• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD GUGUS BUDI UTOMO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD GUGUS BUDI UTOMO"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

BERBASIS

MIND MAPPING

TERHADAP HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA KELAS V

SD GUGUS BUDI UTOMO

Ni Pt. Pra Pajarini

1

, D. B. Kt. Ngr. Semara Putra

2

, I. B. Surya Manuaba

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

Email: prapajarini@yahoo.com

1

, ngurahsemara@yahoo.com

2

,

ibsm.co.id@gmail.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara penerapan

pembelajaran kontekstual berbasis Mind Mapping dengan penerapan pembelajaran

konvensional terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Gugus Budi Utomo Kesiman. Penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen semu dengan desain Pretest-postest tak ekuivalen. Populasi penelitian ini seluruh siswa kelas V SD Gugus Budi

Utomo Kesiman. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik random

sampling, sehingga diperoleh dua kelas sebagai sampel dengan jumlah 71 siswa. Data yang dianalisis adalah data hasil belajar matematika siswa yang diperoleh melalui tes obyektif dengan tipe pilihan ganda biasa. Jumlah soal yang dipergunakan sebanyak 40 butir soal. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan statistik inferensial dengan menggunakan analisis uji-t. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh thit = 2,33 dan ttab

pada taraf signifikansi 5% = 2,000. Hal ini berarti bahwa thit > ttab, sehingga dapat

diinterprestasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara penerapan

pembelajaran Kontekstual berbasis Mind Mapping dengan penerapan pembelajaran

konvensional terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Gugus Budi Utomo Kesiman. Nilai rata-rata siswa pada kelompok eksperimen 62,03 dan pada kelompok kontrol 53,5 menunjukkan bahwa hasil belajar Matematika siswa pada kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan dengan siswa pada kelompok kontrol. Hal ini berarti

terdapat pengaruh penerapan pembelajaran kontekstual berbasis Mind Mapping

terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Gugus Budi Utomo Denpasar dengan siswa yang dibelajarkan secara konvensional.

Kata kunci : pembelajaran kontekstual, mind mapping, hasil belajar

Abstract

This study aims to determine significant differences between the application of contextual learning -based Mind Mapping with the application of conventional learning on learning outcomes of students' fifth grade elementary mathematics gugus Kesiman Budi Utomo. This research is a kind of quasi- experimental study with a pretest - posttest design was equivalent. The study population of this entire fifth grade elementary school students Kesiman Gugus 5. Sampling was done by using random sampling technique, in order to obtain samples of the two classes as the number of 71 students. The data analyzed is students' mathematics learning outcomes data obtained through an objective test with multiple choice type usual. The number of questions that are used by 40 items about. Data were analyzed using inferential statistics using t-test analysis. Based on the analysis of data, obtained tvalue = 2.33 and ttab at significance level of 5 % = 2.000. This

means that tvalue > ttable, so it can be interpreted that there are significant differences

(2)

of conventional learning on learning outcomes fifth grade students of elementary mathematics gugus Budi Utomo. The average value of 62.03 students in the experimental group and the control group 53.5 showed that mathematics learning outcomes of students in the experimental group is better than students in the control group. This means there is the influence of the application of contextual learning Mind Mapping based on learning outcomes of elementary mathematics fifth grade students gugus Budi Utomo Denpasar with students that learned conventionally.

Keywords : contextual learning, mind mapping, learning outcomes

PENDAHULUAN

Matematika merupakan mata

pelajaran yang tidak hanya diberikan dalam bentuk teori saja, melainkan memerlukan

praktek langsung oleh siswa untuk

mengerjakan soal tersebut. Penanaman konsep pelajaran ini tentunya dimulai dari tingkat sekolah dasar, yang nantinya

menentukan pemahaman siswa pada

jenjang berikutnya. Oleh sebab itu sangat

diharapkan guru dapat menyajikan

pelajaran matematika dengan menarik hingga siswa tidak hanya lebih banyak

mengenal teori saja, namun semua

pengetahuan siswa juga dapat dipraktekan

langsung dalam mengerjakan soal

matematika dan dengan pemahaman yang baik.

Mata pelajaran matematika

diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi

untuk membekali peserta didik agar

memiliki kemampuan berfikirlogis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif (Nur Susilo, 2009). Secara umum terdapat 4 tahapan aktivitas dalam rangka penguasaan materi

pelajaran matematika di dalam

pembelajaran, yaitu: (1) Penanaman

konsep; (2) Pemahaman konsep; (3) Pembinaan keterampilan; (4) Penerapan konsep. Tahapan-tahapan diatas yang kemudian diterapkan oleh guru kepada siswa SD sesuai dengan materi dan dipadukan dengan model atau strategi pembelajaran yang akan digunakan.

