• Tidak ada hasil yang ditemukan

Draft Lakip PusbinPK 2009 Bandung5feb2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Draft Lakip PusbinPK 2009 Bandung5feb2010"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

TAHUN 2009

PUSAT PEMBINAAN PENYELENGGARAAN KONSTRUKSI

BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA

MANUSIA

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...1

KATA PENGANTAR...2

RINGKASAN EKSEKUTIF...3

BAB I PENDAHULUAN...7

1.1. TUGAS POKOKDAN FUNGSI...7

1.2. STRUKTUR ORGANISASI...10

1.3. LINGKUNGAN STRATEGIS...14

BAB II PERENCANAAN STRATEGIK...21

2.1. RENCANA STRATEGIK...21

2.1.1. VISI...21

2.1.2. MISI...21

2.1.3. TUJUANDAN SASARAN...22

2.1.4 KEBIJAKAN, PROGRAMDAN KEGIATAN...23

2.2. RENCANA KINERJA...25

2.2.1 RENCANA KINERJA TAHUNAN...25

2.2.2 INDIKATOR KINERJA...28

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA...30

3.1. PENGUKURAN KINERJA...30

3.1.1...KERANGKA PENGUKURAN KINERJA 30 3.1.2...PENGUMPULAN DATA KINERJA 31 3.2. EVALUASI KINERJA...32

3.3. ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA...32

(3)

KATA PENGANTAR

Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi sebagai salah satu pusat di lingkungan Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia (BPKSDM), Departemen Pekerjaan Umum, wajib menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Penyusunan laporan Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi Tahun Anggaran 2009 berdasarkan pelaksanaan tugas pembinaan penyelenggaraan konstruksi dan fasilitasi pengadaan jasa konstruksi dalam rangka mewujudkan produk akhir konstruksi yang handal dan bermanfaat melalui pembinaan tertib penyelenggaraan proses Pengadaan Barang/Jasa dan Administrasi Kontrak, penerapan Sistem Manajemen Mutu Konstruksi, penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi, dan Pengendalian Dampak Lingkungan Konstruksi.

Dari laporan ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada Pimpinan dalam menentukan strategi dan kebijaksanaan yang akan diambil untuk meningkatkan kinerja Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi dalam melaksanakan tugas pembinaan dimasa mendatang.

Jakarta, Januari 2010 Kepala Pusat

Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi

Ir. Soekistiarso, Dipl.HE NIP 110032229

(4)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Penyelenggaraan kegiatan-kegiatan di Pusat Pembinaan Penyelenggaran Konstruksi (PPPK) yang sudah dilaksanakan merupakan kegiatan pendukung terhadap pencapaian Visi dan Misi Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia (BPKSDM), Departemen Pekerjaan Umum. Visi BPKSDM adalah menjadi lembaga yang kredibel dalam pembinaan sektor konstruksi, dengan Misi (1) mewujudkan pembinaan di bidang konstruksi dan sumber daya manusia untuk mendukung tersedianya infrastruktur nasional yang handal, bermanfaat dan berkelanjutan; (2) mewujudkan pembinaan usaha jasa konstruksi nasional yang kokoh dan berdaya saing tinggi di tingkat nasional, regional dan internasional.

Dalam usaha mewujudkan visi BPKSDM, Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi pada Tahun Anggaran 2009 menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan penyiapan perangkat kebijakan penyelenggaraan konstruksi infrastruktur pekerjaan umum, sosialisasi, dan bimbingan teknis atau bantuan teknis dalam rangka mewujudkan pelaksanaan pengadaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengadaan yaitu efektif, efisien, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel, tertib administrasi kontrak, serta menghasilkan penyelenggaraan konstruksi yang bermutu. Kegiatan tersebut merupakan upaya pencapaian Visi Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi yaitu mewujudkan penyelenggaraan konstruksi yang handal dan akuntabel.

Realisasi dari penyelesaian kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan perlu dilakukan peninjauan kembali terhadap pencapaian sasaran misi Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi dan misi BPKSDM secara keseluruhan dengan mengelompokan kegiatan dalam satu ikatan indikator kinerja.

(5)

Sasaran IndikatorSasaran Target2009 Realisasi 2009 Ket 1 2 Sasaran Utama: Meningkatnya kualitas pengawasan dan profesionalisme penyelenggaraan pekerjaan umum 1 Meningkatnya

kualitas konstruksi melalui

pengembangan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria (NSPK) sistem kualitas,

peningkatan

kualitas, analisis dampak lingkungan serta keselamatan dan kesehatan kerja (K3) Konstruksi

Tingkat mutu dan keselamatan kerja konstruksi melalui

penerapan Sistem

Manajemen Mutu Konstruksi dan Sistem

Manajemen K3 Konstruksi secara konsisten

meningkat

14

Provinsi 14 Provinsi

2 Meningkatnya efektifitas pelaksanaan

perundang-undangan bidang jasa konstruksi melalui review dan penyempurnaan peraturan dan

perundang-undangan (UU, PP, dan Keppres, Perpres, Permen dan Kepmen) bidang jasa konstruksi.

Tertib

administrasi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan bidang jasa konstruksi

1 NSPK 0 NSPK Pelaksanaan terkendala SDM

Keterangan :

PG : Pengguna Jasa PJ : Penyedia Jasa

(6)

Sasaran IndikatorSasaran Target2009 Realisasi 2009 Ket

1 2

3 Meningkatnya pemahaman

pengguna dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan konstruksi melalui pembinaan

pengadaan barang/jasa

Bertambahnya kemampuan dan keahlian SDM dalam

pelaksanaan penyelenggaraan pengadaan

barang/jasa

58 Org Penggun a Jasa 100 Org Penyedia Jasa

58 Org Penggun a Jasa 100 Org Penyedia Jasa 4 Meningkatnya

pemahaman dan kesadaran

masyarakat jasa konstruksi dalam mengimplementasik an perundang-undangan bidang jasa konstruksi melalui fasilitasi sosialisasi dan diseminasi NSPK bidang jasa konstruksi Tertib

administrasi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan bidang jasa konstruksi 1

Laporan 1 Laporan

5 Meningkatnya

akuntabilitas kontrak konstruksi melalui pengembangan standar, pedoman, dan manual sistem administrasi kontrak

Tertib

administrasi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan bidang jasa konstruksi 5

Provinsi 5 Provinsi

6 Penerapan layanan e–procurement pada seluruh kegiatan pengadaan barang/ jasa.

(7)

Sasaran IndikatorSasaran Target2009 Realisasi 2009 Ket

1 2

7 Meningkatnya tertib penyelenggaraan konstruksi melalui pengembangan kebijakan

pengadaan barang/jasa konstruksi

5 NSPK 5 NSPK

8 Meningkatnya akuntabilitas pengadaan di lingkungan departemen pekerjaan umum T e

200 PG 1.063 PG Peningkatan jumlah peserta untuk mengikuti Sertifikasi Ahli Pengadaan Barang/Jasa

9 Meningkatnya tata kelola dan tata laksana pembinaan, pengembangan dan penyelenggaraan

usaha jasa

konstruksi sesuai prinsip-prinsip good governance. r Administrasi perkantoran semakin tertib 2

Laporan 2Laporan .:

1

0 Meningkatnyakualitas konstruksi melalui bantuan teknis bidang pengadaan jasa konstruksi dan diseminasi norma, standar, pedoman, manual (NSPK) sistem kualitas, peningkatan

kualitas, analisis dampak lingkungan serta keselamatan dan kesehatan kerja (K3) Konstruksi

Berkurangnya terjadinya kegagalan

bangunan dan kecelakaan kerja konstruksi 4 Provinsi 280 Penggun a 280 Penyedia 4 Provinsi 426 Penggun a 472 Penyedia

Bertambahnya jumlah peserta karena antusiasme peserta yang cukup tinggi

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2008, Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi mempunyai tugas melaksanakan pembinaan penyelenggaraan konstruksi berdasarkan kebijakan teknis Kepala Badan dan dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut:

a. Pembinaan bidang pengadaan jasa konstruksi;

b. Pembinaan bidang pengembangan kualitas konstruksi dan analisis dampak lingkungan konstruksi;

c. Pembinaan bidang pengembangan administrasi kontrak konstruksi; d. Pelaksanaan urusan tata usaha pusat;

Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi terdiri dari: 1). Bidang Pengadaan Jasa Konstruksi;

2). Bidang Kualitas Konstruksi dan Analisis Dampak Lingkungan Konstruksi; 3). Bidang Administrasi Kontrak Konstruksi;

4). Subbagian Tata Usaha;

5). Kelompok Jabatan Fungsional

1). Bidang Pengadaan Jasa Konstruksi

Bidang Pengadaan Jasa Konstruksi mempunyai tugas melaksanakan:

a. merumuskan kebijakan pengadaan jasa konstruksi; b. menyusun rekomendasi proses pengadaan;

c. menyusun rekomendasi jawaban atas sanggahan banding kepada Menteri.

Dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut: a. pengembangan standar dan pedoman pengadaan jasa konstruksi;

b. penyusunan rekomendasi proses pengadaan;

c. penyusunan rekomendasi jawaban atas sanggahan banding;

(9)

Bidang Pengadaan Jasa Konstruksi terdiri dari:

1. Subbidang Wilayah Barat yang mempunyai tugas menyusun rekomendasi cara pengadaan, proses pengadaan, jawaban atas sanggahan banding, serta melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pengadaan di wilayah Barat, serta membantu penyiapan standar dan pedoman pengadaan jasa konstruksi nasional; 2. Subbidang Wilayah Timur yang mempunyai tugas menyusun rekomendasi cara

pengadaan, proses pengadaan, jawaban atas sanggahan banding, serta melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pengadaan di wilayah Timur, serta membantu penyiapan standar dan pedoman pengadaan jasa konstruksi nasional.

2). Bidang Kualitas Konstruksi dan Analisis Dampak Lingkungan Konstruksi. Bidang Kualitas Konstruksi dan Analisis Dampak Lingkungan Konstruksi mempunyai tugas:

a. melaksanakan pengembangan kualitas konstruksi b. melaksanakan analisis dampak lingkungan konstruksi.

Dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut: a. pengembangan sistem kualitas konstruksi dan analisis dampak lingkungan

konstruksi;

b. penyiapan pedoman, standar dan petunjuk pelaksanaan kualitas konstruksi dan analisis dampak lingkungan konstruksi;

c. pembinaan teknis kualitas konstruksi dan analisis dampak lingkungan konstruksi;

d. monitoring dan evaluasi penerapan kualitas konstruksi dan analisis dampak lingkungan konstruksi;

Bidang Kualitas Konstruksi dan Analisis Dampak Lingkungan Konstruksi terdiri dari: 1. Subbidang Kualitas Konstruksi yang mempunyai tugas mengembangkan sistem

kualitas konstruksi, menyiapkan pedoman, standar dan petunjuk pelaksanaan, menyelenggarakan pembinaan teknis kualitas konstruksi, serta melakukan monitoring dan evaluasi penerapan kualitas konstruksi;

2. Subbidang Analisis Dampak Lingkungan Konstruksi yang mempunyai tugas menyiapkan pedoman, standar dan petunjuk pelaksanaan, menyelenggarakan

(10)

pembinaan analisis dampak lingkungan konstruksi, serta melakukan monitoring dan evaluasi analisis dampak lingkungan konstruksi.

3). Bidang Administrasi Kontrak Konstruksi.

Bidang Administrasi Kontrak Konstruksi mempunyai tugas: a. melaksanakan penyiapan sistem administrasi kontrak b. melaksanakan pengembangan sistem administrasi kontrak

Dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut: a. penyiapan standar dan pedoman administrasi kontrak;

b. pengembangan sistem administrasi kontrak; c. pembinaan teknis sistem administrasi kontrak;

d. pelaksanaan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan administrasi kontrak.

Bidang Administrasi Kontrak Konstruksi, terdiri dari:

1. Subbidang Pengaturan mempunyai tugas menyusun pedoman, standar dan petunjuk pelaksanaan administrasi kontrak konstruksi, serta mengembangkan sistem administrasi kontrak konstruksi.

2. Subbidang Pemberdayaan dan Monitoring mempunyai tugas menyelenggarakan pembinaan teknis sistem administrasi kontrak konstruksi serta melakukan monitoring dan evaluasi kontrak konstruksi.

4). Sub Bagian Tata Usaha.

Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan tata persuratan serta kearsipan Pusat.

5). Kelompok Jabatan Fungsional

Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2008, struktur organisasi di Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi ada Kelompok Jabatan Fungsional, namun sampai saat ini belum ada Sumber Daya Manusianya.

(11)

Pada bagian organisasi dan tata kerja Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi ditetapkan unit kerja Balai Kajian Penyelenggaraan Konstruksi (BKPK) sebagai unit pelaksana teknis kajian penyelenggaraan konstruksi di bidang Pekerjaan Umum (Permen Pekerjaan Umum Nomor 569/PRT/M/2005), bertanggung jawab langsung kepada Kepala Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi.

Balai Kajian Penyelenggaraan Konstruksi melaksanakan tugas kajian dan bantuan teknis terhadap penyelenggaraan konstruksi yang mencakup bidang pengadaan jasa konstruksi, kualitas konstruksi, analisis dampak lingkungan serta keselamatan dan kesehatan kerja

Dalam melaksanakan tugasnya unit kerja Balai menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

a. penyusunan program kerja

b. penyiapan tenaga ahli, peralatan dan pedoman operasional c. pelaksanaan kajian penyelenggaraan pengadaan jasa konstruksi

d. pelaksanaan kajian penyelenggaraan sistem manajemen kualitas konstruksi dan analisis dampak lingkungan

e. pelaksanaan kajian penyelenggaraan sistem manajemen K3 konstruksi f. pelaksanaan bantuan teknik penyelenggaraan pengadaan jasa konstruksi

g. pelaksanaan bantuan teknik penyelenggaraan sistem manajemen kualitas konstruksi dan analisis dampak lingkungan

h. pelaksanaan bantuan teknik penyelenggaraan sistem manajemen K3 konstruksi i. pelaksanaan pelayanan kepada instansi pemerintah dan masyarakat bidang

penilaian kualitas konstruksi

j. pelaksanaan penyiapan laporan dan informasi atas tugas yang telah dilaksanakan k. pengelolaan sarana dan prasarana

l. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai.

Balai Kajian Penyelenggaraan Konstruksi, terdiri dari:

a. Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan, tata persuratan dan tata kearsipan, perlengkapan, rumah tangga, sistem informasi dan pengelolaan sarana dan prasarana Balai.

b. Seksi Program dan Pelayanan Teknis mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan dan pengelolaan data, penyusunan program, kajian dan bantuan teknik penyelenggaraan pengadaan jasa konstruksi, sistem manajemen kualitas

(12)

konstruksi dan analisis dampak lingkungan, sistem manajemen K3 serta penyusunan laporan Balai.

1.2. Struktur Organisasi

(13)

KASUBBID. WILAYAH BARAT

KEPALA PUSAT PEMBINAAN PENYELENGGAR

AAN KONSTRUKSI

KEPALA SUBBAG TATA USAHA

KABID.KUALITAS KONSTRUKSI DAN ANDAL KONSTRUKSI

KASUBBID. KUALITAS KONSTRUKSI

KASUBBID. ANDAL KONSTRUKSI KASUBBID. WILAYAH

TIMUR KABID. PENGADAAN JASA

KONSTRUKSI KONTRAK KONSTRUKSIKABID.ADMINISTRASI

KASUBBID. PENGATURA

N

KASUBBID PEMBERD. MONITORI

NG

KA. BALAI KAJIAN PENYELENGGARAAN

KONSTRUKSI

KASUBBAG TU. BALAI KAJIAN PENYELENGGARAAN

KONSTRUKSI

KASI. PELAYANAN TEKNISBALAI KAJIAN PENYELENGGAR

AAN KONSTRUKSI

JAFUNG

(14)
(15)

Untuk mendukung tugas pokok dan fungsi Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi, saat ini terdapat 39 personil yang terdiri dari 37 orang PNS dan 2 Pegawai Harian dengan klasifikasi dan kualifikasi sebagaimana pada Tabel 1.1, 1.2, dan 1.3 berikut:

Tabel 1.1 Klasifikasi Golongan PNS Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi

No Golongan Jumlah

1. II 2 Orang

2. III 29 Orang

3. IV 6 Orang

Total 37 Orang

Tabel 1.2 Kualifikasi Pendidikan PNS Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi

No Pendidikan Jumlah

1. SLTA 18 Orang

2. D3 3 Orang

3. D4 0 Orang

4. S1 8 Orang

5. S2 10 Orang

6. S3 0 Orang

Total 37 Orang

Tabel 1.3. Klasifikasi Golongan dan Tingkat Pendidikan Pegawai Harian

No Golongan SLTA Jumlah

1. II 2 Orang 2 Orang

(16)

1.3. Lingkungan Strategis

1.3.1. Lingkungan Strategis Internal

Dengan pendekatan SWOT (Strength, Weakness, Opportunity dan Threat) atau KEKEPAN (Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman) lingkungan strategis internal di Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi BPKSDM terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki yang dapat dijelaskan sebagai berikut.

