• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FIQIH SISWA MTS SALAFIYAH KEREK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FIQIH SISWA MTS SALAFIYAH KEREK."

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MODEL

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FIQIH

SISWA MTs SALAFIYAH KEREK

SKRIPSI

Oleh:

MAR’ATUS SHOLIHAH NIM. D21212180

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(2)

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MODEL

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FIQIH

SISWA MTs SALAFIYAH KEREK

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

MAR’ATUS SHOLIHAH D21212180

UINIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SURABAYA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Mar’atus sholihah. Efektifitas Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Fiqih Siswa MTs Salafiyah Kerek.

Pembimbing : Dr. H. Saiful Jazil, M.Ag

Kata Kunci: Model pembelajaran PBL, Prestasi Belajar, Fiqih

Skripsi dengan judul: Efektifitas Implementasi Model Pembelajaran Problem

Based Learning Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Fiqih Siswa MTs Salafiyah Kerek ini menjawab pertanyaan: (1) Bagaimana implementasi model pembelajaran

Problem Based Learning dalam meningkatkan prestasi belajar fiqih siswa di MTs Salafiyah Kerek, (2) Bagaimana prestasi belajar fiqih siswa sebelum dan sesudah

diterapkan model pembelajaran Problem Based Learning di MTs Salafiyah Kerek (3)

Bagaimana efektivitas implementasi model pembelajaran Problem Based Learning

dalam meningkatkan prestasi belajar fiqih siswa MTs Salafiyah Kerek

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) dengan

menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini penulis menyebarkan angket kepada siswa yang angket tersebut berisi tentang penerapan model

pembelajaran problem based learning dan angket tentang prestasi belajar fiqih siswa

serta mengadakan pre-test dan post-test

Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning di MTs. Slafiyah

Kerek sudah dilaksanakan dengan cukup baik.Hal ini terbukti dari hasil analisis angket yang telah disebarkan dan diisi oleh siswa mendapatkan prosentase sebesar 72,4%

Prestasi belajar fiqih siswa sebelum dan sesudah diterapkannya model

pembelajaran problem based learning mendapatkan hasil rata-rata ketercapaian KBK

skor pre-test adalah 80.6 serta nilai rata sebelum penerapan 81.4 dan hasil rata-rata ketercapaian KBK skor post-test 87.09% serta nilai rata-rata-rata-rata sesudah penerapan 87.06.

Dari efektivitas implementasi model pembelajaran problem based learning

dalam meningkatkan prestasi belajar fiqih siswa MTs Salafiyah Kerek. Dapat

diketahui dari perhitungan data yang ada bahwa -ttabel jauh lebih besar dari thitung yakni

(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian... 6

E. Penelitian Terdahulu ... 6

F. Definisi Istilah atau Definisi Operasional ... 8

G. Sistematika Pembahasan ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

A. Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 14

B. Prestasi Belajar ... 26

C. Bidang Studi Fiqih di MTs ... 36

D. Efektivitas Implementasi Model Pembelajaran Problem Based

(9)

... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 45

A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian ... 45

B. Variabel Penelitian, Indikator dan Instrumen Penelitian ... 48

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 50

D. Jenis Data dan Sumber Data ... 51

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

F. Teknik Analisis Data ... 56

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN ... 67

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 67

B. Penyajian Data ... 76

BAB V PENUTUP ... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 103

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 : SK dan KD Pelajaran Fiqih ... 40

Tabel 3.1 : Tabel keterangan variabel X dan variabel ... 48

Tabel 3.2 : Pedoman Rata-Rata Kategori Kemampuan Guru ... 59

Tabel 3.3 : Tabel Penolong Dua Sampel Berkorelasi ... 62

Tabel 3.4 : Tabel penolong untuk mencari nilai korfisien korelasi ... 64

Tabel 4.1 : Profil MTs Salafiyah Kerek ... 68

Tabel 4.2 : Struktur Organisasi Mts. Salafiyah Margomulyo Kerek Kabupaten Tuban Periode 2013 s/d 2016 ... 70

Tabel 4.3 : Sarana Prasarana ... 71

Tabel 4.4 : Data Guru MTs Salafiyah Kerek ... 73

Tabel 4.5 : Data Guru dan Jabatannya ... 73

Tabel 4.6 : Tenaga Kependidikan ... 75

Tabel 4.7 : Data Siswa Tiga Tahun ... 75

Tabel 4.8 : Robel Belajar ... 76

Tabel 4.9 : Data Nilai Pre-test ... 76

Tabel 4.10 : Pengamatan Guru ... 79

Tabel 4.11 : Apakah pernah model pembelajaran PBL diterapkan di sekolah anda ... 81

Tabel 4.12 : Apakah pembelajaran PBL dapat menambah semangat dan gairah anda dalam mengikuti pelajaran fiqih ... 82

(11)

Tabel 4.14 : Apakah anda senang dengan pembelajaran PBL ... 83

Tabel 4.15 : Apakah dengan model pembelajaran problem based

learning anda lebih aktif pada saat pembelajaran

berlangsung ... 83

Tabel 4.16 : Apakah dengan model pembelajaran PBL dapat

meciptakan hal yang baru dalam pelajaran fiqih ... 84

Tabel 4.17 : Apakah dengan model pembelajaran PBL anda sering

mengajukan pertanyaan atau pendapat ... 84

Tabel 4.18 : Apakah model pembelajaran PBL lebih membantu

belajar anda ... 85

Tabel 4.19 : Apakah dengan model pembelajaran PBL lebih

membantu anda dalam memecahkan masalah ... 85

Tabel 4.20 : Apakah dengan model pembelajaran PBL pembelajaran

lebih bermakna ... 86

Tabel 4.21 : Apakah model pembelajaran PBL membantu anda

dalam memahami pelajaran fiqih ... 86

Tabel 4.22 : Apakah anda dapat selalu menjawab dengan baik dan

benar soal-soal ulangan yang diberikan oleh guru ... 87

Tabel 4.23 : Apakah anda dapat menganalisis dengan baik dari apa

yang disampaikan oleh guru atau hasil dari apa yang

anda baca ... 87

Tabel 4.24 : Apakah anda dapat mengatasi kesulitan yang anda

hadapi dalam mengerjakan tugas pelajaran fiqih yang

diberikan oleh guru ... 88

Tabel 4.25 : Apakah anda bersikap sesuai dengan tuntunan agama

Islam ... 88

Tabel 4.26 : Apakah anda lebih mendekatkan diri kepada Allah

(12)

