• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL PEMAHAMAN KONSEP PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGUNAKAN METODE EKSPOSITORI DENGAN BANTUAN MEDIA FLASH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL PEMAHAMAN KONSEP PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGUNAKAN METODE EKSPOSITORI DENGAN BANTUAN MEDIA FLASH."

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGUNAKAN

METODE EKSPOSITORI DENGAN BANTUAN MEDIA

FLASH

SKRIPSI

Oleh :

ASMUDIK NIM. D74211055

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Salah satu masalah dalam pembelajaran matematika adalah rendahnya pemahaman konsep siswa. Penyebab rendahnya pemahaman konsep adalah dari siswa sendiri maupun dari metode yang diajarkan oleh guru. Oleh karena itu salah satu upaya meningkatkan pemahaman konsep siswa dapat dilakukan dengan metode ekspositori yaitu pemberian contoh-contoh latihan soal kepada siswa. Disisi lain diperlukan media flash agar pembelajaran lebih optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pemahaman konsep siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan metode ekspositori dengan bantuan media flash.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini diambil dari siswa kelas II SD Khazanah Ilmu Sidoarjo yang dipilih berdasarkan pertimbangan guru terkait kemampuan komunikasi siswa berjumlah 3 orang. Pengumpulan data dengan tes tertulis dan wawancara. Tes dan wawancara dianalisis berdasarkan indikator pemahaman konsep menurut NCTM, yaitu mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan, mengidentifikasi dan membuat contoh dan bukan contoh, mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan, mengidentifikasi dan membuat contoh dan bukan contoh, menggunakan model, diagram dan simbol-simbol untuk mempresentasikan suatu konsep, mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lainnya, mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep, mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep, membandingkan dan membedakan konsep-konsep.

Setelah dilakukan deskripsi dan analisis data, didapatkan hasil sebagai berikut: Kemampuan pemahaman konsep subjek pada pembelajaran matematika mengunakan metode ekspositori dengan bantuan media flash dikategorikan cukup

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Batasan Penelitian ... 4

F. Definisi Operasional ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pemahaman Konsep ... 7

B. Pembelajaran Matematika ... 10

C. Metode Belajar Ekspositori ... 12

D. Media Flash ... 17

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 23

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

C. Subjek Penelitian ... 23

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 24

E. Keabsahan Data ... 26

F. Teknik dan Analisis Data ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 32

B. Analisis Data Hasil Penelitian ... 92

BAB V PEMBAHASAN ... 109

BAB VI PENUTUP A. Simpulan ... 113

(8)

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1. Subjek penelitian ... 24

3.2. Daftar validator instrumen penelitian ... 26

3.3. Rubrik analisis pemahaman konseb ... 28

3.4. Kategori pemahaman konsep ... 30

4.1. Analisis pemahaman konsep subjek S1 ... 95

4.2. Analisis pemahaman konsep subjek S2 ... 100

(10)

DAFTAR GAMBAR Gambar

4.1. Jawaban tes tertulis subjek S1 no.3 ... 32

4.2. Jawaban tes tertulis subjek S1 no.10 ... 32

4.3. Jawaban tes tertulis subjek S1 no. 1 dan no. 2 ... 34

4.4. Jawaban tes tertulis subjek S1 no. 7 dan no. 8 ... 34

4.5. Jawaban tes tertulis subjek S1 no. 14 ... 36

4.6. Jawaban tes tertulis subjek S1 no. 5 dan no. 6 ... 37

4.7. Jawaban tes tertulis subjek S1 no. 11 dan no. 12 ... 38

4.8. Jawaban tes tertulis subjek S1 no. 4 ... 41

4.9. Jawaban tes tertulis subjek S1 no. 3 ... 41

4.10. Jawaban tes tertulis subjek S1 no. 9 dan no. 10 ... 41

4.11. Jawaban tes tertulis subjek S1 no. 13 ... 46

4.12. Jawaban tes tertulis subjek S1 no. 14 dan no. 15 ... 48

4.13. Jawaban tes tertulis subjek S2 no.3 ... 49

4.14. Jawaban tes tertulis subjek S2 no.10 ... 50

4.15. Jawaban tes tertulis subjek S2 no. 1 dan no. 2 ... 51

4.16. Jawaban tes tertulis subjek S2 no. 7 dan no. 8 ... 52

4.17. Jawaban tes tertulis subjek S2 no. 14 ... 55

4.18. Jawaban tes tertulis subjek S2 no. 5 dan no. 6 ... 56

4.19. Jawaban tes tertulis subjek S2 no. 11 dan no. 12 ... 57

4.20. Jawaban tes tertulis subjek S2 no. 4 ... 60

4.21. Jawaban tes tertulis subjek S2 no. 3 ... 60

4.22. Jawaban tes tertulis subjek S2 no. 9 dan no. 10 ... 61

4.23. Jawaban tes tertulis subjek S2 no. 13 ... 67

4.24. Jawaban tes tertulis subjek S2 no. 14 dan no. 15 ... 69

4.25. Jawaban tes tertulis subjek S3 no.3 ... 71

4.26. Jawaban tes tertulis subjek S3 no.10 ... 71

4.27. Jawaban tes tertulis subjek S3 no. 1 dan no. 2 ... 73

4.28. Jawaban tes tertulis subjek S3 no. 7 dan no. 8 ... 74

4.29. Jawaban tes tertulis subjek S3 no. 14 ... 77

4.30. Jawaban tes tertulis subjek S3 no. 5 dan no. 6 ... 79

4.31. Jawaban tes tertulis subjek S3 no. 11 dan no. 12 ... 79

4.32. Jawaban tes tertulis subjek S3 no. 4 ... 82

4.33. Jawaban tes tertulis subjek S3 no. 3 ... 82

4.34. Jawaban tes tertulis subjek S3 no. 9 dan no. 10 ... 83

4.35. Jawaban tes tertulis subjek S3 no. 13 ... 88

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Naskah tes pemahaman konsep ... 117

Lampiran 2 Kisi kisi tes pemahaman konsep ... 121

Lampiran 3 Alternatif jawaban ... 125

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 128

Lampiran 5 Pedoman wawancara ... 150

Lampiran 6 Naskah tes pemahaman konsep sebelum revisi ... 151

Lampiran 7 Kisi kisi tes pemahaman konsep sebelum revisi ... 154

Lampiran 8 Alternatif jawaban sebelum revisi ... 157

Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum revisi ... 159

Lampiran 10 Pedoman wawancara sebelum revisi ... 174

Lampiran 11 Lembaran validasi instrumen 1 ... 175

Lampiran 12 Lembar validasi pedoman wawancara 1 ... 178

Lampiran 13 Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 ... 180

Lampiran 14 Lembaran validasi instrumen 2 ... 182

Lampiran 15 Lembar validasi pedoman wawancara 2 ... 185

Lampiran 16 Lembar validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 ... 187

Lampiran 17 Lembaran validasi instrumen 3 ... 191

Lampiran 18 Lembar validasi pedoman wawancara 3 ... 194

Lampiran 19 Lembar validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 ... 196

Lampiran 20 Hasil jawaban subjek S1 ... 198

Lampiran 21 Hasil jawaban subjek S2 ... 201

Lampiran 22 Hasil jawaban subjek S3 ... 204

Lampiran 23 Transkip wawancara subjek S1 ... 207

Lampiran 24 Transkip wawancara subjek S2 ... 214

Lampiran 25 Transkip wawancara subjek S3 ... 222

Lampiran 26 Surat izin penelitian ... 229

Lampiran 27 Surat balasan izin penelitian ... 230

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, bangsa dan negara.1 Diselenggarakannya pendidikan baik formal maupun informal diharapkan dapat menciptakan sumber daya manusia yang lebih berkualitas untuk menghadapi teknologi yang semakin berkembang mengikuti kemajuan zaman.

