• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Ideal Penempatan Perambuan lalulitas dalam Pengaturan lalu litas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konsep Ideal Penempatan Perambuan lalulitas dalam Pengaturan lalu litas"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Fisik Kota Palopo

1. Letak dan Batasan Administratif

Kota Palopo merupakan wilayah pengembangan bagian utara Sulawesi

Selatan, berada pada posisi 203045’’ - 303730’’ lintang Selatan dan 11904115’’

12104311’’ bujur Timur (BPS 2003). Secara Administrastif terdiri atas 4

kecamatan dan 16 Kelurahan serta 12 Desa dengan luas wilayah 247,57 km2

dengan batasan Administratif sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Walendrang

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Buah

Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone

Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sanggalangi Kabupaten Tanah

Toraja.

Kota Palopo telah mengalami pemekaran, yang sebelum tahun 1999 terdiri

atas dua kecamatan yaitu kecamatan Wara dan Wara Utara dengan 16

Desa/kelurahan. Pada tahun 1999 mengalami pemekaran menjadi 4 kecamatan

dan 28 Desa/kelurahan secara administrasi terdiri atas :

Kecamatan Wara terdiri dari 8 kelurahan dan 2 Desa yaitu : Desa/kelurahan

Tompitika, Boting, Amassangan, Lagaligo, Tunarundung, Benten, Surutanga,

Mukajang, Murante dan Latuppa.

(2)

Batupasi, Pontap, Bara, Salobulo dan kelurahan Rampang.

Kecamatan Wara Selatan terdiri dari 2 kelurahan dan 4 Desa yaitu :

Desa/kelurahan Mawa, Takkalala, Songka, Peta, Perangi, dan Saboddo.

Kecamatan Tellu wanua terdiri dari 6 Desa yaitu : desa Jaya, Maroangin,

Mancani, Battang, Salu Battang dan Sumarambu.

2. Ketinggian dan Kelerengan

Kota palopo berada pada ketinggian 0 – 500 m diatas permukaan laut dan

mempunyai kemiringan berkisar antara 8% - 40%. Dari kondisi fisik tersebut,

keadaan Topografi yang bervariasi diwilayah kota Palopo hanya terdapat di

kelurahan Murante, Sampoddo, Mawa, dan kelurahan Salabulo (datar –

bergunung). Adapun 24 kelurahan yang lain mempunyai kemiringan 0 – 8% yang

berarti wilayah kota Palopo didominasi oleh Topografi datar.

3. Penggunaan Lahan

Akibat perkembangan kota Palopo yang begitu pesat dari tahun ke

tahun, sehingga terjadi kecenderungan pergeseran fungsi pemanfaatan ruang. Ini

terjadi pada daerah / wilayah kota, misalnya lahan yang tadinya berfungsi sebagai

lahan pertanian beralih fungsi menjadi lahan peruntukan pemukiman dan kegiatan

lain seperti perdagangan, pemerintahan dan lain-lain.

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan maka diperoleh gambaran

bahwa penggunaan lahan terkecil adalah lahan padang rumput / rawa dengan luas

(3)

Tabel 4.1

Luas Penggunaan Lahan dikota Palopo Tahun 2003 No Jenis penggunaan Lahan Luas (Ha) Prosentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Sawah

Pemukiman / Pekarangan Kebun campuran / Tegalan Padang rumput / Rawa Kolam / Tambak Hutan Lain-lain 2199,00 3158,18 7768,15 116,1 928,3 8525,07 2057,07 8,88 12,76 31,38 0,47 3,75 34,44 8,31

Jumlah 24751,87 100

Sumber : Kantor BPS Kota Palopo 2003.

B. Identifikasi Kependudukan

Kota Palopo

Untuk mengetahui jumlah dan tingkat perkembangan penduduk jumlah dan

kepadatan penduduk, maka diperlukan kajian terhadap aspek kependudukan.

Keadaan kependudukan kota palopo memperlihatkan peningkatan selama

kurun waktu 5 tahun terakhir. Kecenderungan peningkatan tersebut dipengaruhi

oleh beberapa faktor seperti menurunnya angka kematian sedangkan angka

kelahiran meningkat serta arus migrasi yang semakin tinggi.Untuk lebih jelasnya

tingkat perkembangan dan distribusi penduduk di kota Palopo akan diuraikan dalam

penjelasan berikut ini :

1. Jumlah dan Tingkat

Perkembangan Penduduk

Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor BPS kota Palopo, dapat

terlihat perkembangan jumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan. Pada tahun 1999 jumlah penduduk kota Palopo berkisar 98.807 jiwa.

(4)

penduduk menjadi 113.649 jiwa. Pertambahan penduduk ini menunjukkkan tingkat

pertumbuhan 2,61% pertahun atau bertambah sekitar 14.842 jiwa (13,06%) selama

(5)

(kematian dan kelahiran) juga dipengaruhi oleh adanya daya tarik seperti

ketersediaan fasilitas umum dan jasa yang memungkinkan bagi penduduk untuk

melakukan Migrasi ke kota Palopo. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2

sebagai berikut :

Tabel 4.2.

Perkembangan jumlah penduduk kota Palopo Tahun 1999 – 2003 No Tahun Jumlah Penduduk

(jiwa) Pertambahan (jiwa) Pertumbuhan (jiwa) 1. 2. 3. 4. 5. 1999 2000 2001 2002 2003 98.807 105.843 105.855 113.050 113.649 -7036 12 7195 599 -6,64 0,02 6,36 0,53

Sumber : BPS Kota Palopo tahun 2003.

2. Jumlah Dan Kepadatan Penduduk

Luas wilayah administrasi kota Palopo adalah 247,57 km2 dengan jumlah

penduduk pada tahun 2003 sebanyak 113.649 jiwa sehingga kepadatan penduduk

secara keseluruhan pada tahun 2003 adalah 459 jiwa / km2. Dalam wilayah kota

Palopo kepadatan penduduk tertinggi terdapat di kecamatan Wara Utara dengan

kepadatan 1560 jiwa / km2. Sedangkan kepadatan penduduk terendah terdapat pada

kecamatan Tellu Wanua yaitu 104 jiwa / km2. Jumlah dan tingkat kepadatan

penduduk dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3.

Kepadatan Penduduk Kota Palopo dirinci Per Kecamatan Tahun 2003

No Kecamatan Luas wilayah(km2) PendudukJumlah (jiwa / kmKepadatan2)

(6)

2. 3. 4 Wara Selatan Wara Utara* Tellu Wanua 40,64 26,56 113,47 9.783 41.427 11.834 240 1560 104

Jumlah 247,57 113.649 2.660

Sumber :kantor BPS Kota Palopo Tahun 2003 Ket : * = masuk dalam wilayah studi

C. Aksesibilitas

Akses pencapaian terhadap kota Palopo dapat dijangkau melalui jalur darat

dan laut. Untuk pencapaian melalui udara sementara dirintis dengan akan

dibangunnya bandar udara di Kecamatan Bua Kabupaten Luwu Selatan.

Transportasi darat yang ada saat ini memberikan pelayanan dalam kota dan daerah

hinterlandnya. Untuk kegiatan transportasi Regional adalah pelayanan terhadap ibu

kota kabupaten dimana kota Palopo dilalui oleh jalur utama (arteri primer) yang

menghubungkan daerah-daerah lainnya.

Jalan-jalan yang ada dikota Palopo mempunyai sifat pelayanan utama maupun

menampung arus pergerakan kendaraan dengan lalu lintas cepat. Sebagian besar

pergerakan dibangkitkan oleh pergerakan kendaraan penumpang umum, baik

angkutan dalam kota maupun antar kota.

Pencapaian melalui darat ini didukung oleh keberadaan Terminal Regional dan

sarana jalan. Selain itu juga di lalui oleh jalur Trans Sulawesi dan jaringan jalan

menuju kaaabupaten Tana Toraja sehingga kota Palopo dimungkinkan berperan

sebagai kota transit.

Pencapaian melalui laut dapat dicapai dengan keberadaan pelabuhan Palopo

(Tanjung Ringgit) serta pelabuhan rakyat di Belopa, Siwa yang menghubungkan

Sulawesi Tenggara dan daerah-daerah sekitarnya. Untuk mendukung Mobilitas

penduduk dan kelancaran distribusi barang dikota dan didaerah Hinterlandnya, kota

(7)

kondisi yang baik atau sudah diaspal. Akan tetapi masih ada jalan yang kondisinya

belum di aspal. Untuk mengetahui panjang jalan menurut kondisinya lebih jelas

dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut ini:

Tabel 4.4.

