• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP ORIENTASI TUJUAN INSTRUKSIONAL PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAAN PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP ORIENTASI TUJUAN INSTRUKSIONAL PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

65

PERBEDAAN PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP ORIENTASI TUJUAN INSTRUKSIONAL

PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR

Agus Mulyana Dian Budiana

(Universitas Pendidikan Indonesia) (Universitas Pendidikan Indonesia) Yudy Hendrayana

(Universitas Pendidikan Indonesia)

Abstrak

Penelitian ini difokuskan pada pencarian data dan fakta tentang cara-cara menyampaikan tujuan instruksional yang sering dilakukan dan dianggap berhasil oleh guru pendidikan jasmani. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan angket sebagai instrument penelitian. Sampel penelitian adalah 40 orang guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar yang memiliki pengalaman mengajar minimal 6 tahun dan bertugas di Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung. Berdasarkan hasil analisis terbukti bahwa taraf serap dari kedua sub variabel diketahui bahwa cara penyampaian tujuan pembelajaran yang berorientasi pada minat dan kebutuhan siswa sebesar 82,50 %, sedangkan yang berorientasi pada tujuan keseluruhan sebesar 81,15 %. Jika dilihat perbedaan maknanya, terbukti tidak terdapat perbedaan yang berarti persepsi guru pendidikan jasmani terhadap orientasi tujuan instruksional pada pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar.

Kata kunci : Persepsi, Orientasi tujuan instruksional, pembelajaran

pendidikan jasmani 1

PENDAHULUAN

Kompleksitas tujuan pembelajaran pendidikan jasmani mengharus-kan guru lebih cermat dalam merumusmengharus-kan tujuan instruksional pembel-ajaran. Perumusan tujuan instruksional merupakan langkah awal dalam

1Penulis adalah Guru Sekolah Dasar di Soreang Bandung . Pendidikan S1 (Sarjana Pendidikan Olahraga

UPI,Tahun 200)

2Penulis adalah Dosen tetap di Jurusan Pendidikan Olahraga Fakultas Pendidikan Olahraga dan

Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia. Pendidikan S1 (Sarjana Pendidikan Olahraga IKIP Bandung ,Tahun 1987), Pendidikan S2 (Magister Kesehatan SPS UNPAD, Tahun 200..), Pendidikan S3 (Doktor Pendidikan Olahraga Tahun 200….) E-mail: yudy@upi,edu

3Penulis adalah Dosen tetap di Jurusan Pendidikan Olahraga Fakultas Pendidikan Olahraga dan

Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia. Pendidikan S1 (Sarjana Pendidikan Olahraga UPI,Tahun 2000), Pendidikan S2 (Magister Pengembangan Kurikulum SPS UPI, Tahun 2002) dan saat ini sedang menyelasaikan studi program Doktor di Program Studi Pendidikan Olahraga Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. E-mail: a_deanz@yahoo.com

(2)

66

menentukan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran. Guru pendidikan jasmani harus pandai menentukan prioritas target belajar siswa yang sesuai dengan tingkat perkembangan belajarnya, sekaligus mampu menyampaikan tujuan tersebut dalam setiap kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh seluruh siswa. Dengan penjelasan yang baik, siswa akan mengerti tujuan dari kegiatan belajar yang dilakukannya.

Penyampaian tujuan pembelajaran yang sementara ini banyak dila-kukan oleh guru adalah berorientasi kepada minat dan kebutuhan siswa serta berorientasi pada tujuan keseluruhan (Suherman, 1998). Penyam-paian tujuan yang berorientasi pada minat dan kebutuhan siswa dilakukan ketika guru berpegang pada prinsip mengajar bahwa guru harus memper-hatikan perbedaan individual setiap siswa. Ini mengandung arti bahwa setiap siswa memiliki perbedaan dalam hal minat dan kebutuhannya terhadap materi pelajaran yang disajikan guru. Sedangkan penyampaian tujuan instruksional yang berorientasi pada tujuan keseluruhan disam-paikan ketika tujuan pembelajaran digambarkan sebagai bagian integral dari keseluruhan proses pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani pada setiap pokok bahasan atau tingkatan kelas.