Matematika merupakan ilmu dasar dari segala ilmu pengetahuan yang perlu untuk diketahui dan dipelajari. Oleh karena itu matematika mulai dikenalkan sejak pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, hingga perguruan tinggi. Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 salah satu tujuan matematika pada pendidikan menengah adalah agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.2

Menurut Budiono, kurangnya kemampuan siswa dalam pemahaman konsep matematika menjadi masalah dalam pembelajaran. Siswa masih belum dapat menangkap makna dari konsep matematika yang sedang dipelajari. Konsep matematika yaitu segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat dan inti atau isi dari materi matematika.3 Konsep

1 Jumali, dkk. 2008. Landasan Pendidikan. Surakarta : Muhammadiyah University Press, 19

2 Depdiknas, “Standarisasi Sekolah Dasar dan Menengah”, Permendiknas No 22 tahun 2006, 346.

3 Budiono. 2009. Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran. Tersedia di

http://www.scribd.com/doc/21684083/Pengemb-Materi-Pembelaj-Budiono-SMANEJA-Blitar. Diakses pada tanggal 20 Februari 2013, 4

1

(13)

2

matematika disusun secara berurutan sehingga konsep sebelumnya akan digunakan untuk mempelajari konsep selanjutnya. Karena konsep dalam matematika saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya.

Kurangnya pemahaman konsep matematika siswa dapat disebabkan beberapa faktor, baik itu faktor dari siswa itu sendiri maupun faktor metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Dewasa ini, metode pembelajaran yang sering digunakan guru masih bersifat tradisional yaitu dengan metode ceramah. Dengan metode ini, siswa menjadi subjek pasif dalam pembelajaran dan kurang mampu untuk mercerna atau memahami makna dari konsep pembelajaran yang sedang diajarkan. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode mengajar yang dapat mengajak siswa untuk berinteraksi dan juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghubungkan materi yang sedang diajarkan dengan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan adalah metode ekspositori. Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu mengenai definisi, prinsip, dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab, dan penugasan. Selain itu metode ekspositori juga dapat mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian guru dapat mengetahui sejauh mana siswa memahami materi.

Selain itu, agar pembelajaran lebih optimal diperlukan suatu media untuk memudahkan siswa dalam memahami konsep-konsep pembelajaran yang sedang diajarkan, khususnya dalam memahami konsep matematika yang abstrak. Sehingga adanya media ini diharapkan dapat membantu siswa memahami konsep matematika dengan lebih kongkrit. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika adalah media flash. Media flash adalah sebuah media audio visual yang dirancang untuk membantu dalam menyampaikan materi saat pembelajaran.

(14)

3

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana profil pemahaman konsep matematika siswa setelah dilaksanakan pembelajaran matematika mengunakan metode ekspositori dengan bantuan media flash?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan profil pemahaman konsep matematika siswa setelah dilaksanakan pembelajaran matematika mengunakan metode ekspositori dengan bantuan media flash.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Guru

Sebagai informasi mengenai profil pemahaman konsep siswa pada pembelajaran matematika mengunakan metode ekspositori dengan bantuan media flash sehingga dapat digunakan guru sebagai pertimbangan untuk merancang pembelajaran matematika yang mampu untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika

2. Bagi Siswa

Melatih pemahaman konsep siswa untuk menyelesaikan masalah matematika khususnya masalah bangun ruang kubus dan balok

3. Bagi Peneliti Lain

(15)

4

E. Batasan Penelitian

Agar pembahasan masalah dari penelitian ini tidak meluas ruang lingkupnya, penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:

1. Materi bangun ruang yang digunakan terbatas pada pokok bahasan kubus dan balok.

2. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran langsung

F. Definisi Operasional 1. Profil

Gambaran menyeluruh dan utuh tentang seseorang atau sesuatu bisa berupa gambar atau kata-kata yang memberikan informasi yang bermanafaat.

2. Pemahaman Konsep

Kemampuan siswa dalam menerima, menyerap, dan memahami materi berupa konsep-konsep dalam matematika yang dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam (1) Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan; (2) Mengidentifikasi dan membuat contoh dan bukan contoh; (3) Menggunakan model, diagram dan simbol-simbol untuk mempresentasikan suatu konsep; (4) Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lainnya; (5) Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep; (6) Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep; (7) Membandingkan dan membedakan konsep-konsep. 3. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika merupakan suatu proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa dalam upaya untuk membantu siswa dalam mengkontruksi atau membangun prinsip dan konsep matematika.

4. Metode Pembelajaran Ekspositori

(16)

5

correlation (menghubungkan), generalization

(menyimpulkan), application (penerapan). 5. Media Flash

(17)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pemahaman Konsep

Pemahaman merupakan salah satu aspek yang terdapat dalam taksonomi Bloom. Pemahaman menurut Bloom diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari.4 Pemahaman menurut Bloom ini merujuk pada seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan. Kemudian, Suharsimi menyatakan pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seseorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan5.

Mega Teguh menjelaskan bahwa konsep dalam matematika merupakan ide abstrak untuk membantu mengklasifikasikan objek-objek atau benda-benda dan untuk menentukan apakah obejk-objek-objek atau benda-benda adalah contoh atau bukan contoh dari ide abstrak6. Menurut Dorothy J. Skeel, konsep merupakan sesuatu yang tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan, atau suatu pengertian7. Orang yang telah memiliki konsep berarti orang tersebut telah memiliki pemahaman yang jelas tentang suatu konsep atau citra mental tentang sesuatu. Sesuatu tersebut dapat berupa objek konkret ataupun gagasan yang abstrak.

Menurut NCTM pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep matematika dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam8: (1) Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan; (2) Mengidentifikasi dan membuat contoh dan bukan contoh; (3)

4 Ahmad Susanto,teori belajar dan pembelajaran di sekolah,(Jakarta:kencana prenadamedia Group,2014) hal. 6.

5 Suharsimi Arikunto, Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. IX, 118-137.

6 Dahar Ratna Willis, Teori-teori Belajar, (Jakarta: LPTK, 1998), hal.93.

7 Nursid Sumaatmadja, Metodologi Pengajaran IPS. , (Bandung: Alumni, 2001), hal. 2-3. 8

NCTM. Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, (VA NCTM: 1989)

(18)

8

Menggunakan model, diagram dan simbol-simbol untuk mempresentasikan suatu konsep; (4) Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lainnya; (5) Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep; (6) Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep; (7) Membandingkan dan membedakan konsep-konsep.

Kemudian, menurut Dahar, untuk memahami konsep perlu memperhatikan hal-hal berikut ini9:

1. Nama konsep

Pemberian nama sebagai simbol arbitrar (sembarang) untuk sebuah konsep dimaksudkan untuk mempermudah dalam mengkomunikasikannya. Dengan menyetujui nama konsep, maka orang dapat berkomunikasi tentang konsep tersebut.

2. Atribut konsep

Atribut konsep merupakan ciri-ciri konsep yang diperlukan untuk membedakan contoh dan non contoh konsep

3. Definisi

Definisi merupakan ungkapan untuk membatasi suatu konsep. Dengan adanya definisi, orang dapat membuat ilustrasi atau gambar atau lambang dari konsep yang didefinisikan, sehingga semakin jelas apa yang dimaksud dengan suatu konsep tertentu.

4. Contoh dan non-contoh

Dengan membuat daftar atribut-atribut suatu konsep, pengembangan konsep dapat diperlancar. Untuk mempermudah siswa dalam memahami konsep, hendaklah contoh konsep dipasangkan dengan noncontoh konsep. Dengan memperhatikan contoh dan noncontoh konsep, siswa dapat memahami arti konsep melalui pengalamannya. Bagi guru, hal terpenting adalah bagaimana dapat menyediakan contoh dan non contoh konsep yang relevan, cukup dan bervariasi.

