• Tidak ada hasil yang ditemukan

M02036

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " M02036"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Mikrobiologi II-Fak. Biologi UKSW

Aktivitas Antibaketeri Minyak Asiri

Artemisia

Terhadap

Escherichia coli

dan

Staphylococcus aureus

Elizabeth B.E. Kristiani1),Sri Kasmiyati1), Maria M. Herawati2) 1)

Fak. Biologi Universitas Kristen Satya Wacana 2)

Fak. Pertanian Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga. Telp. 0298-321212. Fax. 0298-321433

ABSTRAK

Minyak asiri merupakan salah satu metabolit sekunder yang telah banyak dikaji secara ilmiah memiliki aktivitas antibakteri. Tujuan Penelitian untuk membandingkan besarnya daya antibakteri minyak asiri dari A. cina, A. annua, dan A. vulgaris terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Penelitian berdasarkan rancangan acak kelompok faktorial (RAK faktorial) dengan 5 tingkatan kadar minyak asiri Artemisia 0, 40, 60, 80, dan 100% v/v dengan 4 kali ulangan. Tetrasiklin digunakan sebagai kontrol positif.

Ekstraksi minyak asiri dari masing-masing Artemisia menggunakan metode distilasi air yang dirangkai dengan peralatan clevenger. Penentuan aktivitas antbkteri menggunakan metode difusi agar. Data diameter daya hambat dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis sidik ragam one way analysis of variance (ANOVA), disertai dengan Tukey’s post hoc multiple comparison test dengan tingkat kepercayaan 95% (P values <0,05).

Semua minyak asiri menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap E. coli maupun S. aureus. Pada konsentrasi 40% semua minyak asiri kekuatan aktivitas sedang. Daya antibakteri bersifat sangat kuat pada minyak asiri A. annua konsentrasi 80% dan 100%, pada

A. cina dan A. vulgaris konsentrasi 100%. Kemampuan antibakteri minyak asiri dari dari ketiga jenis tanaman berturut turut dari besar ke kecil adalah A. annua A. vulgaris dan A. cina.

Kata Kunci : Minyak asiri, Artemisia, Escheria coli, Staphylococcus aureus, diameter daya hambat

PENDAHULUAN

Sampai saat ini, kasus penyakit infeksi akibat aktivitas mikroba merupakan penyakit yang banyak diderita di Indonesia. Kondisi tersebut menyebabkan tingginya kebutuhan akan bahan antimikroba. Penyakit infeksi tersebut kebanyakan ditanggulangi dengan menggunakan obat-obatan antibiotika. Antibiotika adalah yang memiliki khasiat mematikan ataumenghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil yang merupakan produk metabolit dari fungi dan bakteri. (Tjay & Rahardja, 2007).

(2)

Seminar Nasional Mikrobiologi II-Fak. Biologi UKSW

Indonesia sangat kaya akan jenis-jenis tanaman, termasuk tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai obat. Aktivitas pengobatan tentunya muncul dari senyawa-senyawa metabolit sekunder yang dikandung oleh tanaman tersebut, yang biasa dikenal dengan bahan aktif tanaman. Keanekaragaman flora (biodiversity) berarti keanekaragaman senyawa kimia (chemodiversity) yang kemungkinan terkandung di dalamnya. Hal ini memacu dilakukannya penelitian dan penelusuran senyawa kimia terutama metabolit sekunder yang terkandung dalam tumbuh-tanaman, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu jenis flora yang berpotensi obat tanaman herba Artemisia.

