1
 NTP Sumatera Barat bulan Oktober 2014 tercatat sebesar 100,70 atau naik sebesar 0,52 persen bila dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 100,17 (September 2014). Indeks harga yang diterima petani (It) naik 0,95 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik sebesar 0,42 persen.
 Pada bulan Oktober 2014 NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 100,69 untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTPP), 97,36 untuk Subsektor Hortikultura (NTPH), 100,58 untuk Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR), 102,92 untuk Subsektor Peternakan (NTPT), dan 106,05 untuk Subsektor Perikanan (NTN). Untuk Subsektor Perikanan terbagi menjadi dua, yaitu Subsektor Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya dengan NTP masing-masing sebesar 101,63 dan 107,15.
 Secara regional, di Sumatera Barat pada bulan Oktober 2014 terjadi inflasi di daerah perdesaan sebesar 0,50 persen yang disebabkan oleh semua kelompok pengeluaran, yaitu kelompok Bahan Makanan (0,88%), kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau (0,28%), kelompok Perumahan (0,11%), kelompok Sandang (0,33%) kelompok Kesehatan (0,29%), kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga (0,09%) dan kelompok Transportasi dan Komunikasi ( 0,10%).
No.61/11/13/Th. XVII, 3 November 2014
P
ERKEMBANGAN
N
ILAI
T
UKAR
P
ETANI
,
D
AN
H
ARGA
P
RODUSEN
G
ABAH
A.
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
NTP SUMATERA BARAT OKTOBER 2014 SEBESAR 100,70 ATAU NAIK 0,52%
1. NilaiTukarPetani (NTP)
Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.
2
Tabel1
Nilai Tukar Petani PerSubsektor dan Perubahannya
September 2014 – Oktober 2014
(2012=100)
Kelompokdan Sub kelompok Bulan Persentase September 2014 Oktober 2014 Perubahan
(1) (2) (3) (4) d. Indeks Dibayar Petani 114,09 114,60 0,45 - Indeks Konsumsi RumahTangga 115,95 116,56 0,53 - Indeks BPPBM 108,72 108,94 0,20
2. Hortikultura
a.Nilai Tukar Petani (NTPH) 96,57 97,36 0,82 b.NilaiTukar Usaha Pertanian 103,01 104,08 1,04 c. Indeks Diterima Petani 109,55 110,88 1,21 - Sayur-sayuran 110,92 112,70 1,60 - Buah-buahan 107,20 107,70 0,47
-Tanaman Obat 104,81 106,29 1,41
d. Indeks Dibayar Petani 113,45 113,89 0,39 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 114,99 115,49 0,43 b.NilaiTukar Usaha Pertanian 108,39 108,45 0,05 c. Indeks Diterima Petani 112,69 112,87 0,16 - Ternak Besar 111,12 111,51 0,35 - Ternak Kecil 105,34 106,38 0,99
- Unggas 119,48 118,95 -0,44
3
Kelompokdan Sub kelompok Bulan Persentase September 2014 Oktober 2014 Perubahan
(1) (2) (3) (4) d. Indeks Dibayar Petani 112,31 112,43 0,11 - Indeks Konsumsi RumahTangga 115,38 115,30 -0,07 - Indeks BPPBM 108,16 108,55 0,36
5.b. Perikanan Budidaya
a. Nilai Tukar Petani 106,53 107,15 0,58 b. NilaiTukar Usaha Pertanian 115,19 115,41 0,19 c. Indeks Diterima Petani 116,91 117,81 0,76 - Budidaya Air Tawar 116,91 117,81 0,76 d. Indeks Dibayar Petani 109,75 109,95 0,18 - Indeks Konsumsi RumahTangga 115,57 115,50 -0,06
Bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya pada bulan Oktober 2014 NTP empat subsektor mengalami kenaikan,yaitu Subsektor Tanaman Pangan (0,34) persen, Subsektor Hortikultura (0,82) per-sen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (0,97 persen) dan Subsektor Perikanan (0,62 persen). Sedangkan Subsektor Peternakan mengalami penurunan sebesar 0,20 persen.
2.
Indeks Harga yang Diterima Petani (It)
Indeks harga yang diterima petani (It) dari kelima subsektor menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Oktober 2014 terjadi kenaikan pada indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,95 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 113,39 menjadi 114,46.Meningkatnya nilai It diakibatkan oleh menaiknya nilai It pada lima subsektor, yaitu Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,79 persen, Subsektor Hortikultura sebesar 1,21 persen, SubsektorTanaman Perkebunan Rakyat sebesar 1,46 persen, Subsektor Peternakan sebesar 0,16 persen dan Subsektor Perikanan Sebesar 0,78 persen.
