ANALISIS
PENGARUH INFLASI DAN SUKU BUNGA
TERHADAP PROFITABILITAS BANK PEMBIAYAAN
RAKYAT SYARIAH (BPRS) DI INDONESIA
PERIODE 2011-2014
SKRIPSI
Oleh
MAULIDIA AMRI
NIM. C04211093
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga Terhadap
Profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia Periode
2011-2014” ini merupakan hasil penelitian empiris yang bertujuan untuk
menjawab pertanyaan apakah inflasi dan suku bunga berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia .
Dalam penelitian ini pola pikir yang digunakan adalah polah pikir induktif diamana pembahasan dimulai dari analisis laporan keuangan kemudian merujuk kepada profitabilitas yang dipengaruhi oleh inflasi dan suku bunga. Analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi linier berganda dengan sebanyak 48 data mulai tahun 2011 sampai 2014. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi yang berupa buku, jurnal, dan website resmi yang bersangkutan dengan penelitian.
Hasil pengujian yang diperoleh menunjukan nilai signifikansinya adalah 0,000 dibawah 5% atau 0,05 menunjukan bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Selanjutnya hasil pengujian data secara parsial menunjukan Variabel Inflasi (X1) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) di Indonesia dengan ditunjukan P value 0,000 < 0,05. Variabel
faktor suku bunga (X2) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia dengan
ditunjukan P value 0,000 < 0,05. Kedua variabel mempunyai pengaruh
bersama-sama akan tetapi variabel inflasi sangat berpengaruh terhadap profitabilitas Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia dengan ditunjukan nilai β
(Beta) 0,696 atau sebesar 70%. Dan hasil koefisien determinasi atau R (Rsquare) sebesar 0,486 atau 49%, yang menunjukkan bahwa variabel independen (inflasi dan suku bunga) mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas BPRS sebesar 49% dan sisanya 51% dipengaruhi oleh variabel lain.
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TRANSLITERASI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 11
1. Inflasi ... 11
2. Suku Bunga ... 16
3. Analisis Laporan Keuangan ... 17
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 21
C. Kerangka Konseptual ... 25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ... 27
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 27
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 28
D. Variabel Penelitian ... 29
E. Definisi Operasional ... 29
F. Data dan Sumber Data ... 31
G. Teknik Pengumpulan Data ... 31
H. Teknik Analisis Data ... 32
1. Uji Asumsi Klasik ... 32
2. Regresi Linier Berganda ... 35
3. Pengujian Hipotesis ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 37
1. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) ... 37
2. Tujuan BPRS ... 42
3. Direksi BPRS ... 44
4. Dewan Komisaris BPRS ... 44
5. Dewan Pengawas BPRS ... 44
6. Good Corporate Governance BPRS ... 45
7. Prinsip Kehati-hatian BPRS ... 47
8. Manajemen Risiko BPRS ... 48
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 49
1. Inflasi ... 49
2. Suku Bunga ... 51
3. Return On Asset (ROA) ... 52
C. Analisis Data ... 54
1. Uji Asumsi Klasik ... 54
3. Uji Hipotesis ... 59
BAB V PEMBAHASAN 1. Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga Secara Simultan Terhadap Profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia pada Periode Tahun 2011-2014 ...63
2. Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga Secara Parsial Terhadap Profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia pada Periode Tahun 2011-2014 ...72
BAB VI PENUTUP A. KESIMPULAN ... 73
B. SARAN ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 74
LAMPIRAN ... 77
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan produk-produk keuangan Islami di Indonesia cukup
menggembirakan. Diawali dengan Bank Muamalat Indonesia yang didirikan
pada tahun 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI),
pemerintah, dan Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) serta
beberapa pengusaha muslim, produk keuangan syariah juga masuk ke dalam
pasar modal Indonesia.1Pada tahun 2007 terdapat tiga institusi bank syariah
di Indonesia, yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan
Bank Mega Syariah. Pada saat yang sama beberapa bank umum juga telah
memiliki Unit Usaha Syariah seperti Bank Negara Indonesia dan Bank
Rakyat Indonesia. Sistem syariah juga telah digunakan oleh Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) hingga terbentuk Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS).
Keberadaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia
yang merupakan bagian dari perbankan, khususnya perbankan syariah,
memberikan andil yang cukup berarti dalam perkembangan industri
perbankan syariah.
Di Indonesia sendiri mengalami perkembangan yang cukup baik, dari
segi total pembiayaan, total DPK, dan jumlah BPRS yang ada di Indonesia
1
2
sampai pada saat ini. Menurut data Bank Indonesia pada bulan Desember
tahun 2014, jumlah BPRS adalah 163 dengan total kantor sebanyak 439,
angka tersebut meningkat 20% dari tahun 2008 dimana jumlah BPRS pada
saat itu adalah 153 dengan total kantor 202.2
Selain itu, BPRS sebagai salah satu lembaga di perbankan memiliki
fungsi intermediasi keuangan. Menurut Iqbal dan Mirakhor fungsi
intermediasi keuangan merupakan proses pengumpulan/pembelian surplus
dana dari sektor usaha, pemerintah maupun rumah tangga, untuk disalurkan
kepada unit ekonomi yang defisit.3
Perkembangan BPRS perlu ditingkatkan dikarenakan peran BPRS yang
begitu penting terhadap pertumbuhan unit usaha mikro kecil dan menengah
(UMKM) yang merupakan objek pembiayaan BPRS untuk menggerakkan
perekonomian sektor riil. Pembiayaan yang diberikan BPRS adalah salah
satu sumber modal bagi UMKM yang jumlah pada tahun 2012 menurut data
Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mencapai 55,2 juta unit
usaha atau memiliki proporsi sebesar 99,99% dari keseluruhan jenis usaha di
Indonesia. Pertumbuhan BPRS dari segi aset atau jumlahnya tentunya
mempengaruhi perkembangan UMKM yang masih menjadi unit usaha
penyerap tenaga kerja terbanyak di Indonesia, sebanyak 97, 24 dari pangsa
2Statistik Perbankan Syariah BI, 2014 3
3
pasar tenaga kerja. Sehingga, kinerja BPRS perlu diperhatikan dan
ditingkatkan untuk mendukung perkembangan sektor riil melalui UMKM.4
Mengingat pentingnya peranan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) di Indonesia, maka perlu ditingkatkan kinerja BPRS agar perbankan
dengan prinsip syariah tetap efisien. Profitabiltas merupakan indikator yang
paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank.5 Profitabilitas bank
merupakan fungsi dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
merupakan faktor mikro atau faktor spesifik bank yang menentukan
profitabilitas. Sedangkan faktor eksternal merupakan variabel-variabel tidak
memiliki hubungan langsung memberikan efek bagi perekonomian dan
hukum yang akan berdampak pada kinerja lembaga keuangan.6
Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat
profitabilitas adalah Return On Assets (ROA). ROA penting bagi bank
karena digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam
mengahasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total aset.
Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena
tingkat pengembalian (return) semakin besar.7
4 Ahmad Fauzi, Efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat…,1.
5Edhi Satryo Wibowo dan Muhammad Syaichu, “Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, NPF Terhadap Profitabilitas Bank Syariah”, dalam Jurnal Of Accounting Vol. 2, Nomer 2 Tahun 2013 (Semarang: Universitas Diponegoro, 2013), 2.
