KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI ACARA IV : MASSA JENIS MINERAL
GABRIEL SUPARJA PAHU’U D111241030
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN GOWA
2025
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan acara 5 ini yang berjudul pengenalan mikroskop (mineral transparan). Laporan ini disusun dengan tujuan melengkapi tugas kuliah yang akan membantu dalam pembelajaran. Para pembaca mempunyai hak untuk mengoreksi kesalahan yang terdapat dalam laporan praktikum ini untuk mencapai suatu keinginan belajar yang tinggi.
Laporan ini telah disusun dengan semaksimal mungkin serta mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, terutama kepada kedua orang tua penyusun. Terima kasih juga penyusun ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah Dr. Ir. Sufriadin S.T., M.T., dan Bapak Prof. Dr. Ir. Irzal Nur, M.T., serta kakak asisten laboratorium yang sudah membimbing dalam penyusunan laporan ini. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan laporan ini.
Penyusun menyampaikan permohonan maaf apabila dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak kesalahan. Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun penyusun butuhkan agar dapat menyusun laporan yang lebih baik pada kesempatan berikutnya. Penyusun berharap semoga pembaca mendapatkan wawasan dan semoga bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan.
Gowa, Maret 2025
Penyusun
DAFTAR ISI
Halama
n
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI... ..iii
DAFTAR GAMBAR... ..iv
DAFTAR TABEL...v
DAFTAR LAMPIRAN... vi
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Teori... 2
1.3 Tujuan Dan Manfaat... 8
BAB II METODE PENELITIAN... 9
2.1 Bahan Dan Alat...9
2.2 Prosedur Praktikum...9
BAB III hasil dan pembahasan... 10
3.1 hasil……….. 10
3.2 pembahasan...10
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...11
4.1 Kesimpulan... 11
4.2 Saran... 11
DAFTAR PUSTAKA...12 LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Nomor urut halaman
DAFTAR TABEL
Nomor urut Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
1. DOKUMENTASI...
2. RESPON...
3. LAPORAN SEMENTARA...
4. LEMBAR DESKRIPSI...
5. TUGAS PENDAHULUAN...
6. KARTU ASISTENSI...
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kristalografi merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat menarik dalam kajian mineralogi, karena mempelajari berbagai aspek yang berkaitan dengan kristal, seperti struktur internal, bentuk eksternal, serta kesimetriannya. Ilmu ini berfokus pada keteraturan bentuk kristal yang tidak hanya memiliki nilai estetika, tetapi juga penting dalam proses klasifikasi dan identifikasi mineral yang sangat beragam di alam. Sebagai cabang interdisipliner, kristalografi berada di persimpangan antara geologi, kimia, dan fisika, karena selain mempelajari bentuk luar kristal, juga mencakup cara menggambarkan dan menganalisis pola-pola kristal secara sistematis. Pemahaman terhadap struktur kristal sangat penting karena banyak sifat fisik dan kimia suatu mineral bergantung pada bagaimana atom-atomnya tersusun dalam bentuk kristalin. Di sisi lain, mineralogi sebagai induk kajian dari kristalografi, adalah ilmu yang mendalami mineral baik sebagai individu maupun dalam kesatuan, meliputi kajian tentang sifat fisik dan kimianya, proses terbentuknya, distribusinya di alam, serta berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari keberadaannya. Oleh karena itu, kristalografi tidak hanya memperkaya pemahaman kita tentang bentuk dan struktur mineral, tetapi juga memberikan kontribusi besar dalam eksplorasi dan pemanfaatan sumber daya geologi secara lebih efektif dan ilmiah (Meirawaty, 2021).
