• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESERVOIR LAPANGAN PANASBUMI WAYANG WINDU DENGAN METODE INVERSI TOMOGRAFI DARI DATA MICROEARTHQUAKE (MEQ)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RESERVOIR LAPANGAN PANASBUMI WAYANG WINDU DENGAN METODE INVERSI TOMOGRAFI DARI DATA MICROEARTHQUAKE (MEQ)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak----Metode seismik tomografi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengungkap citra struktur bawah permukaan bumi menggunakan gelombang gempa bumi. Penelitian tomografi di lapangan panasbumi Wayang Windu menggunakan sinar gelombang yang berasal dari injeksi fluida pada saat proses produksi sehingga menghasilkan gelombang seismik dengan amplitude mikro. Metodologi pengolahan data terdiri dari beberapa tahapan, yaitu optimasi model 1D dan penentuan lokasi sumber menggunakan metode goal function (GF), lalu dilanjutkan dengan penentuan lokasi sumber dalam model 3D, parameterisasi, perhitungan matriks dan inverse yang menggunakan metode iteratif LSQR. Hasil dari pengolahan data menunjukkan model struktur bawah permukaan yaitu distribusi anomali kecepatan dan rasio Vp/Vs. Nilai rasio Vp/Vs yang tinggi di kedalaman 2-4 km = 1,785. Kondisi tersebut menunjukkan suatu kemungkinan bahwa pada kedalaman tersebut adalah zona batuan penutup (cap rock) dari zona reservoir panas bumi Wayang. Pada kedalaman 5-8 km, menunjukkan distribusi Vp/Vs ratio minimum. Hal tersebut mengindikasikan adanya anomali di sekitar Vp/Vs ratio yang lebih besar karena anomali di bawah permukaan yang berkaitan langsung dengan zona reservoir yang mana mencerminkan daerah lemah (kurang padat) yang berkaitan dengan kegiatan hidrolik fracturing dan vulkanik.

Kata Kunci : seismik tomografi, microearthquake, Vp/Vs ratio

I. PENDAHULUAN

istem panasbumi merupakan sistem perpindahan panas (konveksi) dari sumber panas ke permukaan dengan proses sirkulasi air meteorik dengan atau tanpa air magmatik [1]. Provinsi Jawa Barat, Indonesia memiliki potensi sumber daya alam panasbumi yang terbesar di Indonesia. Potensi panasbumi di Jawa Barat mencapai 6000 MW [2]. Menurut studi geologi regional, lapangan panasbumi Wayang Windu terletak pada jalur Pegunungan Selatan Jawa merupakan hasil subduksi antara Lempeng Hindia-Australia dengan Lempeng Eurasia yang mulai terjadi pada zaman tersier [3]. Aktivitas vulkanis pada Gunung Wayang dan Gunung Malabar sudah berhenti, akan tetapi aktivitas magmatik belum berhenti sehingga masih dapat dimanfaatkan sebagai sumber panasbumi [4].

Sistem panasbumi merupakan sistem perpindahan panas dari sumber panas melalui proses konveksi air meteorik dengan atau tanpa fluida magmatik. Pada umumnya sistem panasbumi terdiri dari: (1) Sumber panas (heat source) (2)

Reservoir tempat sirkulasi dari fluida panasbumi. (3) Batuan penudung (cap rock) yan berfungsi menghalangi hilangnya uap air. (4) Daerah recharge yang berfungsi menyuplai air pada reservoir sehingga sirkulasi air dapat terus berlangsung. (5) Rekahan zona permeabel sebagai jalur sirkulasi fluida.

Gempa mikro atau microearthquake adalah gempa bumi yang tidak dapat terdeteksi oleh manusia dan memiliki magnitude yang sangat kecil. Aktivitas gempa mikro adalah fenomena yang sering terjadi di area prospek panasbumi. Injeksi fluida pada saat proses produksi akan menghasilkan tekanan yang melawan formasi batuan dan menciptakan rekahan hidrolik (hydraulyc fracture) [5]. Survei pasif seismik di lapangan panasbumi Wayang Windu memanfaatkan gelombang seismik yang dihasilkan dari rekahan hidrolik.

