• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Rotan dan Bambu yang Bernilai Ekonomis oleh Masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemanfaatan Rotan dan Bambu yang Bernilai Ekonomis oleh Masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pemanfaatan Rotan dan Bambu yang Bernilai Ekonomis oleh

Masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila

Kabupaten Landak

Fransisca Linda1, Riza Linda1, Rafdinal1

1Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, email: fransiscalinda12@gmail.com

Abstract

The Kanayatn Dayak tribe in Sengah Temila Subdistrict of Landak Regency use rattan and bamboo for daily needs and to improve the living standard and economy of rural society. This research aims to find out the types of rattan and bamboo used and the from of its utilization, and to find out the contribution of rattan and bamboo to the income of the family by the Kanayatn Dayak community in Sengah Temila Subdistrict of Landak Regency. This research was conducted from March to May 2017. This research obtained 5 species of bamboo plant from Poaceae Family and 2 species of rattan from Arecaceae Family. Rattan and bamboo are potential as handicraft and food materials. In this research, the contribution of rattan and bamboo in Sengah Temila Subdistrict of Landak Regency shows that rattan contribution was more dominant than bamboo with the highest contribution of rattan by 43% and the lowest contribution 1.8%, while the highest contribution of bamboo by 7% and the lowest contribution by 1.2%.

Keywords: Contribution, rattan, bamboo, Kanayatn Dayak Tribe PENDAHULUAN

Rotan dan bambu merupakan bahan lokal yang memegang peranan sangat penting dalam kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak, ini dapat dilihat dari banyaknya penggunaan rotan dan bambu pada berbagai keperluan masyarakat, misalnya untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan kerajinan tangan.

Bambu merupakan produk hasil hutan non kayu yang memiliki sifat-sifat yang baik untuk dimanfaatkan, karena memiliki batang yang kuat. Bambu banyak ditemukan di sekitar permukiman daerah pedesaan dan memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari dan menjadi tumbuhan serbaguna bagi masyarakat pedesaan (Mulyadi, 2010).

Menurut Iqbal et al. (2014) bambu adalah salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang sangat penting untuk dikembangkan dan berpotensi untuk berbagai penggunaan dan sumber penghasilan masyarakat. Bambu tidak hanya dibutuhkan untuk benda kerajinan, tetapi juga digunakan untuk kebutuhan rumah tangga seperti bahan makanan (rebung atau tunas bambu), bahan industri, sampai kepada bahan konstruksi.

Menurut Kalima (2008) rotan merupakan salah satu tumbuhan hutan bernilai komersil cukup tinggi, yang umumnya tumbuh secara alami di daerah dataran rendah maupun daerah pegunungan, memiliki banyak manfaat bagi masyarakat. Hampir seluruh bagian rotan dapat digunakan baik sebagai konstruksi kursi dan pengikat (Kusnaedi & Pramudita, 2013). Jumiati et al. (2012) salah satu sumber hasil hutan non-kayu yang dimanfaatkan oleh masyarakat adalah spesies-spesies rotan yang banyak digunakan baik sebagai bahan anyaman, keperluan tali temali maupun untuk dijadikan bahan sayuran.

Masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila merupakan salah satu masyarakat yang banyak memanfaatkan tumbuh-tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, salah satunya adalah tumbuhan rotan dan bambu yang banyak digunakan untuk keperluan sehari-hari dan untuk meningkatkan taraf hidup serta perekonomian masyarakat di pedesaan. Rotan dan bambu tersebut dimanfaatkan untuk keperluan makanan, konstruksi, kerajinan tangan, alat musik, upacara adat.

Kontribusi tumbuhan rotan dan bambu di Kecamatan Sengah Temila sangat berpengaruh dalam meningkatkan pendapatan masyarakat, khususnya masyarakat Suku Dayak Kanayatn. Selain sebagai petani, mereka memiliki pekerjaan

(2)

234 sampingan, yaitu menjadi pengrajin rotan dan

bambu. Kontribusi rotan dan bambu sangat berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai jenis rotan, menurut Wiriadinata et al. (1993) masyarakat di pedalaman Siberida Propinsi Riau memanfaatkan rotan Calamus ciliaris dan Calamus exilis sebagai bahan pengikat dalam pembuatan rumah. Menurut Dransfield (1974) di Indonesia terdapat delapan marga rotan dari delapan genera tersebut dua genera rotan yang bernilai ekonomi tinggi adalah Calamus dan Daemonorops. Jenis-jenis tumbuhan rotan yang terdapat di hutan rakyat sekitar 23 jenis rotan yang bernilai ekonomi diantaranya jenis Calamus caesius, Calamus trachycoleus, Calamus javnesis, Calamus manan Miquel dan Calamus scipionum yang termasuk komersial dan merupakan jenis andalan setempatKabupaten Katingan (Jasni et al., 2012).

