• Tidak ada hasil yang ditemukan

ProdukHukum KomInfo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ProdukHukum KomInfo"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

PERA TURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFQRMA TIKA NOMOR : 32 / PER / M.KOMINFO /10 / 2008

TENTANG

KEWAJIBAN PELA YANAN UNIVERSAL TELEKOMUNIKASI

DENGAN RAHMA T TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMA TIKA,

Menimbang : a. bahwa telekomunikasi mempunyai peran yang strategis dalam menunjang dan mendukung kegiatan perekonomian, memantapkan pertahanan dan keamanan serta mencerdaskan kehidupan bangsa;

b. bahwa sarana dan prasarana telekomunikasi yang ada belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah tertinggal, daerah terpencil, daerah perintisan, atau daerah perbatasan serta daerah yang tidak layak secara ekonomis;

c.

bahwa Menteri telah membentuk Balai Telekomunikasi dan

Informatika Perdesaan (BTIP) sebagai instansi khusus yang

mempunyai

tanggungjawab

sebagai

pengelola

Kontribusi

Kewajiban

Pelayanan

Universal

Telekomunikasi

dalam

penyediaan Kewajiban Pelayanan Universal;

d.

bahwa Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor'

11/PER/M.KOMINFO/04/2007 Tentang Penyediaan Kewajiban

Pelayanan Universal Telekomunikasi sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Menteri Nomor 38/PER/M.KOMINFO/09/2007

dipandang tidak sesuai lagi, sehingga perlu diganti;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d maka perlu menetapkan kembali Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika tentang Kewajiban Pelayanan Universal Telekomunikasi;

Mengingat 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1997. tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor

43,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687);

1

(2)

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun

1999

tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3881);

3.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17" Tahun 2003

tentang

Keuangan

Negara

(Lembaran

Negara

Republik

Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4286);

4.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004

tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4355);

5.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004

tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4493);

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penggunaan Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Bersumber

Pada

Kegiatan Tertentu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3871);

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3980);

8.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005

tentang

Pengelolaan

Keuangan

Badan

Layanan

Umum

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502);

9.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2005

tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang

Berlaku

pada

Departemen

Komunikasi

dan

Informatika

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 57,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4511);

10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006

Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4609);

11.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005

tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan

Tata

Kerja

Kementerian

Negara

Republik

Indonesia

sebagaimana telah diubah beberapa

kali terakhir dengan

Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2008;

2

/.

(3)

---12.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005

tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara

Republik Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2007;

13. Peraturan Presiden Nomor 67 tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan

Infrastruktur;

.

14.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun

2007

tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha

yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor

111 Tahun 2007;

15. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 20 Tahun

2001

tentang Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan

Informatika Nomor 30/PER/M.KOMINFO/09/2008;

16. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 21 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 30/PER/M.KOMINFO/09/2008;

17. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 4 Tahun

2001

Tentang Penetapan Rencana Dasar Teknis Nasional 2000 (Fundamental Technical Plan National 2000) Pembangunan Telekomunikasi Nasional sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 43/P/M.KOMINFO/12/2007;

18.

Peraturan Menteri Perhubungan Nomer KM. 2 Tahun

2005

tentang Penggunaan Pita Frekuensi 2400-2483.5 MHz;

19.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1006/KMK.05/2006 tentang

Penetapan Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan

Pada Departemen Komunikasi dan Informatika Sebagai Instansi

Pemerintah Yang Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum;

. ,

',1"..

~...-20. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 35/Per.M.KOMINFO/11/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan;

21.

Keputusan

Menteri

Komunikasi

dan

Informatika

Nomor

145/KEP/M.KOMINFO/04/2007

tentang

Penetapan

Wilayah

Pelayanan Universal Telekomunikasi sebagaimana telah diubah

dengan

Keputusan

Menteri

Komunikasi

dan

Informatika

Nomor 418/KEP/M.KOMINFO/09/2007;

22.

Peraturan

Menteri

Komunikasi

dan

Informatika

Nomor

25/PER/M.KOMINFO/08/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Departemen Komunikasi dan Informatika;

3

/

(4)

---Menetapkan

MEMUTUSKAN:

KEWAJIBAN PELAYANAN UNIVERSAL TELEKOMUNIKASI.

BABI

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri iniyang dimaksud dengan:

1.

Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman dan/atau

penerimaan

dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda,

isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat,

optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya;

2.

Jaringan

Telekomunikasi

adalah

rangkaian

perangkat

Telekomunikasi dan kelengkapannya yang digunakan dalam

bertelekomunikasi;

3.

Jasa Telekomunikasi adalah layanan telekomunikasi untuk memenuhi kebutuhan bertelekomunikasi dengan menggunakan jaringan Telekomunikasi;

4. Penyelenggaraan Telekomunikasi adalah kegiatan penyediaan dan pelayanan Telekomunikasi sehingga memungkinkan terselenggaranya Telekomunikasi;

5.

Penyelenggaraan

Jaringan Telekomunikasi

adalah

kegiatan

penyediaan dan/atau pelayanan jaringan Telekomunikasi yang

memungkinkan terselenggaranya telekomunikasi;

6.

Penyelenggaraan

Jasa

Telekomunikasi

adalah

kegiatan

penyediaan

dan/atau

pelayanan jasa

Telekomunikasi

yang

memungkirikan terselenggaranya telekomunikasi;

7.

Interkoneksi adalah keterhubungan antar jaringan telekomunikasi

dari penyelenggara telekomunikasi yang berbeda;

8.

Kontribusi

Kewajiban

Pelayanan

Universal

(KKPU)

Telekomunikasi adalah kontribusi yang merupakan Penerimaan

Negara

Bukan

Pajak

(PNBP)

yang

harus

dibayar

oleh

penyelenggara telekomunikasi dan yang dikelola oleh BTIP;

9.

Penyelenggaraan Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi

adalah kegiatan menyediakan akses dan layanan telekomunikasi

di WPUT.

10. Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomun[kasi adalah

Penyelenggara

Jaringan

Telekomunikasi

pemenang

lelang

penyediaan KPU Telekomunikasi yang menyediakan akses dan

layanan

Telekomunikasi

di

Wilayah

Pelayanan

Universal

Telekomunikasi (WPUT) beban KKPU Telekomunikasi;

4

(5)

---11. Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi (WPUT) adalah

lokasi penyediaan KPU Telekomunikasi yang ditetapkan Menteri,

seperti antara lain daerah tertinggal, daerah terpencil, daerah

perintisan, daerah perbatasan, dan daerah yang tidak layak

secara ekonomis, serta wilayah yang belum terjangkau akses dan

layanan Telekomunikasi;

12. Kontrak adalah perjanjian tertulis antara Pejabat Pembuat Komitmen Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan (PPK-BTIP) dengan Pemenang Lelang Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan;

13. Dokumen Pelelangan adalah pedoman bagi peserta lelang dalam

mengikuti kegiatan penyediaan jasa akses telekomunikasi dan

informatika perdesaan

yang memuat antara lain

semua

persyaratan yang diperlukan baik administratif maupun teknis,

penggunaan barang/jasa produksi dalam negeri, unsur-unsur

yang dinilai, kriteria, formula evaluasi yang akan digunakan, dan

jenis kontrak yang dipilih termasuk contoh-contoh formulir yang

perlu diisi yang dapat dimengerti dan diikuti oleh para peserta

lelang.

14. Menteri adalah Menteri yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang Telekomunikasi;

15. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi;

16. Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan (BTIP) adalah

Satuan Kerja di lingkungan

Direktorat Jenderal Pos dan

Telekomunikasi

yang

bertugas

melaksanakan

pengelolaan

pembiayaan penyediaan akses dan layanan telekomunikasi dan

informatika perdesaan.

BAB II

PENDANAAN

Pasal 2

I'

(1) Setiap Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi dan/atau Jasa Tetekomunikasi wajib dikenakan KKPU Telekomunikasi.

,

(2) KKPU Telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk prosentase tertentu dari pendapatan kotor Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi dan/atau Jasa Telekomunikasi setiap tahun.

(3)

KKPU Telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

merupakan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP).

5

(6)

-Pasal3

Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran penyetoran dan tata cara penarikan KKPU Telekomunikasi diatur dengan peraturan tersendiri.

BAB III

PENYEDIAAN KEWAJIBAN PELA YANAN

UNIVERSAL (KPU) TELEKOMUNIKASI

Pasal4

(1) Penyediaan KPU Telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri ini berupa penyediaan akses dan/atau layanan telekomunikasi di WPUT.

