PERNAPASAN PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE UIN
SUNAN AMPEL SURABAYA DALAM PERSPEKTIF
SUFI
HEALING
DAN MEDITASI
MAHASI SAYADAW
Skripsi
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat
Oleh
ABDUL MUNIF NIM: E01211002
PRODI FILSAFAT AGAMA JURUSAN PEMIKIRAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
PERNAPASAN PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE UIN
SUNAN AMPEL SURABAYA DALAM PERSPEKTIF
SUFI
HEALING
DAN MEDITASI MAHASI SAYADAW
Skripsi
Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1) Ilmu Filsafat Agama
Oleh:
ABDUL MUNIF NIM: E01211002
PRODI FILSAFAT AGAMA JURUSAN PEMIKIRAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Penulisan ejaan Arab dalam Skripsi ini berpedoman pada Panduan Penulisan Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya 2014. Transliterasi dimaksudkan sebagai pengalihhurufan dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Transliterasi Arab-Latin disini ialah penyalinan huruf-huruf Arab dengan huruf-huruf Latin beserta perangkatnya. Tentang pedoman Transliterasi Arab-Latin, dengan beberapa modifikasi sebagai berikut :
No Arab Latin No Arab Latin
1
ا
a 16ط
t}2
ب
b 17ظ
z}3
ت
t 18ع
„4
ث
th 19غ
gh5
ج
j 20ف
f6
ح
h 21ق
q7
خ
Kh 22ك
k8
د
Dan 23ل
l9
ذ
Dh 24م
m10
ر
R 25ن
n11
ز
Z 26و
w12
س
S 27ه
h13
ش
Sh 28ء
„14
ص
s} 29ي
y1. Vokal tunggal (monoftong) yang dilambangkan dengan harakat, ditransliterasikan sebagai berikut:
a. Tanda fathah (
َ
) dilambangkan dengan huruf “a”b. Tanda kasrah ( ِ) dilambangkan dengan huruf “i” c. Tanda dammah ( ِ) dilambangkan dengan huruf “u”
2. Vokal panjang (madd) ditransliterasikan dengan menuliskan huruf vokal disertai coretan horizontal (marcom) diatasnya, contoh: riya>d}ah.
Bunyi hidup dobel Arab ditransliterasikan dengan menggabungkan dua huruf, seperti su>’uz}z}an. Kata yang berakhiran ta>’ marbu>t}ah dan berfungsi sebagai
KATA PENGANTAR
Alh}amdulilla>h dipanjatkan kepada Allah Tuhan semesta alam atas segala kuasaNya sehingga dapat terselesaikannya skripsi dengan judul “PERNAPASAN PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE UIN SUNAN AMPEL SURABAYA DALAM PERSPEKTIF SUFI HEALING DAN MEDITASI MAHASI SAYADAW” ini. S}alawat serta Salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulillah Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikut-pengikutnya yang senantiasa menjadi suri tauladan bagi penulis.
Selain itu, Tugas akhir ini dapat tersusun juga berkat bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak. Disampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait penyusunan, semoga amal baiknya senantiasa diiringi ridho Allah SWT. Untaian terima kasih disampaikan kepada :
1. Prof. Dr. Abd, A‟la, M. A. Selaku Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya. 2. Drs. Muhid, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat. 3. Tasmuji, M. Ag. Selaku Ketua Jurusan Filsafat dan Ilmu Tasawuf
4. Muchammad Helmi Umam, S. Ag. M.Hum. Selaku ketua Prodi Filsafat Agama
5. Loekisno Choiril Warsito, M. Ag. Selaku Dosen Pembimbing yang dengan segenap arahan dan masukan yang bermanfaat hingga terselesaikannya Skripsi ini.
selama menjadi Mahasiswa di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya.
7. Bapak dan Ibu selaku orangtua yang senantiasa menyelipkan harapan mulia kepada anak-anaknya dalam setiap untaian doanya.
8. Serta Pihak lainnya yang olehNya diturut-sertakan membantu menyelesaikan Skripsi ini.
Adapun harapan dari peneliti, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat dan mengenai skripsi ini jelas jauh dari kata sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
ABSTRAK
Abdul Munif: Pernapasan Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel Surabaya dalam Perspektif Sufi Healing dan Meditasi Mahasi Sayadaw. Skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya
Meditasi merupakan sarana untuk mendapatkan keheningan, untuk mendapatkan fokus dan kesadaran yang tinggi dalam mempengaruhi kondisi kejiwaan (psikologis) dan fisik manusia. Meditasi adalah bentuk ritualitas untuk mendapatkan ketenangan yang hakiki, yang punya nilai-nilai guna sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, dan membantu seseorang menemukan potensi-potensi yang terdapat di dalam dirinya.
Sufi healing (pengobatan sufistik) merupakan proses penyembuhan yang mempunyai nilai-nilai yang sama dengan meditasi. Sufi healing telah memunculkan terapi gaya pengobatan tersendiri melalui beberapa tahapan ahwa>l atau maqa>m dalam kajian sufi Islam. Sehingga pengobatan ala sufistik menjadi suatu kajian ilmu pengobatan yang baru dikalangan ahli medis.
Kekayaan budaya khas Nusantara salah satunya tertuang dalam seni beladiri (pencak silat). Persaudaraan Setia Hati Terate Sebuah wujud hasil kebudayaan (cultural product) yang memiliki instrumen meditasi berupa ajaran pernapasan yang memiliki ciri khas tersendiri dan didalamnya terkandung makna-makna yang religius. Peneliti tertarik mengangkat permasalahan tentang pernapasan Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel Surabaya ini, mengembangkan potensi-potensi pesilat melalui mengolah napas, olah jiwa dan olah rasa. Oleh karena itu diperlukan seperangkat perspektif untuk dapat membaca dan memahami masterpiece tersebut.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN ... v
PERSEMBAHAN ... vi
TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... vii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Balakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Tinjauan Pustaka... 8
F. Metode Penelitian... 10
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 12
2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 14
3. Sumber Data ... 15
4. Teknik Pengumpulan Data ... 17
G. Penegasan Judul... 23
H. Sistematika Pembahasan... 25
BAB II SUFI HEALING DAN MEDITASI ... 27
A. Sufi Healing... 27
1. Pengertian Sufi Healing... 27
2. Metode Sufi Healing... 30
3. Fungsi Sufi Healing... 41
B. Meditasi... 44
1. Pengertian Meditasi ... 44
2. Manfaat Meditasi ... 49
C. Meditasi Vipassana... ... 52
1. Biografi Mahasi Sayadaw ... 52
2. Teknik dan Orientasi Meditasi Vipassana ... 56
a. Teknik Meditasi Vipassana... 59
b. Isi atau Content Meditasi Vipasssana ... 60
BAB III
PERNAPASAN PENCAK SILAT PERSAUDARAAN
SETIA HATI TERATE UIN SUNAN AMPEL DALAM
PERSPEKTIF
SUFI HEALING
DAN MEDITASI
MAHASI SAYADAW
...64A. Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate...64
1. Sejarah ... . 64
3. Lima Aspek Dasar ... .. 67
a. Persaudaraan ... 67
b. Olahraga ... 68
c. Beladiri ...70
d. Seni... 71
e. Pembinaan Mental Spiritual (Kerohanian) ... 74
4. Profil UKM Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel Surabaya ... 75
a. Lokasi ... . 75
b. Sejarah ... . 75
c. Agenda ...77
B. Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel Surabaya ... 80
1. Jenis Pernapasan ... 81
2. Manfaat Pernapasan ... 88
3. Waktu dan Tempat Pernapasan ...89
C. Pernapasan dalam Perspektif Sufi Healing... 93
1. Konsentrasi... 91
2. Pengolahan napas... 91
3. Kewaspadaan Diri terhadap Penyakit... 92
4. Relaksasi ... 92
D. Pernapasan dalam Perspektif Meditasi Mahasi Sayadaw ... 93
1. Teknik meditasi ... 93
2. Isi Meditasi (content) . ... 95
BAB IV
PERSAMAAN, PERBEDAAN, DAN TITKSENTUH
Sufi
Healingdan Meditasi Mahasi Sayadaw terhadap
Pernapasan Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan
Ampel
... 98A. Persamaan ... 98
1. Konsentrasi ... 98
2. Pembersihan Batin... 102
B. Perbedaan ... 105
1. Alat Instrumen... 105
2. Objek Konsentrasi ... 112
C. Titik Sentuh ... 116
BAB V PENUTUP ... 119
A. Kesimpulan ... 119
B. Saran ... 120
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meditasi merupakan bagian dari kehidupan spiritual telah dikenal sejak
berpuluh-puluh abad yang lalu. Di tanah air kita, meditasi sudah dikenal sejak
zaman kerajaan, dalam bentuk terpadu yang biasa disebut dengan semedi, bertapa
atau tapabrata. Namun pada waktu itu meditasi hanya diajarkan khusus dan
dilakukan oleh orang-orang yang menganut faham kerohanian tertentu dan ingin
melepaskan kehidupan diri dari dunia.1 Kenyataan ini menunjukkan bahwa
kebudayaan-kebudayaan kuno ternyata telah mengenal suatu cara yang sangat
canggih guna meningkatkan spiritualitas mereka. Hal ini memberi indikasi bahwa
pada dasarnya sejak awal penciptaan, manusia selalu rindu untuk mengenal lebih
dekat apa dan siapa Tuhannya.
