• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI AKAD AL-SALAM PADA USAHA BRANDING MOBIL DI WANA ADVERTINDO STICKER SOLUTION SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI AKAD AL-SALAM PADA USAHA BRANDING MOBIL DI WANA ADVERTINDO STICKER SOLUTION SURABAYA."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI AKAD

AL-SALAM

PADA USAHA

BRANDING

MOBIL DI WANA ADVERTINDO STICKER SOLUTION

SURABAYA

SKRIPSI

Oleh :

M A ’ A R I F NIM : C02208129

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam

Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan (field research) tentang

“Implementasi Akad Al-Salam Pada Usaha Branding Mobil di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya ”. Penelitian brtujuan untuk menjawab

persoalan tentang.“Bagaimana pelaksanaan akad al-salam pada usaha branding mobil di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya dan Bagaimana analisis hukum Islam terhadap pelaksanaan akad al-salam di usaha branding mobil di

Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya”.

Untuk menjawab permasalahan diatas, maka metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan pola pikir induktif yaitu pola pikir yang berpijak pada fakta-fakta yang bersifat khusus kemudian diteliti dan akhirnya dikemukakan pemecahan persoalan yang bersifat umum. Pola pikir ini berpijak pada teori al-salam dalam hukum islam, kemudian dikaitkan dengan fakta-fakta di lapangan yang memiliki keterkaitan dengan pesanan akad al-salam pada usaha branding mobil di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pesanan akad al-salam pada usaha branding mobil di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya yang cacat dari segi rukun dan syaratnya, yaitu rukun dan syarat al-salam dengan perusahaan memesana dengan akad atau perjanjian, semua itu harus jadi 2-3 hari dan dibayar lebih dahulu, karena harga sticker yang mahal dan prosesnya yang banyak itu yang menjadikan semua pembanyaran dibebankan pada pembeli atau perusahaan. Pada saat itu pembeli juga meminta dan tidak mau tahu semua itu harus jadi sesuai pesanan yaiti 2-3 hari, dalam posisi mendesak dan terburu-buru. Pada kenyataannya sticker sudah jadi dan sudah terpasang di mobil pembeli atau pemesan minta ganti ada yang ditambah dan ada yang dikurangi. Tetapi dengan perjanjian atau akad yang sudah disepakati didepan semua resiko atau kerugian yang menanggung adalah penjual. Sehingga pembeli hanya tahu bahwa branding mobilnya selesai tepat waktu dengan yang mereka inginnya tanpa mengetahui proses dan resiko atau kerugian yang dialami oleh penjual. Jadi, dapat disimpulkan bahwa akad al-salam pada Usaha Branding mobil di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya adalah tidak sah karena tidak terpenuhi semua rukunya.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM………... i

PERNYATAAN KEASLIAN…...………... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING………... iii

PENGESAHAN………...…………... iv

ABSTRAK………... v

KATA PENGANTAR………... vi

MOTTO………. viii

DAFTAR ISI………... ix

DAFTAR TRANSLITERASI………... xi

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Masalah………... 1

B. Identifikasi dan Btasan Masalah………... 7

C. Rumusan Masalah………... 8

D. Kajian Pustaka………... 8

E. Tujuan Penelitian………... 12

F. Kegunaan Penelitian………... 12

G. Definisi Operasional………... 13

H. Metode Penelitian………... 14

I. Sistematika Pembahasan………... 20

BAB II LANDASAN TEORI YANG BERSIFAT UMUM TENTANG JUAL BELI PESANAN AL-SALAM ……… 23

A. Jual Beli Pesanan Al-Salam……….. 23

B. Landasan Hukum Jual Beli Pesanan Al-Salam……… 27

C. Perbedaan Antara Akad Salam dan istisnā………. 34

(7)

E. Syarat Jual Beli Pesanan Al-Salam………... 36 F. Hikmah-Hikmah Jual Beli Pesanan Al-Salam………. 37

BAB III MEKANISME AKAD AL-SALAM PADA USAHA BRANDING

MOBIL DI WANA ADVERTINDO STICKER SOLUTION

SURABAYA……….. 39

A. Pandangan Umum Tentang Lokasi Penelitian………. 39 B. Mekanisme Kerja Pada Usaha Branding Mobil di Wana

Advertindo……….………. 42

1. Dari Segi Perjanjian Atau Akad………... 42 2. Dari Segi Praktek Jual Beli Pesan………... 44 3. Dari Segi Sistem Pembayaran……….. 53 4. Dari Segi Penyerahan Bara………... 54

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD Al-SALAM DI

WANA ADVERTINDO……….. 56

A. Analis dari Segi Hukum Islam……….. 56

BAB V PENUTUP……… 69

A.Kesimpulan………... 69

B.Saran………... 70

DAFTAR PUSTAKA

(8)

1

BAB I

A. Latar Belakang

Islam merupakan agama yang diturunkan ke dunia sebagai rahmat

bagi seluruh alam. Pada syari’at Islam luas sekali pembahasannya,

diantaranya adalah persoalan muamalah. Kegiatan muamalah dilakukan antar

sesama manusia, karena manusia merupakan makhluk sosial yang hidupnya

selalu tergantung pada yang lainnya. Adapun contoh kongkrit kegiatan

muamalah adalah jual beli, sewa menyewa, utang piutang, dan perserikatan.

Dari kegiatan muamalah tersebut maka manusia akan saling berhubungan,

saling kerja sama, saling tolong menolong sesamanya.

Manusia terlahir sebagai individu yang saling berhubungan dengan

sesamanya, karena manusia disebut sebagai makhluk sosial.Setiap individu

memiliki beraneka ragam kebutuhan yang harus dipenuhi dalam hidupnya.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus saling berinteraksi satu

sama lain, saling bertukar keperluan, bahkan tidak hanya terbatas soal materi

saja, melainkan juga jasa dan keahlian atau ketrampilan.

Salah satu wujud manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia

saling membutuhkan antara satu orang dengan orang yang lain, maka dari itu

Allah menyuruh kita untuk saling tolong menolong sebagaimana dinyatakan

(9)

2























Artinya : ‚…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya” (Q.S. Al-Ma’idah: 2).1

Tujuan setiap manusia mencari kekayaan yang diperintahkan oleh

Islam itu bukan semata-mata menjadi alat pemuas kebutuhan saja, akan

tetapi untuk menjalankan roda perekonomian secara menyeluruh sesuai

dengan perintah dan larangan Allah. Islam juga telah memerintahkan kepada

setiap muslim agar mencari kehidupan akhirat dengan tidak melupakan

dunia.2 Dalam hal ini Allah menjelaskan dalam surat al-Qashas ayat 77:





















‚Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu

(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu

1 2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya (Surabaya: PT. Karya Agung. 2006), 142. 2 Taqyidin An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonommi Alternatif Perspektif Islam, terj. Moh.

(10)

3

berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”3

Dalam hukum Islam, muamalah mempunyai macam-macam sistem

adalah dalam bentuk barang pesanan. Salah satu bentuk kegiatan manusia

dalam muamalah adalah jual beli, sewa-menyewa, upah-mengupah dan

lain-lain.4 Rasulullah s.a.w telah menekankan bahwa perlu bagi setiap manusia

untuk berusaha agar memperoleh kebutuhan hidupnya. Usaha dan

keuntungan ekonomi yang dilaksanakan dan diperoleh untuk memenuhi

kebutuhan seseorang, sebagai suatu keharusan oleh hukum Islam.