Ketika guru menyampaikan tujuan instruksional yang berorientasi pada minat dan kebutuhan siswa kemungkinan besar siswa akan lebih termotivasi dalam melaksanakan kegiatan belajarnya. Sedangkan jika guru menyampaikan tujuan instruksional yang berorientasi kepada tujuan keseluruhan, untuk siswa tingkat Sekolah Dasar kemungkinan siswa malah mengalami kebingungan karena target belajar yang harus dica-painya sangat luas atau kompleks.

Perbedaan persepsi guru pendidikan jasmani terhadap orientasi tujuan instruksional menyebabkan cara penyampaiannyapun relatif berbeda pula. Dari pengalaman mengajar yang dimiliki oleh setiap guru pendidikan jasmani, kemungkinan besar guru pendidikan jasmani akan memiliki penafsiran terhadap perlunya memilih suatu tujuan instruksional yang dianggapnya lebih penting dan lebih baik dalam rangka penyeleng-garaan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani. Perbedaan persepsi ini dikarenakan proses pembentukan persepsi dipengaruhi oleh berbagai

(3)

67

faktor, misalnya karakterisitik kepribadian guru, pengalaman, stimulus yang diterima oleh guru, dan lingkungan sekitarnya.

Tujuan instruksional pendidikan jasmani pada prinsipnya berkaitan erat dengan pengelompokkan kondisi-kondisi belajar sesuai dengan tujuan- tujuan belajar yang ingin dicapai (Gagne dalam Hasibuan dan Moedjiono, 1988). Secara lebih khusus setiap kegiatan pembelajaran pen didikan jasmani memiliki tujuan instruksional, yaitu tujuan yang berbentuk tingkah laku atau kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki siswa setelah proses belajar mengajar. Pemahaman terhadap tujuan instruksional merupa-kan salah satu bagian penting dari kompetensi yang harus dimiliki oleh guru pendidikan jasmani. Indikator dari guru pendidikan jasmani yang baik adalah mem-punyai tujuan tertentu pada setiap pelajaran yang diberikannya (Nasution, 1982). Guru akan memiliki tujuan umum yang sesuai dengan tujuan pendidikan secara keseluruhan dan tujuan khusus yang berhubungan dengan materi yang diajarkannya. Kedua tujuan ini merupakan komponen utama yang terlebih dahulu harus dirumuskan guru dalam proses pembelajaran (Sudjana, 1987).

Menurut Suherman (1998), terdapat dua cara menyampaikan tujuan pembelajaran yang banyak dilakukan oleh guru. Pertama, berorientasi pada minat dan kebutuhan siswa. Orientasi tujuan ini berusaha membang-kitkan minat dan semangat siswa. Kedua, berorientasi pada tujuan keseluruhan. Orientasi tujuan ini adalah cara penyampaian tujuan pembelajaran yang berusaha menghubungkan tujuan pembelajaran yang sedang dilaksanakan dengan tujuan pembelajaran secara keseluruhan, baik sebelumnya maupun dengan yang akan datang.

Penyampaian orientasi tujuan pembelajaran pendidikan jasmani dipengaruhi oleh persepsi guru itu sendiri. Setiap guru pendidikan jasmani akan memiliki persepsi yang relatif berbeda antara guru yang satu dengan guru yang lainnya. Perbedaan ini terjadi karena persepsi pada hakikatnya merupakan proses individu menyadari segala sesuatu dalam lingkungan-nya melalui indera yang dimilikilingkungan-nya. Proses pelingkungan-nyadaran ini dilewati individu melalui pengenalan, membandingkan, menggolongkan dan menginterpretasikan informasi yang datang dari luar (Dahlia, 1999). Kemampuan menafsirkan atau menginterpretasikan suatu obyek