Tabel 4.27 : Apakah anda mampu mengaplikasikan materi yang

diajarkan dalam kehidupan sehari-hari ... 89

Tabel 4.28 : Apakah anda dapat memahami dan menghayati ajaran

Islam secara menyeluruh ... 90

Tabel 4.29 : Apakah model pembelajaran PBL membantu anda

dalam meningkatkan keberhasilan pembelajaran ... 90

Tabel 4.30 : Apakah pelajaran yang mengunakan model PBL dapat

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam

segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan merupakan segala situasi

hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Dengan adanya pendidikan,

manusia dapat mengembangkan kepribadian baik jasmani maupun rohani kearah

yang lebih baik di kehidupannya, sehingga semakin maju masyarakat maka akan

semakin penting adanya pendidikan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.1

Pendidikan juga memegang peran penting dalam mengembangkan potensi

sumber daya manusia secara optimal, karena pendidikan merupakan sarana

investasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian untuk

bekal hidup manusia sesuai dengan kebutuhan zaman agar tidak terjadi

kesenjangan antara realitas dan idealitas. Hal ini sesuai dengan pengertian

pendidikan yakni segala usaha dan pembawaan diri generasi tua untuk

mengalihakan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta

keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkan melakukan fungsi

hidupnya dalam pergaulan bersama dengan sebaik-baiknya.2

1

Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), h. 20 2

(14)

2

Dalam Islam, pendidikan adalah sebuah dasar utama seseorang diutamakan

dan dimuliakan, karena seseorang yang mempunyai ilmu derajatnya di tinggikan

oleh Allah. Hal tersebut sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qur’an al

-Mujadalah ayat 11, berikut ini yang berbunyi:

تاَجَرَد َمْلِعْلا اوُتوُأ َنيِذهلاَو ْمُكْنِم اوُنَمَآ َنيِذهلا ُهَا ِعَفْرَ ي

Artinya: “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara

kamu sekalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.3 (QS, al-Mujadalah : 11).

Dalam pelaksanaan pendidikan, pemerintah telah mengupayakan dan

menyelenggarakan suatu sistem pengajaran Nasional yang diatur dalam

undang-undang 1945. Pasal-pasal yang bertalian dengan pendidikan dalam UUD 1945

yaitu Pasal 31 dan Pasal 32. Pasal 31 berbunyi : Tiap-tiap warga Negara berhak

mendapat pengajaran. Dan ayat 2 yang berbunyi : Pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan

undang-undang.4

Suatu istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal oleh manusia, sejak

mereka telah melakukan aktifitas belajar, oleh karena itu kiranya tidak berlebihan

jika dikatakan bahwa kegiatan belajar itu ada sejak adanya manusia. Belajar

adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang yang

berlangsung seumur hidup, sejak manusia masih bayi hingga ke liang lahat nanti.

3

Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989), h. 910-911.

4

(15)

3

Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya

perubahan tingkah laku di dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut

menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan

keterampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap.5

Persoalannya didalam pembelajaran sekarang adalah bagaimana

menemukan cara yang terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang

dimengerti peserta didik, sehingga peserta didik dapat menggunakan dan

mengingat lebih lama. Bagaimana seorang pendidik dapat berkomunikasi baik

dengan peserta didiknya, dan bagaimana seorang pendidik dapat membuka

wawasan berfikir yang beragam, dan cara mengkaitkannya dalam kehidupan

nyata. Bagaimana seorang guru dengan bijak mampu menggunakan model

pembelajaran yang terbaik dengan cara memecahkan masalah (Problem Solving).

Model Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model

pembelajaran yang melatih dan mengembangkan kemampuan untuk

menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan

actual siswa, untuk merangsang kemampuan berfikir tingkat. Kondisi yang telah

dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi dan demokratis.6

Model pembelajaran Problem based learningdapat digunakan dalam segala

aspek bidang studi, model ini juga cocok digunakan pada bidang studi fiqih.

5

Arif Sadiman. Dkk, Media Pendidikan Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1986), h. 1

6

(16)

4

Karena didalam bidang studi fiqih kerap sekali ditemukannya suatu permasalan

baru sesuai dengan perkembangan zaman. Dan dengan menggunakan metode

pembelajaran problem based learning yang bercirikan adanya permasalahan

nyata sehingga peserta didik dapat berfikir ktritis dan keterampilan memecahkan

masalah serta memperoleh sebuah pengetahuan.

Peneliti memilih pelaksanaan penelitian di MTs Salafiyah Kerek karena

pembelajaran Fiqih disana agar adanya sebuah perubahan yang baru, mengingat

sekarang sudah adanya pergantian kurikulum yang bersifat aktif,

Siswa di tuntut untuk aktif dalam sebuah pembelajaran agar tidak hanya

terfokus pada materi yang di sampaikan oleh guru saja dan agar adanya

penerapan metode pembelajaran yang bervariasi. Adapun proses pembelajaran

fiqih di madrasah masih dominan oleh kegiatan ceramah dan mengererjakan

soal-soal, dan dari sinilah dapat dilihat bahwasanya kemampuan guru fiqih dalam

mengembangkan pendekatan, metode, model dan strategi pembelajaran yang

sesuai masih relatif rendah dan kurang dalam hal rujukan, sehingga materi fiqih

lebih di fokuskan pada ranah kognitif saja, sementara ranah afektif dan

psikomotorik siswa kurang di perhatikan.

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan diatas, peneliti

bermaksud untuk melakukan penelitian sebagai awal pijakan peneliti dalam

(17)

5

Model Pembelajaran Problem Based Learning dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Fiqih Siswa MTs Salafiyah Kerek”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah tersebut sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi model pembelajaran Problem Based Learning

dalam meningkatkan prestasi belajar fiqih siswa di MTs Salafiyah Kerek?

2. Bagaimana prestasi belajar fiqih siswa sebelum dan sesudah diterapkan

model pembelajaran Problem Based Learning di MTs Salafiyah Kerek?

3. Bagaimana efektivitas implementasi model pembelajaran Problem Based

Learning dalam meningkatkan prestasi belajar fiqih siswa MTs Salafiyah

Kerek?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam .penelitian yang akan dilaksanakan yaitu:

1. Mengetahui bagaimana implementasi model pembelajaran Problem Based

Learning dalam meningkatkan prestasi belajar fiqih siswa di MTs Salafiyah

Kerek .

2. Mengetahui adakah perbedaan prestasi belajar fiqih siswa sebelum dan

sesudah diterapkannya model pembelajaran Problem Based Learning di MTs

(18)

6

3. Mengetahui adanya efektivitas implementasi model pembelajaran Problem

Based Learning dalam meningkatkan prestasi belajar fiqih siswa MTs

Salafiyah Kerek.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar

pengambilan kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas siswa.

2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk hasil evaluasi dan dapat

digunakan untuk meningkatkan proses pembelajaran di kelas.

3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai wahana dalam

memperoleh informasi serta menambah wawasan tentang penggunaan model

pembelajaran, dan sebagai bekal dalam perjalanan hidup selanjutnya agar

menjadi guru yang profesional di bidangnya.

E. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan oleh peneliti, ada beberapan

yang membahas topik karya ilmiah yang membahas tentang Implementasi Model

Pembelajaran Problem Based Learning dalam Meningkatkan Prestasi Belajar

Fiqih Siswa Di MTs Salafiyah Kerek. Hanya saja beda dalam jenis

penilitiannya. Ini adalah sebuah skripsi PTK.

Pada penelitian 2014 penggunaan model pembelajaran Problem Based

learning adalah : Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning

(19)

7

Teknik Menyimpan Berbantu Bahan Manipulatif Pada Peserta Didik Kelas II MI

Al Masyhur Kota Pasuruan.

Dan kesimpulan dari penelitian tersebut adalah: Berdasarkan hasil

penelitian ini diperoleh bahwa pembelajaran matematika materi penjumlahan

teknik menyimpan dengan model pembelajaran Problem Based Learningdengan

berbantu bahan manipulatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini

tampak dari hasil post tes siklus I diperoleh ketuntasan klasikal sebesardengan

skor rata-rata 77, menjadi ketuntasan klasikal sebesar 75% dengan skor rata-rata

87 pada tes siklus II, dan mendapat respon sangat positif/sangat kuat dari siswa

dengan rata-rata prosentasenya sebesar 85%. Dengan demikian model

pembelajaran Problem Based Learningberbantu bahan manipulatif dapat

dijadikan alternatif dalam kegiatan pembelajaran khususnya mata pelajaran

matematika pada materi penjumlahan teknik menyimpan pada kelas II Di MI Al

Masyhur Kota Pasuruan pada tahun pelajaran 2014/2015.

Pada tahun 2012 penggunaan model pembelajaran Problem Based learning

adalah : Korelasi Penerapan Model Problem Based Learning Terhadap

Kemampuan Siswa dalam Memecahkan Masalah Pada Mata Pelajaran Fiqih di

MTs NU Berbek Waru Sidoarjo.

Adapun kesimpulannya adalah : Ada korelasi penerapan model problem

based learning terhadap kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada

(20)

8

hasil analisis dan statistik dengan product moment sebesar 0.72 dan dalam

kategori “kuat/ tinggi”.

Penelitian tersebut sama dengan penelitian yang akan di lakukan dalam

penelitian ini, hanya saja dalam segi tujuannya berbeda yaitu dari segi

kemampuan memecahkan masalah, dan dalam penelitian yang akan dilakukan ini

tentang meningkatkan prestasi belajar fiqih siswa.

F. Definisi Istilah atau Definisi Operasional.

Pada bagian ini diberikan definisi-definisi istilah untuk menghindari salah

penafsiran dan agar tidak menimbulkan adanya perbedaan dalam pengertiannya,

maka penulis menjelaskan istilah-istilah sebgai berikut :

1. Implementasi

Implementasi merupakan proses untuk melaksanakan ide, konsep,

kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan

dampak, baik berupa perubahan, pengetahuan, keterampilan maupun nilai

sikap.7

2. Problem Based Learning

Problem Based Learning (PBL) dalam bahasa Indonesia disebut

pembelajaran berbasis masalah (PBM). Pembelajaran berbasis masalah

merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk

7

(21)

9

melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk

menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.

Pengertian pembelajaran berbasis masalah yang lain adalah metode

mengajar dengan focus pemecahan masalah yang nyata, proses dimana

peserta didik melaksanakan kerja kelompok, umpan balik, diskusi yang dapat

berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan dan

laporan akhir. Dengan peserta didik di dorong untuk lebih aktif terlibat dalam

materi pembelajaran dan mengembangkan keterampilan berfikir kritis.

Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan

pembelajaran yang menyajikan masalah konstektual sehingga merangsang

peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran

berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan

masalah dunia nyata (Real World).8

Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan

untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik dari

kehidupan actual siswa, untuk merangsang kemampuan berfikir tingkat

tinggi.9

8

Kementrian Pendidikan dan kebudayaan, Model Pembelajaran Berbasis Masalah, (Badan Pengeambangnan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan).

9

(22)

10

3. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah

menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar pada hakekatnya merupakan

usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memnuhi kebutuhannya. Setiap

kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik akan menghasilkan prestasi

belajar. Bloom dan kawan-kawannya mengelompokkan prestasi belajar

dalam kawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik.10

4. Fiqih

Salah satu materi Pendidikan Agama Islam adalah Fiqih, yaitu ilmu

yang membahas tentang hukum-hukum syari’at yang menyangkut praktek

keagamaan (amaliyah), ubudiyah, mu’amalah, siyasah, dan lain-lain. Yang

jelas semua materi pokok kehidupan manusia seluruhnya di bahas di dalam

pelajaran ini. Sehingga peran pelajaran ini sangat penting sekali untuk di

fahami semua umat islam, dan secara otomatis sejak dini harus di ajarkan dan

diterapkan.11

5. MTs Salafiyah Kerek

MTs Salafiyah Kerek Tuban adalah lokasi Madrasah Tsanawiyah yang

berada di Jalan Tanjung Desa Margomulyo Kec. Kerek Kab. Tuban.

10

Mulyasa, Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 189

11

(23)

11

Dengan demikian yang dimaksud dengan implementasi model

pembelajaran Problem Based Learning adalah untuk penerapan salah satu

model pembelajaran dalam rangka untuk mengetahui prestasi belajar fiqih

antara sebelum dan sesudah diterapkannya model pembelajaran Problem

Based Learning tersebut pada mata pelajaran fiqih.

G. Sistematika Pembahasan BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Kegunaan Penelitian

E. Penelitian Terdahulu

F. Definisi Istilah atau Definisi Operasional

G. Sistematika Pembahasan

BAB II KAJIAN TEORI

A. Model Pembelajaran Problem Based Learning

1. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning

2. Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning

3. Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning

4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based

(24)

12

5. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Problem Based

Learning

B. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

2. Aspek-Aspek Prestasi Belajar

3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar

C. Bidang Studi Fiqih

1. Pengertian Bidang Studi Fiqih

2. Fungsi dan Tujuan Bidang Studi Fiqih

3. Ruang Lingkup Materi Fiqih

D. Peningkatan Prestasi Belajar Fiqih dengan Implementasi Model

Pembelajaran Problem Based Learning

BAB III METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelirian

B. Variabel, Indikator, dan Istrumen Penelitian

C. Populasi dan sampel

D. Jenis Data dan Sumber Data

E. Teknik Pengumpulan Data

F. Tehnik Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN

(25)