Kemuliaan dan kehormatan terletak pada kerja apapun asal tidak

mengerjakan yang haram.5 Sekian banyak kerja sama antara dua orang atau

kelompok yang bertujuan untuk tolong-menolong salah satunya adalah bai’

al-salam. Manusia akan hidup lebih baik dan saling tolong-menolong antar

sesamanya dengan menggunakan akad bai’ al-salam ini.

Bay’ al-salam adalah akad jual beli barang pesanan pembeli (muslam)

dengan penjual (muslam ilaih). Secara Bahasa, transaksi akad digunakan

berbagai banyak arti, yang secara keseluruhan kembali pada ikatan atau

hubungan antara dua hal. Yaitu al-salam atau disebut juga al-salaf

merupakan istilah dalam bahasa arab yang mengandung makna “penyerahan”.

3

Departeman Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya…, 556.

4Hasan, Ali, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), (Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada, 2003), 227.

(11)

4

Sedangkan para ulama menyebutnya barang-barang mendesak karena ia

sejenis jual beli barang yang tidak ada di tempat, sementara dua pokok yang

melakukan transaksi jual beli mendesak adalah karena barang itu dibutuhkan

dan digunakan secepatnya.

Akad al-salam adalah salah satu bentuk jual beli di mana uang harga

barang dibayarkan secara tunai, sedangkan barang yang dibeli belum ada,

hanya sifat-sifat, jenis, dan ukurannya sudah disebutkan pada waktu perjanjian

dibuat6.

Branding mobil adalah Suatu alat promosi atau memperkenalkan

produck perusahaan agar dapat dilihat orang dan dikenal orang melalui media

sticker, dengan mobil sebagai sarananya. Media seperti ini mulai diminati

perusahaan karena menggunakan sticker yang menempel pada mobil memang

lebih efektif penggunaannya kalau dibandingkan dari media promosi yang

lain.

Karena menggunakan media mobil diharapkan akan banyak mata

yang melihatnya dan dengan melihat itu semua orang menjadi tahu produk

yang ditawarkan perusahaan. Usaha seperti ini memang terbilang sangat

baru. Perusahaan-perusahaan sekarang mulai berminat menggunakan media

sticker mobil.

(12)

5

Namun hal itu semua akan terjadi apabila melalui proses yang

panjang Pertama : menentukan design yaitu sebelum jadi sticker design dari

pembeli diproses dahulu melalui computer yaitu menggunakan software

khusus untuk menggambar design seperti corel, auto cad, adobe illustrator,

photoshop dll. Setelah design sudah jadi dan siap untuk dipasang, mobil yang

mau dipasang diukur terlebih dahulu. Karena setiap tipe jenisatau merk mobil

beda ukuran dan beda pula design yang akan dibuat nantinya.

Kedua : Pencetakan pada prroses ini sticker gulungan panjang dengan

ukuran 150 cm atau 1,5 m lebarnya dan panjangnya mengikuti gulungan itu

sekitar 5000 cm atau 50 m dicetak menggunakan alat khusus biasanya orang

menyebutnya dengan digital printing. Setelah diprinting agar tidak mudah

rusak dan tidak mudah pudar warnanya sticker printing itu harus dilaminasi

yaitu proses penempelan sticker plastick bening yang ditempelkan pada

sticker printing tadi.

Ketiga : Proses pemasangan sticker pada mobil proses ini sangat

penting karena yang menentukan bagus atau tidaknya sticker yang dipasang

adalah pada saat proses pemasangan ini. Butuh tenaga ahli dalam proses ini

tidak semua orang bisa melakukannya.

Dari beberapa proses di atas penulis menemukan beberapa masalah

yaitu pada saat pemesanan antara pembeli atau perusahaan dan penjual atau

(13)

6

dulu branding mobil dan menyerahkan mobilnya. Dengan akad yaitu dibayar

dulu semuanya. Karena harga dari bahan sticker sangat mahal oleh karena itu

semuanya dibebankan pada pembeli atau pemesan. Termasuk design

branding mobil juga dari pembeli yang menyerahkan gambar-gambar

producknya kepada penjual dan penjual nantinya yang medesign gambar itu

dimobil.

Pada kenyataannya yang banyak terjadi adalah pada saat stickernya

sudah jadi dan sudah dipasang di mobil pembeli atau pemesan. Pemesan ganti

design dan rusaknya sticker pada saat semuanya sudah jadi, tetapi dengan

harga dan akad yang sudah disepakati di depan pembeli tidak mau tahu,

semua itu harus jadi sesuai yang di pesan, dalam posisi mendesak atau

terburu-buru.

Pada permasalahan di atas semua kerugian yang menanggung adalah

penjual, karena akad di awal sudah ditentukan harganya, dan atas apa yang

dialami oleh penjual atau resiko yang dialami penjual, sehingga pembeli

mengetahui bahwa branding mobilnya selesai tepat waktu dengan yang

diinginkan.

Melalui penelitian ‚Implementasi Akad Al-salam Pada Usaha

Branding Mobil di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya”. Penulis

berharap agar mendapat penyelesaiannya dengan lebih memahami bahwa

(14)

7

dengan uang dan keuntungan, akan tetapi lebih pada persoalan bagaimana

kita memahami dan menghargai sesama kita.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Beragam masalah yang terdapat dalam latar belakang masalah di

atas, sudah barang tentu masih bersifat global. Oleh sebab itu, beberapa

masalah tersebut dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Konsep al-salam dalam Islam.

2. Konsep akad al-salam di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya.

3. Ketentuan dan pelaksanaan akad di Wana Advertindo Sticker Solution

Surabaya.

4. Pelaksanaan usaha bidang promosi pada Wana Advertindo Sticker

Solution Surabaya.

5. Konsep al-salam pada akad usaha branding mobil.

6. Keuntungan dan kerugian dari akad al-salam di Wana Advertindo Sticker

Solution Surabaya.

7. Faktor yang melatarbelakangi Wana Advertindo Sticker Solution

Surabaya melakukan transaksi akad al-salam.

8. Analisis hukum Islam terhadap akad al-salam di Wana Advertindo sticker

(15)

8

Agar pembahasannya lebih terfokus, maka diperlukan batasan

masalah dalam penelitian. Batasan masalah pada penelitian ini yaitu:

1. Pelaksanaan akad al-salam pada usaha branding mobil di Wana

Advertindo Sticker Solution Surabaya.

2. Analisis hukum Islam terhadap pelaksanaan akad al-salam di usaha

branding mobil di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka dapat

diperoleh beberapa rumusan masalah yang terkait dengan judul diatas, yaitu

sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan akad al-salam pada usaha branding mobil di

Wana Advertindo Sticker Solution surabaya?

2. Bagaimana analisis hukum Islam terhadap pelaksanaan akad al-salam di

usaha branding mobil di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka ini pada intinya adalah untuk mendapatkan gambaran

umum topik yang diteliti dengan penelitian yang sejenis yang pernah

dilakukan oleh peneliti sebelumnya, sehingga tidak ada pengulangan dalam

(16)

9

Dalam karya-karya maupun penelitian sebelumnya memang telah ada

pembahasan tentang masalah pesanan atau al-salam. Tetapi sampai saat ini

penulis belum menemukan penelitian atau tulisan yang secarara spesifik

mengkaji tentang Bagaimana ”Implementasi Akad Al-salam Pada Usaha

Branding Mobil di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya”.

