• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1. Kondisi Geografis dan Administratif

Kawasan Minapolitan Bontonompo terletak di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis Kabupaten Gowa terletak pada koordinat antara 5o 33’ 6” sampai 5o 34’ 7” Lintang Selatan dan 12o 38’ 6” sampai 12o 33’ 6” Bujur Timur. Secara administratif, batas-batas wilayah administrasi Kabupaten Gowa adalah:

Sebelah Utara : Kota Makassar dan Kabupaten Maros. Sebelah Timur : Kabupaten Sinjai, Bulukumba dan Bantaeng. Sebelah Selatan : Kabupaten Takalar dan Kabupaten Jeneponto. Sebelah Barat : Kabupaten Takalar, Kota dan Selat Makassar.

Berdasarkan letak geografis ini, maka Kabupaten Gowa menjadi wilayah yang berbatasan langsung dengan Kota Makassar (Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan). Sebagai wilayah yang berbatasan dengan ibukota provinsi, daerah ini berada dalam posisi yang sangat strategis dan prospektif sebagai wilayah pengembangan kegiatan-kegiatan ekonomi rakyat termasuk kegiatan pengembangan pada sektor perikanan (minapolitan).

3.2. Kondisi Topografi dan Agroklimat

Luas wilayah Kabupaten Gowa adalah 1.883,33 Km2 atau 3,01% dari luas wilayah Sulawesi Selatan. Secara administrasi pemerintahan terbagi menjadi 18 kecamatan dan 167 desa/kelurahan. Kabupaten Gowa dilalui oleh banyak sungai yang cukup besar yaitu 15 sungai dengan luas daerah aliran yang terbesar adalah Sungai Jeneberang, yaitu 881 km2 dengan panjang 90 Km. Secara morfolofi, wilayah Kawasan Minapolitan Kabupaten Gowa memiliki topografi yang rendah dengan kemiringan lahan rata-rata 0 – 10%, yang dipengaruhi oleh Selat Makassar.

Secara klimatologi, Kabupaten Gowa terletak pada posisi iklim musim barat, dimana mengenal dua musim, yaitu musim kemarau Bulan Juni sampai Bulan September dan musim hujan pada Bulan Oktober sampai Bulan Mei. Kondisi seperti ini berganti setiap tahun setelah masa peralihan, yaitu pada Bulan April sampai Bulan Mei dan Bulan Oktober sampai Bulan ember. Rata-rata curah hujan per bulan di Kabupaten Gowa adalah 146 mm dengan suhu udara 22o – 26o C pada dataran rendah dan suhu udara 18o – 21o C pada dataran tinggi.

(2)

3.3. Kondisi Demografi

Jumlah penduduk Kabupaten Gowa pada tahun 2000 sebanyak 507.507 jiwa dan pada tahun 2007 bertambah menjadi 594.423 jiwa dengan kepadatan 320 jiwa/km2. Penyebaran penduduk yang tidak merata tampaknya sangat dipengaruhi oleh faktor keadaan geografis daerah. Daerah Somba Opu, Pallangga, Bontonompo, Bontonompo Selatan, Bajeng dan Bajeng Barat yang hanya memiliki luas 11,42% dari total wilayah Gowa di huni oleh sekitar 54,45% sedangkan daerah Bontomarannu, Pattalasang, Parangloe, Manuju, Barombong, Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi, Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu dan Biringbulu yang meliputi 88,58% wilayah Gowa hanya di huni oleh 45,55% penduduk Gowa.

Menurut Hasil SUSENAS 2007 Penduduk Usia Kerja di daerah Gowa Tahun 2007 berjumlah 409.426 jiwa yang terdiri dari 198.949 laki-laki dan 210.477 perempuan. Dari seluruh penduduk usia kerja, yang termasuk angkatan kerja berjumlah 242.116 jiwa atau 59,19% dari seluruh Penduduk Usia Kerja. Dari seluruh angkatan kerja tercatat 242.116 jiwa atau sekitar 86,99% dari total angkatan kerja termasuk bekerja dan sisanya mencari pekerjaan.

3.4. Potensi dan Produksi Perikanan

Kabupaten Gowa memiliki potensi dalam pengembangan perikanan terutama budidaya darat dengan luas areal 736,91 Ha dengan Total produksi perikanan Kabupaten Gowa sebesar Rp. 6.593.214.000,-. Untuk membangun sektor perikanan dan kelautan, masyarakat diarahkan agar mampu memanfaatkan sumberdaya seoptimal mungkin dan secara bertahap memposisikan sebagai alternatif basis utama pembangunan daerah. Harapan untuk menjadikan sektor ini sebagai basis pembangunan didasarkan pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang disumbangkan pada struktur perekonomian daerah.