(4)

meme-68

gang peranan penting dalam membentuk persepsi guru pendidikan jasmani. Pengalaman dan kondisi lingkungan pembelajaran memungkin-kan guru pendidimemungkin-kan jasmani memiliki kemampuan menginterpretasimemungkin-kan sesuatu hal secara cepat atau lambat, sesuai atau tidak sesuai dengan persepsi umum guru pendidikan jasmani yang lainnya. Oleh karena itu, diduga akan terjadi perbedaan persepsi guru pendidikan jasmani terhadap orientasi tujuan instruksional pada pembelajaran pendidikan jasmani.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, karena ingin mengetahui dan mengungkapkan cara-cara penyampaian tujuan instruk-sional pendidikan jasmani yang sudah dan sering dilakukan oleh guru pendidikan jasmani sekolah dasar pada saat yang lalu dan saat ini.

Subyek

Penentuan subyek penelitian menggunakan pendekatan purposive

sampling. Kemudian menentukan jumlah sampel sebanyak 40 orang guru

pendidikan jasmani Sekolah Dasar berdasarkan proporsi wilayah Kecamatan Soreang bagian barat, timur, selatan, dan utara.

Instrumen

Instrumen dalam penelitian menggunakan observasi, angket dan wawancara. Observasi dilakuan pada bulan September 2008, sementara penyebaran angket dan wawancara dilakukan pada bulan Oktober 2008.

Pengolahan dan Analisis Data

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan data penelitian ini meliputi (1) menyediakan jalur-jalur kelompok masalah sub variabel masalah penelitian sesuai dengan kebutuhan; (2) menghitung prosentase dari setiap kategori untuk setiap butir soal; (3) perhitungan pengolahan data (Arikunto, 1993).

HASIL

Semua data yang telah diolah dibuat ke dalam bentuk tabel. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan gambaran mengenai skor faktual setiap butir

(5)

69

pernyataan, taraf serap, dan ranking. Dari tabel tersebut diketahui bahwa skor faktual, tarap serap dan ranking tertinggi adalah pada butir soal nomor 13 dengan pernyataan “Saya selalu mengungkapkan keseluruhan

aspek perilaku siswa yang akan dikembangkan dalam kegiatan pem-

Tabel 1: Skor Faktual, Taraf Serap, dan Ranking Persepsi Guru Pendidikan Jasmani terhadap Orientasi Tujuan

No. Soal Skor Faktual Taraf Serap Ranking

1 165 82,5 7 2 162 80 13 3 170 85 2 4 163 81,5 11 5 165 82,5 8 6 160 80 17 7 166 83 5 8 161 80,5 16 9 157 78,5 18 10 162 76,5 14 11 170 85 3 12 153 76 20 13 172 86 1 14 163 81,5 12 15 155 77,5 19 16 165 82,5 9 17 162 81 15 18 166 83 6 19 165 82,5 10 20 169 84,5 4

belajaran pendidikan jasmani.” Butir soal nomor 13 termasuk ke dalam indikator panyampaian tujuan pembel-ajaran yang berorientasi pada tujuan keseluruhan. Ini mengandung arti bahwa sebagian besar guru pendidikan jasmani selalu menyampaikan tujuan kegiatan pembelajaran secara keseluruhan kepada siswa karena hal itu dianggap berhasil dalam mencapai tujuan belajar siswa. Sedangkan skor faktual, tarap serap, dan

(6)

70

ranking terendah dari seluruh butir pernyataan ada pada butir soal nomor 12 dengan pernyataan “Mengklasi-fikasikan tujuan instruksional

berdasarkan karakteristik siswa merupakan cara saya dalam

menyampaikan tujuan pembelajaran.” Butir soal nomor 12 termasuk ke dalam indikator cara menyampaikan tujuan instruksional yang berorientasi pada minat dan kebutuhan siswa. Hal ini mengandung arti bahwa mayoritas guru pendidikan jasmani jarang mengungkapkan tujuan pembelajaran berdasarkan karakteristik siswa. Hal itu dilakukan karena guru pendidikan jasmani berasumsi akan membingungkan siswa dalam upayanya mencapai tujuan belajar. Agar data di angket lebih menunjukkan kekhususannya, kemudian data-data tersebut dikelom-pokkan berdasarkan sub variabel penelitian.