Kondisi Jaringan Jalan di Kota Palopo Tahun 2003

No Kondisi Jalan Panjang Jalan

1. 2. 3. Aspal Pengerasan Tanah 99,40 28,60 23,20 Jumlah 151,20

Sumber : Kantor BPS kota Palopo Tahun 2003

D. Tinjauan Umum Lokasi

Penelitian

Kecamatan Wara dan kecamatan Wara Utara sebagai tempat penelitian

merupakan pusat kota Palopo. Untuk memudahkan kajian selanjutnya dalam

penelitian ini, maka kecamatan Wara dan Wara Utara dibagi dalam beberapa zona

yaitu beberapa jalan utama dan jalan yang kemungkinan besar akan terjadi konflik,

sehingga perlu penempatan Rambu Lalu Lintas. Adapun pembagian zona tersebut

adalah :

- Zona I Jalan DR.Ratulangi

- Zona II Jalan Jenderal Sudirman

- Zona III Jalan Kelapa

- Zona IV Jalan Durian

- Zona V Jalan Vetran

- Zona VI Jalan Andi Jemma

- Zona VII Jalan Tandipau

(8)

- Zona IX Jalan Imam Bonjol

- Zona X Jalan Malaja

- Zona XI Jalan K.H.A.Dahlan

(9)

1. Pola Penggunaan Lahan

Kecamatan Wara dan Wara Utara sebagai pusat pemerintahan dan simpul

jasa serta perekonomian yang berfungsi sebagai pelayan lokal dan regional,

mengalami perkembangan dengan perubahan fungsi guna lahan. Hal ini diakibatkan

tuntutan perkembangan dan pembangunan yang berkembang pesat.

Fungsi dominan pengguna lahan di kecamatan Wara dan Wara Utara

adalah pemukiman, perkantoran, perdagangan dan jasa, pendidikan, kesehatan, olah

raga / open space, peribadatan dan kebun campuran. Pola penggunaan lahan tersebut

mengalami perkembangan sesuai tuntutan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan

perkembangan jumlah penduduk.

2. Sistem Jaringan

Sistem jaringan berupa jalan diwilayah studi terdiri dari jalan arteri, jalan

kolektor, dan jalan lokal. Sukirman S. tahun 1992 dalam skripsi ( Baktiar Rasul

2002 : 6) “ Pengendalian arus Lalu Lintas Prsimpangan Jalan di Kota Makassar “

mengemukakan klasifikasi fungsi jalan menurut UU No.13 Tentang jalan, Tahun

1980 adalah sebagai berikut :

a. Jalan Arteri adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri

perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi

secara efisien.

b. Jalan Kolektor adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri

perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk di

(10)

c. Jalan lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri

perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak

dibatasi.

Fungsi jalan dikota Palopo menghubungkan :

 Jalan arteri menghubungkan kota palopo – kota Makassar dan jalan trans

Sulawesi yang menghubungkan Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara dan Sulawesi

Tenggara.

 Jalan Kolektor adalah jalan yang menghubungkan kota Palopo dan kabupaten

Tana Toraja .

 Jalan lokal merupakan jalan yang menghubungkan semua titik konsentrasi

aktifitas penduduk dalam hirarki yang lebih rendah.

Sirkulasi kendaraan dijalan dengan tata guna lahan beraktifitas tinggi

mengalami gangguan karena adanya aktifitas sepanjang jalan,bercampurnya moda

angkutan, sisitem parkir tidak jelas, rambu lalu lintas tidak diperhatikan, dan adanya

perpotongan jalan.

Kondisi jaringan jalan diwilayah studi hampir secara keseluruhan

konstruksi jalan berupa aspal dengan kondisi jalan baik. Ini disebabkan karena

pesatnya pembangunan dipusat kota yang merupakan pusat pemerintahan dan

perdagangan sehingga sarana transportasi sangat penting.

3. Aspek prasarana dan Sarana Transportasi

Sarana dan prasarana angkutan darat di kota Palopo terdiri atas dua

terminal,yaitu terminal regional yang ada di pusat kota,terminal pembantu diluar

kota Palopo dengan jarak 5 km dari pusat kota,sedangkan untuk transportasi udara

(11)

Perhubungan darat sangat berperan dalam memperlacar perangkutan

barang dan jasa,yang akan menghubungkan suatu daerah ke daerah lainnya.

a. Sarana Angkutan

Sarana perhubungan di kota Palopo berupa terminal yang melayani

penumpang dan barang dimana pengaturan sistem sirkulasi angkutan umum sudah

baik. Pergerakan angkutan umum penumpang dan barang yang efesien akan

menciptakan ruang pergerakan dalam kota akan lebih efektif.

Terminal kota Palopo yang terletak di pusat kota, berfungsi untuk

melayani angkutan barang dan penumpang,serta melayani angkutan umum,baik

dalam kota Palopo sendiri maupun keluar kota serta melayani angkutan antar kota

dalam propensi dan antar propensi.

Berdasarkan hasil suvey pada Dinas Perhubungan Kota Palopo yang

bekerja sama dengan Kantor Samsat Propinsi Sulawesi Selatan yang diperbantukan

di kota Palopo,bahwa jumlah angkutan darat yang beroperasi di kota Palopo

(12)

Tabel 4.5

Jumlah Sarana Angkutan Darat di Kota Palopo Tahun 2003

No Jenis Kendaraan Jumlah (unit)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Sedan Jeep Mini Bus Microbus Pick Up Light Truck Truck Box Dumtruck Truck Tangki Station Wagon Mikrolet Ambulance Sepeda Motor Becak Sepeda 62 186 1.183 55 537 401 111 22 42 523 341 193 10 15.031 750 320 Jumlah 19.268

Sumber: -Dinas Perhubungan Kota Palopo -Kantor Sam-sat Kota Palopo

b. Pola Sirkulasi dan Pergerakan Kendaraan

Pola penggunaan lahan yang berbeda-beda pada setiap

wilayah,menyebabkan terjadinya interaksi pola pergerakan yang berbeda pula. Pola

penyebaran penggunaan lahan sebagai spasial dari suatu zona sangat berperan

dalam pola pergerakan.

Pergerakan angkutan umum cenderung menuju pusat kota oleh karena

menjadi akhir dari perjalanan (ujung rute,terminal) dan kembali ke daerah asal.

(13)

karena kondisi dan luas jaringan jalan yang menghubungkan dengan pusat

kecamatan lain sudah cukup memadai.

4. Rute Pergerakan Angkutan Umum

Penentuan rute atau trayek angkutan umum dikota Palopo bertujuan

untuk memudahkan pengaturan lalulintas dan mobilisasi penduduk dari tempat asal

ketempat tujuan. Selain angkutan umum berupa Mikrolet dikota Palopo, juga

digunakan angkutan roda tiga (becak) dan sarana angkutan berupa ojek sebagai alat

angkutan utama dalam kota Palopo. Untuk lebih jelasnya mengenai trayek dan

jumlah angkutan umum mikrolet dikota palopo dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut

ini :

Tabel 4.6

Jumlah Angkutan Umum Mikrolet Menurut Trayek dikota Palopo Tahun 2003 No Kode Trayek Trayek Jumlah Armada (Unit) Jarak (km) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 Terminal-Perumnas Balandai Terminal-Perumnas Balandai Terminal-Perumnas Balandai Terminal-Pelabuhan Terminal-Nyiur/BTN Hartako Terminal-BTN Bogor Terminal-Songka

Terminal-Latuppa / Mawa Terminal-Lebang / Battang Terminal-Pepabri 54 26 28 1 4 -9 9 4 51 6 6 6 3 2 2 4 5 10 8

Jumlah 190 58

(14)

Tabel 4.7

Jalur jalan yang dilalui trayek angkutan umum di Kota Palopo tahun 2003

No. Trayek( PP) Kode Start Dari TerminalJalur Yang Di laluiKembali Dari Terminal Keterangan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1

Terminal-Perumnas

01

Keluar melalui Jl.Rambutan, belok kiri Jl.Durian,belok kiri Jl.Salak, belok kanan Jl. Oputosappaile, belok kanan Jl.K.H.A.Dahlan (pasar sebelah Utara) belok kiri Jl.Jend.Sudirm an, terus Jl.A.Djemma,belok kiri Jl.Diponegoro, belok kanan Jl. Dr.Ratulangi,terus keperumnas

Perumnas Jl.Dr.Ratulangi,belok kiri Jl.Diponegoro,Luwu Plaza, belok kanan Jl.landau,belok kanan jalan A.Yani,belok kiri Jl.Jend.Sudirman,belok kanan

masuk keterminal 54 Kendaraan

2

Terminal-Perumnas 02

Keluar melalui Jl.Rambutan, belok kiri Jl.Durian,belok kanan Jl.Salak, belok kanan Jl. Oputosappaile, belok kanan Jl.K.H.A.Dahlan (pasar senteral

palopo) belok kiri

Jl.Manennungeng

terus Jl.S.Hasanuddin,belok kiri Jl.A.Yani, terus Jl.Veteran,belok kanan Jl.K.H.M.Kasim,belok kiri