Artemisia termasuk tanaman herba golongan golongan Asteraceae dan tersebar secara luas hingga mencapai ± 400 spesies diseluruh dunia (Heywood dan Humphries 1977 dalam

Vajs et al. 2004). Dari ratusan jenis artemisia yang ada, hanya beberapa jenis yang dapat tumbuh di Indonesia seperti Artemisia anua L., Artemisia cina Berg. ex Poljakov, Artemisia vulgaris Linn. dan Artemisia sacrorum Ledeb. Pengaruh iklim dan suhu yang tidak sesuai menjadi penyebab mengapa jenis tanaman ini sulit untuk hidup di Indonesia. Distribusi geografis Artemisia yang tidak merata juga menjadi penyebab lain sulitnya mendapatkan tanaman tersebut. Sejauh ini Artemisia hanya dapat diperoleh di Wamena (Irian Jaya), Tawangmangu, Kopeng (Jawa Tengah) (Sari 2000) serta Bandung dan Sukabumi (Jawa Barat).

Sebenarnya sudah sejak lama digunakan oleh masyarakat di Cina untuk pengobatan tradisional berbagai macam penyakit. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk membuktikan kebenaran khasiat dari Artemisia sebagai obat tradisional (Sari 2000). Beberapa penelitian sudah mengungkap potensi Artemisia sebagai bahan antibakteri. Berbagai jenis metabolit sekunder diketahui berpotensi sebagai atibakteri meliputi flavanoid, alkaloid, sterol, triterpen, tanin, kumarin dan minyak asiri (Kristiani dkk 2009). Dari berbagai senyawa tersebut, beberapa penelitian khususnya menyebutkan potensi antibakteri dari minyak asiri dari berbagai Artemisia misalnya A. absinthium L, A. dracunculus, A. spicigera c. KOCH, A. santonicum, A. annua, A. asiatica Nakai (Jeteau et al 2002; Kalemba et al 2002; Burt & Reinders 2003; Judpentiene & Mockute 2004; Kordali et al 2005; Prabuseenivasan 2006; Kotan et al 2007). Sejauh ini penelitian tentang minyak asiri

Artemisia sebagai antimikroba atau antibakteri di Indonesia masih sangat terbatas jumlahnya. Penelitian yang ada sejauh ini lebih mengarah pada pemanfaatan kandungan artemisinin pada

Artemisia untuk pengobatan malaria.

Berdasarkan hasil penelaahan tersebut dan hasil penelitian sebelumnya (Kristiani dkk 2009), penelitian ini bertujuan untuk untuk menentukan dan membandingkan besarnya daya antibakteri minyak asiri dari A. cina, A. annua, dan A. vulgaris terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus dilihat dari besarnya diamater daya hambat (DDH).

METODOLOGI PENELITIAN

Rancangan penelitian berdasarkan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah jenis tanaman (3 jenis) yaitu A. annua, A. cina, dan A. vulgaris. Faktor kedua adalah konsentrasi perlakuan (5 tingkat) yaitu 0%, 40%, 60%, 80%, dan 100%, serta antibiotik standar (tetrasiklin 5% (b/v). Uulangan perlakuan sebanyak 3 kali. Bakteri duiji ada 2 jenis yaitu Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.

BAHAN DAN ALAT

(3)

Seminar Nasional Mikrobiologi II-Fak. Biologi UKSW

(bakteri gram positif). Medium nutrien agar (NA) untuk pertanaman bakteri. Standart antibiotik ampisilin sebagai kontrol positif.

Peralatan yang digunakan meliputi neraca analitik, blender, seperangkat alat ekstraksi clevenger, lemari es, mikropipet, cawan petri, spreader, lampu spiritus, penggaris.

METODE PENELITIAN

Tahap I : Isolasi minyak asiri dari tanaman Artemisia menggunakan metode ekstraksi clevenger

Sebanyak 200 gram daun segar Artemisia dipotong-potong dengan menggunakan gunting. Potongan kecil tersebut dimasukkan ke dalam labu didih kemudian ditambahkan sejumlah air hingga potongan tanaman terendam. Labu didih dirangkai dengan perangkat destilasi dan clavenger. Selanjuntnya rangkaian dijalankan pada suhu ±100°C selama 6 jam untuk mengisolasi bagian minyak asiri dari tanaman. Minyak asiri yang terekstrak dikumpulkan dalan wadah dan simpan di dalam tempat dingin (lemari es) jika belum digunakan.