Pada tahun 2007, PDRB Kabupaten Gowa atas dasar harga berlaku sebesar Rp. 2.457,66 milyar dengan distribusi terbesar dari sektor pertanian, yaitu 52,15%. Kontribusi perikanan sebagai subsektor pada sektor pertanian sebesar 3.761,26 juta atau sekitar 0,27%

(3)

3.5. Kawasan Minapolitan Kabupaten Gowa 3.5.1. Kondisi Umum Kawasan

Kawasan Minapolitan Kabupaten Gowa terdiri dari 5 (lima) wilayah kecamatan, yaitu kecamatan Bontonompo Selatan, Bontonompo, Bajeng, Bajeng Barat dan Pallangga. Batas-batas wilayah kawasan ini adalah:

Sebelah Utara : Kecamatan Sombaopu dan Kabupaten Gowa Sebelah Timur : Kabupaten Takalar

Sebelah Selatan : Kabupaten Takalar

Sebelah Barat : Kabupaten Takalar dan Kota Makassar

Tabel 2. Luas Wilayah, Jarak Dari Ibukota Kabupaten Masing-Masing Kecamatan dalam Kawasan Minapolitan Kabupaten Gowa

Kecamatan Luas (km2) Jarak dari ibukota kabupaten (km)

Bontonompo 30,39 16

Bontonompo Selatan 29,24 30

Bajeng 60,09 12

Bajeng Barat 19,04 16

Pallangga 48,24 3

Sumber: Gowa Dalam Angka, 2008

Kawasan Minapolitan Kabupaten Gowa dilewati oleh jalur jalan arteri primer yang menghubungkan antara ibukota Provinsi Sulawesi Selatan (Kota Makassar) dengan beberapa kabupaten yang terletak di pesisir selatan Provinsi Sulawesi Selatan. Kondisi topografi kawasan ini relatif datar yang pada umumnya terdiri dari hamparan persawahan pengairan teknis dan pengairan setengah teknis sebagai bagian dari jaringan irigasi Dam Bili-Bili sehingga sangat potensial untuk dikembangkan sebagai Kawasan Minapolitan. Jumlah penduduk terbanyak dan terpadat dalam kawasan terdapat di Kecamatan Pallangga sedangkan jumlah penduduk dengan kepadatan terkecil terdapat di Kecamatan Bajeng Barat dan Kecamatan Bontonompo Selatan.

Tabel 3.Jumlah Kependudukan Masing-Masing Kecamatan dalam Kawasan Minapolitan Kabupaten Gowa tahun 2006-2007

Kecamatan Jumlah Rumah Tangga Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) Pertumbuhan Penduduk (jiwa/tahun) Bontonompo 8.293 39.181 1.289 3,15 Bontonompo Selatan 5.098 27.095 927 1,37 Bajeng 13.463 57.211 952 2,35 Bajeng Barat 4.728 21.866 1.148 2,25 Pallangga 17.532 82.226 1.705 -0,56 Sumber: Gowa Dalam Angka, 2008

(4)

3.5.2. Kondisi Infrastruktur a. Aksesibilitas

Jarak yang harus dilalui untuk mencapai 5 kecamatan dalam Kawasan Minapolitan dari pusat kabupaten mulai dari yang terdekat yaitu Pallangga (2,45 Km), Bajeng (12,00 Km), Bajeng Barat (15,80 Km), Bontonompo (16,00 Km) hingga yang terjauh yaitu Bontonompo Selatan (30 Km) dapat ditempuh dengan menggunakan angkutan umum dan kendaraan pribadi. Kawasan Minapolitan dilalui oleh satu jalur arteri primer yang menghubungkan pusat Provinsi Sulawesi Selatan (Kota Makassar) dan pusat Kabupaten Gowa (Sungguminasa) dengan Kabupaten Takalar. Kondisi jalan yang menghubungkan kawasan dengan daerah lain sudah sangat baik yaitu dengan aspal dan lebar jalan 4 – 6 m.

b. Kelistrikan

Listrik merupakan salah satu produksi energi yang sangat penting dan dibutuhkan oleh masyarakat yang berada di dalam dan di luar kawasan. Seluruh kecamatan yang berada di Kawasan Minapolitan 92,26% sudah mendapat jaringan listrik yang disuplai oleh PT. PLN (Persero) Ranting Sungguminasa. Pelanggan kebutuhan listrik dari tahun ke tahun meningkat seiring dengan penambahan perumahan dan pada tahun 2007 meningkat sebanyak 88.094 rumah tangga bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jumlah Kwh yang terjual sebanyak 102.743.824 dengan total daya tersambung 75.607.046 VA.