3.
Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.
4 dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu sebesar 0,34 persen. Hal ini dikarenakan meningkatnya indeks harga yang diterima petani sebesar 0,79 persen, Sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,45 persen.
Menaiknya nilai indeks harga yang diterima petani (It) disebabkan oleh peningkatan indeks sub kelompok padi sebesar 1,13 persen. Sementara sub kelompok palawija mengalami penurunan sebesar 0,48 persen. Sementara itu, perubahan indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,45 persen diakibatkan oleh naiknya indeks subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 0,53 persen dan subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,20 persen.
b.
Subsektor Hortikultura (NTPH)
Tidak berbeda dengan bulan sebelumnya, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Hortikultura (NTPH) pada bulan Oktober 2014 mengalami kenaikan sebesar 0,82 persen dari 96,57 menjadi 97,36. Hal ini disebabkan oleh Meningkatnya indeks harga yang diterima petani sebesar 1,21 persen, sekaligus dengan adanya kenaikan pada indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,39 persen.
5
0,47 persen dan subkelompok Tanaman Obat sebesar 1,41 persen. Sementara kenaikan Ib sebesar 0,39 persen disebabkan meningkatnya indeks harga subkelompok Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,43 persen dan indeks subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,17 persen.
c.
Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)
NTPR pada bulan Oktober 2014 mengalami kenaikan sebesar 0,97 persen, yaitu dari 99,61 menjadi 100,58. Meningkatnya nilai NTPR ini disebabkan o2leh naiknya indeks harga yang diterima petani sebesar 1,46 persen, Sementara disisi lain Indeks yang dibayar petani juga mengalami peningkatan sebesar 0,49 persen. Naiknya nilai Ib diakibatkan adanya peningkatan indeks harga pada subkelompok konsumsi rumah tangga dan BPPBM masing-masing sebesar 0,52 persen dan 0,29 persen.
d.
Subsektor Peternakan (NTPT)
NTPT pada Oktober 2014 mengalami penurunan sebesar 0,20 persen, yaitu dari 103,13 menjadi 102,92. Penurunan yang terjadi diakibatkan oleh kenaikan pada indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,16 persen. Sementara disisi lain, indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikanyang lebih tinggi , yaitu sebesar 0,36 persen.
Kenaikan indeks harga yang diterima petani (It) terjadi karena terjadinya kenaikan pada dua subkelompok yaitu : subkelompok Ternak Besar, Ternak Kecil masing – masing sebesar 0,35 dan 0,99 persen. Sementara Subkelompok Unggas dan hasil Ternak mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,44 persen dan 0,35 persen.
e.
Subsektor Perikanan (NTN)
Pada bulan Oktober 2014, Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan (NTN) mengalami kenaikan sebesar 0,62 persen, yaitu dari 105,40 menjadi 106,05. Kondisi ini diakibatkan kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,78 persen, lebih tinggi dibandingkan indeks harga yang dibayar petani yang hanya mengalami kenaikan sebesar 0,17 persen.
Kenaikan nilai It yang cukup tinggi merupakan kontribusi dari kenaikan subkelompok penangkapan ikan yang naik sebesar 0,87 persen dan subkelompok budidaya ikan sebesar 0,76 persen. Untuk indeks yang dibayar petani, kenaikan yang terjadi diakibatkan oleh kenaikan Indeks subkelompok BPPBM sebesar 0,53 persen, sementara subkelompok Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mengalami penurunan sebesar 0,07 persen.
4. Indeks Harga Konsumen Pedesaan
Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Secara regional, Sumatera Barat pada bulan Oktober 2014 terjadi inflasi di daerah perdesaan sebesar 0,50 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
6
Tabel 2
Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Menurut Kelompok Pengeluaran September 2014-Oktober 2014
(2012=100)
Transportasi dan Komunikasi 112,02 112,14 0,10 1.55 1.67
*) Persentaseperubahan IHK Perdesaan Bulan Oktober 2014 terhadap Bulan sebelumnya **) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Oktober 2014 terhadap Bulan Desember 2013 ***) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Oktober 2014 terhadap Bulan Oktober 2013
Laju inflasi pedesaan tahun kalender bulan Oktober 2014 sebesar 5,46 persen, sedangkan nilai inflasi pedesaan tahun ketahun (year on year) sebesar 5,35 persen.
Grafik 2
Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan
7
 Komposisi jumlah observasi dari 99 transaksi harga gabah di tujuh kabupaten di Sumatera Barat selama Oktober 2014, didominasi Gabah Kering Panen (GKP).