Pembelajaran Matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan

yang terencana sehingga siswa

memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. Salah satu komponen yang menentukan ketercapaian kompetensi adalah penggunaan strategi matematika, yang sesuai dengan (1) topik

yang sedang dibicarakan, (2) tingkat perkembangan intelektual siswa, (3) prinsip dan teori belajar, (4) keterlibatan siswa

secara aktif, (5) keterkaitan dengan

kehidupan siswa sehari-hari, (6)

pengembangan dan pemahaman penalaran matematis. Matematika berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan

berkomunikasi dengan menggunakan

bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman

penalaran yang dapat membantu

memperjelas dan menyelesaikan

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran matematika di SD adalah: (1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupan melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional, kritis,

cermat, jujur dan efektif; (2)

Mempersiapkan siswa agar dapat

menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari

dalam mempelajari berbagai ilmu

pengetahuan; (3) Menambah dan

mengembangkan ketrampilan berhitung dengan bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari; (4) mengembangkan pengetahuan dasar matematika dasar

sebagai bekal untuk melanjutkan

kependidikan menengah dan (5)

membentuk sikap logis, kritis, kreatif, cermat dan disiplin (Depdiknas, 2003).

Pembelajaran konvensional pada mata pelajaran matematika yang biasa digunakan oleh guru di SD didominasi metode ceramah, yang nampaknya kurang

merangsang aktivitas belajar siswa,

semangat serta motivasinya dalam belajar. Sehingga pembelajaran berpusat pada guru dan siswa tidak mendapat kesempatan untuk menemukan sendiri konsep materi

pelajaran. Pembelajaran konvensional

merupakan pembelajaran yang biasa

(3)

di dalam kelas. Pada pembelajaran konvensional, proses pembelajaran lebih sering diarahkan pada “aliran informasi” atau “transfer” pengetahuan dari guru ke siswa yang biasanya didominasi oleh ceramah. pembelajaran berpusat pada guru

(teacher oriented) dan transfer

pengetahuan dari guru pada siswa.

Dalam pembelajaran konvensional, pola pembelajaran atau urutan sajian materi

khususnya dalam pembelajaran

Matematika adalah (1) pembelajaran

diawali penjelasan singkat materi oleh guru, siswa diajarkan teori, defenisi, informasi

yang harus dihafal, (2) pemberian

kesempatan bertanya (3) diakhiri dengan pemberian soal. Akibat dari pembelajaran tersebut siswa menjadi terbiasa menerima apa saja yang diberikan oleh guru tanpa mau berusaha menemukan sendiri konsep-konsep yang sedang dipelajari. Hal ini berimplikasi pada hasil belajar siswa itu sendiri.

Hasil belajar merupakan

kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2010). Hasil belajar merupakan suatu indikator yang dapat menunjukkan tingkat kemampuan dan

pemahaman siswa dalam belajar.

Pengungkapan hasil belajar siswa meliputi tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar Matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat penguasaan kognitif siswa terhadap

materi pelajaran Matematika setelah

mengalami proses pembelajaran, berupa nilai yang dituangkan dalam bentuk angka yang diperoleh dari hasil menjawab tes yang diberikan pada akhir penelitian.

Mengingat proses pembelajaran

yang cenderung didominasi oleh peran guru perlu diadakan inovasi dalam strategi

pembelajarannya. Pembelajaran

kontekstual atau contextual teaching and

learning (CTL) merupakan suatu konsep yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Amri dan Ahmadi, 2010).

Dalam penerapannya di kelas,

pembelajaran kontekstual tetap

memperhatikan tujuh komponen pokok pembelajaran utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), inkuiri (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning

community), pemodelan (modeling),

penilaian autentik (authentic assessment)

dan refleksi (reflection) (Trianto, 2010).

Mind Mapping adalah salah satu cara mencatat materi pelajaran yang

memudahkan siswa belajar. Menurut

Alamsyah (2009:20) “sistem peta pikiran

atau Mind Mapping adalah suatu teknik

visual yang dapat menyelaraskan proses belajar dengan cara kerja alami otak”. Lebih

lanjut pembelajaran Mind Mapping adalah

suatu pelajaran baru untuk mencatat yang bekerjanya disesuaikan dengan bekerjanya dua belah otak (otak kiri dan otak kanan). Belajar yang cenderung memanfaatkan otak kiri, misalnya dengan memaksa anak untuk berfikir logis dan rasional akan membuat anak dalam posisi kering dan hampa.