Tabel 2: Skor faktual, Taraf Serap, dan Keterangan Sub Variabel Penyampaian Tujuan Instruskional Berorientasi Pada

Minat dan Kebutuhan Siswa

No. Soal Skor Faktual Taraf Serap Keterangan

3 170 85 Terbesar 6 160 80 Terkecil 7 166 83 8 161 80,5 11 170 85 12 165 82,5 14 163 81,5 16 165 82,5 17 162 81 20 169 84,5 Jumlah 1651 825,5 Rata-rata 165,1 82,55

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa skor faktual dan taraf serap terbesar ada pada butir soal nomor 3 dengan pernyataan “Saya selalu mengusahakan siswa untuk dapat mengetahui tujuan belajar dan dapat melakukan aktivitas belajarnya.” Hal ini mengandung arti bahwa mayoritas guru sering berusaha agar setiap siswa selalu mengetahui tujuan

(7)

71

belajarnya dan dapat melakukan aktivitas belajarnya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Sedangkan skor faktual dan taraf serap terendah adalah butir soal nomor 6 dengan pernyataan “Saya menyampaikan tujuan instruksional dengan cara memusatkan kekhususan tujuan pada diri siswa.” Hal ini mengandung arti bahwa hanya sebagian kecil saja dari guru pendidikan jasmani yang menjelaskan tujuan instruksionalnya secara khusus berda-sarkan pada karakter siswa. Sedangkan sebagian besar guru pendidikan jasmani tidak menyampaikan tujuan instruksional secara jelas untuk diketahui oleh siswa.

Pada sub variabel penyampaian tujuan yang berorientasi pada minat dan kebutuhan siswa, guru pendidikan jasmani selalu berusaha agar siswa selalu mengetahui tujuan belajarnya.

Tabel 3: Skor Faktual, Taraf Serap, dan Keterangan Sub Variabel Penyampaian Tujuan Instruskional Berorientasi

Pada Tujuan Keseluruhan

No. Soal Skor Faktual Taraf Serap Keterangan

1 165 82,5 2 162 81 4 163 81,5 5 165 82,5 9 157 78,5 10 153 76,5 Terkecil 13 172 86 Terbesar 15 155 77,5 18 166 83 19 165 82,5 Jumlah 1623 811,5 Rata-rata 162,3 81,15

Dari tabel di atas diketahui bahwa skor faktual dan tarap serap tertinggi adalah pada butir soal nomor 13 dengan pernyataan “Saya selalu mengungkapkan keseluruhan aspek perilaku siswa yang akan dikem-bangkan dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani”. Upaya tersebut dilakukan para guru pendidikan jasmani karena akan selalu

(8)

72

mengingatkan siswa bahwa setiap tugas gerak yang dilakukannya selalu melibatkan keseluruhan aspek siswa. Dengan demikian tujuan belajar siswa juga mencakup keseluruhan potensi yang dimiliki setiap siswa.

Sedangkan skor faktual dan taraf serap terendah berada pada butir soal nomor 10 dengan pernyataan “Saya selalu menyampaikan rumusan perilaku yang masih bersifat umum sebagai target capaian belajar yang harus dimiliki setiap siswa.” Hal ini mengandung arti bahwa hanya sebagian kecil guru pendidikan jamani yang menyampaikan tujuan pem-belajarannya dalam bentuk rumusan perilaku yang masih bersifat umum.