(2)

Penyediaan akses sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa

penyediaan

jaringan

end-to-end

yang

memungkinkan

terselenggaranya telekomunikasi.

(3) Penyediaan layanan telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa penyediaan layanan teleponi (memanggil dan dipanggil), Short Message Service (SMS) dan jasa akses internet.

(4)

Jasa akses internet sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

memiliki ketentuan :

a.

Kecepatan transfer data (throughput) minimal sebesar 56

Kbps yang diukur dari CPE ke perangkat Penyelenggara

Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi;

b.

Latency maksimal 750 ms yang diukur dari CPE ke Indonesia

Internet Exchange (IIX) sebagai referensi pengukuran; dan

c.

Packet Loss maksimal 2% yang diukur dari CPE ke Indonesia

Internet Exchange (IIX) sebagai referensi pengukuran.

(5) Penyediaan jasa akses internet sebagaimana dimaksud ayat (4) dilaksanakan agar desa WPUT siap dengan kemampuan internet (desa pinter) guna mengatasi kesenjangan digital.

PasalS

Sentuk lain penyediaan KPU Telekomunikasi selain penyediaan akses dan layanan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri tersendiri. .

Pasal6

(1)

Penetapan WPUT dilaksanakan setelah berkoordinasi dengan

instansi

terkait

dan/atau

mempertimbangkan masukan dari

masyarakat.

6

(7)

---(2)

WPUT

dapat

dikelompokkan

dalam

bentuk

blok

wilayah

berdasarkan kondisi geografis atau pertimbangan lainnya.

(3)

Menteri menetapkan wilayah tertentu sebagai WPUT.

Pasal7

(1) Direktur Jenderal mengevaluasi WPUT sesuai dengan dinamika perkembangan wilayah tersebut secara periodik.

(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) dapat dilakukan terhadap ketersediaan akses dan layanan yang disediakan oleh Penyelenggara Telekomunikasi di WPUT yang bukan beban KKPU Telekomunikasi.

(3) Kecuali berdasarkan pertimbangan gepgrafis dan strategis tetap diperlukan WPUT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang telah tersedia fasilitas telekomunikasi untuk umum oleh Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi tidak disediakan akses dan layanan KPU Telekomunikasi.

(4) Direktur Jenderal' menetapkan WPUT yang beban pendanaanya melalui KKPU Telekomunikasi.

BABIV

PENYELENGGARA KEWAJIBAN PELA YANAN UNIVERSAL TELEKOMUNIKASI

Bagian Pertama Penyelengga ra

Pasal8

(1)

Penyelenggara KPU Telekomunikasi merupakan Penyelenggara

Jaringan Telekomunikasi yang diberikan Izin Penyelenggaraan

Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi.

(2) Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menyelenggarakan layanan KPU Telekomunikasi atas dasar Kontrak dengan STIP.

Pasal9

..

(1) Kepemilikan saham asing diluar portofolio pad a Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi dibatasi tidak lebih dari 49 % (empat puluh sembilan persen).

(2) Kepemilikan saham asing sebagaimana CJimaksud pad a ayat (1) harus telah terjadi secara sah pada saat penyerahan Dokumen Penawaran.

7

).

(8)

---Bagian Kedua

Hak dan Kewajiban Sebagai Penyelenggara

Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi

Pasal 10

(1)

Penyelenggara

Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi berhak

untuk :

a.

menggunakan teknologi yang ada secara

bebas sesual

dengan

kebutuhan

dan

tujuan

penyediaan

KPU

Telekomunikasi;

b.

mendapatkan

interkoneksi dengan

Penyelenggara

Jaringan

lainnya;

c.

mendapatkan alokasi penomoran apabila diperlukan;

d.

menggunakan spektrum frekuensi radio

2390

MHz - 2400

MHz;

dan

e.

melanjutkan

penyelenggaraan

jaringan

telekomunikasi

secara

komersial

setelah masa kontrak berakhir sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(2) Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi hanya dapat mengembangkan akses dan layanan di wilayah WPUT pad a paket pekerjaan yang menjadi kewajibannya.

(3) Paket pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Pasal 13.