Karakteristik dari reservoir lapangan panasbumi Wayang Windu dapat ditampilkan dengan menggunakan metode inversi seismik tomografi. Metode ini memanfaatkan parameter kecepatan penjalaran gelombang P (Vp) dan gelombang S (Vs) dari gempa mikro. Pada penelitian ini, diharapkan dengan menganalisa hasil pengamatan karakteristik event microearthquake yang terekam oleh stasiun perekaman, dapat diperoleh informasi distribusi anomali kecepatan gelombang-P (Vp), gelombang-S (Vs) serta rasio Vp/Vs yang merambat di bawah permukaan lapangan panasbumi Wayang Windu.

II. METODOLOGIPENELITIAN

Survei seismik pasif dilakukan mulai tanggal 2 Desember 2007 sampai dengan 13 Januari 2008 di lapangan panasbumi Wayang Windu. Event microearthquake yang diekstrak dari deret waktu kontinyu menjadi data event gempa digunakan pada tahapan prosesing. Picking waktu tiba gelombang P dan S, serta penentuan lokasi awal hiposenter ditentukan dengan menggunakan Seismological Data Processing Package, Seisplus (Geotech Instruments, LLC, Dallas), yang mana penentuan lokasi hiposenter menggunakan algoritma HYPOPLUS.

Penentuan lokasi sumber (Gambar 1) dan pencarian model kecepatan 1D (Gambar 2) ditentukan dalam tiga tahap, yaitu perhitungan tabel traveltime dalam model 1D, penentuan lokasi dalam model 1D lalu kalkulasi matriks dan inversi. Pada tahap perhitungan traveltime menghubungkan semua

RESERVOIR LAPANGAN PANASBUMI WAYANG WINDU

DENGAN METODE INVERSI TOMOGRAFI DARI DATA

MICROEARTHQUAKE (MEQ)

Radhiyullah Armi, Bagus Jaya Santosa

Jurusan Fisika, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail: radhiyullah09@mhs.physics.its.ac.id

(2)

kombinasi dari kedalaman event dan jarak episenter terhadap posisi receiver yang mana Z dianggap 0. Persamaan yang digunakan dalam penentuan traveltime

menggunakan persamaan G. Nolet (1981)

traveltime perhitungan yang didapatkan, dikoreksi elevasi

stasiunnya. Pencarian event ini dihitung dengan menggunakan persamaan goal function (GF) [7], yang

kemungkinan lokasi sumber. Pencarian goal function menggunakan metode pencarian grid.

Gambar 1. Persebaran event microearthquake menggunakan code LOTOS 12

Distribusi kecepatan 3 dimensi dapat didapatkan melalui tiga tahapan, yaitu penentuan lokasi dalam model 3D dengan menggunakan algoritma ray tracing

Fermat pada minimalisasi traveltime. Sumber gempa dan lokasi awal yang telah didapatkan melalui optimasi model kecepatan 1D pada tahapan sebelumnya direlokasikan kembali menggunakan metode 3D ray tracing (bending tracing). Selanjutnya dilakukan parameterisasi grid, anomali

kecepatan antara node diinterpolasikan secara linear u menjadi block tetrahedral.

Gambar 2. Model kecepatan 1D

kombinasi dari kedalaman event dan jarak episenter terhadap posisi receiver yang mana Z dianggap 0. Persamaan yang

time terhitung

[6]. Selanjutnya perhitungan yang didapatkan, dikoreksi elevasi stasiunnya. Pencarian event ini dihitung dengan menggunakan yang menghasilkan kemungkinan lokasi sumber. Pencarian goal function

Persebaran event microearthquake menggunakan code

Distribusi kecepatan 3 dimensi dapat didapatkan melalui tiga tahapan, yaitu penentuan lokasi dalam model 3D berdasarkan asas . Sumber gempa dan elalui optimasi model kecepatan 1D pada tahapan sebelumnya direlokasikan kembali

3D ray tracing (bending tracing).

sasi grid, anomali distribusi kecepatan antara node diinterpolasikan secara linear untuk

