i
KATA PENGANTAR
Permintaan padi (beras) terus meningkat seiring dengan laju pertambahan
penduduk. Laju pertumbuhan jumlah penduduk masih lebih tinggi bila
dibandingkan dengan laju pertumbuhan produksi padi nasional, di sisi lain
luas baku lahan sawah dan kualitasnya cenderung menurun akibat konversi
lahan dan faktor faktor lainnya. Oleh karena upaya peningkatan produksi
padi harus terus dilakukan melalui berbagai terobosan peningkatan produksi
dan produktivitas.
Menyadari strategisnya komoditas beras tersebut, maka pemerintah terus
berupaya untuk mewujudkan peningkatan produksi padi. Guna mendorong
pencapaian tersebut diperlukan strategi, langkah operasional, kerja keras dan
cerdas serta dukungan instansi terkait. Sehubungan dengan hal tersebut maka
diperlukan
“
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Padi
Tahun 2017”
untuk
mengoperasionalkan kegiatan tersebut di daerah (Provinsi dan atau
Kabupaten/Kota).
Pedoman pelaksanaan ini disusun untuk dijadikan sebagai acuan bagi
seluruh pihak yang akan melaksanakan kegiatan padi tahun 2017 Dengan
diterbitkannya Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Padi Tahun 2017 ini,
diharapkan semua pihak terkait dapat saling berkoordinasi, bersinergi dan
menyusun strategi, langkah operasional serta jadwal pelaksanaan sehingga
kegiatan tersebut dapat berjalan tepat waktu dan pada akhirnya sasaran
produksi padi tahun 2017 dapat tercapai.
Selanjutnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi pada penyusunan
Pedoman Pelaksanaan ini, disampaikan penghargaan dan ucapan terima
kasih.
Jakarta, 30 Desember 2016
Direktur Jenderal Tanaman Pangan
,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
...
i
DAFTAR ISI
...
ii
DAFTAR LAMPIRAN
...
iv
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
...
vi
I.
PENDAHULUAN
...
1
A.
Latar Belakang ...
1
B.
Dasar Hukum ………
...
5
C.
Tujuan dan Sasaran ………
...
8
D.
Pengertian-Pengertian ...
10
II. KERAGAAN, TANTANGAN DAN PELUANG
PENINGKATAN PRODUKSI PADI TAHUN 2017
…………
...
22
A.
Keragaa
n Produksi ………..
...
22
B.
Sasaran Produksi Padi Tahun
2017 ………
....
23
C.
Tantangan, Peluang d
an Peningkatan Produksi ………
... .
24
III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN PRODUKSI PADI
TAHUN 2017
………
...
27
A.
Strategi Pencapaian Produksi Padi
2017 ………
...
27
B.
Upaya Pencapaian Sasaran
Produksi Padi 2017 ………
...
30
IV. PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2017
………..
35
A.
Kriteria Calon Petani
(CP) Penerima Bantuan ………..
...
35
B.
Kriteria Calon Lokasi (CL) Penerima Bantuan
………
...
39
C.
Bantuan/Fasilitasi Pelaksanaan Ke
giatan ………
...
46
V. PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONALISASI
…………
...
72
A.
Pengor
ganisasian ……….
...
72
iii
VI. BIMBINGAN/PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN
………
...
79
VII. PENGENDALIAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
81
A.
Pengendalian Kegiatan ...
…....
81
B.
Monitoring ... ...
……
83
C.
Evaluasi ... ...
……
84
D.
Pelaporan ………..
... .
84
VIII. PENUTUP
... ... .
88
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Panen, Produksi dan
Produktivitas Padi Tahun 2017 versi UPSUS
………
91
Lampiran 2. Sasaran Luas Tanam Bulanan Tahun 2017 (MT 2016/2017
dan MT. 2017) versi UPSUS ... .
92
Lampiran 3. Sasaran Produksi Bulanan Tahun 2017 (versi UPSUS) ...
…
93
Lampiran 4. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Panen, Produksi dan
Produktivitas Padi Tahun 2017 per Kabupaten (UPSUS
) ……..
94
Lampiran 5. Kebutuhan Benih Padi Bulanan Tahun 2017(MT 2016/2017
dan MT 2017)
…
...
…
114
Lampiran 6. Kebutuhan Pupuk Urea Bulanan untuk Padi Tahun 2017(MT
2016/2017 dan MT 2017)
…
...
…
115
Lampiran 7. Kebutuhan Pupuk NPK Bulanan untuk Padi Tahun 2017(MT
2016/2017 dan MT 2017)
…
...
…
116
Lampiran 8. Kebutuhan Pupuk SP-36 Bulanan untuk Padi Tahun 2017(MT
2016/2017 dan MT 2017)
…
... .
117
Lampiran 9. Kebutuhan Pupuk Organik Bulanan untuk Padi Tahun
2017(MT 2016/2017 dan MT 2017)
…
... .
118
Lampiran 10. Rekapitulasi Alokasi Kegiatan Serealia (Padi) Tahun 2017
119
Lampiran 11. Alokasi Kegiatan Serealia (Padi) Tahun 2017 Per Provinsi
dan Per Kabupaten/Kota ...
120
Lampiran 12. Daftar Calon Petani dan Calon Lokasi Penerima Bantuan
Pemerintah Tahun 2017 ...
137
Lampiran 13. Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
atau Provinsi ...
140
Lampiran 14. Rencana Usaha Kelompok (RUK) Bantuan Pemerintah
Tahun 2017 ...
143
Lampiran 15. Blanko RUK Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO) ...
144
Lampiran 16. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) ...
145
v
Lampiran 18. Rincian Bantuan Pemerintah Tahun 2017 ...
147
Lampiran 19. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2017 ...
148
Lampiran 20. Blanko Laporan Monitoring Bulanan Kecamatan Realisasi
Kegiatan Tahun 2017 ...
149
Lampiran 21. Blanko Laporan Monitoring Bulanan Kabupaten Realisasi
Kegiatan Tahun 2017 ...
150
Lampiran 22. Blanko Laporan Monitoring Bulanan Provinsi Realisasi
Kegiatan Tahun 2017 ...
151
Lampiran 23. Check List Pengendalian Kegiatan ...
152
Lampiran 24. Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan ...
156
Lampiran 25. Contoh Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan Bantuan
Pemerintah ...
157
Lampiran 26. Contoh Berita Acara Serah Terima Pengelolaan Bantuan
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi
Tahun 2011 - 2016 ...
22
Tabel 2. Persentase Kenaikan Angka Sasaran 2017 Terhadap Sasaran
2016 ...
24
Tabel 3. Skenario Pencapaian Produksi Padi Tahun 2017 ...
33
DAFTAR GAMBAR
1
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Komoditas tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai
pemenuh kebutuhan pangan, pakan dan industri dalam negeri
yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk dan berkembangnya industri
pangan dan pakan sehingga dari sisi Ketahanan Pangan
Nasional fungsinya menjadi amat penting dan strategis
.
Pengembangan sektor tanaman pangan merupakan salah satu
strategi kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi pada masa
yang akan datang. Selain berperan sebagai sumber penghasil
devisa yang besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi
sebagian besar penduduk Indonesia.
Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di
Indonesia, telah memunculkan kerisauan akan terjadinya
keadaan “rawan pangan” di masa yang akan data
ng. Selain itu,
dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan dan
kesejahteraan masyarakat, terjadi pula peningkatan konsumsi
per-kapita untuk berbagai jenis pangan, akibatnya Indonesia
membutuhkan
tambahan
ketersediaan
pangan
guna
mengimbangi laju pertambahan penduduk yang masih cukup
2
Dalam upaya mendukung pencapaian sasaran produksi padi
tahun 2017 melalui dana APBN telah dialokasikan di daerah
(Kabupaten/Kota/Provinsi) kegiatan padi meliputi : 1) Budidaya
Padi Inbrida (sawah/tadah hujan/lahan kering), 2) Budidaya Padi
Hibrida, 3) Budidaya Padi Teknologi Hazton, 4) Budidaya Padi
Teknologi Salibu, 5) Budidaya Mina Padi, 6) Budidaya Padi Jajar
Legowo (Jarwo) Super, 7) Budidaya Padi Organik/Desa Pertanian
Organik Padi, 8) Budidaya Padi/Beras Khusus, dan 9)
Pengembangan Unit Pengelola Pupuk Organik (UPPO).
Mengingat sasaran produksi yang akan dicapai pada tahun 2017
lebih besar dari tahun 2016 namun fasilitasi atau stimulan yang
diberikan pemerintah melalui Kegiatan Padi tahun 2017 tidak
sebesar pada tahun 2016 baik dari sisi fisik (luas areal) maupun
non fisik (dukungan manajemen) maka dalam pelaksanaan
kegiatan, calon penerima bantuan dan calon lokasi (CP/CL) harus
benar-benar diidentifikasi dengan baik sehingga nantinya mampu
memberikan kontribusi terhadap peningkatan produksi secara
siginifikan.
Calon
penerima
bantuan
budidaya
padi
diperkenankan
Poktan/Gapoktan yang telah mendapat bantuan pada tahun 2016,
namun calon lokasi diutamakan/difokuskan pada lokasi/areal
peningkatan indeks pertanaman (PIP) pada tahun 2016, dan atau
lokasi perluasan areal tanam (PAT) pada berbagai ekosistem.
3
menerima bantuan pemerintah sebanyak 2 (dua) kali dalam tahun
anggaran yang sama (tahun 2017) guna menjamin keberlanjutan
usahaninya. Selanjutnya untuk beberapa Provinsi/Kabupaten/Kota
yang arealnya sangat-sangat terbatas dan tidak memungkinkan
pelaksanaan kegiatan pada lokasi PIP dan atau PAT, maka
dimungkinkan kegiatan tersebut di alokasikan pada areal eksisting
namun hal tersebut dan penjelasannya dicantumkan dalam
Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang disusun oleh Provinsi dan
atau dalam Petunjuk Teknis (Juknis) yang disusum oleh
Kabupaten/Kota. Namun secara umum, pada lokasi eksisting
(peningkatan produktivitas) kebutuhan benihnya diarahkan dan
didorong untuk memanfaatkan/menggunakan benih bersubsidi
yang disediakan pemerintah pada tahun 2017 (Fasilitasi yang ada
yaitu Padi Inbrida untuk seluas 4 juta ha dan Padi Hibrida untuk
seluas 100 ribu ha).
Untuk lokasi pelaksanaan pengembangan UPPO tahun 2017,
diarahkan pada lokasi/desa organik yang difasilitasi pada tahun
2016, rencana tahun 2017 dan 2018, desa organik yang difasilitasi
melalui APBD/Swadaya, lokasi peningkatan produksi Padi, Jagung
dan Kedelai (PAJALE) atau lokasi lainnya yang direkomendasikan
oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota/Provinsi.
Kegiatan padi tahun 2017 diharapkan dapat memberikan
kontribusi produksi pada tahun 2017, kecuali untuk kegiatan
4
dengan kondisi di lapangan. Untuk itu strategi, langkah
operasional dan jadwal pelaksanaan kegiatan menjadi suatu hal
yang sangat penting untuk disusun dan disosialisasikan kepada
para calon penerima bantuan dan pihak terkait lainnya.
Teknologi tanam jajar legowo yang telah diwajibkan untuk
diterapkan pada tahun 2016 dan memberikan hasil positif dalam
peningkatan produksi, maka pada tahun 2017 perlu terus
disosialisasikan dan sekaligus diterapkan dalam budidaya padi
dengan memanfaatkan alat tanam/alat bantu tanam yang telah
tersedia pada tahun 2016 baik melalui APBN Tahun 2016, APBD,
swadaya atau sumber-sumber lainnya.
Dengan beragamnya kegiatan padi pada tahun 2017 ini dan dalam
upaya pencapaian sasaran, maka perlu disusun
“
Pedoman
Pelaksanaan Kegiatan Padi Tahun 2017
”
sebagai acuan bagi
semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan tersebut
di lapangan.
Dengan adanya pedoman pelaksanaan ini, semua pihak terkait
diharapkan berkontribusi secara positif sehingga akhirnya
kegiatan ini menjadi salah satu kegiatan yang berkontribusi
positif terhadap pencapaian sasaran produksi padi. Mengingat
tingginya keberagaman kondisi di masing-masing daerah dan
kemampuan adopsi inovasi teknologi, maka
Pedoman
Pelaksanaan ini agar dilengkapi oleh Dinas Pertanian
5
sehingga kegiatan tersebut dapat dilakukan tepat waktu dan
tepat sasaran, dan selanjutnya
dirinci secara teknis dalam
bentuk Petunjuk Teknis (JUKNIS) oleh Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota sesuai dengan kondisi spesifik lokasi
agar
lebih operasional sesuai kebutuhan di lapangan dan tidak
multitafsir.
Apabila terdapat perubahan dan belum diatur dalam Pedoman
Pelaksanaan ini, akan diatur lebih lanjut. Mekanisme
perubahan melalui usulan dari Kepala Dinas Kabupaten/Kota
yang ditujukan kepada Kepala Dinas Pertanian Provinsi dan
selanjutnya disampaikan ke Pusat (Direktur Jenderal Tanaman
Pangan).
B.
Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor
46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017
6
4. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
5. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang
Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja;
6. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang
Perubahan keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012
tentang Tata Cara Pembayaran dalam rangka Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015
tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah Pada Kementerian/Lembaga;
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016
tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah Pada Kementerian/Lembaga; perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015
tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah Pada Kementerian/Lembaga;
10. Peraturan
Menteri
Pertanian
Nomor
48/Permentan/
OT.140/10/2006 tentang Pedoman Budidaya Tanaman
7
11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 31 Tahun 2010 tentang
Pedoman Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
Pembangunan Pertanian;
12. Peraturan
Menteri
Pertanian
Nomor
64/Permentan/
OT.140/5/2013 tentang Sistem Pertanian Organik;
13. Peraturan
Menteri
Pertanian
Nomor
19/Permentan/
OT.140/3/2013 tentang Pedoman Administrasi Keuangan
Kementerian Pertanian;
14. Peraturan
Menteri
Pertanian
Nomor
19/Permentan/
OT.140/4/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian
Pertanian Tahun 2015-2019;
15. Peraturan
Menteri
Pertanian
Nomor
43/Permentan/
OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pertanian;
16. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 135/Permentan/
OT.140/12/2013 tentang Pedoman Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah;
17. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 62/Permentan/RC.110/
12/2016 tentang Pedoman Umum Pengelolaan dan
Penyaluran Bantuan Pemerintah Lingkup Kementerian
Pertanian Tahun Anggaran 2017;
18. Keputusan
Menteri
Pertanian
Nomor
43/Kpts/
8
Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai Melalui
Program
Perbaikan
Jaringan
Irigasi
dan
Sarana
Pendukungnya;
19. Keputusan
Menteri
Pertanian
Nomor
1397/RC.110/C/12/2016
tentang
Petunjuk
Teknis
Penyaluran Bantuan Pemerintah Lingkup Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2017;
20. Daftar Isian Pelaksanaan dan Anggaran (DIPA) Direktorat
Jenderal
Tanaman
Pangan
Nomor
SP-DIPA-018.03.1.23825/2017 tanggal 7 Desember 2017;
C.
Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
a. Menyediakan acuan pelaksanaan kegiatan padi yang
meliputi: 1). Budidaya Padi Inbrida (sawah/tadah hujan/
lahan kering), 2). Budidaya Padi Hibrida, 3). Budidaya Padi
Teknologi Hazton, 4). Budidaya Padi Teknologi Salibu,
5). Budidaya Mina Padi, 6). Budidaya Padi Jajar Legowo
Super, 7). Budidaya Padi Organik/Desa Pertanian Organik
Padi,
8).
Budidaya
Padi/Beras
Khusus,
dan
9). Pengembangan Unit Pengelola Pupuk Organik (UPPO);
bagi Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota
dalam rangka mendukung peningkatan produksi padi
9
b. Mendorong dan mempercepat penerapan berbagai
teknologi
budidaya
padi
dalam
meningkatkan
produktivitas dan produksi.
c. Mendorong
tumbuh
dan
berkembangnya
sistem
pertanian organik untuk komoditi padi sesuai dengn SNI
6729:2016 dan Permentan No. 64 Tahun 2013.
d. Menyediakan fasilitas Unit Pengolah Pupuk Organik
(UPPO) mendukung sub sektor tanaman pangan
e. Meningkatkan produktivitas dan produksi padi, dan
minapadi serta pendapatan petani.
2. Sasaran
a. Tersedianya acuan pelaksanaan kegiatan padi tahun
2017 bagi Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota,
dalam rangka mendukung peningkatan produksi padi
tahun 2017.
b. Meningkatnya penerapan berbagai teknologi budidaya
padi dalam meningkatkan produktivitas dan produksi.
c. Terbangunnya sistem pertanian organik untuk komoditi
padi sesuai SNI 6729:2016 dan Permentan No. 64
Tahun 2013.
d. Tersedianya Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO)
10
e. Meningkatnya produktivitas dan produksi padi dan mina
padi serta pendapatan petani dan keluarganya.
D.
Pengertian-Pengertian
1. Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT)
adalah
suatu
pendekatan
inovatif
dalam
upaya
meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani melalui
perbaikan sistem/pendekatan dalam perakitan paket
teknologi yang sinergis antar komponen teknologi,
dilakukan secara partisipatif oleh petani serta bersifat
spesifik lokasi. PTT merupakan inovasi baru untuk
memecahkan berbagai permasalahan dalam peningkatan
produktivitas padi. Teknologi intensifikasi padi bersifat
spesifik lokasi, bergantung pada masalah yang akan diatasi
(
demand driven technology
). Komponen teknologi PTT
ditentukan bersama-sama petani melalui analisis kebutuhan
teknologi (
need assessment
). Komponen teknologi PTT
dasar/
compulsory
adalah teknologi yang dianjurkan untuk
diterapkan di semua lokasi. Komponen teknologi PTT
pilihan adalah teknologi pilihan disesuaikan dengan kondisi,
kemauan, dan kemampuan. Komponen teknologi PTT
pilihan dapat menjadi
compulsory
apabila hasil KKP (Kajian
Kebutuhan dan Peluang) memprioritaskan komponen
11
pemecahan masalah utama suatu wilayah, demikian pula
sebaliknya bagi komponen teknologi dasar.
2. Sistem Tanam Jajar Legowo Padi
adalah pola bertanam
padi yang berselang-seling antara dua atau lebih (biasanya
dua atau empat) baris tanaman dan satu baris kosong.
Istilah legowo diambil dari bahasa jawa yaitu “lego” yang
berarti luas dan “dowo” yang berarti
panjang. Legowo juga
diartikan sebagai cara tanam padi yang memiliki beberapa
barisan dan diselingi satu barisan kosong. Dalam hal ini
populasi rumpun padi pada baris yang kosong diletakkan/
disisipkan pada baris disebelahnya, sehingga cara Jajar
Legowo ini tidak mengurangi jumlah populasi tanaman,
namun cara tanam dengan menciptakan semua baris
tanaman berada pada “Barisan Tepi”.
3. Peningkatan Produktivitas (Intensifikasi)
adalah upaya
untuk
meningkatkan
hasil
pertanian
dengan
cara
mengoptimalkan lahan pertanian yang sudah tersedia
(existing). Dalam pelaksanaan intensifikasi pertanian akan
fokus
pada
upaya
penanganan
masalah
terkait:
pengelolaan
tanah,
penggunaan
benih
bermutu,
penanaman, pemupukan, pemberantasan hama dan
penyakit, pemanenan dan kegiatan selama pascapanen
12
4. Perluasan Areal Tanam (PAT)
adalah upaya untuk
menambah luas areal pertanaman padi di lahan sawah,
lahan sawah non irigasi, lahan pertanian bukan sawah dan
lahan sementara tidak diusahakan (termasuk lahan sawah
yang terkena bencana).
5. Indeks Pertanaman (IP)
adalah frekuensi penanaman padi
pada sebidang lahan pertanian untuk memproduksi bahan
pangan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun.
6. Padi Inbrida
adalah tanaman padi yang menyerbuk sendiri
(
self-pollination
) sehingga secara alami kondisinya adalah
homozigot-homogen dan cara perbanyakannya dengan
benih keturunan.
7. Padi Hibrida
adalah tanaman padi hasil keturunan pertama
(F1) dari persilangan antar dua varietas yang berbeda.
Pengembangan hibrida didasari oleh gejala heterosis atau
vigor hibrida.
Heterosis merupakan fenomena biologis yang
menunjukan kecenderungan F1 untuk tampil lebih unggul
dibandingkan dua tetuanya
.
8. Teknologi Hazton
adalah
adalah cara bertanam padi
dengan menggunakan bibit tua (25
–
30 hari) setelah semai
dengan jumlah bibit padat (20
–
30 batang) per lubang
tanam. Teknologi padi hazton mengarah kepada pertanian
organik, dimana penggunaan pupuk kimia sedapat mungkin
13
bahan organik dengan bantuan dekomposer. Pemanfaatan
pupuk hayati, pupuk organik dan agensia hayati menjadi ciri
pengembangan padi dengan Teknologi Hazton. Komponen
yang lain kurang lebih sama dengan Pengelolaan Tanaman
dan
Sumberdaya
Terpadu
(PTT)
Padi
yang
direkomendasikan
oleh
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan Pertanian.
9. Desa Pertanian Organik Padi
adalah desa yang di
dalamnya telah dikembangkan sehamparan lahan pertanian
organik padi atau lebih yang menerapkan sistem pertanian
organik sesuai SNI 6729:2016 dan Permentan No.
10. Konversi (transisi)
adalah proses perubahan suatu sistem
pertanian dari pertanian non organik menjadi pertanian
organik.
11. Teknologi Salibu
adalah teknologi budidaya padi dengan
memanfaatkan batang bawah setelah panen sebagai
penghasil tunas/anakan yang akan dipelihara. Tunas
berfungsi sebagai pengganti bibit pada sistem tanam
pindah (ta-pin).