Taraf serap pada sub variabel cara penyampaian tujuan pembel-ajaran yang berorientasi pada tujuan keseluruhan terlihat sedikit kontra-diktif. Di satu sisi, upaya yang sering dilakukan dan dianggap berhasil oleh para guru pendidikan jasmani dalam mencapai tujuan belajar siswa melalui cara penyampaian tujuan instruksional dilakukan dengan cara mengungkapkan keseluruhan aspek perilaku siswa (kognitif, afektif, dan psikomotor). Ini mengandung arti bahwa penyampaian tujuan instruk-sional benar-benar berorientasi pada tujuan keseluruhan. Sementara di sisi lain, hanya sebagian kecil saja dari taraf serap sub variabel ini yang menunjukkan cara penyampain tujuan instruksional berdasarkan pada rumusan perilaku yang bersifat umum sebagai target belajar siswa.

Tabel 4: Skor faktual, taraf serap, dan keterangan Cara Penyampaian Tujuan Instruksional

Sub Variabel Skor Faktual Taraf Serap Keterangan Berorientasi pada minat dan

kebutuhan siswa 1651 82,50%

Beroriantasi pada tujuan

keseluruhan 1623 81,15%

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa cara penyampaian tujuan instruksional pendidikan jasmani yang dilakukan dan dianggap berhasil oleh guru pendidikan jasmani dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani adalah sebagai berikut:

(9)

73

Banyak guru pendidikan jasmani yang sudah melakukan cara penyampaian tujuan instruksional yang berorientasi pada minat dan kebutuhan siswa dalam rangka meningkatkan pencapaian tujuan belajar siswa. Tindakan tersebut dipilih karena guru pendidikan jasmani memiliki persepsi bahwa setiap anak memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dalam menyelesaikan setiap tugas gerak. Untuk itulah tujuan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani untuk siswa harus disam-paikan dengan berlandaskan pada minat dan kebutuhan siswa sebagai bagian dari perbedaan karakteristik siswa itu sendiri.

2. Berorientasi pada tujuan keseluruhan

Banyak guru pendidikan jasmani yang sudah melakukan cara penyampaian tujuan instruksional yang berorientasi pada tujuan keseluruhan. Upaya itu dianggap berhasil oleh guru penjas dalam meningkatkan pencapaian tujuan belajar siswa. Tindakan tersebut dipilih karena guru pendidikan jasmani memiliki persepsi bahwa bagaimanapun juga tujuan pembelajaran pendidikan jasmani yang meliputi keseluruhan aspek siswa (kognitif, afektif, dan psikomotor) di tingkat Sekolah Dasar harus secara menyeluruh ditumbuhkembangkan. Guru pendidikan jasmani harus secara menyeluruh menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapainya sekaligus merupakan tujuan belajar yang dapat dicapai oleh setiap siswa.

Dari kedua sub variabel di atas, maka diketahui bahwa cara penyam-paian tujuan pembelajaran yang berorientasi pada minat dan kebutuhan siswa lebih banyak dilakukan oleh guru pendidikan jasmani daripada cara penyampaian tujuan pembelajaran yang berorientasi pada tujuan keselu-ruhan, meski hanya memiliki selisih taraf serap yang sangat kecil yaitu 1,35 %. Jika dilihat perbedaan maknanya maka tidak diperoleh perbedaan yang signifikan. Dengan kata lain bahwa para guru pendidikan jasmani yang menjadi sampel penelitian sama-sama memiliki anggapan bahwa cara penyampaian tujuan yang berorientasi pada minat dan kebutuhan dan yang berorientasi pada tujuan keseluruhan telah sama-sama dilakukan oleh guru pendidikan jasmani dan itu dianggap berhasil dalam rangka meningkatkan pencapaian tujuan belajar siswa.

(10)