Mineral optik merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mineral-mineral yang terkandung dalam batuan, khususnya melalui pengamatan sifat- sifat optiknya. Studi ini dikenal juga sebagai mineral optika, yaitu ilmu yang mempelajari karakteristik optik mineral menggunakan mikroskop polarisasi. Beberapa sifat optik yang dapat diamati meliputi warna, belahan, pecahan, relief, indeks bias, pleokroisme, bentuk, warna interferensi maksimal, dan sudut gelapan. Dalam kajiannya, mineral optik tidak hanya membahas mineral secara umum, tetapi lebih fokus pada mineral dalam bentuk monomineral yang disiapkan dalam bentuk preparasi peraga, seperti sayatan tipis, yang kemudian diamati di bawah mikroskop untuk mengenali dan membedakan jenis-jenis mineral berdasarkan sifat optiknya. Ilmu ini sangat penting dalam memahami komposisi dan sejarah geologi suatu batuan melalui analisis mikroskopis yang detail (Adiyasa, 2015).
Pelaksanaan praktikum ini memiliki peran penting dalam membantu para praktikan memahami dan menguasai cara penggunaan mikroskop polarisasi, khususnya untuk mengamati mineral transparan, serta mempelajari teknik identifikasi mineral berdasarkan sifat-sifat optiknya melalui proses pengamatan dan pendeskripsian yang sistematis.
Melalui kegiatan praktikum ini, mahasiswa dilatih untuk mengenali berbagai karakteristik optik mineral, seperti warna, pleokroisme,belahan, sehingga mampu menentukan jenis mineral dengan lebih akurat. Bagi mahasiswa program studi Teknik Pertambangan, pemahaman yang kuat terhadap dasar-dasar mineral optik serta keterampilan dalam menggunakan mikroskop merupakan kompetensi yang esensial, karena pengetahuan ini sangat berperan dalam proses eksplorasi dan analisis batuan di dunia kerja.
1.2 Teori
Adapun teori-teori yang landasan dalam pelaksanaan praktikum kali ini adalah:
1.2.1 Mineral Transparan
Mineral transparan adalah jenis mineral yang memiliki kemampuan untuk meneruskan cahaya, sehingga tampak tembus pandang layaknya kaca. Dalam pengamatan menggunakan sayatan tipis di bawah mikroskop polarisasi, mineral transparan biasanya menunjukkan kenampakan yang bening atau tidak berwarna (colourless), karena cahaya dapat melewati mineral tersebut tanpa banyak hambatan. Contoh mineral yang termasuk dalam kategori ini antara lain kuarsa, kalsit, muskovit, dan topaz, yang semuanya umum dijumpai dalam batuan beku maupun metamorf. Tingkat transparansi suatu mineral sangat bergantung pada sejauh mana mineral tersebut mampu meneruskan sinar cahaya melalui struktur kristalnya. Faktor-faktor seperti komposisi kimia, struktur internal, dan keberadaan inklusi atau retakan juga dapat memengaruhi transparansi mineral.
Pemahaman terhadap sifat transparansi ini sangat penting dalam analisis mineralogi optik, karena membantu dalam proses identifikasi mineral serta memberikan informasi tambahan mengenai kondisi pembentukan dan perubahan yang dialami batuan (Kusmiyarti, 2008).
Mineral transparan biasanya dianalisa menggunakan teknik yang dinamakan Plane Polarized Light. Pengamatan Plane Polarized Light (PPL) merupakan pengamatan yang hanya mengunakan satu polarisator atau dengan kata lain tidak menggunakan analisator. Dalam pengamatan PPL terdapat beberapa sifat-sifat optis mineral yang dapat diamati untuk dapat mengidentifikasi mineral tersebut. Secara umum, sifat-sifat tersebut dibedakan menjadi dua jenis yaitu yang berhubungan dengan sumbu kristalografi seperti belahan dan bentuk serta yang berhubungan dengan sumbu sinar seperti relief dan indeks bias (Kusmiyarti, 2008).