13

B. Penyajian Data

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Problem Based Learning

1. Pengertian Model Pembelajaran

Sebelum membahas tentang model pembelajaran, terlebih dahulu

penulis akan mebahas tentang pengertian model. Secara kaffah model diberi

makna sebagai suatu cara atau konsep yang digunakan untuk

mempresentasikan suatu hal, sesuatu yang nyata dan di konversi untuk

sebuah bentuk yang lebih konperhensif.1

Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa model pembelajaran,

seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi:









Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Ayat di atas menjelaskan tentang beberapa model dan strategi yang

digunakan dalam menyampaikan dakwah, diantaranya dengan hikmah dan

1

(27)

15

mau’idzah. Dalam tafsir al-Misbah dijelaskan bahwa hikmah mempunyai

beberapa pengertian. Hikmah diartikan sebagai sesuatu yang bila digunakan

akan mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan yang besar serta

mengahalangi terjadinya mudharat atau kesulitan yang besar.2

Soekamnto berpendapat bahwasanya maksud dari model pembelajaran

adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran

dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.3

Arends berpendapat bahwa model pembelajaran merupakan pengerahan

suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya,

lingkungannya dan sistem pengelolaanya. Istilah model pembelajaran

mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode atau prosedur.

Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yakni rasional teoritis

logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembanganya, landasan

pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar, tingkah laku mengajar

yang diperlukan agar model tersebut dilaksanakan dengan berhasil,

lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu tercapai.4

2

M. Quraisy Syihab, Tafsir Al-Mishbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 386. 3

Ibid., h. 22 4

(28)

16

2. Pengertian Model Problem based learning

Model pembelajaran problem based learning adalah model

pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik

sehingga siswa dapat menyusun pengetahuan sendiri, menumbuhkembangkan

keterampilan yang lebih tinggi dan inquiry, memandirikan siswa dan

meningkatkan kepercayaan sendiri. Model ini bercirikan penggunaan masalah

kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih

dan meningkatkan keterampilan berfikir kritis dan pemecahan masalah serta

mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting, dimana tugas guru harus

menfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan

mengarahkan diri. Pembelajaran berbasis masalah penggunaanya di dalam

tingkat berfikir yang lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah.5

Model Problem based learning atau model pembelajaran berdasarkan

masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewely. Dewasa ini, model

pembelajaran ini mulai ditingkatkan sebab ditinjau secara umum

pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa

situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan

kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan ingkuiri.

Menurut Dewey bahwa belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara

5

(29)

17

stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan

lingkungan.6

Model Problem based learning merupakan model pembelajaran dengan

menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan dunia nyata. PBL

menggunakan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan

konfrontasi terhadap tantangan yang diperlukan dunia nyata, kemampuan

untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan masalah-masalah yang

dimunculkan.

PBL sering dilakukan dengan pendekatan tim melalui penekanan pada

pembangunan keterampilan yang berkaitan dengan keputusan diskusi,

pemeliharaan tim, manajemen konflik, dan kepepimpinan tim. Pada model

pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok atau tim kecil, siswa

bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa

dan guru.

Menurut Howard Barrows dan Kelsaon , PBL adalah kurikulum dan

proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang

menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka

mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belejar sendiri serta

berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan

6

(30)

18

sistematik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan nanti

diperlukan didalam kehidupan sehari-hari.7

Jadi PBL adalah model pembelajaran yang menekankan pada

pemberian masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari kepada

siswa kemudian siswa secara berkelompok mencari alternative solusi

menyelesaikan masalah tersebut.

3. Tujuan Model Problem based learning

Problem based learning (PBL) merupakan model pengajaran yang

bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta

didik memperoleh pengetahuan, berdasarkan karateristik pembelajaran yang

berbasis masalah mempunyai tujuan yaitu:8

a. Mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan memecahkan

masalah

Berbagai ide telah digunakan untuk memberikan cara seseorang

berfikir, tetapi apa sebenarnya yang disebut dengan berfikir. Secara

sederhana berfikir didefinisikan sebagai proses yang melibatkan operasi

mental seperti penalaran. Tetapi berfikir juga diartikan sebagai

7

Wulandari Bekti & Herman Dwi Surjono, Pengaruh Problem-Based Learning terhadap Hasil

Belajar ditinjau dari Motivasi Belajar PLC di SMK, Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 3, Nomor 2, Juni

2013, h. 181 8

(31)

19

kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan

berdasar pada inferensi atau pertimbangan yang saksama.

PBL memberikan dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya

sekedar berfikir sesuai yang bersifat konkret, tetapi lebih dari itu berfikir

terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks. Dengan kata lain PBL

melatih kepada peserta didik untuk memiliki keterampilan berfikir tinggi.

Hakikat kekomplekan dan konsteks dari keterampilan berfikir

tingkat tinggi tidak dapat diajarkan menggunakan pendekatan yang

dirancang untuk mengajarkan ide dan keterampilan yang lebih konkret,

tetapi hanya dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan

pemecahan masalah (problem solving) oleh peserta didik sendiri.

b. Belajar peran orang dewasa yang autentik

Model pembelajaran berdasarkan masalah amat penting untuk

menjembatani gap antara pembelajaran disekolah formal dengan aktiviras

mental yang lebih praktis ynag dijumpai diluar sekolah. PBL memiliki

implikasi sebagai berikut:

1) Mendorong kerja sama dalam menyelesaikan tugas;

2) Memiliki elemen-elemen belajar magang, hal ini mendorong

pengamatan dan dialog dengan orang lain, sehingga secara bertahap

siswa dapat memahami peran orang yang diamati atau yang diajak

(32)

20

3) Melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri, sehingga

memungkinkan mereka menginterprestasikan dan menjelaskan

fenomena dunia nyata dan menbangun pemahaman terhadap

fenomena tersebut secara mandiri.

c. Keterampilan-keterampilan untuk belajar mandiri

PBL berusaha membantu siswa menjadi pembelajaran yang mandiri

dan otonom. Seorang guru yang secara terus menerus membimbing siswa

dengan cara mengarahkan untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan

reward(penghargaan) untuk suatu pertanyaan yang berbobot yang mereka

ajukan, dengan mendorong siswa mencari solusi dari masalah nyata yang

sudah siswa itu sendiri ajukan, maka diharapkan siswa dpat belajar

menyelesaikan tugas-tugas pencarian solusi dari masalah tersebut secara

mandiri dalam hidupnya kelak.