Proses pencapaian pemahaman siswa dalam memahami sebuah konsep matematika terdiri dari beberapa tingkatan. Tingkat-tingkat pencapaian konsep tersebut adalah tingkat

(19)

9

konkrit, tingkat identitas, tingkat klasifikatori, dan tingkat formal10. Berikut uraian tingkatan tersebut.

a) Tingkat Konkrit

Seorang anak dikatakan mencapai konsep pada tingkat ini apabila dia mengenal suatu benda yang telah dihadapi sebelumnya. Untuk mencapai konsep tingkat konkrit siswa harus dapat memperhatikan benda itu dan dapat membedakannya dari stimulus-stimulus lain yang ada disekitarnya. Selanjutnya, dia harus menyajikan benda itu sebagai gambaran mental dan menyimpan gambaran mental itu. Jadi kegiatan yang harus dilakukan anak untuk mencapai konsep tingkat konkrit adalah memperhatikan, mendeskriminasi, dan mengingat.

b) Tingkat Identitas

Seorang siswa yang berada pada tingkat identitas akan mengenal suatu objek sesudah selang waktu tertentu atau ruang yang berbeda atau dengan indera yang berbeda. Pada tingkatan ini juga siswa sudah dapat melakukan generalisasi atau mengenal dua atau lebih bentuk identik dari objek yang sama adalah merupakan anggota dari kelas yang sama. c) Tingkat Klasifikatori

Pada tingkat ini, siswa mengenal kesamaan (ekivalensi) dari dua contoh yang berbeda dari kelas yang sama. Meskipun siswa itu tidak dapat menentukan atribut kata yang dapat mewakili konsep itu, tetapi dia dapat mengklasifikasikan berbagai contoh dan noncontoh dari konsep, sekalipun semua itu mempunyai banyak atribut yang mirip. Pada tingkatan ini siswa melakukan kegiatan mental tambahan yaitu melakukan generalisasi bahwa dua atau lebih contoh sampai batas-batas tertentu itu ekivalen. Dalam hal ini siswa mengabstraksikan kualitas-kualitas yang sama yang dimiliki oleh objek-objek itu.

d) Tingkat Formal

Untuk mencapai konsep pada tingkat formal, siswa harus dapat menentukan atribut-atribut yang membatasi konsep. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa seorang siswa

(20)

10

telah mencapai suatu konsep pada tingkat formal jika siswa itu dapat memberi nama konsep itu, mendefinisikan dan memberi nama atribut-atribut yang membatasi, dan mengevaluasi atau memberikan secara verbal berbagai contoh dan noncontoh konsep.

Berdasarkan beberapa penjelasan mengenai pemahaman konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan siswa dalam menerima, menyerap dan memahami materi berupa konsep-konsep dalam matematika yang dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam (1) Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan; (2) Mengidentifikasi dan membuat contoh dan bukan contoh; (3) Menggunakan model, diagram dan simbol-simbol untuk mempresentasikan suatu konsep; (4) Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lainnya; (5) Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep; (6) Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep; (7) Membandingkan dan membedakan konsep-konsep.

B. Pembelajaran Matematika

Kata belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mempunyai arti berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.11 Hal itu sesuai dengan pendapat Slameto, yang menyatakan belajar adalah “Suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan”.12 Abdillah juga berasumsi bahwa “Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu”.13

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha sadar individu-individu untuk merubah

11 Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas, 2007), h.17

12 Slameto Alfabeta, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. (Jakarta: PT. Rineka Cipta), h.5

(21)

11

tingkah laku yang terjadi secara keseluruhan sebagai hasil bentukan dari latihan maupun pengalamannya dengan lingkungan sekitar, dimana perubahan itu bukan hanya berkenaan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian diri dengan tujuan menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya.

Kemudian, Menurut Agus Suprijono, pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Perbedaan esensial pembelajaran dengan pengajaran adalah pada tindak ajar. Guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi siswanya untuk mempelajari. Jadi, subyek pembelajaran adalah siswa. Pembelajaran berpusat pada siswa. Pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif, bukan mekanis seperti halnya pengajaran14.

Sedangkan dalam hubungannya dengan pembelajaran matematika Suherman mengemukakan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu upaya membantu siswa untuk mengkonstruksi atau membangun konsep–konsep atau prinsip– prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip tersebut terbangun dengan sendirinya.15

Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan suatu proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa dalam upaya untuk membantu siswa dalam mengkonstruksi atau membangun prinsip dan konsep matematika. Pembangunan prinsip dan konsep tersebut lebih diutamakan dibangun sendiri oleh siswa sedangkan guru hanya sebagai “jembatan” dalam rangka memahami konsep dan prinsip tersebut. Dengan dibangunnya prinsip dan konsep diharapkan siswa mengalami perubahan sikap dan pola pikirnya sehingga

14 Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Surabaya: Pustaka Belajar, 2009), h.13

15opcit, h. 12.

(22)

12

dengan bekal tersebut siswa akan terbiasa menggunakannya dalam menjalani kehidupannya sehari–hari.

C. Metode Pembelajaran Ekspositori

Metode pembelajaran ekspositori merupakan salah satu metode mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari ketrampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah.16 Metode pembelajaran ekspositori didasarkan pada prinsip-prinsip psikologi perilaku dan teori belajar sosial. Pembelajaran ekspositori ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan bertahap selangkah demi selangkah.

Sebagaimana dikutip oleh Wina Sanjaya, Roy Killen menjelaskan bahwa pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.17 Dalam metode ini, materi pelajaran dijelaskan langsung oleh guru, sedangkan siswa tidak dituntut untuk menemukan materi tersebut. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi, karena strategi ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur. Penggunaan metode ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung.

Beberapa pendapat menyatakan bahwa metode ekspositori ini hampir sama dengan metode ceramah/chalk and talk karena sama-sama sifatnya memberikan informasi dan pengajaran berpusatkan kepada guru, namun kedua metode ini tetap memiliki perbedaan. Pada metode ceramah pusat pengajarnya terletak pada guru, guru yang banyak bicara menyampaikan materi pelajaran (informasi), sedangkan pekerjaan siswa pada umumnya mencatat dan sebagian kecil bertanya. Dominasi guru pada metode ekspositori ini banyak dikurangi. Guru tidak terus bicara, tetapi guru memberikan informasi hanya pada saat-saat

16

Kardi S dan Nur M, Pengajaran Langsung, (Surabaya: Kampus IKIP Surabaya, 1993), 3 17 Wina Sanjaya, Metode pembelajaran, 177

(23)

13

atau bagian bagian yang diperlukan misalnya pada permulaan pengajaran, pada topik yang baru, pada waktu memberikan contoh-contoh soal dan sebagainya. Pada metode ekspositori murid belajar lebih aktif daripada metode ceramah, murid mengerjakan latihan soal sendiri, mungkin juga saling bertanya dan mengerjakannya bersama dengan temannya, atau disuruh membuatnya di papan tulis.18

Metode pembelajaran ekspositori dirancang untuk membantu siswa mempelajari pengetahuan terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan dalam suatu ragam atau cara tahap demi tahap. Beberapa karakteristik dari pembelajaran ekspositori diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Dilakukan dengan cara menyampaikan materi secara verbal, dimana bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini.

2. Materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.

3. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi itu sendiri. setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan dapat dikuasai siswa dengan baik.

Dalam pembelajaran ekspositori terdapat beberapa hal perlu diperhatikan yang diantaranya sebagai berikut.19

1. Rumuskan tujuan yang ingin dicapai

Merumuskan tujuan merupakan langkah pertama yang harus dipersiapkan guru, tujuan yang ingin dicapai sebaiknya dirumuskan dalam bentuk perubahan tingkah laku yang spesifik yang berorientasi kepada hasil belajar. Tujuan yang spesifik, seperti yang dijelaskan diatas, dapat

18 Erman Suherman, Metode pembelajaran Matematika Kontemporer, ()Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung), Ha. 171

(24)

14

memperjelas kearah yang mingin dicapai. Dengan deimikian, melalui tujuan yang jelas selain dapat membimbing siswa dalam menyimak materi pelajaran juga dapat diketahui efektifitas dan efisiensi penggunaan strategi ini.

2. Kuasai pelajaran dengan baik

Penguasaan materi pelajaran dengan baik merupakan syarat mutlak bagi penggunaan metode pembelajaran ekspositori, akan membuat kepercayaan dari guru meningkat, sehingga guru akan mudah mengelola kelas, ia akan bebas bergerak, berani menatap siswa, tidak takut pada prilaku-prilaku siswa yang yang dapat mengganggu jalannya proses pembelajaran dan lain sebagainya.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru agar dapat menguasai materi pelajaran. Pertama, pelajari sumber-sumber belajar yang mutakhir. Kedua, persiapkanlah masalah-masalah yang mungkin muncul dengan cara menganalisis materi pelajaran sampai detailnya. Ketiga, buatlah garis besar materi pelajaran yang akan disampaikan untuk memandu dalam penyajian agar tidak melebar. 3. Kenali medan dan berbagai hal yang dapat mempengaruhi

proses penyampaian

Mengenali lapangan atau medan merupakan hal yang penting dalam langkah persiapan. Pengenalan medan yang baik memungkinkan guru dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat mengganggu proses penyajian materi pelajaran. Beberapa hal yamg berhubungan dengan medan atau lapangan yang harus dikenali diantaranya: pertama, latar belakang siswa yang akan menerima materi, misalnya kemampuan dasar atau pengalaman belajar siswa sesuai dengan materi yanga akan disampaikan, minat belajar siswa, dan lain sebagainya. Kedua, kondisi ruangan menyangkut luas dan besarnya ruangan, pencahayaan, posisi tempat duduk, maupun kelengkapan ruangan itu sendiri.