Mungkin inilah yang selalu dicari manusia sepanjang sejarah
keberadaannya. Suatu bentuk pencarian yang sampai saat ini, bahkan mungkin
tidak akan pernah merasa puas, itu hanya fatamorgana, kepuasan semu yang
seringkali menyesatkan. Sehingga eksistensi Tuhan merupakan suatu misteri yang
tidak dapat diungkapkan secara eksplisit.2 Akan tetapi sepanjang perjalanan
1
Tjiptadinata Effendi, Meditasi Jalan Meningkatkan Kehidupan Anda, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2003), xiii.
2
2
sejarah manusia, meditasi merupakan metode yang bisa menjadi mediasi yang
aktif untuk menemukan pencarian itu.
Meditasi sesungguhnya merupakan suatu disiplin batin yang akan
membentuk suatu keadaan di mana pola pikir mengarah ke suatu titik tertentu.
Pola dasar meditasi adalah mencapai keseimbangan di dalam hidup.3 Meditasi
mengarahkan orang untuk apa yang direnungkan. Tidaklah berlebihan kalau
meditasi itu perenungan yang khusuk tentang makna kehidupan yang mendalam,
mendengarkan suara Yang Ilahi dengan jiwa, merupakan cara yang umum
dijalankan dan di nilai tinggi diantara jalan ruhani dalam pencarian akan ilham,
kekuatan dan ketenangan religius.4
Manusia diciptakan dengan kesempurnaan jasmani dan rohani, yang
memiliki tujuan dalam hidupnya untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin,
dunia dan akhirat. Untuk mencapai cita-cita hidupnya, selain berusaha, manusia
perlu bermeditasi dan berdoa. Bermeditasi dan berdoa merupakan sarana menjalin
komunikasi dan terpeliharanya hubungan manusia dengan pencipta.5
Cita-cita tidak selamanya tercapai. Kegagalan dalam mencapai cita-cita
ini dapat mengakibatkan frustasi dan stres. Dampak yang ditimbulkan berupa
kehilangan muka dihadapan rekan-rekan atau merasa kehilangan segala-galanya.
Pada orang yang beriman, kegagalan dapat dihadapi dengan tenang, tanpa frustasi
atau stres. Kebaikan diterima sebagai rahmat Tuhan dan keburukan diterima
dengan sabar dan tabah dengan keyakinan bahwa musibah datangnya atas izin
3
Tjiptadinata Effendi, op. cit., 5.
4
Maria Susay Dhavamony, Fenomenologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), 263.
5
3
Tuhan juga, sebagai ujian atas kekuatan iman dan kemantapan akidah.
Demikianlah manifestasi tanda syukur orang-orang beriman, perilaku yang tidak
selamanya manusia sadari.6
Dengan bermeditasi, pikiran-pikiran yang selama ini yang menjadi
beban dilepaskan, seperti: beban pikiran keluarga, beban pikiran kantor, atau
beban pikiran dalam tetangga. Meditasi mengatur pikiran untuk mendapatkan
ketenangan dan kestabilan sehingga organ-organ tubuh kembali berfungsi secara
normal, termasuk saraf. Semua zat yang ada dalam tubuh akan mengalami
homeostasis, berada dalam keadaan dan fungsi yang seimbang sehingga daya
tahan tubuh akan optimal.7
Para sufi membagi meditasi fokusnya pada tiga tahap utama, yaitu:
tahap Takhali, Tahalli, Tajalli. Pertama, tahap Takhali atau tahap pembersihan, tahap a cleansing. Dalam tahap ini, yang dibersihkan adalah pikiran. Hasilnya
adalah no mind. Kemudian, pikiran menjadi bersih, tidak kotor; jinak, tidak liar;
tenang, tidak bergejolak. Pikiran yang demikian sesungguhnya bukan lagi. Ia
sudah mengalami proses daur ulang dan berubah menjadi kesadaran. Kedua, tahap
Tahalli atau tahap pembenahan. Yaitu tahap pembentukan ulang creation of new mind. Ketiga, tahap Tajalli atau tahap pencerahan.8
Meditasi membuat sadar bahwa “Kasih dan Rahmat Allah” berada di
atas segalanya. Meditasi memberdayakan diri untuk menyadari ketidakberdayaan
manusia. Kemudian, terjadi “penyerahan diri kepada kehendak ilahi”. Ia ulangi
6
Ibid., 76.
7
Ibid., 78.
8
4
“terjadi” penyerahan diri sementara ini, penyerahan diri belum total; belum
sempurna; belum “terjadi”. Apa yang mereka „pikir‟ sudah berserah diri, padahal
belum apa-apa; baru “berserah diri” dalam pikiran, dan pikiran tidak bisa
dipegang. Ia tidak memiliki bobot. Berserah diri dalam pikiran sama sekali tidak
bermakna, tidak berarti. Penyerahan diri harus (terbentuk menjadi gerak ragam).
“terjadi” karena sadar akan kasih dan rahmat Allah terjadi karena cinta.9
Terkait persoalan meditasi, Buddhisme (ajaran Buddha) juga
memprioritaskan hubungan antara manusia dengan Tuhan. Agama Buddha yang
dibawa oleh Siddharta Gautama pada abad ke-6 SM. Agama yang lahir dari
proses bertapa, berkhalwat, mengembara untuk mencari kebenaran, menjalani
sikap hidup penuh kesucian, sehingga Siddharta Gautama memiliki sebutan
Buddha.10 Ajaran Buddha mempunyai landasan teologi Ketuhanan Yang Maha
Esa. Dalam hal ini, ketuhanan yang Maha Esa merupakan pencapaian penganut
Buddha yang telah mencapai tingkat tertinggi yaitu pencerahan (nibbana) melalui
prosos bermeditasi.11
Selanjutnya pembahasan tentang meditasi tidak hanya meluas pada
ajaran-ajaran agama saja, karena pemahaman terhadap masalah meditasi juga bisa
dengan berbagai cara. Seperti halnya di Indonesia yang beragam seni dan budaya,
terdapat suatu organisasi pencak silat yang mempunyai konsep meditasi yang
disebut dengan pernapasan. Pencak silat tersebut adalah Persaudaraan Setia Hati
Terate yang termasuk komunitas Ikatan Pencak Silat besar Indonesia (IPSI).
9
Ibid., 16.