c. Sarana Air Bersih

Kebutuhan air minum (air bersih) di Kabupaten Gowa disuplai oleh Perusahaan Daerah Air di Kabupaten Gowa. Hampir seluruh kecamatan yang termasuk dalam kawasan sudah mendapatkan jaringan air bersih baik dari Perusahaan Daerah Air maupun yang berasal dari sumur gali dan sumur tanah, namun demikian untuk beberapa kecamatan yang berada di dataran tinggi sebagian besar masyarakat masih memperoleh air bersih yang berasal dari mata air.

d. Telekomunikasi

Ssarana telekomunikasi yang ada di Kabupaten Gowa meningkat seiring dengan semakin pesatnya perkembangan di bidang telekomunikasi. Hampir Seluruh Kecamatan yang termasuk dalam Kawasan Minapolitan sudah terdapat

(5)

jaringan telekomunikasi. Namun demikian mengingat telekomunikasi sudah semakin maju banyak orang beralih kepada pengunaan telepon seluler (HP) dalam berkomunikasi dengan masyarakat lainnya.

e. Irigasi

Jaringan irigasi di kawasan ini adalah irigasi teknis dan setengah teknis dengan kondisi yang cukup mendukung dengan sumber air dari Dam Bili-Bili dan Kampili dengan luas areal terbesar (10.454.00 Ha) yang hampir mengairi seluruh areal persawahan di Kawasan Minapolitan Kabupaten Gowa (BPS dan BAPPEDA Kabupaten Gowa, 2008).

f. Sarana Pendidikan dan Kebudayaan

Dari segi jumlah sekolah, ditingkat pendidikan dasar, jumlah Sekolah Dasar yang tersedia di Kabupaten Gowa pada tahun 2007/2008 mengalami perubahan dibanding tahun sebelumnya yaitu sebanyak 391 buah. Sedangkan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) bertambah menjadi 58 buah dari 54 buah pada tahun 2006/2007, sedangkan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) terdiri dari Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 23 buah dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sejumlah 15 buah.

Tabel 4. Jumlah Sarana Pendidikan di Tiap Kecamatan Dalam Kawasan

Kecamatan SD SLTP SMA SMK Bontonompo 28 4 1 2 Bontonompo Selatan 20 2 - - Bajeng 36 7 3 3 Bajeng Barat 15 - - - Pallangga 38 6 2 1

Sumber: Gowa Dalam Angka, 2008

g. Sarana Kesehatan

Tersedianya sarana kesehatan yang cukup memadai seperti Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Poliklinik dan Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) sangat menunjang peningkatan kesehatan masyarakat. Selama periode Tahun 2006 hingga 2007 terjadi penurunan beberapa fasilitas kesehatan. Selama kurun waktu tersebut, sarana tempat tidur rumah sakit mengalami penurunan dari 125 menjadi 117 buah, puskesmas induk mengalami pertambahan 1 unit sedangkan puskesmas pembantu berkurang

(6)

menjadi 107 buah, sedang jumlah rumah bersalin bertambah satu buah. Disamping penyediaan sarana kesehatan, untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat usaha penyediaan tenaga kesehatan juga ditingkatkan. Jumlah tenaga kesehatan pada Tahun 2007 terjadi peningkatan sebesar 1,01% yaitu dari 795 orang menjadi 803 orang.

Tabel 5. Jumlah sarana kesehatan di tiap kecamatan dalam kawasan

Kecamatan Rumah Bersalin Puskesmas (induk & pembantu) Poliklinik BKIA Bontonompo - 12 1 - Bontonompo Selatan - 9 - - Bajeng - 8 1 - Bajeng Barat - 9 - - Pallangga 1 6 2 -

Sumber: Gowa Dalam Angka, 2008

h. Sarana Keagamaan

Dari total Penduduk Kabupaten Gowa Tahun 2007 sebanyak 99,06% menganut agama Islam, sejalan dengan hal tersebut maka tempat peribadatan bagi penganut agama Islam terlihat lebih menonjol dari agama yang lainnya. Sebagai gambaran pada Tahun 2007 terdapat 1036 mesjid, 161 musalla dan 96 langgar, sedangkan untuk peribadatan agama Kristen tersedia 13 gereja.