Jl.Dr.Ratulangi terus

keperumnas

Perumnas Jl.Dr.Ratulangi,belok kanan Jl.K.H.M.kasim,terus Jl.Tandipau,belok kiri jl.Palapa Terus kiri masuk terminal

26 Kendaraan

3 Terminal

-Perumna s

03

Keluar melalui Jl.Rambutan, belok kiri Jl.Durian,belok kanan Jl.Salak, belok kanan Jl. Oputosappaile, belok kanan Jl.K.H.A.Dahlan (pasar senteral palopo) belok kiri Jl.Ambe Nona terus Jl.Batara,belok kanan

Jl.G.Terpedo,belok kiri

Jl.Veteran,

belok kanan Jl.Imam Bonjol belok

kiri Jl.Dr.Ratulangi terus keperumnas

Perumnas Jl.Dr.Ratulangi,belok kanan Jl.Imam Bonjol,belok kiri Jl.Veteran,belok kanan jl. G.Terpedo,belok kanan Jl. Batara terus belok kiri Jl. Tandipau terus Jl. kelapa masuk terminal. 28 Kendaraan 4 Terminal -pelabuha n 04

Keluar dari terminal Jl.Rambutan, belok kiri Jl.Durian,belok kanan Jl.Salak, belok kanan Jl. Oputosappaile, belok kanan Jl.K.H.A.Dahlan (pasar sebelah utara) belok kiri Jl.Jend.Sudirm an, belok kiri Jl.malaja,belok kiri Jl.cakalang terus Jl.Carede,belok kiri

Jl.Yosudarso,belok kiri Jl.Datok Sulaiman,belok kiri

(15)

Jl.A.Tadda,belok

kiri Jl.H.Hasan,belok kiri Jl.Jend. Sudirman belok kanan Jl.Lagaligo terus Jl.Kelapa,belok kanan masuk Terminal

(1) (2) (3) (5) (5) (6)

5 Terminal –

Nyiur Hartaco

05

Keluar dari terminal Jl. Rambutan belok kiri Jl.Durian,belok kanan Jl.Lagaligo, belok kiri Jl.Anggrek (jembatan putih),terus belok kanan Jl.Jend.Sudirman,terus belok kiri Jl.Flamboyan,belok kanan Jl. Merdeka SMP 3, belok kiri Jl.merdeka

selatan(arah BTN nyiur),belok kanan

BTN Nyiur terusHartaco,belok kanan

Jl.Binturu,belok kanan Jl.Binturu Jl.Jend.Sudirman lewat SMU.N.3 belok kiri Jl.Anggrek,terus(jembatan putih)belok kanan Jl.Lagaligo,belok Jl.Mangga 1,Jl.Kelapa Masuk terminal.

Jl. Batara, Jl. Jend. Sudirman SMU. Neg. belok kiri Jl. Anggrek (jembatan putih) belok kanan Jl. Lagaligo belok kiri Jl. Kelapa masuk terminal.

4 kendaraan

6 Terminal-Bogar

merdeka 06

Keluar dari terminal Jl.Rambutan, belok kiri Jl.Durian,belok kanan Jl.Lagaligo, belok kiri Jl.Anggrek (jembatan putih),terus belok kanan Jl.Jend.Sudirman,terus belok kiri Jl.Flamboyan,belok kanan Jl. Merdeka SMP 3, belok kiri Jl.merdeka

selatan(arah BTN nyiur),belok kanan

BTN Nyiur terusHartaco,belok kanan

Jl.Binturu,masuk terminal.

6 kendaraan

7

Terminal-Songka 07

Keluar dari terminal Jl.Rambutan, belok kiri Jl.Durian,belok kiri Jl.Mangga

terusJl.Lagaligo, belok kiri jembatan putih, belok kanan Jl.Anggrek (pasantren putri),belok kiri Jl.Ahmad

Rasak, belok kanan

Jl.Jend.Sudirman terus Songkak.

Keluar terminal Jl.Rambutan,belok kiri

Jl.Durian,terus Jl.Salak,belok kiri Jl.Oputosappaile terus keLatuppa.

Jl.Jend.Sudirman,belok kiriJl. Ahmad Razak,belok kanan Jl. Anggrek (pasantren putri),belok kiri jembatan putih,belok kanan Jl.Lagaligo terus Jl.Mangga 1, kanan Jl.Kelapa,belok kiri masuk terminal.

Latuppa,belok kanan Jl.Tandipau belok kiri Jl.Kelapa terus belok kiri masuk terminal.

1 kendaraan

8

Terminal-Latuppa 08

Keluar terminal Jl.Rambutan,belok kiri

Jl.Durian,terus Jl.Salak,belok kiri Jl.Oputosappaile terus keLatuppa.

Latuppa,belok kanan Jl.Tandipau belok kiri Jl.Kelapa terus belok

(16)

1 2 3 4 5 6

9

Terminal-Lebang 09

Keluar dari terminal Jl.Rambutan, belok kiri Jl.Durian,belok kanan Jl.Mangga

terusJl.Ambe nona terus Jl.Batara belok kanan Jl.g.terpedo,belok kiri Jl. Veteran langsung keLembang.

Pepabri,belok kanan masuk ter minal Rampoang(perumnas), terus belok kanan Jl.Dr.Ratulangi belok kiri jl.Diponegoro,Luwu Plaza,belok kanan Jl.Landau, belok kanan Jl.ahmad Yani,be lok kiri jl.Jend.Sudirman,belok kanan Jl.Lagaligo terus Jl.Kelapa belok kanan masuk terminal.

4 kendaraan

10

Terminal-Pebabri

10

Terminal keluar melalui Jl.Rambutan,belok

kiri kiri Jl.durian,belok kanan Jl,Oputosapp

aile,belok kanan

Jl.K.H.A.Dahlan(pasar

sebelah utara) belok kiri Jl.Jend.Sudirman

terus Jl.A.Djemma,belok kiri Jl.Diponegoro

belok kanan Jl.Ratulangi terus ke Pepabri.

Pepabri,belok kanan masuk ke terminal Rampoang(perumnas),

terus belok kanan

Jl.Dr.Ratulangi

belok kiri Jl.Diponegoro,Luwu Plaza,belok kanan Jl.Landau, belok kanan Jl.ahmad Yani,be lok kiri jl.Jend.Sudirman,belok kanan Jl.lagaligo terus Jl.Kelapa belok kanan masuk terminal.

51 kendaraan

Jumlah Kendaraan 190

(17)

5. Arus Lalu Lintas

a. Sirkulasi Lalu Lintas

Sistem pengaturan rambu yang kurang baik akan berdampak pada

sirkulasi lalu Lintas. Hal ini disebabkan oleh pola aliran kendaraan pada suatu

sistem jaringan jalan sangat terkait erat dengan sistem perambuan lalu lintas.

Pergerakan kendaraan bermotor dan non motor atau bercampurnyan mode

angkutan pada jaringan jalan dikota palopo akan menimbulkan terjadinya

hambatan/ gangguan dalam perjalanan. Jaringan jalan yang ada di kota palopo

pada umumnya adalah satu arah. Jaringan jalan dua arah hanya ada pada jalan

Durian dan jalan Ahmad Yani (depan mesjid Raya).

Jaringan jalan yang berperan penting dalam pengaliran kendaraan akan

membutuhkan pengaturan sirkulasi lalu lintas yang baik serta efisien dan efektif.

Pada umumnya sirkulasi lalu lintas dikota Palopo cukup baik atau relatif baik

sehingga mampu menggerakan moda angkutan. Untuk lebih meningkatkan

pengaturan tersebut maka diperlukan penataan sistem perambuan lalu lintas

yang efektif dan efisien.

Dikota Palopo biasanya terjadi gangguan perjalanan disebabkan karena

adanya perpotongan jalan, perilaku pemakai jalan yang tidak disiplin, ketidak

teraturan pola parkir pada jalan dan parkir pada sembarang tempat serta para

pedagang kaki lima yang berada di sekitar pasar sentral dan Luwu plaza.

b. Volume Lalu Lintas

Volume adalah merupakan proses perhitungan yang berhubungan

dengan jumlah pergerakan persatuan waktu pada lokasi tertentu, pada prinsipnya

(18)

selau tetap, artinya bervariasi dan tergantung dengan interval waktu yang

digunakan. Interval waktu pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah 60 menit (1 jam) selama 12 jam, sedang satuan yang digunakan adalah

satuan mobil penumpang (SMP),dengan berdasarkan nilai kendaraan sesuai

tabel 4.7.

Tabel 4.8

Daftar Konversi Kesatuan Mobil Penumpang

No. Jenis Kendaraan Kelas

Satuan Mobil Penumpang Ruas Simpang 1 2. 3. 4.