6 Febrina Dwijayanthi dan Prima Naomi, “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-2007’, dalam Jurnal Karisma Vol. 3 (2):
87-89 Tahun 2009 (Jakarta: Universitas Paramadina), 1.
4
Secara teori, perbankan syariah merupakan bank independen yang
terpisah dari sistem bunga yang berlaku pada bank umum konvensional.
Dengan begitu seharusnya kondisi tingkat bunga tidak akan terpengaruh
secara langsung kepada industri bank syariah. Hal ini terbukti ketika krisis
ekonomi menghantam Indonesia pada tahun 1997 Bank Muamalat sebagai
satu-satunnya bank syariah di Indonesia mampu bertahan dari krisis bahkan
sekarang berkembang pesat dengan semakin banyaknya kantor cabang serta
asset yang terus meningkat setiap tahunnya.8
Pada penelitian sebelumnya Ayu Anita Sahara9, menjukkan bahwa
suku bunga berpengaruh negatif terhadap ROA bank syariah. Meningkatnya
suku bunga BI akan diikuti peningkatan suku bunga tabungan, sehingga akan
mengakibatkan nasabah memindahkan dananya ke bank konvensional, untuk
memperoleh pengembalian yang lebih tinggi. Begitu pula dengan inflasi,
penelitian sebelumnya (Erni Kurniasih, 2012) menunjukkan bahwa inflasi
memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat profitabilitas (ROA) pada bank
syariah.
Berdasarkan fenomena diatas, inflasi dan suku bunga memiliki
pengaruh secara parsial terhadap profitabilita (ROA) bank syariah.
Fenomena tersebut juga terlihat pada ROA Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS). Dimana, kondisi makroekonomi (inflasi dan suku bunga)
8 Ibid., 16-17.
9 Ayu Anita Sahara, “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI, dan Produk Domestik Bruto Terhadap Return on Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia”, dalam Jurnal Ilmu Manajemen
5
berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas (ROA) BPRS. Seperti
yang ditunjukkan pada tabel 1.1 berikut:
Tabel 1.1
Data Inflasi, Suku Bunga dan ROA pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Tahun Inflasi Suku Bunga ROA
2008 10,31% 8,67% 2,76%
2009 4,89% 7,14% 5,00%
2010 5,12% 6,50% 3,49%
2011 5,38% 6,60% 2,67%
2012 4,28% 5,77% 2,64%
2013 6,97% 6,48% 2,79%
Sumber: Statistik Perbankan Syariah BI (diolah untuk penelitian)
Pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa nilai inflasi memiliki pengaruh
negatif terhadap ROA. Pada dua tahun berturut-turut (2008-2009), nilai
inflasi berubah secara signifikan, yang diikuti dengan kenaikan ROA pada
BPRS yang signifikan pula. Kemudian, pada dua tahun berikutnya
(2010-2011) nilai inflasi berubah sebesar 0,26% yang diikuti dengan penurunan
ROA pada BPRS. Namun, pada dua tahun berikutnya (2012-2013) nilai
inflasi yang menurun tidak memiliki pengaruh terhadap peningkatan ROA di
BPRS.
Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi
perekonomian manusia yaitu menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang,
terhadap fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran di muka,
dan fungsi dari unit penghitungan. Melemahkan semangat menabung dan
sikap terhadap menabung dari masyarakat (turunnya Marginal Propensity to
6
primer dan barang-barang mewah. Dan mengarahkan investasi pada hal-hal
yang non-produktif yaitu menumpukkan kekayaan (hoarding).10
Inflasi dapat berpengaruh buruk bagi perekonomian. Apabila inflasi
yang parah tak terkendali (hiperinflasi) maka keadaan perekonomian
menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Hal ini mengakibatkan
minat masyarakat untuk menabung, atau berinvestasi dan berproduksi
menjadi berkurang. Harga meningkat dengan cepat, masyarakat akan
kewalahan menanggung dan mengimbangi harga kebutuhan sehari-hari yang
meroket. Bagi perusahaan sebuah inflasi menyebabkan naiknya biaya
produki maupun operasional mereka sehingga pada akhirnya merugikan bank
itu sendiri. Inflai berpotensi mengerek bunga kredit. Kenaikan bunga kredit
tentu akan menghambat pertumbuhan kredit itu sendiri. Sementara
pendapataaan dari sektor kredit akan menjadi kecil. Hal ini berimbas kepada
profitabilitas bank yang bersangkutan.11
Begitu pula dengan suku bunga, tabel 1.1 pada tahun 2008
menunjukkan suku bunga yang tinggi dan nilai ROA yang kecil, pada tahun
2009 suku bunga menurun sebesar 1,53% yang diikuti dengan meningkatnya
ROA pada BPRS sebesar 2,24% di banding tahun 2008. Namun, ditahun
2010-2011 suku bunga yang menurun tidak berdampak pada meningkatnya
ROA, sebaliknya, nilai ROA menurun hingga 2,33%.
Akan tetapi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) bukanlah bank
yang menggunakan sistem bunga. Usaha BPRS mencakup pendanaan
7
(tabungan dan deposito) serta pembiayaan (pinjaman) yang dikelola secara
syariah. Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk (a) tabungan
berdasarkan prinsip wadi’ah atau mudharabah, atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah, dan (b) deposito berjangka berdasarkan
prinsip mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah. Kedua bentuk tabungan ini memperoleh jaminan dari Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS) sepanjang sesuai dengan ketentuan yang berlaku
agar masyarakat tetap merasa aman untuk menyimpan dananya di BPRS.
Selain itu kedua jenis tabungan ini dikelola oleh BPRS dengan sistem bagi
hasil sehingga masyarakat penyimpan dana akan mendapatkan bagi hasil
secara fluktuatif, tergantung dari pendapatan yang diperoleh BPRS. Untuk
itu, perlu ada kesepakatan nisbah (porsi) di awal transaksi antara BPRS
dengan nasabahnya.12
Selanjutnya pada penelitian ini, penulis bermaksud untuk mengukur
kinerja Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia dengan
analisis profitabilitasnya. Profitabilitas sebuah perusahaan sangat
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, diantaranya faktor eksternal
makroekonomi yaitu inlfasi dan suku bunga. Dipilihnya industri perbankan
karena sangat diperlukan bagi kelancaran kegiatan perekonomian sektor riil,
khususnya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dikarenakan BPRS
merupakan sektor perbankan yang langsung menyentuh lapisan masyarakat
kecil untuk memulai suatu usaha atau biasa disebut Usaha Makro dan Kecil
8
Menengah (UMKM). Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap
kinjerja BPRS yang diukur melalui analasis profitabilitas.
Berdasarkan paparan latar belakang diatas, penulis akan melakukan
penelitian yang berjudul “ANALISIS PENGARUH INFLASI DAN SUKU
BUNGA TERHADAP PROFITABILITAS BANK PEMBIAYAAN
RAKYAT SYARIAH (BPRS) DI INDONESIA PERIODE 2011-2014”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang penelitian di atas, maka penulis
menyimpulkan rumusan masalah yang dapat mengarahkan penyelesaian
penelitian ini, yaitu:
1. Apakah inflasi dan suku bunga berpengaruh secara simultan terhadap
profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia
pada periode tahun 2011-2014?
2. Apakah inflasi dan suku bunga berpengaruh secara parsial terhadap
profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia
pada periode tahun 2011-2014?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
9
1. Untuk mengetahui inflasi dan suku bunga berpengaruh secara simultan
terhadap profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di
Indonesia pada periode tahun 2011-2014.