A. Kekuatan

a. Tugas pokok dan fungsi Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi sudah cukup jelas sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum. b. Undang-Undang Nomor 18/1999 tentang Jasa Konstruksi (UUJK) dan peraturan

pelaksanaannya sebagai landasan hukum pengaturan Jasa konstruksi yang terencana, terarah, terpadu, dan menyeluruh. UUJK adalah modal utama bagi Pemerintah untuk mengembangkan industri jasa konstruksi menuju tertib usaha, tertib penyelenggaraan, dan peningkatan kompetensi stakeholder jasa konstruksi. Serta adanya peraturan pemerintah pendukung UUJK yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi, Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Konstruksi dan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi.

c. Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan perubahannya.

d. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 43 Tahun 2007 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi.

f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.

g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 04/PRT/M/2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen Pekerjaan Umum.

(17)

i. Kebijakan pimpinan Eselon I dan Eselon II dalam melaksanakan kegiatan pembinaan penyelenggaraan konstruksi setiap tahun anggaran berjalan.

j. Tersedianya SDM sejumlah 39 orang yang terdiri dari PNS sebanyak 37 orang dan Non-PNS sebanyak 2 orang dengan tingkat pendidikan yang cukup baik (S2 10 orang; S1 8 orang, D3 3 orang, SLTA sebanyak 18 orang).

k. Tersedianya narasumber yang kompeten di bidangnya termasuk purnabakti Dep. PU.

l. Tersedianya prasarana dan sarana untuk mendukung pelaksanaan tugas yang cukup memadai; seperti antara lain alat pengolah data/unit komputer.

m. Pengalaman para pejabat struktural cukup baik, yang umumnya berasal dari satminkal teknis (Ditjen SDA, Bina Marga dan Cipta Karya) sehingga memberikan dinamika dan peluang koordinasi dan networking yang baik.

n. Sebagian personil Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi sudah memiliki sertifikat yang berkaitan dengan penyelenggaraan konstruksi.

o. Tersedia anggaran kegiatan pembinaan penyelenggaraan konstruksi (DIPA). p. Telah tersedianya program tahunan dan program jangka menengah (5 tahun)

B. Kelemahan

Kelemahan internal yang ditemukan pada Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi, adalah sebagai berikut:

a. Terbatasnya jumlah SDM yang memiliki keahlian menjadi instruktur di bidang pembinaan penyelenggaraan konstruksi dalam proses pengadaan barang/jasa, administrasi kontrak, mutu kualitas konstruksi, dan ANDAL konstruksi.

b. Koordinasi antar bidang dilingkungan Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi belum berjalan dengan baik.

c. Kurang tertibnya penanganan pengendalian dokumen rekaman kegiatan yang sudah dilaksanakan sehingga terjadi keterlambatan bila diperlukan untuk penyusunan program berikutnya.

d. Kurangnya kaderisasi personil untuk persiapan penggantian personil yang akan memasuki masa purnabakti.

e. Kurang tepatnya penyusunan program kegiatan dengan rencana penarikan keuangan sehingga pelaksanaan kegiatan tidak sesuai rencana.

(18)

1.3.2. Lingkungan Strategis Eksternal

Pada dasarnya, yang dimaksud dengan lingkungan strategis eksternal Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi adalah unit kerja yang secara langsung maupun tidak langsung berinteraksi dengan Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi, baik Pusat-pusat yang ada di BPKSDM, Ditjen-Ditjen di lingkungan Dep. Pekerjaan Umum, Institusi Dinas/Lembaga di Daerah, dan Masyarakat Jasa Konstruksi yang berkenaan dengan penyelenggaraan konstruksi.

Dengan memperhatikan pendekatan eksternal Departemen Pekerjaan Umum dalam pembinaan penyelenggaraan konstruksi, maka strategis eksternal Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi dapat di kelompokan peluang dan tantangan terhadap eksistensi dari visi dan misi organisasi.

A. Peluang

a. Adanya tuntutan transparansi, akuntabel, bebas KKN dalam pelaksanaan pengadaan, perlu di imbangi dengan pemahaman dan penguasaan Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa pemerintah, melalui kegiatan Pembinaan Teknis, baik di tingkat Pusat maupun daerah.

b. Tuntutan masyarakat akan mutu konstruksi yang handal, keselamatan dan kesehatan kerja terhadap tenaga kerja konstruksi dan kebutuhan akan pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan (suistainable development).

c. Adanya komitmen pemerintah dan seluruh elemen masyarakat untuk memberantas KKN di segala bidang, termasuk dalam proses pengadaan barang/jasa dan penyelenggaraan konstruksi.

d. Adanya tawaran pelatihan dan kerjasama dengan lembaga terkait atau di lingkungan Departemen PU yang dapat meningkatkan kompetensi SDM.

e. Semakin tingginya kesadaran pelaku jasa konstruksi terhadap pentingnya pemahaman dan penerapan Sistem Manajemen Mutu, Sistem Manajemen K3 Konstruksi pada proyek-proyek pelaksanaan konstruksi.

f. Tuntutan masyarakat akan reformasi dalam pelayanan kecepatan dan ketepatan mendapatkan informasi (pelayanan prima).

(19)

h. Adanya pakta komitmen dari Menteri Pekerjaan Umum beserta seluruh jajaran Eselon I dan Masyarakat Jasa Konstruksi pada tanggal 12 Februari 2009 untuk menerapkan SMK3 Konstruksi sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 04/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.

i. Terbitnya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 04/PRT/M/2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen Pekerjaan Umum.

j. Terbitnya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 09/PRT/M/2009 tentang Sistem Manajemen Mutu Departemen Pekerjaan Umum.

B. Tantangan

a.Masih adanya upaya terjadinya KKN dari penyedia barang/jasa maupun pengguna jasa.

b.Masih kurangnya pemahaman para pelaksana dan pejabat berwenang dalam penyelenggaraan pengadaan barang/jasa.

c.Perubahan tatanan organisasi di tingkat provinsi dan kabupaten di era otonomi daerah.

d.Belum terpenuhinya target pembinaan disebabkan adanya kegiatan di daerah yang waktu pelaksanaanya bersamaan dengan jadwal pembinaan yang sudah direncanakan.

e.Masih kurangnya pemahaman pentingnya dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi.

f.Masih perlu ditingkatkan komitmen dalam penerapan Sistem Manajemen Mutu secara konsisten dan terpadu.

1.3.3. Analisis Terhadap Kondisi Lingkungan Strategis

INTERNAL EKSTERNAL

KEKUATAN (STRENGTHS) PELUANG (OPPORTUNITIES) a. Tugas pokok dan fungsi Pusat

Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi sudah cukup jelas sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum.

a. Adanya tuntutan transparansi, akuntabel, bebas KKN dalam pelaksanaan pengadaan, perlu di imbangi dengan pemahaman dan penguasaan Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa pemerintah, melalui kegiatan Pembinaan Teknis,

(20)

b. Undang-Undang Nomor 18/1999 tentang Jasa Konstruksi (UUJK) dan peraturan pelaksanaannya sebagai landasan hukum pengaturan Jasa konstruksi yang terencana, terarah, terpadu, dan menyeluruh. UUJK adalah modal utama bagi Pemerintah untuk mengembangkan industri jasa konstruksi menuju tertib usaha, tertib penyelenggaraan, dan peningkatan kompetensi stakeholder jasa konstruksi. Serta adanya peraturan pemerintah pendukung UUJK yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi, Peraturan Pemerintah Nomor 29

Tahun 2000 tentang

Penyelenggaraan Konstruksi dan Peraturan Pemerintah Nomor 30

Tahun 2000 tentang

Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi.

c. Keppres Nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan perubahannya.

d. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

e. Pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa dari Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

baik di tingkat Pusat maupun daerah. b. Tuntutan masyarakat akan mutu

konstruksi yang handal, keselamatan dan kesehatan kerja terhadap tenaga kerja konstruksi dan kebutuhan akan pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan (suistainable development). c. Adanya komitmen pemerintah dan

seluruh elemen masyarakat untuk memberantas KKN di segala bidang, termasuk dalam proses pengadaan barang/jasa dan penyelenggaraan konstruksi.

d. Adanya tawaran pelatihan dan kerjasama dengan lembaga terkait atau di lingkungan Departemen PU yang dapat meningkatkan kompetensi SDM. e. Semakin tingginya kesadaran pelaku

jasa konstruksi terhadap pentingnya pemahaman dan penerapan Sistem Manajemen Mutu, Sistem Manajemen K3 Konstruksi pada proyek-proyek pelaksanaan konstruksi.

f. Tuntutan masyarakat akan reformasi dalam pelayanan kecepatan dan ketepatan mendapatkan informasi (pelayanan prima).

g. Berkembangnya Tata Kelola Informasi ( IT Governance) di lingkungan pemerintahan pada umumnya dan Departemen Pekerjaan Umum pada khususnya.