10Joesoef Sou‟yb,
Agama-agama Besar di dunia, (Jakarta: Pustaka Al Husna,1983), 72
11
5
Dalam organisasi pencak silat PSHT konsep pernapasan dengan ciri fokus
pada olah atur napas untuk menenangkan pikiran. Ajaran pernapasan merupakan
ajaran yang biasa dipraktekkan dalam agama Buddha yang dikenal dengan
sebutan meditasi. Seorang biksu buddha yaitu Mahasi Syadaw menjelaskan
meditasi (samadhi) merupakan suatu jalan untuk mencapai ketenangan lahir
maupun batin.12 Dalam praktik meditasi ajaran tersebut, Mahasi Sayadaw
menggunakan Metode meditasi vipassana (proses pencerahan).
Dari keterikatan antara terapi tasawuf, meditasi Mahasi Sayadaw dan
ajaran pernapasan Persaudaraan Setia Hati Terate ada titik temu yang menarik
untuk diteliti. Pernapasan yang bersumber dari energi alamiah (udara) memiliki
peranan penting bagi kehidupan manusia. Manusia yang mampu bisa menghayati
napasnya akan mengerti jatidirinya. Dalam pencarian jatidiri manusia akan lebih
dalam mengenal Sang Pencipta alam semesta ini.
Disisi lain, ajaran pernapasan tersebut mempunyai esensi penghubung
akan keberadaan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan jalan pintas
mengungkap eksistensi Tuhan. Ajaran olah napas diibaratkan seperti kehidupan
cacing yang hidupnya di dalam tanah isi tubuhnya juga tanah, dan ikan yang juga
hidupnya di dalam air isi tubuhnya juga air, artinya makhluk hidup selain manusia
juga bisa menyatu dengan sumber kehidupannya masing-masing..13
12
Mahasi Sayadaw, Satipatthana Vipassana Insight ThroughMindfulness, terj. Dharmasurya Bhûmi Mahathera &Muljadi Nataprawira, (Kandy: Buddhist Publication Society, 1990), 2.
13
6
Berdasarkan pembahasan singkat di atas, menurut penulis merupakan hal
yang sangat menarik dalam penelitian tugas akhir yaitu dengan judul “Pernapasan
Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel Surabaya Dalam
Perspektif Sufi Healing dan Meditasi Mahasi Sayadaw ”.
B. Rumusan Masalah
Setelah menganalisa dari penjelasan latar belakang tersebut, maka
peneliti memberikan rumusan masalah sebagai langkah preventif agar tidak terjadi
penyimpangan dalam pembahasan penelitian. Adapun rumusan masalah tersebut
adalah:
1. Apa Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan
Ampel Surabaya dalam Perspektif Sufi Healing dan Meditasi Mahasi
Sayadaw?
2. Bagaimana Persamaan, Perbedaan, dan Titik Sentuh Meditasi Perspektif Sufi
Healing dan Mahasi Sayadaw Terhadap Pernapasan Pencak Silat
Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel Surabaya?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan merupakan arah dan sasaran yang harus dicapai oleh setiap
tindakan. Dengan demikian tujuan memegang peranan yang sangat penting dan
harus dirumuskan dengan jelas, tegas dan mendetil, karena tujuan merupakan
jawaban tentang masalah yang akan diteliti.
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
7
1. Mendeskripsikan Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate
UIN Sunan Ampel Surabaya.
2. Mendeskripsikan Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate
UIN Sunan Ampel Surabaya dalam Perspektif Sufi Healing dan Meditasi
Mahasi Sayadaw.
3. Mendeskripsikan Persamaan, Perbedaan, dan Titiksentuh antara Sufi Healing
dan Meditasi Mahasi Sayadaw dalam Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan
Setia Hati Terate.
D. Manfaat Penelitian
Bila tujuan penelitian dapat tercapai, maka hasil penelitian akan
memiliki manfaat praktis dan teoritis. Dari tujuan diadakannya penelitian ini,
maka adapun manaat penelitian yaitu penelitian ini diharapkan mempunyai
manfaat yang urgen bagi:
1. Aspek Terapan (praktis)
Diharapkan dari penelitian ini, peneliti dapat memperoleh pelajaran
tentang keyakinan bahwa mengenal Tuhan dengan berbagai jalan, salah
satunya yaitu pengembangan Pernapasan yang dikonsentrasikan pada
eksistensi Tuhan.
2. Aspek Keilmuan (teoritis)
Diharapkan mampu memberikan sumbangan pikiran khususnya dalam
mendeskripsikan “Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate
UIN Sunan Ampel Surabaya Dalam Perspektif Sufi Healing dan Meditasi
8
keilmuan Teologi khususnya dan seluruh disiplin keilmuan secara umum,
walaupun dalam bentuk yang sederhana.
E. Tinjauan Pustaka
Pernapasan (meditasi) merupakan kegiatan yang mempunyai banyak
manfaat baik secara fisik maupun batin. Di dalamnya terkandung berbagai nilai
filosofis maupun teologis yang menjadikannya sebagai bentuk budaya khas dan
tak ternilai yang terdapat pada pencak silat asli Indonesia. Kajian tentang
pernapasan (meditasi) mungkin tidaklah jarang meskipun keberadaannya pun
tidak pula mudah untuk ditemukan. Namun hal ini tidak menyurutkan semangat
peneliti untuk bisa lebih mendalam sebagaimana bidang yang digeluti oleh
peneliti (aqidah filsafat). Memang ide dalam tulisan ini berasal dari sebuah
penelitian yang telah terbukukan dan ditunjang oleh beberapa penelitian lain yang
berkaitan dengan yang peneliti bahas, diantaranya:
1. Integrasi Tasawuf dalam Tradisi Kejawen Persaudaraan Setia Hati Terate
Sebuah karya tulis yang termuat dalam jurnal Teosofi: Jurnal Tasawuf
dan Pemikiran Islam Vol. 4, No. 2, Desember 2014 yang ditulis oleh Sutoyo
(STAIN Ponorogo) yang memaparkan tentang ajaran Persaudaraan Setia Hati
Terate yang berkaitan dengan nilai-nilai tasawuf yang termuat dalam berbagai
makna pada simbol-simbol, tradisi, ajaran ke-SH-an Persaudaraan Setia Hati
Terate. Ia menemukan ada sembilanbelas ajaran kejawen Persaudaraan Setia
Hati Terate yang berintegrasi dengan tasawuf.
2. Meditasi sebagai Sarana Mempertajam Intuisi di Lembaga Seni Pernapasan
9
Skripsi, ditulis oleh Zaifuddin Hamzah jurusan Tasawuf dan
Psikoterapi UIN Walisongo Semarang (2015), yang memaparkan tentang
sistem konsep maupun teknik efektivitas meditasi sebagai sarana
mempertajam intuisi yang dipraktekkan di Lembaga Seni Pernapasan Radiasi
Tenaga Dalam dan hasil setelah melakukan meditasi mempertajam intuisi
tersebut. Ia menemukan hasil yang diperoleh dalam latihan meditasi
mempertajam intuisi akan membantu seseorang meraih kesuksesan dengan
mengambil sejumlah keputusan dan langkah yang tepat dan dapat membantu
orang dalam menganalisis semua informasi dalam setiap permasalahan dan
mampu secara akurat menginterpretasikan situasi-situasi yang mungkin
terjadi.
3. Konsep Meditasi Anand Krishna, Studi Atas Manajemen Stres di Anand
Krishna Center Yogyakarta
Skripsi, ditulis oleh M. Arbiyanto Hijriyah jurusan PA UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta (2014), yang memaparkan tentang latihan meditasi
untuk mengolah rasa tegang, cemas dan stres di Lembaga Anand Krishna
Center Yogyakarta. Ia menemukan melalui program manajemen stress di
Anand Krishna Center mampu menjadi pintu masuk untuk melacak jati diri
dan mampu membangkitkan kesadaran spiritual utnuk memposisikan diri
sebagai sebuah kesatuan utuh dari alam semesta.