Berdasarkan penelitian Widjaja (2001) di Jawa bambu mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan banyak dimanfaatkan baik untuk keperluan sehari-hari maupun untuk hasil-hasil yang akan diperdagangkan, spesies tumbuhan bambu yang banyak digunakan untuk bahan kerajinan diantaranya adalah Gigantochloa apus (J.A. &J. H. Schultes) Kurz atau bambu tali dan Gigantochloa atroviolacea atau bambu hitam. Yuliatiningsih (2005) pekerjaan sampingan usaha kerajinan bambu memberikan kontribusi cukup besar, yaitu 43,5% dari total pendapatan petani. Wartanta (1998), usaha kerajinan anyaman bambu di Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman dapat

meningkatkan pendapatan petani dan

meningkatkan pemerataan pendapatan sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial di pedesaan. Tanaman rotan dan bambu yang sudah ada perlu dibudidayakan untuk meningkatkan produktivitas serta kualitas rotan dan bambu yang dihasilkan,

agar produksi yang dihasilkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga rotan dan bambu dapat berkontribusi dalam pendapatan masyarakat. Oleh sebab itu, perlu dilakukannya penelitian tentang pemanfaatan rotan dan bambu yang bernilai ekonomis oleh Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, dimulai dari bulan Maret sampai Mei 2017 di Desa Paloan, Desa Pahauman, Desa Aur Sampuk, Desa Keranji Paidang dan Desa Saham di Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Identifikasi dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura Pontianak

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Sengah Temila memiliki 14 Desa, yaitu Desa Andeng, Desa Aur Sampuk, Desa Banying, Desa Gombang, Desa Keranji Mancal, Desa Keranji Paidang, Desa Pahauman, Desa Paloan, Desa Rabak, Desa Saham, Desa Sebatih, Desa Senakin, Desa Sidas dan Desa Tonang. Penelitian ini hanya diambil 5 Desa, yaitu Desa Paloan memiliki luas daerah 121,50 km2, dengan data penduduk yang terdiri dari 1320 KK (Kepala Keluarga), 3038 laki-laki, 3104 perempuan, Desa Pahauman memiliki luas daerah 150,91 km2, yang terdiri dari 1251 KK (Kepala Keluarga), 2629 laki-laki, 2375 perempuan, Desa Aur Sampuk memiliki luas 107,30 km2, yang terdiri dari 1314 KK (Kepala Keluarga), 2676 laki-laki, 2490 perempuan, Desa Keranji Paidang memiliki luas daerah 152,70 km2, yang terdiri dari 1321 KK (Kepala Keluarga), 2502 laki-laki, 2288 perempuan, Desa Saham memiliki luas daerah 170,16 km2, yang terdiri dari 800 KK (Kepala Keluarga), 1870 laki-laki, 1648 perempuan.

(3)

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Prosedur Kerja

Penentuan Lokasi dan Responden

Penentuan lokasi dan responden penelitian mengunakan purposive sampling dengan teknik pengambilan sampel sampel berdasarkan tujuan tertentu yaitu sampel yang diambil dari masyarakat adalah masyarakat yang memanfaatkan rotan dan bambu. Cara pemilihan responden, yaitu apabila dalam tiap desa terdapat lebih dari 10 orang yang memanfaatkan rotan dan bambu, maka jumlah responden yang digunakan tetap 10 orang, namun apabila jumlah responden yang memanfaatkan rotan dan bambu kurang dari 10 orang maka semua diambil sebagai responden (Hamzari, 2008)

Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi jenis tumbuhan rotan dan bambu menggunakan buku “Flora” (Stennis, 2005) dan buku “Identifikasi Tumbuhan Tingkat Tinggi” (Dasuki, 1991). Identifikasi ini dilakukan dilapangan dan akan dilanjutkan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura, Pontianak.