74

PEMBAHASAN

Penyampaian tujuan pembelajaran pendidikan jasmani yang ber-orientasi pada minat dan kebutuhan siswa pada prinsipnya dilandasi oleh prinsip individulisme. Artinya bahwa setiap siswa berbeda dalam hal kemampuan menyelesaikan atau menguasai suatu tugas gerak. Untuk itu pula maka tujuan pembelajaran harus realistik dan disesuaikan dengan karakteristik siswa sebagai pelaku kegiatan pembelajaran. Kesemua itu diarahkan sebagai salah satu cara agar siswa tidak mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar gerak pada siswa akan dapat diminimalisir atau dihindarkan apabila guru mampu manyajikan materi yang sesuai dengan kemampuan siswa (Husdarta dan Saputra, 2000). Langkah awal untuk mencapai terjadinya kesesuaian antara materi yang disajikan oleh guru pendidikan jasmani dengan kemampuan siswa adalah melalui cara penyampaian tujuan pembelajaran yang berorientasi pada minat dan kebutuhan siswa. Ketika guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa maka hal itu bukan merupakan beban berat bagi siswa. Beberapa guru pendidikan jasmani berpersepsi bahwa hal itu justru harus menjadi tantangan yang mengasikan sekaligus dapat diselesaikan oleh setiap siswa. Cara ini bertujuan untuk membangkitkan minat dan semangat siswa dalam mencapai tujuan belajarnya.

Cholik dan Lutan (1996/1997) mengungkapkan salah satu tujuan pendidikan jasmani yaitu melalui aktivitas jasmani diupayakan untuk meningkatkan keterampilan motorik dan nilai-nilai fungsional yang mencakup aspek kognitif, afektif, psikomotor, dan sosial. Pernyataan ini mungkin yang secara tegas dijadikan asumsi dasar oleh guru pendidikan jasmani dengan memilih cara menyampaikan tujuan pembelajaran yang berorientasi pada tujuan keseluruhan. Sedangkan untuk memudahkan penyampaian tujuan pembelajaran secara keseluruhan agar mudah dimengerti oleh siswa, upaya yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani adalah dengan merumuskan tujuan umum atau menyeluruh tersebut dirumuskan secara khusus. Secara eksplisit, tujuan-tujuan khusus pembelajaran pendidikan jasmani termuat dalam kompetensi dasar pada setiap semester dan tingkatan kelas yang menjadi target belajar siswa.

(11)

75

Perbedaan persepsi guru pendidikan jasmani dalam cara menyam-paikan tujuan pembelajaran lebih disebabkan karena faktor lingkungan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani. Faktor lingkungan tersebut bisa meliputi keadaan siswa, sarana dan prasarana pembelajaran pendi-dikan jasmani, dan yang lebih penting adalah keadaan guru itu sendiri. Penekanan terhadap suatu perilaku yang ditargetkan guru pendidikan jasmani sebagai target belajar yang harus dicapai siswa sebagai bagian dari tujuan pembelajaran pendidikan jasmani menyebabkan perilaku itu pada umumnya tidak bertahan lama. Hal ini sangat mungkin terjadi karena terkadang guru pendidikan jasmni juga sering lupa mengenai karakteristik siswanya. Misalnya guru pendidikan jasmani masih menganggap bahwa siswa Sekolah dasar merupakan miniatur orang dewasa. Sehingga cara menyampaikan tujuan pembelajarannya sering tidak dimengerti oleh siswa sebagai dampak dari kurang dimengertinya pernyataan yang dikemukakan oleh guru pendidikan jasmani (Sudjana, dkk., 2001).

Masih banyak guru pendidikan jasmani yang mengeluhkan fasilitas dan sarana pendukung kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani yang tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum dan kebutuhan menyajikan bahan ajar. Alasannya adalah guru pendidikan jasmani berpegang pada pernyataan bahwa ketersediaan fasilitas pendukung pembelajaran sangat diperlukan agar penyajiannya jelas dan utuh (Husdarta dan Saputra, 2000). Namun demikian, konsistensi cara penyampaikan tujuan pembelajaran juga dipengaruhi oleh tingkat pemahaman para guru pendidikan jasmani terhadap tujuan instruksional pembelajaran itu sendiri. Hal ini diyakini sebagai salah satu bagian penting dari kompetensi yang harus dimiliki oleh guru pendidikan jasmani. Indikator dari guru pendidikan jasmani yang baik adalah mempunyai tujuan tertentu dengan tiap pelajaran yang diberikannya (Nasution, 1982).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yakni: (1) banyaknya guru pendidikan jasmani yang memilih cara penyampaian tujuan yang berorientasi pada minat dan kebutuhan siswa dilatarbelakangi oleh persepsi bahwa setiap anak