Sedan, Jeep, Oplet, Mikrobus dan Pickup

Bus Standar, Truk sedang dan Truk Stan-dar Sepeda Motor Becak, Sepeda, Andong, Dll Kendaraan ringan Kendaraan Berat Sejenis Sepeda Motor Tidak Bermotor 1,0 1,20 0,25 0,80 1,00 1,30 1,40 1,00

Sumber : Abubakar. I, Dkk (1999).

Dari hasil pengamatan Volume Lalulintas pada lokasi penelitian yaitu di

Kecamatan Wara dan Kecamatan Wara Utara, pengambilan data volume lalu

lintas pada jalan-jalan utama yang perlu diberi tanda atau rambu-rambu lalu

lintas. Untuk lebih jelasnya data pengamatan volume lalu lintas dilokasi

(19)

Tabel 4.9.

Jumlah Volume Kendaraan Pada Jalan-Jalan Utama Di kota Palopo

No Nama Jalan INTERVAL WAKTU Jumlah

06-07 07-08 08-09 09-10 10-11 11-12 12-13 13-14 14-15 15-16 16-17 17-18

1 Jl.DR.Ratulangi 709 804 797 971 927 901 748 719 443 768 646 508 8941

2 Jl.Jend.Sudirman 1471 1635 1609 1727 2072 1408 1255 1141 1042 1118 992 1034 16504

3 Jl.Kelapa 487 555 623 638 609 513 420 406 381 397 398 360 5827

4 Jl.Durian 452 472 515 606 567 505 477 440 504 558 404 319 5819

5 Jl.Veteran 493 551 638 681 647 419 487 423 395 384 386 354 5858

6 Jl.Andi Jemma 633 673 689 722 634 637 537 566 884 394 383 343 7095

7 Jl.Tandipau 294 359 446 507 490 454 412 506 465 333 205 159 4630

8 Jl.Sultan Hasanuddin 651 665 926 812 912 780 570 626 613 544 609 417 8125

9 Jl.Imam Bonjol 535 575 702 695 676 526 492 588 654 466 564 422 6895

10 Jl.Malaja 588 564 585 634 630 484 504 454 486 528 517 497 6471

11 Jl.KH.A.Dahlan 609 574 540 619 667 651 614 605 524 594 615 537 7149

(20)

c. Kecepatan kendaraan

Kecepatan adalah laju perjalanan yang dinyatakan dalam kilometer per

jam (km / jam). Kecepatan ini terbagiatas tiga bagian yaitu : kecepatan

setempat, kecepatan bergerak, dan kecepatan perjalanan.

Pada penelitian ini digunakan kecepatan rencana kendaraan berdasarkan

klasifikasi jalan menurut fungsional, sehingga menjadi bahan pertimbangan

peletakan perambuan dengan melihat keterkaitan antara kecepatan rencana

dengan kecepatan aktual sebagai hasil penelitian. Adapun kecepatan rencana

kendaraan tersebut adalah :

 Jalan Lokal : 20 – 40 km / jam

 Jalan Kolektor : 40 – 60 km / jam

 Jalan Arteri : 60 – 80 km / jam

Dari hasil penelitian dibeberapa jalan utama kota Palopo, maka diperoleh

kecepatan kendaraan yaitu :

a. Zona I = 200 m / 0.190 menit = 0,2 km / 0,0035 jam = 62 km / jam

b. Zona II = 200 m / 0,197 menit = 0,2 km / 0,00328 jam = 60 km / jam

c. Zona III = 200 m / 0,270 menit = 0,2 km / 0.0045 jam = 44 km / jam

d. Zona IV = 200 m / 0,275 menit = 0,2 km / 0,00458 jam = 43 km / jam

e. Zona V = 200 m / 0,215 menit = 0,2 km / 0,00358 jam = 55 km / jam

f. Zona VI = 200 m / 0,300 menit = 0,2 km / 0,005 jam = 40 km / jam

g. Zona VII = 200 m / 0.196 menit = 0,2 km / 0,00327 jam = 61 km / jam

h. Zona II = 200 m / 0,251 menit = 0,2 km / 0,00418 jam = 47 km / jam

i. Zona III = 200 m / 0,213 menit = 0,2 km / 0.00355 jam = 58 km / jam

(21)

k. Zona V = 200 m / 0,312 menit = 0,2 km / 0,0052 jam = 38 km / jam

l. Zona VI = 200 m / 0,287 menit = 0,2 km / 0,00478jam = 41 km / jam

d. Kepadatan Lalu Lintas

Kepadatan lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati pada suatu

bagian tertentu dari sebuah jalur jalan dengan 1 (satu) atau 2 (dua) arah selama

jangka waktu, keadaan jalan serta lalu lintas tertentu. Kepadatan lalu lintas

merupakan hasil dari bangkitan hasil perjalanan dan tarikan perjalanan dalam

suatu jaringan jalan pada suatu zona. Tingkat kepadatan kendaraan sangat

ditentukan oleh besarnya volume kendaraan rata dan tingkat kecepatan

rata-rata.

6. Penempatan Perambuan Lalu Lintas a. Rambu Peringatan

Penempatan rambu peringatan diruas jalan bertujuan agar rambu yang

terpasang dapat menyatakan bahaya atau tempat berbahaya pada jalan didepan

pemakai jalan. Diwilayah kota Palopo rambu peringatan pada umumnya terletak

dipusat kota. Kondisi rambu yang terpasang saat ini dikategorikan baik. Untuk

lebih jelasnya mengenai penempatan rambu peringatan dapat dilihat pada

(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)

b. Rambu Larangan

Rambu larangan dipasang pada suatu jalan, bertujuan menyatakan

perbuatan yang dilarang yang dilakukan oleh pemakai jalan yang ditempatkan

sedekat mungkin dengan titik larangan dimulai. Penempatan rambu larangan

dibeberapa jaringan jalan dikota palopo, sangat terkait dengan sirkulasi lalu

lintas sehingga pada sirkulasi dapat berjalan lancar. Untuk lebih jelasnya

mengenai penempatan rambu larangan dikota palopo dapat dilihat pada gambar

IV.4a – IV.4e.

c. Rambu Perintah

Peletakan rambu perintah pada ruas jalan bertujuan untuk menyatakan perintah

yang wajib dipatuhi / dilakukan oleh pemakai jalan. Pada umumnya rambu

perintah tersebut berkaitan langsung terhadap pengaturan sirkulasi angkutan

umum mikrolet dan ditandai dengan dipasangnya papan tambahan pada rambu

perintah yang terpasang. Untuk lebih jelasnya mengenai penampatan rambu

perintah dikota palopo dapat dilihat pada gambar V.5a – IV.5b.

d. Rambu Petunjuk

Rambu petunjuk digunakan untuk menyatakan petunjuk mengenai

tempat, jurusan, pengaturan, fasilitas dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya

mengenai penempatan rambu petunjuk dikota palopo dapat dilihat pada gambar

(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)

E. Analisis Sistim Tata Guna Lahan Dan Bangkitan Perjalanan 1. Pola dan Tata Guna Lahan

Pola penggunaan lahan, sistem transportasi dan penyebaran penduduk

saling terkait, dimana penggunaan lahan sebagai akibat dari adanya mobilitas

penduduk. Penggunaan lahan dalam sistim transportasi terbagi atas dua tipe

penggunaan lahan :

a. Tata guna lahan sebagai pembangkit pergerakan

b. Tata guna lahan sebagai penarik pergerakan.

Untuk menghubungkan kedua type penggunaan lahan ini harus ada

jaringan transportasi dan alat pengangkutan dari bangkitan pergerakan ke

penarik pergerakan. Kota palopo dengan luas wilayah 247,57 Km2 dengan

jumlah penduduk tahun 2003 sebanyak 113.649 jiwa yang tersebar di empat

kecamatan, dimana kecamatan Wara Utara tang mempunyai tingkat kepadatan

tertinggi dari kecamatan lainnya. Kecamatan Wara sebagai pusat kegiatan

perdagangan (CBD), pemerintahan, pendidikan dan pusat pelayanan sosial, hal

ini menjadi penarik perjalanan. Sebagai akibat dari semua itu, trayek angkutan

umum menuju ke pusat kota, sedangkan Kecamatan Tellu Wanua, Kecamatan

Wara Utara mempunyai bangkitan perjalanan yang paling tinggi dengan melihat

tingkat pergerakan penduduk yang melakukan perjalanan dan jumlah armada

yang beroperasi di kecamatan tersebut.

2. Bangkitan Perjalanan

Jenis dan intensitas guna lahan berpengaruh terhadap bangkitan lalu

lintas, sehingga jelas bahwa bangkitan pergerakan menunjukkan banyaknya lalu

(39)

tingkat pergerakannya, akan tetapi juga tingginya aktivitas pada guna lahan,

semakin tinggi tingkat penggunaan tanah semakin tinggi pula pergerakan lalu

lintas yang dihasilkan.