Tabel 6. Jumlah Sarana Keagamaan di Tiap Kecamatan Dalam Kawasan

Kecamatan Mesjid Musalla Langgar

Bontonompo 49 4 11

Bontonompo Selatan 38 - -

Bajeng 77 16 10

Bajeng Barat 39 4 -

Pallangga 98 3 1

Sumber: Gowa Dalam Angka, 2008

3.5.3. Kondisi Perikanan Kawasan a. Produksi Perikanan

Jenis perikanan yang terdapat di Kabupaten Gowa pada umumnya adalah budidaya darat sedangkan perikanan laut hanya sebagian kecil saja karena hanya berlokasi di Selat Makassar. Luas areal budidaya perikanan darat tambak/kolam/sawah pada Tahun 2007 tercatat seluas 648,40 Ha dibanding

(7)

Tahun 2006 mengalami penurunan sekitar 7,13%. Produksi perikanan pada Tahun 2007 tercatat sebesar 762,19 ton dibanding Tahun 2006 sebesar 760,33 ton yang berarti mengalami penurunan sebesar 0.93%.

Tabel 7. Produksi Perikanan Darat di Tiap Kecamatan Dalam Kawasan (Ton)

Kecamatan Tambak Kolam Sawah Rawa Sungai

Bontonompo - 8,30 3,81 26,00 - Bontonompo Selatan 70,97 - - - 21,00 Bajeng - 21,89 12,10 19,70 7,80 Bajeng Barat - 12,83 4,93 - - Pallangga - 13,70 4,09 4,60 27,60 Sumber: Gowa Dalam Angka, 2008

b. Pemanfaatan Lahan

Kawasan Minapolitan Kabupaten Gowa dengan sektor unggulan pada sektor perikanan memiliki luas areal (tambak, kolam dan sawah) yang sangat potensial untuk dikembangkan. Luas areal perikanan tambak seluas 139.96 Ha, perikanan kolam seluas 64.99 Ha dan sawah seluas 105.17 Ha.

Tabel 8. Luas Areal Budidaya Perikanan di Perairan Umum Tiap Kecamatan Dalam Kawasan (Ha)

Kecamatan Tambak Kolam Sawah

Bontonompo - 16,70 15,50

Bontonompo Selatan 136,30 - -

Bajeng - 27,10 47,70

Bajeng Barat - 14,10 20,10

Pallangga - 24,90 16,60

Sumber: Gowa Dalam Angka, 2008

c. Budidaya Perairan

Usaha pembenihan ikan (salah satu kegiatan dalam sistem agribisnis hulu) di Kabupaten Gowa terdiri dari usaha pembenihan air tawar dan usaha pembenihan ikan air payau (UPIAP). Usaha pembenihan air tawar terdiri dari 2 (dua) macam kegiatan, yaitu pembenihan pada Balai Benih Ikan (BBI) dan Unit Pembenihan Rakyat (UPR). Jenis usaha perikanan di kawasan ini adalah jenis perikanan darat. Jenis ikan yang paling banyak diusahakan adalah ikan mas, tawes, nila, bandeng dan udang air tawar. Selain itu kawasan ini juga memiliki

(8)

beberapa komoditi penunjang antara lain adalah: jagung kuning dan beberapa jenis tanaman buah-buahan dan hortikultura.

Tabel 9.Luas Areal Pembenihan Perikanan di Tiap Kecamatan dalam Kawasan

Kecamatan Balai Benih

Ikan (Ha) Usaha Pembenihan Rakyat (Ha) Benih Ikan Air Payau (Ha) Rumah Tangga Budidaya (2007) Bontonompo - - 6,00 43 Bontonompo Selatan - - - 166 Bajeng 1,10 2,00 - 155 Bajeng Barat - 0,80 - 89 Pallangga - 2,20 - 65

(9)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan tepatnya di Kawasan Minapolitan Bontonompo yang mencakup 5 (lima) kecamatan minapolis, yaitu Kecamatan Pallangga, Kecamatan Bajeng, Kecamatan Bajeng Barat, Kecamatan Bontonompo dan Kecamatan Bontonompo Selatan. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling, peta lokasi penelitian dapat lihat pada Gambar 4 dan gambar 5.

Gambar 4.PetaLokasi Penelitian.

(10)

Sumber: www.bappedasulsel.go.id

(11)

Penetapan lokasi penelitian ditetapkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

1. Kabupaten Gowa merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki pengembangan Kawasan Minapolitan di Indonesia.

2. Sinergi dengan program pembangunan yang telah dicanangkan oleh pemerintah daerah setempat dengan pemerintah pusat.

3. Potensi lahan yang memungkinkan untuk pengembangan Kawasan Minapolitan berbasis budidaya ikan air tawar dan payau serta didukung dengan sarana dan prasarana umum yang memadai.