Langkah-langkah dalam menerapkan metode pembelajaran ekpositori adalah sebagai berikut:20

(25)

15

1. Preparation (Persiapan)

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Dalam metode pembelajaran ekspositori langkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran ekspositori sangat tergantung pada langkah persiapan.

Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan persiapan adalah:

a. Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif b. Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk

belajar

c. Merangsang dan menggugah rasa ingin tahu siswa d. Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka

2. Presentation (Penyajian)

Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Yang harus dipikirkan oleh setiap guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat mudah dipahami oleh siswa.

3. Correlation (Menghubungkan)

Langkah korelasi adalah langkah yang menghubumgkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal yang lain yang memungkinkan keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan bertujuan untuk memberi makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimilikinya maupun makna untuk menimgkatkan kualitas kemampuan berfikir dan kemampuan motorik siswa

4. Generalization (Menyimpulkan)

(26)

16

Dengan demikian, siswa tidak akan merasa ragu lagi akan penjelasan guru.

Menyimpulkan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu diantaranya:

a. Mengulang kembali inti-inti materi yang menjadi pokok bahasan.

b. Memberi beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi yang telah diajarkan.

c. Mapping melalui pemetaan keterkaitan antar materi pokok-pokok materi.

5. Application (Penerapan)

Langkah aplikasi adalah langkah untuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting dalam proses pembelajaran ekspositori, karena melalui langkah ini guru dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh siswa.

Seperti halnya dengan metode pembelajaran yang lain, metode pembelajaran ekpositori juga memiliki beberapa kelebihan, yaitu sebagai berikut:

a. Guru dapat mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran. Dengan demikian, guru dapat mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan

b. Metode pembelajaran ekspositori sangat efektif untuk diterapkan ketika materi pelajaran yang dikuasai siswa cukup luas, sementara waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.

c. Melalui metode pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penjelasan guru tentang suatu materi pelajaran, siswa juga dapat melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi). d. Keuntungan lain adalah metode pembelajaran ini bisa

digunkan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.

(27)

17

a. Metode pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.

b. Keberhasilan metode pembelajaran ekspositori sangat bergantung kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan berkomunikasi dan kemampuan mengelola kelas.

Berdasarkan penjelasan di atas tentang metode pembelajaran ekspositori, maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran ekspositori merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada siswa yang meliputi beberapa tahap yaitu preparation (persiapan),

presentation (penyajian), correlation (menghubungkan),

generalization (menyimpulkan), application (penerapan).

D. Media Flash 1. Pengertian Media

Media dalam prespektif pendidikan merupakan instrumen yang ikut menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Sebab keberadaannya secara langsung dapat memberikan dinamika tersendiri terhadap peserta didik. Media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar.21 Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran.22 Media adalah segala sesuatu alat bantu komunikasi, baik cetak maupun audio visual, yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau menyampaikan informasi dari pengirim ke penerima pesan.

Pada dasarnya semua media yang ada dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu media visual, media audio, media audio-visual dan multimedia.23

21 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2003), h.3

22 Saiful Bahri, Djamrah dan Aswan Zain, Strategi Belajar mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cpta, 2006), h.121

23

Rayandra Ashar,Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada, 2011).h.44

(28)

18

a. Media Visual

Jenis media yang digunakan hanya mengandalkan indera penglihatan semata-mata dari peserta didik. Dengan media ini pengalaman belajar yang dialami peserta didik sangat bergantung pada kemampuan penglihatannya. Beberapa media visual diantaranya: media cetak seperti buku, modul , jurnal, peta, gambar, poster, model dan prototype seperti globe bumi, media realitas alam sekitar dsb.

b. Media Audio

Jenis media ini digunakan dalam pembelajaran dengan hanya melibatkan indera pendengaran peserta didik. Pengalaman belajar yang akan didapatkan adalah dengan mengandalkan indera kemampuan pendengaran. Oleh karena itu, media audio ini hanya mampu memanipulasi kemamuan suara semata. Pesan dan informasi yang diterimanya adalah berupa pesan verbal seperti bahasa lisan, kata-kata, dan lainnya. Sedangkan pesan non verbal adalah dalam bentuk nyanyian-nyanyian, musik, bunyi tiruan, dan sebagainya. Contoh media audio yang digunakan adalah tape recorder, radio, dan CD palayer.

c. Media audio visual

Jenis media ini melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam proses atau kegiatan. Pesan dan informasi yang dapat disalurkan melalui media ini dapat berupa pesan verbal dan non verbal yang mengandalkan baik penglihatan maupun pendengaran. Contohnya adalah film, video, program TV.

d. Multimedia

(29)

19

internet, dll sering disebut dengan pembelajaran multimedia.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa media adalah suatu alat bantu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pengajaran yang meliputi media visual, audio, audio visual, dan multimedia.

2. Media Flash

Macromedia flash yang lebih akrab didengar dengan Flash adalah sebuah perangkat lunak yang mampu mewujudkan khayalan masyarakat dan diwujudkan dalam ke dalam komputer dalam bentuk animasi kartun. Flash merupakan software yang memiliki kemampuan menggambar sekaligus menganimasikannya, serta mudah untuk dipelajari.24 Flash adalah program untuk membuat animasi dan aplikasi web professional. Bukan hanya itu, Macromedia flash juga banyak digunakan untuk membuat game, animasi kartun, dan aplikasi multimedia interaktif seperti demo produk dan tutorial interaktif.25

Software keluaran Macromedia ini merupakan program untuk mendesain grafis animasi yang sangat popular dan banyak digunakan desainer grafis. Kelebihan flash terletak pada kemampuannya menghasilkan animasi gerak dan suara. Awal perkembangan flash banyak diguanakan untuk animasi pada website, namun saat ini mulai banyak digunakan untuk media pembelajaran karena kelebihan-kelebihan yang dimilikinya.

Flash tidak hanya digunakan dalam membuat animasi, tetapi pada zaman sekarang ini flash juga banyak digunakan untuk keperluan lainnya seperti dalam membuat game, presentasi, membangun web, animasi pembelajaran, bahkan juga dalam pembuatan film. Dalam macromedia flash ini juga terdapat kemudahan untuk memutar film dalam situs web yang berupa FLV. Flash merupakan gabungan konsep pembelajaran dengan teknologi audiovisual yang mampu menghasilkan fitur-fitur baru yang dapat dimanfaatkan

24 M. Amrullah Akbar, Pengertian Flash, diakses pada 4/12/13 http//www.penngertian-flash-2008. html.

25

Chandra, 7 Jam Belajar FlashMX 2004 Untuk orang awam (Palembang: Maxikom, 2004), hal. 2

(30)

20

dalam pendidikan. Dan media flash ini juga dapat dimanfaatkan untuk media evaluasi pembelajaran pada siswa untuk melihat seberapa jauh siswa memahami materi yang telah disampaikan.

Terdapat kelebihan yang dimiliki media flash dalam pembelajaran yang diantaranya sebagai berikut:26

a. Membantu guru untuk menyampaikan informasi dan pengalaman berharga kepada siswa dari inovasi baru dalam dunia software.

b. Bisa membantu motivasi belajar siswa karena merupakan suaru pengalaman baru.

c. Sebagai sebuah alternatif untuk mengurangi tingkat contekan siswa ketika evaluasi pembelajaran.

d. Menghemat banyak waktu karena guru tidak perlu banyak menerangkan kata-kata.

e. Sebagai sebuah solusi untuk memberikan kesempatan pada guru untuk menunjukkan pengalaman baru saat proses pembelajaran berlangsung.

f. Tampilan lebih menarik, dan dapat memperlihatkan proses yang lebih nyata, disamping hemat waktu dan dapat digunakan kapan saja.