Gambar 1. Mineral Transparan (Kusmiyarti, 2008)
1.2.2 Mikroskop Polarisasi
Mikroskop polarisasi adalah mikroskop yang memanfaatkan cahaya terpolarisasi guna untuk mengamati objek yang salah satunya merupakan sayatan tipis (thin section) batuan. Mikroskop petrografis modern menggunakan pencahayaan dari lampu yang berada di bagian bawah mikroskop yang ditembakkan ke arah lensa objektif. Perbedaan mikroskop polarisasi dengan mikroskop lain adalah terdapat dua metode pengamatan berupa pengamatan nikol sejajar (plane polarized light) dan pengamatan nikol bersilang ( cross polarized light) (Judith, 1981).
Mikroskop polarisasi mempunyai sifat dan penggunaan yang berbeda jika dibandingkan dengan mikroskop jenis lainnya. Mikroskop polarisasi ini terbagi atas dua bagian, yaitu jenis mikroskop polarisasi bias dan mikroskop polarisasi pentul. Mikroskop polarisasi yang digunakan ini adalah mikroskop polarisasi bias yang mengguunakan cahaya terbias. Jenis mikroskop ini digunakan untuk mengidentifikasi sifat-sifat optik mineral ataupun batuan yang tembus cahaya, setelah disayat setebal 0,33 mm. sedang jenis mikroskop polarisasi pantul digunakan untuk mengamati mineral ataupun batuan yang tidak tembus cahaya (Chaerul, 2018).
Mikroskop polarisasi memiliki struktur dan bagian-bagian khusus yang membedakannya dari mikroskop pada umumnya, seperti mikroskop binokular yang sering digunakan dalam bidang biologi, kedokteran, atau ilmu lainnya yang berfokus hanya pada perbesaran objek. Berbeda dengan mikroskop biasa yang menggunakan cahaya pantul, mikroskop polarisasi bekerja dengan cahaya yang dibiaskan, memungkinkan pengamatan terhadap sifat optik mineral, terutama pada sayatan tipis.
Keunikan mikroskop ini terletak pada adanya komponen khusus seperti keping analisator, polarisator, kompensator, dan lensa amici Bertrand yang tidak ditemukan pada mikroskop biasa, dan semuanya berfungsi penting dalam analisis mineral secara optik. Selain penguasaan terhadap penggunaan mikroskop yang baik dan benar, pengetahuan tentang cara merawat mikroskop juga sangat diperlukan agar alat ini dapat digunakan dalam jangka panjang. Perawatan yang tepat, seperti membersihkan lensa dari jamur, debu, atau minyak, serta menjaga kondisi bagian non-optik, sangat penting untuk memastikan mikroskop tetap dalam kondisi optimal dan tidak menimbulkan gangguan saat pengamatan. Dengan penggunaan dan perawatan yang tepat, mikroskop polarisasi dapat menjadi alat analisis yang sangat andal dalam studi mineralogi.. Bagian- bagian dan fungsi dari masing-masing bagian pada mikroskop petrografi secara umum adalah sebagai berikut (Adiyasa, 2015) :
1. Diafragma
Satu atau dua diafragma dapat terletak di bawah panggung. Diafragma lapangan, sering dihilangkan pada mikroskop siswa sederhana, digunakan untuk mengurangi area cahaya yang memasuki bagian tipis, dan harus fokus pada posisi yang sama dengan bagian tipis; itu harus dibuka sampai menghilang begitu saja dari pandangan.
2. Kondensor
Lensa melingkar kecil (kondensor) melekat pada bilah putar, sehingga dapat dimasukkan ke dalam kereta optik bila diperlukan. Ini berfungsi untuk
mengarahkan kerucut cahaya ke bagian tipis dan memberikan resolusi optimal untuk lensa objektif yang digunakan.
3. Meja Objek
Bentuknya lingkaran datar dan dapat diputar. Meja objek memiliki skala derajat, dan vernier samping memungkinkan sudut rotasi untuk diukur secara akurat. Meja Objek biasanya dilengkapi dengan penjepit preparat.