Tahap II. Preparasi bakteri uji

Medium NA disiapkan dalam tabung reaksi dan dicetak miring. Bakteri diinokulasikan dalam medium NA dengan cara menggoreskan satu cuplikan bakteri secara

zig-zag, lalu diinkubasi selama 24 jam. Sebelum digunakan, stok bakteri uji disimpan dalam lemari es. Ketika akan digunakan dalam pengujian antibakteri minyak asiri, bakteri uji dikulturkan dalam medium cair NB dan diinkubasi selama 18 sampai 24 jam.

Tahap III: Uji antibakteri masing-masing minyak asiri Artemisia

Langkah ini dilakukan secara aseptis. Medium agar NA steril dituangkan ke dalam cawan petri secara aseptik dan dibiarkan memadat. Sebanyak 100 µL suspensi bakteri uji (E. coli dan S. Aureus) dispread pada medium NA menggunakan spreader steril. Cakram kertas ditetesi dengan 25 µl larutan uji (minyak asiri/antibiotik standar) kemudian diletakkan di atas permukaan medium agar NA padat. Cawan petri lalu dibungkus dengan kertas dan diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37oC selama 24 jam. Setelah akhir masa inkubasi, dilakukan pengukuran Diameter Daerah Hambat (DDH).

ANALISIS DATA

Rata-rata DDH hasil pengujian antibakteri dianalisis menggunakan analisis sidik ragam one way analysis of variance (ANOVA), disertai dengan Tukey’s post hoc multiple

comparison test. Analisis data ini dilakukan menggunakan program SPSS version 15.0 for windows. Hasil dinyatakan dalam rata-rata DDH ± SE dengan tingkat kepercayaan 95% (P values <0,05).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses water distillation daun segar tanaman Artemisia dirangkaikan dengan clavenger menghasilkan distilat minyak asiri (Armoise oil) yang kental, berwarna kuning dan beraroma tajam. Dari ketiga jenis tanaman uji, tanaman A. vulgaris mengahasilkan rendemen terbesar yaitu 0,22% (v/b tanaman segar), sedangkan dari tanaman A. annua dan A. cina

berturut-turut sebesar 0,16% (v/b) dan 0,03% (v/b).

(4)

Seminar Nasional Mikrobiologi II-Fak. Biologi UKSW

daerah penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri E. coli maupun Serratia sp. oleh ekstrak heksana dari ketiga jenis Artemisia maupun tetrasiklin. Munculnya luasan zona terang tersebut merupakan petunjuk adanya kepekaan mikroorganisme terhadap bahan antibakteri yang digunakan. Minyak asiri yang ditambahkan ke dalam paper disc dan ditempelkan pada media-agar yang telah dispread dengan bakteri yang berdifusi pada media-agar sehingga terjadi penetrasi senyawa-senyawa pada minyak asiri tersebut dan menyebabkan penghambatan pertumbuhan bakteri.

A. B. C.

Gambar 1. Zona terang yang terbentuk sebagai hasil penghambatan pertumbuhan bakteri. (A) minyak asiri terhadap pertumbuhan E. coli pada konsentrasi 80% (i) A. Annua; (ii) A. Cina; dan (iii) A. Vulgaris; (B) E. coli terhadap standar tetrasiklin; dan (C) S. aureus

terhadap tetrasiklin

Respon penghambatan pertumbuhan bakteri terhadap pemberian minyak asiri

Artemisia berbeda-beda pada berbagai konsentrasi yang diujikan. Secara kuantitatif, besarnya penghambatan dinyatakan dengan nilai Diameter Daya Hambat (DDH).Minyak asiri dari ketiga tanaman Artemisia yang digunakan memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan S. aereus secara nyata pada taraf 0,05%. (Tabel 1 dan 2). Peningkatan dosis minyak asiri meningkatkan luasan zona hambat bakteri. Pelczar dan Chan (1988) menyatakan bahwa semakin besar konsentrasi zat antibakteri yang terdapat dalam paper disc, akan memperbesar kemampuan difusi zat tersebut pada suatu media, sehingga mempermudah penetrasi zat dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Senyawa metabolit sekunder di dalam minyak asiri A. annua, A. cina dan A. vulgaris diduga berperan dalam menghambat aktivitas pertumbuhan E. coli dan S. aureus.