4. Meditasi Sufistik
Ditulis oleh Sudirman Tebba yang diterbitkan oleh Pustaka Hidayah
10
meditasi dalam tasawuf, seperti zikir, doa, wirid, i‟tikaf, „uzlah, dan
sebagainya. Sebagai salah satu praktik dalam tasawuf meditasi sufistik
merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Selain itu, meditasi
sufistik juga bisa dimanfaatkan manusia untuk menyegarkan hati dan pikiran
dalam meraih kehidupan yang sehat dan bahagia. Ia menemukan bahwa inilah
yang dinamakan meditasi sufistik, yang membedakan dengan praktik
meditasi di luar tasawuf.
Dari beberapa karya tersebut belum terdapat kajian seperti yang hendak
peneliti angkat. Oleh karena itu peneliti berinisiatif untuk mengkajinya lebih
lanjut dengan fokus pada nilai-nilai yang terdapat dalam pernapasan Persaudaraan
Setia Hati Terate. Pernapasan (meditasi) menurut peneliti memiliki peran sentral
dari sekian banyak meditasi yang ada. Tanpa ajaran pernapasan suatu pencak silat
mustahil disebut sebagai pencak silat atau beladiri khas budaya Indonesia. Hal ini
sarat akan nilai budaya, penyembuhan (pengobatan) baik secara psikis, fisik,
maupun batin.
F. Metode Penelitian
Untuk menemukan data tentang meditasi dan teasawuf, maka
digunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Burhan metode adalah aspek
yang sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap berhasil tidaknya suatu
penelitian, terutama untuk mengumpulkan data. Sebab data yang diperoleh dalam
suatu penelitian merupakan gambaran dari obyek penelitian.14
14
11
Menurut Conny R. Semiawan kata metode menunjuk pada suatu tehnik
yang digunakan dalam penelitian seperti, survey, wawancara dan observasi.15
Sedangkan menurut Hasan, metode adalah suatu cara atau jalan. Maka metode
penelitian adalah cara atau jalan yang digunakan dalam penelitian.16 Sedangkan
menurut Irwan Soehartono, metode penelitian adalah cara atau strategi
menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan.17
Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan metode kualitatif.
Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, maka data yang didapat akan
lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga tujuan penelitian
dapat dicapai. Penggunaan metode kualitatif ini, bukan karena metode ini baru,
dan lebih trendi. Dengan metode kualitatif, maka akan dapat diperoleh data yang
lebih tuntas, sehingga memiliki kredibilitas yang tinggi.
Karena menurut Lexy J Moleong, Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain.
Secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah.18
15
Conny R. Semiawan, Metode penelitian Kualitatif Jenis Karakteristik dan Keunggulannya, (Jakarta : PT. Grasindo, 2002), 1.
16
Hasan Fuad dan Koentjaraningrat, Beberapa Asas Metodologi Ilmiah, (Jakarta: Gramedia, 1994), 7.
17
Irwan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1999), 9.
18
12
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data dari kegiatan penelitian,
digunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
a. Pendekatan
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan paradigma
fakta sosial. Fakta sosial dinyatakan sebagai barang sesuatu yang berbeda
dengan ide. Barang sesuatu menjadi objek penyelidikan dari seluruh ilmu
pengetahuan. Ia tidak dapat dipahami melalui kegiatan mental murni
(Spekulatif). Tetapi untuk memahaminya diperlukan penyusunan data riil
diluar pemikiran manusia. Arti penting pernyataan Durkheim terletak pada
usahanya untuk menerangkan bahwa fakta sosial tidak dapat dipelajari
melalui instropeksi. Fakta sosial harus diteliti di dalam dunia nyata ini.19
Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui
pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa
angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara,
catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi
lainnya.20 Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini
adalah ingin menggambarkan realita empirik dibalik fenomena secara
mendalam, rinci dan tuntas.
19
George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 14.
20
13
Dari pendekatan di atas maka peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif. Karena peneliti ingin mencocokkan antara realita empirik
dengan teori yang berlaku dengan menggunakan metode deskriptif.
b. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Menurut Juliansyah Noor, penelitian deskriptif adalah penelitian yang
berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi
saat sekarang.21 Sedangkan menurut Irwan Soehartono, Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran
tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau
gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau
lebih.22
Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam
masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta
situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan,
sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang
berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
Penelitian kualitatif pada hakikatnya ialah mengamati orang dalam
lingkungan sosial atau lingkungan dimana mereka hidup, mengadakan
interaksi, berusaha memahami bahasa dan tafsiran orang lain tentang
21
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 34.
22
14
dunia sekitarnya.23 Dalam penelitian ini yang akan diamati adalah
Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan
Ampel Surabaya dalam Perespektif Sufi Healing dan Meditasi Mahasi
Sayadaw.
Pertimbangan peneliti menggunakan metode kualitatif ini
sebagaimana yang diungkapkan oleh Lexy Moleong24:
1) Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan
dengan kenyataan ganda.
2) Metode ini secara tidak langsung hakikat hubungan antara penelitian
dan responden.
3) Metode ini lebih peka dan menyesuaikan diri dengan manajemen
pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi
lapangan terlebih dahulu untuk meninjau lokasi penelitian. Agar peneliti
dapat mempersiapkan lokasi dan waktu yang tepat ketiaka akan melakukan
penelitian.
a. Lokasi
Lokasi penelitian ini adalah tempat di mana penelitian akan
dilakukan. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Universitas
23
Nasution, Metode Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1988), 5.
24
15
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tepatnya di Unit Kegiatan
Mahasiswa pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate.
b. Waktu
Peneliti pada saat penelitian menggunakan waktu selama tiga bulan
yang dimulai pada tanggal 18 Februari 2016 ketika awal pengajuan
proposal penelitian sampai dengan selesainya penelitian ini. Kemudian
waktu secara rincinya sesuai dengan jadwal penelitian yang telah
ditentukan oleh peneliti sebelumnya.
3. Sumber Data
Dalam penelitian ini penggalian data akan didapat dengan melalui
pendekatan maupun observasi di lapangan dengan cara mengetahui
sumber-sumber datanya diantaranya sebagai berikut:
a. Data Primer
Menurut Nasution data primer adalah data yang dapat diperoleh
lansung dari lapangan atau tempat penelitian. Sedangkan menurut Lofland
bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan
tindakan.25 Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang
diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai para
anggota UKM PSHT UIN Sunan Ampel Surabaya.Peneliti menggunakan
data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang pernapasan PSHT
25
16
UIN Sunan Ampel Surabaya dalam perspektif tasawuf dan meditasi
Mahasi Sayadaw.
Pemilihan responden dilakukan dengan cara purposive sampling
atau pemilihan secara sengaja dengan pertimbangan informan adalah aktor
atau pelaku dalam UKM pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate UIN
Sunan Ampel Surabaya. Informan yang dimaksud adalah Informan yang
terlibat langsung atau yang dianggap mempunyai kemampuan dan
mengerti dalam masalah pernapasan (meditasi) PSHT UIN Sunan Ampel
Surabaya.
Pemilihan Informan dalam penelitian ini dilakukan dengan
beberapa kegiatan wawancara yang terdiri dari:
1. Ketua UKM Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel
Surabaya.
2. Dewan Penasehat UKM Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan
Ampel Surabaya.
3. Anggota kepelatihan dalam UKM Persaudaraan Setia Hati Terate UIN
Sunan Ampel Surabaya.
4. Anggota Kepengurusan UKM Persaudaraan Setia Hati Terate UIN
Sunan Ampel Surabaya.
5. Warga PSHT yang mengabdi kepada UKM Persaudaraan Setia Hati
17
b. Data Sekunder
Menurut Nasution data sekunder adalah data-data yang didapat dari
sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari
surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat perkumpulan, sampai
dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah.26
Data sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari
berbagai organisasi, lampiran-lampiran dari badan-badan resmi seperti
kementrian-kementrian, hasil-hasil studi, tesis, hasil survei, studi historis,
dan sebagainya.
Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat
penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui
wawancara langsung.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam
penelitian,karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan
data agar mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur
yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.
a. Observasi
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap fenomena–fenomena yang dijadikan obyek
26
18
pengamatan.27 Sedangkan menurut Irwan Soehartono secara luas,
observasi atau pengamatan berarti kegiatan untuk melakukan pengukuran.
Akan tetapi, observasi atau pengamatan di sini diartikan lebih sempit yaitu
pengamatan dengan menggunakan indera pengelihatan yang berarti tidak
menggunakan pertanyaan-pertanyaan.28
Observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan
menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk
keperluan tersebut. Dalam kegiatan sehari-hari, Observasi ini digunakan
untuk penelitian yang telah direncanakan secara sistematik tentang
bagaimana Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate UIN
Sunan Ampel Surabaya Dalam Perspektif Sufi Healing dan Meditasi
Mahasi Sayadaw.
b. Wawancara
Menurut Sugiyono, wawancara merupakan teknik pengumpulan
data penelitian secara langsung atau dengan bertatap muka dengan
mengajukan sejumlah daftar pertanyaan kepada responden.29
Sedangkan menurut Juliansyah Noor, wawancara merupakan
saalah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan berhadapan
secara langsung dengan objek. Tetapi dapat juga diberikan daftar
pertanyaan dahulu untuk dijawab pada kesempatan lain.30
27
Puji Mujiono Djaali, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. (Jakrta: Grasindo, 2007), 16.
28
Soehartono, MetodePenelitian, 69.
29
Sugiyono, Memahami Penelitian, 137.
30
19
Jadi hasil pemaparan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara penanya dan
penjawab dengan menggunakan alat yang dinamakan interview
guide (panduan wawancara).
Tujuan peneliti menggunakan metode ini, untuk memperoleh data
secara jelas dan kongkret tentang Tanggapan para pesilat (anggota) PSHT
UIN Sunan Ampel Surabaya dalam persoalan pernapasan. Dalam
penelitian ini, peneliti akan mengadakan wawancara dengan para anggota
PSHT UIN Sunan Ampel Surabaya.
c. Dokumentasi
Menurut Irwan soehartono, dokumentasi merupakan teknik
pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek
penelitian.31
Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis baik berupa karangan,
memo, pengumuman, instruksi, majalah, buletin, pernyataan, aturan suatu
lembaga masyarakat, dan berita yang disiarkan kepada media massa.
Jadi hasil uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan meneliti
catatan-catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan obyek penelitian.
31
20
5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses menyususn data agar dapat ditafsirkan.
Menyusun data berarti menggolongkannya ke dalam pola, tema, atau kategori
tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna kepada analisis,
menjelaskan pola atau kategori, mencari hubungan antara berbagai konsep32.
Dari data yang sudah dikelompokkan berdasarkan kategorisasi
masalah data kemudian dianalisis secara kualitatif. Dalam menganalisa
penelitian kualitatif terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan,
diantaranya:
1. Mengorganisasikan Data
Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui
wawancara mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut direkam
dengan tape recoeder dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan
transkipnya dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman
menjadi bentuk tertulis secara verbatim. Data yang telah didapat dibaca
berulang-ulang agar penulis mengerti benar data atau hasil yang telah di
dapatkan.
2. Pengelompokan berdasarkan Kategori, Tema dan pola jawaban
Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam terhadap
data, perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang
muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan
32
21
pedoman wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis
sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan coding. Dengan pedoman
ini, peneliti kemudian kembali membaca transkip wawancara dan
melakukan coding, melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok
pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat,
kemudian dikelompokan atau dikategorikan berdasarkan kerangka analisis
yang telah dibuat.
Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang
diteliti yaitu tentang Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati
Terate UIN Sunan Ampel Surabaya Dalam Perspektif Sufi Healing dan
Meditasi Mahasi Sayadaw. Peneliti menganalisis hasil wawancara
berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal diungkapkan oleh responden.
Data yang telah dikelompokan tersebut oleh peneliti dicoba untuk
dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata
kuncinya. Sehingga peneliti dapat menangkap pengalaman, permasalahan,
dan dinamika yang terjadi pada subjek.
3. Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada terhadap Data
Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti
menguji data tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam
22
4. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data
Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi
terwujud, peneliti masuk ke dalam tahap penejelasan. Dan berdasarkan
kesimpulan yang telah didapat dari kaitanya tersebut, penulis merasa perlu
mencari suatau alternatif penjelasan lain tentang kesimpulan yang telah
didapat. Sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu ada alternative
penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada kemungkinan terdapat
hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau tidak terfikir sebelumnya. Pada
tahap ini akan dijelaskan dengan alternative lain melalui referensi atau
teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat berguna pada bagian
pembahasan, kesimpulan dan saran.
5. Menulis Hasil Penelitian
Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan
suatu hal yang membantu penulis untuk memeriksa kembali apakah
kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang
dipakai adalah presentase data yang didapat yaitu, penulisan data-data
hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan observasi dengan
subjek dan significant other. Proses dimulai dari data-data yang diperoleh
dari subjek dan significant other, dibaca berulang kali sehinggga penulis
mengerti benar permasalahanya, kemudian dianalisis, sehingga didapat
gambaran mengenai penghayatan pengalaman dari subjek. Selanjutnya
dilakukan interprestasi secara keseluruhan, dimana di dalamnya
23
G. Penegasan Judul
Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman terhadap pokok
bahasan skripsi yang berjudul “Pernapasan Persaudaraan Setia Hati Terate UIN
Sunan Ampel Surabaya dalam Perspektif Sufi Healing dan Meditasi Mahasi
Sayadaw”, maka kiranya perlu untuk dijelaskan apa yang dimaksud dengan judul
tersebut. Pengertian dari istilah-istilah yang terdapat pada judul tersebut sebagai
berikut:
Pernapasan : Dari kata dasar napas merupakan kegiatan /
aktifitas pengolahan, pengaturan napas.
Persaudaraan Setia Hati Terate : Organisasi pencak silat IPSI (Ikatan Pencak
Silat Indonesia)
UIN Sunan Ampel Surabaya : Lokasi penelitian di UKM Pencak Silat
Persaudaraan Setia Hati Terate Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yang
berlokasi di JL. A. Yani 117, Surabaya
60237, Jawa Timur.
Perspektif : Sudut pandang Katherine Miller dalam
bukunya Communication Theories: Perspectives, Processes, and Contexts,
mendefinisikan perspektif sebagai cara atau metode untuk melihat atau mengamati
berbagai fenomena/keadaan/situasi di sekeliling kita. Yang perlu digaris bawahi
adalah bahwa yang dimaksud diatas bukanlah perspektif secara singular tetapi
24
dilihat dari satu kacamata saja. Sebuah teori (e.g komunikasi) dapat dilihat dari
sudut pandang, proses penyaringan dan proses penerangan yang berbeda-beda.
Pilihan perspektif yang diambil seseorang memiliki implikasi pada teori dan
metodologi yang digunakan dan dikuasai serta dipahami seseorang dalam
memahami suatu fenomena atau realitas.33
Sufi Healing : Istilah sufi healing terbentuk dari dua kata
yaitu Sufi dan Healing. Kata sufi sendiri dirujuk pada pengertian seorang atau
lebih, dari hamba Allah yang sedang berupaya untuk mengupayakan orang lain
untuk merasakan lezatnya berhubungan langsung dengan tuhan. Sedangkan
healing, berasal dari kata heal dalam Bahasa inggris yang memiliki tiga makna,
yaitu: Pertama, membuat utuh atau sempurna, memulihkan kesehatan, bebas dari
penyakit. Kedua, menuju suatu akhir atau konklusi (misalnya konflik-konflik
antar perseorangan, kelompok dan sebagainya, yang menyebabkan adanya
pemulihan persahabatan akibat konflik tersebut), menenangkan, rekonsilasi.