4. Lensa Objektif
Lensa objektif adalah lensa pembesar dengan kekuatan pembesaran yang tertera pada setiap lensa (misalnya 5 kali, 30 kali). Objektif dengan daya yang sangat tinggi (misalnya 100 kali) biasanya membutuhkan minyak imersi di antara lensa objektif dan bagian tipis.
5. Lensa Okuler
Lensa yang berisi kawat silang yang dapat difokuskan secara independen dengan memutar lensa paling atas. Eyepieces dengan perbesaran berbeda tersedia. Kepala bermata adalah standar pada mikroskop siswa. Kepala teropong dapat digunakan dan, jika disesuaikan dengan benar, mengurangi kelelahan mata.
6. Lensa Bertrand
Lensa ini digunakan untuk memeriksa angka interferensi. Ketika dimasukkan ke dalam tabung mikroskop atas, gambar interferensi dapat dihasilkan yang memenuhi bidang pandang, asalkan lensa konvergen juga dimasukkan ke dalam rangkaian jalur optik.
7. Pengatur Fokus
Mikroskop difokuskan baik dengan menggerakkan panggung mikroskop ke atas atau ke bawah (model baru) atau dengan menggerakkan tabung mikroskop atas ke atas atau ke bawah (model lama).
8. Monitor
Berfungsi untuk menampilkan objek yang sedang diamati secara langsung (beserta dengan perbesarannya).
9. Penjepit Preperasi
Terletak di meja preparasi untuk menjepit sayatan atau preparasi agar tidak goyang sehingga mudah diamati.
10. Ganggang Mikroskop
Bagian yang digunakan ketika mengangkat dan memindahkan mikroskop agar tidak terjatuh ataupun rusak.
11. Lensa Okuler Dan Eyepiece
Penghubung lensa objektif dengan mata sehingga dapat melihat bayangan sayatan ataupun preparat di mikroskop dengan perbesaran 4 sampai dengan 25 kali.
12. Coarse Focus
Untuk mengatur focus secara cepat dengan menggerakkan tabung mikroskop naik dan turun secara cepat.
13. Fine Focus
Untuk mengatur focus secara perlahan dengan menggerakkan tabung mikroskop naik turun secara perlahan.
14. Clamp Screw
Sekrup yang digunakan untuk mengarahkan objek uji ketengah cross line pada saat melakukan centering.
Gambar 2. Bagian-Bagian Mikroskop Polarisasi 1.2.3 Nikol Sejajar
Nikol sejajar merupakan salah satu kondisi dalam pengamatan menggunakan mikroskop polarisasi, yaitu saat posisi antara polarisator dan analisator sejajar sehingga cahaya terpolarisasi yang melewati mineral tidak mengalami perubahan arah getar. Dalam kondisi ini, hanya cahaya yang memiliki arah getar sejajar dengan sumbu polarisasi yang dapat melewati kedua filter, sedangkan cahaya dengan arah getar berbeda akan diserap.
Pada kondisi Nikol sejajar, banyak mineral anisotrop akan tampak gelap (extinct) karena tidak ada perubahan arah getar cahaya saat melewati mineral. Keadaan ini sangat berguna untuk mengamati dan mengidentifikasi sifat-sifat optik mineral, seperti sudut gelap (extinction angle) atau orientasi kristal. Pengamatan dalam kondisi ini juga membantu dalam menentukan apakah suatu mineral bersifat isotrop atau anisotrop, karena mineral isotrop tetap tampak gelap baik dalam posisi sejajar maupun silang.
Selain itu, Nikol sejajar sering dijadikan tahap awal sebelum beralih ke posisi Nikol silang untuk melihat efek birefringensi secara optimal. Nikol sejajar berbeda dengan Nikol
silang, di mana polarisator dan analisator diposisikan saling tegak lurus sehingga hanya cahaya yang mengalami pembelokan arah getar yang dapat diteruskan dan tampak terang. Oleh karena itu, pemahaman terhadap kedua posisi ini sangat penting dalam petrografi untuk memperoleh data optik mineral yang lengkap dan akurat. (Nesse, 2012).