Potensial bangkitan pergerakan di Kota Palopo adalah disepanjang jalan

arteri dan jalan kolektor, dimana kedua jalan tersebut melayani pergerakan

kendaraan arus menerus. Daya tarik guna lahan pasar sentral dan terminal Kota

Palopo serta aktifitas pendidikan dan perkantoran berakibat terhadap bangkitan

lalu lintas dan berpengaruh terhadap keadaan lalu lintas utamanya pada jam-jam

sibuk (pagi, siang, dan sore hari).

Zona-zona bangkitan pada umumnya terdapat di zona I (Jalan DR.

Ratulangi), zona II (Jl.Jend.Sudirman), zona VIII (Jl.Sultan Hasanuddin, zona

XI (Jn.K.H.A.Dahlan) dan zona XII (Jl. Flamboyan) serta beberapa fungsi guna

lahan yang tersebar di beberapa ruas jalan utama.

Perkembangan pembangunan Kota Palopo yang begitu pesat akan

mempengaruhi potensi bangkitan lalu lintas dimasa datang. Ini dilihat dengan

beralih fungsinya lahan dari lahan persawahan menjadi lahan yang telah

terbanguni oleh fasilitas pendidikan, perkantoran dan lain-lain. Tata guna lahan

tersebut akan mampu menarik lalu lintas yang berakibat terjadinya bangkitan

lalu lintas sehingga akan mempengaruhi kondisi lalu lintas pada sistem jalan.

F. Analisis Sistem Pergerakan 1. Pola Pergerakan

Pola pergerakan penduduk sangat terkait dengan pola tata guna lahan yang

(40)

tinggal dan sebaran tata guna lahan suatu kota akan sangat mempengaruhi pola

perjalanan.

Berdasarkan hasil survei, ditemukan bahwa pada lokasi pengamatan yang

menunjukkan aktivitas penduduk sangat tinggi menuju pusat kota dan luar kota

yaitu pada jalan Jenderal Sudirman dan jalan DR. Ratulangi.

2. Daerah Pelayanan

Pusat pelayanan di lokasi penelitian berada pada jalan Jenderal Sudirman

dan jalan Jenderal Sudirman serta tersebar di beberapa jalan di kota

Palopo.Pada kedua jalan tersebut mudah dijangkau karena wilayah ini terlayani

oleh angkutan umum dan sebagian masyarakat menggunakan kendaraan pribadi.

Moda transportasi yang ada di kota Palopo berupa angkutan

umum(mikrolet),becak,ojek dan kendaraan pribadi. Dalam melayani masyarakat

menuju daerah pelayanan sangat mudah dan lancar karena jaringan jalan pada

likasi penelitian memadai dengan kondisi yang sangat baik.

Lokasi permukiman yang tersebar di kota Palopo dapat terlayani dengan

baik oleh angkutan umum (mikrolet) karena trayek menuju ke dan dari lokasi

daerah pelayanan sangat mudahuntuk dicapai.

G. Analisis Arus Kendaraan 1. Volume Kendaraan

Volume adalah sebuah peubah (variabel) yang paling penting pada teknik

lalu lintas, dan merupakan proses perhitungan yang berhubungan dengan

gerakan persatuan waktu pada lokasi tertentu. Besarnya volume lalu lintas

bergantung pada besarnya aktifitas di atas jaringan jalan yang menimbulkan

(41)

Volume pergerakan lalu lintas dalam suatu jaringan jalan berbeda

menurut waktu pengamatan dan interval waktu yang digunakan, interval

pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 60 menit (1 Jam)

selama 12 Jam, sedang satuan yang digunakan adalah satuan mobil

penumpang (SMP) berdasarkan nilai satuan. Besarnya volume rata-rata tiap

zona di Kota Palopo lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.10.

Volume Harian Lalu Lintas Rata-rata di Kota Palopo

No Zona N (SMP) T (Jam) V (SMP)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 1 I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII 6.268,55 7.277,85 2.960,6 4.633,9 2.882,85 3.377,65 3.132,9 4.422,35 2.811,05 2.729,5 3.305,0 2.926,5 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 522,38 606,49 246,72 386,116 240,24 281,47 261,08 368,5 234,25 227,46 275,42 243,88

Sumber : Hasil Perhitungan Tahun 2003

Dari hasil perhitungan pada tabel di atas terlihat bahwa volume lalu

lintas tertinggi terdapat pada zona II (Jl.Jendral Sudirman) dengan jumlah

volume kendaraan 606,49 SMP, sedangkan volume kendaraan terdapat pada

zona X (Jl. Malaja) dengan jumlah volume kendaraan 227,46 SMP.

Tingginya volume lalu lintas pada beberapa jalan utama disebabkan

karena pada jalan tersebut terdapat fasilitas perkantoran, pendidikan, dan

perdagangan. Selain itu juga merupakan jalan penghubung menuju jalan-jalan

(42)

rambu yang dapat mengurangi tingginya volume lalu lintas pada jalan utama

yang volume lalu lintasnya tinggi yaitu:

 Rambu larangan No.3 (dengan papan tambahan khusus angkutan umum

pada jalan jendral Sudirman).

 Rambu larangan No 3d (Bus dilarang masuk) pada Jl. Jendral Sudirman.

 Rambu larangan No 5a (Becak dan kendaraan rode tiga dilarang masuk)

pada Jl. Jendral Sudirman.

 Rambu perintah No 6b (Lajur wajib dilewati)pada jalan jendral

sudirmanrambu ini dikhususkan buat angkutan umum dari arah selatan

Kota Palopo.

 Rambu larangan No 3c (mobil barang dilarang masuk) pada jalan durian

 Rambu larangan No 3 (papan tambahan khusus angkutan umum) di Jl.

Veteran.

 Rambu larangan No 3c (mobil barang dilarang masuk) pada Jl.Veteran.

 Rambu perintah No 6b (lajur wajib dilewati) pada jalan Veteran. Rambu

ini khusus buat angkutan umum dari arah jalan yang menghubungkan

Kota Palopo dan Kabupaten Tana Toraja.

2. Kecepatan Kendaraan

Kecepatan kendaraan yang melewati suatu ruas jalan tergantung pada

waktu perjalanan dan lamanya waktu tundaan yang dialami oleh suatu

kendaraan. Semakin besar waktu tundaan yang dialami oleh suatu kendaraan

dengan sendirinya waktu perjalanan semakin panjang, ini mengakibatkan

(43)

Untuk mengetahui waktu tempuh rata-rata kendaraan pada lokasi

penelitian digunakan rumus:

V =

T S

Dimana : V = Kecepatan rata-rata kendaraan

S = Jarak tempuh

T = Waktu tempuh

Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan analisis kecepatan rata-rata

kendaraan dapat dilihat pada tabel 4.10.

Tabel 4.11.

Kecepatan Rata-rata Kendaraan Pada Lokasi Penelitian Tahun 2003 No Lokasi Jarak Tempuh (Km) Waktu Tempuh (Jam) Kec. Rata-rata (Km/Jam) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Zona I Zona II Zona III Zona IV Zona V Zona VI Zona VII Zona VIII Zona IX Zona X Zona XI Zona XII 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,0035 0,0033 0,0045 0,0046 0,0036 0,005 0,0033 0,0042 0,0035 0,0040 0,0052 0,0048 62 60 44 43 55 40 61 47 57 50 38 41

Sumber : Hasil Perhitungan Tahun 2003

Dari hasil perhitungan tersebut terhadap kecepatan kendaraan, kecepatan

tertinggi yaitu pada zona I (Jl.DR. Ratulangi), zona II (Jl.Jend. Sudirman),

zona VII (Jl. Tandipau), dan zona IX (Jl.Imam Bonjol). Kecepatan tertinggi

terdapat pada zona tersebut disebabkan karena pada zona tersebut adalah

(44)

untuk jalan arteri =60-80 Km/Jam, maka dapat disimpulkan bahwa kecepatan

perjalanan masih berada pada ketentuan rencana, demikian halnya pada

zona-zona yang lainnya.

Kecepatan kendaraan sangat terkait dengan peletakan perambuan lalu

lintas sebab makin cepat laju kendaraan maka penempatan rambu harus

ditempatkan pada jarak yang lebih panjang dibandingkan dengan kecepatan

kendaraan yang rendah sehingga rambu berfungsi efektif dan efisien.

Adapun rambu yang menjadi bahan pertimbangan bagi pengendara pada

jalan-jalan utama ataupun pada jalan yang tingkat kecepatannya tinggi adalah:

 Rambu peringatan No 12 (awas anak-anak) di Jl. DR. Ratulangi, Jl.Jendral

Sudirman, dan Jalan Tandipau.