(21)

43/PRT/M/2007 tentang Pedoman Standar Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.

f. Kebijakan pimpinan Eselon I dan Eselon II dalam melaksanakan

kegiatan pembinaan

penyelenggaraan konstruksi setiap tahun anggaran berjalan.

g. Tersedianya SDM sejumlah 39 orang yang terdiri dari PNS sebanyak 37 orang dan Non-PNS sebanyak 2 orang dengan tingkat pendidikan yang cukup baik (S2 10 orang; S1 8 orang, D3 3 orang, SLTA sebanyak 18 orang dan CPNS 2 orang)

h. Tersedianya narasumber yang kompeten di bidangnya termasuk purnabakti Dep. PU.

i. Tersedianya prasarana dan sarana untuk mendukung pelaksanaan tugas yang cukup memadai; seperti antara lain alat pengolah data/unit komputer.

j. Pengalaman para pejabat struktural cukup baik, yang umumnya berasal dari satminkal teknis (Ditjen SDA, Bina Marga dan Cipta Karya) sehingga memberikan dinamika dan peluang koordinasi dan networking yang baik.

k. Sebagian personil Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi sudah memiliki sertifikat yang berkaitan dengan penyelenggaraan

jajaran Eselon I dan Masyarakat Jasa Konstruksi pada tanggal 12 Februari 2009 untuk menerapkan SMK3 Konstruksi sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 04/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum. i. Terbitnya Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum Nomor 09/PRT/M/2009 tentang Sistem Manajemen Mutu Departemen Pekerjaan Umum.

(22)

konstruksi.

l. Tersedia anggaran kegiatan pada Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi (DIPA).

m. Tersedia program tahunan dan program jangka menengah (5 tahun)

KELEMAHAN (WEAKNESS) TANTANGAN (THREATS) a. Terbatasnya jumlah SDM yang

memiliki keahlian menjadi instruktur di bidang pembinaan penyelenggaraan konstruksi dalam proses pengadaan barang/jasa, administrasi kontrak, mutu kualitas konstruksi, dan ANDAL konstruksi. b. Koordinasi antar bidang

dilingkungan Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi belum berjalan dengan baik.

c. Kurang tertibnya penanganan pengendalian dokumen rekaman kegiatan yang sudah dilaksanakan sehingga terjadi keterlambatan bila diperlukan untuk penyusunan program berikutnya.

d. Kurangnya kaderisasi personil untuk persiapan penggantian personil yang akan memasuki masa purnabakti.

e. Kurang tepatnya penyusunan program kegiatan dengan rencana penarikan keuangan sehingga pelaksanaan kegiatan tidak sesuai rencana.

a. Masih adanya upaya terjadinya KKN dari penyedia barang/jasa maupun pengguna jasa.

b. Masih kurangnya pemahaman para pelaksana dan pejabat berwenang dalam penyelenggaraan pengadaan barang/jasa.

c. Perubahan tatanan organisasi di tingkat provinsi dan kabupaten di era otonomi daerah.

d. Belum terpenuhinya target pembinaan disebabkan adanya kegiatan di daerah yang waktu pelaksanaanya bersamaan dengan jadwal pembinaan yang sudah direncanakan.

(23)

Strategi Pencapaian Sasaran Kegiatan .

Untuk mencapai sasaran kegiatan Tahun Anggaran 2009 Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi akan melakukan strategi sebagai berikut:

1. Pembinaan, Bantuan Teknis, Bimbingan Teknis, Sosialisasi sesuai Tupoksi Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi baik di tingkat Pusat maupun Daerah. 2. Advis Teknis dalam pelaksanaan penyelenggaraan konstruksi.

3. Rekomendasi Teknis dalam proses penyelenggaraan koknstruksi.

4. Sosialisasi NSPK Penyelenggaraan Konstruksi.

5. Outsourcing narasumber/pakar/praktisi baik dilingkungan Dep PU maupun profesional.

6. Memperkuat sinergi diantara SDM internal Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi dengan pelatihan.

7. Pemanfaatan DIPA untuk melakukan sosialisasi sehingga pemahaman dapat meningkat.

8. Pemanfaatan Balai di lingkungan Dep. PU yang berada di Daerah untuk kegiatan sosialisasi.

9. Bekerja sama dengan LPJKD atau Assosiasi di Daerah dalam pelaksanaan kegiatan Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi.

10.Melakukan pembinaan dalam bentuk TOT kepada pimpinan penyelenggara konstruksi di daerah dengan harapan dapat menjadi instruktur di wilayah kewenangannya.

11.Melakukan sinkronisasi program baik antar unit maupun institusi/lembaga di Pusat dan Daerah.

BAB II PERENCANAAN STRATEGIK

Sebagai langkah-langkah mencapai visi dan menjalankan misi Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia yang unggul dan berdaya saing tinggi, Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi perlu menetapkan strategi dan kebijakan dalam rangka penyelenggaraan konstruksi yang profesional, dengan cara pembinaan bidang pengadaan jasa konstruksi, pembinaan bidang pengembangan kualitas konstruksi dan

(24)

analisis dampak lingkungan konstruksi dan pembinaan bidang pengembangan administrasi kontrak konstruksi.

Bab ini akan memaparkan secara lengkap perencanaan strategi Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi yang merupakan penjabaran langkah-langkah yang harus diambil dalam rangka mewujudkan visi dan misi BPKSDM.

2.1. Rencana Strategik

2.1.1.

Visi

Terwujudnya penyelenggaraan konstruksi yang handal dan akuntabel.

2.1.2.

Misi

a. Menyelenggarakan pembinaan bidang pengadaan jasa konstruksi.

b. Mendorong terciptanya tertib penyelenggaraan pengadaan barang dan jasa yang efektif, efisiensi, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif, serta akuntabel.

c. Menyelenggarakan pembinaan bidang pengembangan kualitas konstruksi dan analisis dampak lingkungan konstruksi.

d. Mendorong terbentuknya sistem manajemen mutu penyelenggaraan konstruksi bidang Pekerjaan Umum guna menjamin kehandalan produk konstruksi dari segi kekuatan, pemanfaatan dan usia bangunan.

e. Melaksanakan pengembangan model administrasi kontrak konstruksi.

2.1.3.

Tujuan dan Sasaran

A. Tujuan

Meningkatkan profesionalisme pelaku jasa konstruksi dalam produktivitas dan akuntabilitas penyelenggaraan konstruksi pekerjaan umum.

B. Sasaran

Sasaran utama Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi adalah “Meningkatnya kualitas dan profesionalisme penyelenggaraan pekerjaan konstruksi”.

Sasaran utama tersebut

diuraikan kembali ke dalam

11 (sebelas) sub sasaran

(25)

1. Meningkatnya tata kelola dan tata laksana pembinaan, pengembangan dan penyelenggaraan usaha jasa konstruksi sesuai prinsip-prinsip good governance.

2. Berfungsinya sistem pengelolaan pengetahuan (knowledge management) dalam penyelenggaraan jasa konstruksi yang terintegrasi dengan system informasi dan fasilitasi public work information center (PWIC) di setiap provinsi.

3. Meningkatnya efektifitas pelaksanaan perundang-undangan bidang jasa konstruksi melalui review dan penyempurnaan peraturan dan perundang-undangan (UU, PP, dan Keppres, Perpres, Permen dan Kepmen) bidang jasa konstruksi.

4. Meningkatnya pemahaman dan kesadaran masyarakat jasa konstruksi dalam mengimplementasikan perundang-undangan bidang jasa konstruksi melalui fasilitasi sosialisasi dan diseminasi NSPK bidang jasa konstruksi.

5. Penerapan layanan e–procurement pada seluruh kegiatan pengadaan barang/ jasa. 6. Meningkatnya tertib penyelenggaraan konstruksi melalui pengembangan kebijakan

pengadaan barang/jasa konstruksi.

7. Meningkatnya pemahaman pengguna dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan konstruksi melalui pembinaan pengadaan barang/jasa.

8. Meningkatnya akuntabilitas proses pengadaan di lingkungan departemen Pekerjaan Umum.

9. Meningkatnya kualitas konstruksi melalui pengembangan Norma, Standar, Pedoman, Manual (NSPK) sistem kualitas, peningkatan kualitas, analisis dampak lingkungan serta Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi.

10.Meningkatnya akuntabilitas kontrak konstruksi melalui pengembangan standar, pedoman, dan manual sistem administrasi kontrak.

11.Meningkatnya kualitas konstruksi melalui bantuan teknis bidang pengadaan jasa konstruksi dan diseminasi Norma, Standar, Pedoman, Manual (NSPK) sistem kualitas, peningkatan kualitas, analisis dampak lingkungan serta Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi.

2.1.4.

Kebijakan, Program dan Kegiatan

2.1.4.1. Kebijakan

1.