12. Pengembangan Budidaya Padi/Beras Khusus
adalah
upaya budidaya padi
/
beras dengan memanfaatkan varietas
tertentu/khusus, antara lain padi/beras Japonica, Basmati,
14
memenuhi kebutuhan/segmen pasar beras tertentu melalui
produksi dalam negeri.
13. Teknologi Jajar Legowo Super
merupakan teknologi
budidaya terpadu padi sawah irigasi berbasis sistem tanam
jajar legowo 2:1. Bagian penting dari teknologi jajar legowo
super adalah : 1) Varietas unggul baru (VUB) potensi hasil
tinggi, 2) Biodekomposer yang diberikan bersamaan saat
pengolahan tanah, 3) Pupuk Hayati yang diaplikasikan
melalui
seed treatment
dan pemupukan berimbang
berdasarkan PUTS, 4) Pengendalian OPT menggunakan
pestisida nabati dan pestisida anorganik berdasarkan
ambang batas, dan 5) Alat dan mesin pertanian, khususnya
untuk tanam (
jarwo transplanter
) dan panen (
combine
harvester
).
14. Budidaya Mina Padi
adalah
budidaya terpadu ikan dan
padi
dalam
satu
hamparan
sawah
yang
dapat
meningkatkan produktivitas lahan sawah, yaitu selain tidak
mengurangi hasil padi juga dapat menghasilkan ikan.
15. Caren
adalah parit di sekeliling petakan sawah yang dibuat
dengan cara menggali pelataran sawah yang ada dan
galiannya digunakan untuk meninggikan pematang sawah.
Caren
pada
budidaya
minapadi
berfungsi
untuk:
a) perlindungan ikan sewaktu air berkurang; b) tempat
15
ikan dari serangan predator; dan d) memudahkan
pemanenan ikan.
16. Pengembangan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO)
adalah upaya memperbaiki kesuburan lahan untuk
meningkatkan produktivitas pertanian, melalui fasilitasi
pembangunan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO) yang
dilengkapi dengan: rumah kompos, alat pengolah pupuk
organic, ternak, kandang komunal, bak fermentasi dan
kendaraan roda 3.
17. Pupuk Organik
adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan
mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan/atau limbah
organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa,
berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan
mineral dan/atau mikroba, yang bermanfaat untuk
meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah
serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
18. Pupuk
Hayati
adalah
pupuk
yang
mengandung
mikroorganisme hidup yang ketika diterapkan pada benih,
permukaan tanaman, atau tanah, akan mendiami rizosfer
atau bagian dalam dari tanaman dan mendorong
pertumbuhan dengan meningkatkan pasokan nutrisi utama
16
19.
Biodekomposer
adalah
makhluk pengurai pada ekosistem
dan merupakan makhluk hidup (komponen biotik) yang
menguraikan tubuh organisme yang sudah mati dan dapat
mengubah zat-zat organik terurai kembali menjadi bahan
anorganik.
20.
Pestisida Nabati
adalah
ramuan alami pembasmi hama
yang bahan-bahan aktifnya berasal dari alam seperti
ekstrak tanaman tertentu yang sudah diketahui efek
positifnya dalam membasmi hama tertentu
.
21. Benih Bina
adalah benih dari varietas unggul yang telah
dilepas produksi dan peredarannya diawasi.
22. Benih Varietas Unggul Bersertifikat
adalah benih bina
yang telah disertifikasi.
35. Dana Dekonsentrasi
adalah dana yang berasal dari
Anggaran Pendapatan Belanja Negara yang dilaksanakan
oleh Gubernur sebagai Wakil Pemerintah yang mencakup
semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka
pelaksanaan Dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang
dialokasikan untuk instansi vertikal Pusat di daerah.
37. Dana Tugas Pembantuan
adalah dana yang berasal dari
Anggaran
Pendapatan
dan
Belanja
Negara
yang
dilaksanakan oleh daerah yang mencakup semua
penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan
17
38. Bantuan
Pemerintah
adalah
bantuan
yang
tidak
memenuhi kriteria bantuan sosial yang diberikan oleh
Pemerintah kepada perseorangan, kelompok masyarakat
atau lembaga pemerintah/nonpemerintah.
Bentuk Bantuan
Pemerintah meliputi:
Pemberian penghargaan; Beasiswa;
Tunjangan Profesi Guru dan Tunjangan Lainnya; Bantuan
Operasional;
Bantuan
Sarana
Prasarana;
Bantuan
Rehabilitasi/Pembangunan
Gedung/Bangunan;
dan
Bantuan lainnya yang memiliki Karakteristik Bantuan
Pemerintah yang ditetapkan oleh Pengguna Anggaran
(PA).
39. Petani,
adalah perorangan warga negara Indonesia beserta
keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di
bidang
pertanian,
wanatani,
minatani,
agropasture,
penangkaran satwa dan tumbuhan, di dalam dan di sekitar
hutan, yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri,
pemasaran, dan jasa penunjang.
40. Kelompok Tani
adalah kumpulan petani/peternak/pekebun
yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan;
kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, sumber
daya; kesamaan komoditas; dan keakraban untuk
meningkatkan serta mengembangkan usaha anggota.
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)
adalah kumpulan
beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama
18
41. Rencana Usahatani Kelompok (RUK)
adalah rencana
kerja usahatani dari kelompok tani untuk satu periode
musim tanam yang disusun melalui musyawarah dan
kesepakatan bersama dalam pengelolaan usahatani
sehamparan wilayah kelompok tani yang memuat uraian
kebutuhan saprodi yang meliputi: jenis, volume, harga
satuan dan jumlah uang yang diajukan untuk pembelian
saprodi sesuai kebutuhan di lapangan (spesifik lokasi),
pengeluaran lainnya, dan lain sebagainya.
42. Pemandu Lapangan (PL)
adalah Penyuluh Pertanian,
Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT),
Pengawas Benih Tanaman (PBT)yang telah mengikuti
pelatihan SL-PTT dan berperan sebagai pendamping dan
pengawal pelaksanaan kegiatan.
43. Pengawalan dan Pendampingan oleh Petugas Dinas
adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas Dinas
Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
termasuk Penyuluh, POPT, PBT, Mantri Tani dan atau
petugas lainnya sesuai dengan kebutuhan di lapangan
dalam melakukan pengawalan dan pendampingan, guna
lebih mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan.
44. Pengawalan dan Pendampingan oleh Aparat
adalah
kegiatan yang dilakukan oleh TNI-AD beserta jajarannya
19
dengan kebutuhan di lapangan dalam melakukan
pengawalan, pendampingan dan membantu pelaksanaan
pencapaian target tanam (produksi) padi di lapangan.
Dalam pelaksanaannya Babinsa secara berkala hadir di
lokasi kegiatan. Dalam rangka pemberdayaan kelompok
tani, Babinsa bersama penyuluh lapangan melaporkan
pelaksanaan tanam sampai produksi di wilayah
masing-masing.
45. Pengawalan dan Pendampingan oleh Peneliti
adalah
kegiatan yang dilakukan oleh peneliti Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) didukung oleh peneliti UK/UPT
Lingkup Badan Litbang Pertanian gunameningkatkan
pemahaman dan akselerasi adopsi PTT dengan menjadi
narasumber
pada
pelatihan,
penyebaran
informasi,
melakukan uji adaptasi varietas unggul baru, demplot, dan
supervisi penerapan teknologi.