2. Untuk mengetahui inflasi dan suku bunga berpengaruh secara parsial
terhadap profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di
Indonesia pada periode tahun 2011-2014.
D. Manfaat Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu dari segi teoritis
dan secara praktis. Secara teoritis pada prespektif akademis yaitu:
1. Menambah dan memperkaya bahan kajian dan pustaka serta khasanah
tentang pengaruh inflasi dan suku bunga berpengaruh simultan terhadap
profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia
periode 2011-2014
2. Sebagai pembuktian teori yang diperoleh dalam perkuliahan dengan
kenyataan yang terjadi di lapangan.
3. Penelitian ini juga bermanfaat sebagai bahan referensi dan informasi
bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut di masa
yang akan datang.
Secara praktis bagi penelitian yaitu:
1. Memberikan serangkaian informasi mengenai pengaruh-pengaruh makro
ekonomi (inflasi dan suku bunga) terhadap profitabilitas Bank
10
2. Memberikan masukan terhadap Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) dalam mengahadapi pengaruh-pengaruh makro ekonomi dalam
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang
secara terus menerus.1 Ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai
macam barang itu naik dengan presentase yang sama. Mungkin dapat
terjadi kenaikan tersebut tidaklah bersamaan. Yang penting terdapat
kenaikan harga umum barang secara terus menerus selama suatu periode
tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan
presentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi.
Kenaikan harga diukur dengan menggunakan index harga. Ada tiga
macam indeks harga yang digunakan untuk menghitung laju inflasi, yaitu
Indeks Harga Konsumen (IHK), Indeks Harga Produsen (IHP), dan Indeks
Harga Perdagangan Besar (IHPB).
Dari definisi diatas, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar
dapat dikatakan telah terjadi inflasi:2
a. Kenaikan harga
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi
daripada harga periode sebelumnya. Misalnya, harga sabun mandi 80
1 Nopirin, Ekonomi Moneter (Yogyakarta:BPFE, 2000), 25.
2 Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro, (Fakultas Ekonomi
12
gram per buah kemarin adalah Rp 1.000,-. Hari ini menjadi Rp 1.100,.
Berarti harga sabun per buah hari ini Rp 100,- lebih mahal dibanding
harga kemarin. Dapat dikatakan telah terjadi kenaikan harga sabun.
Perbandingan tingkat harga bisa dilakukan dengan jarak waktu yang
lebih panjang seminggu, sebulan, triwulan, dan setahun.
b. Bersifat umum
Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi
jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum
naik. Harga buah mangga harum manis di Jakarta, jika belum
musimnya dapat menjadi Rp 10.000,- per kilogram. Tetapi jika sudah
musimnya, sekitar akhir tahun, dapat hanya dibeli dengan harga Rp
4.000,- sampai Rp 5.000,- per kilogram. Jadi harga mangga pada
periode-periode tertentu akan mengalami kenaikan dua sampai tiga
kali lipat. Tetapi kenaikan mangga yang sangat tajam tersebut tidak
menimbulkan inflasi, karena harga-harga komoditas lain tidak naik.
Mangga harum manis bukanlah komoditas pokok, sehingga tidak
memiliki dampak besar terhadap stabilitas harga.
c. Berlangsung terus menerus
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan
memunculkan inflasi, jika terjadinya hanya sesaat. Karena itu
perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan.
Sebab dalam sebulan akan terlihat apakah kenaikan harga bersifat
13
triwulan dan tahunan. Jika pemerintah melaporkan bahwa inflasi
tahun ini adalah 10%, berarti akumulasi inflasi adalah 10% per tahun.
Inflasi triwulanan rata-rata 2,5% (10%:4), sedangkan inflasi bulanan
sekitar 0,83% (10%:12).3
Inflasi merupakan suatu masalah ekonomi yang banyak
mendatangkan perhatian para pemikir ekonomi. Pada asasnya inflasi
merupakan gejala ekonomi yang berupa naiknya tingkat harga.
Didasarkan kepada sumber penyebabnya, inflasi dapat
digolong-golongkan sebagai berikut:
Inflasi permintaan. Istilah lain untuk inflasi semacam ini antara
lain ialah demand-pull inflation, inflasi tarikan permintaan dan
demand inflation.
Inflasi penawaran. Istilah lain yang banyak dipakai untuk inflasi
semacam ini ialah cost-push inflation dan supply inflation.
Inflasi campuran, yaitu inflasi yang mempunyai unsur baik
demand-pull maupun cost-push. Inflasi semacam ini sering pula
disebut mixed inflation.
Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi
faktor produksi serta produk nasional. Efek terhadap distribusi
pendapatan disebut dengan: equity effect, sedangkan efek terhadap
alokasi faktor produksi, dan produk nasional masing-masing disebut
dengan efficiency dan output effects.
3 Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro (Fakultas Ekonomi
14
Menurut Nopirin, terdapat empat kebijaksanaan yang dapat
mencegah inlflasi, antara lain4:
1) Kebijaksanaan Moneter
Sasaran kebijaksanaan moneter dicapai melalui pengaturan
jumlah uang yang beredar (M). Salah satu komponen jumlah uang
adalah uang giral (demand deposit). Uang giral dapat terjadi melalui
dua cara, pertama apabila seseorang memasukkan uang kas ke bank
dalam bentuk giro. Kedua, apabila sesorang memperoleh pinjaman
dari bank tidak diterima kas tetapi dalam bentuk giro. Deposito yang
timbul dengan cara kedua sifatnya lebih inflatoir daripada cara
pertama. Sebab cara pertama hanyalah pengalihan bentuk saja dari
uang kas ke uang giral.
Bank sentral dapat mengatur uang giral ini melalui penetapan
cadangan minimun. Untuk menekan laju inflasi cadangan minimun
ini dinaikkan sehingga jumlah uang menjadi lebih kecil. Disamping
cara ini, bank sentral dapat menggunakan apa yang disebut dengan
tingkat diskonto (discount rate). Discount rate adalah untuk pinjaman
yang diberikan oleh bank sentral pada bank umum. Pinjaman ini
biasanya berujud tambahnya cadangan bank umum yang ada pada
bank sentral. Discount rate ini bagi bank umum merupakan biaya
untuk pinjaman yang diberikan oleh bank sentral. Apabila tingkat
diskonto dinaikan (oleh bank sentral) maka gairah bank umum untuk
15
meminjam makin kecil sehingga cadangan yang ada pada bank sentral
juga mengecil. Akibatnya, kemampuan bank umum memberikan
pinjaman pada masyarakat makin kecil sehingga jumlah uang beredar
turun dan inflasi dapat dicegah.
Instrumen lain yang dapat dipakai untuk mencegah inflasi
adalah politik pasar terbuka (jual/beli surat berharga). Dengan cara
menjual surat berharga bank sentral dapat menekan perkembangan
jumlah uang beredar sehingga laju inflasi dapat lebih rendah.
2) Kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan fiskal menyangkut pengaturan tentang
pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat
mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan
mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan
permintaan total. Kebijaksanaan fiskal yang berupa pengurangan
pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi
permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
3) Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan
jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan
penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat.
Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan
16
4) Kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga, serta
mendasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah
(dengan demikian gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks harga
naik, maka gaji/upah juga dinaikkan.