Pada kondisi nikol sejajar, mikroskop polarisasi digunakan dengan posisi polarisator dan analisator yang sejajar sehingga hanya cahaya yang bergetar dalam satu arah yang diteruskan. Dalam pengamatan mineral, kondisi ini sangat bermanfaat untuk mengamati kenampakan awal mineral, seperti warna asli, bentuk kristal, belahan, dan relief. Karena tidak terjadi gangguan atau perubahan arah getar cahaya, mineral anisotrop sering kali tampak gelap kecuali jika sumbu kristalnya sejajar dengan arah getar cahaya. Sedangkan mineral isotrop tetap akan tampak terang atau tidak menunjukkan perubahan, karena tidak mempengaruhi arah getar cahaya yang melewatinya. Pengamatan dalam kondisi nikol sejajar juga memungkinkan untuk menentukan sudut belahan dan mengidentifikasi batas antar mineral yang memiliki indeks bias berbeda (Nesse, 2012).
Selain itu, penggunaan nikol sejajar penting dalam tahap awal identifikasi mineral karena memberikan informasi dasar sebelum beralih ke kondisi nikol silang untuk menganalisis sifat optik lanjutan, seperti warna interferensi dan pleokroisme.
Penggunaan mikroskop dalam posisi nikol sejajar juga lebih sederhana, terutama saat praktikum awal bagi mahasiswa geologi atau teknik pertambangan, karena mereka dapat lebih fokus pada bentuk fisik dan batas mineral tanpa gangguan interferensi warna. Oleh karena itu, penguasaan teknik pengamatan dalam kondisi nikol sejajar menjadi langkah penting dalam mempelajari mineral optik secara menyeluruh, karena mendasari pemahaman terhadap karakteristik mineral yang lebih kompleks di bawah mikroskop polarisasi (Nesse, 2012).
1.2.4 Nikol Silang
Nikol Silang adalah posisi orientasi dalam mikroskop polarisasi di mana polarisator dan analisator disusun sedemikian rupa sehingga cahaya yang melewati sampel berada dalam keadaan terpolarisasi secara silang, yaitu tegak lurus satu sama lain. Posisi ini memungkinkan pengamatan sifat optik mineral seperti birefringensi, warna interferensi, dan orientasi optik secara jelas, karena hanya cahaya yang mengalami perubahan arah getar akibat interaksi dengan struktur internal mineral yang dapat diteruskan ke mata pengamat. Dalam posisi ini, mineral anisotrop akan menampilkan warna interferensi yang khas tergantung pada ketebalan dan indeks biasnya, sehingga dapat memberikan informasi penting untuk membedakan satu mineral dengan lainnya. Pengamatan pada posisi Nikol Silang sangat penting dalam petrografi untuk identifikasi dan analisis mineral secara mikroskopis, karena kontras visual yang dihasilkan memudahkan pengamatan terhadap zonasi mineral, arah belahan, kembaran kristal, hingga strain optik pada butiran mineral. Selain itu, perubahan warna dan intensitas cahaya yang terlihat saat memutar meja mikroskop memungkinkan penentuan sudut pemadaman (extinction angle), yang merupakan salah satu parameter diagnostik penting dalam studi mineralogi optik.
Dengan demikian, Nikol Silang merupakan teknik observasi yang sangat vital dalam
mikroskop polarisasi karena memberikan gambaran optik mineral secara menyeluruh yang tidak bisa diperoleh pada kondisi Nikol sejajar. (Maulana & Kaharuddin 2019).