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh model pembelajaran problem

based learning adalah kemampuan siswa untuk berpikir secara kreatif,

analisis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternative pemecahan

masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka

menumbuhkan sikap ilmiah.9

9

(33)

21

4. Karateristik Problem based learning

Model Problem based learning dapat diartikan sebagai rangkaian

aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian

masalah yang di hadapi secara ilmiah. Terdapat tiga ciri utama Problem

based learning.10

a. Merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi

problem based learning ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan

siswa. Problem based learning tidak mengharapkan siswa hanya sekedar

mendengarkan, mencatat, kemuadian menghafal pelajaran, akan tetapi

melalui problem based learning siswa aktif berfikir, berkomunikasi,

mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.

b. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. problem

based learning menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses

pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses

pembelajaran.

c. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir

secara ilmiah. Berfikir dengan menngunakan metode ilmiah adalah proses

berfikir deduktif dan induktif. Proses berfikir ini dilakukan secara

sistematis dan empiris. Sistematis artinya berfikir ilmiah dilakukan

10

(34)

22

melalui tahapan-tahapan tertentu; sedangkan empiris artinya proses

penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

Berdasarkan teori yang dikembangkan Barrow, Min liu menjelaskan

karateristik dari PBL, yaitu :11

a. Learning is student-contered

Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada

siswa sebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh

teori konstruktivisme dimana siswa disorong untuk dapat

mengembangkan pengetahuan sendiri.

b. Authentic problem form the organizing focus for lerning

Masalah yang disajikan kepada siswa asalah masalah yang autentik

sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta

dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti.

c. New information is acquired through self-directed learning

Dalam proses pemecahan maslaah mungkin saja siswa belum

mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya sehingga

siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku

atau informasi lainnya.

d. Learning occurs in small groups

11

(35)

23

Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha

membangun pengetahuan secara kolaboratif, PBL dilaksanakan dalam

kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembegian tugas yang

jelas dan penetapan tujuan yang jelas.

e. Teacher act as fasilitator

Pada pelaksanakan PBL, guru hanya berperan sebagai fasilitarot.

Meskipun begitu harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa

dan mendorong mereka agar mencapai target yang hendak dicapai.

5. Langkah-langkah Problem based learning

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terdiri atas lima

langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan

situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa.

Langkah-langkah tersebut sebagai berikut12

a. Orientasi siswa pada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat

pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih

b. Mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu siswa

mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan

dengan masalah tersebut.

12

(36)

24

c. Membimbing penyelidikan individual dan kelompok. Guru mendorong

siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan

eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membentu siswa

merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan, vidieo,

dan model serta membantu tugas dengan temannya.

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru

membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan

dan proses-proses yang mereka gunakan

6. Kelemahan dan kelebihan

Pemecahan masalah memegang peranan penting terutama agar

pembelajaran berjalan dengan fleksibel. Kalau seorang peserta didik

dihadapkan pada suatu masalag akhirnya bukan sekedar memecahkan

masalah, tetapi juga belajar sesuatu yang baru.

Model pembelajaran berdasarkan masalah memiliki kelebihan dan

kekurangan. Adapun kelebihan dari model pembelajaran problem based

learning adalah:13

a. Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam

situasi nyata.

13

(37)

25

b. Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui

aktivitas belajar.

c. Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada

hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban

siswa dengan menghafal atau menyimpan informasi.

d. Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok.

e. Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan, baik dari

perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi

f. Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri.

g. Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam

kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka

h. Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja

kelompok dalam bentuk peer teaching.

Selain kelebihan tersebut problem based learning juga memiliki

beberapa kekurangan antara lain:14

a. PBL tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru

berperan aktif dalam menyajikan materi.

b. PBL lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu

yang kaitannya dengan pemecahan masalah.

14

(38)

26

c. Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi

akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.

Dengan demikian Seorang guru adalah pendidik yang membelajarkan

siswa, maka guru harus melakukan pengorganisasian dalam penyajian bahan

pembelajaran dengan pendekatan tertentu dan melakukan evaluasi hasil

belajar. Guru yang profesional seharusnya berusaha untuk mendorong siswa

agar mencapai tujuan pembelajaran. Kekurangan-kekurangan yang terdapat

dalam model pembelajaran problem based learning bukan berarti model

pembelajaran tersebut tidak berhasil dalam penerapannya, akan tetapi

seharusnya seorang guru berusaha melakukan inovasi-inovasi baru agar

dalam pembelajaran itu dapat menjadi efektif dan efisien.

B. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Dalam hal prestasi belajar dijelaskan di dalam al-Qur’an bahwasanya

seseorang yang berhasil dalam pendidikannya yang diwujudkan dalam

keberhasilan prestasi belajarnya adalah sebuah dasar utama seseorang

diutamakan dan dimuliakan, karena seseorang yang mempunyai ilmu

derajatnya di tinggikan oleh Allah. Hal tersebut sebagaimana firman Allah

SWT dalam al-Qur’an al-Mujadalah ayat 11, berikut ini yang berbunyi:

(39)

27

Artinya: “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman

diantara kamu sekalian dan orang-orang yang diberi ilmu

pengetahuan beberapa derajat”.15

(QS, al-Mujadalah : 11).

Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah

menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar pada hakekatnya merupakan

usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya.16

Prestasi belajar merupakan sebuah rangkaian kalimat yang terdiri dari

dua kata, yakni, prestasi dan belajar, keduanya mempunyai arti yang

berbeda-beda, adapun menurut beberapa para ahli pendidikan.

a. Drs. Zainal Arifin berpendapat bahwa prestasi adalah kemampuan

keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan satu hal.17

b. Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa prestasi merupakan nilai

pencapaian yang mencerminkan tingkatan-tingkatan siswa sejauh mana

telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan di setiap bidang studi18

c. Syaiful Bakri Djamarah berpendapat bahwa prestasi adalah hasil suatu

kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun

secara kelompok19

15

Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989), h. 910-911

16

Mulyasa, Pengembangan Implementas, Ibid, h. 189 17

Zainal Arifin, Evaluasi Intruksional Prinsip Teknik prosedur, Cet III, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), h. 3

18

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), h. 282 19

(40)

28

Berdasarkan pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

prestasi adalah nilai pencapaian kemampuan keterampilan dan sikap

seseorang dalam suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara

individual maupun secara kelompok

Sedangkan pengertian belajar adalah proses perubahan perilaku dengan

adanya suatu pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan belajar adalah

perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan

maupun sikap.20

Adapun pandangan pengertian belajar dari beberapa ahli dibawah ini.

a. Menurut Slameto, belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh

individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungan.21

b. Menurut Skiner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada

saat seseorang itu belajar, maka responnya menjadi lebih baik.22

c. Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar

berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan,

pengetahuan, sikap, dan nilai.23

20

Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), h.11 21

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 2 22

Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), h. 9 23

(41)

29

Berdasarkan pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar

adalah suatu usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku menjadi lebih baik sehingga setelah belajar seseorang

memiliki keterampilan, pengetahuan sikap dan nilai.

2. Aspek-aspek Prestasi Belajar

Benyamin S. Blomm, membagi kawasan belajar yang disebut juga

sebagai tujuan pendidikan menjadi tiga bagian yaitu :24

a. Aspek kognitif.