Setiap media pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan, di atas telah disebutkan beberapa kelebihan dari media flash. Disamping kelebihan yang dimiliki, media flash juga memiliki beberapa kelemahan dalam pembelajaran yang diantaranya:27

a. Tidak semua guru dapat membuat media flash karena teknik pembuatannya membutuhkan biaya yang cukup banyak.

b. Tidak semua sekolah dapat menggunakan media ini, karena jika menggunakan media ini maka sarana prasarana sekolah juga harus mendukung.

c. Dalam pembuatan media ini juga dibutuhkan keahlian khusus dalam aplikasi komputer.

26 Halim, Macromedia, diakses 2/12/2013 dari

http://www.macromedia.com/resources/education/k12. 27

Ibrahim dan Nana Saodih, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 118

(31)

21

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati.28 Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian seperti perilaku, persepsi, tindakan dan lain-lain tanpa melakukan generalisasi terhadap apa yang didapat dari penelitian.

29

.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu untuk melaksanakan penelitian ini adalah semester ganjil tahun ajaran 2016/2017. Sedangkan tempat yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini adalah SD Khazanah Ilmu Sidoarjo.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah kelas II SD Khazanah Ilmu Sidoarjo tahun ajaran 2016/2017. Siswa kelas II SD dipilih karena siswa pada kelas tersebut belum pernah mendapatkan materi tentang balok dan kubus.

Teknik pengambil sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Jadi, penentuan sampel dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung.30

Pertama yang dilakukan peneliti adalah memberikan tes pemahaman konsep kepada seluruh siswa, kemudian peneliti meminta pertimbangan guru terkait kemampuan komunikasi siswa. Dari hasil tes dan pertimbangan guru tersebut lalu dipilih 3 siswa

28

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), 3.

29 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial (Jakarta: Salemba Humanik, 2012), 9.

30

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung : Alfabeta, 2010), 219

23

(33)

24 [image:33.420.62.354.94.480.2]

yang dipertimbangkan akan mewakili pemahaman konsep seluruh siswa. Adapun subjek penelitian yang diperoleh sebagaimana tercantum dalam Tabel 3.1 di bawah ini:

Tabel 3.1 Subjek Penelitian

No. Inisial Subjek Kode Subjek

1 KCA S1

2 KNS S2

3 ALN S3

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara berikut:

a. Tes Pemahaman Konsep

Dalam mengumpulkan data-data penelitian, peneliti menggunakan tes tertulis, yaitu tes pemahaman konsep guna mengetahui gambaran pemahaman konsep dari subjek penelitian terhadap materi matematika yang diajarkan dengan menggunakan metode ekspositori dengan media flash. Tes pemahaman konsep diujikan kepada 3 subjek terpilih pada hari senin tanggal 25 Juni 2016 di ruang kelas II.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada beberapa siswa bagian dari subjek penelitian yang telah diberi tes tulis pemahaman konsep. Wawancara dilakukan setelah tes pemahaman konsep pada hari senin, tanggal 25 Juni 2016. Wawancara ini bertujuan untuk mendalami jawaban yang diberikan siswa saat mengerjakan tes pemahaman konsep. Hasil wawancara tersebut digunakan untuk mengetahui gambaran pemahaman konsep siswa pada materi matematika yang diajarkan dengan menggunakan metode ekspositori dengan media flash. Hasil wawancara dituangkan secara tertulis dengan cara sebagai berikut:

(34)

25

b. Mentranskip hasil wawancara dengan subjek wawancara yang telah diberi kode yang berbeda tiap subjeknya. Adapun cara pengkodean dalam tes hasil wawancara telah peneliti susun sebagai berikut:

Pa.b.c dan Sa.b.c

P : Peneliti

S : Subjek penelitian

a.b.c : Kode digit setelah P dan S. Digit menyatakan subjek

a.b.c ke- a , a = 1,2,3.... digit kedua menyatakan wawancara ke-b , b = 1,2,3... dan digit ketiga menyatakan pertanyaan atau jawaban ke- c, c = 1,2,3....

c. Memeriksa kembali hasil transkip tersebut dengan mendengarkan kembali ucapan-ucapan saat wawancara berlangsung, untuk mengurangi kesalahan penulisan pada hasil transkip.

2. Instrumen Pengumpulan Data a. Lembar Tes Pemahaman Konsep

Instrumen tes pemahaman konsep ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan indikator pemahaman konsep yang telah dijelaskan dalam bab II. Instrumen disusun guna mengetahui pemahaman konsep siswa yang menjadi subjek penelitian pada materi matematika yang diajarkan dengan menggunakan metode ekspositori dengan bantuan media media flash. Sebelum digunakan untuk penelitian, soal yang telah dibuat harus valid. Beberapa prosedur yang dilakukan, yaitu:

(35)

26

Tabel 3.2

Daftar Validator Instrumen Penelitian

No Nama Validator Jabatan

1 Ahmad Hanif Asyhar, M.Si

Dosen Pendidikan Matematika UIN

Sunan Ampel Surabaya

2 Imam Rofiki, M.Pd

Dosen Pendidikan Matematika UIN

Sunan Ampel Surabaya

3 Rizqi Amaliyah sholihah,S.pd Guru SD Khazanah Ilmu

3) Setelah soal divalidasi dan dinyatakan valid oleh para validator, maka soal layak untuk digunakan dalam penelitian. Lembar validasi tersebut terdapat pada lampiran 11,14 dan 17

b. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara dibuat sendiri oleh peneliti sebagai petunjuk atau arahan dalam melakukan wawancara terhadap subjek penelitian. Penyusunan pedoman wawancara juga didasarkan pada indikator-indikator untuk mengetahui pemahaman konsep siswa pada materi matematika yang diajarkan dengan menggunakan strategi ekspositori dengan bantuan media flash.

Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa pertanyaan-pertanyaan kunci yang bersifat menggali pemahaman siswa terhadap estimasi. Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur agar pelaksanaan wawancara lebih bebas guna menggali data seluas-luasnya dari subjek penelitian namun tidak keluar dari konteks pembahasan penelitian (lampiran 5).

E. Keabsahan Data

Untuk menguji kredibilitas dan keabsahan data, maka diperlukan triangulasi data. Menurut Sugiono, triangulasi data dibedakan menjadi tiga yaitu sumber, metode, dan waktu.31 Dalam

31 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta. 2010), 272

[image:35.420.74.349.79.430.2]
(36)

27

penelitian ini menggunakan triangulasi metode artinya peneliti menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapat data dari sumber yang sama. Peneliti melakukan tes tertulis dan wawancara pada subjek penelitian untuk membandingkan data yang diperoleh. Apabila data tersebut menunjukkan kekonsistensian, kesamaan pandangan dan pendapat, maka dapat dikatakan data tersebut valid.

F. Teknik dan Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.32

Data hasil tes pemahaman konsep dan data hasil wawancara terhadap subjek penelitian dianalisis untuk mendeskripsikan pemahaman konsep siswa terhadap materi setelah diberi pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori dengan media flash

Analisis data akan dilakukan setelah subjek penelitian diberikan tes pemahaman konsep dan diwawancara, kemudian dideskripsikan. Data tersebut akan dianalisis yakni setiap indikator dari pemahaman konsep yang telah dicapai siswa setelah memperoleh materi dengan metode ekspositori dengan media flash. Adapun cara analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Setelah membaca, mempelajari, dan menelaah data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, dan observasi lapangan. Reduksi data dalam penelitian ini yaitu peneliti mengelompokkan data dan membuang data yang tidak diperlukan. Data dipilih sesuai kebutuhan untuk menjawab rumusan masalah. Data yang diperoleh dari wawancara ditranskrip berbentuk teks.