Mengenai masalah pesanan atau al-salam sesungguhnya telah banyak

dibahas pada skripsi sebelumnya hanya saja, berbeda kasus dan permasalahan

yaitu :

Skripsi yang pernah ditulis oleh Taufiq Hidayat, dalam skripsinya

pada tahun 2006 yang berjudul ‚Tinjauan Hukum Islam Dan Hukum Perdata

Terhadap Jual Beli Sistem Pesanan Pada Perusahaan Kecap UD. Eka Usaha

Tuban”,yang membahas tentang permasalahan Bai’ Salam, dengan jual beli

pesanan dalam KUH Perdata dalam pasal 1458 BW.7

Dari hasil penelitian proses jual beli system pesanan yang dilakukan

UD. Eka Usaha Tuban dapat diketahui bahwa pertama : Pemesan membayar

uang muka atau membayar kontan kepada penjual, setelah transaksi selesai

produk dikirim oleh penjual, kedua : pemesan menerima kiriman produk

dulu, setelah itu dibayar kontan. Jika pembayaran itu setengah, maka wajib

dilunasi 15 hari setelah barang dikirim. Sedangkan yang melatar belakangi

7 Taufiq Hidayat. Tinjauan Hukum Islam Dan Hukum Perdata Terhadap Jual Beli Sistem Pesanan

(17)

10

jual beli seperti ini adalah semakin banyaknya permintaan akan kecap

didaerah itu. Dan apabila ditinjau dari KUHP pasal 1458 BW yang berbunyi

:”Jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak sewaktu mereka

mencapai sepakat tentang barang dan harga meskipun barang itu belum

diserahkan maupun barangnya belum dibanyar”. Sedangkan ditinjau dari

hukum islam jual beli system pesanan adalah Allah menghalalkan jual beli

dan mengharamkan riba dan pada dasarnya jual beli itu berdasarkan kerelaan.

Selain itu juga terdapat skripsi yang pernah ditulis oleh Ernawati pada

tahun 2011 yang berjudul ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli

Aksesoris Dengan Sistem Pesanan Di Desa Brakas Kecamatan Raas

Kabupaten sumenep, yang membahas tentang jual beli pesanan yang

bertentangan dengan pendapat Wahbah az-Zuhaili. 8

Dari hasil penelitian menemukan bahwa dalam akad istisnā’,

Hendaknya tidak disebutkan jangka waktu. Jika jangka waktunya ditentukan,

maka akadnya menjadi rusak. mekanisme jual beli aksesoris dengan sistem

pesanan yang terjadi di Desa Brakas Kecamatan Raas adalah memesan

barang aksesoris ke penjual dengan membayar 25 % harga di lunasi ketika

barang pesanan sudah jadi. Selain itu dalam akad di sebutkan jangka waktu

tertentu antara 20-30 hari. Dakam hukum Islam sistem pesanan tersebut

8 Ernawati. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Aksesoris Dengan Sistem Pesanan Di Desa

(18)

11

termasuk bay’ istisnā yaitu: pihak penjual dan pembeli bersepakat atas harga

serta sistem pembayaran, apakah pembayaran di muka, melalui cicilan, atau

di tangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang akan datang.

Skripsi yang pernah ditulis oleh Dewi Nur Afifah pada tahun 2012

yang berjudul ‚Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Pasir Dengan

Sistem Pesanan Di desa Banjarwati Kecamatan Paciran Kabbupaten

Lamongan”,yang membahas tentang unsur penipuan yang merugikan pembeli

karena pasir yang diberikan pengepul tidak sesuai dengan pesanan pembeli.9

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pelaksanaan jual beli pasir

dengan system pesanan di desa di Desa Banjarwati menurut dilakukan oleh

pembeli yang memesan pasir pada pengepul dengan ciri-ciri dan harga yang

telah disepakati saat akad terjadi. Sedangkan barang (pasir) belum ada

kepastian kapan akan diterima. Kemudian keuntungan dan kerugian

ditanggung oleh pembeli karena pasir tidak sesuai saat akad. Jual beli pasir

dengan system pesanan di Desa Banjarwati menurut hukum islam tetap sah,

karena memang sudah dijelaskan dalam akad kualitas dan kuantitasnya, akan

tetapi mengandung cacat hukum karena terdapat unsure penipuan dan

merugikan pembeli karena pasir yang diberikan pengepul tidak sesuai dengan

pesanan pembeli.

9 Dwi Nur Afifah,”Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Pasir Dengan Sistem Pesanan Di Desa

Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan”, Skripsi pada Jurusan Muamalah Fakultas

(19)

12

Berbeda halnya dengan penulis, dalam penelitian ini, penulis lebih

memfokuskan pada mekanisme akad al-salam pada resiko yang dibebankan

oleh penjual karena pembeli yang tidak mau tahu atas apa yang terjadi pada

proses branding mobil yang terjadi di Wana Advertindo Sticker Solution

Surabaya.

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini

dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Ingin mengetahui ketentuan dan penerapan akad al-salam atau pesanan

pada usaha branding mobil di Wana Advertindo Sticker Solution

Surabaya.

2. Mengetahui perspektif hukum Islam tentang mekanisme pesanan pada

usaha branding mobil di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Sebagaimana halnya dalam suatu penelitian, penulis dapat

mengharapkan manfaat dan kegunaannya dari hasil penelitian ini,

(20)

13

1. Dari Segi Teoritis

a. Diharapkan berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam arti

membangun dan menyempurnakan teori yang ada.

b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan pemahaman studi

hukum Islam mahasiswa jurusan muamalah khususnya dan mahasiswa

fakultas syariah pada umumnya.

2. Dari Segi Praktis

a. Dapat digunakan untuk perbandingan bagi peneliti berikutnya untuk

membuat karya ilmiah yang lebih baik dan sempurna.

b. Dapat menjadi bahan pertimbangan mengenai pelaksanaan pesanan bagi

beberapa pihak yang terlibat didalamnya yaitu pemerhati hubungan

industrial.

G. Definisi Operasional

Judul skripsi ini ‚Implementasi Akad Al-salam Pada Usaha Branding

Mobil di Wana Advertindo sticker Solution Surabaya”. Untuk mendapatkan

gambaran lebih jelas dan untuk menghindari kesalahpahaman di dalam

memahami arti dan maksud dari judul di atas, maka perlu dijelaskan arti kata

(21)

14

1. Akad Al-salam : Jual beli dengan cara pembayaran harga barang

dilakukan dimuka dan penyerahan barang

menyusul kemudian sesuai dengan perjanjian10.

2. Branding Mobil : Suatu alat promosi atau memperkenalkan

produck perusahaan agar dapat dilihat orang dan

dikenal orang melalui media sticker dengan mobil

sebagai sarananya.

3. Wana Advertindo : Suatu Usaha yang bergelut di bidang segala

macam masalah sticker anda sticker solution.

H. Metode Penelitian

Penelitian tentang ‚Implementasi Akad Al-salam Pada Usaha

Branding Mobil di Wana Advertindo sticker Solution Surabaya” merupakan

penelitian lapangan (field research), yaitu suatu penelitian yang dilakukan

secara langsung pada objek penelitian.11 Sedangkan metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kualitatif.

1. Data dan Sumber Data

Data adalah segala keterangan (informasi) mengenai segala hal yang

berkaitan dengan tujuan penelitian. Dengan demikian tidak segala informasi

atau keterangan merupakan data. Dan hanyalah sebagian saja dari informasi

10 Nasroen, Haroen, Fiqh Muamalah, hal. 146-147

(22)

15

yakni yang berkaitan dengan penelitian. Karena pembahasan ini berkisar

pada soal penelitian maka digunakanlah istilah data untuk menyebut

informasi (keterangan dari segala sesuatunya dalam penelitian). Informasi

yang diambil dari banyak sumber yang didapat dari data-data atau dokumen

yang ada dalam toko sticker Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya.