Oleh karena itu, belajar berpikir logis

dan rasional perlu didukung oleh

pergerakan-pergerakan otak kanan,

misalnya dengan memasukkan unsur-unsur yang bisa mempengaruhi emosi, yaitu unsur estetika melalui proses belajar yang

menyenangkan dan menggairahkan.

Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan siswa untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna,

simbol, bentuk dan sebagainya

memudahkan otak dalam menyerap

informasi yang diterima.

Penerapan Mind Mapping disekolah

dapat membantu siswa berfikir secara kreatif sekaligus kritis, mengingat dengan baik materi pelajaran di kelas, memahami buku yang dibaca, dan penugasan lain yang diberikan. Kegunaan pembelajaran

Mind Mapping dalam bidang pendidikan, khususnya untuk siswa SD sebagaimana yang dipaparkan oleh Dwijayanti (2011) antara lain: (1) memberi pandangan

menyeluruh pokok masalah; (2)

memungkinkan kita merencanakan rute atau kerangka pemikiran suatu karangan; (3) mengumpulkan sejumlah besar data

disuatu tempat; dan (4) mendorong

(4)

membuat suatu Mind Map diperlukan beberapa alat dan bahan. Menurut Buzan (2009:14), “sarana dan prasarana untuk

membuat Mind Map adalah (1) kertas

kosong tak bergaris; (2) pena dan pensil warna; (3) otak; dan (4) imajinasi”.

Pembelajaran Kontekstual berbasis

Mind Mapping adalah pembelajaran

Kontekstual yang menggunakan strategi

Mind Mapping di dalamnya. Dalam

pembelajaran kontekstual terdapat

komponen konstruktivisme yaitu landasan berfikir (filosofi) pembelajaran kontekstual,

disinilah Mind Map (peta pikiran) dapat

dimasukkan karena dalam tahapan ini

proses membangun atau menyusun

pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman, sebuah peta pikiran dapat disusun pada komponen ini dengan menggunakan elemen yang

dimiliki oleh setiap Mind Map.

Dengan menerapkan pembelajaran

Kontekstual berbasis Mind Mapping siswa

memperoleh kesempatan untuk

menemukan konsep Matematika itu sendiri melalui kegiatan mencatat kreatif yang melibatkan kedua belahann otak. Sehingga, siswa menjadi tertarik untuk mempelajari

Matematika dan secara langsung

mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. Dengan motivasi dan minat dari siswa untuk mempelajari matematika, hasil belajar yang diperoleh menjadi lebih baik dari sebelumnya. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk megetahui perbedaan yang signifikan antara penerapan pembelajaran

kontekstual berbasis Mind Mapping

dengan penerapan pembelajaran

konvensional terhadap hasil belajar

Matematika siswa kelas V SD Gugus Budi Utomo Kesiman.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada semester 1 tahun ajaran 2013/2014 di kelas V Gugus Budi Utomo Kesiman. jenis penelitian yang digunakan adalah jenis

eksperimen semu dengan desain

Nonequivalent Control Group Design.

Desain ini dipilih karena penelitian

eksperimen dilakukan di kelas tertentu dengan menggunakan dua kelas dan kedua kelas tersebut sama-sama dimanipulasi

dengan cara yang berbeda. Pemberian pre

test pada desain Nonequivalent Control Group Design biasanya digunakan untuk mengukur ekuivalensi atau kesetaraan

kelompok (Dantes, 2012:97). Pre test

dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji kesetaraan antara kedua kelompok yang dijadikan sampel penelitian. Untuk menguji kesetaraan diantara kedua sampel tersebut, dilakukan analisis terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV yang diambil berdasarkan nilai ulangan umum semester

2. Sedangkan, post test dilakukan dengan

cara memberikan tes kepada kedua

kelompok yang kemudian hasil post test

tersebut dianalisis.

Populasi penelitian ini seluruh siswa kelas V yang berjumlah 486 siswa. SD Gugus 5 Kesiman yang juga disebut sebagai Gugus Budi Utomo terdiri dari 8 SD yaitu, SD N 2 Kesiman sebagai Gugus Inti, SD N 1 Kesiman, SD N 5 Kesiman, SD N 6 Kesiman, SD N 8 Kesiman, SD N 11 Kesiman, SD N 14 Kesiman, dan SD 5 Saraswati sebagai satu-satunya anggota yang merupakan sekolah swasta. Pemilihan

sampel dilakukan dengan teknik random

sampling yaitu dengan mengacak kelas dari kedelapan SD di Gugus Budi Utomo untuk

dijadikan sebagai sampel penelitian.