Tabel 1. Rerata nilai DDH oleh minyak asiri dari A. annua, A. cina, dan A. vulgaris terhadap pertumbuhan bakteri E. coli setelah masa inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C

Jenis tanaman

Nilai DDH (mm)a pada konsentrasi minyak asiri

0% 40% 60% 80% 100% Tetrasiklin 5% pertumbuhan bakteri S. aureus setelah masa inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C

Jenis tanaman

Nilai DDH (mm)a pada konsentrasi minyak asiri

(5)

Seminar Nasional Mikrobiologi II-Fak. Biologi UKSW

A B C A A A

Keterangan :

a

nilai DDH termasuk paper disc yang digunakan; DDH 6 mm berarti tidak ada penghambatan terhadap bakteri uji

 Angka yang disertai dengan huruf kecil dalam baris yang sama menunjukkan hasil pengujian untuk faktor konsentrasi minyak asiri. Huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna pada jenis tanaman yang sama antar konsentrasi.

 Angka yang disertai dengan huruf kapital pada kolom yang sama menunjukkan hasil pengujian untuk faktor jenis tanaman. Angka yang disertai dengan huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna pada minyak asiri dengan konsentrasi yang sama.

Minyak asiri merupakan zat berbau khas yang dihasilkan oleh tanaman dan mudah menguap. Minyak asiri dapat digunakan dalam industri kosmetik, makanan dan obat-obatan, dapat dimanfaatkan sebagai antimikroba (Burt, 2004). Sekitar 60% turunan minyak asiri mampu menghambat fungi dan sekitar 30% mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Minyak asiri Artemisia kaya akan senyawa-senyawa kimia bioaktif yang menjadikannya sebagai agen antibakteri alternatif yang potensial terhadap berbagai penyakit infeksi (Aburjai dan Hudaib, 2006; Lee et al., 2007). Buckle (2004 dalam Lihandra, 2007) menyatakan bahwa komponen utama minyak asiri Artemisia, yaitu monoterpena (terutama tujon) dan seskuiterpena memiliki bioaktivitas sebagai agen antibakteri. Beberapa senyawa kimia yang berperan sebagai antibakteri pada tanaman Artemisia yaitu minyak asiri, monoterpenes, flavonoid, sesquiterpene lactone, α-santonin dan asam artemisinin (Cowan 1999, Tan et al.

(1998)). Juteau et al. (2002) mengungkapkan bahwa komponen dalam minyak asiri dari A. annua antara lain camphor (44%), germacrene D (16%), trans-pinocarveol (11%), β-selinene

(9%), β-caryophullene (9%), dan artemisia keton (3%).

Penghambatan pertumbuhan oleh minyak asiri terhadap S. aureus (wakil dari bakteri Gram positif) dan E.coli (wakil dari bakteri Gram negatif) mulai bersifat nyata pada konsentrasi rendah yaitu pada konsentrasi 40%. (tabel 1 dan 2) Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa sensitifitas S. Aureus dan E. coli terhadap minyak asiri Artemisia adalah sama. Perbedaan nilai DDH pada konsentrasi yang berbeda maupun jenis tanaman kemungkinan disebabkan oleh perbedaan bahan aktif dalam masing-masing minyak asiri. Konsentrasi minyak asiri juga mempengaruhi besarnya daya hambat terkait dengan banyak bahan aktif dalam minyak asiri tersebut. Semakin tinggi konsentrasi uji, senyawa kimia bioaktif minyak asiri Artemisia semakin banyak sehingga kemampuan antibakterinya juga semakin tinggi.