Dalam pengamatan mineral menggunakan orthoskop Nikol Silang, beberapa sifat optik yang dapat diamati meliputi warna interferensi, birefringensi, orientasi optik, pemadaman, dan kembaran. Warna interferensi memberikan informasi tentang perbedaan kecepatan cahaya dalam mineral, yang berkaitan erat dengan ketebalan mineral dan besar kecilnya birefringensi, serta dapat digunakan untuk memperkirakan komposisi kimia dan orientasi kristal. Sementara itu, birefringensi menunjukkan perbedaan indeks bias pada arah kristal yang berbeda, yang merupakan salah satu ciri khas dari mineral anisotrop. Orientasi optik membantu dalam menentukan arah kristal dan sistem kristalografi yang dimiliki mineral, yang sangat penting dalam penentuan jenis dan genesis batuan. Sedangkan pemadaman (extinction) dan kembaran (twinning) memberikan wawasan tentang struktur internal mineral, termasuk kemungkinan adanya deformasi atau pertumbuhan ulang kristal. Selain itu, informasi ini dapat digunakan untuk mendeteksi proses geologi seperti metamorfisme dan deformasi tektonik. Dengan menggunakan posisi Nikol Silang, para ahli geologi dapat mengidentifikasi mineral- mineral seperti olivin, hornblende, biotite, muskovit, kuarsa, mikroklin, enstatit, diopsid, turmalin, dan talc berdasarkan sifat optiknya secara lebih akurat dan efisien. Kombinasi dari semua data optik ini menjadikan mikroskop polarisasi sebagai alat utama dalam analisis petrografi dan studi mikroskopis batuan. (Jannah, 2023).
Pentingnya posisi Nikol Silang dalam mikroskop polarisasi juga tercermin dalam berbagai dokumen dan laporan ilmiah yang menekankan peran krusial teknik ini dalam studi mineralogi dan petrografi. Misalnya, dalam laporan yang diunggah oleh Nabella Nurul Fitri di Scribd, dijelaskan bahwa pengamatan mineral menggunakan orthoskop Nikol Silang dapat mendeteksi berbagai sifat optik seperti warna interferensi, birefringensi, orientasi optik, pemadaman, dan kembaran, yang tidak dapat teramati dengan jelas pada posisi Nikol sejajar. Alat ini menggunakan polarisator dan analisator yang disusun saling tegak lurus untuk menghasilkan efek cahaya terpolarisasi silang, sehingga warna interferensi yang dihasilkan menjadi indikator penting dalam mengidentifikasi jenis mineral dan struktur kristalnya. Warna-warna ini muncul karena perbedaan kecepatan cahaya dalam arah kristal yang berbeda dan sangat bergantung pada ketebalan serta orientasi mineral terhadap arah cahaya. Dalam praktiknya, Nikol Silang sangat bermanfaat untuk membedakan mineral anisotrop dari isotrop, serta untuk menentukan parameter penting seperti sudut pemadaman dan arah optik utama.
(Salsabila dkk, 2021).
1.2.5 Aplikasi Mikroskop Dalam Bidang Pertambangan
Manfaat analisis mikroskop dalam dunia pertambangan analisis mikroskop sering kali digunakan dalam dunia pertambangan, salah satu contohnya adalah metode yang digunakan dalam analisis mikroskopi (petrografi) mineral pirit pada batubara. Hasil analisis mikroskopi menunjukkan bahwa mineral pirit pada batu bara di bawah mikroskop terlihat dalam keadaan bebas (tidak terikat) dan tidak terinklusi oleh mineral lain.
Kenampakan di bawah mikroskop juga memperlihatkan adanya mineral kuarsa yang
diinklusi oleh mineral karbonat. Kenampakan mineral pirit (iron sulfida) memperlihatkan warna krem pucat, isotropik, relief tinggi, berbutir halus, tersebar tidak merata. Hasil pengamatan mikroskop menunjukkan bahwa bentuk mineral pirit yang dominan adalah bentuk pirit framboidal yang terdiri dari kristal oktahedral, ukuran halus, dan speroidal (Widodo dkk., 2019).