Setelah dilakukan pengacakan terpilih dua kelas yang dijadikan sampel dengan jumlah sampel sebanyak 71 siswa.

Sampel yang telah diperoleh

kemudian diuji kesetaraannya secara

empirik untuk meyakinkan bahwa kedua

kelompok benar-benar setara. Untuk

menguji kesetaraan diantara kedua sampel tersebut, dilakukan analisis terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV yang diambil berdasarkan nilai ulangan umum semester 2. Untuk menganalisis nilai ulangan umum tersebut dipergunakanlah rumus uji-t untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata kemampuan belajar matematika siswa kelas IV. Sebelum

menggunakan uji-t terlebih dahulu

melakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas pada masing-masing kelas yang dijadikan sampel penelitian.

Berdasarkan hasil uji normalitas siswa kelas IVA SD Negeri 6 Kesiman pada taraf signifikansi 5% dan dk = 5 diperoleh

(5)

sehingga diperoleh maka

H0 diterima (gagal ditolak). Ini berarti

sebaran data nilai ulangan umum

matematika semester 2 siswa kelas IVA SD Negeri 6 Kesiman berdistribusi normal. Sedangkan, hasil uji normalitas siswa kelas IVB SD Negeri 6 Kesiman pada taraf signifikansi 5% dan dk = 5 diperoleh

besarnya = 2,06 dan =

11,070, sehingga diperoleh

maka H0 diterima dan Ha ditolak. Ini berarti

sebaran data nilai ulangan umum

matematika semester 2 kelas IVB SD Negeri 6 Kesiman berdistribusi normal.

Setelah dilakukan uji normalitas, dilanjutkan dengan uji homogenitas pada taraf signifikansi 5% dengan dk pembilang

37 – 1 = 36 dan dk penyebut 34 – 1 = 33.

Berdasarkan hasil uji homogenitas antara siswa kelas IVB SD Negeri 1 Kamasan dan kelas IV SD Negeri Jumpai, diperoleh nilai Fhitung= 1,63 dan nilai Ftabel = 1,74.

Sehingga, Fhitung < Ftabel. Ini berarti tidak

terdapat perbedaan varian dan sebaran data nilai ulangan umum matematika semester 2 antara siswa kelas IVA SD Negeri 6 Kesiman dengan siswa kelas IVB SD Negeri 6 Kesiman. Setelah memenuhi uji prasyarat bahwa data berdistribusi normal dan homogen, selanjutnya untuk menguji kesetaraan diantara kedua sampel dilakukan analisis data menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis data pada taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai thitung = 0,48

dan nilai ttabel = 2,000, sehingga nilai

thitung<ttabel, maka kedua sampel yaitu siswa

kelas IVA SD Negeri 6 Kesiman dengan

siswa kelas IVB SD Negeri 6

Kesiman.dinyatakan setara. Setelah kedua sampel dinyatakan setara, selanjutnya untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dengan cara mengundi kedua kelompok, yaitu kelas IVA SD Negeri 6 Kesiman dan kelas IVB SD Negeri 6 Kesiman yang sekarang telah

menjadi kelas V di semester 1.

Berdasarkan hasil pengundian, kelas VA SD Negeri 6 Kesiman terpilih sebagai kelompok eksperimen dan kelas VB SD Negeri 6 Kesiman terpilih sebagai kelompok kontrol. Siswa pada kelas yang terpilih sebagai kelompok eksperimen berjumlah sebanyak 37 siswa. Sedangkan, siswa

pada kelas yang terpilih sebagai kelompok kontrol berjumlah sebanyak 34 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes. Metode tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar Matematika. Tes

yang digunakan adalah tes objektif

berbentuk pilihan ganda yang diberikan

setelah dilakukan treatment pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol pada akhir penelitian yang digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian.

Instumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar Matematika siswa adalah tes hasil belajar pada ranah kognitif. Tes yang akan digunakan adalah tes objektif dengan tipe pilihan ganda biasa yang mengharuskan siswa untuk memilih satu jawaban benar

dari sejumlah jawaban yang telah

disediakan oleh evaluator. Teknik

penskoran dalam tes objektif yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

Skor = Js Jb

x 100, jika skor ingin berada pada skala 100

Jb = jumlah jawaban benar Js = jumlah soal keseluruhan

Instrumen yang diujicobakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar

Matematika siswa sekolah dasar.