32

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:Alfabeta, 2011), 244

(37)

28

b. Penyajian Data

Penyajian data dalam penelitian ini merupakan deskripsi profil pemahaman konsep subjek penelitian terhadap materi dari data jawaban tes tulis maupun data hasil wawancara. Kemudian data dianalisis berdasarkan setiap indikator pemahaman konsep, yang berasal dari sekumpulan informasi data yang telah diperoleh peneliti pada masing-masing subjek.

c. Penarikan Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah disajikan, peneliti menarik kesimpulan tentang profil pemahaman konsep siswa pada pembelajaran matematika menggunakan metode ekspositori dengan bantuan media flash sesuai indikator pemahaman konsep yang sebelumnya telah dibuat sebagai pedoman dalam penelitian.

Adapun langkah-langkah penarikan kesimpulan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

[image:37.420.58.364.219.521.2]

1) Menilai pencapaian setiap indikator pemahaman konsep siswa yang dijelaskan pada Tabel sebagai berikut:

Tabel 3.3

Rubrik Analisis Pemahaman Konsep

Indikator Pemaham an Konsep

Skor

0 1 2 3

(38)
(39)

30

Keterangan : Skor 0 = kurang Skor 1 = cukup Skor 2 = baik Skor 3 = sangat baik

2) Mengkategorikan kemampuan pemahaman konsep matematika pada setiap siswa dalam tiga tingkat yaitu kurang, cukup dan baik. Dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.4

Kategori Pemahaman Konsep

Skor Kategori

0≤ � ≤7 Kurang

8≤ � ≤14 Cukup

15≤ � ≤21 Baik

Keterangan: �= skor total siswa

3) Setelah dianalisis, data hasil tes tertulis dan wawancara setiap subjek dijabarkan. Sehingga diperoleh data pemahaman konsep matematika dari ketiga subjek yang telah diteliti.

i ke bentuk lainnya

[image:39.420.57.362.67.467.2]
(40)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada Bab ini, akan dideskripsikan dan dianalisis data pemahaman konsep siswa pada pembelajaran matematika menggunakan metode ekspositori dengan bantuan media flash. Penelitian ini dilaksanakan di kelas II SD Khazanah Ilmu Sidoarjo tahun ajaran 2016 - 2017. Dalam menentukan subjek penelitian, peneliti mengambil 3 orang siswa kelas II SD sebagai subjek penelitian seperti yang sudah tercantum pada BAB III. Data dalam penelitian ini diambil dari pengerjaan tertulis dan hasil wawancara kepada subjek penelitian.

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan tes pemahaman konsep. Setelah diberikan tes pemahaman konsep dan dilakukan wawancara, hasil wawancara kemudian ditranskrip dan dikodekan. Selanjutnya dideskripsikan hasil pekerjaan tes pemahaman konsep dan hasil wawancara yang berkaitan dengan penyelesaian tes pemahaman konsep siswa pada pembelajaran matematika menggunakan metode ekspositori dengan bantuan media flash.

Subjek penelitian yang terpilih kemudian diminta untuk mengerjakan tes pemahaman konsep untuk mengetahui pemahaman konsep siswa yang dilanjutkan dengan wawancara pada masing-masing subjek. Hasil pengerjaan tes tertulis dan hasil wawancara siswa-siswa ini yang menjadi data untuk kemudian dideskripsikan dan dianalisis dalam bab ini. Adapun subjek penelitian yang diperoleh sebagaimana tercantum dalam Tabel di bawah ini:

No. Inisial Subjek Kode Subjek

1 KCA S1

2 KNS S2

3 ALN S3

(41)

32

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data Hasil Penelitian Subjek S1

a. Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan Berikut adalah gambar hasil tes tertulis subjekS1 pada tes

pemahaman konsep:

Gambar 4.1

Jawaban Tertulis Subjek S1 no. 3

Gambar 4.2

Jawaban Tertulis Subjek S1 no.10

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa Subjek S1

mendefinisikan bangun ruang kubus sebagai bangun ruang yang memiliki 6 sisi yang sama panjang. Kemudian pada Gambar 4.2 terlihat bahwa subjek S1 tidak menjawab

pengertian balok secara tulisan.

Berikut petikan wawancara yang menggambarkan indikator mendefinisikan konsep kubus secara verbal dan tulisan:

P1.3.1 : Selanjutnya menurut adek apa sih pengertian

dari kubus?

S1.3.1 : Ehm.... apa ya.. ya kotak itu ustad...ada 6 sisi

yang sama panjang.

P1.3.2 : Sisi yang sama panjang ada 6?

S1.3.2 : (berangan - angan), .... ya ada 6 ustadz...

P1.3.3 : Apakah semua sisinya sama penjang?

S1.3.3 : Iya ustadz, kan ukurannya sama panjang semua.

(42)

33

S1.3.4 : Kubus adalah bangun ruang yang memiliki 6

sisi yang sama panjang

Subjek S1 mengatakan bahwa bentuk kubus adalah kotak

(S1.3.1,) dan sesuai dengan petikan S1.3.2, Subjek S1 juga

mengatakan bahwa sisi kubus ada 6. Subjek S1 juga

menyimpulkan bahwa kubus adalah bangun ruang yang memiliki 6 sisi yang sama panjang (S1.3.4).

Berikut petikan wawancara yang menggambarkan indikator mendefinisikan konsep balok secara verbal dan tulisan:

P1.10.1 : Selanjutnya menurut adek apa sih pengertian

dari balok?

S1.10.1 : Ehm.... apa ya.. enggak tahu ustadz..

P1.10.2 : Coba lihat gambar balok di no. 7. Bagaimana

bentuk gambar balok tersebut?

S1.10.2 : Gambarnya hampir sama dengan kubus ya

ustadz..

P1.10.3 : Bagus , terus bentuknya bagaimana dek?

S1.10.3 : Kotak ....(sambil berpikir) tapi agak panjang ya

ustadz...

P1.10.4 : Jadi balok itu bagaimana dek?

S1.10.4 : Kubus yang bentuknya agak panjang..

Petikan wawancara S1.10.1 - S1.10.4 menunjukkan bahwa

subjek S1 diberi sedikit arahan pewawancara untuk

memperhatikan gambar balok kemudian subjek mendefinisikan bentuk balok menyerupai kubus namun bentuknya lebih panjang.

b. Mengidentifikasi dan Membuat Contoh dan Bukan Contoh

Berikut adalah gambar hasil tes tertulis subjek S1 pada

(43)

34

Gambar 4.3

Jawaban Tertulis Subjek S1 no. 1 dan no. 2

Gambar 4.4

Jawaban Tertulis Subjek S1 no. 7 dan no. 8

Pada Gambar 4.3 soal no.1 terlihat bahwa subjek S1

melingkari bangun ruang yang pertama yang dianggapnya yang menyerupai kubus . Subjek S1 juga memberikan contoh

benda di sekitar yang berupa kubus yaitu dadu (soal no.2). Kemudian pada Gambar 4.4, subjek S1 melingkari gambar yang

yang ke 2 yang dianggapnya merupakan balok . Kemudian subjek S1 menjawab contoh dari balok yaitu lemari,

penghapus, uang, penggaris, dan tepak.

Hasil petikan wawancara terhadap subjek S1 yang

menggambarkan indikator mengidentifikasi dan memberikan contoh dan bukan contoh adalah sebagai berikut:

P1.1.1 : Coba lihat di no. 1 , ini kan banyak bangun

ruang, kenapa adek melingkari bangun ruang yang ini?

S1.1.1 : Karena yang ini aja yang gambarnya berbentuk

kubus

sedangkan yang lain berbentuk balok, tabung dan lain - lain P1.1.2 : Oh kubus ya.. terus apa alasan adek mengatakan

contoh itu kubus?

(44)

35

P1.1.3 : Iya dek, tapi kenapa adek kok menyebutnya

kubus?

S1.1.3 : Karena bentuknya kan kotak, dan kotak iku

kubus.

P1.2.1 : Oh.. gitu ya dek,,, lanjut no. 2. ini kan ,

disuruh menyebutkan benda di sekitarmu yang merupakan kubus, kenapa kamu menyebutkan dadu?

S1.2.1 : Karena dadu itu kotak dan kubus juga

bentuknya kotak

P1.2.2 : Oh jadi menurut adek kubus itu kotak?

