
dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping porselin
atau membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan tersebut. Cerat
dapat sama dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda. Warna cerat untuk
mineral tertentu umumnya tetap walaupun warna mineralnya berubah-ubah.
Warna serbuk, lebih khas dibandingkan dengan warna mineral secara
2.3.5 Belahan
Balahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu
atau lebih arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang mampu
membelah yang oleh sini adalah bila mineral kita pukul dan tidak hancur, tetapi
terbelah-belah menjadi bidang belahan yang licin. Tidak semua mineral mempunyai
sifa ini, sehingga dapat dipakai istilah seperti mudah terbakar dan sukar dibelah atau
tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat atom di dalam di dalam sruktur kritsal tidak
seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila terdapat ikatan yang lemah melalui suatu
bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui suatu bidang, maka mineral
akan cenderung membelah melalui bidang-bidang tersebut. Karena keteraturan sifat
dalam mineral, maka belahan akan nampak berjajar dan teratur.
Contoh mineral yang mudah membelah adalah Kalsit yang mempunyai tiga
arah belahan sedang kuarsa tidak mempunyai belahan. Berikut contoh mineralnya:
a. Belahan satu arah, contoh: Muscovite.
b. Belahan dua arah, contoh: Feldspar.
c. Belahan tiga arah, contoh: Halite dan Calsite.
2.3.6. Pecahan
Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah yang
tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan belahan dapat
dilihat dari sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar. Permukaan bidang
belah akan nampak halus dan dapat memantulkan sinar seperti cermin datar, sedang
bidang pecahan memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak teratur.
Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu:
a. Concoidal: bila memperhatikan gelombang yang melengkung di permukaan
b. Splintery/fibrous: Bila menunjukkan gejala seperti serat, misalnya Abestos,
Augit, Hipersten
c. Even: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan halus,
contoh pada kelompok mineral lempung. Contoh Limonit.
d. Uneven: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan yang
kasar, Contoh: Magnetite, Hematite, Kalkopirite, dan Garnet.
e. Hackly: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar tidak teratur
runcing runcing. Contoh pada native elemen Emas dan Perak.
2.3.7. Berat Jenis
Adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume mineral. Cara yang
umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang mineral tersebut
terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram. Kemudian mineral ditimbang lagi dalam
keadaan di dalam air, misalnya beratnya y gram. Berat terhitung dalam keadaan di
dalam air adalah berat mineral dikurangi dengan berat air yang volumenya sama
dengan volume butir mineral tersebut(Setyobudi, 2010).
2.4
Pengertian Zat (Benda)
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak dapat terlepas dari benda. Misalnya, air
untuk mandi dan minum, udara untuk bernapas, dan pakaian untuk menutup badan.
Benda-benda itu merupakan zat, yaitu sesuatu yang memiliki massa dan menempati
ruangan (memiliki volume).
Jika sesuatu itu tidak memenuhi syarat sebagai zat maka sesuatu itu bukan zat.
Misalnya, nyala api, cahaya, dan panas. Zat dapat berwujud padat, cair, atau gas. Tiap
zat mempunyai sifat berbeda. Zat yang jenisnya sama akan mempunyai sifat yang
air murni di tempat lain; emas murni 500 gram di suatu tempat volumenya sama
dengan volume 500 gram emas murni di tempat lain. Sebaliknya, massa 1 Liter air
murni tidak sama dengan massa 1 Liter minyak tanah sebab kedua zat itu berbeda
jenisnya. Dua besaran, yaitu massa dan volume dapat dijadikan sebagai dasar untuk
menentukan karakteristik suatu benda. Jika kedu a besaran itu saling dibandingkan
maka akan diperoleh sebuah nilai yang merupakan ciri khas dari benda tersebut.
Angka ini akan berbeda untuk tiap jenis benda.
2.4.1 Pengertian Massa Jenis
Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin
tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya.
Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total
volumenya.
2.4.2 Rumus Massa Jenis
Nilai perbandingan antara massa dan volume suatu benda disebut sebagai
besaran massa jenis atau kerapatan dan diberi simbol ρ.
p = m/v ...
(1.1)
2.1 Rumus massa jenis
Keterangan:
a. ρ = massa jenis atau kerapatan (kg /m3)
b. m = massa benda (kg)
c. V = volume benda (m3)
2.4.3 Satuan Massa Jenis
Satuan untuk besaran massa jenis dalam SI adalah kg/m3. Namun, satuan
massa jenis yang lain. Hubungan antara kedua satuan tersebut adalah sebagai
berikut.