Instrument tersebut sebelum

digunakanakan diuji validasinya meliputi validitas isi, validitas butir, reliabilitas. Setelah dilakukan uji validitas terhadap 60 butir soal pilihan ganda yang diujikan, diperoleh sebanyak 40 butir soal yang valid. Sedangkan soal yang tidak valid berjumlah 20 butir soal. Berdasarkan hasil uji reliabilitas terhadap 40 soal yang valid, diperoleh r11 = 054 dan rtabel = 0,266 maka,

r11 > rtabel sehinggga, tes hasil belajar yang

valid tergolong tes yang reliabel.

Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran

menggunakan microsoft excel maka dari 40

butir soal yang telah dinyatakan valid dalam

uji validitas, dan reliabel dalam uji

reliabilitas di dapat 12 butir soal yang masuk ke dalam kiteria tingkat kesukaran mudah, 23 butir soal yang masuk ke dalam kriteria tingkat kesukaran sedang, dan 5

(6)

butir soal yang masuk ke dalam kriteria tingkat kesukaran sukar. Berdasarkan

perhitungan tingkat kesukaran

menggunakan microsoft excel, dari 40 butir

tes yang telah dinyatakan valid dalam uji valid dan reliabel dalam uji reliabilitas, maka diperoleh 10 butir soal yang masuk dalam kriteria daya beda cukup baik, 26 butir soal yang masuk dalam kriteria daya beda baik, dan 4 butir soal yang masuk dalam kriteria daya beda sangat baik dan tidak diperoleh soal yang termasuk dalam kriteria daya beda kurang baik. Setelah tes diuji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda, selanjutnya tes yang berjumlah sebanyak 40 soal tersebut dipergunakan

sebagai post test pada penelitian ini. Dari

hasil post test tersebut selanjutnya hasilnya

dianalisis dengan menggunakan uji-t yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat terlebih

dahulu yaitu uji normalitas dan uji

homogenitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dimulai dari tanggal 15 Juli sampai dengan 16 Agustus 2013 yang dilaksanakan di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diberikan perlakuan yaitu dengan menerapkan model

pembelajaran kontekstual berbasis Mind

Mapping sebanyak 8 kali dan 1 kali

post-test. Sedangkan pada kelas kontrol

dibelajarkan secara konvensional sebanyak

8 kali dan 1 kali post-test. Setelah dilakukan

post-test pada akhir penelitian, maka diperoleh data hasil belajar matematika kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk

nilai rata-rata post-test kelas eksperimen

yaitu 62,03 dan nilai rata-rata kelas kontrol yaitu 53,53.

Berdasarkan hasil perhitungan

menunjukkan bahwa hasil belajar

Matematika siswa yang mengikuti

pembelajaran kontekstual berbasis Mind

Mapping lebih baik daripada hasil belajar

Matematika siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional. Data hasil

penelitian yang didapatkan tersebut

selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t. Sebelum menganalisis uji-t, adapun uji prasyarat yang dilakukan yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Untuk mengetahui apakah sebaran data

hasil penelitian berdistribusi normal atau

tidak digunakan analisis Chi-Square.

Berdasarkan hasil uji normalitas

kelompok eksperimen diperoleh nilai

∑( ) , sedangkan untuk

taraf signifikansi 5 % ( = 0,05) dan derajat

kebebasan (dk) = 5 diperoleh

( ) = 11,07, karena maka

H0 diterima dan Ha ditolak Ini berarti

sebaran data nilai post test Matematika

siswa kelas VA di SD Negeri 6 Kesiman berdistribusi Normal. Sedangkan, hasil uji

normalitas untuk kelompok kontrol

diperoleh nilai ∑( )

,

sedangkan untuk taraf signifikansi 5 % ( =

0,05) dan derajat kebebasan (dk) = 5

diperoleh ( ) = 11,07, karena

maka H0 diterima (gagal

ditolak). Ini berarti sebaran data nilai post

test Matematika siswa kelas VB di SD

Negeri 6 Kesiman berdistribusi Normal.

Setelah dilakukan uji normalitas, selanjutnya dilakukan uji homogenitas terhadap data nilai post test antara

kelompok eksperimen dan kelompok

control. Berdasarkan hasil uji homogenitas diperoleh besarnya Fhitung = 1,32, nilai ini

kemudian dibandingkan dengan nilai Ftabel.