III. HASILDANPEMBAHASAN

A. Analisa Model Kecepatan 1 Dimensi

Pada gambar 4.5 menampilkan hasil perhitungan model kecepatan 1 dimensi. Pada hasil tersebut melewati proses tiga kali iterasi yang mana menghasilkan nilai RMS 0.1307, nilai tersebut lebih baik dibandingkan dengan nilai RMS sebelumnya yaitu 0.1360. Dari hasil penentuan model kecepatan 1 dimensi, terdapat kontras nilai kecepatan pada kedalaman 0-40 km. Pada kedalaman 0

gelombang P (Vp) = 2.694627 km/s dan kecepatan gelombang S (Vs) = 1.633392 km/s, lalu terjadi peningkatan nilai kecepatan pada kedalaman 5 km, dengan Vp = 6.063570 km/sdan Vs = 3.700346 km/s. Selanjutnya terus meningkat pada kedalaman 10 km, dengan Vp = 6.843659 km/s dan Vs = 4.195239 km/s. Sehingga penulis dapat menyimpulkan jumlah lapisan dalam range 0-40 km terdiri atas tiga lapisan

B. Analisa Distribusi Kecepatan 3 Dimensi

Setelah melalui tahapan parameterisasi dan

picking gelombang P menjadi 1629 dan gelombang S menjadi 989 serta jumlah event menjadi 225.

gambar 6 merupakan distribusi dari hasil inversi kecepatan gelombang P dan gelombang S. Dari has

anomali terkonsentrasi pada area yang berdekatan dengan sumur injeksi MBB-1. Sebagaiamana telah diterangkan

Gambar 3. Diagram alir metodologi

Interpretasi Studi Pustaka

Pengumpulan Data MEQ Lap. Wayang Windu

Picking tP dan tS

Input: -Koordinat Stasiun -tP dan tS

Model 1D dan lokasi sumber gempa

Lokasi sumber gempa dalam model 3D

Inversi simultan kecepatan gel-P dan gel-S dan koreksi

sumber

Anomali gel-P dan gel-S

Model anomali kecepatan dalam penampang 3D

Analisa Data

PEMBAHASAN

Analisa Model Kecepatan 1 Dimensi

Pada gambar 4.5 menampilkan hasil perhitungan model kecepatan 1 dimensi. Pada hasil tersebut melewati proses tiga i iterasi yang mana menghasilkan nilai RMS 0.1307, nilai tersebut lebih baik dibandingkan dengan nilai RMS sebelumnya yaitu 0.1360. Dari hasil penentuan model kecepatan 1 dimensi, terdapat kontras nilai kecepatan pada 40 km. Pada kedalaman 0 km, kecepatan untuk gelombang P (Vp) = 2.694627 km/s dan kecepatan gelombang S (Vs) = 1.633392 km/s, lalu terjadi peningkatan nilai kecepatan pada kedalaman 5 km, dengan Vp = 6.063570 km/sdan Vs = 3.700346 km/s. Selanjutnya terus meningkat 10 km, dengan Vp = 6.843659 km/s dan Vs = 4.195239 km/s. Sehingga penulis dapat menyimpulkan jumlah

40 km terdiri atas tiga lapisan.

Analisa Distribusi Kecepatan 3 Dimensi

Setelah melalui tahapan parameterisasi dan inversi, jumlah picking gelombang P menjadi 1629 dan gelombang S menjadi di 225. Pada gambar 5 dan merupakan distribusi dari hasil inversi kecepatan gelombang P dan gelombang S. Dari hasil yang didapatkan, nsentrasi pada area yang berdekatan dengan Sebagaiamana telah diterangkan . Diagram alir metodologi penelitian

Penentuan Parameter, Mode kecepatan, parameter

(3)

sebelumnya, daerah penelitian adalah area produksi panasbumi yang mana dalam periode waktu tertentu, akan diinjeksikan air ke dalam reservoir untuk menjaga produ dari pembangkit listrik. Dan dengan tambahan recharge dari arah barat yaitu Gunung Bedil dan Gunung Wayang dan bagian selatan dari Gunung Windu [8].

Dari distribusi kecepatan gelombang S memberikan informasi bahwa pada kedalam 2000-5000 m terdapat anom negatif. Hal ini sangat beralasan dikarenakan di lapangan panasbumi Wayang Windu adalah lapangan produktif yang beraktifitas secara berkelanjutan dalam rangka recharging fluida. Karakter dari penjalaran gelombang P dan S adalah sangat berbeda. Ketika suatu penjalaran gelombang melewati medium yang bersifat fluida, maka gelombang S tidak dapat melaluinya, sedangkan gelombang P dapat merambat pada medium fluida.