1 g =
1000
1
kg dan 1 cm3 =1
1.000.000
m3...(1.2)
1g =
1000
1
/1.000.000
1
kg/m3 = 1000 kg/m3...(1.3)
1 kg/m3 = 0.001 g/cm3...
(1.4)
BAB III
AKTIVITAS PRAKTIKUM
3.1
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu:
1.1.1 Alat
1. Smartphone
Berfungsi untuk mengambil gambar mineral
Gambar 3.1 Smartphone
2. Text Book atau Literatur
Berfungsi sebagai sumber informasi untuk mengklasifikasikan bentuk kristal.
3. Alat tulis
Berfungsi untuk menulis laporan sementara
Gambar 3.3 Alat Tulis
4. Neraca, berfungsi untuk mengukur massa mineral yang diamati.
Gambar 3.3 Neraca
5. Gelas piala 500 ml, berfungsi untuk meletakkan sampel berukuran kecil setelah
diisikan air agar dapat membedakan volume awal dan volume akhirnya.
Gambar 3.4 Gelas Piala 500 ml
Gambar 3.5 Gelas Piala 1000 ml
7. Gelas ukur, berfungsi untuk mengukur volume akhir dari mineral yang diamati.
Gambar 3.6 Gelas Ukur
3.1.2 Bahan
Bahan atau objek praktikum adalah kristal mineral yang berbeda-beda
bentuknya.
1.
Kertas HVS, digunakan untuk mencatat lembar deskripsi penentuan berat jenismineral.
2. Sampel, berfungsi sebagai objek pengamatan.
Gambar 3.9 Sampel
3.
Aquades, berfungsi sebagai bahan untuk pengamatan volume mineral.Gambar 3.10 Sampel
4.
Lembar deskripsi, mineral berfungsi untuk menulis hasil deskripsi penentuanmassa jenis sampel mineral.
Gambar 3.11 Lembar Deskripsi
Tahapan-tahapan dalam kegiatan praktikum, yaitu:
1. Mendeskripsi mineral berdasarkan lembar deskripsi
Gambar 3.12 Tahap Pendeskripsian Mineral
2. Menimbang massa mineral yang akan dideskripsi
Gambar 3.13 Tahap penimbangan massa mineral
3. Memasukan air ke dalam gelas piala lalu dihitung volume awalnya, kemudian
masukkan sampel ke dalam gelas piala, kemudian bandingkan perubahan
Gambar 3.14 Tahap pengukuran volume awal
4. Menghitung volume akhir pada gelas ukur, jika kurang jelas ukurannya maka
pindahkan air dari gelas piala sampai air pada volume awalnya agar bisa di lihat
perubahan volumenya.
Gambar 3.15 Tahap pengukuran volume akhir
5. Menghitung massa jenis berdasarkan massa dan volume mineral yang diamati
menggunakan.
6. Mengambil gambar pada setiap tahapan
BAB IV
tersebut kilap kaca dan memiliki belahan yang sempurna, pecahan konkoidal cerat dari
mineral tersebut putih dan tingkat kekerasannya 2,5 skala Mohs. Tingkat ketahanan
(tenacity) mineral tersebut brittle sistem kristal isometrik, dengan komposisi mineral
CaCO3. Mineral ini memiliki massa 138,9 gr dan volume 63 dan hasil hitungan di
dapatkan massa jenisnya 2,20 gr/m3, mineral ini adalah Kalsit.
Massa jenis yang di dapatkan adalah 2,20 gr/m3. Di bandingkan dengan Massa
jenis yang terdapat pada buku rocks and mineral dimana massa jenis kalsit adalah
2.71 gr/cm3. Perbedaan tersebut disebabkan oleh kesalahan dalam menghitung massa
atau dalam menghitung volumenya sehingga hasil massa jenis yang di dapatkan
kurang tepat.
4.1.3 Mineral B
Mineral ini memiliki komposisi kimia Fe2+Fe3+
2O4. Mineral ini memiliki warna
segar hitam dan warna lapuk coklat. Mineral ini memiliki kilap logam dan belahan yang
sempurna. Cerat dari mineral ini berwarna hitam dan tingkat kekerasannya 5,5-6,5
isometrik dan Mineral ini memiliki massa 129,7 gr dan volumenya 29 ml dan hasil
hitungan nya didapatkan massa jenisnya 4,803 gr/m3 . Mineral ini adalah Magnesit.