Pasal 11

(1)

Penyelenggara Jaringan Tetap

Lokal

KPU Telekomunikasi

memiliki kewajiban, antara lain:

a.

membayar

Biaya

Hak

Penyelenggaraan

(BHP)

Telekomunikasi

sesuai

dengan

ketentuan

peraturan

perundang-undangan yang berlaku;

b. membayar Biaya Hak Penggunaan (BHP) Frekuensi Radio sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku;

Spektrum peraturan

c. membayar KKPU Telekomunikasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

d. menggunakan alat dan/atau perangkat Telekomunikasi yang telah memperoleh sertifikat dari Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi;

e.

.

memberlakukan tarif pungut Penyelenggaraan Jaringan

Tetap

Lokal KPU Telekomunikasi KPU maksimum

sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini;

8

(9)

-f.

melakukan

pembukuan

k~uangan

Penyelenggaraan

Jaringan

Tetap

Telekomunikasi;

tersendiri

Lokal

atas KPU

g. menggunakan produksi dalam negeri sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini;

h.

melaksanakan penyediaan KPU Telekomunikasi berdasarkan

tingkat kualitas layanan sebagaimana yang ditetapkan dalam

kontrak;

i.

menjamin interoperability sistem yang dibangun dengan

sistem milik penyelenggara telekomunikasi lainnya;

j. melaksanakan pencatatan atas pendapatan dari setiap terminal KPU Telekomunikasi dan dilaporkan secara berkala kepada BTIP; dan

k.

menyampaikan data Call Detail Record (COR) dari setiap

terminal KPU Telekomunikasi ke BTIP.

(2) Dalam

penyediaan

akses

dan

layanan

telekomunikasi,

Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi wajib

menggunakan belanja modal

(capital

expenditure/capex)

sekurang-kurangnya

35 % (tiga puluh lima persen) untuk

pembelanjaan produksi dalam negeri.

(3) Dalam hal menggunakan spektrum frekuensi radio 2390 MHz -2400 MHz, maka Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi wajib menggunakan alat dan/atau perangkat Telekomunikasi yang memiliki tingkat komponen dalam negeri sekurang-kurangnya 20 % (dua puluh persen).

(4) Besaran persentase sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan

ayat (3) dihitung dengan menggunakan metode perhitungan

sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

BABV

PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELA YANAN UNIVERSAL

TELEKOMUNIKASI

Bagian Pertama

Pemilihan Penyelenggara Jaringan Tetap

Lokal Kewajiban Pelayanan Universal Telekomunikasi

Pasal 12

(1)

Penyelenggara Jaringan Tetap

Lokal

KPU

Telekomunikasi

ditetapkan oleh Menteri berdasarkan proses pelelangan yang

dilaksanakan oleh BTIP.

.~

.

"'"

9

(10)

---(2) Tata cara pelelangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dokumen pelelangan.'

Pasal13

(1) Penyelenggaraan KPU Telekomunikasi dibagi dalam 7 (tujuh) paket pekerjaan yang meliputi 11 (sebelas) blok WPUT yang terdiri dari desa-desa.

(2) Peserta lelang dapat mengikuti lelang lebih dari 1 (satu) paket pekerjaan dengan memperhatikan kemampuan keuangan perusahaan.

(3)

Peserta lelang dapat menjadi pemenang lelang di lebih dari 1

(satu) paket pekerjaan.

(4)

Ketentuan komposisi paket pekerjaan dan blok WPUT diatur lebih

lanjut dalam dokumen pelelangan.

Pasal14

(1) Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi wajib menyediakan, mengoperasikan, memelihara jaringan dan layanan KPU Telekomunikasi.

(2) Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi wajib membangun seluruh jaringan akses Telekomunikasi di desa WPUT yang menjadi kewajibannya.

(3) Jaringan akses yang dibangun di desa WPUT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya 1 (satu) Satuan Sambungan Layanan (SSL).

Pasal15

(1) Parameter penilaian dalam pelaksanaan lelang KPU Telekomunikasi sekurang-kurangnya meliputi aspek :

a.

biaya penyediaan layanan KPU Telekomunikasi; dan

b. kualitas pengoperasian dan pemeliharaan layanan KPU Telekomunikasi.

(2) Ketentuan teknis parameter penilaian sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) diatur lebih lanjut dalam dokumen pelelangan.