Ketiga, bebas dari sifat-sifat buruk, membersihkan, memurnikan.34
Meditasi Mahasi Sayadaw : Meditasi Mahasi Sayadaw yang
diterapkan dalam penelitian ini adalah meditasi vipassana. Vipassana berasal dari
kata “vi” dan “passana” berarti melihat dengan cara yang luar biasa. Asal katanya
“Passana” berarti melihat; imbuhan vi menandakan kekhususan, istimewa. Dengan
demikian, vipassana berarti melihat melampaui apa yang biasa, pandangan terang.
33
Miller Katherine, Communication Theories: Perspectives, Processes, and Contexts
(Texas: A&M University, 2005).
34
25
Vipassana bhavana adalah meditasi untuk mengembangkan pandangan terang guna
mencapai kebijaksanaan dan kesucian serta bebas dari dukkha.35
Disinilah penulis ingin mendeskripsikan pernapasan Persaudaraan Setia
Hati Terate dalam dua sudut pandang yang saling berkaitan dalam kajian meditasi.
Perspektif sufi healing dan meditasi vipassana akan melihat seberapa jauh konsep
pernapasan Persaudaraan Setia Hati Terate dalam dua teori tersebut.
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan yang digunakan dalam penyusunan Laporan
Program Perencanaan dan Perancangan ini adalah:
Bab satu, merupakan Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan
Pustaka, Metode Penelitian, Penegasan Judul, dan Sistematika Pembahasan.
Bab dua, berisikan studi teoritis tentang konsep sufi healing dan
meditasi vipassana olehMahasi Sayadaw.
Bab tiga, berisikan hasil wawacara dan pemaparan tentang Pernapasan
Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati UIN Sunan Ampel dalam perspektif sufi
healing dan Meditasi Mahasi Sayadaw.
Bab empat, berisikan analisa Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan
Setia Hati UIN Sunan Ampel dalam perspektif sufi healing dan meditasi Mahasi
Sayadaw untuk menemukan kesamaan, keberbedaan, dan titik sentuh.
35
26
Bab lima, berisikan tentang kesimpulan sebagai hasil dari penelitian
dan dilanjutkan dengan saran-saran yang sekiranya dapat dijadikan bahan
BAB II
SUFI HEALING
DAN MEDITASI
Dalam meneliti sebuah ajaran pencak silat khususnya Pernapasan
hendaknya menggunakan beberapa sudut pandang, sehingga makna, maksud dan
tujuan dapat diketahui dengan baik. Di antara sudut pandang yang peneliti
gunakan adalah dengan teori sufi healing dan meditasi vipassana. Dibawah ini
akan sedikit diuraikan secara garis besar teori-teori tersebut.
A. Sufi healing
1. Pengertian Sufi healing
Istilah sufi healing terbentuk dari dua kata yaitu Sufi dan Healing.
Kata sufi sendiri dirujuk pada pengertian seorang atau lebih, dari hamba Allah
yang sedang berupaya untuk mengupayakan orang lain untuk merasakan
lezatnya berhubungan langsung dengan tuhan. Sedangkan healing, berasal dari
kata heal dalam Bahasa inggris yang memiliki tiga makna, yaitu: Pertama,
membuat utuh atau sempurna, memulihkan kesehatan, bebas dari penyakit.
Kedua, menuju suatu akhir atau konklusi (misalnya konflik-konflik antar
perseorangan, kelompok dan sebagainya, yang menyebabkan adanya
pemulihan persahabatan akibat konflik tersebut), menenangkan, rekonsilasi.
Ketiga, bebas dari sifat-sifat buruk, membersihkan, memurnikan.37 Kata heal
dalam hal ini ialah suatu penyembuhan yang tidak terbatas pada suatu penyakit
fisik saja, namun juga pada penyakit psikis.
28
Sufi healing (pengobatan sufi) merupakan salah satu cara yang
digunakan oleh para sufi dalam pengobatan dan penyembuhan, dimana
pengobatan dan penyembuhan tersebut menggunakan metode-metode yang
berdasarkan keagamaan yaitu dengan mbangkitkan potensi keimanan kepada
Tuhan, lalu menggerakkannya ke arah pencerahan batin atau pencerahan rohani
yang pada akikatnya menimbulkan kepercayaan diri bahwa Tuhan yang maha
esa adalah satu-satunya kekuatan penyembuh dari penyakit yang dideritanya.38
Psikoterapi Islam (Psikoterapi Sufi) diartikan sebagai suatu proses
pengobatan dan penyembuhan penyakit atau gangguan mental atau kejiwaan,
spiritual (agama), moral maupun fisik dengan melalui bimbingan Al-Qur’an
dan As-Sunnah Nabi Saw.39 Hal ini dapat dipahami bahwa sufi healing (terapi
sufistik) menggunakan Al-Qur’an dan As-Sunah sebagai landasan utamanya.
Sementara, para kaum sufi mengartikan terapi sufistik ialah pengobatan dan
penyembuhan terhadap penyakit fisik, mental, atau kejiwaan, rohani atau
spiritual dengan kerangka pemikiran tasawuf.40
Menurut Amir An-Najar bahwa pengobatan sufistik (Aththib as}-s}ufi)
bukan sekedar teori, tetapi juga bersifat praktis. Mereka menjelaskan kepada
para pasien tersebut jalan menuju kesempurnaan jiwa dengan membangkitkan
ruh keimanan dalam jiwa yang lemah, mengajak mereka membersihkan niat,
memperkuat tekad, menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT dan takwa
kepada-Nya. Para sufi juga menganjurkan mereka untuk memenuhi jiwa
38Gusti Abd. Rahman, Terapi Sufistik untuk Penyembuhan Gangguan Kejiwaan,
(Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012), 5.
39M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling & Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru, 2004), 228.
29
dengan kejujuran, hati dengan keikhlasan, dan perut dengan barang halal.
Kemudian mengajak mereka untuk menerapi jiwa-jiwa yang resah melalui
dhikir yang benar, yang dapat menentramkan jiwa yang lemah dan depresi.41
Sementara, Amin Syukur mendefinisikan sufi healing sebagai suatu
pengobatan atau penyembuhan yang dilakukan dengan menggunakan konsep
sufi. Sufi healing ini bertujuan untuk menjadikan seseorang lebih percaya diri
dan untuk meningkatkan kondisi spiritual seseorang. Dalam proses
penyembuhannya sufi healing menggunakan teori tasawuf sebagai metode
penyembuhannya, yakni: tasawuf akhlaqi yaitu teori yang berorientasi pada
tataran akhla>q (tingkah laku), tasawuf amali yaitu teori yang berorientasi pada
cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan tasawuf falsafi yaitu
suatu teori yang memadukan visi intuitif dan visi rasional dengan
menggunakan metode menggunakan perasaan (dhawq).42
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sufi healing
atau terapi sufistik ialah suatu bentuk pengobatan dan penyembuhan terhadap
penyakit fisik, mental, atau kejiwaan, rohani atau spiritual dengan metode
keagamaan dan juga menggunakan teori tasawuf sebagai metode
penyembuhannya, yakni; tasawuf akhlaqi yaitu teori yang berorientasi pada
tataran akhla>q (tingkah laku), tasawuf amali yaitu teori yang berorientasi pada
cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan tasawuf falsafi yaitu
41Amir An-Najar, Psikoterapi Sufistik Dalam Kehidupan Modern, (Jakarta: Hikmah,
2004), 1.
30
suatu teori yang memadukan visi intuitif dan visi rasional dengan
menggunakan metode menggunakan perasaan (dhawq).