Secara umum aktivitas antibakteri minyak atsiri adalah mendenaturasi protein sel bakteri. Monoterpena dan seskuiterpena dapat mempengaruhi struktur dan fungsi membran sel bakteri yang dapat menyebabkan kematian bakteri (Trombeta et al. 2005). Membran sel bakteri merupakan bagian dari bakteri yang berfungsi untuk keluar masuknya substansi dari dan ke dalam sel, memelihara tekanan osmotik internal, dan saluran eksresi bahan buangan (waste product) (Suwandi 1992). Ketika monoterpena dan seskuiterpena mempenetrasi membran sel dan merusak struktur membran sel, terjadi gangguan pada fraksi lipid membran. Gangguan ini mengakibatkan perubahan permeabilitas membran sehingga terjadi kebocoran materi interseluler. Penghambatan fungsi membran ini pada akhirnya dapat mengakibatkan kematian bakteri.

Belum dapat diketahui secara pasti mekanisme antibakteri minyak asiri dari ketiga jenis tanaman karena tidak dilakukan pengujian lebih lanjut untuk menghitung jumlah bakteri. Hasil pengujian antibakteri minyak asiri A. annua, A. cina dan A. vulgaris diduga bersifat bakteriostatik karena setelah rentang waktu pengamatan 24 jam, zona terang disekitar

(6)

Seminar Nasional Mikrobiologi II-Fak. Biologi UKSW

eksresi waste product (Suwandi, 1992). Ketika monoterpena dan seskuiterpena mempenetrasi membran sel dan merusak struktur membran sel, terjadi gangguan pada fraksi lipid membran. Gangguan ini kemudian mengakibatkan adanya perubahan pada permeabilitas membran dan pada akhirnya terjadi kebocoran materi interseluler. Penghambatan fungsi membran ini pada akhirnya dapat mengakibatkan kematian bakteri.

Sifat hidrofobik dan lipofilik yang dimiliki minyak asiri memudahkan minyak untuk melemahkan dan memecah lipid pada dinding sel S. aureus (bakteri Gram positif) yang 90%-nya berupa peptidoglikan. Rusak90%-nya struktur dinding sel mengakibatkan dinding sel menjadi lebih permeabel, sehingga komponen minyak asiri mudah untuk mempenetrasi membran sel. Tekanan osmosis yang tidak seimbang, terjadinya kebocoran sel, serta keluarnya molekul dan ion dapat menyebabkan kematian sel bakteri (Knocbloch et al., 1986; Denyer dan Hugo, 1991; Sikkema et al., 1994).

Pelindung sel bakteri Gram negatif terdiri dari dua membran, yaitu membran terluar dan membran sitoplasmik yang ada di dalam, dengan lapisan tipis peptidoglikan di antara keduanya yang hanya sekitar 10% dari dinding sel (Ikigai et al., 1993). Membran terluar pada

E. coli (bakteri Gram negatif) yang tersusun dari lipopolisakrida dan porin merupakan barrier

yang cukup kuat terhadap senyawa toksik (Hancock, 1997; Helander et al., 1998). Porin yang bersifat hidrofilik membuat molekul-molekul komponen minyak asiri yang bersifat hidrofobik sulit untuk mempenetrasi membran sel (Jawetz et al., 1996 dalam Praptiwi, 2002). Ada kemungkinan beberapa senyawa kimia pada minyak asiri yang dapat bersifat antibakteri tidak dapat menembus pelindung sel E. coli. Sulitnya minyak asiri untuk mempenetrasi

barrier sel yang bersifat hidrofilik tersebut mengakibatkan penghambatan pertumbuhan bakteri oleh minyak asiri menjadi berkurang pada E.coli.