46. Pengawalan dan Pendampingan oleh Penyuluh
adalah
kegiatan yang dilakukan oleh Penyuluh guna meningkatkan
penerapan teknologi spesifik lokasi sesuai rekomendasi
BPTP dan secara berkala hadir di lokasi kegiatan dalam
rangka
pemberdayaan
kelompok
tani
sekaligus
memberikan bimbingan kepada kelompok tani dalam
20
47. Pengawalan dan Pendampingan oleh POPT (Pengendali
Organisme Pengganggu Tumbuhan)
adalah kegiatan
pendampingan oleh Pengawas OPT dalam rangka
pengendalian hama terpadu (PHT).
48. Pengawalan dan Pendampingan oleh PBT (Pengawas
Benih Tanaman)
adalah kegiatan pendampingan oleh
Pengawas Benih dalam rangka pengawasan mutubenih.
49. Swadaya
adalah semua upaya yang dilakukan petani
dengan sumber pembiayaan yangberasal dari modal petani
sendiri.
50. Dinas
Pertanian
Provinsi/Kabupaten/Kota
adalah
Dinas
yang
membidangi
tanaman
pangan
yang
mempunyai tugas dan fungsi sebagai pembina dan
pelaksana program pembangunan sektor pertanian di
tingkat provinsi/kabupaten/kota.
51. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi/Kabupaten/
Kota
adalah Dinas yang membidangi perikanan dan
kelautan yang mempunyai tugas dan fungsi sebagai
pembina dan pelaksana program pembangunan sektor
perikanan dan kelautan di tingkat provinsi/kabupaten/kota.
52. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA
adalah Menteri/Pimpinan Lembaga yang bertanggung
jawab atas penggunaan anggaran pada Kementerian
21
53. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut
KPA
adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk
melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab
penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga
yang bersangkutan.
54. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut
PPK
adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh
PA/Kuasa PA untuk mengambil keputusan dan/atau
tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas
22
II. KERAGAAN, TANTANGAN DAN PELUANG
PENINGKATAN PRODUKSI PADI TAHUN 2017
A. Keragaan Produksi
Produksi padi dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata
3,90% per tahun, dari 65,75 juta ton GKG pada tahun 2011
menjadi sebesar 79.514.492 ton GKG (ARAM II), dengan
perkiraan luas tanam 15.460.151 ha, luas panen 15.035.736
ha dan produktivitas 52,88 ku/ha, sedangkan laju peningkatan
produktivitas mencapai rata-rata 1,23% per tahun dan luas
panen meningkat rata-rata 2,66% per tahun, seperti yang
terlihat dalam
Tabel 1
berikut.
Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Padi Tahun 2011-2016
Ha
%
Ku/Ha
%
TON
%
2011
13,203,643
49.80
65,756,904
2012
13,445,524
1.83
51.36
3.13
69,056,126
5.02
2013
13,835,252
2.90
51.52
0.31
71,279,709
3.22
2014
13,797,307
(0.27)
51.35
(0.33)
70,846,465
(0.61)
2015
14,116,638
2.31
53.41
4.01
75,397,841
6.42
2016*
15,035,736
6.51
52.88
(0.99)
79,514,492
5.46
2.66
1.23
3.90
LUAS PANEN
TAHUN
PRODUKTIVITAS
PRODUKSI
RATA-RATA
23
B. Sasaran Produksi Padi Tahun 2017
Untuk memenuhi permintaan beras dari produksi dalam negeri
telah ditetapkan sasaran produksi padi tahun 2017
berdasarkan RKP (Rencana Kerja Pemerintah) adalah
78.132.000 ton gabah kering giling (GKG), sementara untuk
sasaran UPSUS 2017 sebesar 85.573.888 ton GKG. Sasaran
produksi tahun 2017 (UPSUS) tersebut meningkat 12,26%
dibanding dengan sasaran produksi tahun 2016 (RKP) sebesar
76.226.000 ton gabah kering giling (GKG). Guna mendorong
pencapaian tersebut diperlukan strategi, langkah operasional,
kerja keras dan cerdas serta dukungan instansi terkait,
mengingat fasilitasi/stimulan yang diberikan pemerintah melalui
APBN Tahun 2017 tidak sebesar pada Tahun 2016.
Pada tahun 2016, berbagai upaya peningkatan produksi baik
melalui kegiatan peningkatan produktivitas, peningkatan
indeks pertanaman dan atau peningkatan luas tanam yang
disertai dengan kewajiban penerapan teknologi jajar legowo,
dukungan sarana dan prasarana yang memadai serta iklim
yang kondusif telah terbukti dapat meningkatkan kinerja
produksi. Produksi padi tahun 2016 diperkirakan akan
mencapai 79.514.492 ton gabah kering giling, meningkat
5,46% dibanding produksi tahun 2015 atau meningkat 1,77%
24
Adapun perbandingan sasaran luas tanam, luas panen,
produktivitas
dan
produksi
tahun
2016
dan
2017,
dikemukakan pada
Tabel 2
berikut.
Tabel 2. Persentase Kenaikan Angka Sasaran 2017
(UPSUS) Terhadap Sasaran 2016
Secara rinci sasaran tanam, panen, produktivitas dan produksi
padi tahun 2017 per Provinsi disajikan pada
Lampiran 1,
sasaran tanam dan produksi per bulan per provinsi, disajikan
pada
Lampiran 2 dan Lampiran 3,
sedangkan sasaran
tanam, panen, produkrivitas dan produksi per Kabupaten pada
Lampiran 4
, selanjutnya kebutuhan benih dan kebutuhan
pupuk per provinsi per bulan pada
Lampiran 5, 6, 7, 8 dan 9.
C. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi
Kendala dalam peningkatan produksi tanaman pangan
terutama komoditas padi yang semakin kompleks karena
berbagai perubahan dan perkembangan lingkungan strategis
diluar sektor pertanian berpengaruh dalam peningkatan
produksi tanaman pangan.
Luas Tanam (jt Ha)
15,026
16,594
10.44
Luas Panen (jt Ha)
14,275
16,020
12.22
Produktivitas (Ku/Ha)
53,40
53,42
0.04
Produksi (jt Ton GKG)
76,226
85,574
12.26
URAIAN
KOMODITAS
PADI
SASARAN
2016
SASARAN
25
Tantangan utama yang dihadapi dalam upaya peningkatan
produksi tanaman pangan adalah: 1). Meningkatnya
permintaan beras sesuai dengan peningkatan jumlah
penduduk; 2). Terbatasnya
ketersediaan
beras; dan
3). Kecenderungan meningkatnya harga pangan.
Disamping tantangan, upaya peningkatan produksi tanaman
juga dihadapi oleh sejumlah permasalahan, yaitu antara lain:
1). Meningkatnya kerusakan lingkungan dan perubahan iklim
global; 2). Terbatasnya ketersediaan infrastruktur; 3). Belum
optimalnya sistem perbenihan nasional; 4). Terbatasnya akses
petani terhadap permodalan dan masih tingginya suku bunga
usaha tani; 5). Masih lemahnya kapasitas kelembagaan petani
dan penyuluh; 6). Meningkatnya alih fungsi lahan pertanian ke
penggunaan non pertanian; serta 7). Kurang harmonisnya
koordinasi kerja antar sektor terkait pembangunan pertanian.
Disamping itu, pembangunan pertanian selama ini masih
dilaksanakan tersekat-sekat oleh batasan administratif serta
berorientasi pada kegiatan-kegiatan yang tidak mampu
menjadi faktor pengungkit untuk pencapaian sasaran
pembangunan pertanian.