Pada gambar 7 dan gambar 8 adalah hasil dari

yang disusun pada gambar 4. Pada sayatan-sayatan ini diatur hingga pada kedalaman 10 km. Namun pada kedalaman km, tidak ditemukan anomali apapun. Adapun hal ini disebabkan kedalaman event gempa micro paling dalam setelah perhitungan hyposenter di lapangan panasbumi Wayanh Windu adalah 7866.703 m. Pada penampang vertikal baik pada kecepatan gelombang P (Vs) maupun kecepatan gelombang S (Vs), event gempa yang terjadi pada kedalaman tertentu akan menampilkan event di penampang vertikal dengan jarak terdekat 100 m dan jarak terjauh 2000 m lateral. Penulis menemukan nilai yang relatif kecil pada model gelombang P dan gelombang S anomali negatif pada kedalaman sekitar 2 km.

4.4 Analisa Struktur Vp/Vs

Model tomografi yang didapatkan berdasarkan waktu

traveltime terdiri dari model anomali kecepatan gelombang

P(Vs) dan S (Vs). Dari kedua model tersebut diturunkan model tomografi Vp/Vs (Gambar 9 dan 10)

ditampilkan dalam sayatan horizontal di kedalaman

4, 5, 6, 7 dan 8 km (Gambar 10). Dari model yang didapatkan menjelaskan bahwa hampir semua model menunjukkan posisi yang sangat jelas dari nilai rasio Vp/Vs yang tinggi di kedalaman 2-4 km, nilai rasio Vp/Vs tertinggi adalah 1,785. Hal ini menguatkan kemungkinan bahwa pada kedalaman 2 km adalah zona reservoir panasbumi Wayang

berdasarkan pada teori hubungan antara rasio Vp/Vs dengan saturasi air, bahwa semakin tinggi nilai rasio Vp/Vs semakin tinggi pula saturasi airnya.

Namun, pada kedalaman 5-8 km menunjukkan nilai rasio Vp/Vs yang rendah, dengan harga terendah Vp/Vs=1.695. Dan juga didapatkan harga anomali yang rendah untuk gelombang P dan anomali negatif untuk gelombang S. Sehingga menurut studi terdahulu, anomali tersebut berkaitan dengan keberadaan daerah lemah seperti sesar atau strukt sebelumnya, daerah penelitian adalah area produksi panasbumi yang mana dalam periode waktu tertentu, akan untuk menjaga produksi dari pembangkit listrik. Dan dengan tambahan recharge dari arah barat yaitu Gunung Bedil dan Gunung Wayang dan Dari distribusi kecepatan gelombang S memberikan 5000 m terdapat anomali negatif. Hal ini sangat beralasan dikarenakan di lapangan adalah lapangan produktif yang beraktifitas secara berkelanjutan dalam rangka recharging fluida. Karakter dari penjalaran gelombang P dan S adalah uatu penjalaran gelombang melewati medium yang bersifat fluida, maka gelombang S tidak dapat melaluinya, sedangkan gelombang P dapat merambat pada adalah hasil dari cross section

sayatan ini diatur hingga pada kedalaman 10 km. Namun pada kedalaman 9-10 apapun. Adapun hal ini disebabkan kedalaman event gempa micro paling dalam setelah perhitungan hyposenter di lapangan panasbumi 7866.703 m. Pada penampang vertikal baik pada kecepatan gelombang P (Vs) maupun kecepatan gelombang S (Vs), event gempa yang terjadi pada kedalaman tertentu akan menampilkan event di penampang vertikal dengan jarak terdekat 100 m dan jarak terjauh 2000 m secara lateral. Penulis menemukan nilai yang relatif kecil pada model gelombang P dan gelombang S anomali negatif pada

Model tomografi yang didapatkan berdasarkan waktu mali kecepatan gelombang P(Vs) dan S (Vs). Dari kedua model tersebut diturunkan ). Masing-masing ditampilkan dalam sayatan horizontal di kedalaman 0, 1, 2, 3, Dari model yang didapatkan menjelaskan bahwa hampir semua model menunjukkan posisi yang sangat jelas dari nilai rasio Vp/Vs yang tinggi di 4 km, nilai rasio Vp/Vs tertinggi adalah 1,785. Hal ini menguatkan kemungkinan bahwa pada kedalaman 2-4 ayang Windu. Hal ini berdasarkan pada teori hubungan antara rasio Vp/Vs dengan saturasi air, bahwa semakin tinggi nilai rasio Vp/Vs semakin 8 km menunjukkan nilai rasio dengan harga terendah Vp/Vs=1.695. Dan juga didapatkan harga anomali yang rendah untuk