Menurut (Stout (2000, dalam Hasim, 2003)), potensi atau kekuatan antibakteri dapat ditentukan berdasarkan luasan daerah hambat yang terbentuk. Tabel 5.4. menampilkan kekuatan antibakteri minyak asiri dari ketiga jenis tanaman pada kedua bakteri uji pada nilai DDH yang berpengaruh signifikan terhadap penghambatan pertumbuan bakteri uji.

Tabel 3. Kekuatan daya antibakteri minyak asiri dari A. annua, A. cina, dan A. vulgaris

terhadap bakteri E. coli dan S. aureus

Bakteri Uji

Jenis tanaman

Kekuatan antibakteria pada konsentrasi minyak asiri

0% 40% 60% 80% 100% Tetrasiklin

5%

E. coli

A. annua - S K SK SK SK

A. cina - S K K SK SK

A. vulgaris - S K K K SK

S. aureus

A. annua - S K SK SK SK

A. cina - S S K SK SK

A. vulgaris - S K K SK SK

Keterangan:

a

Klasifikasikan kekuatan daya antibakteri berdasarkan nilai DDH yang terbentuk. Kekuatan suatu antibakteri dikategorikan “sangat kuat/SK” jika daerah hambatannya lebih dari 20 mm, “kuat/K” jika daerah hambatan 10 mm sampai 20 mm, “sedang/S” jika daerah hambatan 5 sampai 10 mm, dan “lemah/L” jika daerah hambatan kurang dari 5 mm (Stout (2000, dalam Hasim, 2003))

(7)

Seminar Nasional Mikrobiologi II-Fak. Biologi UKSW

menunjukkan bahwa minyak asiri dari ketiga tanaman uji memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai agen antibakteri.

Penggunaan antibiotik tetrasiklin (5%) sebagai kontrol positif untuk membandingkan DDH yang terbentuk antara minyak asiri dengan antibiotik standar yang telah biasa dimanfaatkan sebagai antibakteri. Tetrasiklin digunakan sebagai kontrol karena kemampuannya dalam menghambat aktivitas bakteri baik untuk jenis bakteri gram positif maupun negatif (broad spectrum antibiotics). Tetrasiklin secara khusus bersifat bakteriostatik dengan cara mengganggu sintesis protein pada bakteri. Menurut Pelczar dan Chan (1988) serta Jawetz et al. (1995), tetrasiklin akan terikat pada subunit 30S dari ribosom bakteri, kemudian akan menghalangi pelekatan tRNA aminoasil, sehingga proses penambahan atau pemanjangan asam amino baru pada rantai peptida yang sedang terbentuk akan terhalang.

Minyak asiri ketiga jenis tanaman Artemisia yang diujikan mempunyai potensi sebagai agen antibakteri baik terhadap bakteri Gram negatif maupun Gram positif. Dengan mempertimbangkan antara kekuatan antibakteri (tabel 5.4.) dan rendemen yang diperoleh (tabel 5.1.), tampaknya di antara ketiga jenis tanaman, minyak asiri dari A. annua dan A. vulgaris berpotensi untuk diaplikasikan sebagai agen antibakteri karena keduanya menghasilkan rendemen yang lebih besar dibandingkan minyak asiri dari A. cina. Sedangkan pada A. cina, walaupun kekuatan antibakteri hampir sama dengan A. vulgaris tetapi rendemen yang dihasilkan sangat kecil sehingga tampaknya sulit untuk diaplikasikan.

DAFTAR PUSTAKA

Aburjai, T. and M. Hudaib. 2006. Antiplatelet, Antibacterial and Antifungal Activities of Achillea Falcata Extracts and Evaluation of Volatile Oil Composition. Pharmacognosy Magazine Vol 2, Issue 7, Jul – Sept., 2006.

Cowan, M. M. 1999. Plant Products as Antimicrobial Agents.Clinical Microbiology Reviews 12 (4) : 564 – 582. (http://cmr.asm.org/cgi/content/full/12/4/564).