Derajat kebebasan pembilang 37 – 1 = 36

dan derajat kebebasan penyebut 34 – 1 =

33 dengan taraf signifikansi 5 %, maka diperoleh Ftabel = 1,71. Nilai Fhitung < Ftabel , ini

berarti nilai post test Matematika ke dua

kelas yaitu kelas VA dengan kelas VB SD

Negeri 6 Kesiman Homogen.

Setelah uji prasyarat dilakukan yang menyatakan bahwa sebaran data hasil

belajar matematika telah berdistribusi

normal dan homogen, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis menggunakan analisis

uji-t.Pengujian hipotesis menggunakan

analisis uji-t dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji hipotesis dengan menggunakan uji-t dilakukan pada taraf signifikansi 5% (α=0,05) atau taraf

kepercayaan 95% dengan derajat

kebebasan (dk) = (n1 + n2 - 2). Hipotesis

statistiknya Ha: µ1 ≠ µ2 dan H0: µ1 = µ2. Uji

(7)

maka H0 diterima (gagal ditolak) dan Ha

ditolak.Sebaliknya jika |thitung| ≥ ttabel, maka

H0 ditolak dan Ha diterima. Ha menyatakan

terdapat perbedaan hasil belajar

Matematika antara siswa yang mengikuti

pembelajaran kontekstual berbasis Mind

Mapping dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Sedangkan,

Ho menyatakan tidak terdapat perbedaan hasil belajar Matematika antara siswa yang

mengikuti pembelajaran kontekstual

berbasis Mind Mapping dengan siswa yang

mengikuti pembelajaran konvensional.

Adapun hasil analisis uji-t terhadap hasil belajar Matematika siswa di SD Negeri 6 Kesiman dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tabel Hasil Uji Hipotesis Penelitian antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Berdasarkan hasil perhitungan

diperoleh t hitung sebesar 2,33, sedangkan

ttabel pada taraf signifikansi 5 % dan dk = n1

+ n2 – 2 = 37 + 34 – 2 = 69, adalah 2,000.

Oleh karena itu nilai thitung > ttabel, maka

maka H0 ditolak dan Ha diterima. yaitu

terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang

dibelajarkan dengan penerapan

pembelajaran kontekstual berbasis Mind

Mapping dengan siswa yang dibelajarkan secara konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Budi Utomo Denpasar.

Sesuai dengan hasil penelitian yang telah diperoleh bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara hasil belajar

matematika siswa yang dibelajarkan

dengan model pembelajaran kontekstual

berbasis mind mapping dengan siswa yang

dibelajarkan secara konvensional.

Terdapat perbedaan yang signifikan

antara penerapan pembelajaran

Kontekstual berbasis Mind Mapping dengan

penerapan pembelajaran konvensional

terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Gugus Budi Utomo Kesiman dilihat dari hasil perhitungan diperoleh t hitung

sebesar 2,33, sedangkan ttabel 2,000 pada

taraf signifikansi 5 % dan dk = n1 + n2 – 2 =

37 + 34 – 2 = 69.

Oleh karena itu nilai thitung > ttabel,

maka H0 ditolak dan Ha diterima. Lebih

lanjut dapat dilihat dari nilai rata-ratanya yaitu kelas eksperimen 62,03 dan pada

kelompok kontrol 53,5 menunjukkan bahwa hasil belajar Matematika siswa yang

mengikuti pembelajaran kontekstual

berbasis Mind Mapping lebih baik daripada

hasil belajar Matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

Kelas eksperimen dibelajarkan

dengan menggunakan model pembelajaran

kontekstual berbasis mind mapping yang

merupakan cara belajar berkelompok

namun materi dibuat dengan sedemikian rupa hingga dekat dengan lingkungan siswa dan dengan menggunakan konsep peta

pikiran (mind map). Siswa dikelompokkan

yang masing – masing beranggotakan 5

orang siswa, masing- masing kelompok siswa membahas pokok bahasan yang

sama, namun dengan model mind map

yang berbeda beda, masing – masing siswa diberikan satu kata kunci sebagai inti dari materi yang dipelajarinya. Siswa dapat mengembangkan sendiri materi dengan

pengetahuan yang dimilikinya. LKS

dibagikan pada masing-masing kelompok dan dikerjakan secara bersama-sama. Dengan pola pikir yang berbeda-beda dan dengan kemanpuan yang berbeda siswa dituntut untuk dapat bekerja dengan bersama-sama dengan tujuan dapat saling melengkapi kekurangan masing-masing.