Massa jenis yang di dapatkan adalah 4,803 gr/cm3. Di bandingkan dengan
Massa jenis yang terdapat pada buku rocks and mineral dimana massa jenis magnetit
adalah 5.2 gr/cm3. Perbedaan tersebut disebabkan oleh kesalahan dalam menghitung
massa atau dalam menghitung volumenya sehingga hasil massa jenis yang di dapatkan
kurang tepat.
4.2 Stasiun 2
Stasiun 2, merupakan stasiun kedua kami, pada stasiun ini kami akan
mendiskripsi dua mineral yaitu:
4.2.1 Mineral A
Mineral ini memiliki warna segar putih dan warna lapuk coklat, memiliki kilap
kaca dan belahan yang sempurna, memiliki pecahan hackly, dan cerat putih, tingkat
kekerasan 6,5-7 skala Mohs. Tingkat ketahanan (tenacity) mineral tersebut brittle
sistem kristal heksagonal dengan komposisi mineral SiO2 Mineral ini memiliki massa
356,8 gr dan volume mineral tersebut 147 ml dan setelah di hitung dan di dapatkan
massa jenisnya 2,424 gr/cm3. Mineral ini adalah Kuarsa.
Massa jenis yang di dapatkan adalah 2,424 gr/cm3. Di bandingkan dengan
Massa jenis yang terdapat pada buku rocks and mineral dimana massa jenis magnetit
adalah 2.71 gr/cm3. Perbedaan tersebut disebabkan oleh kesalahan dalam menghitung
massa atau dalam menghitung volumenya sehingga hasil massa jenis yang di dapatkan
Mineral memiliki warna segar abu-abu dan lapuk abu-abu, kilap dari mineral ini
berupa kilap logam dan memiliki belahan yang sempurna pecahan konkoidal cerat dari
mineral tersebut abu-abu tingkat kekerasan 2,5 skala Mohs. tingkat ketahanan
(tenacity) mineral tersebut brittle sistem kristal isometrik, dengan komposisi mineral
PbS mineral ini memiliki massa 246,9 gr dan volume 50 dan hasil hitungan di dapatkan
massa jenis 4,938 gr/m3.
Massa jenis yang di dapatkan adalah 4,938 gr/cm3. Di bandingkan dengan
Massa jenis yang terdapat pada buku rocks and mineral dimana massa jenis magnetit
adalah 7,2-7,6 gr/cm3. Perbedaan tersebut disebabkan oleh kesalahan dalam
menghitung massa atau dalam menghitung volumenya sehingga hasil massa jenis
yang di dapatkan kurang tepat.
4.2.3 Mineral C
Mineral ini memiliki warna segar hijau dan warna lapuk hijau gelap dan cerat
berwarna putih. Mineral ini memiliki kilap nonlogam dan belahannya tidak jelas,
pecahannya konkoidal. Tingkat kekerasannya 4 skala Mohs, sistem kristal monoklin
dan komposisi mineral tersebut Mg6(Si4O10)(OH), mineral ini memiliki massa 139 gr dan
volumenya 63 ml dan hasil hitungan yang di dapat menunjukan massa jenis 2,20
gr/cm3. Mineral ini adalah serpentin.
Massa jenis yang di dapatkan adalah 2,20 gr/cm3. Di bandingkan dengan Massa
jenis yang terdapat pada buku rocks and mineral dimana massa jenis magnetit adalah
2.71 gr/cm3. Perbedaan tersebut disebabkan oleh kesalahan dalam menghitung massa
atau dalam menghitung volumenya sehingga hasil massa jenis yang di dapatkan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah:
1. Sifat-sifat fisik dari suatu mineral umumnya adalah kilap (luster),warna (colour),
kekerasan (hardness), cerat (streak), belahan (cleavage), pecahan (fracture),
bentuk kristal (crystal form), berat jenis (specific gravity), dan sifat dalam
magnesit, kelistrikan.
2. Jenis-jenis mineral logam yang di ketahui antara lain Rhodokrorsit, Galena,
Magnetit, Pirit, Bornit, Kalkopirit.
5.2
Saran
Adapun saran yang di berikan dari pratikan:
1. Saran untuk Dosen, dapatkah bapak membawakan materi dengan cara yang
lebih menarik, agar mahasiswa lebih bersemangat dalam pembelajaran.
2. Saran untuk Asisten, untuk tetap mempertahankan sifat bainya kepada para
DAFTAR PUSTAKA
Noor, Djauhari. 2008. Edisi pertama Pengantar geologi. Universita pakuan, bogor.