Maka dalam hal ini peneliti menggunakandua data yaitu:

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di toko sticker Wana Advertindo Sticker

Solution Surabaya.

2. Data yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Data tentang faktor yang melatarbelakangi tentang jual beli pesanan

di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya.

b. Data tentang praktik pelaksanaan jual beli pesana di Wana

Advertindo Sticker Solution Surabaya.

c. Data tentang keuntungan dan kerugian yang diperoleh dari kedua

belah pihak dari transaksi jual beli pesanan, yaitu antara penjual dan

(23)

16

3. Sumber Data

Dalam usaha untuk mencapai kebenaran ilmiah dalam penelitian,

maka penulis mengumpulkan data yang terdiri dari :

a. Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung atau dikumpulkan secara

langsung dari sumber datanya. Sumber data dari penelitian ini adalah:

1) Pemilik toko Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya

2) Karyawan toko

3) Pembeli atau nasabah

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dengan cara mengumpulkan data dari

literatur-literatur yang mempunyai referensi dengan pembahasan

tulisan ini. Yang terdiri dari :

1. Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaily, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jilid 5,

(Jakarta: Darul Fikr, 2011)

2. Drs. H. Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah (Jakarta, AMZAH

2010)

3. Drs. Sohari , M.M., M.H.; Dra. Hj. Ru’fah Abdullah, M.M, Fikih

Muamalah (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2011

4. Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: dari Teori Ke Praktek,

(24)

17

5. Sony Warsono, Akuntansi Transaksi Syari’ah: Akad Jual Beli di

Lembaga Bukan Bank, (Yogyakarta: Penerbit Asgard Chapter, 2011)

6. Rahmadi Usman, Produk dan Akad Perbankan Syariah di Indonesia:

Implementasi dan Aspek Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,

2009).

4. Teknik pengumpulan data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan

menggunakan teknik untuk mendapatkan data yang benar-benar valid,

berupa penyelidikan yang dilaksanakan secara langsung pada objek

penelitian dengan menggunakan metode, yaitu:

a. Observasi (Pengamatan)

Yaitu cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa

ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.12 Penulis

melakukan pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap

masalah yang diteliti. teknik ini juga memungkinkan untuk melihat

dan memahami sendiri perilaku dan kejadian yang sebenarnya terjadi

di lapangan dengan seobyektif mungkin.”13

b. Interview atau Wawancara

12

Moh. Nasir, Metode Penelitian, Cet. VI (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), 11.

(25)

18

Metode ini untuk memperoleh data pada sumber data primer

(wawancara dengan pemilik toko, karyawan dan pembeli) secara

langsung guna mengetahui penyebab jual beli pesanan, yang disertai

dengan suatu daftar pertanyaan yang penulis susun terlebih dahulu.

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah

pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.14

Untuk mendukung informasi yang telah diperoleh dari wawancara.

Misalnya brosur, nota, surat penawaran, foto, arsip-arsip dll.

d. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam skripsi ini adalah pemilik toko,

karyawan dan pembeli yang melakukan praktik jual beli pesanan

al-salam.

5. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari lapangan dianalisa secara kualitatif

dengan tahapan sebagai berikut:

a. Editing

14 Husaini Usman dan Pornomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara,

(26)

19

Pemeriksaan data secara cermat dari segi kelengkapan,

keterbacaan, relevansi, arti dan makna, istilah- istilah atau

ungkapan-ungkapan dari semua data-data yang berhasil dihimpun.

b. Organizing

Menyusun dan mensistematikan data yang diperoleh dalam

karanan paparan yang telah direncanakan sebelumnya, untuk

memperoleh bukti-bukti dan gambaran secara jelas tentang sistem jual

beli pesanan al-salam di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya.

c. Anlyzing

Yaitu dengan memberikan analisis lanjutan terhadap hasil

pengorganisasian data yang menggunakan teori dan dalil-dalil lainnya,

sehingga diperoleh kesimpulan mengenai sistem jual beli pesanan

al-salam di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya.

6. Teknik Analisis Data

Setelah penulis mengumpulkan data yang dihimpun, langkah

selanjutnya adalah analisis terhadap fakta-fakta dan informasi yang

diperoleh dengan menggunakan:

a. Teknik Deskriptif Analisis

Yaitu teknik yang digunakan untuk memberikan gambaran

(27)

20

sumber-sumber atau literatur yang diperoleh sebelumnya.15 Teknik ini

digunakan untuk memaparkan praktik jual beli pesanan al-salam di

Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya.

b. Teknik Induktif

Pola pikir induktif yaitu pola pikir yang berpangkal dari

data-data yang bersifat khusus yaitu yang mengemukakan

kenyataan-kenyataan dari hasil penelitian tentang jual beli pesanan al-salam,

kemudian dianalisis untuk disimpulkan pada keadaan yang lebih

umum menurut hukum Islam. Pada hal akadnya tidak ada masalah

karena dari semua itu adalah strategi perusahaan untuk menarik

pelanggan, seharusnya pihak Wana Advertindo Sticker Solution

Surabaya sebelum akad di depan harus memberitahu pembeli bahwa

semua kesalahan dan kerugian berkaitan dengan pemasangan sticker

yang menanggung adalah pihak pembeli, atau semua itu ditanggung

bersama agar tidak terjadi kesalah pahaman.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan dalam penyusunan dan pemahaman dalam

penelitian skripsi nanti, demi mendapatkan gambaran yang jelas mengenai

15

(28)

21

sistematika pembahasan dalam skripsi ini penulis membagi dalam 5 bab

yaitu:

Bab I Merupakan gambaran umum yang berisi tentang : Pendahuluan

yang mencakup di dalamnya, latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, batasan masalah, kajian pustaka

dan yang terakhir adalah sistematika pembahasan.

Bab II Berisikan tentang landasan teori yang bersifat umum tentang

jual beli pesanan al-salam). Yang meliputi tentang pengertian jual beli

pesanan al-salam dari hukum Islam, landasan hukum, perbedaan antara akad

al-salam dan Istishna’, rukun dan syarat sahnya jual beli pesanan al-salam,

hal-hal yang membatalkannya dan hikmah-hikmah jual beli pesanan al-salam.

Bab III Membahas tentang mekanisme Pesanan Al-salam pada usaha

branding mobil di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya, yang

meliputi; Profil Toko sticker Wana Advertindo, dan mekanisme kerja di

Wana Advertindo dilihat dari barang-barang yang ditransaksikan dengan cara

jual beli pesanan al-salam, dan tata cara transaksi jual beli pesanan al-salam

ditempat tersebut.

Bab IV Merupakan Analisis Hukum Islam terhadap akad al-salam di

Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya yang meliputi; Analisis Hukum

Islam Terhadap Pesanan atau al-salam di Wana Advertindo Sticker Solution

(29)

22

Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya, yang bertujuan untuk

memberikan penjelasan tentang boleh atau tidaknya praktik jual beli pesanan

al-salam.