Penyajian Data

Data-data tumbuhan rotan dan bambu yang dimanfaatkan oleh masyarakat Dayak Kanayatn di

Desa Paloan, Desa Aur Sampuk, Desa Pahauman, Desa Keranji Paidang dan Desa Saham disajikan secara :

1). Pengolahan Data

Pengolahan data dibagi menjadi 2, yaitu data primer dan data sekunder.

2). Analisis Data

Analisis data dibagi menjadi 2, yaitu :

 Harga barang yang dihasilkan dari rotan dan bambu dianalisis dengan pendekatan harga pasar.

 persentase pendapatan dari rotan dan bambu dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

R = Persentase pendapatan dari rotan/bambu Rhr = Pendapatan dari rotan/bambu

Rt = Pendapatan total (hasil penjumlahan antara pendapatan dari bambu dan rotan (Rajagukguk, 2012)

(4)

236 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil wawancara terhadap 50 responden masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak diperoleh 5 jenis tumbuhan bambu yang dimanfaatkan oleh masyarakat Suku Dayak Kanayatn, yaitu Bambusa

balcooa, Schizostachyum sp., S. lima, S. brachycladum, Gigantochloa atter dan 2 jenis rotan, yaitu Calamus caecius dan C. scipionum. Rotan dan bambu tersebut dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan tangan dan bahan makanan (Tabel 1).

Tabel 1. Jenis-jenis Rotan dan Bambu serta Pemanfaatan oleh Masyarakat Dayak Kanayatn di 5 Desa di Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

Keterangan :

1. Nyiruk : penampi beras 5. Jare : keranjang untuk kayu api 2. Katoro : keranjang untuk benih padi 6. Tarinak : topi untuk ke sawah 3. bakul : keranjang 7. Inge : keranjang untuk padi 4. Bide : tikar untuk jemur padi 9. Takin : Keranjang untuk sayur 5. Silamo : keranjang untuk menangkap ikan

Tumbuhan rotan dan bambu yang terdapat di Kecamatan Sengah Temila yang berpotensi sebagai bahan kerajinan tangan, yaitu S. lima, S. brachycladum, C. caecius dan C. scipionum dan makanan, yaitu B. balcoa, Schizostachyum sp. dan G. atter (Tabel 1). Berdasarkan hasil wawancara diperoleh 10 (sepuluh) bentuk pemanfaatan

sebagai bahan kerajinan dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 1).

Kontribusi rotan dan bambu terhadap pendapatan Masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak, dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 2).

Tabel 2. Kontribusi Rotan dan Bambu Terhadap Pendapatan Mayarakat Suku Dayak Kanayatn Di Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

Kontribusi tumbuhan rotan dan bambu bagi pendapatan masyarakat Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak, menunjukan bahwa nilai tertinggi kontribusi rotan yaitu 43% dan nilai terendah dari kontribusi rotan

yaitu 1,8%, sedangkan nilai tertinggi dari kontribusi bambu yaitu 7% dan nilai terendah kontribusi bambu yaitu 1,2%.

No. Famili Spesies Tumbuhan Bambu dan Rotan Potensi Pemanfaatan

Bentuk Pemanfaatan Nama Lokal Nama Ilmiah

1. Poaceae Bambu Aur Bambusa balcooa Makanan Dapat dikonsumsi

2. Poaceae Bambu

Tarekng

Gigantochloa atter Makanan Dapat dikonsumsi

3. Poaceae Bambu Munti Schizostachyum sp. Makanan Dapat dikonsumsi

4. Poaceae Bambu Pasak Schizostachyum lima Bahan

Anyaman

Nyiruk, bakul, takin, katoro, inge, silamo, tarinak, pengayak padi dan beras, topi

5. Poaceae Bambu lemang (buluh)

Schizostachyum brachycladum Bahan Anyaman

Bakul, nyiruk, pengayak padi, katoro, inge, silamo

6. Arecaceae Rotan Saga Calamus caecius Bahan

Anyaman

Bide, inge, jare

7. Arecaceae Rotan Simamu Calamus scipionum Bahan

Anyaman

Jare, takin, inge, tarinak

No. Jenis Tumbuhan Kontribusi %

Tertinggi Terendah

1. Rotan 43% 1,8%

(5)