4. Ketersediaan tenaga kerja yang cukup untuk pengembangan budidaya ikan air tawar.

4.1.1. Lokasi Pendukung Minapolitan

Kawasan Minapolitan Bontonompo telah ditetapkan berdasarkan surat keputusan Bupati Gowa No. 362/VII/2008 sebanyak 5 (lima) kecamatan minapolis dan 5 (lima) kecamatan hinterland antara lain: Kecamatan Barombong, Kecamatan Somba Opu, Kecamatan Bontomaranu, Kecamatan Parangloe dan Kecamatan Tinggi Moncong. Hubungan antar kota dan daerah sekitarnya (hinterland) adalah hubungan timbal balik yang harmonis dan saling membutuhkan, dimana kawasan hinterland perikanan mengembangkan produk primer dan produk olahan skala rumah tangga, sebaliknya pusat kawasan menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung pengembangan usaha budidaya dan usaha-usaha lain yang berkaitan. Selain kawasan hinterland yang telah disebutkan, daerah yang berbatasan langsung dengan Kawasan Minapolitan juga dapat dikelompokkan ke dalam daerah pendukung minapolitan seperti Kabupaten yang berbatasan langsung dengan wilayah administrasi Kabupaten Gowa yaitu, Kota Makassar, Kabupaten Maros, Kabupaten Bone, Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Jeneponto dan Kabupaten Takalar.

4.2. Teknik Penentuan Responden

Penentuan responden dilakukan dengan menggunakan metode purposive random sampling secara proposional (Jogiyanto, 2008; Nasution, 2007). Responden dalam penelitian ini meliputi berbagai pihak terkait (stakeholder) yang berhubungan langsung dengan kegiatan pengembangan kawasan minapolitan.

(12)

serta kalangan pakar terpilih, yang diambil berdasarkan kesesuaian keahlian dengan bidang yang dikaji. Pemilihan responden disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan jumlah responden yang akan diambil yaitu responden yang dapat dianggap mewakili dan memahami permasalahan yang diteliti.

Tabel 10. Jumlah Responden Pakar

No Sampel Jumlah (jiwa)

1 Dinas Pekerjaan UMUM 2

3 Dinas Perikanan dan Kelautan 2

4 BAPEDA 1 5 PEMDA 10 6 Pokja 1 7 BPP 5 8 Koptan 2 JUMLAH 23

4.3. Jenis dan Sumber data

Berdasarkan tujuan penelitian dan metode penelitian yang digunakan, maka data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa atribut-atribut yang terkait dengan berbagai parameter penilaian, yang bersumber dari responden terpilih serta hasil pengamatan langsung dilokasi penelitian.

Data sekunder berupa data penunjang seperti kondisi geografis wilayah, kondisi sosiodemografi (jumlah penduduk, tingkat pendidikan, mata pencarian, dll) potensi wilayah, produksi pertanian, sarana prasarana yang ada, kebijakan pemerintah, kegiatan ekonomi masyarakat. Data sekunder bersumber dari dinas, instansi, lembaga maupun berasal dari publikasi hasil penelitian yang berhubungan dan representatif dengan tujuan penelitian.

4.4. Rancangan Penelitian

Secara garis besar, penelitian dilakukan dalam 4 tahapan studi, yaitu: (1) Analisis Potensi Wilayah, (2) Analisis Status Kinerja Kawasan Minapolitan Bontonompo, Kabupaten Gowa, (3) Analisis Status Keberlanjutan Pengembangan Kawasan Minapolitan Bontonompo, Kabupaten Gowa Dan (4) Skenario Pengembangan.

(13)

4.4.1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara, diskusi dan observasi di lapangan dengan responden di wilayah studi yang terdiri dari berbagai pakar dan stakeholder yang terkait dengan topik penelitian.

4.4.2. Variabel

Parameter-parameter yang diamati dalam penelitian ini merupakan atribut-atribut yang merupakan penjabaran dari berbagai indikator penilaian yang digunakan sesuai dengan tujuan dalam penelitian, secara rinci beberapa parameter yang digunakan terlihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Indikator dan Beberapa Atribut Penilaian Keberlanjutan Kawasan Minapolitan Bontonompo No Tujuan Parameter Penilaian Metode Analisis Output yang diharapkan 1 Potensi Wilayah Kabupaten Gowa

Produksi dan Nilai Komoditas Kecamatan, Produksi dan Nilai

Komoditas Kabupaten Analisis Location Quotient (LQ)