Disamping tantangan dan permasalahan yang dihadapi dalam
upaya peningatan produksi tanaman pangan, terdapat
sejumlah peluang yang apabila dimanfaatkan dengan baik
26
produksi.
Peluang tersebut antara lain : 1). Kesenjangan hasil
antara potensi dan kondisi di lapangan masih tinggi;
2). Tersedia teknologi untuk meningkatkan produktivitas;
3). Potensi sumberdaya lahan sawah, rawa/lebak, lahan
kering
(perkebunan,
kehutanan)
yang
masih
luas;
4). Pengetahuan/Keterampilan SDM (Petani, Penyuluh/PPL,
Pengendali
Organisme
Pengganggu
Tumbuhan/POPT,
Pengawas Benih Tanaman/PBT, dan Petugas Pertanian
Lainnya) masih dapat dikembangkan; 5). Tersedianya potensi
pengembangan produksi berbagai pangan pilihan selain
beras;
6).
Dukungan
Pemerintah
Daerah;
dan
27
III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN
PRODUKSI PADI TAHUN 2017
Mengingat komoditas padi/beras merupakan komoditas pangan
strategis yang masih terus mendapatkan perhatian khusus dari
pemerintah maka upaya meningkatkan produksi dan produktivitas
padi terus dilakukan, antara lain dilakukan melalui program
intensifikasi dan ekstensifikasi. Program tersebut dilakukan
melalui penyediaan input, penyediaan teknologi, sarana air,
pemasaran hasil dan lain sebagainya yang memungkinkan untuk
lebih menggairahkan para petani berusahatani yang lebih optimal,
sehingga pada akhirnya peningkatan produksi dan produktivitas
padi dapat dicapai. Untuk kegiatan padi inbrida khususnya,
dititikberatkan/diutamakan pada peningkatan indeks pertanaman
dan perluasan areal tanam dengan menggunakan teknologi tanam
jajar legowo
.
A. Strategi Pencapaian Produksi Padi 2017
a.1. Peningkatan Produktivitas (Intensifikasi)
Peningkatan produktivitas padi merupakan usaha yang
dilakukan untuk meningkatkan produksi padi dengan cara
mengoptimalkan lahan pertanian yang sudah tersedia. Dalam
28
upaya pananganan masalah terkait: pengelolaan tanah,
penggunaan benih bermutu, penanaman, pemupukan,
pemberantasan
hama
dan
penyakit
pada
tanaman,
pemanenan dan kegiatan selama pascapanen.
Peningkatan produktivitas padi dilakukan melalui peningkatan
penggunaan benih varietas unggul bermutu spesifik lokasi
dengan produktivitas tertinggi termasuk benih padi hibrida,
peningkatan jumlah populasi tanaman dengan teknologi
tanam jajar legowo, pemupukan sesuai rekomendasi spesifik
lokasi serta berimbang, pemakaian pupuk organik dan pupuk
bio-hayati, pengelolaan pengairan dan perbaikan budidaya
lainnya yang disertai dengan peningkatan pengawalan,
pendampingan, pemantauan dan koordinasi. Strategi ini
terutama dilaksanakan di wilayah dimana perluasan areal
sudah sulit dilakukan, sehingga dengan penerapan teknologi
spesifik
lokasi
diharapkan
masih
dapat
ditingkatkan
produktivitasnya.
a.2. Perluasan Areal Tanam (Ekstensifikasi)
Permasalahan substantif yang dihadapi dalam peningkatan
produksi padi adalah berkurangnya luas areal lahan sawah
akibat alih fungsi dari lahan pertanian ke peruntukan di luar
pertanian.
Berdasarkan
permasalahan
tersebut,
dalam
upaya
29
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melalui APBN TA. 2017,
kegiatannya dititikberatkan/diutamakan pada perluasan areal
tanam (ektensifikasi) dan peningkatan indeks pertanaman
padi pada lahan yang masih berpotensi untuk ditingkatkan,
antara lain lahan kering, lahan tadah hujan, lahan hutan,
lahan gambut, lahan rawa, lahan marginal, lahan yang tidak
diusahakan dan lahan-lahan lainnya.
Guna mendukung hal tersebut, maka kegiatan dilaksanakan
melalui pemberian bantuan prasarana dan sarana pertanian
yang terdiri dari : benih padi, alat dan mesin pertanian baik pra
panen maupun pasca panen
serta infrastruktur air
irigasi/jaringan irigasi sesuai kebutuhan lahan dan didukung
oleh potensi sumber daya alam yang tersedia di lokasi
sebagai stimulan.
a.3. Percepatan Tanam untuk Meningkatkan Indeks
Pertanaman (IP)
Percepatan tanam merupakan salah satu strategi untuk dapat
mencapai sasaran tanam tahun 2017, hal ini didukung dengan
prediksi cuaca pada tahun 2017 yang akan berlangsung
normal. Untuk mendukung strategi percepatan tanam
diperlukan:
1) Memobilisasi alat mesin pertanian untuk pengolahan tanah
dan tanam, seperti traktor tangan, dan mesin tanam
30
2) Penyediaan sarana produksi, seperti benih, pupuk, dan
pestisida, dalam jumlah dan kualitas yang mencukupi dan
tepat waktu.
Untuk benih, selain dipilih varietas yang tahan
hama dan penyakit, juga harus berumur genjah. Hal ini
dimaksudkan agar umur panen bisa dipersingkat untuk
mengejar musim tanam selanjutnya;
3) Manajemen air irigasi
Terbatasnya volume air irigasi di awal musim hujan jadi
kendala dalam pengolahan dan penanaman. Oleh karena
itu, diperlukan sistem irigasi yang tertata dan teratur sesuai
kemampuan dan perhitungan debit air yang tersedia,
misalnya melalui menggiring dan mendorong percepatan
tanam dari Golongan I dan Gol III/IV sehingga tanam akhir
berada diantara Gol II/III.
Perlu dilakukan mobilisasi pompa air antar daerah dan
antarpetak irigasi dengan mengaktifkan peran dari
Gabungan Kelompok Tani/Gapoktan dan Perkumpulan
Petani Pemakai Air /P3A.
B. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun 2017
Fokus Utama
pencapaian sasaran produksi padi tahun 2017
adalah peningkatan produksi padi inbrida dan padi hibrida
melalui berbagai penerapan teknologi. Sejalan dengan hal
tersebut, maka pada tahun 2017 upaya peningkatan produksi
31
pertanaman (PIP) dan atau perluasan areal tanam (PAT).
Selanjutnya seluruh kegiatan padi diwajibkan menerapkan
teknologi tanam jajar legowo sesuai kondisi di masing-masing
lokasi. Rekapitulasi alokasi kegiatan budidaya padi tahun
2017 disajikan pada
Lampiran 10
sedangkan rincian per
Provinsi dan Kabupaten/Kota disajikan pada
Lampiran 11
.
Sasaran tanam seluas 16.594.178 ha, akan tercapai dan
didukung dengan program dan kegiatan sebagai berikut:
1. Pengembangan Lahan
: 292.240 ha
2. Pengembangan Produktivitas Lahan : 1. 370.000 ha
3. Subsidi Benih
: 4.100.000 ha
4. Subsidi Pupuk dan Pembinaan
Teknologi Pada Lahan Swadaya
: 10.832.738 ha
Program dan kegiatan Tahun 2017 mendukung sasaran
produksi padi tahun 2017 melalui Anggaran APBN Bagian
Anggaran 18 maupun bagian anggaran subsidi meliputi:
1
.