Bab V Sebagai penutup akan diuraikan tentang kesimpulan dari

penelitian yang telah dilakukan. Selain itu akan dipaparkan saran-saran yang

terkait dengan permasalahan dalam penelitian. Kesimpulan merupakan inti

sari dari penelitian tentang ‚Implementasi Akad Al-salam Pada Usaha

Branding Mobil di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya”. Sedangkan

(30)

23

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya (Surabaya: PT. Karya Agung. 2006)

Taqyidin An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonommi Alternatif Perspektif Islam (Surabaya: Risalah Gusti, 1996)

Hasan, Ali, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003)

Fahruddin, Mencari Kurnia Allah, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1992) Drs. H. Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah (Jakarta, AMZAH 2010)

Taufiq Hidayat. Tinjauan Hukum Islam Dan Hukum Perdata Terhadap Jual Beli

Sistem Pesanan Pada Perusahaan Kecap UD. Eka Usaha Tuban”, Skripsi

pada Jurusan Muamalah Fakultas Syariah, 2006

Ernawati. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Aksesoris Dengan Sistem Pesanan Di Desa Brakas Kecamatan Raas Kabupaten Sumenep” Skripsi Pada Jurusan Muamalah Fakultas Syariah, 2011

Dwi Nur Afifah,”Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Pasir Dengan Sistem Pesanan Di Desa Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan”,

Skripsi pada Jurusan Muamalah Fakultas Syariah, 2012

Syaifudin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999) Moh. Nasir, Metode Penelitian, Cet. VI (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005)

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006)

Husaini Usman dan Pornomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1996

(31)

1

BAB II

LANDASAN TEORI YANG BERSIFAT UMUM TENTANG JUAL BELI PESANAN

AL-SALAM

A. Jual Beli Pesanan Al-salam

1. Pengertian Jual Beli Pesanan Al-salam

Jual beli sistem pesanan dalam al’quran dan buku-buku yang membahas tentang

jual beli pesanan ada dua definisi yaitu akad al-salam dan istisnā, Jual beli al-salam dan

istisnā’ sebenarnya jual beli yang serupa, perbedaannya terletak pada cara

pembayarannya yang sedikit berbeda. Pembayaran pada al-salam dilakukan di muka1,

sementara istisnā’ bisa di depan, di pertengahan atau bahkan ketika penyerahan

barangnya atau juga pembayarannya bisa berupa cicilan. Jual beli sistem pesanan

merupakan teknik jual beli yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari seperti

membuat aksesoris dan lain sebagainya. Jual beli aksesoris dan sebagainya itu bisa

dikatakan sebagai jual beli dengan pesanan yang sederhana.

Dalam fiqih dikenal dengan nama al-salam/al-istisnā atau al-Salaf . Secara

harfiah, kedua kata memiliki makna yang sama, mendahulukan pembayaran dan

mengakhirkan barang. Bedanya al- Salam/al-istisnā digunakan oleh orang-orang hijaz,

sedangkan al-salaf digunakan oleh orang-orang Irak. Bukti bahwa kedua kata ini

bermakna sama adalah digunakannya kedua kata tersebut dalam hadist Nabi.

Diriwayatkan bahwa Rasulullah ketika membicarakan akad bay’-salam/bay’-istisnā.

1

(32)

2

Sehingga kedua kata tersebut merupakan kata yang sinonim (dua kata bermakna sama

tetapi berlainan bentuk).2

Ada beberapa pengertian tentang jual beli pesanan. Secara termonologi, mazhab

Syafi’i mendefinisikan jual beli pesanan sebagai berikut:

Suatu akad untuk menyediakan barang dengan ciri-ciri tertentu yang diserahkan

pada suatu waktu tertentu dengan pembayaran harga di muka (pada saat akad)”3

Sejalan dengan mazhab Syafi’I mazhab Hanafi pun memberikan pengertian yang

sama, bahwa jual beli pesanan adalah suatu perjanjian di mana penjual membeli barang

setelah pembeli membayar kontan atas barang yang telah di belinya. Sementara, ulama

Malikiyah mendefinisikan bay’-salam /bay’-istisnā sebagai berikut:

Artinya: Jual beli yang pembayaran harganya diserahkan lebih dahulu, sedangkan

barangnya diserahkan kemudian pada waktu yang telah ditentukan.4

Definisi tentang jual beli pesanan yang diberikan oleh Malikiyah adalah penguat

dari definisi yang diberikan oleh mazhab Syafi’i dan mazhab Hanafi.

Penduduk hijaz mengungkapakan akad pemesanan barang dengan istilah

al-salam, sedangkan penduduk irak menyebutnya al-salaf . biasanya diungkapkan dalam

bentuk verbal aslama dan sallama, serta aslafa dan sallafa. Akad ini dinamakan al-salam

karena pembanyaran harga (ra’sul mal) dilakukan dimajelis akad, dan dinamakan al-salaf

karena harga dibanyar dimuka5.

2

Imam Mawardi, Al-Hawi Al-Kubir V,(Bairut, Dar al-Ilmiyah, 1994) .388

3

Al-Kitab Al-Syarbani, Muqhni al-Mutaj III, (Bairut, Dar al-Fikr al-Ilmiyah, 1994), 3.

4

Al-maqhrabi, Abu Abdillah, mawahib al-Jalil, VI, ( Bairut, Dar al-Kutub, 1996), 476.

5

(33)

3

Akad al-salam atau al-salaf adalah salah satu bentuk jual beli di mana uang harga

barang dibayarkan secara tunai, sedangkan barang yang dibeli belum ada, hanya

sifat-sifat, jenis, dan ukurannya sudah disebutkan pada waktu perjanjian dibuat6.

Bay’ al-salam atau al-salaf adalah penjualan sesuatu yang akan datang dengan

imbalan sesuatu yang sekarang, atau menjual sesuatu yang dijelaskan sifatnya dalam

tanggungan. Maksudnya, modal diberikan di awal dan menunda barang hingga tenggat

waktu tertentu. Atau dengan kata lain, menyerahkan barang tukaran saat ini dengan

imbalan barang yang dijelaskan sifatnya dalam tanggungan hingga jarak waktu

tertentu7.

Akad al-salam dihukumi sah bila menggunakan dua kata, al-salam atau al-salaf,

boleh juga menggunakan kata bay’, jika pembanyaran dilakukan dimajelis akad. Az

-Zarkasyi mengatakan, ‚kami tidak mengadakan transaksi dengan satu shighat khusus

kecuali akad ini (al-salam) dan akad nikah.”Dalam hal ini, pembeli disebut pelaku

al-salam atau muslim (pemesan), penjual disebut muslam fih (barang pesanan), dan harga

barang di sebut ra’sul mal al-salam (harga pesanan)8.

Transaksi bay’ al-salam merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan

pembuat barang melalui pesanan. Pembuat barang berkewajiban memenuhi pesanan

pembeli sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati. Pembayaran dilakukan di muka,

melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai batas waktu yang telah ditentukan.

Maka dari berbagai definisi dan pemaparan di atas, sudah jelas bahwa jual beli

al-salam adalah suatu akad antara penjual dan pembeli di mana penyerahan barangnya

6 . Drs. H. Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah (Jakarta, AMZAH 2010),243

7

Prof. Dr. Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu,(Jakarta, Gema Insani 2011), 240

8

(34)

4

tergantung pada waktu yang disepakati oleh kedua belah pihak serta proses

pembayarannya di muka down payment (uang muka).

Secara teknis, al-salam bisa diartikan akad bersama produsen untuk suatu

pekerjaan tertentu dalam tanggungan, atau jual beli suatu barang yang akan dibuat oleh

produsen yang juga menyediakan bahan bakunya. Sedangkan jika bahan bakunya dari

pemesan, maka akad itu akan menjadi akad ijarāh (sewa), pemesan hanya menyewa jasa

produsen untuk membuat barang.9

Juga dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa al-salam adalah akad jual beli

antara pemesan (Mustasni’) dengan penerima pesanan (Sani’) atas sebuah barang dengan

spesifikasi tertentu (Masnu’), contohnya untuk barang-barang industri ataupun property.

Spesifikasi dan harga barang pesanan haruslah sudah disepakati pada awal akad,

sedangkan pembayaran dilakukan di muka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai

suatu waktu pada masa yang akan datang.