2. Suku bunga
Bunga merupakan hal penting bagi suatu bank dalam penarikan
tabungan dan penyaluran kreditnya. Bunga bank bisa menjadi biaya (cost
of fund) yang harus dibayarkan kepada penabung. Tetapi di lain pihak,
bunga juga dapat merupakan pendapatan bank yang diterima dari debitor
karena kredit yang diberikannya.5
Suku bunga adalah harga yang dibebankan oleh unit ekonomi yang
mengalami surplus pada unit ekonomi yang mengambil defisit atas
pinjaman yang diberikan dari tabungannya.6
Bunga secara leksikal sebagai terjemahan dari interest.
Sebagaimana diungkapkan dalam suatu kamus dinyatakan bahwa,
“interest is a charge for a financial loan, usually a percentage of the
amount loaned”. Bunga adalah tanggungan pada pinjaman uang yang
biasanya dinyatakan dengan percentage dari uang yang dipinjamkan.7
5Diana Puspitasari, “Analisis Pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR, dan Suku Bunga
SBI Terhadap ROA (Studi pada Bank Devisa di Indonesia Periode 2003-2007)”, (Skripsi- Universitas Diponegoro, Semarang, 2009), hlm. 49.
6 Eugene A. Diulio, Uang dan Bank, (Erlangga, 1993), hlm. 42.
17
3. Analisis Laporan Keuangan
Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada
dasarnya karena mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan
tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan.8 Dimana tujuan
pelaporan keuangan bisa dirumuskan ke dalam tujuan yang umum, yang
kemudian diturunkan menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik. Tujuan
paling spesifik adalah memberikan informasi sumber daya ekonomi,
kewajiban, dan modal saham; memberi informasi pendapatan yang
komprehensf; dan memberi informasi aliran kas.9
Secara umum ada tiga bentuk laporan keuangan yang pokok yang
dihasilkan oleh perusahan:10
- Neraca
- Laporan Laba-Rugi
- Laporan Aliran Kas
Laporan-laporan keuangan tersebut pada dasarnya ingin
melaporkan kegiatan –kegiatan perusahaan: kegiatan investasi, kegiatan
pendanaan, dan kegiatan operasional, sekaligus mengevaluasi
keberhasilam strategi perusahaan untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapai. Laporan laba-rugi mencatat aliran pendapatan dan biaya-biaya
yang berkaitan dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Neraca
merupakan potret kondisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu.
8 Mahmud M. Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan, (Yogyakarta: UPP STIM
YKPN, 2009), 1
9
Mahmud M. Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan…, 43.
10
18
Laporan aliran kas menggambarkan aliran kas masuk dan kas keluar pada
suatu periode tertentu. Laporan ini terutama untuk melihat likuiditas
suatu perusahaan.11
Terdapat dua cara metode perhitungan laporan keuangan yaitu
analisis common size dan analisis rasio. Analisis common size disusun
berdasarkan dengan jalan menghitung tiap-tiap rekening dalam laba-rugi
dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan (untuk laporan laba-rugi)
atau dari total aktiva (untuk neraca). Cara semacam ini memudahkan
pembacaan data-data keuangan untuk beberapa periode tertentu.
Sedangkan analisis rasio pada dasarnya disusun dengan menggabungkan
angka-angka di dalam atau antara laporan laba-rugi dan neraca. Dengan
cara rasio semacam ini diharapkan pengaruh perbedaan ukuran akan
hilang.12 Misal dua perusahaan mempunyai aktiva lancara yang berbeda,
Rp 10 juta untuk perusahaan A dan Rp 5 juta untuk perusahaan B. Secara
sepintas nampak bahwa perusahan Atau lebih likud karena mempunyai
kas yang lebih tinggi, tetapi kalau perusahaan tersebut mempunyai utang
semacam ini, perusahaan Atau 10 juta, sedangkan perusahaan Bahwa 2,5
juta, likuiditas kedua perusahaan akan berlainan. Perusahaan Atau
mempunyai aktiva lancar Rp 10 juta, tetapi harus menanggung utang
lancar Rp 10 juta, sedangkan perusahaan B mempunyai aktiva lancar Rp 5
juta, tetapi hanya menanggung utang setengahnya yaitu Rp 2,5 juta.
Rasio-rasio keuangan menghilangkan pengaruh ukuran dan membuat
11
Ibid., 67.
12
19
ukuran bukan dalam angka absolut, tetapi dalam angka relatif seperti
contoh diatas tersebut.
Pada dasarnya analisis rasio dikelompokkan ke dalam lima macam
kategori, yaitu:13
1) Rasio Likuiditas
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendeknya.
2) Rasio Aktivitas
Rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset
dengan melihat tingkat aktivitas aset
3) Rasio Solvabilitas
Rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
4) Rasio Profitabilitas
Rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan
laba.
5) Rasio Pasar
Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif
terhadap nilai buku perusahaan.
Selanjutnya, penulis akan memfokuskan penelitian pada rasio
profitabilitas. Profitabilitas adalah kemampuan suatu bank untuk
menghasilkan keuntungan, baik dari kegiatan operasional maupun yang
13
20
berasal dari kegiatan-kegiatan non-operasionalnya. Profitabilitas
merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam menilai sehat
tidaknya suatu bank selain faktor modal, kualitas aktiva, manajemen, dan
likuiditas.14
Rasio Profitabilitas (Profitability Ratios) adalah sekelompok rasio
yang menunjukkan kombinasi dan pengaruh likuiditas, manajemen aset,
dan utang pada hasil operasi.15 Rasio profitabilitas adalah rasio yang
menunjukkan efektifitas menciptakan laba. Laba pada dasarnya
menunjukkan seberapa baik perusahaan dalam membuat keputusan
investasi dan pembiayaan.16
Untuk mengukur kemampuan bank memperoleh keuntungan dapat
mengunakan rasio profitabilitas tergantung pada informasi yang diambil
dari laporan keuangan.17 Rasio profitabilitas terdiri dari:
a. Margin laba (Profit Margin)
b. Return On Investment (ROI)
c. Return On Asset (ROA)
d. Return on Equity (ROE)
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan return of asset (ROA)
untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Rasio ini
menggambarkan keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba
14Tri Hendro dan Conny Tjandra Rahardja, Bank dan Institusi…, 206.
15Eugene F.Brigham dan Joel F. Houston, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan ; Essentials of Financial Management.(Jakarta: Salemba Empat, 2010), 146.
16Martono dan D. Agus Harjito, Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi Pertama, Cetakan Kelima. (Yogyakarta:Ekonisia, 2005), 60.
17Manahan P. Tampubolon., Manajemen Keuangan (Finance Management), (Bogor : Ghalia
21
secara keseluruhan dengan cara membandingkan antara laba sebelum
pajak dengan total aset. ROA juga mengambarkan perputaran aktiva yang
diukur dari volume penjualan. Semakin besar ROA suatu bank, maka
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan
semakin baik pula posisi bank tersebut dari penggunaan aset. Semakin
kecil rasio ini mengindikasikan kurangnya kemampuan manajemen bank
dalam hal mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan dan atau
menekan biaya.
ROA merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen
dalam meningkatkan keuntungan perusahaan sekaligus untuk menilai
kemampuan manajemennya dalam mengendalikan biaya-biaya, maka
dengan kata lain dapat menggambarkan produktivitas bank tersebut.