Jenis-jenis prestasi belajar bidang kognitif mencakup:

1) Pengetahuan (knowledge), siswa diminta untuk mengenal dan

mengingat kembali materi yang diajarkan.

2) Pemahaman (comprehension), dengan pemahaman, siswa dimimta

untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di

antara fakta-fakta atau konsep

3) Penerapan atau aplikasi (application), siswa dituntut memiliki

kemampuan untuk menseleksi atau memilih suatu abstrasi tertentu.

Secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan

menerapkannya secara benar.

4) Penguraian (analysis), siswa menganalisa suatu hubungan atau situasi

yang kompleks atas konsep-konsep dasar.

24

(42)

30

5) Pemanduan (syintesis), siswa mampu melakukan generalisasi.

6) Penilaian (evaluation), siswa mempunyai kemampuan dalam menilai

atau menyelesaikan problem baik yang bersifat kuantitatif maupun

kualitatif.

Jadi perubahan seorang siswa pada ranah kognitif ini tergantung

pada tingkat kedalaman belajar, Dengan pengertian bahwa perubahan

yang terjadi pada ranah diharapkan seorang siswa mampu melakukan

pemecahan terhadap masalah-masalah yang dihadapinya sesuai dengan

bidang studi yang dihadapinya.

b. Aspek afektif

Pada aspek afektif ini jenis katagori nya adalah sebagai hasil dari

belajar yang mulai dari tingkat dasar sampai yang kompleks, yaitu:25

1) Pandangan atau pendapat (opinion), apabila guru ingin melakukan

evaluasi yang berhubungan dengan afektif siswa, maka susunan

pertanyaan meliputi, ekspresi perasaan atau pendapat.

2) Sikap atau nilai (attitude, value), siswa ditanya mengenai responnya

yang melibatkan sikap atau nilai.

Pada ranah afektif ini diharapkan siswa mampu lebih peka terhadap

nilai dan etika yang berlaku, dalam bidang ilmunya. Adapun perubahan

yang terjadi cukup mendasar, maka siswa tidak hanya menerimanya dan

25

(43)

31

memperhatikan saja, melainkan mampu melakukan satu sistem nilai yang

berlaku dalam bidang ilmunya.26

c. Aspek psikomotorik

Jenis prestasi belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk

keterampilan (skill), dan kemampuan bertindak seseorang. Adapun

tingkatan keterampilan tersebut meliputi:27

1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang sering tidak

disadari karena sudah merupakan kebiasaan).

2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.

3) Kemampuan perspektual termasuk di dalamnya membedakan visual,

membedakan auditif motorik dan lain-lain.

4) Kemampuan di bidang fisik seperti kekuatan, keharmonisan dan

ketepatan.

5) Gerakan-gerakan yang berkaitan dengan skill, mulai dari keterampilan

sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.

6) Kemampuan yang berkenaan non decursive komunikasi seperti

gerakan ekspresif dan interpretatife.

26

Muhibbin dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media Karya Anak Bangsa, 1996), h. 71-72

27

(44)

32

3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar

Belajar merupakan proses daripada perkembangan hidup manusia.

Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan sehingga tingkah

lakunya berkembang menjadi lebih baik. Berhasil atau tidaknya suatu

pembelajaran tergantung pada macam-macam factor yang mempengaruhi.28

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak menurut

pendapat. Drs. Widodo supriyono berpendapat dalam bukunya Psikologi

Belajar, menjelaskan bahwa prestasi belajar yang dicapai seseorang individu

merupakan hasil interaksi antar berbagai factor yang mempengaruhinya

antara lain :29

a. Faktor Internal

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek

yakni:30

1) Aspek Fisiologis

Seorang siswa seharusnya juga memperhatikan kondisi

jasmaninya karena kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot)

yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dapat

28

Abu Ahmad dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Januari: PT Rineka Cipta, 1991), h. 120. 29

Ibid., h. 130. 30

(45)

33

mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam memahami

pelajaran.31

2) Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat

mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran siswa.

Faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang esensial itu

adalah:32

a) Inteligensi Siswa

Menurut Raber yang dikutip Muhibbin Syah disebutkan

bahwa inteligensi dapat diartikan sebagai kemampuan Psikofisik

untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan

lingkungan dengan cara yang tepat.33

Tingkat kecerdasan atau inteligensi atau kecerdasan yang

dimiliki oleh siswa tak dapat diragukan lagi, karna merupakan

wadah bagi kemungkinan tercapainya prestasi belajar siswa.

Dengan demikian, siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang

tinggi akan berhasil dalam pembelajarannya dari pada anak yang

tingkat kecerdasannya rendah.

31

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), h.132

32

Ibid., h.133 33

(46)

34

b) Sikap

Menurut Muhibbin Syah sikap adalah geejala internal yang

berdimensi efektif berupa kecerdasan untuk mereaksi atau

merespons (respone tendency) dengan cara yang relatif tetap

terhadap objek orang, barang dan sebaiknya baik secara positif

maupun negatif.34

Seorang siswa yang memiliki sikap (attitude) yang positif,

terutama pada guru dan mata pelajaran merupakan pertanda awal

yang baik bagi proses belajar anak didik tersebut. Sebaliknya, jika

siswa bersikap negative terhadap guru dan mata pelajaran akan

dapat menimbulkan kesulitan di dalam proses belajar. Oleh sebab

itu, untuk mengantisipasi munculnya sikap negatife siswa, seorang

guru seharusnya mencontohkan sikap yang positif pula terhadap

dirinya sendiri dan mata pelajaran, seperti menghargai dan

mencintai profesinya dengan cara menguasai bahan-bahan ajar

yang terdapat dalam bidang studi yang diberikan dan mampu

menyakinkan kepada siswa tentang manfaat bidang studi bagi

kehidupan mereka. Dengan demikian siswa akan merasa

membutuhkan dan dari perasaan butuh itulah diharapkan muncul

34

(47)

35

sikap positif terhadap bidang studi yang diberikan dan sekaligus

terhadap guru yang bersangkutan.

c) Bakat

Menurut pendapat Chaplin dan Reber yang dikutip oleh

Muhibbin Syah dijelaskan bahwa “ Bakat (talent) adalah

kemampuan potensi yang dimiliki seseorang untuk mencapai

keberhasilan pada masa yang akan datang”. Bakat siswa yang

dapat dikembangkan dan dilatih dengan baik sesuai dengan

potensi yang dimilikinya.35

Dengan demikian bakat siswa itu dapat mempengaruhi

belajar siswa. Khususnya berkenaan dalam keberhasilan atau

prestasi siswa itu sendiri. Seorang anak bisa saja berbakat dalam

satu bidang akan tetapi rendah dalam bidang studi tertentu akan

rajin dan senang mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh

guru bidang studi tersebut.