2. Landasan Hukum Jual Beli Pesanan Al-salam

Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin. Tentu saja mengatur berbagai

macam tindak-tanduk manusia, terutama dalam masalah jual beli. Seperti dalam

masalah jual beli sistem pesanan bay’ Salam, tentu juga mempunyai landasan hukum

yang jelas dalam Al-Qur’an, Al-Hadits maupun ijma’ ulama. Maka landasan hukum (Al

-Qur’an dan Al-Hadits) dari jual beli sistem pesanan di sini, semuanya mengacu pada

landasan hukum pada bai’ Salam, kecuali pada landasan ijma’nya.

9

(35)

5

1. Landasan Al- Qur’an

Dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan persoalan ibadah (hubungan

antara makhluk dengan Tuhan-nya), Al- Qur’an mengatur dan memberikan gambaran

secara rinci. Sementara dalam masalah-masalah ibadah yang (hubungan antara makhluk

dengan makhluk), Al- Qur’an memberikan gambaran secara global, termasuk juga dalam

masalah jual beli dengan pesanan.

Dalam surat Al- Baqarah ayat 282 Allah berfirman:

                                                                                                                                                                                                                       

(36)

6

Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur, dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak adanya (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah

mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu”.10 (QS. Al-

Baqarah: 282)

Kemudian dalam ayat lain surat Al- Baqarah ayat 275:

                                                                           

Artinya:‚Orang-orang yang makan (mengambil) riba11 tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka

kekal di dalamnya”.12 (QS. Al- Baqarah: 275)

10

Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Surabaya: Mahkota, 1989), 71.

11

Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini Riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah.

12

(37)

7

Juga dalam surat Annisa’ ayat 29:

                                     

Artinya:‚Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu

membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.13 (QS. Annisa’: 29)

2. Landasan Hadits

Selain Al- Qur’an, hadits juga merupakan sumber hukum di dalam agama Islam

yang kedudukannya merupakan sumber hukum kedua setelah Al- Qur’an. Maka untuk

membantu menjelaskan ayat Al- Qur’an yang masih bersifat umum, penulis juga

merasa penting untuk mengutip beberapa hadits yang berkaitan dengan masalah jual beli

sistem pesanan di atas. Berikut hadits-haditsnya:

جر ا . ع ْبا ع ي ا ْج لجر ْ ع قحْسا با ْ ع ايْفس ا بْخا . ْي ك ْب د حم ا ثدح .لْْ ف اجر َ ْسا ا سلا كْ ت ْ ْْت ْم ف ْي ع ْددْرا ؟ لام لحتْست مب لاقف م س ْي ع ه ص ب لا لا ا صتْخاف .ايش ة ا لاق مث . لام . حاص دْبي تح لْْ لا ف اوف ْست )د اد وبا ا ر(

Artinya:‚Bercerita kepadaku Muhammad bin Katsir, memberi kabar kepadaku Sufyan

dari Abi Ishak dari seorang Najrani dari Ibnu Umar, ‚bahwa sesungguhnya ada

seseorang yang melakukan akad salaf/salam (istisnā’) dengan orang lain pada

kurma akan tetapi kurma tersebut tidak nampak buahnya selama satu tahun.

Kemudian mereka berdua mengadu kepada Nabi, Nabi bertanya ‚bagaimana

proses transaksi barang tersebut? Kembalikan barang tersebut! Kemudian

13

(38)

8

Rasulullah bersabda ‚janganlah kalian melakukan akad salaf/ salam (istishna’)

pada kurma sampai nampak buahnya dengan bagus”.(HR. Abu Daud)14

ا لا ة ْيد لا م س ْي ع ه ص ه لْوسر دق .لاق ْ ع ه يضر ابع ْبا ع ْيماعلا اعلا ْ تلا ف ْوف ْسي ْسيْ ف ْ ت ف َ ْسا ْ م لاقف .) ْو ْعم لجا لا ْ ع ةيا ر يف ( ْو ْعم ْ ْو ْعم لْيك ف َْ ي ع قفتم

Artinya: ‚Dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata Rasulullah SAW, tiba di Madinah sementara

orang-orang sedang melakukan akad istisnā’ pada kurma selama 1-2 tahun.

Kemudian beliau bersabda ‚barang siapa melakukan akad istisnā’ pada kurma

hendaknya harus dengan takaran tertentu dan timbangan yang diketahui )dalam satu riwayat pada waktu tertentu(” (HR.Bukhari Muslim).15

ْبا ْب ْح لا دْبع ْ ع ه ص ه لْوسر عم م اغ ْلا بْيص ا ك :ااق ا هْ ع ه يضر فْ ا يبا ْبا ه دْبع لا ْيعشلا ةطْ حْلا ف ْمهف ْس ف . اشلا طابْ ا ْ م طابْ ا ا ْيتْأي اك م س ْي ع ْيب لجا لا تْي لا ةيا ر ف ْ ا ب كلا ْمهلاْس ا ك ام ااق ؟عر ْمهل اكا لْيق سم .يراخبلا هاور .

Artinya: ‚Dari Abdurrahman bin Abzi dan Abdullah bin Abi Aufa r.a. mereka berkata

kami dan Rasulullah mendapatkan harta ghanimah lalu datang sebagian golongan dari negeri Syam maka kami melakukan akad istisnā’ dengan mereka

pada gandum tepung kurma basah sedang dalam satu riwayat lain minyak pada

waktu yang ditentukan lalu ditanya ‚apakah mereka mempunyai tanaman?

Kemudian mereka menjawab, kami tidak sempat menanyakan hal tersebut

kepada mereka” (HR. Bukhari)16

ْوسر ْمهل لاقف ْوف ْسي ا لا م س ْي ع ه ص ه لْوسر دق :لاق ابع ْبا ع س ْي ع ه ص ه ل

ْ م م

)م سم ا ر( . ْو ْعم ْ ْو ْعم لْيك ف اا َْ ْسي اف َ ْسا Artinya:‚Dari Ibnu Abbas ia berkata Rasulullah SAW. telah tiba disuatu tempat.

Sedangkan orang-orang sedang melakukan jual beli akad istisnā’ kemudian

Rasulullah SAW. bersabda kepada mereka ‚barang siapa yang melakuan akad

istisnā’ maka janganlah melakukannya kecuali dengan takaran yang diketahui dan timbangan yang diketahui juga”(HR. Muslim)17

3. Landasan Ijma’

Menurut madzhab Hanafi, bay’ al-salam termasuk akad yang dilarang karena

secara qiyasi (prosedur analogi) bertentangan dengan semangat bay’ (jual beli) dan juga

14

Abi Dawud Sulaiman ibn al-As’asy al-Sajastani al-Azdi, Sunan Abi Da>wud, Juz. 3, (Kairo: Dar al Hadis|, 1993),

1476.

15Ab

i Abdullah Muhammad bin Ismāl al-Bukhari, aḥiḥ al-Bukhāri, Vol. 3, (Beyrut: Dar al-Fikr, 1999), 251.

16

Ibid,. 255.

17

(39)

9

termasuk bay’ ma’dum (jual beli barang yang masih belum ada). Dalam bay’, pokok

kontrak penjualan harus ada dan dimiliki oleh penjual, akan tetapi pelanggaran ini telah

dihapuskan dengan pertimbangan kebutuhan masyarakat terhadap kontrak al-salam.