Kebijakan Yuridis

a. Undang-Undang Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

b. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelanggaraan Jasa Konstruksi

(26)

c. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Pembinaan Jasa Konstruksi d. Keppres Nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/

Jasa Pemerintah

e. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/MEN/1986 dan 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.

f. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 339/KPTS/M/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konstruksi oleh Instansi Pemerintah. g. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 349/KPTS/M/2004

tentang Pedoman Penyelenggaraan Kontrak Jasa Pelaksanaan Konstruksi (Pemborongan)

h. Keputusan Menteri Kimpraswil Nomor 362/KPTS/M/2004 tentang Sistem Manajemen Mutu Konstruksi Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah i. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 181/KPTS/M/2005 tentang Standar dan

Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi.

j.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 43/PRT/M/2007 tentang Standar

dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi.

k.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 9 Tahun 2008 tentang Pedoman

Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Konstruksi Bidang

Pekerjaan Umum.

l.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pedoman

Sistem Manajemen Mutu Bidang Pekerjaan Umum.

2.

Kebijakan Normatif

Kebijakan Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi untuk menjamin tercapainya visi misi Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia yang dijabarkan pada visi misi Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi antara lain sebagai berikut:

1). Melakukan Pembinaan penyelenggaraan infrastruktur yang mendukung otonomi daerah dan penerapan prinsip-prinsip good governance.

2). Melakukan Mekanisme fasilitasi, pelayanan teknis dan administratif yang efektif, efisien dan terpadu serta terkoordinasi antar lembaga yang terkait dengan pembinaan penyelenggaraan konstruksi.

(27)

4). Melakukan Pembinaan terhadap para penyedia jasa konstruksi. 5). Pembinaan proses pengadaan barang/jasa melalui e-procurement.

6). Menindaklanjuti Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi dengan menyusun pedoman K3 yang berkaitan pekerjaan konstruksi di bidang pekerjaan umum.

7). Melaksanakan pembinaan penerapan Sistem Manajemen Mutu Konstruksi berbasis SMM pada penyelenggaraan konstruksi.

8). Standardisasi dokumen administrasi kontrak pekerjaan konstruksi untuk mewujudkan tertib administrasi.

9). Melaksanakan pembinaan penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi.

2.1.4.2. Program

Dalam Petunjuk Teknis RKAKL, yang dimaksud Program adalah penjabaran kebijakan kementerian negara/lembaga dalam bentuk upaya yang berisi satu atau beberapa kegiatan dengan menggunakan sumberdaya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misinya yang dilaksanakan instansi atau masyarakat dalam koordinasi kementerian negara/lembaga yang bersangkutan. Dengan demikian, program Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi dirumuskan secara jelas yang menunjukkan keterkaitan dengan kebijakan BPKSDM dan memiliki sasaran kinerja yang jelas dan terukur untuk mendukung upaya pencapaian tujuan kebijakan yang telah ditetapkan.

Dalam penyusunan LAKIP Tahun Anggaran 2009 ini, digunakan pendekatan secara paralel antara konsep-konsep SAKIP dan RKAKL dengan maksud harmonisasi program dan anggaran agar tidak terlalu banyak perbedaan persepsi.

Program Utama Pusat Pembinaan Penyelenggaraaan Konstruksi sesuai dengan DIPA Tahun Anggaran 2009 adalah Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur, yang ditunjang dengan pelaksanaan 2 (dua) kegiatan yaitu:

1. Kegiatan Penyusunan/ Penyempurnaan/ Pengkajian Peraturan Perundang-undangan. 2. Kegiatan Penyelenggaraan Pengembangan dan Pengendalian Konstruksi.

(28)

2.2. Rencana Kinerja

Perencanaan kinerja Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi merupakan proses penyusunan rencana kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana strategik, yang akan dilaksanakan oleh Pusat Pembinaan Penyelenggaaraan Konstruksi melalui berbagai kegiatan tahunan. Di dalam rencana kinerja ditetapkan rencana capaian kinerja tahunan untuk seluruh indikator kinerja yang ada pada tingkat sasaran dan kegiatan.

Penyusunan rencana kinerja dilakukan seiring dengan agenda penyusunan dan kebijakan strategis Departemen PU dan BPKSDM serta kebijakan anggaran.

Penyusunan rencana kinerja juga merupakan komitmen bagi Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi untuk terlaksananya Renstra Departemen Pekerjaan Umum pada tahun 2005 – 2009.

2.2.1 Rencana Kinerja Tahunan

Perencanaan kinerja tahunan merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator kinerja berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana strategik. Hasil dari proses ini berupa rencana kinerja tahunan.

Adapun komponen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi meliputi:

a. Sasaran

Sasaran yang dimaksud pada rencana kinerja ini adalah sasaran sebagaimana dimuat dalam dokumen renstra yang akan diwujudkan pada tahun 2009 beserta indikator dan rencana tingkat capaian (targetnya). Lihat Form. 01 Rencana Strategik pada bagian Lampiran. Pada Tahun Anggaran 2009 ini dibuat Sasaran Rencana Kinerja Tahunan sebagai berikut:

(29)

2) Meningkatnya efektifitas pelaksanaan perundang-undangan bidang jasa konstruksi melalui review dan penyempurnaan peraturan dan perundang-undangan (UU, PP, dan Keppres, Perpres, Permen dan Kepmen) bidang jasa konstruksi.

3) Meningkatnya pemahaman dan kesadaran masyarakat jasa konstruksi dalam mengimplementasikan perundang-undangan bidang jasa konstruksi melalui fasilitasi sosialisasi dan diseminasi NSPK bidang jasa konstruksi.

4) Penerapan layanan e–procurement pada seluruh kegiatan pengadaan barang/ jasa. 5) Meningkatnya tertib penyelenggaraan konstruksi melalui pengembangan kebijakan

pengadaan barang/jasa konstruksi.

6) Meningkatnya pemahaman pengguna dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan konstruksi melalui pembinaan pengadaan barang/jasa.

7) Meningkatnya kualitas konstruksi melalui pengembangan Norma, Standar, Pedoman, Manual (NSPK) sistem kualitas, peningkatan kualitas, analisis dampak lingkungan serta Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi.

8) Meningkatnya akuntabilitas kontrak konstruksi melalui pengembangan standar, pedoman, dan manual sistem administrasi kontrak.

9) Meningkatnya kualitas konstruksi melalui bantuan teknis bidang pengadaan jasa konstruksi dan diseminasi Norma, Standar, Pedoman, Manual (NSPK) sistem kualitas, peningkatan kualitas, analisis dampak lingkungan serta Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi.

b. Program

Program-program yang ditetapkan merupakan program yang berada dalam lingkup kebijakan sebagaimana dituangkan dalam Rencana Strategik yang diuraikan pada dokumen rencana strategik sebagai cara untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan, sebagaimana pada Form.01 Rencana Stratejik (RS) dan Form. 02 Rencana Kinerja Tahunan (RKT) yang terlampir.

Program Utama Pusat Pembinaan Penyelenggaraaan Konstruksi sesuai dengan DIPA Tahun Anggaran 2009 adalah Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur.

Program utama di atas dijabarkan ke dalam sembilan sub program tahunan sebagai respon terhadap sub sasaran tahunan. Ke sebelas sub program tahunan tersebut adalah sebagai berikut:

(30)

1) Pengembangan Pedoman dan penerapan SMM/ISO 9001-2000 bidang konstruksi serta Sistem Manajemen K3/OHSAS bidang konstruksi.

2) Penyusunan rumusan kebijakan pengadaan jasa konstruksi.

3) Peningkatan pemahaman pengguna dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan konstruksi melalui pembinaan Pengadaan Barang/Jasa.

4) Peningkatan kompetensi penyelenggara pengadaan melalui sosialisasi dan bantuan teknis.

5) Penerapan pelelangan dengan sistem E- Proc. 6) Pengembangan NSPK bidang Jasa Konstruksi.

7) Pengelolaan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan terpadu dengan prinsip good governance serta mengembangkan SDM yang profesional.

8) Penyelenggaraan urusan tata usaha, kearsipan, dokumentasi dan pengelolaan informasi konstruksi.

9) Mengadakan pembinaan dalam bidang manajemen mutu dan manajemen K3.

c. Kegiatan

Kegiatan merupakan tindakan nyata dalam jangka waktu Tahun Anggaran (TA) 2009 yang dilakukan oleh Pusat Pembinaan penyelenggaraan Konstruksi sesuai dengan kebijakan dan program yang telah ditetapkan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai sasaran dan tujuan sebagaimana dituangkan dalam Strategik yang diuraikan pada dokumen rencana strategik. Dalam komponen kegiatan ini juga ditetapkan indikator kinerja kegiatan dan rencana capaiannya.

Dengan pengertian tersebut didefinisikan sebagai berikut: Kegiatan-kegiatan dari Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi adalah bagian dari program yang akan dilaksanakan sebagai bagian dari pencapaian sasaran yang terukur dari program yang terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personil (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau semua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk laporan dan jumlah peserta bersertifikat.