 Di tingkat petani, harga gabah tertinggi berasal dari gabah kualitas GKP varietas Cisokan yaitu sebesar Rp 5.550,- per kg yang terjadi di Kabupaten Tanah Datar. Sedangkan harga terendah berasal dari gabah kualitas GKP varietas Ciherang, yaitu senilai Rp 4.100,00- per kg, terjadi di Kabupaten Pasaman.
 Pada bulan Oktober rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani mengalami penurunan sebesar 0,32 persen dari Rp 4.889,52,- per kg (September 2014) menjadi Rp 4.874,06,- per kg ( Oktober 2014), dan di tingkat penggilingan turun 0,31 persen dari Rp 4.981,42,- per kg (September 2014) menjadi Rp 4.966,09,- per kg ( Oktober 2014).
B.
PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH OKTOBER 2014
HARGA GABAH (GKP) DI PETANI TURUN 0,32%
Survei harga produsen gabah berasal dari 99 observasi di tujuh kabupaten di Sumatera Barat, yaitu:
Pesisir Selatan, Solok, Padang Pariaman, Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota, dan Pasaman. Rata-rata
harga gabah di tingkat petani bulan Oktober dibanding bulan September untuk kualitas GKP mengalami
penurunan sebesar 0,32 persen dari Rp 4.889,52 per kg (September) menjadi Rp 4.874,06 per kg
(September). Sementara di tingkat penggilingan harga gabah GKP turun sebesar 0,31 persen dari Rp
4.981,42,- per kg (September 2014) menjadi Rp 4.966,09,- per kg (Oktober 2014).
Tabel 3
Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, Dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Oktober 2014
Kelompok Kualitas
Jumlah Observasi
8
Harga gabah kualitas GKP terendah pada Oktober 2014 di tingkat petani dijumpai di Kabupaten
Pasaman, yaitu sebesar Rp 4.000,- per kg, sedangkan harga terendah di tingkat penggilingan juga terjadi
di Kabupaten Pasaman, yaitu Rp 4.100,- per kg. Sementara harga tertinggi di tingkat petani terjadi di
Kabupaten Tanah Datar , yaitu sebesar Rp5.550,00,- per kg Sedangkan harga tertinggi di tingkat
penggilingan terjadi di Kabupaten Solok yaitu sebesar Rp5.650,00,- per kg.
Tabel 4
Perbandingan Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Sumatera Barat Agustus 2014 s/d Oktober 2014
No. Kabupaten
Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Tingkat Petani (Rp/Kg)
Agt.’14 Sept.’14 Okt.’14 Bulan Okt. 2014 % Perubahan
thdp.Sept. 2014 Agt.’14 Sept.’14
Okt.’14
% Perubahan Bulan Okt. 2014 thdp.Sept. 2014 (1) (2) (5) (5) (5) (6) (8) (9) (9) (10) 1 Pes, Selatan 4.441,45 4.567,76 4.681,26 2,48 4.401,53 4.503,03 4.622,97 2,66
2 Solok 4838,00 5640,60 5289,60 -6,22 4.714,67 5.546,20 5.194,53 -6,34
3 Tanah Datar 4.743,77 5.183,49 5.103,37 -1,55 4.700,43 5.133,49 5.050,43 -1,62
4 Pdg, Prmn. 4.789,04 5.025,00 5.058,04 0,66 4.676,54 4.912,50 4.942,13 0,60
5 Agam 5.058,33 4.760,00 5.040,00 5,88 4.991,67 4.670,00 4.935,00 5,67
6 50 Kota 4.866,33 5.461,43 5.228,67 -4,26 4.771,67 5.321,43 5.120,00 -3,79
7 Pasaman 4.030,00 4.231,67 4.361,67 3,07 3.930,00 4.140,00 4.253,33 2,74
Sumbar 4.680,99 4.981,42 4.966,09 -0,31 4.598,07 4.889,52 4.874,06 -0,32
Grafik 3
Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Tingkat Penggilingan
Sumatera Barat Nov 2012 – Okt 2014
Berdasarkan Inpres No. 3 Tahun 2012 tentang Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh
Pemerintah, telah ditetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang baru yang berlaku sejak tanggal 27
Februari 2012, yaitu untuk gabah kualitas GKP sebesar Rp 3.300,00,- per kg di tingkat petani dan Rp
3.350,00,- per kg di tingkat penggilingan, sedangkan HPP untuk gabah kualitas GKG sebesar
Rp4.150,00,- per kg di tingkat penggilingan. Pada pemantauan bulan April 2014tidak ditemukan kasus
9
Badan Pusat Statistik
Provinsi Sumatera Barat
JlKhatibSulaiman No.48 Padang 25135 Telp. (0751)442158,442159, Fax.(0751)442161 Homepage : http://sumbar.bps.go.idEmail : [email protected]