2. Metode Sufi healing
Sufi healing memiliki metode-metode yang bisa digunakan dalam
melakukan proses pengobatan atau penyembuhan, berkaitan dengan hal ini ada
beberapa tokoh yang berpendapat tentang metode-metode sufi healing
(pengobatan sufi) diantaranya yaitu:
a. Menurut Linda O’riordan metode sufi healing meliputi43:
1. Kosentrasi dan Meditasi
Metode ini dilakukan dengan menenangkan pikiran, merilekskan
tubuh dan mencapai pemahaman spiritual dapat diperoleh melalui
praktek-praktek konsentrasi dan meditasi yang dapat dilakukan secara
mandiri. Tehnik-tehnik ini mengembangkan pola perilaku tidak sadar
yang menghasilkan efek-efek positif yang berpengaruh luas pada
fungsi-fungsi psikologis maupun fisiologis.
2. Do’a
Menurut Dadang Hawari mendefinisikan do’a sebagai salah satu
bentuk komitmen keagamaan seseorang. Do’a merupakan permohonan
yang dimunajatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa,
Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Pengampun. Selain itu,
do’a juga suatu amalan dalam bentuk ucapan ataupun dalam hati yang
43Mahfudz Fauzi, “Studi Kritis Psikoterapi Sufistik Dalam Seni Penyembuhan Sufi Karya
Linda O’riordan RN”, (Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi
31
berisikan permohonan kepada Allah SWT, dengan selalu mengingat
nama-Nya dan sifat-Nya.44
3. Dhikir
Menurut Aboe Bakar Atjeh yang merupakan salah seorang
tokoh ulama’ Indonesia menyatakan bahwa dhikir ialah ucapan yang
dilakukan dengan lidah atau mengingat akan tuhan dengan hati, dengan
ucapan atau ingat yang mempersucikan tuhan dan membersihkannya
dari sifat-sifat yang tidak layak untukNya, selanjutnya memuji dengan
puji-pujian dan sanjungan-sanjungan dengan sifat-sifat yang sempurna,
sifat-sifat yang menunjukkan kebesaran dan kemurnian.45 Sementara,
menurut Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shidieqi, Dhikir adalah
menyebut Allah dengan membaca tasbi>h (Subha>nalla>h), membaca
tahli>l (La>ila>haillalla>hu), membaca tahmi>d (Alhamdulilla>hi), membaca
taqdi>s (Quddu>sun), membaca takbi>r (Alla>huakbar), membaca hauqalah
(Hasbiyalla>hu), membaca basmalah (Bismilla>hirrahma>nirrahi>m),
membaca Al-Qura>nul maji>d dan membaca do’a-do’a ma’thur, yaitu
do’a-do’a yang diterima dari Nabi S.A.W.46
4. Kesadaran dan Keawasan
Kesadaran atau keawasan dapat digambarkan sebagai praktik
konsentrasi dari waktu ke waktu. Praktik ini melibatkan oleh
44Syukur, Sufi Healing, 79.
45M. Afif Anshori, Dhikir Demi Kedamaian Jiwa Solusi Tasawuf Atas Problema Manusia Modern, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003). 19.
46Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Dhikir dan Do’a, (Semarang:
32
kemampuan kita untuk terus awas dalam masa sekarang. Latihan
keawasan yang digunakan tasawuf menghasilkan relaksasi yang dalam,
restorasi, tubuh dan pikiran, pemahaman diri dan pengendalian-diri.
5. Keseimbangan Resonansi Magnetik
Keseimbangan Resonansi Magnetik adalah sebuah sistem
latihan yang memanfaatkan kombinasi konsep-konsep berdasar-energi
untuk memperkuat medan elektromagnetik dan untuk meraih keadaan
ekuilibrium yang paling menguntungkan.
6. Visualisasi
Visualisasi adalah penggunaan pikiran dengan sengaja untuk
menciptakan dan memperluas realitas seseorang. Hal ini juga
merupakan metode mengembangkan kesadaran diri dan kendali
terhadap fungsi-fungsi otonomis tubuh, yang membantu dalam proses
penyembuhan. Dalam ilmu tasawuf, tingkat visualisasi adalah aspek
visual mengenali Tuhan dari pengalaman pribadi seseorang. Dalam
meditasi dan doa, kita dapat memohon pertolongan dan petunjuk dalam
melihat, menemui, dan mendengarkan Tuhan dengan bahasa hati.
Penyingkapan sejati terjadi ketika diingatkan tentang ada apa didalam
dunia batin seseorang. Saat penyingkapan ini terjadi, maka seseorang
akan tahu tentang siapa diri kita sebenarnya dan tahu tentang Ilahi dari
33
7. Ekspresi Diri Kreatif
Ekpresi diri dan kreatifitas yang dimunculkan dalam diri
seseorang merupakan suatu bentuk penyangkalan diri yang
menyebabkan sakit, baik secara fisik maupun psikis. ekspresi diri dapat
mencegah adanya penyakit, khususnya kemurungan, depresi, dan
pesimis. Ekspresi adalah lawan dari depresi. Dan bila ekspesi muncul,
kita menerima hubungan dengan arus kreatif kita, dan memungkinkan
diri kita menjadi sebuah kendaraan untuk kekuatan kreatif
b. Menurut Hakim Mu’inuddin Chisyti.47
1. Puasa
Puasa merupakan salah satu bentuk ibadah keagamaan yang
dilakukan sebagai upaya untuk mendekatakan diri kepada Allah Swt.
Selain itu puasa juga memiliki fungsi untuk melatih diri agar tetap
terkendali dari sifat-sifat emosi, sombong dan sifatsifat buruk yang
berkaitan dengan rohani dan untuk manfaat puasa pada fisik adalah
menjaga dari naiknya kadar lemak dan zat asam dalam tubuh, dan dapat
mengobati berbagai penyakit yaitu: menghilangkan kelebihan lemak
dalam badan, kencing manis, mengurangi ketegangan urat saraf,
mengurangi sakit sendi.
47Puji Lestari, 2004, “Terapi Sufistik, Menurut Syaikh Hakim Mu’inuddin Chisyti Dalam
34
2. Shalat
Menurut Amin Syukur, shalat ialah aktivitas fisik dan psikis.
Artinya ialah apabila seseorang melakukan ibadah shalat, berarti ia
memadukan antara aktivitas fisik dan psikis secara bersamaan. Ketika
tubuh bergerak, maka otak memegang kendali, dan ingatan akan tertuju
pada bacaan dan jenis gerakan, dan dalam waktu yang sama pula hati
mengikuti dan membenarkan tindakan tersebut.48
3. Do’a
Kata do’a, menurut bahasa artinya permohonan atau panggilan.
Sedangkan menurut istilah shar’i, berarti meminta pertolongan kepada
Allah SWT, berlindung kepada-Nya dan memanggil-Nya, demi
mendapatkan manfaat atau kebaikan dan menolak gangguan atau
bala’.49
4. Membaca Al-Qur’an
Metode ini dilakukan sebagai media olah pernapasan, menurut
Syaikh Ghulam Moinuddin yang dikutip Mustamir Pedak dalam
bukunya Qur’anic Super Healing, yang menyatakan bahwa alam
pernapasan memiliki hubungan penting dengan kesehatan:50
a. Napas adalah perantara yang dengan kehendak Allah kita
dilahirkan.
48 Syukur, Sufi Healing, 82. 49Ibid., 79
50Pedak, Mustamir, Qur’anic Super Healing Sembuh dan Sehat Dengan Mukjizat
35
b. Napas tanggung jawab terhadap penyampaian sifat-sifat Tuhan dari
jantung ke berbagai pusat pikiran, tubuh dan jiwa.
c. Napas menciptakan keseimbangan dan keharmonisan temperatur
tubuh.
d. Napas membawa unsur-unsur pendukung kehidupan dari luar tubuh
ke fungsi-fungsi fisiologis dalam tubuh.