Potensi wilayah yang ada di tiap Kecamatan dalam Kabupaten owa dan Potensi perikanan

dalam Kawasan Minapolitan 2 Status kinerja minapolitan Usahatani, Agroindustri, Pemasaran, Infrastruktur, Suprastruktur Multi Dimensional Scaling (MDS), Analisis Laverage, Analisis Monte Carlo, Analisis Hierarki Proses (AHP) Status perkembangan dan faktor-faktor mempengaruhi perkembangan 3 Status keberlanjutan kawasan minapolitan Ekologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya,

Infrastruktur dan Teknologi, Hukum dan Kelembagaan

Status keberlanjutan dan faktor pengungkit

keberlanjutan kawasan 4 Skenario pengembangan kawasan minapolitan Atribut- atribut Sensitif/ Dominan dalam keberlanjutan kawasan. Peningkatan Skor Rekomendasi skenario kawasan minapolitan 4.4.3. Metode Analisis

a. Analisis Location Quotient (LQ)

Penentuan kecamatan sampel berdasarkan hasil analisis Location Quotient yaitu untuk menentukan keadaan apakah suatu kecamatan merupakan sektor basis atau non basis dalam hal produksi ikan. Kecamatan yang dijadikan sampel adalah kecamatan yang produksi ikannya merupakan sektor basis, sedangkan

(14)

petani yang dijadikan sampel diambil secara acak. Metode ini dapat juga digunakan terhadap beberapa komoditas penting lainnya. Rumus Location Quotient (LQ) adalah sebagai berikut (Budiharsono, 2008), adalah:

Xij/X. LQij = --- X.j/X.

Dimana: Xij = Produksi sektor tertentu (i) di kecamatan j. Xi. = Produksi seluruh sektor di kecamatan j. X.j = Produksi total sektor (i) di kabupaten.

X. = Total produksi seluruh sektor di seluruh kecamatan.

 Jika LQ>1, maka aktivitas yang diamati tersebut adalah aktivitas basis, artinya sektor tersebut menjadi komoditi bagi wilayah tersebut.  Jika LQ=1, maka aktivitas yang diamati di wilayah kecamatan adalah

aktivitas yang sama dengan produksi keseluruhan.

 Jika LQ<1, maka aktivitas yang diamati adalah aktivitas non basis, artinya sektor tersebut tidak menjadi kegiatan utama dalam wilayah tersebut.

b. Analisis Multidimensional Scaling (MDS)

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode pendekatan Multi Dimensional Scaling (MDS). Setiap dimensi yang digunakan, dibangun berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai. Secara umum Analisis ini dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain:

1. Penentuan atribut dari setiap dimensi yang dibangun.

2. Penilaian setiap atribut dalam skala ordinal berdasarkan kriteria tujuan pengukuran.

3. Penyusunan indeks dan status dari setiap tujuan yang ingin dicapai. Setiap atribut pada masing-masing dimensi diberikan skor berdasarkan scientific judgment dari pembuat skor. Rentang skor berkisar antara 0–2 atau tergantung pada keadaan masing-masing atribut, yang diartikan mulai dari penilaian yang rendah (buruk) sampai dengan tinggi (baik). Penyajian atribut-atribut dan skor dari tiap dimensi pengamatan dapat dilihat pada Tabel 12.

(15)

Tabel 12. Atribut-atribut dan Skor Perkembangan/ Keberlanjutan Pengembangan Kawasan

Dimensi dan Atribut Kriteria Penilaian Hasil Skor Penilaian Dimensi 1 1. (atribut) ... 2. (... ....) ... Dimensi 2 1. (atribut) ... 2. (... ....) ... Dimensi n 1. (atribut) ... 2. (... ....) ...

4.5. Analisis Kinerja Kawasan Minapolitan Bontonompo.

Penentuan kinerja Kawasan Minapolitan Bontonompo, Kabupaten Gowa didasarkan pada keriteria yang dikeluarkan Departemen Pertanian (2002) yaitu membagi tingkat perkembangan Kawasan Minapolitan atas (3) tiga kategori antara lain (1) Pra Kawasan Minapolitan I; (2) Pra Kawasan Minapolitan II dan (3) Kawasan Minapolitan.

Analisis dilakukan dengan mengamati dan mengidentifikasi kondisi kawasan dengan berbagai indikator penilaian yang terkait dengan ciri-ciri berkembangnya suatu kawasan agropolitan yang salah satunya terlihat dari keberadaan sistem agribisnis dikawasan tersebut (Deptan, 2002). Selain itu Supriatna et al (2005) mengungkapkan bahwa pada prinsipnya agropolitan merupakan kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis, serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) diwilayah sekitarnya. Sehingga dimensi yang dibangun dalam penilaian status tingkat perkembangan Kawasan Minapolitan Bontonompo terdiri dari aspek input produksi, usahatani (agronomi), pengolahan (agroindustri), pemasaran (agroniaga) dan pendukung (infrastruktur dan suprastruktur).