2.2.2 Indikator Kinerja

(31)

Indikator kinerja kegiatan dikategorikan ke dalam kelompok ;

a. Masukan (Inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan output, misalnya sumber daya manusia, dana, material, waktu, teknologi, dan sebagainya;

b. Keluaran (Outputs) adalah segala sesuatu berupa produk/ jasa (fisik dan/ atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan masukan yang digunakan;

Berdasarkan hasil diskusi dengan seluruh perwakilan satminkal di Departemen PU yang dipandu oleh Pusat Kajian Strategis (Pustra), disepakati bahwa indikator-indikator yang diharuskan ada dalam penyusunan LAKIP ini dibagi dalam dua kategori. Kategori kegiatan meliputi indikator input (masukan) dan output (keluaran). Sedangkan kategori sasaran meliputi indikator outcome (hasil). Untuk memudahkan pengukuran, disarankan cukup dengan direct outcome.

Indikator-indikator tersebut secara Iangsung atau tidak Iangsung dapat mengindikasikan sejauh mana keberhasilan pencapaian sasaran. Dalam hubungan ini, penetapan indikator kinerja kegiatan merupakan proses identifikasi, pengembangan, seleksi dan konsultasi tentang indikator kinerja atau ukuran kinerja atau ukuran keberhasilan kegiatan dan program-program Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi.

Satuan indikator kinerja output dirumuskan sebagai berikut :

a. Jumlah Laporan (untuk kegiatan: Sosialisasi, Bimbingan Teknis, Kajian, Penghargaan Karya Konstruksi, Monitoring, Konsinyasi, Penyusunan Kebijakan, Administrasi Umum).

b. Jumlah Peserta (untuk kegiatan diseminasi, sosialisasi).

c. Jumlah Barang (untuk kendaraan bermotor, pengolah data, mebeulair, perlengkapan sarana gedung, alat studio dan komunikasi)

Penetapan indikator kinerja kegiatan di atas didasarkan pada perkiraan yang realistis dengan memperhatikan tujuan dan sasaran yang ditetapkan serta data pendukung yang terorganisir. Indikator kinerja dimaksud dibuat dengan memperhatikan kaidah-kaidah: (1) spesifik dan jelas, (2) dapat diukur secara obyektif, (3) relevan dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, dan (4) tidak bias.

(32)
(33)

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

Akuntabilitas Kinerja Pusat Pembinaan Penyelenggaraaan Konstruksi merupakan perwujudan kewajiban organisasi untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi Pusat Pembinaan Penyelenggaraaan Konstruksi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

Sistem yang dimaksud adalah Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang pada dasarnya merupakan instrumen yang digunakan oleh setiap instansi pemerintah dalam memenuhi kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi, terdiri dari berbagai komponen yang merupakan satu kesatuan, yaitu perencanaan strategik, perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, dan pelaporan kinerja.

3.1.

Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi dan strategi Pusat Pembinaan Penyelenggaraaan Konstruksi. Proses ini dimaksudkan untuk menilai pencapaian setiap indikator kinerja guna memberikan gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran. Selanjutnya dilakukan pula analisis akuntabilitas kinerja yang menggambarkan keterkaitan pencapaian kinerja kegiatan dengan program dan kebijakan dalam rangka mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi sebagaimana ditetapkan dalam rencana strategik.

Pengukuran dimaksud merupakan hasil dan suatu penilaian yang sistematik dan didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan yang berupa indikator-indikator masukan (input) dan keluaran (output), sebagaimana diuraikan pada bab sebelumnya. Penilaian tersebut tidak terlepas dari proses yang merupakan kegiatan mengolah masukan menjadi keluaran atau penilaian dalam proses penyusunan kebijakan program/kegiatan yang dianggap penting dan berpengaruh terhadap pencapaian sasaran dan tujuan.

(34)

3.1.1.

Kerangka Pengukuran Kinerja

Dalam kerangka pengukuran kinerja terdapat empat tahapan penetapan, yaitu: (1) Penyiapan dokumen Rencana Stratejik (Form. 01 RS),

(2) Penyiapan dokumen Rencana Kinerja Tahunan (Form 02 RKT),

(3) Penetapan Kinerja (PK) atas rencana kinerja tahunan yang sudah dibakukan (Form 03 PK);

(4) Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS), yaitu penilaian tingkat pencapaian target masing-masing sasaran (Form. 04 PPS);

(5) Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK), yaitu penilaian terhadap tingkat pencapaian target dari masing-masing indikator kinerja kegiatan (Form. 05 PKK).

Pengukuran kinerja mencakup:

(1) kinerja kegiatan yang merupakan tingkat pencapaian target (rencana tingkat capaian) dan masing-masing kelompok indikator kinerja kegiatan, dan

(2) tingkat pencapaian sasaran Pusat Pembinaan Penyelenggaraaan Konstruksi yang merupakan tingkat pencapaian target (rencana tingkat capaian) dan masing-masing indikator sasaran yang telah ditetapkan sebagaimana dituangkan dalam dokumen Rencana Kinerja Tahunan. Pengukuran tingkat pencapaian sasaran didasarkan pada data hasil pengukuran kinerja kegiatan. Pengukuran kinerja dimaksud dilakukan dengan menggunakan formulir Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) dan Formulir Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS).

3.1.2.

Pengumpulan Data Kinerja

Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja kegiatan. Pengukuran ini dilakukan dengan memanfaatkan data kinerja. Data kinerja lazimnya dapat diperoleh melalui dua sumber, yaitu: (1) data internal yang dimiliki Pusat Pembinaan Penyelenggaraaan Konstruksi dan (2) data eksternal, berasal dari luar Pusat Pembinaan Penyelenggaraaan Konstruksi baik data primer maupun data sekunder.

(35)

mengintegrasikan data yang dibutuhkan dan unit-unit yang bertanggungjawab dalam pencatatan, secara terpadu dengan sistem informasi yang ada.

Pengumpulan data kinerja untuk indikator kinerja kegiatan yang terdiri dari indikator-indikator masukan dan keluaran, dilakukan secara terencana dan sistematis dalam periode tahun anggaran 2008 untuk mengukur kehematan, efektifitas, efisiensi dan kualitas pencapaian sasaran. Sedangkan pengumpulan data kinerja untuk indikator sasaran lima tahunan dapat diukur pada akhir periode TA 2009 dalam rangka mengukur pencapaian tujuan Pusat Pembinaan Penyelenggaraaan Konstruksi.

3.2.

Evaluasi Kinerja

Berdasarkan hasil-hasil perhitungan formulir PKK, dilakukan evaluasi terhadap pencapaian setiap indikator kinerja kegiatan untuk memberikan penjelasan lebih lanjut tentang hal-hal yang mendukung keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan suatu kegiatan. Evaluasi bertujuan agar diketahui pencapaian realisasi, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam rangka pencapaian misi, agar dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program/kegiatan di masa yang akan datang.

Selain itu, dalam evaluasi kinerja dilakukan pula analisis efisiensi dengan cara membandingkan antara output dengan input baik untuk rencana maupun realisasi. Analisis ini menggambarkan tingkat efisiensi yang dilakukan Pusat Pembinaan Penyelenggaraaan Konstruksi dengan memberikan data nilai output per unit yang dihasilkan oleh suatu input tertentu.

Selanjutnya dilakukan pula pengukuran/ penentuan tingkat efektivitas yang menggambarkan tingkat kesesuaian antara tujuan dengan hasil. Selain itu, evaluasi juga dilakukan terhadap setiap perbedaan kinerja (performance gap) yang terjadi, baik terhadap penyebab terjadinya gap maupun strategik pemecahan masalah yang telah dan akan dilaksanakan.

Dalam melakukan evaluasi kinerja, digunakan pembandingan-pembandingan antara : • kinerja nyata dengan kinerja yang direncanakan.

• kinerja nyata dengan kinerja tahun-tahun sebelumnya.

(36)

3.3.

Analisis Akuntabilitas Kinerja

LAKIP Pusat Pembinaan Penyelenggaraaan Konstruksi menyajikan data dan informasi yang relevan disampaikan kepada Kepala BPKSDM untuk mengetahui keberhasilan kegiatan dan menentukan perumusan tindak lanjut.

Analisis tersebut meliputi uraian keterkaitan pencapaian kinerja kegiatan dengan program dan kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, dan misi serta visi sebagaimana ditetapkan dalam rencana strategik. Dalam analisis ini dijelaskan pula perkembangan kondisi pencapaian sasaran dan tujuan secara efisien dan efektif, sesuai dengan kebijakan, program, dan kegiatan yang telah ditetapkan. Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan informasi/ data yang diperoleh secara lengkap dan akurat dan dilakukan pula evaluasi kebijakan untuk mengetahui ketepatan dan efektivitas baik kebijakan itu sendiri maupun sistem dan proses pelaksanaannya.