 Rambu peringatan No 21 (simpang empat) pada Jl. DR. Ratulangi,

Jl.Jendral Sudirman, Jl. Kelapa, Jl.Veteran, Jl. Durian, Jl.St. Hasanuddin,

Jl. Oputassappaile, dan jalan Tandipau.

 Rambu peringatan No 1b (tikungan ke kiri) pada Jl. Tandipau.

 Rambu peringatan No 20 ( hati-hati) pada Jl. Oputosappaile.

 Rambu peringatan No 22d (simpang Tiga seraong kanan prioritas) pada Jl.

Dr. Ratulangi.

 Rambu peringatan No 22b (Simpang tiga kanan prioritas) pada Jl. Jendral

Sudirman.

 Rambu peringatan No 22c (simpang tiga serong kiri prioritas) pada Jl.

Jendral Sudirman.

 Rambu peringatan No 22d (simpang tiga serong kanan prioritas) pada Jl.

(45)

3. Kepadatan Kendaraan

Kepadatan lalu lintas atau kendaraan adalah jumlah kendaraan yang

melewati pada suatu bagian tertentu dari sebuah jalur jalan dengan 1 (satu)

atau 2 (dua) arah selama jangka waktu, kendaraan jalan serta lalu lintas

tertentu. Kepadatan lalu lintas merupakan hasil dari bangkitan perjalanan dan

tarikan perjalanan dalam suatu jaringan jalan pada suatu zona.

Tingkat kepadatan sangat ditentukan oleh besarnya volume kendaraan

rata-rata dan tingkat kecepatan rata-rata. Adapun tingkat kepadatan kendaraan

pada lokasi penelitian di Kota Palopo dapat dilihat pada tabel 4.11.

Tabel 4.12.

Kepadatan Kendaraan Pada Lokasi Penelitian di Kota Palopo Tahun 2003

No Lokasi (Jalan) V (SMP) U (Km/Jam) D

(SMP/Jam) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Jl. D.R.Ratulangi Jl. Jend.Sudirman Jl. Kelapa Jl. Durian Jl. Vetran Jl. Andi Jemma Jl. Tandipau Jl. St. Hasanuddin Jl. Imam Bonjol Jl. Malaja

Jl. K.H.A.Dahlan Jl. Jl. Flamboyan

522,38 606,49 246,72 386,16 240,24 281,47 261,08 368,5 234,25 227,46 275,42 243,88 62 60 44 43 55 40 61 47 57 50 38 41 8,71 10,11 5,61 8,98 4,37 7,04 4,28 5,71 4,11 4,55 7,25 5,95

Sumber : Hasil Perhitungan Tahun 2003

Dari tabel di atas terlihat bahwa kepadatan kendaraan yang paling

tinggi berada pada jalan jendral Sudirman dengan kepadatan kendaraan

sebesar 10,11 SMP/Jam, sedang kepadatan kendaraan terendah terdapat pada

(46)

Untuk mengantisipasi kepadatan lalu lintas pada beberapa jalan di Kota

Palopo, maka ditempatkan rambu-rambu;

 Rambu larangan No 3 (angkutan umum dilarang masuk) pada Jl. Jendral

Sudirman, Jl. Veteran, Jl. Oputosappaile dan Jl. Salak.

 Rambu larangan No 3d (Bus dilarang masuk) pada Jl. Jendral Sudirman.

 Rambu larangan No 5a (becak dan kereta roda tiga dilarang masuk) pada

Jl. Jendral Sudirman.

 Rambu larangan No 3c (mobil gerobak dilarang masuk) pada Jl. Durian,

dan Jl. Veteran.

 Rambu larangan No 2a (dilarang masuk) pada Jl. Andi Jemma.

H. Analisis Perambuan Lalu Lintas 1. Analisis perambuan lalu lintas

Analisis ini dimaksudkan untuk menilai perambuan lalu lintas ditinjau

dari parameter kondisi, bentuk dan warna lalu lintas yang ada, sehingga

diperoleh hasil penilaian untuk kebutuhan perambuan lalu lintas di Kota Palopo.

Ukuran penilaian terhadap kondisi lalu lintas di bagi dalam tiga kategori, yaitu;

a. Rusak

- Warna dasar dan lambang atau tulisan tidak jelas (tidak sesuai dengan

warna asli).

- Tiang penyangga rusak.

- Daun rambu terlipat.

b. Sedang

- Warna dasar dan lambang atau tulisan sudah pudar (warna asli kurang

(47)

- Tiang penyangga tidak lurus atau bengkok

- Daun rambu tidak terpasang dengan baik

c. Baik

- Warna dasar dan tulisan atau lambang nampak dengan jelas

- Tiang lambang tegak lurus

- Daun rambu pada posisi baik

Berdasarkan tiga parameter di atas maka dapat dikemukakan terhadap

beberapa rambu yang memerlukan peningkatan kualitas, hal ini dimaksudkan

untuk meningkatkan pesan informatif yang disampaikan. Secara empiris

penilaian terhadap semua jenis rambu berdasarkan eksisting condition menjadi

bahan rekomendasi pada beberapa rambu yang terpasang.

Dengan memperhatikan tiga penilaian rambu lalu lintas eksisting, maka

dilakukan peningkatan dari kondisi rusak dan sedang menjadi kondisi baik

sehingga komunikasi dengan pemakai jalan dapat optimal yang pada akhirnya

akan memperlancar arus lalu lintas dan meningkatkan keselamatan dan

keamanan berlalu lintas. Rambu-rambu tersebut yang memerlukan peningkatan

kondisi dapat dilihat pada tabel 4.12.

Tabel 4.13 Rambu Yang Rusak/Sedang

Berdasarkan Parameter Penilaian di Kota Palopo No Jenis / Kondisi

(48)

Rusak Sedang Rambu Peringatan 1. 2. 3. 4. -21 21 22c 22d Jl. D.R.Ratulangi Jl. Opu DG.Siraja Jl. Jend. Sudirman Jl. Jend. Sudirman

Rambu Larangan 1. 2. -3 3 Jl. Tandipau Jl. K.H.M. Razak

Rambu Perintah

1. - 6b Jl. K.H.M. Razak

Rambu Petunjuk

1. - 19 Jl. Opu DG.Siraja

Sumber : Hasil Survey Tahun 2003

2. Analisis Peletakan Perambuan Lalu Lintas

Analisis letak perambuan ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat

efektifitas dari fungsi letak dari setiap jenis rambu yang peletakannya tidak

berfungsi secara optimal. Analisis peletakan rambu dilakukan dengan

berdasarkan beberapa kriteria, yakni;

- fungsi pemasangan rambu

- Kondisi lalu lintas

- Aspek keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas

- Rute pergerakan lalu lintas

- Sitem kegiatan pada tata guna lahan.

Dengan mencermati beberapa kriteria di atas dalam analisis peletakan

rambu, maka dapat diidentifikasi terhadap beberapa jenis rambu yang perlu

ditinjau kembali lokasi penempatannya. Hasil yang ingin dicapai adalah untuk

mendapatkan output sementara terhadap rambu tidak diperlukan lagi.

(49)

1) Penempatan rambu no 21b (Simpang tiga sisi kanan) di jalan Pangeran

Diponegoro

 Data : - Kondisi lalu lintas tidak beraturan

- Rambu terhalang oleh taman kota

- Adanya jembatan dengan kondisi jalan cembung

 Analisis : - Arus lalu lintas yang tidak beraturan mengakibatkan

terganggunya arus lalu lintas.

- Adanya taman kota yang berada pada lokasi

penempatan pada rambu sehingga rambu tidak

terlihat dengan jelas.

- Volume lalu lintas yang tinggi serta bercampurnya

arus lalu lintas berpengaruh pada reaksi pengemudi

terhadap keadaan jalan yang cembung.

 Output : - penempatan rambu harus secara efektif dan efisien

dengan mempertimbangkan tata gula lahan

disekitarnya, sehingga fungsi rambu dapat terbaca

dengan jelas.

2) Penempatan rambu No. 21 (Simpang empat di jalan St. Hasanuddin)

 Data : - fungsi rambu tidak memperlihatkan kondisi jalan di

depan.

- Adanya traffic light

- Pada persimpangan terdapat jalan dua arah

(50)

 Analisis : - Volume kendaraan relatif tinggi karena berada pada

jalan utama

- Adanya traffic light berfungsi untuk mengatur lalu

lintas

- Kecepatan kendaraan relatif rendah karena

dipengaruhi oleh efektivitas tata guna lahan (kantor

wali kota, rumah sakit, dan kodim), sementara lokasi

parkir sempit.

- Arus pergerakan pejalan kaki, ojek dan becak yang

tidak beraturan berakibat terganggunya arus lalu

lintas.