(12)

76

memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dalam menyelesaikan setiap tugas gerak; (2) banyaknya guru pendidikan jasmani yang memilih cara penyampaian tujuan yang berorientasi pada tujuan keseluruhan yang dilatarbelakangi oleh persepsi tujuan pembelajaran pendidikan jasmani yang meliputi keseluruhan aspek siswa (kognitif, afektif, dan psikomotor) di tingkat sekolah dasar harus secara menyeluruh ditumbuhkembangkan; (3) cara penyampaian tujuan pembelajaran yang berorientasi pada minat dan kebutuhan siswa lebih banyak dipilih oleh guru pendidikan jasmani daripada cara penyampaian tujuan pembelajaran yang berorientasi pada tujuan keseluruhan. Namun diantara kedua orientasi tersebut tidak terdapat perbedaan makna yang signifikan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Hindun Dahlia. (1999). Kontribusi Persepsi Tentang Perilaku Dalam

Proses Belajar Mengajar Terhadap Motivasi Belajar Siswa.

Skripsi Sarjana pada FIP IKIP Bandung.

Husdarta, J.S. dan Yudha M. Saputra (2000). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikdasmen Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D III.

Lutan, Rusli, (2001), Asas-Asas Pendidikan Jasmani Pendekatan

Pendidikan Gerak di Sekolah Dasar, Jakarta: Depdiknas: Dirjen

Dikdasmen bekerja sama dengan Dirjen Olahraga.

S. Nasution. (1982). Didaktik Asas Asas Mengajar. Bandung: Jemars. Sudjana, Nana dan Ibrahim (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan.

Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Suherman, Adang, (1998), Revitalisasi Keterlantaran Pengajaran Dalam

Pendidikan Jasmani, Bandung : IKIP Bandung Press.

Cholik, Toho dan Lutan, Rusli. (1996), Pendidikan Jasmani dan Kesehatan,

Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Bagian Proyek Pengembangan Penidikan Guru Sekolah Dasar.

(13)

Gambar

Tabel 1: Skor Faktual, Taraf Serap, dan Ranking Persepsi Guru  Pendidikan Jasmani terhadap Orientasi Tujuan
Tabel 2: Skor faktual, Taraf Serap, dan Keterangan Sub Variabel  Penyampaian Tujuan Instruskional Berorientasi Pada
Tabel 3: Skor Faktual, Taraf Serap, dan Keterangan Sub Variabel  Penyampaian Tujuan Instruskional Berorientasi

Referensi

Dokumen terkait

Gutenberg adalah inspirator yang luar biasa bagi perkembangan seni menyusun huruf (tipografi) dan seni ilustrasi untuk menghias sampul dan halaman buku.. Hasil cetakan pertama:

Terjadi ketidaksesuaian pada quality factor dengan kode Q1 yaitu jumlah motor yang masuk untuk melakukan service ( Throughput ), Q6 yaitu ketepatan pengecekan dengan

[r]

Layanan Dial-Up merupakan jasa akses internet yang memanfaatkan jaringan telepon biasa dan modem dial up, pelanggan diharuskan berlangganan ke Internet Service Provider

Berdasarkan Surat Penetapan Penyedia Barang / Jasa Pengadaan Langsung Nomor : 35 /BA/PPBJ- II/APBD/BKP/VII/2014, tanggal 17 Juli 2014, tentang Penetapan Penyedia Barang / Jasa

ƒ 3’ Teacher asks the staff to read Dialogue A, while teacher explains difficult words which are not understood by the staff.. ƒ 10’ Teacher asks the staff to practice Dialogue

Untuk mengatasi persoalan tersebut pada penelitian ini akan dirancang suatu lampu penerangan darurat ( Compact Emergency Lamp) dengan mengunakan lampu hemat energi (

Digital Repository Universitas Jember... Digital Repository