Program Peningkatan Produksi dan Mutu Hasil
Tanaman Pangan seluas: 1.370.000 ha,
meliputi:
a. Padi inbrida seluas : 731.925 ha
b. Padi hibrida seluas : 60.000 ha
c. Mina Padi seluas : 4.000 ha
d. Padi Salibu seluas : 10.000 ha
32
f. Pengembangan Jarwo Super seluas : 10.000 ha
g. Pengembangan Desa Pertanian Organik seluas :
4.000 Ha
h. Pengembangan Padi/Beras Khusus : 75 ha
i.
Bantuan Benih Pusat seluas : 500.000 ha.
2. Program Benih Bersubsidi Seluas 4.100.000 ha,
meliputi
:
a. Benih subsidi inbrida seluas : 4.000.000 ha
b. Benih subsidi hibrida seluas : 100.000 ha
3. Program Pupuk Bersubsidi,
meliputi:
a. Urea sebanyak
: 4.100.000 ton
b. SP-36 sebanyak
: 850.000 ton
c. NPK sebanyak
: 2.550.000 ton
d. Organik sebanyak
: 1.000.000 ton
4. Dukungan Program Lainnya.
a. Alsin Pra Panen, meliputi:
Traktor Roda 2 sebanyak
: 30.000 unit
Traktor Roda 4 sebanyak
: 4.000 unit
Pompa Air sebanyak
: 23.960 unit
Rice Transplanter sebanyak
: 3.733 unit
b. Alsin Pasca Panen, meliputi:
Combine Harvester Besar sebanyak
: 2.702 unit
Combine Harvester Sedang sebanyak : 672 unit
33
Vertical Dryer
: 2 unit
RMU (wilayah Perbatasan)
: 20 unit
RMU Beras Organik
: 1 unit.
c. Penyuluhan.
d. Dan lain sebagainya.
Adapun skenario pencapaian produksi padi tahun 2017,
dijabarkan seperti pada
Tabel 3
berikut.
Tabel 3. Skenario Pencapaian Produksi Padi Tahun 2017
(UPSUS)
No.
Kegiatan
Volume
Kegiatan (Ha)
Luas Tanam
(Ha)
Luas Panen
(ha)
Produktivi
tas (ku/ha)
Produksi
(ton)
I
Tambahan Pengembangan Lahan
198.500
292.240
277.599
1.411.350
1
Pertambahan luas tanam dari Bendungan
Jati Gede
87.840
83.439
62,00
517.323
2
Sodetan sungai Cibuni Kec. Cijati
Kabupaten Cianjur
1.400
1.330
62,00
8.245
3
Rehap Jaringan Irigasi Tersier
100.000
100.000
94.990
54,00
512.946
4
Embung
500
5.000
4.750
45,00
21.373
5
Irigasi Rawa
10.000
10.000
9.499
40,00
37.996
6
Perluasan sawah PSP 2017
88.000
88.000
83.591
37,50
313.467
II
Pengembangan Produktivitas Lahan
1.370.000
1.369.200
1.300.603
7.218.036
1
Padi inbrida (DIPA TP 2017)
731.925
731.925
695.256
54,00
3.754.380
2
Padi hibrida (DIPA TP 2017)
60.000
60.000
56.994
80,00
455.952
3
Mina padi (DIPA TP 2017)
4.000
3.200
3.040
62,00
18.846
4
Padi salibu (DIPA TP 2017)
10.000
10.000
9.499
52,00
49.395
5
Padi Suboptimal/hazton (DIPA TP 2017)
50.000
50.000
47.495
65,00
308.718
6
Pengembangan jarwo super (DIPA TP 2017)
10.000
10.000
9.499
74,00
70.293
7
Pengembangan desa pertanian organik
padi (DIPA TP 2017)
4.000
4.000
3.800
50,40
19.150
8
Bantuan benih padi pusat (DIPA TP 2017)
500.000
500.000
474.950
53,50
2.540.983
9
Pengembangan beras khusus (DIPA TP 2017)
75
75
71
45,00
321
III
Dukungan Lainnya
4.100.000
14.932.738
14.441.817
76.944.502
1
Benih subsidi inbrida
4.000.000
4.000.000
3.799.600
53,50
20.327.860
2
Benih subsidi hibrida
100.000
100.000
94.990
80,00
759.920
4
Reguler/swadaya petani
10.832.738
10.547.227
52,96
55.856.722
5.668.500
34
Sejalan dengan fasilitasi bantuan yang diberikan pemerintah
pada tahun 2017, maka luas areal budidaya padi khususnya
padi inbrida (sawah/tadah hujan/lahan kering) sebesar
731.925 ha dan merupakan areal terbesar pada kegiatan padi
tahun 2017.
Agar upaya ini dapat berhasil maka dukungan dari berbagai
pihak sangat diperlukan melalui gerakan yang luar biasa
antara lain : (1). gerakan pengolahan tanah; (2). gerakan
tanam dan panen serentak; (3). gerakan pemupukan
berimbang; (4). gerakan penerapan teknologi; (5). gerakan
pengendalian OPT; (6). gerakan penanganan panen dan
pasca panen; dan (7). gerakan lainnya melalui dukungan
APBN, APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota serta dana
masyarakat dan
stakeholders
.
Penyuluh Pertanian/PPL, POPT, PBT, Aparat (TNI-AD) tetap
melakukan pengawalan dan pendampingan pada areal tanam
di luar program. Pada prinsipnya semua dana yang ada, dan
dikelola oleh Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota
dan Bakorluh/Bapeluh ditujukan untuk meningkatkan produksi
35
IV. PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2017
Upaya peningkatan produksi padi tahun 2017 diutamakan pada
peningkatan indeks pertanaman (PIP) dan atau perluasan areal
tanam (ekstensifikasi). PIP dilaksanakan di eks kegiatan PAT
Tahun 2015 dan eks kegiatan PAT Tahun 2016. Oleh karena itu,
CPCL pada kegiatan tersebut diatas dapat diusulkan sebagai
penerima kegiatan tahun 2017. Sementara PAT, dilaksanakan di
lokasi yang benar-benar baru yang sebelumnya belum pernah
digunakan untuk pertanaman padi. Seluruh kegiatan wajib
menerapkan teknologi tanam jajar legowo sesuai kondisi di
masing-masing lokasi.