 Output : - Menempatkan rambu yang sesuai dengan kondisi

jalan sehingga pergerakan lalu lintas berjalan dengan

normal.

3) Penempatan rambu No 1 (Tikungan Kekiri) di jalan Tandipau)

 data : - Penempatan rambu pada titik peringatan.

- Kecepatan kendaraan cukup tinggi (61Km/Jam)

- Pada jalan tersebut terdapat fasilitas pendidikan (SD

dan SMA)

 Analisa : - Rambu diletakkan pada posisi akhir peringatan

sedangkan idealnya rambu diletakkan sebelum tanda

bahaya sehingga adanya reaksi awal.

 Output : - Penempatan rambu diletakkan sebelum keadaan

(51)

b. Rambu Larangan

1) Penempatan rambu No 8 (dilarang parkir) pada jalan Opu DG.Risaju

 Data : - Larangan parkir sepanjang 30 M

- Terletak di depan rumah sakit tentara, rumah sakit

umum Palopo dan kantor walikota.

 Analisis : - Larangan parkir disekitar fasilitas umum tersebut

sebaiknya ditiadakan karena lokasi parkir pada guna

lahan tersebut sempit.

 Output : - Penempatan rambu harus secara efektif dan efisien

dengan mempertimbangkan tata guna lahan

disekitarnya sehingga fungsi rambu dapat optimal.

2) Penempatan rambu No 3 (Kendaraan roda empat atau lebih dilarang

masuk) di Jl. Manenungan.

 Data : - Larangan masuk kendaraan roda empat atau lebih

(papan tambahan kecuali angkutan kota)

- Dari arah berlawanan terpasang rambu No 2a

(semua jenis kendaraan dilarang masuk)

- Pada jalan tersebut terdapat fasilitas umum yaitu

Rumah Sakit Umum Kota Palopo.

 Analisa : - penempatan rambu No 3 seharusnya ditiadakan

karena dari arah berlawanan sudah ada rambu No 2a

(52)

- Pada jalan terdapat rumah sakit umum sehingga

dengan adanya rambu No 3 menghambat masyarakat

yang membutuhkan pertolongan medis.

 Output : - Rambu No.3 ditiadakan sehingga jalan tersebut ditiadakan sehingga jalan tersebut merupakan jalan satu arah.

c. Rambu Perintah

Penempatan rambu perintahyang ada sekarang sudah baik, hanya perlu

penambahan beberapa tempat.

d. Rambu Penunjuk

Penempatan rambu penunjuk juga sudah baik, hanya perlu penambahan.

I. Konsep Ideal Penataan Sistem Perambuan

Pembahasan ini dimaksudkan untuk mengetahui atau memprediksi

kebutuhan rambu dimasa sekarang dan dimasa akan datang, dehingga mampu

meningkatkan arus pergerakan lalu lintas kendaraan. Output dari pembahasan ini

adalah dengan berdasarkan pada analisis sebelumnya dan kondisi ke depan Kota

Palopo. Adapun jenis rambu yang dibutuhkan untuk masa sekarang dan yang akan

datang yang dianggap ideal untuk meningkatkan pengaturan arus lalu lintas dan

meningkatkan keselamatan para pemakai jalan adalah:

1. Rambu Peringatan

Rencana kebutuhan rambu peringatan meliputi;

a. Penempatan rambu No.1b dan 1c (rambu no.1b ke arah utara, rambu No.1c

dari arah utara) di Jl. DR.Ratulangi. kebutuhan rambu ini berdasarkan

(53)

 Jalan ini merupakan jalan utama yang menghubungkan antar Provinsi,

Kabupaten, dan Kota

 Kondisi jalan cembung sehingga mempengaruhi jarak pandang pengendara.

 Kecepatan rata-rata kendaraan pada jalan tersebut adalah > 60 Km/Jam,

sehingga memerlukan kehati-hatian dalam mengendarai kendaraan.

b. Penempatan rambu No 1 di Jl. Tandipau. Kebutuhan penempatan rambu

berdasarkan pertimbangan;

 Kecepatan rata-rata kendaraan pada jalan tersebut cukup tinggi yaitu >

60 Km/Jam, sehingga perlu kehati-hatian bagi pengendara kendaraan.

 Pada jalan tersebut terdapat tata guna lahan berupa fasilitas pendidikan

(SD dan SMA Veteran) sehingga tingkat penyeberangan cukup tinggi

terutama pada pagi dan siang hari.

c. Penempatan rambu No 7a di Jl. DR. Ratulangi. Kebutuhan penempatan

rambu berdasarkan pertimbangan;

 Dengan kondisi jalan yang cembung akan mempengaruhi jarak pandang

kendaraan yang berasal dari arah depan

 Jalan tersebut adalah merupakan jalan utama yang menghubungkan

Provinsi/Kabupaten serta Kota dengan kecepatan rata-rata kendaraan

cukup tinggi yaitu > 60 Km/Jam.

d. Rambu No 22a di Jl.DR.Ratulangi, kebutuhan penempatan rambu ini

berdasarkan pertimbangan;

 {Merupakan jalan utama dengan kecepatan rata-rata cukup tingggi yaitu

(54)

 Seluruh angkutan umum dari arah utara menuju kota palopo diwajibkan

berbelok kanan menuju Jl. Garuda, karena pada jalan tersebut terdapat

pos pemungutan retribusi bagi angkutan umum.

 Manuver kendaraan dari areal perumahan cukup tinggi (Rute angkutan

umum Kota – Perumnas).

e. Rambu No. 12 di Jl. DR. Ratulangi, kebutuhan penempatan rambu untuk

memberi peringatan bagi pengendara bahwa pada jalan tersebut banyak

anak-anak terutama pada pagi dan siang hari, karena pada jalan tersebut

terdapat tata guna lahan berupa fasilitas pendidikan (SD) dan permukiman

penduduk;

f. Rambu No 20 di Jl. DR. Ratulangi, dimaksudkan untuk peringatan bagi

pengguna jalan agar berhati-hati karena aktivitas tata guna lahan yang cukup

tinggi (permukiman padat dan fasilitas perdagangan), banyaknya

persimpangan jalan sehingga manuver kendaraan pada jalan tersebut sering

terjadi serta pada jalan tersebut terdapat jembatan.

g. Rambu No 22 di Jl. Opu Tosappaile, dimaksudkan agar pengendara

kendaraan pada jalan tersebut mendahulukan lalu lintas dari kiri dan kanan,

karena volume kendaraan dan kecepatan rata-rata kendaraan dari arah kiri

dan kanan cukup tinggi.

h. Rambu No 21d di Jl. K. H. M. Razak, dimaksudkan untuk memberi

peringatan bagi pengguna jalan dari arah Jl.K.H.M. Razak bahwa di depan

ada persimpangan jalan (serong ke kanan) yang merupakan jalan utama

(55)

Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan rambu peringatan di Kota

Palopo dapat dilihat pada penataan rambu peringatan (gambar IV.7a –

(56)
(57)
(58)
(59)
(60)

Rencana kebutuhan rambu larangan meliputi:

a. Rambu No 9b di Jl. A. Yani (Jalur dua arah depan mesjid raya). Ditempatkan

pada jalan tersebut agar para pengguna jalan tidak melakukan manuver

barbalik arah sehingga tidak mengganggu lalu lintas pada jalan simpang

empat tersebut.

b. Penempatan rambu No 1. di Jl. Garuda, diperuntukkan bagi kendaraan dari

arah jalan Garuda untuk memberi kesempatan bagi kendaraan dari arah Kota

Palopo untuk melintas.

c. Penempatan rambu No 8 di Jl. Manenungan (depan Rumah Sakit Umum),

dimaksudkan agar kendaraan yang masuk atau keluar di jalan Manenungan

tidak terganggu akibat adanya kendaraan yang parkir disekitar persimpangan

jalan tersebut.

d. Penempatan rambu No 7 di Jl. Sultan Hasanuddin (depan kantor Walikota),

larangan berhenti dimaksudkan untuk menghindari penumpang yang naik

turun pada badan jalan yang dapat mempengaruhi kelambatan arus

kendaraan dari Jl.Opu Tosappaile untuk melakukan manuver belok kiri ke Jl

St.Hasanuddin.

e. Penempatan rambu No 8 di Jl. Mangga, penempatan rambu ini dibutuhkan

berdasarkan pertimbangan;

 Adanya tata guna lahan berupa pasar sentral, terminal ,kantor serta ruko

sehingga lokasi tersebut dijadikan pengemudi angkutan umum, ojek dan

becak untuk menaikkan dan menurunkan serta

(61)
(62)
(63)

 Merupakan persimpangan empat yang menimbulkan manuver kendaraan.