d) Minat Siswa

Dijelaskan oleh Slameto, minat adalah kecenderungan yang

tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.36

Untuk itu dalam mengembangkan minat siswa maka siswa

itu sendiri harus mempunyai usaha yang besar, dan berusaha

35

Ibid., h. 136 36

(48)

36

untuk mencintai atau suka pada setiap bahan pelajaran yang

diberikan. Sehingga siswa diharapkan dapat mennagkap semua

bahan pelajaran tersebut dengan baik. Minat seperti yang

dipahami oleh orang selama ini berpengaruh besar terhadap

kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang

tertentu.

e) Motivasi Siswa

Menurut Gleman dan Reber yang di kutib oleh Muhibbin

Syah, pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme

yang mendorong untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian

memotivasi berarti termasuk daya untuk bertingkah laku terarah.37

Oleh karena itu, seorang guru seharusnya memberikan

dorongan pada siswa agar dapat belajar.

C. Bidang Studi Fiqih di MTs

1. Pengertian Bidang Studi Fiqih di MTs

Salah satu materi Pendidikan Agama Islam adalah Fiqih, yaitu ilmu

yang membahas tentang hukum-hukum syari’at yang menyangkut praktek

keagamaan (amaliyah), ubudiyah, mu’amalah, siyasah, dan lain-lain. Yang

jelas semua materi pokok kehidupan manusia seluruhnya di bahas di dalam

pelajaran ini. Sehingga peran pelajaran ini sangat penting sekali untuk di

37

(49)

37

fahami semua umat islam, dan secara otomatis sejak dini harus di ajarkan dan

diterapkan.38

Sedangkan menurut azhar fiqih adalah suatu ilmu yang mengkaji

hukum syara’ yaitu perintah Allah yang berkaitan dengan aktifitas muallaf

berupa tuntunan, sepertim, halnya wajib, sunah, makruh, dan haram atau

pilihan yaitu mubah/ketetapan, sebab, syarat, dan mani’ yang semuanya itu

digali dari dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah melalui dalil yang terperinci,

seperti Ijma’, Qiyas dan sebagainya.39

Seperti dijelaskan dalam sebuah hadits dibawah ini :

ا ي ههقفي ارخ هب ه دري نم

نيدل

(

يراخبلا هاور

)

Artinya: ”Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan, maka Dia

akan memberikan pemahaman tentang dien (agama) kepadanya

.”(HR. Imam al-Bukhari).40

Dalam hadits diatas di jelaskan bahwasanya seseorang yang

mempelajari ilmu untuk mengetahui hukum Allah, maka Allah akan

menghendakinya dalam hal kebaikan.

Jadi, mata pelajaran fiqih adalah bagian salah satu mata pelajaran PAI

yang diarahkan untuk menyiapkan siswa memahami dan mengaplikasikan

hukum-hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari, yang kemudian akan

menjadi dasar dari pandangan dalam hidupnya.

38

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Hukum Islam, Ibid, h. 39 39

M. Alzhar, Fikih Kontemporer dalam pandangan Neomodernisme Islam, (Yogjakarta: Lesiska, 1996), h. 4

40

(50)

38

2. Fungsi dan Tujuan Bidang Studi Fiqih di MTs

Adapun fungsi dan tujuan bidang studi fiqih di Mts adalah:41

a. Fungsi Bidang Studi Fiqih di MTs

1) Menyiapkan pengetahuan tentang ajaran Islam dalam aspek hukum,

baik berupa ajaran ibadah maupun muamalah sebagai pedoman

kehidupan untuk mencapai hidup di dunia dan akhirat

2) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mengamalkan ajaran

Islam yang diperoleh pada jenjang pendidikan dasar untuk dapat

berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangan

siswa.

3) Menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun

lingkungan sossial dalam rangka mensyukuri nikmat Allah dengan

cara mengelola dan memanfaatkan lingkungan untuk meningkatkan

kualitas kehidupan sehari-hari.

4) Menanamkan sikap dan nilai keteladanan terhadap perkembangan

syariat Islam.

5) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa kepada Allah SWT

yang telah ditananamkan sejak pendidikan dasar dan pendidikan

ditingkat keluarga agar dapat memperbaiki kesalahan dan kelemahan

dan kekurangan serta mampu menangkal hal-hal negative dari tingkat

41

(51)

39

siswa atau budaya yang dapat membahayakan perkembangan dirinya

menuju manusia Indonesia seutuhnya.

b. Tujuan Bidang Studi Fiqih di MTs

Mata pelajaran Fiqih di MTs bertujuan untuk membekali peserta

didik agar dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam

secara terperinci dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara

terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli, Pengetahuan

dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam

kehidupan pribadi dan sosial, Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan

hukum Islam dengan benar, Pengalaman tersebut diharapkan dapat

menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan

bertanggung jawab yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun

sosialnya.

3. Ruang Lingkup Materi Bidang Studi Fiqih di MTs

Pada mata pelajaran Fiqih dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah

adalah salah satu bagian mata pelajaran agama Islam yang di arahkan untuk

menyiapkan peserta didiknya untuk mengenal memahami, menghayati dan

mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan

hidupnya.42

42

(52)

40

Adapun ruang lingkup fiqih di MTs dalam kurikulum berbasis

kompetensi pokok-pokok materi nya adalah43

a. Hubungan manusia dengan Allah SWT

Hubungan manusia dengan Allah SWT, meliputi materi Thaharah,

Shalat, Zakat, Haji, Aqiqah, Shadaqah, Infaq, Hadiah, dan Wakaf.

b. Hubungan Manusia dengan sesama manusia.

Bidang ini meliputi Muamalah, Munakahat, Penyelenggaraan

Jenazah dan Ta’ziyah, Warisan, Jinayat, Hubbul Wathan dan

Kependudukan.

c. Hubungan manusia dengan alam (selain manusia) dan lingkungan

Bidang ini mencakup materi, Memelihara kelestarian alam dan

lingkungan, dampak kerusakan lingkungan alam terhadap kehidupan,

Makanan dan minuman yang dihalalkan dan diharamkan, Binatang

sembelihan dan ketentuannya.