ROA digunakan untuk menganalisis tingkat profitabilitas. ROA dihitung
dengan cara membandingkan laba bersih dengan total aset atau
aktivanya.18
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Table 2.1 Penelitian Terdahulu
Nama Judul Hasil Perbedaan
Edhi Satryo Wibowo, Muhammad Syaichu Universitas Diponegoro Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, NPF terhadap Profitabilitas Bank Penelitian ini menggunakan metode analisis data kuantitatif, perhitungannya
menggunakan metode statistik dibantu dengan
Pertama, penelitian ini menggunakan independen berupa suku bunga, inflasi, CAR dan BOPO. Kedua variabel
22
Semarang (2013)
Syariah program SPSS. Sampel
dan populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data laporan keuangan triwulan pada periode 2008-2011 pada bank umum syariah. Hasil yang diperoleh menunjukkan secara
parsial, suku bunga, inflasi, CAR tidak berpengaruh, sedangkan BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap
profitabilitas bank syariah. dipenden yang digunakan adalah profitabilitas bank syariah. Adi Stiawan Universitas Diponegoro Semarang (2009) Analisis pengaruh faktor makroekonomi, pangsa pasar, dan karakteristik bank terhadap
profitabilitas Bank Syariah (Studi pada Bank Syariah Periode 2005-2008)
Variabel makroekonomi yang digunakan pada penelitian ini adalah inflasi dan GDP, variabel pangsa pasar adalah pangsa pembiyaan, dan variabel karaktesistik bank adalah CAR, FDR, NPF, BOPO dan SIZE. Penelitian ini menggunakan teknik sampling purposif sampling, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dimana sebelumnya data telah diuji dengan pengujian asusmsi klasik meliputi normalitas data,
heteroskedastisitas, multikolinieritas dan autokorelasi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pertumbuhan GDP yang termasuk dalam faktor makroekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA, variabel FDR, pangsa pasar, dan
23
CAR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA, sedangkan BOPO, NPF, dan SIZE berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. Erni Kurniasih Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (2012) Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Suku Bunga dan Inflasi terhadap
Profitabilitas (Perbandingan Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional Periode 2007-2011) Penelitian ini menggunakan metode kuantatif, dimana teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Populasi data yang digunakan adalah Bank Umum Syariah (BUM) dan Bank Umum Konvensional (BUK) dengan metode purposive sampling diperoleh 3 BUS dan 3 BUK. Hasil dari penelitian ini secara parsial
menunjukkan BOPO, suku bunga dan inflasi
berpengaruh signifikan terhadap ROA, sedangkan CAR, FDR dan NPF tidak berpengaruh terhadap ROA pada bank umum syariah (BUS) . sedangkan pada bank umum
konvensional
Pertama, sample penelitian
menggunakan ini metode purposive sampling diperoleh 3 BUS dan 3 BUK. Kedua, varibael yang digunakan penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Suku Bunga dan Inflasi terhadap Profitabilitas Febrina Dwijayanthy dan Prima Naomi Universitas Paramadina Jakarta (2009) Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-2007 Penelitian ini menggunakan data
sekunder berupa data-data tingkat inflasi, BI Rate, nilai tukar mata uang, serta bank yang diteliti adalah bank yang tercatat pada indek LQ-45 pada periode februari-juli 2008.
Pembahasan pada penelitian ini
menggunakan uji asumsi
Pertama, penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik dengan model penelitian uji kolinieritas. Kedua variabel yang digunakan
24
klasik dengan model penelitian uji kolinieritas. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh terhadap profitabilitas bank, sedangkan BI Rate tidak berpengaruh terhadap profitabilitas bank, dan nilai tukar mata uang berpengaruh terhadap profitabilitas bank. Profitabilitas Fuad Hasyim Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (2012) Pengaruh NPF, GWM, BOPO, FDR, CAR, SIZE, dan Makroekonomi terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah
Metode penelitian ini adalah metode kuantitatif. Data diperoleh dari laporan publikasi bank yang
bersangkutan dan diperoleh dari website Bank Indonesia (BI). Hasil penelitian ini menunjukkan secara simultan NPF, GWM, BOPO, CAR, FDR, SIZE dan makroekonomi (suku bunga, inflasi, nilai tukar mata uang, dan imbalan SBIS) berpengaruh terhadap profitabilitas sebesar 84, 2%, sedangkan sisanya 15,6% dijelaskan oleh variabel lain. Secara parsial BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah, sedangkan NPF, GWM, suku bunga, inflasi, SIZE, nilai tukar mata uang, dan imbalan SBIS tidak
berpengaruh. Namun, FDR dan CAR berpengaruh signifikan dengan nilai signifikan dibawah nilai alpha, akan tetapi, arah
25
pengaruh berlawanan sehingga Ha ditolak.
Aria Muharam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (2009) Analisis Pengaruh Kondisi Makro Ekonomi terhadap Perubahan Laba Operasional Bank Umum Syariah Periode 2005-2007 Penelitian ini menggunakan data kuantitatif. Populasi sekaligus sampel dalam penelitian ini adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), dan Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI). Periode penelitian ini adalah dari triwulan 1 2005- triwulan IV 2007. Berdasarkan hasil penelitiannya, makro ekonomi yaitu pendapatan nasional, Inflasi, dan suku bunga terbukti
berpengaruh simultan terhadap laba operasi bank umum syariah. Secara parsial, pendapatan nasional (GDP)
berpengaruh signifikan terhadap laba operasional, sedangkan inflasi dan suku bunga tidak berpengaruh terhadap laba operasional bank umum syariah.
Penelitian ini mengunakan
populasi dan sampel dari Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), dan Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI). Kedua, variabel yang di gunakan adalah Kondisi Makro Ekonomi terhadap Perubahan Laba Operasional Bank Umum Syariah
C. Kerangka Konseptual
Inflasi (X1)
Suku Bunga (X2)
26
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Keterangan :
Y : Variabel Dependent
X1, X2, : Variabel Independent
D. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu kesimpulan yang belum sempurna, sehingga
perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu melalu
penelitian.19 Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban
yang diberikan baru berdasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan
pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.20
Bedasarkan latar belakang hingga kerangka konseptual diatas, maka penulis
mengemukakan sebagai berikut.
H0 : Variabel inflasi dan suku bunga tidak berpengaruh secara simultan
dan parsial terhadap profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) di Indonesia pada periode tahun 2011-2014.
Ha : Variabel inflasi dan suku bunga berpengaruh secara simultan dan
parsial parsial terhadap profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) di Indonesia pada periode tahun 2011-2014.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian
ini menitikberatkan pada pengujian hipotesis, data yang digunakan harus
terukur, dan akan menghasilkan kesimpulan yang dapat digeneralisasikan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif lebih karena pendekatan
kuantitatif lebih mengarahkan masalah menjadi suatu hubungan kausalitas,
sehingga hubungan antar variabel dapat dijelaskan.1 Pendekatan ini
dilakukan dengan menggunakan pengujian hipotesis, pengukuran data dan
pembuatan kesimpulan.2 Ruang lingkup penelitian ini menganalisis pengaruh
inflasi dan suku bunga terhadap profitabilitas bank pembiayaan rakyat
syariah (BPRS) di Indonesia.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 Dan tempat
Penelitian ini dilakukan di Bank Indonesia melalui website resmi Bank
Indonesiawww.bi.go.id.
1Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam: Pendekatan Kuantitatif, (Jakarta: Rajawali,
2008), 93.