10

(11)

,;,----Bagian Kedua

Perizinan

Pasal 16

Menteri memberikan Izin Penyelenggaraan

Jaringan Tetap Lokal KPU

Telekomunikasi

kepada Penyelenggara

Jaringan Telekomunikasi yang

memenangkan

lelang

dengan

cakupan

WPUT

yang

menjadi

kewajibannya.

Pasal 17

(1)

Izin Penyelenggaraan Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi

sebagaimana

dimaksud dalam Pasal

16 diterbitkan melalui

tahapan pemberian :

a. Izin Prinsip Penyelenggaraan; dan

b. Izin Penyelenggaraan.

(2)

Menteri menerbitkan Izin Prinsip Penyelenggaraan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a selambat-Iambatnya 14 (empat

belas) hari kerja setelah penandatanganan Kontrak.

(3)

Masa laku Izin Prinsip Penyelenggaraan berlaku selama 6 (enam)

bulan.

(4)

Izin Prinsip Penyelenggaraan

sebagaimana

yang dimaksud pada

ayat (3) dapat diperpanjang berdasarkan

hasil evaluasi

oleh

Direktur Jenderal.

(5) Tatacara dan kriteria evaluasi diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal.

Pasal 18

(1) Izin Penyelenggaraan Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi

sebagaimana

dimaksud

dalam

Pasal 17 ayat (1) huruf b

diterbitkan setelah sekurang-kurangnya 10 % (sepuluh persen) SSL siap dioperasikan di WPUT yang menjadi kewajibannya dan telah memperoleh Surat Keterangan Laik Operasi (SKLO).

(2)

Pelaksanaan Uji Laik Operasi (ULO) dapat dilakukan secara

sampling.

Pasal19

(1)

Izin

Penyelenggaraan

Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b berlaku sampai dengan masa laku Kontrak Penyediaan KPU Telekomunikasi.

11

(12)

--(2) Dalam hal masa laku Kontrak Penyediaan KPU Telekomunikasi berakhir, maka Izin penyelenggaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan berdasarkan hasil evaluasi.

Bagian

Ketiga

Spektrum

Frekuensi

Radio

Pasal20

(1)

Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi dapat

diberikan Izin Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio 2390 MHz

- 2400 MHz

dengan wilayah cakupan hanya terbatas pada

wilayah

desa

WPUT

di

paket

pekerjaan

yang

menjadi

kewajibannya.

(2)

.

Selain alokasi spektrumfrekuensi radio sebagaimanadimaksud

pada ayat (1), Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU

Telekomunikasi dapat menggunakan alokasi spektrum frekuensi

radio 2400-2483.5 MHz sesuai peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

(3) Jangka waktu Izin Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal21

Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi wajib

membayar BHP Spektrum Frekuensi Radio berbasis Izin Stasiun Radio

(ISR) untuk setiap stasiun radio yang dibangun sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BABVI

KETENTUAN RENCANA DASAR TEKNIS PENYELENGGARAAN

KEWAJIBAN PELAYANAN UNIVERSAL TELEKOMUNIKASI

Bagian Pertama

Umum

Pasal22

Penyelenggaraan

Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi wajib memenuhi ketentuan rencana dasar teknis sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini.

Pasal23

(1)

Penyediaan KPU Telekomunikasi harus menerapkan

pnnslp-prinsip, meliputi :

a.

teknologi netral;

b.

kualitas pelayanan (quality of service); dan

c.

harga yang terjangkau bagi masyarakat.

12

,/

(13)

-(2) Teknologi netral sebagaimaQa dimaksud pada ayat (1) huruf a, berarti Pelaksana Penyedia dapat menggunakan teknologi yang menggunakan kabel dan/atau tanpa kabel (nirkabel) untuk penyediaan pelayanan

KPU

Telekomunikasi dengan tetap memberikan kualitas pelayanan yang terbaik dan harga yang terjangkau serta menjamin keberlangsungan pelayanan yang diberikan dengan tetap mengikuti ketentuan yang berlaku.

(3) Kualitas pelayanan (quality of services) sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b, merupakan pelayanan KPU Telekomunikasi yang diberikan harus sesuai kriteria yang tertuang dalam kontrak.

(4)

Harga yang terjangkau bagi masyarakat sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf c, merupakan harga untuk pelayanan yang

diberikan harus dapat dijangkau oleh masyarakat setiap daerah

WPUT.