Pembahasan

Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila, dari hasil penelitian dan identifikasi ditemukan 5 spesies bambu dari Famili Poaceae, diantaranya 2 spesies yang dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan dan 2 spesies rotan dari Famili Arecaceae yang juga dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan serta 3 spesies bambu yang dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Berdasarkan tabel 1. Jenis rotan dan bambu yang terdapat di Kecamatan Sengah Temila ada 7 spesies, yaitu B. balcooa, Schizostachyum sp., S. lima, S. brachycladum G. atter, C. caesius dan C. scipionum, namun yang dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan oleh masyarakat Suku Dayak Kanayatn di daerah tersebut hanya 4 spesies saja, S. lima, S. brachycladum, C. Caesius dan C. scipionum, sedangkan 3 spesiesnya dimanfaatkan sebagai bahan makanan.

Widjaja (1985) mengatakan bahwa bambu merupakan tanaman yang memiliki banyak kegunaan mulai dari benda kerajinan, bahan makanan, bahan industri, sampai kepada bahan konstruksi. Maka tidak salah jika banyak masyarakat yang menjadikan tanaman bambu sebagai salah satu penunjang kehidupan masyarakat yang memang tinggal dan berdekatan pada daerah yang sangat subur akan tanaman bambu. Sama halnya dengan rotan juga menjadi salah satu penunjang kehidupan masyarakat, rotan juga merupakan tanaman yang memiliki banyak kegunaan, seperti bahan kerajinan. Berdasarkan (tabel 1) di Kecamatan Sengah Temila S. lima dan S. brachycladum dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan, seperti nyiruk, bakul, pengayak padi, katoro, inge, silamo, topi, pengayak beras, sedangkan C. caesius dan C. scipionum dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan bide, takin, inge, tarinak, dan jare.

Arinasa (2005) menemukan 19 spesies bambu di Desa Tigawasa-Buleleng. Bambu yang ditemukan B. blumeana, B. maculata, B. vulgaris var.striata, B. vulgaris var.striata, Dendrocalamus asper, G. apus, G. hasskarliana, G. manggong, G. nigrociliata, Gigantochloa sp. 1, Gigantochloa sp. 2, Gigantochloa sp. 3, Gigantochloa sp. 4, S. brachycladum, S. castaneum, S. silicatum, Schizostachyum sp., S. lima S. zollingeri, semua jenis bambu menghasilkan 54 kerajinan. Berdasarkan hasil penelitian Wardani (2008) ditemukan 4 spesies rotan yang digunakan sebagai

bahan kerajinan, yaitu C. caesius Blume., C. diepenhorstii Miq., Daemanorops didymophylla Becc., Daemanorops elongatus Blume.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden S. lima, S. brachycladum, C. Caesius dan C. scipionum yang paling umum digunakan oleh masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila, masyarakat setempat banyak memanfaatkan ke 4 (empat) spesies ini, karena selain mudah untuk didapatkan ke 4 (empat) spesies tumbuhan ini memiliki nilai jual apabila diolah, ke 3 (tiga) spesies lainnya, yaitu B. balcooa, Schizostachyum sp. dan G. atter, menurut hasil wawancara digunakan sebagai bahan makanan yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat setempat, karena ke 3 (tiga) rebung ini yang paling umum dikonsumsi, selain dari ke 3 (tiga) jenis rebung ini masyarakat setempat tidak pernah mengkonsumsinya, karena menurut hasil wawancara terhadap masyarakat selain rebung B. balcooa, Schizostachyum sp. dan G. atter, rebung lainnya tidak dapat dikonsumsi karena berracun. Kebanyakan masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila menggunakan rotan dan bambu secara bersamaan sebagai bahan kerajinan, bahan yang digunakan adalah batang rotan dan batang bambu. Adapun rotan yang dimanfaatkan masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila sebagai bahan kerajinan adalah C. caesius dan C. scipionum yang dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan bide, jare, takin, dan tarinak. Bambu yang dimanfaatkan masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila adalah S. lima dan S. brachycladum yang dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan nyiruk/dako, bakul, inge, katoro, takin, silamo, topi, pengayak padi, pengayak beras.