Sehingga para ulama perlu adanya sebuah pembatasan terhadap penggunaan kata

hanya sesuai dengan apa yang diajarkan oleh syara’ membolehkan akad ini hanya dengan

menggunakan kata-kata salam dan salaf. Tetapi ada pula pendapat yang membolehkan

akad ini dengan menggunakan kata jual beli (al-bay’) biasa dan tetap sah sebagai jual

beli al-salam. Meskipun demikian, mazhab Hanafi menyetujui kontrak bay’ al-salam

atas dasar karena alasan berikut ini:

a. Masyarakat telah mempraktikkan bay’al- salam secara luas dan terus menerus

tanpa ada keberatan sama sekali. Hal inilah yang melatar belakangi perbedaan

ulama dalam menghukumi bay’al-salam.

b. Di dalam syariah, dimungkinkan adanya penyimpangan terhadap qiyas, dan hal ini

telah menjadi konsensus ulama (sudah ijma’).

c. Keberadaan bay’ salam didasarkan atas kebutuhan masyarakat. Banyak orang

memerlukan barang yang tidak tersedia di pasar, sehingga mereka cenderung

melakukan kontrak agar orang lain membuatkan barang yang diperlukan tersebut.

d. Bay’ salam sah sesuai dengan aturan umum mengenai kebolehan kontrak selama

tidak bertentangan dengan nash atau aturan syari’ah.

3. Perbedaan Antara Jual Beli Al-salam dan Istishna’

Akad al-salam mempunyai beberapa kesamaan dan perbedaan dengan akad

(40)

10

beberapa perbedaan-perbedaan antara akad al-salam dan istisnā’. Berikut beberapa

perbedaannya:

1. Barang yang dijual dalam al-salam berupa dain (tanggungan), sedangkan dalam

istisnā’ berupa ain (benda/ barang).

2. Dalam al-salam, kebanyakan ulama mensyaratkan harus ada jangka waktu antara

akad dan penerimaan barang yang dipesan, kecuali menurut Madzhab Syafi’i,

sementara di dalam istisnā’ tidak boleh ada jangka waktu.

3. Akad al-salam berkonsekwensi lazim (tidak boleh menggagalkan akad), sedangkan di

dalam istisnā’ diperbolehkan khiyar, kecuali pendapat Abu Yusuf yang menyatakan

tidak boleh ada khiyar dengan alasan dapat merugikan sani’ jika diperbolehkan

khiyar.18

4. Dalam al-salam, ra’s al-māl (pembayaran) harus diserahkan seluruhnya di waktu

terjadinya transaksi, sementara di dalam istisnā’ boleh menyerahkan ra’s al-māl

sebagian atau tidak sama sekali di waktu terjadinya akad, dan inilah perbedaan yang

paling mencolok antara al-salam dan istisnā’.

5. Akad al-salam boleh menggunakan sesuatu yang biasa dibuat transaksi atau tidak

biasa dibuat transaksi, sedangkan di dalam istisnā’ hanya tertentu pada sesuatu yang

biasa dibuat transaksi.

4. Rukun Jual Beli Pesanan Al-salam

Dalam Islam, semua masalah baik itu masalah ubudiyah, muamalah, munakahat

serta semua yang diatur di dalam Islam mempunyai satuan-satuan yang harus dipenuhi

18

(41)

11

di dalamnya. Kemudian unsur-unsur tersebut biasaya dalam istilah fiqih disebut dengan

rukun, dimana setiap rukun itu harus dipenuhi. Jika salah satu rukun tidak dipenuhi,

maka pekerjaan tersebut menjadi batal (tidak sah).

Begitu pun dalam masalah jual beli dengan sistem pesanan, di dalamnya terdapat

beberapa rukun yang harus dipenuhi, yakni:

1. pemesan/ pembeli (mustasni’)

2. penjual/ pembuat (sani’)

3. barang/ objek yang dipesan (masnu’)

4. harga/ modal yang dibayarkan (ra’s al- māl)

5. Sighat Ijab Qabul

Al-salam termasuk bai’ al-ma’dum (jual beli barang yang tidak ada), juga karena

barang yang dibuat melekat pada waktu akad pada tanggungan pembuat atau penjual.

Karena pembeli membutuhkanya dengan waktu yang sangat cepat atau terburu-buru.

Al-salam juga bisa berubah menjadi akad ijarāh jika bahan baku disediakan oleh pemesan.

Dalam kegiatan jual beli pesanan al-salam, ada lima unsur yang sangat pokok

sebagai satuan-satuan dari kegiatan tersebut, misalnya adanya penjual dan pembeli.

Kedua pihak ini sangat penting dan bahkan tidak boleh tidak harus ada dalam kegiatan

tersebut.

Kemudian juga adanya barang yang diperjual-belikan. Dalam artian, barang itu

harus jelas spesifikasinya atau criteria barangnya harus benar-benar jelas dan transparan.

Juga masalah uang pembayatannya atau ra’s al-māl. Ra’s al-māl di dalam akad al-salam

(42)

12

Terakhir adalah bentuk akad, yaitu perjanjian yang sudah disepakati oleh kedua

belah pihak dan dapat dijadikan acuan dari kegiatan tersebut baik waktu penyerahan

barangnya, serta akad pembayarannya.

5. Syarat Jual Beli Pesanan Al-salam

Dalam pengertian syarat, sangat berbeda dengan pengertian rukun sebab syarat

mengatur tentang mekanisme atau tata cara dalam sebuah kegiatan, sementara rukun

adalah merupakan satuan kegiatan yang harus dipenuhi. Rukun adalah materi dari

sebuah kegiatan, sedangkan syarat adalah tata cara dalam mempraktekkannya.

Syarat yang diajukan ulama untuk diperbolehkannya transaksi jual beli pesanan

al-salam adalah:

1. Adanya kejelasan jenis, ukuran, macam dan sifat barang karena ia merupakan objek

transaksi yang harus diketahui spesifikasinya.

2. Merupakan barang yang biasa ditransaksikan atau berlaku dalam hubungan antar

manusia. Dalam arti, barang tersebut bukanlah barang aneh yang tidak dikenal dalam

kehidupan manusia, seperti barang property, barang industry dan lainnya.

3. Boleh adanya penentuan jangka waktu, jangka waktu peyerahan barang ditetapkan

diawal.

6. Hikmah-Hikmah Jual Beli Pesanan Al-salam

Setiap apa pun yang disyariatkan Allah dan Rasul-Nya, pasti mempunyai

(43)

13

terkadang manusia tidak pernah merasakan hikmah yang dikandung di dalamnya.

Manusia tidak bisa menyingkap rahasia dari apa yang telah Tuhan isyaratkan.

Tidak jarang, manusia menganggap bahwa jika apa terjadi pada dirinya tidak

sesuai dengan harapan, maka mereka kadang menganggap Tuhan tidak adil atau hal-hal

lainnya yang kesemuanya itu bisa menutup pintu dibukakannya rahmat.

Begitu pun hikmah yang terkandung dalam disyariaatkannya sistem pesanan adalah:

1. Untuk mempermudah manusia dalam bermuamalat.

2. Untuk mensejahterakan ekonomi manusia.

3. Merupakan kebutuhan masyarakat yang memerlukan barang yang tidak tersedia di

pasar.

4. Orang yang mempunyai perusahaan seringkali butuh uang untuk memenuhi

kebutuhan perusahaannya, bahkan sewaktu-waktu bisa menjadi kendala atas

kemajuan perusahaannya.