Pasal24

Berdasarkan pertimbangan prinsip efisiensi, kondisi geografis dan perkembangan teknologi, Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi dapat menentukan konfigurasi jaringan tersendiri.

Bagian Kedua

Penomoran

Pasal25

Alokasi penomoran yang digunakan dalam Penyelenggaraan Jaringan

Tetap Lokal KPU Telekomunikasi dengan ketentuan :

a.

menggunakan

sistem

penomoran

yang

telah

dialokasikan

sebelumnya bagi penyelenggara jaringan telekomunikasi yang

telah memiliki alokasi penomoran;

b. dalam hal penyelenggara jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud huruf a memiliki sistem penomoran lebih dari 1 (satu) maka wajib memilih salah satu alokasi penomoran dan konsisten terhadap sistem yang dipilih, antara lain zona pembebanan dan interkoneksi yang diajukan pada saat pengajuan dokumen penawaran;

c. menggunakan alokasi sistem penomoran Penyelenggaraan Jaringan Tetap Lokal yang diberikan Direktur Jenderal selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender setelah Izin Prinsip Penyelenggaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a diterbitkan bagi penyelenggara telekomunikasi yang belum memiliki alokasi penomoran.

13

(14)

-Pasal26

(1) Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi yang menggunakan sistem penomoran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dapat menerapkan ketentuan ruting sesuai dengan sistem penomoran dimaksud.

(2) Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi yang menggunakan sistem penomoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menerapkan ketentuan ruting tersendiri.

(3) Ketentuan ruti,ng sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan untuk mencapai ruting yang paling efisien (least cost routing). '

Bagian Ketiga

Tarif

Pasal27

(1)

Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi yang

telah memiliki Izin Penyelenggaraan Jasa Teleponi Dasar wajib

menerapkan sistem pentarifan yang telah dimiliki.

(2) Penerapan sistem pentarifan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh mengakibatkan tarif pungut melebihi tarif pungut sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini. (3) Dalam hal Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU

Telekomunikasi tidak memiliki sistem pentarifan sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) wajib mengikuti sistem pentarifan Penyelenggaraan Jaringan Tetap Lokal sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal28

Penerapan zona pembebanan tarif dalam sistem pentarifan Penyelenggaraan Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi hanya dapat dilakukan dengan menggabungkan zona pembebanan eksisting,

Pasal29

(1) Lampiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) merupakan acuan tarif pungut maksimal Penyelenggaraan Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi selama masa kontrak. (2) Tarif pungut yang diberlakukan dalam Penyelenggaraan Jaringan

Tetap Lokal KPU Telekomunikasi ditetapkan dalam kontrak berdasarkan penawaran Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi.

14

(15)

-(3)

Tarif pungut sebagaimana yang tercantum dalam Lampiran ini

komponennya terdiri dari tarif

interkoneksi sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

(4) Dalam hal struktur dan tarif interkoneksi mengalami perubahan maka tarif pungut Penyelenggaraan Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi wajib mengikuti struktur dan tarif interkoneksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Keempat Interkoneksi

Pasal30

(1) Setiap Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi wajib menyediakan interkoneksi kepada Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi.

(2)

Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi yang

belum

memiliki

PKS

Interkoneksi

diperlakukan

mengikuti

ketentuan Jaringan Tetap Lokal.

(3) Interkoneksi antara penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi dengan Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi dituangkan dalam Perjanjian Kerja Sama (PKS) Interkoneksi yang wajib diselesaikan dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak disampaikannya permintaan interkoneksi.

(4) Dalam hal Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal

KPU

Telekomunikasi telah memiliki PKS interkoneksi dengan penyelenggara telekomunikasi lainnya maka wajib menggunakan PKS interkoneksi yang telah dimiliki.

(5)

Penggunaan PKS Interkoneksi eksisting sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) tanpa melakukan perubahan terhadap biaya

interkoneksi, sistem penomoran dan ruting panggilan.

(6) PKS interkoneksi wajib diimplementasikan dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak ditanda tangani.

Pasal31

(1)

Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi dapat

menggunakan teknologi berbasis Internet Protocol (IP) dalam

berinterkoneksi dengan Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi.

(2) Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi eksisting yang dapat

berinterkoneksi dengan teknologi IP di masing-masing wilayah pemenang lelang., wajib menerima interkoneksi Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi.