Menurut Lubis & Resky (2012) , Struktur batang bambu berbeda dengan rotan. Rotan memiliki kelebihan dalam hal elastisitas, sedangkan kemampuan elastis pada bambu, baru bisa dicapai setelah batang bambu dibelah-belah. Selain itu, rotan lebih banyak dijadikan sebagai struktur dasar dalam pembuatan kerajinan tangan. Oleh sebab itu, untuk menghasilkan satu kerajinan tangan diperlukan kombinasi antar rotan dan bambu, agar hasil yang didapatkan lebih baik.

Suku Dayak Kanayatn di 5 Desa, di Kecamatan Sengah Temila ini memanfaatkan beberapa hasil hutan, seperti jenis bambu dan rotan untuk

(6)

238 menambah pendapatan, selain dari hasil kerja

pokok, hal ini terlihat dari masyarakat setempat yang memanfaatkan bambu dan rotan sebagai bahan kerajinan. Menurut Birgantoro & Nurrochmat (2007) keberadaan kawasan hutan sangat berarti bagi kelangsungan hidup masyarakat yang tinggal sekitar hutan, karena hasil hutan dapat memberikan nilai tambah bagi kehidupan mereka. Di Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak, C. caesius, C. scipionum, S. lima, S. brachycladum yang paling umum dan dominan dimanfaatkan oleh masyarakat. Menurut Widayati & Riyanto (2005) jenis-jenis bambu yang diperdagangkan adalah jenis bambu yang berdiameter besar dan berdinding tebal, jenis-jenis tersebut diwakili oleh warga Bambusa (3 jenis), Dendrocalalamus (2 jenis) dan Gigantochloa (8 jenis).

Berdasarkan tabel 2 kontribusi tumbuhan rotan dan bambu bagi pendapatan masyarakat Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak, menunjukan bahwa nilai tertinggi kontribusi rotan yaitu 43% dan nilai terendah dari kontribusi rotan yaitu 1,8%, sedangkan nilai tertinggi dari kontribusi bambu yaitu 7% dan nilai terendah kontribusi bambu yaitu 1,2%. Kontribusi rotan lebih dominan dibandingkan dengan kontribusi bambu terhadap pendapatan masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila. Menurut Astana (2001), Sektor ekonomi dari bambu masih lebih rendah dari sektor ekonomi rotan, selain itu pemanfaatan rotan relatif lebih cepat daripada bambu dan perkembangan selera masyarakat terhadap bambu relatif lebih rendah

DAFTAR PUSTAKA

Arinasa, IBK, 2005, Keanekaragaman dan Penggunaan Jenis-jenis Bambu di Desa Tigawasa Bali, Biodiversitas, vol.6, no.1, hal.17-21.

Astana, S, 2001, Kebijakan Pengembangan Agrisisnis Bambu, Infososial Ekonomi, vol.2, no.1, hal : 11-28.

Birgantoro, BA & Nurrochmat, DR, 2007, Pemanfaatan Sumberdaya Hutan oleh Masyarakat di KPH Banyuwangi Utara, Jurnal Manajemen Hutan Tropika, vol.13, no.3, hal.172-181.

Dasuki, UA, 1991, Sistematika Tumbuhan Tingkat Tinggi, Sekolah Tinggi Ilmu Hayati Institut Teknologi Bandung.

Dransfield, J., 1974, Short Guide to Rattans. Bogor: BIOTROP

Hamzari, 2008, Ientifikasi Tanaman Obat-obatan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Sekitar Hutan Tabo-tabo, Jurnal Ilmiah staf dosen

Manajemen Hutan Universitas Tadulako.

Iqbal, et al., 2014, Nilai ekonomi total sumberdaya bambu (Bambuseae sp.) di Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten, Jurnal Penelitian

Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 91—105 p.

Jasni, et al., 2012, Atlas Rotan Indonesia Jilid 3, Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Kementerian Kehutanan. Bogor.

Jumiati., Hariyadi, B, & Murni, P, 2012, Studi Etnobotani Rotan sebagai Bahan Kerajinan Anyaman pada Suku Anak Dalam (SAD) di Dusun III Senami, Desa Jebak, Kabupaten Batanghari, Jambi. Biospecies, vol. 5, no.1. Kalima, T, 2008, Keragaman Spesies Rotan Yang

Belum Dimanfaatkan di HutanTumbang Hiran, Katingan, Kalimantan Tengah. Jurnal Info Hutan, vol. 5, no.1, hal 161-175.