2Sujoko Efferin, Metode Penelitian Untuk Akuntansi, (Surabaya: Bayumedia Publishing, 2004),
28
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi
populasi tidak hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang
lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek
yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki
oleh subyek atau obyek itu.3 Populasi dalam penelitian ini meliputi data
tingkat inflasi, perubahan tingkat suku bunga dan profitabilitas Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) periode tahun 2011-2014.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan
dana, tenaga waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil
dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan
dapat diberlakukan untuk pupolasi. untuk itu sampel yang diambil dari
populasi harus betul-betul representatif (mewakili).4
Sehingga penelitian ini menggunakan populasi dan sampel yang
meliputi data tingkat inflasi, perubahan tingkat suku bunga dan profitabilitas
3Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Penerbit Alfabeta
Bandung, 2010), 80.
29
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) periode tahun 2011-2014. Pada
penelitian ini data diperoleh dengan cara melihat data laporan Bank Indonesia
melalu website resminya.
D. Variabel Penelitian
Terdapat dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini,
1. Variabel Bebas (X)
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang
nilainya dapat mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas atau
independent variabel (X) adalah inflasi (X1) dan suku bunga (X2).
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang
nilainya dipengaruhi atau tergantung oleh satu atau lebih variabel bebas.
Variabel terikat atau dependent variable (Y) pada penelitian kali ini
hanya terdiri dari satu variabel yaitu :Y = Profitabilitas Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah.
E. Definisi Operasional
Berdasarkan klasifikasi variabel, maka akan dijelaskan definisi konsep
dan operasional dari variabel yang diteliti:
1. Inflasi
Inflasi adalah meningkatnya harga-harga secara umum dan
30
dari Januari 2011 sampai dengan Desember 2014. Data tersebut
diperoleh dari website www.bi.co.id. Dalam penelitian ini data inflasi
dinyatakan dalam bentuk persentase.
2. Suku Bunga
Suku bunga adalah harga yang dibebankan oleh unit ekonomi
yang mengalami surplus (unit surplus) pada unit ekonomi yang
mengambil defisit (unit defisit) atas pinjaman yang diberikan dari
tabungannya. Data suku bunga yang digunakan yaitu data bulanan,
mulai dari Januari 2011 sampai dengan Desember 2014. Data tersebut
diperoleh dari website www.bi.co.id. Dalam penelitian ini data suku
bunga dinyatakan dalam bentuk persentase
3. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu lembaga keuangan
syariah atau perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode
tertentu.5 Rasio profitabilitas mengukur efektifitas manajemen
berdasarkan hasil pengambilan yang dihasilkan dari pinjaman dan
investasi. Data suku bunga yang digunakan yaitu data bulanan, mulai
dari Januari 2011 sampai dengan Desember 2014. Data tersebut
diperoleh dari website www.bi.co.id. Dalam penelitian ini data suku
bunga dinyatakan dalam bentuk persentase.
31
F. Data dan Sumber Data
a. Data
Data Inflasi, Suku Bunga dan Profitabilitas Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah yang dipakai dan diperoleh dari Bank Indonesia yang
tersedia melalui website www.bi.go.id, mulai bulan Januari 2011 sampai
dengan Desember 2014.
b. Sumber data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang diperoleh studi literatur yang diperoleh dari buku, jurnal, dan
website resmi Bank Indonesia www.bi.go.id yang dapat dijadikan
penunjang dalam data sekunder lainya.
G. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data secara terperinci dan baik, maka peneliti
menggunakan beberapa metode antara lain:
a. Studi Lapangan
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu
data yang diperoleh dari pihak lain yang berkaitan dengan penelitian
ini seperti data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
b. Dokumenter
Data yang digunakan dalam penelitian ini teknik dokumentasi. Data
32
Indonesia. Data yang dikumpulkan adalah data-data bulanan dari
laporan keuangan BPRS di website www.bi.go.id.
H. Teknik Analisis Data
a. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Modal regresi yang baik memiliki
distribusi data normal atau mendekati normal. Metode yang
digunakan untuk menguji normalitas adalah dengan menggunakan
Normal Probability Plots. Pada prinsipnya normalitas dapat
dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik), pada sumbu
diagonal pada grafik. Adapun dasar pengambilan keputusan atau
kesimpulan yaitu:
a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal menunjukkan pola distribusi normal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak
mengikuti garis diagonal tidak menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
33
Berdasarkan output normal probability plots menunjukkan
berdistribusi normal, karena garis (titik-titik) mengikuti garis
diagonal.
2) Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah keadaan dimana antara dua variabel
independen atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linier
yang sempurna atau mendekati sempurna. Model regresi yang baik
mensyaratkan tidak adanya masalah multikolinearitas. Dampak
yang diakibatkan dengan adanya multikolinearitas antara lain
yaitu:
a. Nilai standard error untuk masing-masing koefisien menjadi
tinggi, sehingga t hitung menjadi rendah.
b. Standard error or estimate akan semakin tinggi dengan
bertambahnya variabel independen.
c. Pengaruh masing-masing variabel independen sulit dideteksi
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolineritas dengan
melihat nilai Tolerance dan VIF. Semakin kecil nilai
Tolerance dan semakin besar VIF maka semakin mendekati
terjadinya masalah multikolinearitas. Dari tabel Coefficients
dapat diketahui bahwa nilai Tolerance dari ketiga variabel
34
dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi
masalah multikolinearitas.6
3) Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana terjadinya
ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Model
regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah
Heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas menyebabkan penaksir
atau estimator menjadi tidak efisien dan nilai koefisien
determinasi akan menjadi sangat tinggi.7 Untuk menentukan
heteroskedastisitas dibantu dengan program SPSS v.20.
Sedangkan uji heterokedastisitas dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan Scatterplot regresi. Dan hasil output dari uji
heterokedastisitas pada penelitian ini diketahui bahwa titik-titik
menyebar dengan pola yang tidak jelas di atas dan di bawah angka
0 pada sumbu Y maka pada hasil penelitian ini tidak terjadi
masalah heterokedastisitas.
4) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
kolerasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Adanya beberapa cara
untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, yaitu dengan
6 Duwi Priyanto, Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate dengan SPSS, (Yogyakatra: Gava
Media, 2013), 60.
35
menggunakan metode grafik, metode durbin waston, metode van
hermann, dan metode runtest. Sebagai salah satu uji statistik
nonparametik.8 Untuk mengetehui ada tidaknya autokorelasi
digunakan metode durbin waston dengan ketentuan sebagi berikut:
1. Angka D-W dibawah -2 berarti terdapat autokorelasi positif.
2. Angka D-W diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada
autokorelasi.
3. Angka D-W diatas +2 berati ada autokorelasi positif.
b. Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda mengestimasi besarnya
koefisien-koefisien yang dihasilkan oleh pemasaran yang berssifat linier, yang
melibatkan dua atau lebih variabel independen, untuk digunakan sebagai
alat prediksi besar nilai variabel dependen. Oleh karena itu analisis regresi
linier berganda dapat menghitung besarnya pengaruh dua atau lebih
variabel independen terhadap satu variabel dependen, atau memprediksi
variabel dependen dengan menggunakan dua atau lebih variabel
independen.9
Persamaan garis regresi linier berganda untuk tiga variabel:
Keterangan :
Y = profitabilitas BPRS
8 Bhuno Agung Nugroho, Strategi Jitu Memilih Metode Statistic Penelitian Dengan SPSS,
(Yogyakarta: Andi, 2005), 64.