(3)

Besaran biaya interkoneksi berbasis IP ditetapkan berdasarkan

kesepakatan bersama dengan azas non diskriminasi.

15

(16)

-(4)

Mekanismeuntuk

mencapai kesepakatan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mengacu pada proses negosiasi dan penyelesaian perselisihan yang ada dalam peraturan interkoneksi yang berlaku.

(5) Oalam hal Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi menggunakan teknologi berbasis IP dan penyelenggara jaringan telekomunikasi eksisting tidak mampu menerima interkoneksi menggunakan teknologi berbasis IP, maka penyediaan perangkat interface untuk melakukan interkoneksi menjadi tanggung jawab Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi.

(6) Interkoneksi sebagaimana dimaksud pad a ayat (5) mengikuti ketentuan interkoneksi jaringan tetap loka!.

I

Pasal32

(1)

Setiap Penyelenggara Jaringan wajib mendahulukan kebutuhan

Penyelenggara Jaringan Tetap

Lokal

KPU Telekomunikasi

terhadap fasilitas penting interkoneksi yang dimiliki.

(2) Fasilitas penting sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya berupa ko-Iokasi, duct, menara dan sewa jaringan. (3) Biaya akses terhadap fasilitas penting yang dibebankan kepada

Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi harus berdasarkan prinsip transparan dan berkeadilan.

Pasal33

(1)

Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi wajib

mengoperasikan layanan telekomunikasi untuk panggilan masuk

(incoming) maupun panggilan keluar (outgoing) minimal 8

(delapan) jam sesuai dengan karakteristik wilayah WPUT.

(2)

Oi luar 8 (delapan) jam sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomuniksi wajib

menjamin layanan telekomunikasi dengan ketentuan :

a.

Petugas dapat dihubungi dan mengoperasikan; dan

b.

Perangkat dapat

dioperasikan

untuk

panggilan

masuk

(incoming) dan panggilan keluar (outgoing).

Bagian Kelima Kontrak

Pasal34

(1) Kontrak Penyediaan KPU Telekomunikasi bersifat tahun jamak

(multiyears) untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.

16

(17)

--(2)

Kontrak penyediaan KPU Telekomunikasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dapat diperpanjang berdasarkan hasil evaluasi

sepanjang anggaran tersedia dan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

Pasal35

(1)

Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi berhak

mendapatkan

biaya

atas

penyediaan

KPU Telekomunikasi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.

(2)

Biaya

atas

penyediaan KPU Telekomunikasi

sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), diberikan berdasarkan kesiapan fungsi

dan berbasis kinerja dari :

a.

proses penyediaan akses;

b.

layanan telekomunikasi;

c.

pengoperasian; dan

d.

pemeliharaan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Kontrak.

Pasal36

(1) Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi berhak memperoleh seluruh pendapatan dari hasil penyediaan KPU Telekomunikasi.

(2)

Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi wajib

menanggung resiko atas pendapatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dari penyediaan KPU Telekomunikasi.

Bagian

Keenam Kerjasama

Pasal37

(1) Untuk pengoperasian dan pemeliharaan .fasilitas t~rminal pengguna, Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi dapat bekerja sam a dengan masyarakat dan/atau

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam penyediaan KPU Telekomunikasi.

(2) Keterlibatan masyarakat dan/atau UKM sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan berdasarkan perjanjian kerjasama secara tertulis.

17

(18)

-BAB VII

TATA CARA PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Pasal38

BTIP

melaksanakan

pengawasan

dan

pengendalian

terhadap

Penyelenggaraan Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi.

BAB VIII

SANKSI

Pasal39

(1) Oalam hal Penyelenggara Jaringan Tetap Lokal KPU Telekomunikasi tidak memenuhi kewajiban yang tercantum dalam Kontrak (wanprestasi), maka dikenakan sanksi berupa :

a.

pemutusan Kontrak;

b. pencabutan dan pernyataan tidak berlaku Izin yang diberikan untuk keperluan penyediaan KPU Telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) dan Pasal 21 ayat (3); dan/atau

c. pengenaan denda sesuai dengan kontrak.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi diatur dalam Kontrak.