Tabel 13. Kategori Status Kinerja Kawasan Minapolitan Bontonompo

Nilai Indeks Kategori

0,00-33,30 33,31-66,30 66,31-100,00

Pra Kawasan Minapolitan I Pra Kawasan Minapolitan II Kawasan minapolitan

Setiap aspek penilaian akan didukung oleh berbagai atribut penjelas yang menggambarkan tingkat kinerja kawasan berdasarkan kondisi existing yang

(16)

terdapat diKawasan Minapolitan Bontonompo. Pemberian skor akan dianalisis dengan multi dimensional. Untuk melihat atribut yang paling sensitif memberikan kontribusi terhadap tingkat kinerja Kawasan Minapolitan dilakukan analisis sensivitas dengan melihat bentuk perubahan Root Mean Square (RMS) ordinasi pada sumbu X. Semakin besar perubahan nilai RMS, maka semakin sensitif atribut tersebut dalam pengembangan kawasan minapolitan. Adapun nilai skor yang merupakan nilai indeks keberlanjutan setiap dimensi dapat dilihat pada Tabel 13.

Gambar 6. Ilustrasi Nilai Indeks Perkembangan dalam Skala Ordinasi.

Gambar 7. Ilustrasi Indeks Perkembangan dalam Diagram Batang.

4.6. Analisis Status Keberlanjutan Kawasan Minapolitan Bontonompo. Analisis status keberlanjutan Kawasan Minapolitan Bontonompo dilakukan berdasarkan pengembangan dimensi-dimensi yang terdapat dalam pembangunan berkelanjutan antara lain dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dimensi sosial, ditambah dimensi hukum dan kelembagaan dan dimensi infrastruktur dan teknologi. Setiap dimensi akan dilengkapi dengan atribut-atribut

0 1 2 3 4 5 Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Aspek 5 2 2.5 3.5 4.3 4.5

Diagram Batang Indeks Perkembangan

Buruk Baik

0 33,30 50 66,30 100

(17)

penjelas yang menggambarkan dukungan akan keberlanjutan dari setiap dimensi yang dijelaskan. Hasil skor dari setiap atribut dianalisis dengan multi dimensional. untuk menentukan satu atau beberapa titik yang mencerminkan posisi keberlanjutan pengembangan Kawasan Minapolitan yang dikaji relatif terhadap dua titik acuan yaitu titik baik (good) dan titik buruk (bad). Adapun nilai skor yang merupakan nilai indeks keberlanjutan setiap dimensi dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Kategori Status Keberlanjutan Pengembangan Kawasan Minapolitan

Nilai Indeks Kategori

0,00-25,00 25,01-50,00 50,01-75,00 75,01-100,00

Buruk (tidak berkelanjutan) Kurang (kurang berkelanjutan) Cukup (cukup berkelanjutan) Baik (sangat berkelanjutan)

Melalui metode MDS, maka posisi titik keberlanjutan dapat divisualisasikan melalui sumbu horizontal dan sumbu vertikal. Dengan proses rotasi, maka posisi titik dapat divisualisasikan pada sumbu horizontal dengan nilai indeks keberlanjutan diberi nilai skor 0% hingga 100%. Ilustrasi hasil ordinasi nilai indeks keberlanjutan terlihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Ilustrasi Nilai Indeks Keberlanjutan dalam Skala Ordinasi.

Buruk Baik

(18)

Gambar 9. Ilustrasi Indeks Keberlanjutan dalam Diagram Batang.

Untuk melihat atribut yang paling sensitif memberikan kontribusi terhadap indeks keberlanjutan pengembangan Kawasan Minapolitan dilakukan analisis sensivitas dengan melihat bentuk perubahan Root Mean Square (RMS) ordinasi pada sumbu X. Semakin besar perubahan nilai RMS, maka semakin sensitif atribut tersebut dalam pengembangan kawasan minapolitan.

Analisis-analisis yang dilakukan diatas akan terdapat pengaruh galat yang dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kesalahan dalam pembuatan skor, kesalahan pemahaman terhadap atribut atau kondisi lokasi penelitian, variasi skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti, proses analisis MDS yang berulang-ulang, kesalahan pemasukan data atau terdapat data yang hilang, dan tingginya nilai stress (nilai stress dapat diterima jika nilai <25%) (Kavanagh, 2001). Sehingga dalam mengevaluasi pengaruh galat pada pendugaan nilai ordinasi pengembangan Kawasan Minapolitan akan digunakan Analisis Monte Carlo.