negatif untuk gelombang S. Sehingga menurut studi terdahulu, anomali tersebut berkaitan dengan keberadaan daerah lemah seperti sesar atau struktur

bawah permukaan hasil kegiatan tektonik [9][10

Vp/Vs ratio minimum merupakan anomali di sekitar Vp/Vs ratio yang lebih besar karena anomali di bawah permukaan yang berkaitan langsung dengan zona reservoir yang mana mencerminkan daerah lemah (kurang padat) yang berkaitan dengan kegiatan hidrolik fracturing

daerah pinggiran Vp/Vs ratio minimum dikelilingi oleh pusat pusat gempa.

Gambar 4. Garis cross section untuk menampilkan penampang vertikal

IV. KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Event gempa micro dengan jumlah 225 dilakukan inversi secara simultan menggunakan code LOTOS 12, dengan n picking gelombang P

gelombang S= 989. Dengan batas wilayah penenlitia 107.5980 sampai 107.6584 dan dari

7.123920.

b.

Nilai rasio Vp/Vs yang tinggi di kedalaman 2

1,785 sehingga menguatkan kemungkinan pada kedalaman tersebut adalah zona batuan penutup (cap rock) dari zo reservoir panas bumi Wayang Windu.

dapat ditemukan pada kedalaman 5

anomali di sekitar Vp/Vs ratio yang lebih besar karena anomali di bawah permukaan yang berkaitan langsung dengan zona reservoir yang mana mencerminkan daerah lemah (kurang padat) yang berkaitan dengan kegiatan

vulkanik. Umumnya daerah pinggiran dikelilingi oleh pusat-pusat gempa.

kaan hasil kegiatan tektonik [9][10]. Anomali merupakan anomali di sekitar Vp/Vs ratio yang lebih besar karena anomali di bawah permukaan yang berkaitan langsung dengan zona reservoir yang mana urang padat) yang berkaitan

hidrolik fracturing dan vulkanik. Umumnya

daerah pinggiran Vp/Vs ratio minimum dikelilingi oleh

pusat-untuk menampilkan penampang vertikal

SIMPULAN

dari penelitian yang telah dilakukan adalah Event gempa micro dengan jumlah 225 dilakukan inversi secara simultan menggunakan code LOTOS 12, P= 1629 dan n picking 989. Dengan batas wilayah penenlitian dari 107.5980 sampai 107.6584 dan dari 7.206900 sampai

-Nilai rasio Vp/Vs yang tinggi di kedalaman 2-4 km = 1,785 sehingga menguatkan kemungkinan pada kedalaman batuan penutup (cap rock) dari zona reservoir panas bumi Wayang Windu. Vp/Vs ratio minimum dapat ditemukan pada kedalaman 5-8 km. Yang merupakan yang lebih besar karena anomali di bawah permukaan yang berkaitan langsung dengan zona inkan daerah lemah (kurang padat) yang berkaitan dengan kegiatan hidrolik fracturing dan

(4)

Gambar 5. Distribusi anomali kecepatan gelombang P dalam sayatan horizontal berurutan

Distribusi anomali kecepatan gelombang P dalam sayatan berurutan pada kedalaman 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 km

(5)

Gambar 6. horizontal

Distribusi anomali kecepatan gelombang P dalam sayatan horizontal berurutan pada kedalaman 0, 1, 2, 3, 4,5, 6, 7, 8 km

(6)

Gambar 7. Anomali kecepatan gelombang P dalam penampang vertikal

Anomali kecepatan gelombang P dalam penampang

Gambar 8. Distribusi anomali kecepatan gelombang S dalam penampang vertikal

Gambar 4.9 Distribusi nilai Poisson Vp/Vs vertikal

Distribusi anomali kecepatan gelombang S dalam penampang vertikal

(7)

Gambar 4.10 Distribusi nilai Poisson horizontal berurutan

Distribusi nilai Poisson Vp/Vs dalam penampang berurutan pada kedalaman 0, 1, 2, 3, 4,5, 6, 7, 8 km

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT. Star Energy Geotermal Wayang Windu yang memberikan kesempatan untuk mengerjakan penelitian tugas akhir.