9
36
α = konstanta
X1 = Inflasi
X2 = Suku Bunga
c. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan uji F dan uji t, pengujian ini dilakukan setelah uji asumsi
klasik. Uji F yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara
serentak terhadap variabel dependen, apakah ada pengaruhnya signifikan atau
tidak. Sedangkan uji t untuk mengetahui pengaruh variabel independen
secara parsial terhadap variabel dependen, apakah pengaruhnya signifikan
atau tidak. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Jika nilai signifikan 0,05 atau 5% maka Ho ditolak, artinya
variabel independen mempunyai pengaruh terhadap variabel
dependen, dan Ha di terima.
b. Jika nilai signifikan 0,05 atau 5% maka Ho diterima, artinya
variabel independen tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel
37 BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Umum Objek Penelitian
1. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank yang didirikan
untuk melayani Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang beroperasi dengan
sistem syariah berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan dan
Peraturan Bank Indonesia No. 6/ 7/ 2004 Tentang Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah Berdasarkan Prinsip Syariah. Dengan adanya BPRS diharapkan
layanan pada UMK dapat berlangsung lebih mudah, cepat dan persyaratan
yang dibutuhkan ringan. Hal ini sesuai dengan kebutuhan UMK yang
cenderung tidak dapat meninggalkan toko atau tempat usahanya dalam
kehidupan kesehariannya. Untuk itu BPRS perlu melengkapi layanannya
dengan armada antar jemput setoran dan penarikan tabungan atau deposito
termasuk setoran angsuran pembiayaan.1
Usaha BPRS mencakup pendanaan (tabungan dan deposito) serta
pembiayaan (pinjaman) yang dikelola secara syariah sebagai berikut:2
1Tri Hendro dan Conny Tjandra Rahardja, Bank dan Institusi Keuangan Non Bank di Indonesia, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN), 2014), 235.
38
1) Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk: (a) tabungan
berdasarkan prinsip wadiahataumudharabah, atau akad lain yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah, dan (b) deposito
berjangka berdasarkan prinsip mudharabah atau akad lain yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Kedua bentuk
tabungan ini memperoleh jaminan dari Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS) sepanjang sesuai dengan ketentuan yang berlaku
agar masyarakat tetap merasa aman untuk menyimpan dananya di
BPRS. Selain itu kedua jenis tabungan ini dikelola oleh BPRS
dengan sistem bagi hasil sehingga masyarakat penyimpan dana
akan mendapatkan bagi hasil secara fluktuatif, tergantung dari
pendapatan yang diperoleh BPRS. Untuk itu, perlu ada
kesepakatan nisbah(porsi) di awal transaksi antara BPRS dengan
nasabahnya.
2) Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan
berdasarkan: (a) prinsip jual beli (0XGKDUDEDK,VWLVKQDn6DODP);
(b) prinsip sewa menyewa (Ijarah); (c) prinsip bagi hasil
(Mudharabah, Musyarakah); (d) prinsip kebajikan (Qardh) dan (e)
pengambilalihan hutang (Hiwalah). Dalam transaksi pembiayaan,
39
bentuk jual beli, bagi hasil ataupun sewa, tergantung kepada jenis
pembiayaan yang diajukan masyarakat kepada BPRS.
3) Menempatkan dana pada bank syariah lain dalam bentuk titipan
berdasarkan akad Wadiah atau investasi berdasarkan akad
Mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah.
4) Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah melalui rekening BPRS yang ada di Bank
Umum Syariah (BUS), Bank Umum Konvensional (BUK), dan
Unit Usaha Syariah (UUS).
5) Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha bank syariah
lainnya yang sesuai dengan prinsip syariah berdasarkan
persetujuan BI, misal: usaha pegadaian syariah.
BPRS yang umumnya berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dilarang
untuk:3
1) Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip
syariah.
2) Menerima simpanan berupa giro dan ikut dalam lalu lintas
pembayaran.
40
3) Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali penukaran
uang asing dengan izin BI
4) Melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen
pemasaran produk asuransi syariah.
5) Melakukan penyertaan modal, kecuali pada lembaga yang
dibentuk untuk menanggulangi kesulitan likuiditas BPRS.
6) Mengubah kegiatan usahanya menjadi BPR konvensional. Produk
dan jasa baru yang akan dikeluarkan oleh BPRS wajib
memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari BI.
Berikut adalah beberapa istilah penting yang berhubungan dengan
BPRS:4
1) Akadadalah kesepakatan tertulis antara BUS atau UUS dan pihak
lain yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing
pihak sesuai dengan prinsip syariah.
2) Wadiah adalah akad penitipan barang atau uang antara pihak yang
mempunyai barang atau uang dengan pihak lain yang diberi
kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan keamanan
serta keutuhan barang atau uang tersebut.
3) Murabahah adalah akad jual beli antara bank dengan nasabah.
Bank membeli barang yang diperlukan nasabah dan menjual
41
kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga pokok ditambah
dengan keuntungan yang disepakati.
4) Salamadalah akad jual beli barang pesanan (PXVODPILnLK) antara
pembeli (muslam) dengan penjual (muslam ilaih). Spesifikasi dan
harga barang pesanan disepakati di awal akad dan pembayaran
dilakukan di muka secara penuh. Apabila bank bertindak sebagai
muslamkemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan
barang (PXVODPILnLK) maka hal ini disebut Salam Paralel.
5) ,VWLVKQDn adalah akad jual beli barang (PDVKQXn) antara pemesan
(mustashni) dengan penerima pesanan (VKDQLn). Spesifikasi dan
harga barang pesanan disepakati di awal akad pembayaran
dilakukan secara bertahap sesuai kesepakatan. Apabila bank
bertindak sebagai VKDQLnkemudian menunjuk pihak lain untuk
membuat barang (PDVKQXn) maka hal ini disebut ,VWLVKQDn3DUDOHO.
6) Mudharabah adalah akad antara pihak pemilik modal (Shahibul
Maal) dengan pengelola (Mudharib) untuk memperoleh
pendapatan atau keuntungan. Pendapatan atau keuntungan
tersebut dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati di awal
akad.
7) Musyarakah adalah kerjasama beberapa pemilik modal untuk
42
masing pihak mempunyai hak ikut serta, mewakilkan,
membatalkan haknya dalam manajemen usaha tersebut.
8) Ijarah adalah akad sewa menyewa barang antar bank (0XnDMLU)
dengan penyewa (0XVWDnMLU), setalah masa sewa berakhir barang
sewaan dikembalikan kepada 0XnDMLU.
9) Rahn adalah akad penyerahan barang atau harta (Mahrun) dari
nasabah (Rahin) kepada bank (Murtahin) sebagai jaminan atas
seluruh utang.
10)Qardh adalah akad pinjaman dari bank (Muqridh) kepada pihak
tertentu (Muqtaridh) yang wajib dikembalikan dengan jumlah
yang sama sesuai pinjaman. Muqridhdapat meminta jaminan atas
pinjaman kepada Muqtaridh. Pengembalian pinjaman dapat
dilakukan secara angsuran atau sekaligus.
11)Qardhul Hasanadalah akad pinjaman dari bank (Muqridh) kepada
pihak tertentu (Muqtaridh) untuk tujuan sosial yang wajib
dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman.
2. Tujuan BPRS
Ada beberapa tujuan yang dikehendaki dari pendirian BPR Syariah di dalam
perekonomian, yaitu sebagai berikut:5
43
- Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat, terutama masyarakat
golongan ekonomi lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan.
Hal ini untuk menghindari agar mereka tidak terjebak oleh rentenir yang
menerapkan bunga berbunga.