4.7. Penyusunan Skenario Keberlanjutan Pengembangan Kawasan Minapolitan Bontonompo.

Skenario pengembangan berkelanjutan Kawasan Minapolitan dapat digunakan sebagai pedoman pengelolaan Kawasan Minapolitan dalam menentukan berbagai alternatif kebijakan yang dapat diambil untuk

0 1 2 3 4 5 Dimensi 1 Dimensi 2 Dimensi 3 Dimensi 4 Dimensi 5 2 2.5 3.5 4.3 4.5

(19)

pengembangan kawasan dimasa yang akan datang. Skenario ini dibentuk dengan menggunakan faktor dominan/sensitif yang berpengaruh terhadap kinerja sistem yaitu terlihat dari berbagai atribu-atribut yang merupakan faktor pengungkit setiap dimensi pada penentuan tingkat keberlanjutan kawasan, atau dapat diinterpretasikan sebagai tindakan yang harus segera dilaksanakan atau diperhatikan dalam pengembangan Kawasan Minapolitan yang berkelanjutan.

Penggabungan berbagai faktor pengungkit dari setiap dimensi akan dijadikan acuan dalam menentukan berbagai kemungkinan yang terjadi ke depan, yang dirumuskan dalam tiga kelompok skenario pengembangan Kawasan Minapolitan Bontonompo yang berpeluang besar terjadi dimasa yang akan datang dalam pengembangan kawasan secara berkelanjutan antara lain untuk pembentukan skenario dilakukan dengan meningkatkan skor atribut-atribut sensitif/dominan pada dimensi yang tidak berkelanjutan dengan skala nilai RMS atributnya diatas 75% dari nilai maksimal RMS. Skenario II dilakukan peningkatan skor pada atribut sensitif/dominan kelima dimensi dengan skala nilai RMS atributnya diatas 75% dari nilai maksimal RMS. Sedangkan skenario III, peningkatan skor kelima dimensi pada atribut sensitif/dominannya dengan skala nilai RMS atributnya diatas 50% dari nilai maksimal RMS. Berbagai skenario yang terbentuk akan dirumuskan sebagai rekomendasi bagi kegiatan pengembangan Kawasan Minapolitan Bontonompo, Kabupeten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Bagan skenario Kawasan Minapolitan Bontonompo yang dilakukan dalam rangka menghasilkan rekomendasi bagi pengembangan kawasan dapat dilihat pada Gambar 10.

(20)

Gambar 10. Bagan Skenario Peningkatan Indeks Keberlanjutan Kawasan dalam Rangka Memformulasikan Rekomendasi Kebijakan.

4.8. Prakiraan Dampak Minapolitan Terhadap Lingkungan

Dampak lingkungan adalah perubahan lingkungan yang diakibatkan oleh suatu kegiatan. Kegiatan pengembangan Kawasan Minapolitan yang diterapkan di beberapa kawasan seperti di Kabupaten Gowa bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan produksi dibidang perikanan sehingga dalam rangka memenuhi tujuan tersebut secara tidak langsung dapat menurunkan kualitas lingkungan.

Gambar

Tabel 9. Luas Areal Pembenihan Perikanan di Tiap Kecamatan dalam Kawasan
Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian.
Gambar 5. Peta Administrasi Kabupaten Provinsi Sulawesi Selatan.
Gambar 6.  Ilustrasi Nilai Indeks Perkembangan dalam Skala Ordinasi.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan yaitu biodiesel dapat dihasilkan dari minyak sawit off-grade yang berkualitas rendah melalui

Sebuah sintagma merujuk pada hubungan in presentia di antara satu kata dengan kata-kata yang lain, atau antara suatu satuan gramatikal dengan satuan gramatikal yang lain, di

Cerita ini mengemukakan tema keberanian luar biasa seorang raja yang bernama Indera Nata dalam usaha mencari gajah bergadingkan emas dan menyelamatkan tujuh orang

Pada kondisi eksisting menunjukkan, bahwa nilai BOD di sebagian besar lokasi (75%) tidak memenuhi kriteria mutu air kelas II bahkan melebihi kelas IV dengan

Tidaklah diharapkan dari Jemaat Hadhrat Masih Mau’ud as (yang telah diutus di zaman akhir agar manusia mengenal Allah dan juga saling menghormati dan menghargai

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Pengetahuan responden tentang perilaku merokok di Cafe Lantai Dua Coffe Banjarmasin Tahun 2018 diketahui sebagian besar pengetahuan responden kategori baik sebanyak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan metode Make A Match mata pelajaran matematika materi Penjumlahan Pecahan kelas IV