PUSTAKA

[1] Hochstein, M. P.; Browne P.R.L.,(2000) : Surface Manifestations of Gethermal System With Volcanic. In: Encyclopedia Volcanoes, pp. 835-855.

[2] http://www.dim.esdm.go.id, 2010

[3] Pulunggono, A., Martodjojo, S., 1994. Perubahan Tektonik Paleogen-Neogen Merupakan Peristiwa Tektonik Terpenting di Jawa, Prosiding Geologi dan Geoteknik Pulau Jawa, Kumpulan Makalah Seminar Geologi dan Geoteknik Pulau Jawa Sejak Akhir Mesozoik hingga Kuarter, Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, h.37-61.

[4] Elfina, 2010.“Studi Alterasi Hidrotermal Pada Sumur MB-1, MB-2, MB-3, dan WR di Lapangan Panasbumi Wayang Windu Bagian Utara, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat”, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

[5] Abrenica, A. B., “Hydrothermal Alteration and Fluid Inclusion Studies in The Northern Wayang Windu Geothermal Field, West Java, Indonesia”, Proceeding of the World Geothermal Congress, 2010. [6] Nolet, G., 1981. Linearized inversion of (teleseismic) data, inThe

Solution of the Inverse Problem in Geophysical Interpretation,pp. 9–37, ed. Cassinis, R. Plenum, New York, USA

[7] Bogie, I., Kusumah Y. I., Wisnandary, M.C., 2008. Overview of the Wayang Windu geothermal field, west java, Indonesia. ScienceDirect.Geothermics, 347-365

[8] Steck, L.K., Thurber, C.H., Fehler, M.C., Lutter, W.J., Robbert, P.M., Baldrige, W.S., Stafford, D.G., dan Sessions, R. (1998): Crust and Upper Mantle P-Wave Velocity Structure Beneath Valles Caldera, New Mexico: Result from the James Teleseismic Tomography Experiment, J. Geophys. Res., 103, 24.301–24.320. [9] Aki, K. dan Lee, W.H.K. (1976): Determination of

Three-Dimensional Velocity Anomalies Under a Seismic Array Using First P Arrival Times from Local Earthquakes, A Homogeneous Initial Model, J. Geophys. Res., 81, 23, 4381–4399

[10] Thurber, C. (1983): Earthquake Locations and Three-Dimensional Crustal Structure in the Coyote Lake Area, Central California, J. Geophys. Res., 88, B10, 8226–8236.

Gambar

Gambar  1.  Persebaran  event  microearthquake  menggunakan  code  LOTOS 12
Gambar 4. Garis cross section untuk menampilkan penampang vertikal
Gambar 5. Distribusi anomali kecepatan gelombang P dalam sayatan  horizontal berurutan
Gambar 6.  horizontal
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sebab lain yang menyebabkan perlakuan panjang entris ini tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang entris adalah cepatnya pembentukan kalus dan graf union

Selanjutnya Ornstein, (1990) dalam (Mulyasa, 2007) merekomen- dasikan bahwa untuk membuat RPP yang efektif harus berdasarkan pengetahuan terhadap: tujuan umum sekolah,

monitoring dan dokumentasi data pada aplikasi ini dapat digunakan untuk mendapatkan informasi perangkat keras komputer seperti kapasitas memori, kapasitas harddisk

Pauli (dalam Indrawati, 2013: 218) menyatakan bahwa kemampuan numerik akan membantu pemahaman dan nalar peserta didik dibidang yang berkaitan dengan angka-angka. Adapun

Zat ini diklasifikasikan sebagai sama berbahayanya dengan debu mudah terbakar oleh Standar Komunikasi Bahaya OSHA 2012 Amerika Serikat (29 CFR 1910.1200) dan Peraturan Produk

X belitan utama 58 Rajah 3.13 Lengkung regangan pemagnetan belitan sokongan 59 Rajah 3.14 Litar ujian penjana aruhan tanpa beban 61 Rajah 3.15 Litar ujian beban

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa perlakuan protein dan lisin ransum tidak mempengaruhi jumlah konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi

Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Pardede (2014) yang menyebutkan bahwa sebagian besar responden memiliki ekspresi emosi yang rendah, yang berarti