Untuk lebuh jelasnya mengenai kebutuhan rambu larangan di Kota

Palopo dapat dilihat pada peta penataan rambu larangan (Gambat IV.8a –

IV.8b).

3. Rambu Perintah

Rencana kebutuhan rambu perintah meliputi;

a. Penempatan rambu No.6b (dengan papan tambahan khusus angkutan

umum) di Jl.Jendral Sudirman, diperlukan bagi kendaraan angkutan umum

dari arah selatan menuju Kota Palopo untuk melakukan manuver kendaraan

sesuai dengan rute pergerakan sehingga dapat memobilisasi pergerakan dan

pengaturan lalu lintas kendaraan.

b. Penempatan rambu No.6a di Jl. K.H. Ahmad Dahlan, ditempatkan

untuk memobilisasi pergerakan kendaraan agar dapat bergerak lurus atau ke

kiri sesuai rute (arah kiri tedapat rambu larangan untuk semua jenis

kendaraan), sehingga dapat memanfaatkan sistem jalan secara efektif dan

menunjang terjadinya kelancaran berlalu lintas.

Untuk lebiih jelasnya mengenai kebutuhan rambu perintah di Kota

(64)
(65)

Rencana kebutuhan rambu petunjuk meliputi:

a. Penempatan rambu No 29 di Jl.DR. Ratulangi, diperlukan bagi kendaraan

dari arah utara Kopta Palopo untuk menunjukkan arah daerah yakni arah

lurus (Kota Palopo), arah kanan (Kabupaten Tana Toraja) dan arah kiri

(Pelabuhan). Rambu petunjuk tersebut dipasang untuk menunjang mobilitas

ke tujuan pergerakan dan pengaturan lalu lintas.

b. Penempatan rambu No 13 di Jl. DR.Ratulangi, rambu dipasang untuk

memberi petunjuk bagi pengguna jalan bahwa pompa bahan bakar ada di

daerah tersebut.

c. Penempatan rambu No 10 di Jl.Andi Jemma (depan Luwu Plaza),

diperlukan untuk mengatur sistem perparkiran agar pengguna jalan tidak

memarkir kendaraannya disembarang tempat sehingga mengganggu arus

kendaraan yang melintas.

Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan rambu petunjuk di Kota

Palopo dapat dilihat pada peta penataan rambu petunjuk (gambar IV.10a –

(66)
(67)
(68)

J. RESUME

a. Dalam penelitian ini digunakan tiga alat analisis yang

menjadi bahan pertimbangan dalam penataan sistem perambuan lalu lintas di

kota Palopo, yaitu :

 Volume lalu lintas

 Kecepatan lalu lintas dan

 Kepadatan lalu lintas

b. Volume lalu lintas terpadat di kota Palopo berada pada jalan Jend.

Sudirman. Untuk mengatasi volume lalu lintas yang padat pada jalan Jend.

Sudirman dipasang beberapa rambu, yaitu :

 Rambu larangan no. 3 (Dengan papan tambahan khusus angkutan umum)

 Rambu larangan no. 3d (Bus dilarang masuk)

 Rambu larangan no. 5a (Becak dan kendaraan roda tiga dilarang masuk)

 Rambu perintah no. 6b (Lajur wajib dilewati angkutan umum)

c. Kecepatan tertinggi di kota Palopo berada pada jalan Dr. Ratulangi,

jalan Jend. Sudirman dan jalan Tandipau. Kecepatan kendaraan pada jalan

tersebut tinggi disebabkan karena jalan tersebut merupakan jalan arteri dan juga

merupakan jalan penghubung antar propinsi dan kabupaten.

d. Kepadatan tertinggi di kota Palopo berada pada jalan Jend.

Sudirman, disebabkan karena pada jalan tersebut merupakan jalan utama yang

menghubungkan beberapa tempat di kota Palopo. Selain itu fungsi tata guna

(69)

e. Terdapat beberapa rambu yang memerlukan peningkatan kualitas

sesuai dengan kategori penilaian (Rusak, sedang dan baik). Rambu-rambu yang

perlu untuk perbaikan adalah :

 Rambu peringatan no. 21 (Simpang empat) di Jl. Dr. Ratulangi dan ajlan

Opu Dg Risaju

 Rambu peringatan no. 25c (Simpang tiga kiri prioritas) di jalan Jend.

Sudirman.

 Rambu peringatan no. 22d (Simpang tiga kanan prioritas) di jalan Jend.

Sudirman

 Rambu larangan no. 3 (Angkutan umum dilarang masuk) di jalan Tandipau

dan jalan Jend. Sudirman

 Rambu perintah no. 6b (Wajib ke kiri) di jalan K.H.M. Razak

 Rambu petunjuk no. 19 (Rumah sakit) di Jl. Opu Dg. Risaju

f. Berdasarkan analisis peletakan rambu yang dilakukan berdasarkan

beberapa kriteria, maka ada beberapa rambu yang perlu ditinjau kembali

penempatannya (penjelasan ada pada hal 31-36). Adapun kriteria yang

dimaksud adalah :

 Fungsi pemasangan rambu

 Kondisi lalu lintas

 Rute pergerakan lalu lintas

 Sistem kegiatan pada tata guna lahan

 Aspek keselamatan, keamanan,

(70)

g. Berdasarkan analisis sebelumnya dengan melihat kondisi kota

Palopo ke depan, maka ada beberapa rambu yang dibutuhkan pada masa

sekarang dan akan datang yang dianggap ideal, yaitu :

1. Rambu Peringatan

 Rambu no. 7a (Jalan cembung) di jalan Dr. Ratulangi

 Rambu no. 16 dan 1c (1b tikungan ke kiri dan 1c tikungan ke kanan)

di jalan Dr. Ratulangi

 Rambu no. 1b (Tikungan ke kiri) di jalan Tandipau

 Rambu no. 22a (Simpang tiga sisi kiri) di jalan Dr. Ratulangi

 Rambu no. 12 (Awas anak-anak) di jalan Dr. Ratulangi

 Rambu no. 20 (Hati-hati) di jalan Dr.Ratulangi

 Rambu no. 21d (Simpang tiga serong kanan prioritas) di jalan

K.H.M. Razak)

 Rambu no. 22 (Simpang empat prioritas) di jalan Opu Touppaile

2. Rambu Larangan

 Rambu no. 9b (Dilarang membalik) di

jalan Ahmad yakni

 Rambu no. 1 (Berhenti) di jalan Garuda

 Rambu no. 8 (Dilarang parkir) di jalan

Manenungan dan jalan Mangga.

 Rambu no. 7 (Dilarang berhenti) di jalan

(71)

3. Rambu Perintah

 Rambu no. 6a (Angkutan umum wajib ke kiri) di jalan Jend. Sudirman.

 Rambu no. 6b (Wajib mengikuti salah satu arah) di jalan K.H.Ahmad

Dahlan.

4. Rambu Petunjuk

 Rambu no. 29 (arah tujuan) di jalan Dr.

Ratulangi

 Rambu no. 13 (pompa bahan bakar) di

jalan Dr. Ratulangi

 Rambu no. 10 (tempat parkir) di jalan Andi

Gambar

Tabel 4.1Luas Penggunaan Lahan dikota Palopo Tahun 2003
Tabel 4.3.Kepadatan Penduduk Kota Palopo dirinci Per Kecamatan
Tabel 4.6Jumlah Angkutan Umum Mikrolet Menurut Trayek dikota Palopo
Tabel 4.7Jalur jalan yang dilalui trayek angkutan umum
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil evaluasi dari ketentuan panduan tentang penempatan dan ukuran rambu lalu lintas yang sudah memenuhi ketentuan panduan berdasarkan persepsi pengguna jalan adalah

Penataan Sistem Perambuan di Kota Maros, Tugas Akhir Jurusan Planologi Universitas “45” Makassar.. Rasul,

Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1) Pengujian pada sisi rambu lalu-lintas digital menunjukkan bahwa rambu lalu lintas digital dapat melakukan

Kurangnya kesadaran pengguna jalan terhadap peraturan-peraturan lalu lintas merupakan salah satu faktor utama yang dapat menyebabkan terjadinya pelanggaran lalu lintas. Oleh

Faktor ketiga yaitu sarana dan fasilitas, dalam lalu lintas sarana dan fasilitas yang dimasud ialah jalan, marka jalan, dan rambu-rambu lalu lintas, sebagian

(Meskipun volume lalu lintas bergantung kepada beberapa faktor, tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa makin tinggi volume lalu lintas pada suatu ruas jalan makin tinggi

Tujuan yang ingin dicapai penulis yaitu: (1) Mengetahui volume lalu lintas kendaraan di jalan Ketintang; (2) Mengetahui lalu lintas harian rata-rata di

menjelaskan tentang tata cara berkendara dan mematuhi aturan lalu lintas di jalan raya serta rambu rambu yang di