A. Kriteria Calon Petani (CP) Penerima Bantuan
Penerima bantuan pemerintah pada kegiatan budidaya padi
dan pengembangan UPPO adalah: Kelompok Tani/Gapoktan
yang memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Kelompok tani/gapoktan sudah terdaftar di Badan
Pelaksana
Penyuluhan
Pertanian
Perikanan
dan
Kehutanan (BP4K) setempat atau sudah tercatat pada
surat Keputusan (SK) Bupati/Walikota atau diusulkan oleh
Kepala Unit Kerja terkait.
b. Kelompok tani/gapoktan merupakan kelompok yang
dinamis, pro aktif dan bertempat tinggal dalam satu
36
Desa dan atau KCD dan atau Kepala UPTD dan atau
Petugas Lapangan/Penyuluh.
c. Kelompok tani/gapoktan mempunyai kepengurusan yang
lengkap yaitu minimal ada Ketua, Sekretaris dan
Bendahara serta memiliki lahan ataupun penggarap/
penyewa dan mau mengikuti seluruh rangkaian kegiatan.
d. Kelompok
tani/gapoktan
penerima
bantuan
dalam
pelaksanaan kegiatannya, diutamakan pada lahan PIP dan
atau PAT tanaman pangan (lahan sawah irigasi, lahan
sawah rawa, lahan sawah tadah hujan, dan lahan kering)
dan lahan non tanaman pangan seperti lahan inhutani,
lahan transmigrasi, dan lain-lain, sedangkan untuk beberapa
Provinsi/Kabupaten/Kota
yang
arealnya
sangat-sangat
terbatas dan tidak memungkinkan pelaksanaan kegiatan pada
lokasi PIP dan atau PAT, maka dimungkinkan kegiatan
tersebut dialokasikan pada areal eksisting dengan syarat
peningkatan produktivitas menjadi tujuan utama dan
memberikan kontribusi yang signifikan.
e. Kelompok tani/gapoktan pelaksana kegiatan/penerima
bantuan, diseleksi dan ditetapkan oleh PPK melalui Surat
Keputusan dan Surat Keputusan tersebut disahkan oleh
KPA (Satker Mandiri). Apabila Satker melekat di Provinsi
(TP Provinsi) maka penerima bantuan diusulkan oleh
37
ditetapkan oleh PPK melalui Surat Keputusan dan Surat
Keputusan tersebut disahkan oleh KPA (PMK 173 Pasal 8).
f. Kelompok tani/gapoktan penerima bantuan bersedia
melaksanakan kegiatan dengan sebaik-baiknya dan
bersedia menambah biaya pembelian sarana produksi dan
biaya operasional/pendukung lainnya, bilamana bantuan
yang diberikan tidak mencukupi. Seluruh bantuan yang
telah diterima petani pelaksana kegiatan tidak untuk
diperjual belikan.
g. Kelompok
tani/gapoktan
penerima
bantuan
melalui
Mekanisme Transfer Uang, harus memiliki rekening yang
masih berlaku/masih aktif di Bank Pemerintah (BUMN atau
BUMD/Bank Daerah) yang terdekat. Rekening bank
diutamakan berupa rekening bank setiap kelompok tani
namun dapat pula rekening gabungan kelompok tani
(Gapoktan). Jika menggunakan rekening gapoktan,
mekanisme pengaturan antar kelompok tani agar diatur
lebih lanjut oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
atau Kepala Dinas Pertanian Provinsi.
h. Kelompok tani/gapoktan penerima bantuan, membuat surat
pernyataan bersedia dan sanggup menggunakan bantuan
tersebut
sesuai
peruntukannya
dan
sanggup
38
pengembalian, sesuai peraturan perundangan yang
berlaku.
i. Kelompok tani/gapoktan pelaksana kegiatan membuat
Berita Acara (BA) apabila kegiatannya mengalami
Force
Majeure
(ternak mati, puso akibat serangan OPT,
kebanjiran, kekeringan, dan lainnya) yang diketahui oleh
instansi berwenang.
j. Kelompok tani/gapoktan penerima bantuan kegiatan
bersedia untuk melanjutkan kegiatan tersebut pada musim
tanam berikutnya, jika kegiatan tersebut mencapai tujuan;
secara swadaya atau sumber pendanaan lainnya sesuai
peraturan perundangan.
k. Kelompok Tani/gapoktan penerima bantuan budidaya padi
organik/desa pertanian organik, harus memiliki komitmen
mengikuti proses sesuai dengan SNI 6729/2016 dan
Permentan No. 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian
Organik.
l. Kelompok tani/gapoktan penerima bantuan Unit Pengolah
Pupuk Organik (UPPO) diutamakan pada lahan Desa
pertanian Organik tahun 2016, 2017 dan rencana tahun
2018, Desa Organik Swadaya, Desa Organik di Daerah
Perbatasan, lokasi lainnya yang mendukung peningkatan
39
lainnya
sesuai
rekomendasi
dari
Dinas
Pertanian
Kabupaten/Kota/ Provinsi.
m. Penerima bantuan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO)
harus menyediakan lahan sebagai tempat bangunan/
rumah kompos dan kandang yang dikukuhkan dengan
surat pernyataan Hibah Tanah/Hak Guna Pakai atau
dengan perjanjian lainnya.
n. Kelompok tani/gapoktan dibantu petugas lapangan
bersedia membuat laporan sesuai blanko, selanjutnya
dikirimkan ke Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan
tembusan ke Dinas Pertanian Provinsi.
B. Kriteria Calon Lokasi (CL)
Kriteria umum
calon lokasi penerima bantuan pemerintah
kegiatan padi tahun 2017 sebagai berikut :
a. Lokasi dapat berupa persawahan yang beririgasi, sawah
tadah hujan, rawa pasang surut, lebak dan lahan kering
yang masih dapat ditingkatkan indeks pertanamannya (PIP)
dan atau lahan baru (PAT).
b. Diprioritaskan bukan daerah endemis hama dan penyakit,
bebas dari bencana kekeringan, kebanjiran dan sengketa.
40
d. Penetapan lokasi hendaknya memperhatikan kontribusi
peningkatan (
incremental
) produksi yang akan dihasilkan.
Oleh karena itu Dinas Pertanian Kabupaten/Kota perlu
melakukan identifikasi terhadap calon lokasi, dengan
cermat dan akurat serta berkoordinasi dengan pihak-pihak
terkait agar prasyarat dimaksud dapat terpenuhi.
Adapun
kriteria spesifik
dari masing-masing kegiatan padi
adalah sebagai berikut :
1) Budidaya Padi Inbrida (sawah/tadah hujan/lahan kering)
a. Lokasi kegiatan diutamakan pada areal Peningkatan
Indeks Pertanaman (PIP) dan atau areal baru (Perluasan
Areal Tanam). Areal baru dapat melalui pemanfaatan
sawah yang telah dicetak tahun 2014-2016, sedangkan
areal peningkatan indeks pertanaman (PIP) melalui
pemanfaatan jaringan irigasi tersier (JIT) yang telah
direhabilitasi .
b. Lokasi yang belum menerapkan teknologi tanam jajar
legowo secara sempurna.
c. Lokasi kegiatan dapat berupa lahan yang sebelumnya
ditanami selain padi (penggantian komoditas).
d. Lokasi kegiatan memiliki potensi sumber air untuk
memenuhi kebutuhan air selama pertanaman padi
41
2) Budidaya Padi Hibrida
a. Lokasi kegiatan diutamakan pada sawah yang mudah
diatur pengairannya (drainase baik) dan terbiasa
menanam padi setiap tahunnya.
b. Lahan yang secara teknis memenuhi syarat untuk
pengembangan padi hibrida, diperlukan rekomendasi
dari BPTP setempat.
c. Lahan yang masih dapat ditingkatkan produktivitasnya.
3) Budidaya Padi Sub Optimal/Teknologi Hazton
a. Lokasi kegiatan diutamakan pada lokasi baru (Perluasan
Areal Tanam) dan atau Peningkatan Indeks Pertanaman
(PIP) dan atau pada lokasi yang produktivitasnya masih
rendah. Lokasi baru dapat melalui pemanfaatan sawah
yang telah dicetak tahun 2014-2016, sedangkan
peningkatan indeks pertanaman melalui pemanfaatan
jaringan irigasi tersier (JIT) yang telah direhabilitasi.
b. Lokasi kegiatan diutamakan daerah yang rawan
serangan keong emas, produktivitas masih rendah dan
42
4) Budidaya Padi Teknologi Salibu