5. Dhikir
Secara etimologi, dhikir berasal dari bahasa Arab, yaitu
dhakara, yadhkuru, dhikran yang berarti menyebut, mengingat.51
Sedangkan, dalam kamus besar Bahasa Indonesia, dhikir mempunyai
arti puji-pujian kepada Allah yang diucapkan secara berulang.52 Secara
sederhana, dhikir dapat diartikan sebagai upaya untuk mengingat
hAllah (Dzikrullah) dengan menyebut asma’ Allah secara
berulang-ulang.
c. Amin Syukur dalam bukunya Sufi healing menyebutkan bahwa metode sufi
healing diantaranya yaitu:53
1. Dhikir
Dhikir berarti mengingat, menyebut, mengucapkan,
mengagungkan dan mensucikan. Maksud dari mengingat, menyebut,
mengucapkan, mengagungkan dan mensucikan Allah dengan
51Baidi Bukhori, Zikir Al-Asma’ Al-Husna; Solusi Atas Problem Agresivitas Remaja,
(Semarang: Syiar Media Publishing, 2008), 50.
52Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka. Cet III. 1990), 1.018.
36
mengulan-ulang salah satu nama-Nya atau kalimat keagungannya.
Dhikir yang hakiki adalah sebuah keadaan spiritual dimana seseorang
yang meningat Allah (Dhakir) memusatkan segenap kekuatan fisik dan
spiritualnya kepada Allah, sehingga seluruh wujudnya bisa bersatu
dengan Yang Maha Mutlak. Ini adalah amalan dasar dalam menempuh
jalan sufi.54
Menurut Aqil Siroj Dhikir berorientasi pada penataan hati atau
qolb. Qolb memegang peranan dalam kehidupan manusia karena baik
dan buruknya aktivitas manusia sangat tergantung pada kondisi qolb.55
Menurut Amin Syukur, ada beberapa macam cara berdhikir, yaitu
dhikir z}ahir (suara keras), dhikir sirr (suara hati), dhikir ruh (suara
roh/sikap dhikir), dhikir afirmasi, dan dhikir pernapasaan. Model dhikir
yang terakhir ini bermanfaat untuk proses penyembuhan penyakit
fisik.56
2. Do’a
Menurut Dadang Hawari, do’a adalah permohonan yang
dimunajatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha
Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pengampun dan Maha Penyembuh.57
54Sudirman Tebba, Meditasi Sufistik, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2004), 79.
55Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, Mengdepankan Islam Sebagai Inspirasi Bukan Aspirasi, (Bandung: Mizan, 2006), 87-88.
56Syukur, Sufi Healing, 4-5.
57Dadang Hawari, Ilmu Kedokteran Jiwa dan Ksehatan Jiwa, (Yogyakarta: PT. DANA
37
3. Shalat
Menurut A. Hasan Ash-Shiddieqy (1983) bahwa prkataan shalat
dalam bahasa Arab berarti do’a memohon kebajikan dan pujian,
sedangkan secara hakekat mengandung pengertian “berhadap” hati
(jiwa) kepada Allah dan mendatangkan takut kepada-Nya, serta
menumbuhkan dalam jiwa rasa keagungan, kebesaran- Nya dan
kesempurnaan kekuasaan-Nya.58
4. Membaca s}ala>wat
S}ala>wat adalah bentuk pertalian kasih sayang kita kepada Nabi
Muhammad SAW, sekaligus ucapan terima kasih kita kepada beliau
atas jalan terang dari Allah SWT yang telah beliau tunjukkan. Jika kita
ber s}ala>wat kepada beliau, maka kita akan termasuk orang-orang yang
akan dido’akan dan dilindungi oleh beliau diakhir nanti. Dan hal inilah
yang sering disebut dengan syafa>’at yang artinya pertolongan. S}ala>wat
juga bisa diartikan sebagai bentuk dhikir dengan cara lain, yaitu dengan
jalan memohonkan ampun dan rahmat bagi Rasulullah SAW.59
5. Mendengarkan musik
Musik yang dimaksud dalam sufi healing ini ialah nada-nada
yang indah dalam rangka mengagungkan Allah SWT. Dalam hal ini,
bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an, suara azan, dan dhikir jahr
dikategorikan sebagai terapi musik. Hal ini dijelaskan oleh Ahmad
58Sentot Haryanto, Psikologi Shalat Kajian Aspek-Aspek Psikologis Ibadah Shalat,
(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2005), 35.
38
Ghazali bahwa dengan mendengarkan musik (al-sama’) dapat
memberikan beberapa manfaat, diantaranya yaitu:60 pertama, dapat
menghilangkan sampah batin dan sekaligus dapat melahirkan dampak
penyaksian terhadap Allah di dalam hati. Kedua, dapat menguatkan hati
(qalb) dan cahaya rohani (sir). Ketiga, dapat melepaskan seorang sufi
dari berbagai urusan yang bersifat lahir serta membuat seorang sufi
cenderung untuk menerima cahaya dan rahasia-rahasia batin. Keempat,
mendengarkan musik dapat menggembirakan hati dan roh. Kelima,
mendengarkan musik dapat menyebabkan ekstasi dan tertarik kepada
Allah serta dapat menampakkan rahasia-rahasia ketuhanan.
Menurut Amin Syukur, selain dari kelima metode tersebut ada
pula amalan-amalan lain yang dijadikan sebagai metode sufi healing
seperti puasa dan olah spiritual yang dilakukan oleh para sufi dalam
maqa>mat dan ahwa>lnya. Menurut Abu Nasr ath-Thusi (w.378 H/988
M) dalam Huda menjelaskan bahwa maqa>matialah kedudukan seorang
hamba di hadapan Allah yang berhasil diperolehnya melalui ibadah,
perjuangan melawan hawa nafsu (jiha>d an-nafs), sebagai latihan
spiritual (riya>d}ah), dan penghadapan segenap jiwa raga (intiqa>’) kepada
Allah.61 Menurut Al-Qusyairi, dalam bukunya “Ar-Risa>lah
Al-Qus}airiyyah” membagi tingkatan maqa>mat sebagai berikut: taubah,
muja>hadah, kha>lwah, uzlah, taqwa>, wara>’, zuhu>d, khauf, raja>’, qana>’ah,
60Abdul Muhaya, Bersufi Melalui Musik Sebuah Pembelaan Musik Sufi Oleh Ahmad al-Ghazali, (Yogyakarta: Gama Media, 2003), 95-97.
61Sokhi Huda, Tasawuf Kultural Fenomena Shalawat Wahidiyah, (Yogyakarta: PT. LKIS
39
tawaka>l, shuku>r, s}abr, mura>qabah, rid}a>, ikhla>s, dhikir, faqr, mahabbah,
dan shauq. Sedangkan menurut al-Ghazali merumuskan maqamat
sebagai berikut: taubah, s}abr, shuku>r, khauf, raja>’, tawaka>l, mahabbah,
rid}a>, ikhla>s, muha>sabah, dan mura>qabah.
Ahwa>l ialah bentuk jama dari Ha>l yang artinya keadaan mental
(mental states) yang dialami oleh para sufi di sela-sela perjalanan
spiritualnya. Ahwa>l merupakan anugerah dan rahmat dari Tuhan.
Dengan demikian, dapat diartikan bahwa maqa>mat dapat diperoleh
melalui usaha manusia, sedangkan ahwa>l merupakan suatu anugerah
dan rahmat dari Allah SWT. Dalam hal ini, istilah-istilah dalam ahwal
ialah khauf (takut), raja>’ (optimis), shauq (rindu), dan uns (keakraban
atau keintiman), mahabbah(cinta), yaqi>n(percaya).62
Menurut kaum sufi dalam mencapai maqa>mat dapat ditempuh
melalui tiga fase kesufian diantaranya yaitu: pertama, fase takhalli>ialah
mengosongkan atau membersihkan diri dari sifat-sifat tercela dari
maksiat lahir dan batin. Diantara sifat-sifat tercela yang dapat
mengotori jiwa (hati) manusia ialah hasad (dengki), hiqd (rasa
mendongkol), su>’uz}z}an (buruk sangka), takabbu>r (sombong), ‘uju>b
(membanggakan diri), riya>’ (pamer), bukhl (kikir), dan ghadab
(pemarah). Kedua, fase tahalli>ialah mengisi atau menghiasi