Dengan menggunakan model ini siswa sangat merasa tertarik untuk belajar matematika, karena tidak terkesan sulit dan menegangkan. Soal matematika yang

Kelompok Mean thitung ttabel H0 Ha

Eksperimen

Kontrol

62,03

53,53

(8)

biasanya menakutkan terasa mudah untuk dijawab karena siswa telah memiliki pengetahuan sebelumnya, dan dengan bekerja secara berkelompok secara tidak langsung siswa yang lebih pintar dapat mengajarkan siswa yang agak kurang dan siswa yang kurang tidak malu untuk bertanya dengan teman kelompoknya. Nilai pelajaran siswa sehari-hari tidaklah buruk dan saat post test berlangsung terlihat siswa pada kelas eksperimen memperoleh nilai lebih tinggi dari pada siswa pada kelas

kontol yang diajarkan dengan cara

konvensional.

Pelajaran matematika sering kali dianggap pelajaran yang menakutkan dan juga membosankan bagi siswa, oleh karena

itu siswa yang dibeljarkan secara

konvensional tidak begitu bersemangat saat mendapat pelajaran matematika. Hasil belajar siswa juga terlihat lebih kecil dari pada siswa yang dibelajarkan dengan

kontekstual berbasis mind mapping.

Pembelajaran Kontekstual sendiri merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki

pengetahuan/keterampilan yang secara

fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari

satu permasalahan/konteks ke

permasalahan/konteks lainnya. Prinsip

pembelajaran kontekstual Ada dua prinsip

pembelajaran kontekstual, yaitu: (a)

aktivitas siswa, yakni siswa aktif melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan

mencatat, dan (b) pengembangan

kemampuan sosialisasi, sehingga mereka perlu belajar bersama atau berkelompok. Pembelajaran kontekstual adalah suatu konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan materi yang diajarkannya

dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep seperti itu,

maka proses pembelajaran akan

berlangsung secara bermakna. Proses pembelajaran akan berlangsung secara

alamiah dalam bentuk kegiatan bekerja dan mengalami, bukan “transfer” pengetahuan dari guru ke siswa. Mahendra (2009) menurut hasil penelitiannya yang berjudul

“Pengaruh Penerapan Pembelajaran

Kontekstual terhadap Kemampuan berfikir Divergen siswa kelas VIII SMP negeri 1 Marga” menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran kontekstual lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa

yang diajar dengan pembelajaran

konvensional yang menunjukkan skor

kelompok kontrol 43,41 dan kelompok

eksperimen 48,39 jadi pembelajaran

kontekstual berpegaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan temuan

Rusmayani (2009) yang menerapkan

pembelajaran kontekstual dengan fasilitas

e-book internet, yang ternyata memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Model Pembelajaran Mind

Mapping adalah suatu tipe Model

pembelajaran kooperatif. Inti dari Model pembelajaran ini menggunakan tekhnik penyusunan catatan untuk membantu murid menggunakan seluruh potensi otak agar optimum.

Dengan model diatas materi

pelajaran dikemas agar dekat dengan lingkungan siswa, yang mudah dilihat, dan dapat lebih mudah untuk dipahami. Siswa sesungguhnya memerlukan sesuatu yang berbeda untuk dapat lebih memahami dan mengerti pelajaran matematika. Dengan pembelajaran secara konvensional yang lebih berpusat pada guru siswa cenderung

sangat pasif dan sulit untuk

mengembangkan pengetahuannya sendiri, karena siswa hanya menunggu informasi dan pengetahuan yang disampaikan oleh guru. Hal ini menyebabkan motivasi siswa

untuk belajar sendiri jadi berkurang

sehingga hasil belajarnya lebih rendah

dibandingkan dengan siswa yang

dibeljarkan dengan menggukanan model

pembelajran kontekstual berbasis mind

mapping. PENUTUP

Berdasarkan hasil pengujian

hipotesis dalam penelitian ini diperoleh simpulan yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara penerapan pembelajaran

(9)

Kontekstual berbasis Mind Mapping dengan

penerapan pembelajaran konvensional

terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Gugus Budi Utomo Kesiman dilihat dari hasil perhitungan diperoleh t hitung

sebesar 2,33, sedangkan ttabel 2,000 pada

taraf signifikansi 5 % dan dk = n1 + n2 – 2 =

37 + 34 – 2 = 69. Oleh karena itu nilai thitung

> ttabel, maka maka H0 ditolak dan Ha

diterima. Lebih lanjut dapat dilihat dari nilai rata-ratanya yaitu kelas eksperimen 62,03

dan pada kelompok kontrol 53,5

menunjukkan bahwa hasil belajar

Matematika siswa yang mengikuti

pembelajaran kontekstual berbasis Mind

Mapping lebih baik daripada hasil belajar

Matematika siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional. Hal ini berarti

terdapat pengaruh penerapan

pembelajaran kontekstual berbasis Mind

Mapping terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Gugus Budi Utomo Denpasar dengan siswa yang dibelajarkan secara konvensional.

Berdasarkan simpulan diatas, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut. Diharapkan kepada guru wali kelas V agar

menerapkan model pembelajaran

Kontekstual berbasis Mind Mapping dalam

proses pembelajaran, karena model

pembelajaran ini terbukti berpengaruh positif serta dapat meningkatkan hasil

belajar Matematika siswa, diharapkan

kepada Kepala Sekolah dapat dijadikan pedoman dalam mengembangkan kegiatan

pembelajaran Matematika guna

meningkatkan hasil belajar siswa dan diharapkan kepada calon peneliti yang berminat untuk meneliti lebih lanjut dengan

menggunkan model pembelajaran

Kontekstual, hendaknya

mempertimbang-kan faktor-faktor lain yang mungkin

mempengaruhi penelitian. Hasil penelitian ini dapat memberikan referensi kepada peneliti lain dalam upaya menerapkan dan mengembangkan model pembelajaran yang bersifat inovatif kepada peserta didik.

DAFTAR RUJUKAN

Alamsyah, Maurizal. 2009. Kiat jitu

Meningkatkan Prestasi dengan Mind Mapping. Jogjakarta: Mitra Pelajar. Amri, Sofan dan Lif Khoiru Ahmadi. 2010.

Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta: PT Prestasi Pustakakarya.

Buzan, Tony. 2009. E-book Mind Map.

Tersedia pada:

http://boekoe-gratis.blogspot.com/2011/08/downlo

ad-ebook-buku-pintar-mind-map.html (diakses pada: januari 2013)

Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian.

Yogyakarta: Andi.

Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi

Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar dan Madrasah IBTI Da-IYAH. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Dwijayanti. 2011. Mind Mapping Untuk

Perkembangan Anak. Jogyakarta: Wangun Printika.

Nur, Susilo. 2009. Mind Map tentang Mind

Mapping. Tersedia pada

http://www.muhammadnoer.com/20 09/08/mind-map-tentang-mind-mapping/ (diakses pada tanggal 12 Desember 2012).

Rusmayani. 2009. Pengaruh Pendekatan

Kontekstual Berfasilitas E-Book-Internet terhadap Prestasi Belajar

IPA Terpadu. Skripsi (tidak

diterbitkan). Jurusan Teknologi

Pendidikan, Fakultas Ilmu

Pendidikan, Undiksha.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Proses

Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

(10)

Trianto. 2010. Mendesain Model

Pembelajaran Inovatif-Progresif

Konsep Landasan dan

Implementasinya Pada KTSP.

Gambar

Tabel 1. Tabel Hasil Uji Hipotesis Penelitian antara  Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Diglosia tidak hanya menunjuk pada masyarakat yang bermacam- macam dalam mempergunakan bahasa dalam kehidupan sehari-hari dan bahasa kuno, namun juga masyarakat yang menggunakan

Komunikasi tertulis merupakan komunikasi yang dilakukan yang melalui sebuah tulisan yang dilakukan dalam kegiatan surat menyurat yang melalui pos, telegram, fax,

Lokasi ini dipilih karena beberapa mahasiswa yang menonton Drama Korea menggunakan kosa kata Bahasa Korea sehari-hari dalam pergaulannya saat berkomunikasi secara lisan

[r]

The probability of death due to lung cancer, given that a person smoked, was 10 times the probability of death due to lung cancer, given that a person did not smoke.. If

1906 Pepsi Geometries: Perimeter Oscillations Tracing the Pepsi DNA - 1906.. 1929 Pepsi Geometries: Perimeter Oscillations Tracing the Pepsi DNA

2013 pada Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Musi Banyuasin, kami Pejabat Pengadaan pada Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Musi Banyuasin, dengan

KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA PAPUA JL.. RAYA ABEPURA No.37 KOTA