Selain itu, mikroskop juga digunakan untuk menganalisis pengaruh pelapukan terhadap karakteristik batuan utuh andesit dengan uji kuat tekanan uniaksial. pengolahan dan analisis data menggunakan pendekatan karakteristik massa batuan, metode tegangan crack initiation dan analisis mikroskopis. Perubahan karakteristik batuan utuh ini perlu dianalisis karena dapat menyebabkan timbulnya rekahan. Metode crack initiation adalah metode yang digunakan untuk menganalisis tingkat tegangan terjadinya rekahan mikro. Analisis mikroskopis memberikan informasi tentang perubahan mineral penyusun batuan, tekstur dan ukuran butiran yang mempengaruhi karakteristik batuan utuh (Latuipa, 2020).
1.3 Tujuan Dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat pada praktikum kali ini, yaitu sebagai berikut:
1.3.1 Tujuan 1.3.2 Manfaat
1.4 Ruang Lingkup
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 3 Mei 2025 pukul 08.00-17.30 WITA bertempat di Laboratorium Analisis dan Pengolahan Bahan Galian, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Pada praktikum kristalografi dan mineralogi kali ini, praktikan diajarkan cara menggunakan mikroskop polarisasi untuk menganalisa sifat-sifat dari 3 sampel berbeda. Praktikum dilaksanakan dengan bergelombang dengan setiap gelombang terdiri dari 2 kelompok, untuk bergiliran masuk ke ruang laboratorium dan mencoba menganalisa mineral dengan bimbingan koordinator.
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Bahan Dan Alat
Pada praktikum kali ini, terdapat beberapa alat dan bahan yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan praktikum.
2.1.1 Alat 2.1.1 Bahan
2.2 Prosedur Praktikum
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 hasil
3.2 pembahasan
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan 4.2 Saran
Saran dari praktikum mineral logam adalah sebagai berikut:
4.2.1 saran untuk laboratorium
Saran untuk laboratorium kali ini adalah sebagai berikut:
1. Menambahkan pendingin ruangan
2. Sebaiknya ruangan setelah dilaksanakannya praktikum dibersihkan oleh praktikan.
3. Laboratorium sebaiknya menambah jumlah peralatan praktikum sehingga praktikan tidak perlu menunggu lama untuk menggunakan alat secara bergantian.
4.2.2 saran untuk asisten laboratorium
Saran untuk asisten pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas mengajar saat praktikum.
2. Menuntun praktikan dengan baik saat pendeskripsian sampel.
3. Menambah durasi waktu pelaksanaan praktikum agar praktikan dapat melakukan praktikum secara maksimal.
4.2.3 saran untuk praktikan
Adapun saran untuk praktikan sebagai berikut:
1. Lebih fokus dalam menjalankan praktikum.
2. Perbanyak pemahaman sebelum masuk praktikum.
3. Lebih menghargai asisten.
DAFTAR PUSTAKA
Meirawaty, M., Nugraheni, R. D. & Riyandhani, C. P. (2021). Mineralogi. Banyumas:
Zahira Media Publisher.
Adiyasa, D., 2015. Sifat Optik Mineral. Semarang: UNDIP Press.
Adi Maulana & Kaharuddin. (2019). Studi Petrografi dan Alterasi Batuan Diabas Sebagai Wall-Rock pada Daerah Pationgi Kecamatan Patimpeng, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Jurnal Geomine, 7(03), 219–229.
Raihul Jannah. (2023). Studi Mikroskopis Batuan dari Sungai dengan Metode Petrografi.
Jurnal UVAYA Sains dan Teknologi, 1(1).
Salsabila, Alyssa; Elisabet Dwi Mayasari; Endang Wiwik Dyah Hastuti. (2021). Studi Petrogenesis Batuan Vulkanik Menggunakan Analisis Petrografi pada Formasi Jampang, Daerah Bodjong, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Jurnal Sumberdaya Bumi Berkelanjutan (SEMITAN).
Kusmiyarti, T. B., 2016. Agrogeologi dan Lingkungan. Bali: Universitas Undayana.
Chaerul, M., 2018. Mineral Optik & Petrologi. Jakarta: YCAB Publisher.