3.3.1.

Kinerja Kegiatan

Berdasarkan data pada form 04 PKK, diketahui bahwa pencapaian kinerja kegiatan Pusat Pembinaan Penyelenggaraaan Konstruksi pada TA 2008 secara umum dapat berjalan sesuai dengan rencana, dengan rincian sebagai berikut:

1. Kegiatan Tahun 2009 yang memiliki pencapaian kinerja baik (> 80%)

Pada umumnya kegiatan Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi Tahun 2009 mencapai kinerja sesuai target (dapat dilihat Pada Tabel 3.1).

Kegiatan/ Paket Kegiatan Pencapaian

(%) Keterangan

1

. Keg. Penyusunan/ Penyempurnaan/ Pengkajian Peraturan Perundang-undangan

- PenyusunanSistem

Dokumkentasi Produk Kegiatan Pusat Pembinaan

Penyelenggraan Konstruksi

87%

- Penghargaan Karya Konstruksi dalam rangka Konstruksi Indonesia 2009

82%

- Penyusunan Petunjuk

Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

(37)

Kegiatan/ Paket Kegiatan Pencapaian

(%) Keterangan

- Sosialisasi Konsep Produk NSPK Penyelenggaraan Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum (Design & Build, Kontrak Kinerja, Eskalasi, Swakelola)

88%

- Pelatihan Hukum Kontrak 96%

- Kajian Pengawasan K3 dan Penanganan Terjadinya Kecelakaan Kerja Pada Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

94%

- Penyusunan Konsep Tata Cara Klarifikasi Teknis dan Negosiasi Harga dalam Proses PBJ

90%

- Penyusunan Konsep Pedoman Pemeriksaan Peralatan Pada Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

92%

- Penyusunan Konsep Pedoman Sistem Integrasi (Mutu, K3 Konstruksi dan Lingkungan) Bidang Pekerjaan Umum

91%

- Pengadaan Alat Pengolah Data 98.5% 2

. Kegiatan Penyelenggaraa n

Pengembangan & Pengendalian Konstruksi

- Bimbingan Teknis Pengadaan Jasa Konstruksi bagi Pengguna dan Penyedia Jasa Konstruksi

93

- Bimbingan Teknis SMK3

Konstruksi bagi Pengguna dan Penyedia Jasa

93%

- Bimbingan Teknis SMM

Konstruksi bagi Pengguna dan Penyedia Jasa

95%

- TOT Pengadaan Jasa Konstruksi

bagi Pembina Jasa 97%

- TOT SMK3 Konstruksi bagi

Pembina Jasa 97%

- Tata Laksana Balai Kajian 98%

- Pengadaan Alat Pengolah Data 98%

(38)

2. Kegiatan Tahun 2009 yang tidak mencapai kinerja baik (<80%)

Ada tiga paket kegiatan yang belum sepenuhnya mencapai kinerja sesuai target (dapat dilihat pada Tabel 3.2).

Tabel 3.2 Pencapaian Kinerja Kegiatan TA 2009

Kegiatan/ Paket Kegiatan Pencapaian

(%) Keterangan 1

. Keg. Penyusunan/ Penyempurnaan/ Pengkajian Peraturan Perundang-undangan

- Penyusunan Konsep Produk NSPK Penyelenggaraan Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum (Revisi Kepmen

Kimpraswil Nomor 181 Tahun 2004 dan No. 349 Tahun 2004

0% Waktu pelaksanaan terlalu singkat (pelaksanaany a mendekati akhir tahun anggaran) - Penyusunan Konsep Pedoman

Penerapan SMK3 dalam Pengadaan Barang/Jasa Konstruksi 71% Optimalisasi pendanaan dengan sasaran yang sama

- Sosialisasi Konsep Produk NSPK Pengadaan Barang/Jasa

(Dokumen Pengadaan Barang; Tata Cara Pemilihan

Langsung/Penunjukan Langsung) 67% Perubahan jangka waktu pelaksanaan sosialisasi

3.3.2.

Pencapaian Sasaran

Pencapaian sasaran yang dimaksud dalam Form 05 adalah sub sasaran lima (5) tahunan dari sasaran utama yang ada di dalam Rencana Strategis. Berdasarkan data pada Form 05 PPS, diketahui bahwa pencapaian sasaran sampai dengan tahun 2009 (tahun ke-lima dalam periode 2005 – 2009) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3. Pencapaian Sasaran Tahun Anggaran 2009

Sasaran IndikatorSasaran Target2009 Realisasi 2009 Ket

(39)

Sasaran IndikatorSasaran Target2009 Realisasi 2009 Ket

1 2

1 Meningkatnya

kualitas konstruksi melalui

pengembangan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria (NSPK) sistem kualitas,

peningkatan

kualitas, analisis dampak lingkungan serta keselamatan dan kesehatan kerja (K3) Konstruksi

Tingkat mutu dan keselamatan kerja konstruksi melalui

penerapan Sistem

Manajemen Mutu Konstruksi dan Sistem

Manajemen K3 Konstruksi secara konsisten

meningkat

14

Provinsi 14Provinsi

2 Meningkatnya efektifitas pelaksanaan

perundang-undangan bidang jasa konstruksi melalui review dan penyempurnaan peraturan dan

perundang-undangan (UU, PP, dan Keppres, Perpres, Permen dan Kepmen) bidang jasa konstruksi.

Tertib

administrasi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan bidang jasa konstruksi

1 NSPK 0 NSPK Pelaksanaan terkendala SDM

3 Meningkatnya pemahaman

pengguna dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan konstruksi melalui pembinaan

pengadaan barang/jasa

Bertambahnya kemampuan dan keahlian SDM dalam

pelaksanaan penyelenggaraan pengadaan

barang/jasa

58 Org Penggun a Jasa 100 Org Penyedia Jasa

(40)

Sasaran IndikatorSasaran Target2009 Realisasi 2009 Ket

1 2

4 Meningkatnya

pemahaman dan kesadaran

masyarakat jasa konstruksi dalam mengimplementasik an perundang-undangan bidang jasa konstruksi melalui fasilitasi sosialisasi dan diseminasi NSPK bidang jasa konstruksi Tertib

administrasi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan bidang jasa konstruksi 1

Laporan 1 Laporan

5 Meningkatnya

akuntabilitas kontrak konstruksi melalui pengembangan standar, pedoman, dan manual sistem administrasi kontrak

Tertib

administrasi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan bidang jasa konstruksi 5

Provinsi 5 Provinsi

6 Penerapan layanan e–procurement pada seluruh kegiatan pengadaan barang/ jasa.

Efektifitas dan transparansi penyelenggaraan proses pengadaan barang/jasa 4 Provinsi 200 penyedi a 2 Provinsi 100 penyedia Adanya perubahan alokasi dana untuk kegiatan sertifikasi Ahli Pengadaan Barang/Jasa

7 Meningkatnya tertib penyelenggaraan konstruksi melalui pengembangan kebijakan

pengadaan barang/jasa konstruksi

(41)

Sasaran IndikatorSasaran Target2009 Realisasi 2009 Ket 1 2 8 Meningkatnya akuntabilitas pengadaan di lingkungan departemen pekerjaan umum T e

200 PG 1.063 PG Peningkatan jumlah peserta untuk mengikuti Sertifikasi Ahli Pengadaan Barang/Jasa

9 Meningkatnya tata kelola dan tata laksana pembinaan, pengembangan dan penyelenggaraan

usaha jasa

konstruksi sesuai prinsip-prinsip good governance. r Administrasi perkantoran semakin tertib 2

Laporan 2Laporan .:

1

0 Meningkatnyakualitas konstruksi melalui bantuan teknis bidang pengadaan jasa konstruksi dan diseminasi norma, standar, pedoman, manual (NSPK) sistem kualitas, peningkatan

kualitas, analisis dampak lingkungan serta keselamatan dan kesehatan kerja (K3) Konstruksi.

Berkurangnya terjadinya kegagalan

bangunan dan kecelakaan kerja konstruksi 4 Provinsi 280 Penggun a 280 Penyedia 4 Provinsi 426 Penggun a 472 Penyedia

Bertambahnya jumlah peserta karena antusiasme peserta yang cukup tinggi

3.3.3.

Pencapaian atas Penetapan Kinerja

Realisasi Penetapan Kinerja Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi pada dasarnya sama dengan Pencapaian Kinerja Kegiatan mengingat data yang digunakan keduanya berasal dari sumber yang sama, yaitu DIPA.

3.4. Aspek Keuangan

Anggaran yang teralokasi untuk Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi pada TA. 2009 berasal dari dua kegiatan DIPA1, yaitu: Kegiatan 6.144.857.000,- anggaran yang

1

(42)

terserap adalah Rp 4.805.302.000,- (sebesar 78.58 %). Sedangkan untuk Kegiatan Penyelenggaraan Pengembangan dan Pengendalian Konstruksi dialokasikan dana sebesar Rp 4.709.785.000,-, anggaran yang terserap adalah Rp 4.502.778.000,- (sebesar 95,60%).