S1.2.2 : iya

Petikan wawancara S1.1.1 menunjukkan bahwa Subjek S1

beralasan bahwa gambar yang dilingkari adalah kubus karena bangun ruang yang lain adalah balok dan lain-lain.. Subjek S1

beranggapan bahwa kubus adalah kotak (S1.1.3). Selanjutnya

sesuai petikan S1.2.1 subjek S1 menjelaskan bahwa dadu

merupakan kubus karena dadu berbentuk kotak dan kubus juga berbentuk kotak. Subjek S1 menganggap bahwa kubus adalah

kotak (S1.2.2). Berikutnya adalah petikan wawancara mengenai

pemahaman siswa terhadap balok:

P1.7.1 : Coba lihat di no. 7 dek , ini kan banyak bangun

ruang, kenapa adek melingkari bangun ruang yang ini?

S1.7.1 : Karena yang ini aja yang gambarnya berbentuk

balok,sedangkan yang lain bukan

P1.7.2 : Terus kenapa kok jawabanmu kayak gini?

S1.7.2 : Oh... salah tulis ustadz... (sambil mencoret jawabannya)

P1.7.3 : Jadi balok ya... terus apa alasan adek

mengatakan contoh itu balok? S1.7.3 : Karena bentuknya kan kotak

P1.7.4 : Jadi balok dan kubus sama–sama kotaknya?

S1.7.4 : Iya ustadz

P1.8.1 : Oh gitu ya dek, lanjut no. 8. ini kan , disuruh

(45)

36

merupakan balok, kenapa kamu menyebutkan almari, penghapus, tepak , penggaris dan uang?

S1.8.1 : Karena mereka semua berbentuk kotak dan

kotak itu balok

P1.8.2 : Jadi penggaris dan uang itu juga balok ya dek?

S1.8.2 : Iya ustadz..

Subjek S1 melingkari bangun yang dianggap balok karena

dia melihat bahwa bangun yang lain bukan merupakan balok

(S1.7.1). Subjek S1 juga mengidentifikasi bahwa balok

merupakan benda yang berbentuk kotak yang sama dengan kubus (S1.7.3 dan S1.7.4). Subjek S1 hanya memberikan alasan

bahwa semua contoh yang diberikan adalah balok karena bentuknya kotak (S1.8.2).

c. Menggunakan Model, Diagram, dan Simbol-simbol untuk Mempresentasikan suatu Konsep

Berikut adalah gambar hasil tes tertulis subjek S1 pada

tes pemahaman konsep:

Gambar 4.5

Jawaban Tertulis Subjek S1 no. 14

Gambar 4.5 menunjukkan bahwa Subjek S1 menjawab

soal no. 14 untuk unsur yang ke-1, ke-2, ke-3 dengan huruf. Namun untuk sifat yang ke -4 dan ke -5, subjek S1 menjawab 6

dan 12 untuk kubus dan 4 dan 2 untuk balok..

Hasil petikan wawancara terhadap subjek S1 yang

(46)

37

P1.14.1 : Sekarang coba lihat no. 14, bagaimana adek

mengisi tabelnya ? S1.14.1 : Ya tinggal diisi aja ustadz..

P1.14.2 : Tapi jawabannya kok huruf, kan harusnya

angka dek...

S1.14.2 : Iya ustadz, saya kurang paham untuk soal

yang ini....

P1.14.3 : Gini ya dek, coba adek lihat no. 4, tadi adek kan

sudah bisa menyebutkan semua titik sudut, sekarang coba adek hitung berapa jumlah titik sudutnya dek?

S1.14.3 : Oh.. 8 ustadz

P1.14.4 : Yang no.4 tadi gambar apa dek?

S1.14.4 : Kubus ustadz

P1.14.5 : Lah sekarang coba diisi di kolom ini(sampil menunjuk no. 14, unsur ke- 1 di bangun ruang kubus), dah paham kan dek?

S1.14.5 : Oh gitu ya ustadz... paham ustadz...

Berdasarkan wawancara diatas, siswa mengakui jika mkurang memahami soal soal no. 14 (S1.14.1 dan S1.14.2), namun

siswa baru memahami soal tersebut ketika siswa diminta memperhatikan jawaban no. 4 yang sudah dijawab sebelumnya (S1.14.3 - S1.14.5).

d. Mengubah Suatu Bentuk Representasi ke Bentuk Lainnya

Berikut adalah gambar hasil tes tertulis subjek S1 pada tes

pemahaman konsep:

Gambar 4.6

(47)

38

Gambar 4.7

Jawaban Tertulis Subjek S1 no.11 dan no.12

Subjek S1 menjawab soal 5 dan 11 dengan menyebutkan

ukuran dari bangun saja tanpa menyebutkan nama dari bangun tersebut (gambar 4.6). Untuk soal 6, subjek S1 dapat

menggambar sebuah bangun, walaupun tidak memperhatikan ukuranya dan garis putus – putusnya masih belum ada. Subjek S1 masih belum bisa menggambar balok, hal tersebut dapat

dilihat jawaban yang belum diisi oleh subjek S1 (gambar 4.7).

Berikut hasil petikan wawancara terhadap subjek S1 yang

menggambarkan indikator mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk representasi lainnya.

P1.5.1 : Selanjutnya ya, coba perhatikan gambar ini (menunjuk gambar kubus), ini gambar apa dek? S1.5.1 : Kubus ustadz

P1.5.2 : Lah itu kan ada ukurannya, jadi menurut adek,

apa yang dapat kamu ketahui dari gambar tersebut?

S1.5.2 : Maksudnya apa ustadz?

P1.5.3 : Coba perhatikan lebih seksama, ini panjangnya

berapa ( sambil menunjuk rusuk kubus) S1.5.3 : 50 cm ustadz

P1.5.4 : Terus yang ini (sambil menunjuk rusuk kubus).

S1.5.4 : 50 cm ustadz

P1.5.5 : Terus yang ini (sambil menunjuk rusuk kubus).

S1.5.5 : 50 cm ustadz

P1.5.6 : Lah, tadi ini (sambil menunjuk rusuk kubus)

namanya apa?

(48)

39

P1.5.7 : Jadi apa yang dapat kamu ketahui dari gambar dek?

S1.5.7 : Oh... gambar kubus dengan rusuk 50 cm

ustadz.

P1.6.1 : Selanjutnya ini kan soal untuk mengambar

kubus dengan rusuk 4 cm, kamu kan dah bisa buat gambarnya (sambil menunjuk gambar yang di buat S1)Coba sekarang jelaskan langkah-langkahmumengambar kubus yang tadi!

S1.6.1 : kotak , kotak, dan kotak.

P1.6.2 : Looh kok kotak semua, itu digambar yang

kamu buat (sambil menunjuk gambar yang di buat adek), ada yang tidak persegi kan, melainkan jajar genjang.

S1.6.2 : Tapi yang paling depan kan persegi ustadz...

P1.6.3 : Tapi kan cuma satu yang kotak ?

[image:48.420.71.367.79.501.2]

S1.6.3 : Iya ustadz. Hehehe.... Tadi saya mencontoh

gambar dari soal yang di atas.

P1.6.4 : Oalah gitu ya... tapi kalau menggambar sendiri

tanpa mencontoh, bisa enggak?

S1.6.4 : Iya ustadz... hehehe, enggak bisa

P1.11.1 : Selanjutnya ya,,, coba perhatikan gambar ini (menunjuk gambar balok), ini gambar apa dek? S1.11.1 : Balok ustadz...

P1.11.2 : Lah itu kan ada ukurannya, jadi menurut adek ,

apa yang dapat kamu ketahui dari gambar tersebut?

S1.11.2 : Masih belum paham ustadz . Maksudnya apa

ustadz?

P1.11.3 : Coba perhatikan lebih seksama, ini panjangnya

berapa ( sambil menunjuk panjang balok)

S1.11.3 : 80 cm ustadz

P1.11.4 : Terus yang ini ( sambil menunjuk lebar balok).

(49)

40

P1.11.5 : Terus yang ini ( sambil menunjuk tinggi balok).

S1.11.5 : 50 cm ustadz

P1.11.6 : Jadi apa yang dapat kamu ketahui dari gambar

dek?

S1.11.6 : owh... gambar balok dengan panjang 80 cm ,

lebar 40 cm, dan tinggi 50 cm ustadz..

P1.12.1 : Selanjutnya ini kan soal untuk mengambar

balok, kira kira adek bisa enggak menggambar balok ?

S1.12.1 : Enggak bisa ustadz... binggung lihat

contohnya...