- Menambah lapangan kerja, terutama di tingkat kecamatan sehingga dapat
mengurangi arus urbanisasi.
- Membina semangat ukhuwah islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam
rangka meningkatkan pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yang
memadai.
- Mempercepat perputaran aktivitas perekonomian karena sektor real akan
bergairah.
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, perlu disusun strategi operasional
pencapaiannya, yaitu:
- BPR syariah tidak bersifat menunggu terhadap datangnya permintaan
fasilitas, melainkan bersifat aktif dengan melakukan sosialisasi/
penelitian kepada usaha-usaha yang berskala kecil yang perlu dibantu
tambahan modal, sehingga memiliki prospek bisnis yang baik;
- BPR syariah memiliki jenis usaha yang waktu perputaran uangnya jangka
44
- BPR syariah mengkaji pangsa pasar, tingkat kejenuhan, dan tingkat
kompetitifnya produk yang akan diberi pembiayaan.
3. Direksi BPRS
Direksi memiliki tugas utama untuk:6
- Menyusun perencanaan, melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap
seluruh kegiatan operasional BPRS.
- Apabila diperlukan, direksi dapat mengadakan kerjasama dengan pihak
lain dalam upaya pembangunan BPRS.
4. Dewan Komisaris BPRS
Dewan komisaris bertugas untuk menetapkan berbagai kebijakan
umum, melaksanakan pengawasan, pengendalian, dan pembinaan terhadap
BPRS.7
5. Dewan Pengawas BPRS
Dalam menjalankan usahanya, BPRS wajib membentuk dan memilki
Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bekerja di kantor pusat BPRS.
Anggota DPS minimal berjumlah 1 (satu) orang, dan maksimal berjumlah 3
(tiga) orang, yang diperbolehkan untuk merangkap jabatan sebagai anggota
Dewan Syariah Nasional (DSN) atau bekerja maksimal 2 (dua) di lembaga
6
Tri Hendro dan Conny Tjandra Rahardja, Bank dan Institusie38
7
45
perbankan dan lembaga keuangan syariah lain non bank. Anggota DPS
dimasukkan ke dalam pihak terafiliasi BPRS.8
6. Good Corporate Governance BPRS
Good Corporate Governance (GCG) merupakan prinsip dan praktik
penyelenggaraan kegiatan (tata kelola) perbankan yang berlandaskan aspek
transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggung
jawaban (responsibility), profesionalitas (professionalism), dan berkeadilan
(fairness).9 BI telah menepatkan peraturan pelaksanaan GCG untuk
perbankan syariah dan BPRS melalui PBI No.4/2006 yang telah diperbaharui
dengan PBI No.14/2006.
x Transparasi. Transparasi bermakna adanya pengungkapan yang akurat
dan tepat waktu tentang seluruh hal yang material atas perusahaan,
termasuk kondisi keuangan, kinjera, kepemilikan, dan tata kelola
perusahaan. Dalam transaksi di BPRS misalnya, pihak penjual harus
memberitahu secara transparan harga barang dan menenutukan
tingkat keuntungan sebagai tambahan harga dalam akad %DLn DO
murabahah (jual beli barang dengan harga pokok plus keuntungan
yang disepakati bersama)
8
Tri Hendro dan Conny Tjandra Rahardja, Bank dan Institusie44.
46
x Akuntabilitas. Praktik pengelolaan BPRS harus benar-benar
dijalankan berdasarkan prinsip syariah, sehingga secara praktisi BPRS
sudah sewajarnya mengikuti pelatihan tentang ekonomi syariah
secara berkelanjutan. Sumber daya manusia adalah faktor terpenting
dalam suatu sistem lembaga keuangan syariah sehingga harus
didukung oleh sumber daya manusia yang mumpuni. Dengan
demikian peningkatan pendidikan dan pelatihan khususnya tentang
konsep dan praktik lembaga keuangan syariah perlu senantiasa
ditingkatkan untuk menghasilkan tenaga ahli lembaga keuangan
syariah yang berkualitas.
x Pertanggungjawaban. Prinsip ini menekankan pada kepentingan para
pemangku kepentingan (stakeholders) BPRS, seperti karyawan,
nasabah, konsumen, masyarakat, dan lingkungan sekitar, serta
pemerintah selaku regulator. BPRS diharapkan selalu menciptakan
nilai tambah dari produk dan jasa bagi para pemangku kepentingan
serta memelihara kesinambungan nilai tambah tersebut.
x Profesionalitas. BPRS harus mengedepankan profesionalisme dan
keunggulan layanan (service excellent) kepada nasabah. Apabila
BPRS mampu layanan prima dan profesional serta memiliki kinerja
yang unggul, maka dapat dipastikan umat Islam akan lebih percaya
47
faktor layanan sangat menentukan pilihan masyarakat dalam memilih
bank-bank syariah.
x Berkeadilan. BPRS perlu menunjukkan prinsip pengelolaan yang
berkeadilan sosial, ekonomi, dan distribusi kekayaan. Prinsip keadilan
sesungguhnya telah terlihat pada penerapan bagi hasil (profit sharing)
untuk menggantikan bunga yang dianggap riba. Melalui sistem bagi
hasil ini, pemberi modal dan peminjam menanggung bersama resiko
laba ataupun rugi sehingga kekayaan tidak hanya beredar pada satu
golongan. Artinya deposan atau peminjam bertindak sebagai shahibul
mal dan ban sebagai mudhorib, dengan dana yang dapat digunakan
untuk melakukan pembiayaan akad jual beli maupun syirkah. Apabila
terjadi kerugian, maka bank juga turut jawab atas kerugian yang
terjadi.
7. Prinsip Kehati-hatian BPRS10
Prinsip kehati-hatian BPRS bertujuan untuk melindungi nasabah yang
mempercayakan dananya kepada BRPS. Berkaitan dengan prinsip
kehati-hatian ini, BPRS wajib menyampaikan laporan keuangan berupa neraca
tahunan dan perhitungan laba rugi tahunan kepada BI yang disertai dengan
penjelasannya serta disusun berdasarkan prinsip akuntansi syariah yang
berlaku umum, dan laporan berkala lainnya dalam waktu dan bentuk yang
10
48
diatur oleh peraturan BI. Neraca dan perhitungan laba rugi tahunan yang
disampaikan kepada BI wajib terlebih dahulu diaudit oleh Kantor Akuntan
Publik (KAP) kecuali ada ketentuanlain yang diberlakukan oleh BI. BPRS
wajib mengumumkan neraca dan laporan laba rugi kepada publik dalam
waktu dan bentuk yang ditentukan oleh BI. Selain itu, dalam menyalurkan
pembiayaan dan kegiatan usaha lainnya, BPRS wajib menempuh cara-cara
yang tidak merugikan BPRS bersangkutan dan kepentingan nasabah yang
mempercayakan dana kepada BPRS.
8. Manajemen Risiko BPRS11
BPRS wajib menerapkan manajemen risiko, prinsip mengenal nasabah
dan perlindungan nasabah sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Oleh karena itu, setiap transaksi yang dilakukan oleh nasabah, BPRS
wajib menjelaskan kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan
dengan transaksi yang telah dilakukan oleh nasabah bersangkutan melalui
BPRS.
Jika nasabah penerima fasilitas tidak mampu memenuhi
kewajibannya, maka BPRS dapat membeli sebagian atau seluruh agunan,
baik di dalam maupun di luar pelanggan berdasarkan penyerahan secara
sukarel