Pasal40

Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi yang tidak memberikan akses

interkoneksi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 30 ayat (1).

dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

BABIX

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal41

(1) Operasi, pemeliharaan dan revitalisasi atas fasilitas telekomunikasi perdesaan yang telah dibangun oleh Pemerintah dapat diintegrasikan dengan Penyediaan KPU Telekomunikasi. (2) Pengaturan integrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

lebih lanjut dalam peraturan tersendiri.

18

/'

(19)

--BABX

PENUTUP

Pasal42

Dengan berlakunya Peraturan ini maka Peraturan Menteri Komunikasi

dan

Informatika

Nomor

11/PER/M.KOMINFO/04/2007

tentang

Kewajiban Pelayanan Universal sebagaimana telah diubah terakhir

dengan

Peraturan

Menteri

Komunikasi dan

Informatika

Nomor

38/PER/M.KOMINFO/09/2007 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal43

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Jakarta

o Oktober 2008

19

(20)

---, /

;' LAMPI RAN : PERATURAN MENTERI KOMUNI-KASI OANINFORMATIKA

NOMOR : 32 /PER/M.KOMINFO/10/2008 TANGGAL : 10 Oktober 2008

TARIF PUNGUT MAKSIMAL PENYELENGGARAAN JARINGAN TET AP LOKAL KPU TELEKOMUNIKASI

I

,

I. Tarif Percakapan

a. Lokal .

on-net KPU

off-net KPU - PSTN/FWA

off-net KPU - Seluler off-net KPU - Satelit

b. SLJJ

_ _ on-net KPU

off-net KPU - PSTN/FWA

off-net KPU - Seluler

off-net KPU - Satelit

c. SLI

II. Tarif SMS

~

Biaya Interkoneksi Originasi Lokal + Maksimum 60% dari Biaya Interkoneksi Originasi Lokal

Biaya Interkonesi Terminasi Lokal ke PSTN/FWA + Maksimum 60% dari Biaya Interkonesi Terminasi Lokal ke PSTN/FWA

Biaya Interkoneksi Terminasi Lokal ke Seluler + Maksimum 60% dari Biaya Interkoneksi Terminasi Lokal ke Seluler Biaya Interkoneksi Terminasi ke Satelit + Maksimum 30% dari Biaya InterkoneksiTerminasi ke Satelit

Biaya Interkoneksi Originasi Jarak Jauh + Maksimum 60% dari Biaya InterkoneksiOriginasi Jarak Jauh Biaya Interkonesi Terminasi Jarak Jauh ke PSTN/FWA + Maksimum 60% dari Biaya Interkonesi Terminasi Jarak Jauh ke PSTN/FWA

Biaya Interkoneksi Terminasi Jarak Jauh ke Seluler + Maksimum 60% dari Biaya Interkoneksi Terminasi Jarak Jauh ke Seluler

Biaya Interkoneksi Terminasi ke Satelit + Maksimum 30% dari Biaya InterkoneksiTerminasi ke Satelit Biaya Interkoneksi Originasi International + Maksimum 60% dari Biaya InterkoneksiOriginasi International

+ Biaya Terminasi SLI ke Negara Tujuan .1

.j

'1

I

Maksimum Rp.50,- I pesan.

III. Tarif Akses Internet Maksimum Rp. 3.000/jam

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

bahwa Gubernur Kepulauan Riau bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kepulauan Riau sesuai ketentuan Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3) serta Pasal 3 ayat (2) Undang -Undang

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3) serta Pasal 3 ayat (2) Undang -Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak,

ketentuan Pasal 4 ayat (4) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara dan Pasal 41 ayat (4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

surat pernyataan di atas meterai dari pabrikan yang menjamin spesifikasi teknis dan kualitas alat dan perangkat telekomunikasi kelompok jaringan dan atau kelompok akses (Non

bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan publik dalam proses perizinan penyelenggaraan jaringan telekomunikasi, perlu melakukan perubahan terhadap Peraturan Menteri

NUSANTARA SARANA TELEKOMUNIKASI wajib membangun sarana dan prasarana penyelenggaraan jaringan tetap tertutup sesuai rencana kerja (action plan) dan jadwal pelaksanaan

Kominfo/01/2009 Tentang Peluang Usaha Penyelenggaraan Jaringan Tetap Lokal Berbasis Packet Swtched Yang menggunakan Pita Frekuensi Radio 2.3 Ghz Untuk Keperluan Layanan