5. Sebagai media tolong-menolong antara manusia yang satu dengan yang lainnya.19

19

(44)

1

BAB III

MENKANISME AKAD AL-SALAM PADA USAHA BRANDING MOBIL DI WANA

ADVERTINDO STICKER SOLUTION SURABAYA

A. Pandangan Umum Tentang Wana Advertindo

1. Sejarah Singkat Toko Sticker Wana Advertindo

Usaha sticker ini didirikan oleh Bapak Hermawan Budhi Susilo dan Bapak Saiful

Anwar pada tahun 2008. Bapak budhi dulu adalah karnyawan toko sticker dan alat-alat

sablon dan Bapak Saiful dulunya adalah orang yang memasang sticker di pinggir jalan di

daerah bambu runcing surabaya. Waktu Bapak Budhi memperkenalkan producknya

mereka berdua bertemu dan kenal akrab lalu mereka sepakat mendirikan toko sticker

dengan keahlianya masing-masing.

Dulunya nama toko sticker ini adalah Anugrah Print lalu seiring berkembangnya

jaman berubah menjadi Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya . Karena nama

Anugrah Print sudah banyak yang memakai nama itu untuk usaha. Sudah tujuh tahun

toko ini berdiri, dulunya hanya toko sticker biasa dan berkembang menjadi toko sticker

yang dikenal perusahaan-perusahaan atau orang-orang disekitarnya.

Pada tahun-tahun pertama berdirinya toko sticker Wana Advertindo ini, terdapat

beberapa kendala yang mengakibatkan menjadi sepi. Kendala tersebut adalah masih

kurangnya informasi toko sticker Wana Advertindo kepada masyarakat sekitarnya.

Selain itu, mesin cutting sticker yang dipakai adalah mesin cutting merek china

sehingga waktu proses penggunaannya tidak maksimal, sehingga banyak masyarakat

(45)

2

Setelah melihat besarnya potensi yang ada di daerah tersebut, Bapak Budhi dan

Bapak Saiful mengumpulkan uang dari keuntungan yang mereka dapat untuk membeli

mesin baru merk japan yang diharapkan mampu mengembangkan bisnis cutting sticker

mereka dan dikenal banyak orang yang membutuhkan jasa pemasangan sticker di daerah

tersebut.

Berani membeli mesin baru yang lebih mahal demi memajukan usahanya adalah

hal yang sangat bagus kinerja mereka menjadi sangat cepat dan memuaskan. Berbagai

macam cutting sticker dapat dikerjakan dibandingkan dengan mesin yang lama dulu.

Hal ini yang membuat usaha jasa cutting sticker dikenal olah masyarakat sekitarnya.

Peran serta masyarakat sekitar juga sangat mempengaruhi makin berkembangnya

usaha jasa cutting sticker mereka. Berawal dari mulut ke mulut, usaha jasa cutting

sticker semakin dikenal masyarakat luas.

Setiap hari tidak sedikit orang yang membuat cutting sticker mobil. Bahkan

kalau yang memesan itu sebuah perusahaan atau pabrik, bisa sampai lama seminggu

lebih bahkan ada yang sebulan. Karena sering pesanan cutting sticker, Bapak Budhi dan

Bapak Saiful mulai berani mengembangkan usahanya yaitu bergerak di bidang sticker

mobil wraping atau branding mobil. Karena wraping dan branding mobil adalah usaha

yang bagus untuk menarik perusahaan-perusahaan atau pabrik-pabrik yang

membutuhkan jasa pemasangan sticker mereka1.

(46)

3

2. Lokasi Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya

Salah satu unsur yang perlu menjadi pertimbangan dalam rangka mendirikan

suatu perusahaan adalah pemilihan lokasi perusahaan itu sendiri. Pemilihan lokasi

perusahaan harus mendapatkan perhatian yang utama dalam pendirian perusahaan

karena pemilihan lokasi yang kurang tepat dapat menimbulkan hambatan-hambatan

dalam menjalankan aktivitas perusahaan.

Lokasi Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya sangat strategis karena

letaknya di pinggiran jalan raya. Letak lokasinya yaitu:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Jambangan

b. Sebelah barat berbatasan dengan Ketintang

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Gunung Sari

d. Sebelah timur berbatasan dengan pagesangan

3. Maksud dan Tujuan-Tujuan

a. Memberikan pelayanan jasa cutting sticker kepada masyarakat, perusahaan

atau pabrik yang membutuhkan jasa cutting sticker untuk memperlancar

sebuah kegiatan yang dilakukannya.

b. Maksud dan tujuan bisnis yang bersifat sosial.

c. Melibatkan peran masyarakat dalam membangun dunia bisnis yang lebih

baik.

d. Menghidupkan sifat kasih sayang dan pelayanan yang baik dalam proses

perusahaan.

e. Pemberdayaan kreativitas para karyawan khususnya dan masyarakat pada

(47)

4

B. Mekanisme Kerja Pada Usaha Branding Mobil di Wana Advertindo Surabaya

1. Dari Segi Perjanjian Atau Akad

Salah satu bentuk pesanan pada toko sicker Wana Advertindo Sticker Solution

Surabaya adalah kerjasama antara pihak toko Sticker Wana Advertindo Sticker

Solution Surabaya dengan para mitra usaha perusahaan atau pabrik-pabrik.

Perjanjian pesanan atau akad adalah sebagaimana arti dari akad itu sendiri ialah

suatu ikatan atau janji yang dibentuk oleh dua orang atau lebih diantara orang yang

mengadakan akad itu. Dapat di garis bawahi bahwa akad pesanan al-salam yang terjadi

di toko sticker Wanan Advertindo Sticker Solution Surabaya adalah suatu akad yang

dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk melaksanakan usaha dengan tujuan membagi

keuntungan yang diperoleh sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

Perjanjian merupakan suatu hal yang penting ketika akan melaksanakan usaha

bersama, termasuk ketika melakukan pesanan agar tidak terjadi kesalahpahaman antara

kedua belah pihak dan memudahkan dalam mengaturnya sesuai dengan isi perjanjian.

Dalam melaksanakan kerjasama terdapat beberapa cara atau proses untuk melakukan

perjanjian, sebagaimana proses yang terjadi di toko sticker Wana Advertindo Sticker

Solution Surabaya.

Menurut Bapak Budhi, selaku pimpinan toko sticker Wana Advertindo sticker

Solution Surabaya menjelaskan, pelaksanaan pesanan branding mobil yang terjadi di

toko sticker Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya ada beberapa tahapan.

Tahapan pertama yaitu dari pihak pembeli memesan dengan bayaran yang langsung

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan landasan teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk menilai kerentanan air tanah terhadap dampak negatif dari eksploitasi air tanah di suatu CAT

22 Iman Budhi Santosa, Manusia Jawa Mencari Kebeningan Hati Menuju Tata Hidup Tata Krama Tata Prilaku (Yogyakarta: Diandra Pustaka Indonesia, 2013), 5.. semesta dan hal-hal yang

Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa variabel terikat (persepsi masyarakat terhadap PKBL PTPN VII Unit Usaha Rejosari) nyata dipengaruhi oleh variabel bebas (usia

PARAMETER INDIKATOR DEFINISI INDIKATOR STANDAR (UKURAN) MINIMAL DATA YANG DIBUTUHKAN 1 Kualitas SDM Kondisi masyarakat untuk dapat hidup secara layak Indeks Pem- bangunan

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 2014, Pedoman Teknologi Formulasi Sediaan Berbasis Ekstrak, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.. 1982,

“ 1). Meningkatkan akses dan perluasan kesempatan belajar bagi semua anak usia pendidikan dasar, dengan target utama daerah dan masyarakat miskin, terpencil, dan

Dengan diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan e-mail tersebut dan pengaruhnya terhadap produktivitas pegawai, maka dapat digunakan sebagai acuan

Pada pembelajaran inklusif semua orang bagian berharga dalam kebersaman, apapun perbedaan mereka. Semua anak terlepas dari kemampuan maupun ketidakmampuan, jenis