Kusnaedi, I & Pramudita AS, 2013, Sistem Bending Pada Proses Pengolahan Kursi Rotan di Cirebon, Jurnal Rekajiva, vol.1, no. 2.

Lubis, U & Resky, 2012, Eksistensi Mebel Bambu Di Tengah Perkembangan Desain dan Teknologi,

Dimensi, vol.11, no.2

Mulyadi, S, 2010, Kajian Jenis dan Pemanfaatan Bambu di Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi, Skripsi, Fakulatas Pertanian Universitas Bengkulu.

Rajagukguk, V, 2012, Analisis Ekonomi Dan Kontribusi Tanaman Bambu Terhadap Pendapatan Masyarakat, Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Stennis, V, 2005, Flora, Pradnya Paramita, Jakarta. Wardani, M, 2008, Keragaman Tumbuhan Berguna di

Cagar Alam Mandor Kalimantan Barat, Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, vol.5, no.3, hal.251-266.

Wartanta, 1998, Peran Usaha Kerajinan Anyaman Bambu dalam Meningkatkan Pendapatan

Petani di Kecamatan Minggir, Sleman,

Skripsi, Program Sarjana Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.

Widayati, WT & Riyanto, 2005, Kajian Potensi Hutan Rakyat dan Analisis Interaksi Masyarakat dengan Sumberdaya Alam di Kabupaten Boyolali, Jurnal Hutan Rakyat, vol.VII, no.2.

(7)

Widjaja, EA, 1985, Bamboo research in Indonesia, in

Lissard and A Chouinard (eds), Bamboo

Research in Asia Proceedings of a Workshop held in Singapura. IDRC and IUFRO

Widjaja, EA, 2001, Identifikasi Jenis-jenis Bambu di Kepulauan Sunda Kecil, Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, LIPI, Bogor, Indonesia.

Wiriadinata, et al., 1993, Jenis-jenis tumbuhan langka Indonesia. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Hayati, Puslitbang Biologi-LIPI, Bogor: 58-67.

Yuliatiningsih, R, 2005, Kontribusi Usaha Kerajinan Anyaman Bambu pada Kesempatan Kerja, Pendapatan, dan Distribusi Pendapatan Petani di Desa Selang Kecamatan Wonosari

Kabupaten Gunungkidul, Skripsi, Fakultas

Pertanian, Universitas Gadjah Mada.

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Tabel 1. Jenis-jenis Rotan dan Bambu serta  Pemanfaatan oleh Masyarakat Dayak Kanayatn di 5 Desa di Kecamatan  Sengah Temila Kabupaten Landak

Referensi

Dokumen terkait

Pentingnya pemantauan yang intensif terhadap jenis antibiotik, dosis penggunaan, rute pemberian, lama pemberian terhadap pasien untuk menjamin ketepatan terapi, dan jika

Nanopartikel yang digunakan merupakan hasil proses ko-presipitasi baik dalam bentuk oksida besi murni (OB) maupun yang permukaannya telah dimodifikasi dengan asam nitrat,

Kebijakan Pengelolaan Bidang Keperawatan berdasarkan kepada kebijakan yang dikeluarkan oleh Direksi Rumah Sakit TMCTasikmalaya yang berkaitan dengan pelayanan

[r]

Menurut pendapat guru kendala yang dihadapi guru dalam meningkatkan kinerja adalah; (1) minimnya jumlah kegiatan supervisi yang dilakukan baik oleh kepala sekolah maupun

U eksperimentalnom dijelu provedeno je odreĊivanje kemijskog sastava osnovnog materijala i metala zavara na uzorku martenzitnog nehrĊajućeg ĉelika, X3CrNiMo 13-4, priprema

Keberhasilan persilangan interspesifik padi budi daya dengan padi liar (kerabat jauh) sudah banyak dilaporkan melalui persilangan yang dilanjutkan dengan penye-

Melihat persepsi Wajib Pajak mengenai pemberitaan korupsi pajak di media massa dan penegakan hukum dalam korupsi pajak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap