IMPLEMENTASI AKAD
AL-SALAM
PADA USAHA
BRANDING
MOBIL DI WANA ADVERTINDO STICKER SOLUTION
SURABAYA
SKRIPSI
Oleh :
M A ’ A R I F NIM : C02208129
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)
ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan (field research) tentang
“Implementasi Akad Al-Salam Pada Usaha Branding Mobil di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya ”. Penelitian brtujuan untuk menjawab
persoalan tentang.“Bagaimana pelaksanaan akad al-salam pada usaha branding mobil di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya dan Bagaimana analisis hukum Islam terhadap pelaksanaan akad al-salam di usaha branding mobil di
Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya”.
Untuk menjawab permasalahan diatas, maka metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan pola pikir induktif yaitu pola pikir yang berpijak pada fakta-fakta yang bersifat khusus kemudian diteliti dan akhirnya dikemukakan pemecahan persoalan yang bersifat umum. Pola pikir ini berpijak pada teori al-salam dalam hukum islam, kemudian dikaitkan dengan fakta-fakta di lapangan yang memiliki keterkaitan dengan pesanan akad al-salam pada usaha branding mobil di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pesanan akad al-salam pada usaha branding mobil di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya yang cacat dari segi rukun dan syaratnya, yaitu rukun dan syarat al-salam dengan perusahaan memesana dengan akad atau perjanjian, semua itu harus jadi 2-3 hari dan dibayar lebih dahulu, karena harga sticker yang mahal dan prosesnya yang banyak itu yang menjadikan semua pembanyaran dibebankan pada pembeli atau perusahaan. Pada saat itu pembeli juga meminta dan tidak mau tahu semua itu harus jadi sesuai pesanan yaiti 2-3 hari, dalam posisi mendesak dan terburu-buru. Pada kenyataannya sticker sudah jadi dan sudah terpasang di mobil pembeli atau pemesan minta ganti ada yang ditambah dan ada yang dikurangi. Tetapi dengan perjanjian atau akad yang sudah disepakati didepan semua resiko atau kerugian yang menanggung adalah penjual. Sehingga pembeli hanya tahu bahwa branding mobilnya selesai tepat waktu dengan yang mereka inginnya tanpa mengetahui proses dan resiko atau kerugian yang dialami oleh penjual. Jadi, dapat disimpulkan bahwa akad al-salam pada Usaha Branding mobil di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya adalah tidak sah karena tidak terpenuhi semua rukunya.
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM………... i
PERNYATAAN KEASLIAN…...………... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING………... iii
PENGESAHAN………...…………... iv
ABSTRAK………... v
KATA PENGANTAR………... vi
MOTTO………. viii
DAFTAR ISI………... ix
DAFTAR TRANSLITERASI………... xi
BAB I PENDAHULUAN……… 1
A. Latar Belakang Masalah………... 1
B. Identifikasi dan Btasan Masalah………... 7
C. Rumusan Masalah………... 8
D. Kajian Pustaka………... 8
E. Tujuan Penelitian………... 12
F. Kegunaan Penelitian………... 12
G. Definisi Operasional………... 13
H. Metode Penelitian………... 14
I. Sistematika Pembahasan………... 20
BAB II LANDASAN TEORI YANG BERSIFAT UMUM TENTANG JUAL BELI PESANAN AL-SALAM ……… 23
A. Jual Beli Pesanan Al-Salam……….. 23
B. Landasan Hukum Jual Beli Pesanan Al-Salam……… 27
C. Perbedaan Antara Akad Salam dan istisnā………. 34
E. Syarat Jual Beli Pesanan Al-Salam………... 36 F. Hikmah-Hikmah Jual Beli Pesanan Al-Salam………. 37
BAB III MEKANISME AKAD AL-SALAM PADA USAHA BRANDING
MOBIL DI WANA ADVERTINDO STICKER SOLUTION
SURABAYA……….. 39
A. Pandangan Umum Tentang Lokasi Penelitian………. 39 B. Mekanisme Kerja Pada Usaha Branding Mobil di Wana
Advertindo……….………. 42
1. Dari Segi Perjanjian Atau Akad………... 42 2. Dari Segi Praktek Jual Beli Pesan………... 44 3. Dari Segi Sistem Pembayaran……….. 53 4. Dari Segi Penyerahan Bara………... 54
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD Al-SALAM DI
WANA ADVERTINDO……….. 56
A. Analis dari Segi Hukum Islam……….. 56
BAB V PENUTUP……… 69
A.Kesimpulan………... 69
B.Saran………... 70
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang diturunkan ke dunia sebagai rahmat
bagi seluruh alam. Pada syari’at Islam luas sekali pembahasannya,
diantaranya adalah persoalan muamalah. Kegiatan muamalah dilakukan antar
sesama manusia, karena manusia merupakan makhluk sosial yang hidupnya
selalu tergantung pada yang lainnya. Adapun contoh kongkrit kegiatan
muamalah adalah jual beli, sewa menyewa, utang piutang, dan perserikatan.
Dari kegiatan muamalah tersebut maka manusia akan saling berhubungan,
saling kerja sama, saling tolong menolong sesamanya.
Manusia terlahir sebagai individu yang saling berhubungan dengan
sesamanya, karena manusia disebut sebagai makhluk sosial.Setiap individu
memiliki beraneka ragam kebutuhan yang harus dipenuhi dalam hidupnya.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus saling berinteraksi satu
sama lain, saling bertukar keperluan, bahkan tidak hanya terbatas soal materi
saja, melainkan juga jasa dan keahlian atau ketrampilan.
Salah satu wujud manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia
saling membutuhkan antara satu orang dengan orang yang lain, maka dari itu
Allah menyuruh kita untuk saling tolong menolong sebagaimana dinyatakan
2
Artinya : ‚…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya” (Q.S. Al-Ma’idah: 2).1
Tujuan setiap manusia mencari kekayaan yang diperintahkan oleh
Islam itu bukan semata-mata menjadi alat pemuas kebutuhan saja, akan
tetapi untuk menjalankan roda perekonomian secara menyeluruh sesuai
dengan perintah dan larangan Allah. Islam juga telah memerintahkan kepada
setiap muslim agar mencari kehidupan akhirat dengan tidak melupakan
dunia.2 Dalam hal ini Allah menjelaskan dalam surat al-Qashas ayat 77:
‚Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
1 2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya (Surabaya: PT. Karya Agung. 2006), 142. 2 Taqyidin An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonommi Alternatif Perspektif Islam, terj. Moh.
3
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”3
Dalam hukum Islam, muamalah mempunyai macam-macam sistem
adalah dalam bentuk barang pesanan. Salah satu bentuk kegiatan manusia
dalam muamalah adalah jual beli, sewa-menyewa, upah-mengupah dan
lain-lain.4 Rasulullah s.a.w telah menekankan bahwa perlu bagi setiap manusia
untuk berusaha agar memperoleh kebutuhan hidupnya. Usaha dan
keuntungan ekonomi yang dilaksanakan dan diperoleh untuk memenuhi
kebutuhan seseorang, sebagai suatu keharusan oleh hukum Islam.
Kemuliaan dan kehormatan terletak pada kerja apapun asal tidak
mengerjakan yang haram.5 Sekian banyak kerja sama antara dua orang atau
kelompok yang bertujuan untuk tolong-menolong salah satunya adalah bai’
al-salam. Manusia akan hidup lebih baik dan saling tolong-menolong antar
sesamanya dengan menggunakan akad bai’ al-salam ini.
Bay’ al-salam adalah akad jual beli barang pesanan pembeli (muslam)
dengan penjual (muslam ilaih). Secara Bahasa, transaksi akad digunakan
berbagai banyak arti, yang secara keseluruhan kembali pada ikatan atau
hubungan antara dua hal. Yaitu al-salam atau disebut juga al-salaf
merupakan istilah dalam bahasa arab yang mengandung makna “penyerahan”.
3
Departeman Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya…, 556.
4Hasan, Ali, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2003), 227.
4
Sedangkan para ulama menyebutnya barang-barang mendesak karena ia
sejenis jual beli barang yang tidak ada di tempat, sementara dua pokok yang
melakukan transaksi jual beli mendesak adalah karena barang itu dibutuhkan
dan digunakan secepatnya.
Akad al-salam adalah salah satu bentuk jual beli di mana uang harga
barang dibayarkan secara tunai, sedangkan barang yang dibeli belum ada,
hanya sifat-sifat, jenis, dan ukurannya sudah disebutkan pada waktu perjanjian
dibuat6.
Branding mobil adalah Suatu alat promosi atau memperkenalkan
produck perusahaan agar dapat dilihat orang dan dikenal orang melalui media
sticker, dengan mobil sebagai sarananya. Media seperti ini mulai diminati
perusahaan karena menggunakan sticker yang menempel pada mobil memang
lebih efektif penggunaannya kalau dibandingkan dari media promosi yang
lain.
Karena menggunakan media mobil diharapkan akan banyak mata
yang melihatnya dan dengan melihat itu semua orang menjadi tahu produk
yang ditawarkan perusahaan. Usaha seperti ini memang terbilang sangat
baru. Perusahaan-perusahaan sekarang mulai berminat menggunakan media
sticker mobil.
5
Namun hal itu semua akan terjadi apabila melalui proses yang
panjang Pertama : menentukan design yaitu sebelum jadi sticker design dari
pembeli diproses dahulu melalui computer yaitu menggunakan software
khusus untuk menggambar design seperti corel, auto cad, adobe illustrator,
photoshop dll. Setelah design sudah jadi dan siap untuk dipasang, mobil yang
mau dipasang diukur terlebih dahulu. Karena setiap tipe jenisatau merk mobil
beda ukuran dan beda pula design yang akan dibuat nantinya.
Kedua : Pencetakan pada prroses ini sticker gulungan panjang dengan
ukuran 150 cm atau 1,5 m lebarnya dan panjangnya mengikuti gulungan itu
sekitar 5000 cm atau 50 m dicetak menggunakan alat khusus biasanya orang
menyebutnya dengan digital printing. Setelah diprinting agar tidak mudah
rusak dan tidak mudah pudar warnanya sticker printing itu harus dilaminasi
yaitu proses penempelan sticker plastick bening yang ditempelkan pada
sticker printing tadi.
Ketiga : Proses pemasangan sticker pada mobil proses ini sangat
penting karena yang menentukan bagus atau tidaknya sticker yang dipasang
adalah pada saat proses pemasangan ini. Butuh tenaga ahli dalam proses ini
tidak semua orang bisa melakukannya.
Dari beberapa proses di atas penulis menemukan beberapa masalah
yaitu pada saat pemesanan antara pembeli atau perusahaan dan penjual atau
6
dulu branding mobil dan menyerahkan mobilnya. Dengan akad yaitu dibayar
dulu semuanya. Karena harga dari bahan sticker sangat mahal oleh karena itu
semuanya dibebankan pada pembeli atau pemesan. Termasuk design
branding mobil juga dari pembeli yang menyerahkan gambar-gambar
producknya kepada penjual dan penjual nantinya yang medesign gambar itu
dimobil.
Pada kenyataannya yang banyak terjadi adalah pada saat stickernya
sudah jadi dan sudah dipasang di mobil pembeli atau pemesan. Pemesan ganti
design dan rusaknya sticker pada saat semuanya sudah jadi, tetapi dengan
harga dan akad yang sudah disepakati di depan pembeli tidak mau tahu,
semua itu harus jadi sesuai yang di pesan, dalam posisi mendesak atau
terburu-buru.
Pada permasalahan di atas semua kerugian yang menanggung adalah
penjual, karena akad di awal sudah ditentukan harganya, dan atas apa yang
dialami oleh penjual atau resiko yang dialami penjual, sehingga pembeli
mengetahui bahwa branding mobilnya selesai tepat waktu dengan yang
diinginkan.
Melalui penelitian ‚Implementasi Akad Al-salam Pada Usaha
Branding Mobil di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya”. Penulis
berharap agar mendapat penyelesaiannya dengan lebih memahami bahwa
7
dengan uang dan keuntungan, akan tetapi lebih pada persoalan bagaimana
kita memahami dan menghargai sesama kita.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Beragam masalah yang terdapat dalam latar belakang masalah di
atas, sudah barang tentu masih bersifat global. Oleh sebab itu, beberapa
masalah tersebut dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Konsep al-salam dalam Islam.
2. Konsep akad al-salam di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya.
3. Ketentuan dan pelaksanaan akad di Wana Advertindo Sticker Solution
Surabaya.
4. Pelaksanaan usaha bidang promosi pada Wana Advertindo Sticker
Solution Surabaya.
5. Konsep al-salam pada akad usaha branding mobil.
6. Keuntungan dan kerugian dari akad al-salam di Wana Advertindo Sticker
Solution Surabaya.
7. Faktor yang melatarbelakangi Wana Advertindo Sticker Solution
Surabaya melakukan transaksi akad al-salam.
8. Analisis hukum Islam terhadap akad al-salam di Wana Advertindo sticker
8
Agar pembahasannya lebih terfokus, maka diperlukan batasan
masalah dalam penelitian. Batasan masalah pada penelitian ini yaitu:
1. Pelaksanaan akad al-salam pada usaha branding mobil di Wana
Advertindo Sticker Solution Surabaya.
2. Analisis hukum Islam terhadap pelaksanaan akad al-salam di usaha
branding mobil di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka dapat
diperoleh beberapa rumusan masalah yang terkait dengan judul diatas, yaitu
sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan akad al-salam pada usaha branding mobil di
Wana Advertindo Sticker Solution surabaya?
2. Bagaimana analisis hukum Islam terhadap pelaksanaan akad al-salam di
usaha branding mobil di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka ini pada intinya adalah untuk mendapatkan gambaran
umum topik yang diteliti dengan penelitian yang sejenis yang pernah
dilakukan oleh peneliti sebelumnya, sehingga tidak ada pengulangan dalam
9
Dalam karya-karya maupun penelitian sebelumnya memang telah ada
pembahasan tentang masalah pesanan atau al-salam. Tetapi sampai saat ini
penulis belum menemukan penelitian atau tulisan yang secarara spesifik
mengkaji tentang Bagaimana ”Implementasi Akad Al-salam Pada Usaha
Branding Mobil di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya”.
Mengenai masalah pesanan atau al-salam sesungguhnya telah banyak
dibahas pada skripsi sebelumnya hanya saja, berbeda kasus dan permasalahan
yaitu :
Skripsi yang pernah ditulis oleh Taufiq Hidayat, dalam skripsinya
pada tahun 2006 yang berjudul ‚Tinjauan Hukum Islam Dan Hukum Perdata
Terhadap Jual Beli Sistem Pesanan Pada Perusahaan Kecap UD. Eka Usaha
Tuban”,yang membahas tentang permasalahan Bai’ Salam, dengan jual beli
pesanan dalam KUH Perdata dalam pasal 1458 BW.7
Dari hasil penelitian proses jual beli system pesanan yang dilakukan
UD. Eka Usaha Tuban dapat diketahui bahwa pertama : Pemesan membayar
uang muka atau membayar kontan kepada penjual, setelah transaksi selesai
produk dikirim oleh penjual, kedua : pemesan menerima kiriman produk
dulu, setelah itu dibayar kontan. Jika pembayaran itu setengah, maka wajib
dilunasi 15 hari setelah barang dikirim. Sedangkan yang melatar belakangi
7 Taufiq Hidayat. Tinjauan Hukum Islam Dan Hukum Perdata Terhadap Jual Beli Sistem Pesanan
10
jual beli seperti ini adalah semakin banyaknya permintaan akan kecap
didaerah itu. Dan apabila ditinjau dari KUHP pasal 1458 BW yang berbunyi
:”Jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak sewaktu mereka
mencapai sepakat tentang barang dan harga meskipun barang itu belum
diserahkan maupun barangnya belum dibanyar”. Sedangkan ditinjau dari
hukum islam jual beli system pesanan adalah Allah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba dan pada dasarnya jual beli itu berdasarkan kerelaan.
Selain itu juga terdapat skripsi yang pernah ditulis oleh Ernawati pada
tahun 2011 yang berjudul ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli
Aksesoris Dengan Sistem Pesanan Di Desa Brakas Kecamatan Raas
Kabupaten sumenep, yang membahas tentang jual beli pesanan yang
bertentangan dengan pendapat Wahbah az-Zuhaili. 8
Dari hasil penelitian menemukan bahwa dalam akad istisnā’,
Hendaknya tidak disebutkan jangka waktu. Jika jangka waktunya ditentukan,
maka akadnya menjadi rusak. mekanisme jual beli aksesoris dengan sistem
pesanan yang terjadi di Desa Brakas Kecamatan Raas adalah memesan
barang aksesoris ke penjual dengan membayar 25 % harga di lunasi ketika
barang pesanan sudah jadi. Selain itu dalam akad di sebutkan jangka waktu
tertentu antara 20-30 hari. Dakam hukum Islam sistem pesanan tersebut
8 Ernawati. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Aksesoris Dengan Sistem Pesanan Di Desa
11
termasuk bay’ istisnā yaitu: pihak penjual dan pembeli bersepakat atas harga
serta sistem pembayaran, apakah pembayaran di muka, melalui cicilan, atau
di tangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang akan datang.
Skripsi yang pernah ditulis oleh Dewi Nur Afifah pada tahun 2012
yang berjudul ‚Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Pasir Dengan
Sistem Pesanan Di desa Banjarwati Kecamatan Paciran Kabbupaten
Lamongan”,yang membahas tentang unsur penipuan yang merugikan pembeli
karena pasir yang diberikan pengepul tidak sesuai dengan pesanan pembeli.9
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pelaksanaan jual beli pasir
dengan system pesanan di desa di Desa Banjarwati menurut dilakukan oleh
pembeli yang memesan pasir pada pengepul dengan ciri-ciri dan harga yang
telah disepakati saat akad terjadi. Sedangkan barang (pasir) belum ada
kepastian kapan akan diterima. Kemudian keuntungan dan kerugian
ditanggung oleh pembeli karena pasir tidak sesuai saat akad. Jual beli pasir
dengan system pesanan di Desa Banjarwati menurut hukum islam tetap sah,
karena memang sudah dijelaskan dalam akad kualitas dan kuantitasnya, akan
tetapi mengandung cacat hukum karena terdapat unsure penipuan dan
merugikan pembeli karena pasir yang diberikan pengepul tidak sesuai dengan
pesanan pembeli.
9 Dwi Nur Afifah,”Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Pasir Dengan Sistem Pesanan Di Desa
Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan”, Skripsi pada Jurusan Muamalah Fakultas
12
Berbeda halnya dengan penulis, dalam penelitian ini, penulis lebih
memfokuskan pada mekanisme akad al-salam pada resiko yang dibebankan
oleh penjual karena pembeli yang tidak mau tahu atas apa yang terjadi pada
proses branding mobil yang terjadi di Wana Advertindo Sticker Solution
Surabaya.
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini
dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Ingin mengetahui ketentuan dan penerapan akad al-salam atau pesanan
pada usaha branding mobil di Wana Advertindo Sticker Solution
Surabaya.
2. Mengetahui perspektif hukum Islam tentang mekanisme pesanan pada
usaha branding mobil di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Sebagaimana halnya dalam suatu penelitian, penulis dapat
mengharapkan manfaat dan kegunaannya dari hasil penelitian ini,
13
1. Dari Segi Teoritis
a. Diharapkan berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam arti
membangun dan menyempurnakan teori yang ada.
b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan pemahaman studi
hukum Islam mahasiswa jurusan muamalah khususnya dan mahasiswa
fakultas syariah pada umumnya.
2. Dari Segi Praktis
a. Dapat digunakan untuk perbandingan bagi peneliti berikutnya untuk
membuat karya ilmiah yang lebih baik dan sempurna.
b. Dapat menjadi bahan pertimbangan mengenai pelaksanaan pesanan bagi
beberapa pihak yang terlibat didalamnya yaitu pemerhati hubungan
industrial.
G. Definisi Operasional
Judul skripsi ini ‚Implementasi Akad Al-salam Pada Usaha Branding
Mobil di Wana Advertindo sticker Solution Surabaya”. Untuk mendapatkan
gambaran lebih jelas dan untuk menghindari kesalahpahaman di dalam
memahami arti dan maksud dari judul di atas, maka perlu dijelaskan arti kata
14
1. Akad Al-salam : Jual beli dengan cara pembayaran harga barang
dilakukan dimuka dan penyerahan barang
menyusul kemudian sesuai dengan perjanjian10.
2. Branding Mobil : Suatu alat promosi atau memperkenalkan
produck perusahaan agar dapat dilihat orang dan
dikenal orang melalui media sticker dengan mobil
sebagai sarananya.
3. Wana Advertindo : Suatu Usaha yang bergelut di bidang segala
macam masalah sticker anda sticker solution.
H. Metode Penelitian
Penelitian tentang ‚Implementasi Akad Al-salam Pada Usaha
Branding Mobil di Wana Advertindo sticker Solution Surabaya” merupakan
penelitian lapangan (field research), yaitu suatu penelitian yang dilakukan
secara langsung pada objek penelitian.11 Sedangkan metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kualitatif.
1. Data dan Sumber Data
Data adalah segala keterangan (informasi) mengenai segala hal yang
berkaitan dengan tujuan penelitian. Dengan demikian tidak segala informasi
atau keterangan merupakan data. Dan hanyalah sebagian saja dari informasi
10 Nasroen, Haroen, Fiqh Muamalah, hal. 146-147
15
yakni yang berkaitan dengan penelitian. Karena pembahasan ini berkisar
pada soal penelitian maka digunakanlah istilah data untuk menyebut
informasi (keterangan dari segala sesuatunya dalam penelitian). Informasi
yang diambil dari banyak sumber yang didapat dari data-data atau dokumen
yang ada dalam toko sticker Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya.
Maka dalam hal ini peneliti menggunakandua data yaitu:
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di toko sticker Wana Advertindo Sticker
Solution Surabaya.
2. Data yang Dikumpulkan
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Data tentang faktor yang melatarbelakangi tentang jual beli pesanan
di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya.
b. Data tentang praktik pelaksanaan jual beli pesana di Wana
Advertindo Sticker Solution Surabaya.
c. Data tentang keuntungan dan kerugian yang diperoleh dari kedua
belah pihak dari transaksi jual beli pesanan, yaitu antara penjual dan
16
3. Sumber Data
Dalam usaha untuk mencapai kebenaran ilmiah dalam penelitian,
maka penulis mengumpulkan data yang terdiri dari :
a. Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung atau dikumpulkan secara
langsung dari sumber datanya. Sumber data dari penelitian ini adalah:
1) Pemilik toko Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya
2) Karyawan toko
3) Pembeli atau nasabah
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh dengan cara mengumpulkan data dari
literatur-literatur yang mempunyai referensi dengan pembahasan
tulisan ini. Yang terdiri dari :
1. Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaily, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jilid 5,
(Jakarta: Darul Fikr, 2011)
2. Drs. H. Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah (Jakarta, AMZAH
2010)
3. Drs. Sohari , M.M., M.H.; Dra. Hj. Ru’fah Abdullah, M.M, Fikih
Muamalah (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2011
4. Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: dari Teori Ke Praktek,
17
5. Sony Warsono, Akuntansi Transaksi Syari’ah: Akad Jual Beli di
Lembaga Bukan Bank, (Yogyakarta: Penerbit Asgard Chapter, 2011)
6. Rahmadi Usman, Produk dan Akad Perbankan Syariah di Indonesia:
Implementasi dan Aspek Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2009).
4. Teknik pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan
menggunakan teknik untuk mendapatkan data yang benar-benar valid,
berupa penyelidikan yang dilaksanakan secara langsung pada objek
penelitian dengan menggunakan metode, yaitu:
a. Observasi (Pengamatan)
Yaitu cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa
ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.12 Penulis
melakukan pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap
masalah yang diteliti. teknik ini juga memungkinkan untuk melihat
dan memahami sendiri perilaku dan kejadian yang sebenarnya terjadi
di lapangan dengan seobyektif mungkin.”13
b. Interview atau Wawancara
12
Moh. Nasir, Metode Penelitian, Cet. VI (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), 11.
18
Metode ini untuk memperoleh data pada sumber data primer
(wawancara dengan pemilik toko, karyawan dan pembeli) secara
langsung guna mengetahui penyebab jual beli pesanan, yang disertai
dengan suatu daftar pertanyaan yang penulis susun terlebih dahulu.
c. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah
pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.14
Untuk mendukung informasi yang telah diperoleh dari wawancara.
Misalnya brosur, nota, surat penawaran, foto, arsip-arsip dll.
d. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam skripsi ini adalah pemilik toko,
karyawan dan pembeli yang melakukan praktik jual beli pesanan
al-salam.
5. Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari lapangan dianalisa secara kualitatif
dengan tahapan sebagai berikut:
a. Editing
14 Husaini Usman dan Pornomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara,
19
Pemeriksaan data secara cermat dari segi kelengkapan,
keterbacaan, relevansi, arti dan makna, istilah- istilah atau
ungkapan-ungkapan dari semua data-data yang berhasil dihimpun.
b. Organizing
Menyusun dan mensistematikan data yang diperoleh dalam
karanan paparan yang telah direncanakan sebelumnya, untuk
memperoleh bukti-bukti dan gambaran secara jelas tentang sistem jual
beli pesanan al-salam di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya.
c. Anlyzing
Yaitu dengan memberikan analisis lanjutan terhadap hasil
pengorganisasian data yang menggunakan teori dan dalil-dalil lainnya,
sehingga diperoleh kesimpulan mengenai sistem jual beli pesanan
al-salam di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya.
6. Teknik Analisis Data
Setelah penulis mengumpulkan data yang dihimpun, langkah
selanjutnya adalah analisis terhadap fakta-fakta dan informasi yang
diperoleh dengan menggunakan:
a. Teknik Deskriptif Analisis
Yaitu teknik yang digunakan untuk memberikan gambaran
20
sumber-sumber atau literatur yang diperoleh sebelumnya.15 Teknik ini
digunakan untuk memaparkan praktik jual beli pesanan al-salam di
Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya.
b. Teknik Induktif
Pola pikir induktif yaitu pola pikir yang berpangkal dari
data-data yang bersifat khusus yaitu yang mengemukakan
kenyataan-kenyataan dari hasil penelitian tentang jual beli pesanan al-salam,
kemudian dianalisis untuk disimpulkan pada keadaan yang lebih
umum menurut hukum Islam. Pada hal akadnya tidak ada masalah
karena dari semua itu adalah strategi perusahaan untuk menarik
pelanggan, seharusnya pihak Wana Advertindo Sticker Solution
Surabaya sebelum akad di depan harus memberitahu pembeli bahwa
semua kesalahan dan kerugian berkaitan dengan pemasangan sticker
yang menanggung adalah pihak pembeli, atau semua itu ditanggung
bersama agar tidak terjadi kesalah pahaman.
I. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan dalam penyusunan dan pemahaman dalam
penelitian skripsi nanti, demi mendapatkan gambaran yang jelas mengenai
15
21
sistematika pembahasan dalam skripsi ini penulis membagi dalam 5 bab
yaitu:
Bab I Merupakan gambaran umum yang berisi tentang : Pendahuluan
yang mencakup di dalamnya, latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, batasan masalah, kajian pustaka
dan yang terakhir adalah sistematika pembahasan.
Bab II Berisikan tentang landasan teori yang bersifat umum tentang
jual beli pesanan al-salam). Yang meliputi tentang pengertian jual beli
pesanan al-salam dari hukum Islam, landasan hukum, perbedaan antara akad
al-salam dan Istishna’, rukun dan syarat sahnya jual beli pesanan al-salam,
hal-hal yang membatalkannya dan hikmah-hikmah jual beli pesanan al-salam.
Bab III Membahas tentang mekanisme Pesanan Al-salam pada usaha
branding mobil di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya, yang
meliputi; Profil Toko sticker Wana Advertindo, dan mekanisme kerja di
Wana Advertindo dilihat dari barang-barang yang ditransaksikan dengan cara
jual beli pesanan al-salam, dan tata cara transaksi jual beli pesanan al-salam
ditempat tersebut.
Bab IV Merupakan Analisis Hukum Islam terhadap akad al-salam di
Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya yang meliputi; Analisis Hukum
Islam Terhadap Pesanan atau al-salam di Wana Advertindo Sticker Solution
22
Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya, yang bertujuan untuk
memberikan penjelasan tentang boleh atau tidaknya praktik jual beli pesanan
al-salam.
Bab V Sebagai penutup akan diuraikan tentang kesimpulan dari
penelitian yang telah dilakukan. Selain itu akan dipaparkan saran-saran yang
terkait dengan permasalahan dalam penelitian. Kesimpulan merupakan inti
sari dari penelitian tentang ‚Implementasi Akad Al-salam Pada Usaha
Branding Mobil di Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya”. Sedangkan
23
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya (Surabaya: PT. Karya Agung. 2006)
Taqyidin An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonommi Alternatif Perspektif Islam (Surabaya: Risalah Gusti, 1996)
Hasan, Ali, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003)
Fahruddin, Mencari Kurnia Allah, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1992) Drs. H. Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah (Jakarta, AMZAH 2010)
Taufiq Hidayat. Tinjauan Hukum Islam Dan Hukum Perdata Terhadap Jual Beli
Sistem Pesanan Pada Perusahaan Kecap UD. Eka Usaha Tuban”, Skripsi
pada Jurusan Muamalah Fakultas Syariah, 2006
Ernawati. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Aksesoris Dengan Sistem Pesanan Di Desa Brakas Kecamatan Raas Kabupaten Sumenep” Skripsi Pada Jurusan Muamalah Fakultas Syariah, 2011
Dwi Nur Afifah,”Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Pasir Dengan Sistem Pesanan Di Desa Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan”,
Skripsi pada Jurusan Muamalah Fakultas Syariah, 2012
Syaifudin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999) Moh. Nasir, Metode Penelitian, Cet. VI (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005)
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006)
Husaini Usman dan Pornomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1996
1
BAB II
LANDASAN TEORI YANG BERSIFAT UMUM TENTANG JUAL BELI PESANAN
AL-SALAM
A. Jual Beli Pesanan Al-salam
1. Pengertian Jual Beli Pesanan Al-salam
Jual beli sistem pesanan dalam al’quran dan buku-buku yang membahas tentang
jual beli pesanan ada dua definisi yaitu akad al-salam dan istisnā, Jual beli al-salam dan
istisnā’ sebenarnya jual beli yang serupa, perbedaannya terletak pada cara
pembayarannya yang sedikit berbeda. Pembayaran pada al-salam dilakukan di muka1,
sementara istisnā’ bisa di depan, di pertengahan atau bahkan ketika penyerahan
barangnya atau juga pembayarannya bisa berupa cicilan. Jual beli sistem pesanan
merupakan teknik jual beli yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari seperti
membuat aksesoris dan lain sebagainya. Jual beli aksesoris dan sebagainya itu bisa
dikatakan sebagai jual beli dengan pesanan yang sederhana.
Dalam fiqih dikenal dengan nama al-salam/al-istisnā atau al-Salaf . Secara
harfiah, kedua kata memiliki makna yang sama, mendahulukan pembayaran dan
mengakhirkan barang. Bedanya al- Salam/al-istisnā digunakan oleh orang-orang hijaz,
sedangkan al-salaf digunakan oleh orang-orang Irak. Bukti bahwa kedua kata ini
bermakna sama adalah digunakannya kedua kata tersebut dalam hadist Nabi.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah ketika membicarakan akad bay’-salam/bay’-istisnā.
1
2
Sehingga kedua kata tersebut merupakan kata yang sinonim (dua kata bermakna sama
tetapi berlainan bentuk).2
Ada beberapa pengertian tentang jual beli pesanan. Secara termonologi, mazhab
Syafi’i mendefinisikan jual beli pesanan sebagai berikut:
Suatu akad untuk menyediakan barang dengan ciri-ciri tertentu yang diserahkan
pada suatu waktu tertentu dengan pembayaran harga di muka (pada saat akad)”3
Sejalan dengan mazhab Syafi’I mazhab Hanafi pun memberikan pengertian yang
sama, bahwa jual beli pesanan adalah suatu perjanjian di mana penjual membeli barang
setelah pembeli membayar kontan atas barang yang telah di belinya. Sementara, ulama
Malikiyah mendefinisikan bay’-salam /bay’-istisnā sebagai berikut:
Artinya: Jual beli yang pembayaran harganya diserahkan lebih dahulu, sedangkan
barangnya diserahkan kemudian pada waktu yang telah ditentukan.4
Definisi tentang jual beli pesanan yang diberikan oleh Malikiyah adalah penguat
dari definisi yang diberikan oleh mazhab Syafi’i dan mazhab Hanafi.
Penduduk hijaz mengungkapakan akad pemesanan barang dengan istilah
al-salam, sedangkan penduduk irak menyebutnya al-salaf . biasanya diungkapkan dalam
bentuk verbal aslama dan sallama, serta aslafa dan sallafa. Akad ini dinamakan al-salam
karena pembanyaran harga (ra’sul mal) dilakukan dimajelis akad, dan dinamakan al-salaf
karena harga dibanyar dimuka5.
2
Imam Mawardi, Al-Hawi Al-Kubir V,(Bairut, Dar al-Ilmiyah, 1994) .388
3
Al-Kitab Al-Syarbani, Muqhni al-Mutaj III, (Bairut, Dar al-Fikr al-Ilmiyah, 1994), 3.
4
Al-maqhrabi, Abu Abdillah, mawahib al-Jalil, VI, ( Bairut, Dar al-Kutub, 1996), 476.
5
3
Akad al-salam atau al-salaf adalah salah satu bentuk jual beli di mana uang harga
barang dibayarkan secara tunai, sedangkan barang yang dibeli belum ada, hanya
sifat-sifat, jenis, dan ukurannya sudah disebutkan pada waktu perjanjian dibuat6.
Bay’ al-salam atau al-salaf adalah penjualan sesuatu yang akan datang dengan
imbalan sesuatu yang sekarang, atau menjual sesuatu yang dijelaskan sifatnya dalam
tanggungan. Maksudnya, modal diberikan di awal dan menunda barang hingga tenggat
waktu tertentu. Atau dengan kata lain, menyerahkan barang tukaran saat ini dengan
imbalan barang yang dijelaskan sifatnya dalam tanggungan hingga jarak waktu
tertentu7.
Akad al-salam dihukumi sah bila menggunakan dua kata, al-salam atau al-salaf,
boleh juga menggunakan kata bay’, jika pembanyaran dilakukan dimajelis akad. Az
-Zarkasyi mengatakan, ‚kami tidak mengadakan transaksi dengan satu shighat khusus
kecuali akad ini (al-salam) dan akad nikah.”Dalam hal ini, pembeli disebut pelaku
al-salam atau muslim (pemesan), penjual disebut muslam fih (barang pesanan), dan harga
barang di sebut ra’sul mal al-salam (harga pesanan)8.
Transaksi bay’ al-salam merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan
pembuat barang melalui pesanan. Pembuat barang berkewajiban memenuhi pesanan
pembeli sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati. Pembayaran dilakukan di muka,
melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai batas waktu yang telah ditentukan.
Maka dari berbagai definisi dan pemaparan di atas, sudah jelas bahwa jual beli
al-salam adalah suatu akad antara penjual dan pembeli di mana penyerahan barangnya
6 . Drs. H. Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah (Jakarta, AMZAH 2010),243
7
Prof. Dr. Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu,(Jakarta, Gema Insani 2011), 240
8
4
tergantung pada waktu yang disepakati oleh kedua belah pihak serta proses
pembayarannya di muka down payment (uang muka).
Secara teknis, al-salam bisa diartikan akad bersama produsen untuk suatu
pekerjaan tertentu dalam tanggungan, atau jual beli suatu barang yang akan dibuat oleh
produsen yang juga menyediakan bahan bakunya. Sedangkan jika bahan bakunya dari
pemesan, maka akad itu akan menjadi akad ijarāh (sewa), pemesan hanya menyewa jasa
produsen untuk membuat barang.9
Juga dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa al-salam adalah akad jual beli
antara pemesan (Mustasni’) dengan penerima pesanan (Sani’) atas sebuah barang dengan
spesifikasi tertentu (Masnu’), contohnya untuk barang-barang industri ataupun property.
Spesifikasi dan harga barang pesanan haruslah sudah disepakati pada awal akad,
sedangkan pembayaran dilakukan di muka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai
suatu waktu pada masa yang akan datang.
2. Landasan Hukum Jual Beli Pesanan Al-salam
Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin. Tentu saja mengatur berbagai
macam tindak-tanduk manusia, terutama dalam masalah jual beli. Seperti dalam
masalah jual beli sistem pesanan bay’ Salam, tentu juga mempunyai landasan hukum
yang jelas dalam Al-Qur’an, Al-Hadits maupun ijma’ ulama. Maka landasan hukum (Al
-Qur’an dan Al-Hadits) dari jual beli sistem pesanan di sini, semuanya mengacu pada
landasan hukum pada bai’ Salam, kecuali pada landasan ijma’nya.
9
5
1. Landasan Al- Qur’an
Dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan persoalan ibadah (hubungan
antara makhluk dengan Tuhan-nya), Al- Qur’an mengatur dan memberikan gambaran
secara rinci. Sementara dalam masalah-masalah ibadah yang (hubungan antara makhluk
dengan makhluk), Al- Qur’an memberikan gambaran secara global, termasuk juga dalam
masalah jual beli dengan pesanan.
Dalam surat Al- Baqarah ayat 282 Allah berfirman:
6
Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur, dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak adanya (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah
mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu”.10 (QS. Al-
Baqarah: 282)
Kemudian dalam ayat lain surat Al- Baqarah ayat 275:
Artinya:‚Orang-orang yang makan (mengambil) riba11 tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya”.12 (QS. Al- Baqarah: 275)
10
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Surabaya: Mahkota, 1989), 71.
11
Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini Riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah.
12
7
Juga dalam surat Annisa’ ayat 29:
Artinya:‚Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.13 (QS. Annisa’: 29)
2. Landasan Hadits
Selain Al- Qur’an, hadits juga merupakan sumber hukum di dalam agama Islam
yang kedudukannya merupakan sumber hukum kedua setelah Al- Qur’an. Maka untuk
membantu menjelaskan ayat Al- Qur’an yang masih bersifat umum, penulis juga
merasa penting untuk mengutip beberapa hadits yang berkaitan dengan masalah jual beli
sistem pesanan di atas. Berikut hadits-haditsnya:
جر ا . ع ْبا ع ي ا ْج لجر ْ ع قحْسا با ْ ع ايْفس ا بْخا . ْي ك ْب د حم ا ثدح .لْْ ف اجر َ ْسا ا سلا كْ ت ْ ْْت ْم ف ْي ع ْددْرا ؟ لام لحتْست مب لاقف م س ْي ع ه ص ب لا لا ا صتْخاف .ايش ة ا لاق مث . لام . حاص دْبي تح لْْ لا ف اوف ْست )د اد وبا ا ر(
Artinya:‚Bercerita kepadaku Muhammad bin Katsir, memberi kabar kepadaku Sufyan
dari Abi Ishak dari seorang Najrani dari Ibnu Umar, ‚bahwa sesungguhnya ada
seseorang yang melakukan akad salaf/salam (istisnā’) dengan orang lain pada
kurma akan tetapi kurma tersebut tidak nampak buahnya selama satu tahun.
Kemudian mereka berdua mengadu kepada Nabi, Nabi bertanya ‚bagaimana
proses transaksi barang tersebut? Kembalikan barang tersebut! Kemudian
13
8
Rasulullah bersabda ‚janganlah kalian melakukan akad salaf/ salam (istishna’)
pada kurma sampai nampak buahnya dengan bagus”.(HR. Abu Daud)14
ا لا ة ْيد لا م س ْي ع ه ص ه لْوسر دق .لاق ْ ع ه يضر ابع ْبا ع ْيماعلا اعلا ْ تلا ف ْوف ْسي ْسيْ ف ْ ت ف َ ْسا ْ م لاقف .) ْو ْعم لجا لا ْ ع ةيا ر يف ( ْو ْعم ْ ْو ْعم لْيك ف َْ ي ع قفتم
Artinya: ‚Dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata Rasulullah SAW, tiba di Madinah sementara
orang-orang sedang melakukan akad istisnā’ pada kurma selama 1-2 tahun.
Kemudian beliau bersabda ‚barang siapa melakukan akad istisnā’ pada kurma
hendaknya harus dengan takaran tertentu dan timbangan yang diketahui )dalam satu riwayat pada waktu tertentu(” (HR.Bukhari Muslim).15
ْبا ْب ْح لا دْبع ْ ع ه ص ه لْوسر عم م اغ ْلا بْيص ا ك :ااق ا هْ ع ه يضر فْ ا يبا ْبا ه دْبع لا ْيعشلا ةطْ حْلا ف ْمهف ْس ف . اشلا طابْ ا ْ م طابْ ا ا ْيتْأي اك م س ْي ع ْيب لجا لا تْي لا ةيا ر ف ْ ا ب كلا ْمهلاْس ا ك ام ااق ؟عر ْمهل اكا لْيق سم .يراخبلا هاور .
Artinya: ‚Dari Abdurrahman bin Abzi dan Abdullah bin Abi Aufa r.a. mereka berkata
kami dan Rasulullah mendapatkan harta ghanimah lalu datang sebagian golongan dari negeri Syam maka kami melakukan akad istisnā’ dengan mereka
pada gandum tepung kurma basah sedang dalam satu riwayat lain minyak pada
waktu yang ditentukan lalu ditanya ‚apakah mereka mempunyai tanaman?
Kemudian mereka menjawab, kami tidak sempat menanyakan hal tersebut
kepada mereka” (HR. Bukhari)16
ْوسر ْمهل لاقف ْوف ْسي ا لا م س ْي ع ه ص ه لْوسر دق :لاق ابع ْبا ع س ْي ع ه ص ه ل
ْ م م
)م سم ا ر( . ْو ْعم ْ ْو ْعم لْيك ف اا َْ ْسي اف َ ْسا Artinya:‚Dari Ibnu Abbas ia berkata Rasulullah SAW. telah tiba disuatu tempat.
Sedangkan orang-orang sedang melakukan jual beli akad istisnā’ kemudian
Rasulullah SAW. bersabda kepada mereka ‚barang siapa yang melakuan akad
istisnā’ maka janganlah melakukannya kecuali dengan takaran yang diketahui dan timbangan yang diketahui juga”(HR. Muslim)17
3. Landasan Ijma’
Menurut madzhab Hanafi, bay’ al-salam termasuk akad yang dilarang karena
secara qiyasi (prosedur analogi) bertentangan dengan semangat bay’ (jual beli) dan juga
14
Abi Dawud Sulaiman ibn al-As’asy al-Sajastani al-Azdi, Sunan Abi Da>wud, Juz. 3, (Kairo: Dar al Hadis|, 1993),
1476.
15Ab
i Abdullah Muhammad bin Ismāl al-Bukhari, Ṣaḥiḥ al-Bukhāri, Vol. 3, (Beyrut: Dar al-Fikr, 1999), 251.
16
Ibid,. 255.
17
9
termasuk bay’ ma’dum (jual beli barang yang masih belum ada). Dalam bay’, pokok
kontrak penjualan harus ada dan dimiliki oleh penjual, akan tetapi pelanggaran ini telah
dihapuskan dengan pertimbangan kebutuhan masyarakat terhadap kontrak al-salam.
Sehingga para ulama perlu adanya sebuah pembatasan terhadap penggunaan kata
hanya sesuai dengan apa yang diajarkan oleh syara’ membolehkan akad ini hanya dengan
menggunakan kata-kata salam dan salaf. Tetapi ada pula pendapat yang membolehkan
akad ini dengan menggunakan kata jual beli (al-bay’) biasa dan tetap sah sebagai jual
beli al-salam. Meskipun demikian, mazhab Hanafi menyetujui kontrak bay’ al-salam
atas dasar karena alasan berikut ini:
a. Masyarakat telah mempraktikkan bay’al- salam secara luas dan terus menerus
tanpa ada keberatan sama sekali. Hal inilah yang melatar belakangi perbedaan
ulama dalam menghukumi bay’al-salam.
b. Di dalam syariah, dimungkinkan adanya penyimpangan terhadap qiyas, dan hal ini
telah menjadi konsensus ulama (sudah ijma’).
c. Keberadaan bay’ salam didasarkan atas kebutuhan masyarakat. Banyak orang
memerlukan barang yang tidak tersedia di pasar, sehingga mereka cenderung
melakukan kontrak agar orang lain membuatkan barang yang diperlukan tersebut.
d. Bay’ salam sah sesuai dengan aturan umum mengenai kebolehan kontrak selama
tidak bertentangan dengan nash atau aturan syari’ah.
3. Perbedaan Antara Jual Beli Al-salam dan Istishna’
Akad al-salam mempunyai beberapa kesamaan dan perbedaan dengan akad
10
beberapa perbedaan-perbedaan antara akad al-salam dan istisnā’. Berikut beberapa
perbedaannya:
1. Barang yang dijual dalam al-salam berupa dain (tanggungan), sedangkan dalam
istisnā’ berupa ain (benda/ barang).
2. Dalam al-salam, kebanyakan ulama mensyaratkan harus ada jangka waktu antara
akad dan penerimaan barang yang dipesan, kecuali menurut Madzhab Syafi’i,
sementara di dalam istisnā’ tidak boleh ada jangka waktu.
3. Akad al-salam berkonsekwensi lazim (tidak boleh menggagalkan akad), sedangkan di
dalam istisnā’ diperbolehkan khiyar, kecuali pendapat Abu Yusuf yang menyatakan
tidak boleh ada khiyar dengan alasan dapat merugikan sani’ jika diperbolehkan
khiyar.18
4. Dalam al-salam, ra’s al-māl (pembayaran) harus diserahkan seluruhnya di waktu
terjadinya transaksi, sementara di dalam istisnā’ boleh menyerahkan ra’s al-māl
sebagian atau tidak sama sekali di waktu terjadinya akad, dan inilah perbedaan yang
paling mencolok antara al-salam dan istisnā’.
5. Akad al-salam boleh menggunakan sesuatu yang biasa dibuat transaksi atau tidak
biasa dibuat transaksi, sedangkan di dalam istisnā’ hanya tertentu pada sesuatu yang
biasa dibuat transaksi.
4. Rukun Jual Beli Pesanan Al-salam
Dalam Islam, semua masalah baik itu masalah ubudiyah, muamalah, munakahat
serta semua yang diatur di dalam Islam mempunyai satuan-satuan yang harus dipenuhi
18
11
di dalamnya. Kemudian unsur-unsur tersebut biasaya dalam istilah fiqih disebut dengan
rukun, dimana setiap rukun itu harus dipenuhi. Jika salah satu rukun tidak dipenuhi,
maka pekerjaan tersebut menjadi batal (tidak sah).
Begitu pun dalam masalah jual beli dengan sistem pesanan, di dalamnya terdapat
beberapa rukun yang harus dipenuhi, yakni:
1. pemesan/ pembeli (mustasni’)
2. penjual/ pembuat (sani’)
3. barang/ objek yang dipesan (masnu’)
4. harga/ modal yang dibayarkan (ra’s al- māl)
5. Sighat Ijab Qabul
Al-salam termasuk bai’ al-ma’dum (jual beli barang yang tidak ada), juga karena
barang yang dibuat melekat pada waktu akad pada tanggungan pembuat atau penjual.
Karena pembeli membutuhkanya dengan waktu yang sangat cepat atau terburu-buru.
Al-salam juga bisa berubah menjadi akad ijarāh jika bahan baku disediakan oleh pemesan.
Dalam kegiatan jual beli pesanan al-salam, ada lima unsur yang sangat pokok
sebagai satuan-satuan dari kegiatan tersebut, misalnya adanya penjual dan pembeli.
Kedua pihak ini sangat penting dan bahkan tidak boleh tidak harus ada dalam kegiatan
tersebut.
Kemudian juga adanya barang yang diperjual-belikan. Dalam artian, barang itu
harus jelas spesifikasinya atau criteria barangnya harus benar-benar jelas dan transparan.
Juga masalah uang pembayatannya atau ra’s al-māl. Ra’s al-māl di dalam akad al-salam
12
Terakhir adalah bentuk akad, yaitu perjanjian yang sudah disepakati oleh kedua
belah pihak dan dapat dijadikan acuan dari kegiatan tersebut baik waktu penyerahan
barangnya, serta akad pembayarannya.
5. Syarat Jual Beli Pesanan Al-salam
Dalam pengertian syarat, sangat berbeda dengan pengertian rukun sebab syarat
mengatur tentang mekanisme atau tata cara dalam sebuah kegiatan, sementara rukun
adalah merupakan satuan kegiatan yang harus dipenuhi. Rukun adalah materi dari
sebuah kegiatan, sedangkan syarat adalah tata cara dalam mempraktekkannya.
Syarat yang diajukan ulama untuk diperbolehkannya transaksi jual beli pesanan
al-salam adalah:
1. Adanya kejelasan jenis, ukuran, macam dan sifat barang karena ia merupakan objek
transaksi yang harus diketahui spesifikasinya.
2. Merupakan barang yang biasa ditransaksikan atau berlaku dalam hubungan antar
manusia. Dalam arti, barang tersebut bukanlah barang aneh yang tidak dikenal dalam
kehidupan manusia, seperti barang property, barang industry dan lainnya.
3. Boleh adanya penentuan jangka waktu, jangka waktu peyerahan barang ditetapkan
diawal.
6. Hikmah-Hikmah Jual Beli Pesanan Al-salam
Setiap apa pun yang disyariatkan Allah dan Rasul-Nya, pasti mempunyai
13
terkadang manusia tidak pernah merasakan hikmah yang dikandung di dalamnya.
Manusia tidak bisa menyingkap rahasia dari apa yang telah Tuhan isyaratkan.
Tidak jarang, manusia menganggap bahwa jika apa terjadi pada dirinya tidak
sesuai dengan harapan, maka mereka kadang menganggap Tuhan tidak adil atau hal-hal
lainnya yang kesemuanya itu bisa menutup pintu dibukakannya rahmat.
Begitu pun hikmah yang terkandung dalam disyariaatkannya sistem pesanan adalah:
1. Untuk mempermudah manusia dalam bermuamalat.
2. Untuk mensejahterakan ekonomi manusia.
3. Merupakan kebutuhan masyarakat yang memerlukan barang yang tidak tersedia di
pasar.
4. Orang yang mempunyai perusahaan seringkali butuh uang untuk memenuhi
kebutuhan perusahaannya, bahkan sewaktu-waktu bisa menjadi kendala atas
kemajuan perusahaannya.
5. Sebagai media tolong-menolong antara manusia yang satu dengan yang lainnya.19
19
1
BAB III
MENKANISME AKAD AL-SALAM PADA USAHA BRANDING MOBIL DI WANA
ADVERTINDO STICKER SOLUTION SURABAYA
A. Pandangan Umum Tentang Wana Advertindo
1. Sejarah Singkat Toko Sticker Wana Advertindo
Usaha sticker ini didirikan oleh Bapak Hermawan Budhi Susilo dan Bapak Saiful
Anwar pada tahun 2008. Bapak budhi dulu adalah karnyawan toko sticker dan alat-alat
sablon dan Bapak Saiful dulunya adalah orang yang memasang sticker di pinggir jalan di
daerah bambu runcing surabaya. Waktu Bapak Budhi memperkenalkan producknya
mereka berdua bertemu dan kenal akrab lalu mereka sepakat mendirikan toko sticker
dengan keahlianya masing-masing.
Dulunya nama toko sticker ini adalah Anugrah Print lalu seiring berkembangnya
jaman berubah menjadi Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya . Karena nama
Anugrah Print sudah banyak yang memakai nama itu untuk usaha. Sudah tujuh tahun
toko ini berdiri, dulunya hanya toko sticker biasa dan berkembang menjadi toko sticker
yang dikenal perusahaan-perusahaan atau orang-orang disekitarnya.
Pada tahun-tahun pertama berdirinya toko sticker Wana Advertindo ini, terdapat
beberapa kendala yang mengakibatkan menjadi sepi. Kendala tersebut adalah masih
kurangnya informasi toko sticker Wana Advertindo kepada masyarakat sekitarnya.
Selain itu, mesin cutting sticker yang dipakai adalah mesin cutting merek china
sehingga waktu proses penggunaannya tidak maksimal, sehingga banyak masyarakat
2
Setelah melihat besarnya potensi yang ada di daerah tersebut, Bapak Budhi dan
Bapak Saiful mengumpulkan uang dari keuntungan yang mereka dapat untuk membeli
mesin baru merk japan yang diharapkan mampu mengembangkan bisnis cutting sticker
mereka dan dikenal banyak orang yang membutuhkan jasa pemasangan sticker di daerah
tersebut.
Berani membeli mesin baru yang lebih mahal demi memajukan usahanya adalah
hal yang sangat bagus kinerja mereka menjadi sangat cepat dan memuaskan. Berbagai
macam cutting sticker dapat dikerjakan dibandingkan dengan mesin yang lama dulu.
Hal ini yang membuat usaha jasa cutting sticker dikenal olah masyarakat sekitarnya.
Peran serta masyarakat sekitar juga sangat mempengaruhi makin berkembangnya
usaha jasa cutting sticker mereka. Berawal dari mulut ke mulut, usaha jasa cutting
sticker semakin dikenal masyarakat luas.
Setiap hari tidak sedikit orang yang membuat cutting sticker mobil. Bahkan
kalau yang memesan itu sebuah perusahaan atau pabrik, bisa sampai lama seminggu
lebih bahkan ada yang sebulan. Karena sering pesanan cutting sticker, Bapak Budhi dan
Bapak Saiful mulai berani mengembangkan usahanya yaitu bergerak di bidang sticker
mobil wraping atau branding mobil. Karena wraping dan branding mobil adalah usaha
yang bagus untuk menarik perusahaan-perusahaan atau pabrik-pabrik yang
membutuhkan jasa pemasangan sticker mereka1.
3
2. Lokasi Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya
Salah satu unsur yang perlu menjadi pertimbangan dalam rangka mendirikan
suatu perusahaan adalah pemilihan lokasi perusahaan itu sendiri. Pemilihan lokasi
perusahaan harus mendapatkan perhatian yang utama dalam pendirian perusahaan
karena pemilihan lokasi yang kurang tepat dapat menimbulkan hambatan-hambatan
dalam menjalankan aktivitas perusahaan.
Lokasi Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya sangat strategis karena
letaknya di pinggiran jalan raya. Letak lokasinya yaitu:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Jambangan
b. Sebelah barat berbatasan dengan Ketintang
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Gunung Sari
d. Sebelah timur berbatasan dengan pagesangan
3. Maksud dan Tujuan-Tujuan
a. Memberikan pelayanan jasa cutting sticker kepada masyarakat, perusahaan
atau pabrik yang membutuhkan jasa cutting sticker untuk memperlancar
sebuah kegiatan yang dilakukannya.
b. Maksud dan tujuan bisnis yang bersifat sosial.
c. Melibatkan peran masyarakat dalam membangun dunia bisnis yang lebih
baik.
d. Menghidupkan sifat kasih sayang dan pelayanan yang baik dalam proses
perusahaan.
e. Pemberdayaan kreativitas para karyawan khususnya dan masyarakat pada
4
B. Mekanisme Kerja Pada Usaha Branding Mobil di Wana Advertindo Surabaya
1. Dari Segi Perjanjian Atau Akad
Salah satu bentuk pesanan pada toko sicker Wana Advertindo Sticker Solution
Surabaya adalah kerjasama antara pihak toko Sticker Wana Advertindo Sticker
Solution Surabaya dengan para mitra usaha perusahaan atau pabrik-pabrik.
Perjanjian pesanan atau akad adalah sebagaimana arti dari akad itu sendiri ialah
suatu ikatan atau janji yang dibentuk oleh dua orang atau lebih diantara orang yang
mengadakan akad itu. Dapat di garis bawahi bahwa akad pesanan al-salam yang terjadi
di toko sticker Wanan Advertindo Sticker Solution Surabaya adalah suatu akad yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk melaksanakan usaha dengan tujuan membagi
keuntungan yang diperoleh sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
Perjanjian merupakan suatu hal yang penting ketika akan melaksanakan usaha
bersama, termasuk ketika melakukan pesanan agar tidak terjadi kesalahpahaman antara
kedua belah pihak dan memudahkan dalam mengaturnya sesuai dengan isi perjanjian.
Dalam melaksanakan kerjasama terdapat beberapa cara atau proses untuk melakukan
perjanjian, sebagaimana proses yang terjadi di toko sticker Wana Advertindo Sticker
Solution Surabaya.
Menurut Bapak Budhi, selaku pimpinan toko sticker Wana Advertindo sticker
Solution Surabaya menjelaskan, pelaksanaan pesanan branding mobil yang terjadi di
toko sticker Wana Advertindo Sticker Solution Surabaya ada beberapa tahapan.
Tahapan pertama yaitu dari pihak pembeli memesan dengan bayaran yang langsung