[image:52.610.145.529.205.496.2]

4. Materi Fiqih di MTs Salafiyah Kerek Tuban

Tabel 2.1

SK dan KD Pelajaran Fiqih di MTs Salafiyah Kerek Tuban

a. Kelas VIII, Semester 1

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

1. Melaksanakan tata cara

sujud

1.1 Menjelaskan ketentuan

sujud syukur dan tilawah

1.2 Mempraktikkan sujud

43

(53)

41

syukur dan tilawah

2. Melaksanakan tata cara

zakat

2.1 Menjelaskan ketentuan

puasa

2.2 Menjelaskan

macam-macam puasa

3. Melaksanakan tata cara

zakat

3.1 Menjelaskan ketentuan

zakat fitrah dan zakat maal

3.2 Menjelaskan orang yang

berhak menerima zakat

3.3 Mempraktikkan

pelaksanaan zakat

b. Kelas VIII, Semester II

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

4. Memahami ketentuan

pengeluaran harta diluar zakat

4.1 menjelaskan

ketentuan-ketentuan shadaqah, hibah dan hadiah

4.2 mempraktikkan shadaqah,

hibah dan hadiah

5. memahami hukum Islam

tentang haji dan umrah

5.1 Menjelaskan ketentuan

ibadah haji dan umrah

5.2 Menjelaskan

macam-macam haji

5.3 Mempraktikkan tata cara

ibadah haji dan umrah

6. Memahami hukum Islam

tentang makanan dan

minuman

6.1 Menjelaskan jenis-jenis

makanan dan minuman

halal

6.2 Menjelaskan manfaat

mengkonsumsi makanan

dan minuman halal

6.3 Menjelaskan jenis-jenis

makanan dan minuman

haram

6.4 Menjelaskan bahayanya

mengkonsumsi makanan

dan minuman haram

6.5 Menjelaskan jenis-jenis

(54)

42

D. Efektivitas Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Fiqih

Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku melaui latihan atau

pengalaman yang menyangkut aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis.44

Sebagaimana yang seudah dijelaskan bahwa model pembelajaran problem

based learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan menghadapi

masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan

untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik dari

kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berfikir tingkat tinggi.

Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negoisasi

dan demokratis.45

Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh

kegiatan belajar, sedangkan belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang

dilakukan seseorang untuk memnuhi kebutuhannya.46

Suatu sistem pembelajaran yang nyaman dan mengasikkan akan

berpengaruh besar pada diri siswa dan akan berdampak positif bagi peningkatan

prestasi belajar siswa. Sebagaimana yang telah disebutkan bahwasanya ada 2

44

Ngalim Purwanto, Psikologi Belajar, (Bandung: PT Rosda Karya, 1990), h. 85 45

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi:Konsep, Karakteristik, Implementasi dan Inovasi, Ibid, h. 130

46

(55)

43

faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor internal dan

ekternal.47

Dalam proses pembelajaran hal ini sangat berpengaruh besar. Kehidupan

identik dengan menghadapi masalah, dan belajar dengan model pembelajaran

PBL melatih dan mengembangkan kemampuan siswa untuk menyelesaikan

masalah dalam kehidupan nyata, selain itu siswa juga belajar untuk berfikir kritis

dan mendapatkan pengalaman belajar. Tidak heran jika pelajaran yang diterima

akan mudah tersimpan dan dingat menjadi sebuah long memory ( daya ingat yang

lama) di otak siswa.

Model pembelajaran PBL penting adanya dalam mata pelajaran fiqih.

Karna dalam mata pelajaran fiqih merupakan bahan kajian yang memuat ide

pokok yang mengarahkan siswa untuk menjadi muslim yang taat dengan

mengenal, memahami dan menghayari dan mengamalkan hukum Islam, yang

kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya.48

Melalui pengajaran, bimbingan dan pengamalan serta pengalaman siswa

sehingga menjadi mulim yang selalu taat dan bertambah keimanannya kepada

Allah SWT.

Dalam belajar mata pelajaran fiqih diperlukan pemahaman yang ekstra

untuk menjadi bekal yang kuat menuju kehidupan yang berkelanjutan,

47

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan,Ibid,h. 132 48

(56)

44

dikarenakan masalah-maslaah didalam fikih akan selalu berkembang sesuai

dengan perubahan zaman.

Materi dalam mata pelajaran fikih merupakan materi menjelaskan tentang

hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama

manusia, dan hubungan manusia dengan alam (selain manusia) dan lingkungan.

Dan semua materi tersebut actual dalam kehidupan sehari-hari siswa.49

Dengan demikian dari penjelasan di atas dapat diisimpulkan bahwa

penggunaan model pembelajaran PBL yaitu hasil yang akan dicapai melalui

penguasaan, pengetahuan dan keterampilan serta pemahaman yang berkaitan

dengan hukum-hukum keseharian dari materi pelajaran fiqih akan berdampak

pada peningkatan prestasi belajar fiqih siswa.

49

(57)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat

kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan keguanaan.1

Metode penelitian berasal dari kata “metode” yang artinya cara yang tepat

untuk melakukan sesuatu, dan “penelitian” adalah suatu langkah sistematis untuk

mendapatkan suatu jawaban dari pertanyaan.2

Dalam setiap penelitian pasti mempunyai tujuan tertentu, adapun penelitian ini

mengambil penelitian yang bersifat pembuktian. Yaitu peneliti ingin membuktikan

apakah dengan implementasi metode pembelajaran problem based learning dapat

meningkatkan prestasi belajar fiqih siswa MTs Salafiyah Kerek.

A. Jenis penelitian dan Rancangan Penelitian

1. Jenis penelitian

Dilihat dari judul penelitian, yakni “Efektivitas Implementasi Model

Pembelajaran Problem based learning dalam Meningkatkan Prestasi

Belajar Fiqih Siswa Mts Salafiyah Kerek” jenis penelitian yang di gunakan

penulis disini tergolong penelitian kuantitatif, karena ini merupakan sebuah

Gambar

Tabel 2.1
Tabel keterangan variabel X dan variabel Y
  Tabel  3.2 Pedoman Rata-Rata Kategori Kemampuan Guru
  Tabel 3.3 Tabel Penolong Dua Sampel Berkorelasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Hasil Uji Validitas Lembar Observasi Untuk Mengukur Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas IV SDN 02

Tidak melaksanakan program/kegiatan Subbidang Olahraga karena Subbidang Seni sudah memenuhi JKEM. JKEM Bidang Seni dan Olahraga

Struktur asal unsur kejadian Manusia Struktur asal unsur kejadian Manusia Organisme Fisik/Biologis Jiwa/Psyche Akalbudi Roh Adam Bani Adam Fenomenon (Bisa diketahui)

Ekowisata adalah wisata berbasis alam yang melibatkan pendidikan, interpretasi dari lingkungan dan dikelola secara berkelanjutan. Perkembangan ekowisata saat ini cukup

Skripsi dengan judul “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Reciprocal Teaching Dengan Metode Mind Map Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMPN 1 Sumbergempol” yang ditulis oleh

[r]

Dalam hal ini suasana belajar mahasiswa DIV bidan pendidik mata kuliah metodologi penelitian klinik adalah cukup mendukung, suasana belajar di kelas merupakan faktor yang

Demikian undangan ini disampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Koba, 25