P1.12.2 : Tadi sudah diajari dek... seingat adek awalnya

disuruh menggambar apa? Untuk mengambar balok S1.12.2 : iya ustadz.. saya cuma ingat awalnya saja

ustad..,seingat saya, awalnya menggambar persegi panjang

P1.12.3 : Terus selanjutnya gambar apalagi dek?

S1.12.3 : lah itu ustad, untuk selanjutnya saya sudah tidak

ingat lagi ustadz...

Subjek S1 menyebutkan nama bangun pada soal 5 dan 6

ketika ditanya dalam wawancara (S1.5.7 dan S1.11.6). Namun, S1

membutuhkan waktu lama untuk dapat menyimpulkan nama bangun yang ditanyakan.

Subjek S1 mengambar kubus tapi tidak sesuai dengan yang

diminta pada soal karena S1 hanya mencontoh bangun pada soal

sebelumnya tanpa memahami dengan benar konsep dari menggambar sebuah kubus tersebut. Hal tersebut juga terlihat dalam kutipan wawancara S1.6.1-S1.6.4. Subjek S1 mengatakan

tidak bisa mengambar balok , hal tersebut diakarenakan siswa masih belum memahami tahap – tahap dalam menggambar balok

e. Mengenal Berbagai Makna dan Intrepretasi Konsep Berikut adalah gambar hasil tes tertulis subjek S1 pada

(50)

[image:50.420.72.372.81.401.2]

41

Gambar 4. 8

Jawaban Tertulis Subjek S1 no. 4

Gambar 4. 9

Jawaban Tertulis Subjek S1 no. 3

G

Gambar 4. 10

Jawaban Tertulis Subjek S1 no. 9 dan no. 10

Subjek S1 menyebutkan semua titik sudut, rusuk dan sisi

kubus . (Gambar 4.8). Namun subjek S1 tidak menyebutkan sisi

dan rusuk yang sama. Subjek S1 hanya mengisi angka 12 dan 6

Subjek S1 mendefinisikan bangun ruang kubus sebagai

bangun ruang yang memiliki 6 sisi yang sama panjang (Gambar 4.9).. Namun

Subjek S1 menyebutkan semua titik sudut, rusuk dan sisi

(51)

42

menyebutkan sisi dan rusuk yang sama. Subjek S1 hanya

mengisi angka 4 dan 2 untuk jawaban tersebut

Subjek S1 balok yang tidak menjawab pertanyaan yang

tidak mendefinisikan balok tersebut (Gambar 4.10).

Hasil petikan wawancara terhadap subjek S1 yang

menggambarkan indikator mengidentifikasi dan memberikan contoh dan bukan contoh adalah sebagai berikut:

P1.3.1 : Selanjutnya menurut adek apa sih pengertian

dari kubus?

S1.3.1 : Ehm.... apa ya.. ya kotak itu ustad...

P1.3.2 : Lah, adek tadi kan menyebutkan bahwa contoh

kubus kan dadu, trus coba dadu berapa sisinya? S1.3.2 : (berangan - angan), .... ooohh ada 6 ustadz...

P1.3.3 : Tadi kan dadu kan kubus, jadi pengertian kubus

bagaimana dek?

S1.3.3 : Kubus adalah bangun ruang yang memiliki 6

sisi yang sama

Subjek S1 sudah memahami jika bentuk kubus adalah

kotak (S1.3.1), dan sesuai dengan petikan S1.3.2, subjek S1 juga

sudah mengetahui bahwa sisi kubus ada 6. sesuai dengan petikan S1.3.2, S1 juga bisa menyimpulkan bahwa kubus adalah

bangun ruang yang memili 6 sisi yang sama.

P1.4.1 : Nah, lanjut ya... coba lihat no. 4, ini kan

bangun ruang kubus, coba sebutkan titik sudut di dalam kubus tersebut !

[image:51.420.71.353.162.525.2]

S1.4.1 : Titik sudut A ( sambil menunjuk gambar titik sudut A), titik sudut B ( sambil menunjuk gambar titik sudut B), titik sudut C ( sambil menunjuk gambar titik sudut C), titik sudut D ( sambil menunjuk gambar titik sudu t D), titik sudut E ( sambil menunjuk gambar titik sudut E),

titik sudut F ( sambil menunjuk gambar titik sudut F), titik sudut G ( sambil menunjuk gambar titik sudut G), titik sudut H ( sambil menunjuk gambar titik sudut H)

(52)

43

S1.4.2 : Rusuk AB (sambil menunjuk gambar rusuk

AB), rusuk EF (sambil menunjuk gambar rusuk EF), rusuk HG (sambil menunjuk gambar rusuk HG), rusuk DC (sambil menunjuk gambar rusuk DC), rusuk BC (sambil menunjuk gambar rusuk BC), rusuk FG (sambil menunjuk gambar rusuk FG), rusuk EH (sambil menunjuk gambar rusuk EH), rusuk AD (sambil menunjuk gambar rusuk AD), rusuk AE (sambil menunjuk gambar rusuk AE), rusuk BF (sambil menunjuk gambar rusuk BF), rusuk CG (sambil menunjuk gambar rusuk CG), rusuk DH(sambil menunjuk gambar rusuk DH)

P1.4.3 : Kalau sisinya yang mana ajaadek?

S1.4.3 : Sisi ABCD (sambil menunjuk sisi ABCD), sisi

ABFE (sambil menunjuk sisi ABFE), sisi ADHE

(sambil menunjuk sisi ADHE), sisi EFGH (sambil menunjuk sisi EFGH), sisi DCGH (sambil menunjuk sisi DCGH),s isi BCGH (sambil menunjuk sisi BCGH)

P1.4.4 :Tadi rusuknya kan sudah disebutkan sama adek,

sekarang coba sebutkan rusuk yang mana saja yang sama panjang?

S1.4.4 : 12

P1.4.5 : Kenapa kamu kok jawab 12?

S1.4.5 : Ya pokoknya 12

P1.4.6 : Itu kan jumlahnya dek. Padahal pertanyaan tadi

kan sebutkan dek.

S1.4.6 : emh...( terdiam) enggak tahu ustadz....

P1.4.7 : Yaudah enggak apa–apa, sekarang coba

sebutkan sisi–sisi yang luasnya sama panjang! S1.4.7 : 6

P1.4.8 : Kenapa adek kok jawab 6? Kan pertanyannya

disuruh menyebutkan dek?

S1.4.8 : hehe iya ya... pokoknya yang saya tahu jumlah

(53)

44

P1.4.- : Oh, gitu ya.

Subjek S1 menyebutkan semua titik sudut, rusuk

dan sisi dengan benar (S1.4.1 – S1.4.3). Subjek S1 juga

menunjukkan semua bagian – bagian titik sudut, rusuk dan sisi. Subjek S1 belum menyebutkan rusuk yang sama

panjang dan sisi yang luasnya sama (S1.4.4 – S1.4.8). Subjek

S1 hanya mengatakan kalau jumlah rusuk yang sama

panjang pada kubus ada 12 dan jumlah sisi yang sama pada kubus ada 6.

P1.10.1 : Selanjutnya menurut adek ap

Gambar

Tabel 3.1  Subjek Penelitian
  Tabel 3.2 Daftar Validator Instrumen Penelitian
Tabel  3.3 Rubrik Analisis Pemahaman Konsep
 Tabel  3.4 Kategori Pemahaman Konsep
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran

Dari hasil penelitan dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran Project-Based Learning dapat meningkatkan pemahaman konsep belajar matematika materi

Dari uraian di atas pemahaman konsep merupakan kemampuan menerima dan memahami konsep dasar matematika serta menangkap makna yaitu translasi, interpretasi,

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis; (1) kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang menggunakan macromedia flash ; (2) respons siswa terhadap

Disimpulkan bahwa pembelajaran Discovery melalui metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII D SMP N 1 Sokaraja..

Peningkatan kemampuan pemahaman konsep yang diraih oleh siswa pada kelompok eksperimen ini dimungkinkan karena siswa tidak semata-mata menerima materi secara pasif,

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa: 1 rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang diajar menggunakan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1 kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang belajar melalui pembelajaran Reciprocal Teaching lebih tinggi dari siswa yang belajar