Total anggaran yang teralokasi di Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi sebesar : Rp 10.854.642.000,- terserap sebesar Rp 9.308.080.000,- (sebesar 85,75%). Secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi dapat memenuhi kriteria dengan baik.

Hal-hal yang dapat dijadikan catatan penting untuk dapat dilakukan pada Tahun 2010 adalah meningkatkan pencapaian kinerja/outcome, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Optimalisasi koordinasi baik internal maupun eksternal di lingkungan Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi sehingga kegiatan dapat terselenggara sesuai target.

2. Penajaman TOR/KAK kegiatan yang akan dilakukan di awal tahun anggaran 2010 sehingga penyelenggaraan dapat berjalan sesuai rencana.

3. Penentuan skala prioritas kegiatan yang segera untuk dilaksanakan. 4. Pentingnya untuk segera dijalankan penerapan sistem manajemen mutu

dan sistem manajemen K3 dilingkungan Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi.

3.5. Hal-hal yang Memerlukan Perhatian untuk Peningkatan Kinerja Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi

Berdasarkan pengalaman menyusun LAKIP Pusat Pembinaaan Penyelenggaraan Konstruksi TA 2009 ini, banyak hal yang masih memerlukan perhatian seluruh pihak yang bertanggung jawab dalam pengelolaan kegiatan, yaitu:

1. Optimalisasi Sumber Daya Manusia yang sesuai kemampuan dan berkompeten di bidangnya.

2. Komitmen seluruh jajaran dalam menerapkan system manajemen mutu.

3. Seluruh pelaksana kegiatan agar ditingkatkan dalam implementasi system dalam melaksanakan kegiatan sesuai dengan SOP yang ada.

(43)

...

Tabel 3.4. Review Kegiatan Tahun 2005 s/d 2008

No

Tahun

Review

Keterangan/Hasil

Tindak Lanjut di

Tahun Berikutnya

1

2005

Belum ada penyusunan LAKIP

-2

2006

Belum ada penyusunan LAKIP

-3

2007

Anggaran yang teralokasi untuk

Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi pada TA. 2007 berasal dari dua kegiatan DIPA1, yaitu: Kegiatan

Penyusunan/Penyempurnaan/Pengk ajian Peraturan Perundang-undangan dengan alokasi Rp 8.900.000.000,- , anggaran yang terserap adalah Rp 6.106.402.300,-(sebesar 68.61%). Sedangkan untuk Kegiatan Penyelenggaraan Pengembangan dan Pengendalian Konstruksi dialokasikan dana sebesar Rp 2.450.000.000,-, anggaran yang terserap adalah Rp 1.659.961.675,- (sebesar 68%)

-

Koordinasi

dengan daerah

perlu disiapkan dari

awal

-

Penajaman

TOR/KAK

4

2008

Anggaran yang teralokasi untuk Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi pada TA. 2008 berasal dari dua kegiatan DIPA1, yaitu: Kegiatan

Penyusunan/Penyempurnaan/Pengk ajian Peraturan Perundang-undangan dengan alokasi Rp 9.718.000.000,- anggaran yang terserap adalah Rp 7.284.142.000,-(sebesar 74.96 %). Sedangkan untuk Kegiatan Penyelenggaraan Pengembangan dan Pengendalian Konstruksi dialokasikan dana sebesar Rp 2.550.000.000,-, anggaran yang terserap adalah Rp 2.373.749.000,- (sebesar 89,19%).

Total anggaran yang teralokasi di Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi sebesar : Rp 12.273.000.000,- terserap sebesar Rp 9.657.891.000,- (sebesar

-

Meningkatk

an koordinasi antar

bidang

-

Persiapan

dilakukan di awal

tahun

-

Penajaman

TOR/KAK

(44)

78,69%).

BAB IV PENUTUP

Tahapan pelaksanaan program/kegiatan Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi (PPPK) pada tahun anggaran 2009 terdiri dari beberapa kegiatan yang akan menjadi dasar pembinaan penyelenggaraan konstruksi bagi pengguna APBN/APBD dan masyarakat pelaku jasa konstruksi. Secara garis besar kegiatan PPPK dikelompokan sebagai berikut:

1. Pembinaan mekanisme pengadaan barang/jasa konstruksi yang bertujuan untuk mewujudkan proses pengadaan yang efektif, efisien , terbuka dan bersaing, transparan, adil/ tidak diskriminatif, akuntabel dan bebas KKN .

2. Mekanisme penerapan sistem manajemen mutu penyelenggaraan konstruksi agar dapat diterapkan, mengingat permasalahan negatif yang kemungkinan terjadi pada saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi dapat dihindarkan.

3. Ketertiban administrasi kontrak konstruksi agar dapat diwujudkan guna memperlancar pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan yang sedang berjalan. 4. Terbangunnya penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

(K3) pada tempat kegiatan konstruksi.

Pengukuran kinerja yang dapat terukur baru tahap masukan dan keluaran. Permasalahan yang dihadapi sampai dengan tahun anggaran 2009 pengukuran indikator kinerja outcome, manfaat dan dampak dari setiap uraian pelaksanaan kegiatan tidak dilakukan karena kegiatan yang dilaksanakan Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi merupakan kegiatan jangka pendek/tahunan yang hasilnya diperoleh langsung setelah berakhirnya kegiatan.

Anggaran yang teralokasi untuk Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi pada TA. 2009 berasal dari dua kegiatan DIPA2, yaitu: Kegiatan 6.144.857.000,- anggaran yang terserap adalah Rp 4.805.302.000,- (sebesar 78.58 %). Sedangkan untuk Kegiatan Penyelenggaraan Pengembangan dan Pengendalian Konstruksi dialokasikan dana sebesar Rp 4.709.785.000,-, anggaran yang terserap adalah Rp 4.502.778.000,- (sebesar 95,60%).

(45)

Total anggaran yang teralokasi di Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi sebesar : Rp 10.854.642.000,- terserap sebesar Rp 9.308.080.000,- (sebesar 85,75%). Secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi dapat memenuhi kriteria dengan baik.

Hal-hal yang dapat dijadikan catatan penting untuk dapat dilakukan pada Tahun 2010 adalah meningkatkan pencapaian kinerja/outcome, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Peningkatan koordinasi antar bidang di lingkungan Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi sehingga kegiatan dapat terselenggara sesuai target.

2. Penajaman TOR/KAK kegiatan yang akan dilakukan di awal tahun anggaran 2010 sehingga penyelenggaraan dapat berjalan sesuai rencana.

3. Pentingnya untuk segera dijalankan penerapan sistem manajemen mutu dan sistem manajemen K3 dilingkungan Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi.

Dengan adanya proses kegiatan pembinaan penyelenggaraan konstruksi yang dilakukan secara bertahap, diharapkan dapat menghasilkan produk-produk konstruksi yang handal dan bermanfaat

Demikian laporan kegiatan Tahun Anggaran 2009 disusun dengan harapan dapat diketahui kondisi dan perkembangan kegiatan yang ada, sehi

Gambar

Tabel 1.2 Kualifikasi Pendidikan PNS Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi
Tabel 3.3. Pencapaian Sasaran Tahun Anggaran 2009
Tabel 3.4. Review Kegiatan Tahun 2005 s/d 2008

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, hanya 3 bay (bay wahana garuda lestari, bay pangeran karang, bay pulogadung) yang memiliki kemurnian yang baik rata – rata sebesar 97,267%, dan

Pada mode MENU, tekan &#34;Vol+&#34; atau &#34;Vol-&#34; untuk mengatur item yang Anda pilih.. Menampilkan

kandungan sulfur dalam batubara, atau lebih dikenal dengan sulfur piritik (Mackowsky, 1943 dalam Taylor dkk., 1998), namun dalam penelitian ini ditemukan bahwa

Greigite sebagai mineral ferromagnetik sulfida besi, awalnya jarang terdapat di alam, namun secara umum terjadi dalam sedimen yang terbentuk dibawah proses anoxic seperti

Penelitian ini adalah metode Deskriptif-Eksploratif digunakan untuk menggali literasi Ekosistem melalui Penelitian Ekofisiologi Hutan Mangrove pada siswa SMP Negeri 1

Perlakuan padat penebaran dalam pemeliharaan benih ikan gurami ukuran ± 3 cm dengan sistem resirkulasi memberikan pengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup,

Permadi yang merasa butuh untuk menimba ilmu dengan Drona yang dulu ketika muda dan belum cacat tangan, konon kabarnya adalah seorang yang jawara dalam memanah, adalah yang

beriman sesungguhnya khamar, maisir, berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan- perbuatan itu agar