Denyer, S.P. and W.B. Hugo. 1991. Biocide-Induced Damage To the Bacterial Cytoplasmic Membrane. In Mechanisms of Action of Chemical Biocides. Edited by: Denyer, S.P. and W.B. Hugo. The Society for Applied Bacteriology, Technical Series No. 27. Oxford Blackwell Scientific Publication, Oxford; 1991: 171-188.

Hancock, R.E.W. 1997. The Bacterial Outer Membrane as a Drug Barrier. Trends Microbiol. 5:37-42.

Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung : ITB Press.

Hasim. 2003. Menanam Rumput, Memanen Antibiotik. Jakarta: Kompas No.127.

Helander, I.M., H.L. Alakomi, K. Latva-Kala, T. Mattila-Sandholm, I. Pol, E.J. Smid, L.G.M. Gorris, and A. von Wright. 1998. Characterization of the Action of Selected Essential Oil Components On Gram-Negative Bacteria. J. Agric. Food Chem. 46:3590-3595.

Ikigai, H., T. Nakae, Y. Hara, and T. Shimamura. 1993. Bactericidal Catechins Damage the Lipid Bilayer. Biochim. Biophys. Acta 1147:132-136.

Juteau F., V. Masotti, J. M. Bessière, M. Dherbomez, and J. Viano. 2002. Antibacterial and antioxidant activities of Artemisia annua essential oil. Fitoterapia. 73 (6):532-5.

Kalemba D., Kusewicz D., Swiader K. 2002. Antimicrobial properties of the essential oil of Artemisia asiatica Nakai. Phytother Res. 16(3):288-91.

Knobloch, K., H. Weigand, N. Weis, H.M. Schwarm, and H. Vigenschow. 1986. Action of Terpenoid on Energy Metabolism. In Progress in Essential Oil Research: 16th International Symposium on Essential Oils. Edited by: Brunke, E.J. and de Gruyer, Berlin; 1986: 429-445.

(8)

Seminar Nasional Mikrobiologi II-Fak. Biologi UKSW

Lee, S.O., G.J. Choi., K.S. Jang, H.K. Lim, K.Y. Cho, and J.C. Kim. 2007. Antifungal Activity of Five Plant Essential Oils as Fumigant Against Postharvest and Soilborne Plant Pathogenic Fungi. Plant Pathol. J. 23(2) : 97-102 (2007).

Lihandra, E.M. 2007. Assessment Of Ethanol, Honey, Milk and Essential Oils as Potential Postharvest Treatments Of New Zealand Grown Fruit. New Zealand: Auckland University of Technology.

Praptiwi, Y. Jamal, dan T. Murningsih. 2002. Komponen Kimia dan Uji Antibakteri Atsiri Daun Ki Cengkeh (Urophyllum arboreum (Reinw. Ex. Bl.) Korth.). Berita Biologi, Volume 6, Nomor 3, Desember. Ramos, R. 2006. Bioactive Phytocompounds: New Approaches in the Phytosciences. Weinheim: Wiley-VCH

Verlag GmbH & Co.

Sari, E. K. 2000. Isolasi dan Identifikasi Artemisinin sebagai Zat Aktif Antimalaria dari Artemisia sacrorum Ledeb. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Setyaningsih, I. 2003. Resistensi Bakteri dan Antibiotik Alami dari Laut. Makalah Falsafah Sains, Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sikkema, J., D.B. Jam, and B. Poolman. 1994. Interactions of Cyclic Hydrocarbons With Biological Membranes. J Biol Chem 1994, 269: 8022-8028.

Suwandi, U. 1992. Mekanisme Kerja Antibiotik. Cermin Dunia Kedokteran No. 76. (http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/18_MekanismeKerjaAntibiotik.pdf/18_MekanismeKerjaAntibioti k.html.).

Tan, R. X., Zheng, W. F. dan Tang, H. Q. 1998. Biological Active Substanc from Genus Artemisia. Nanjing University, Nanjing, P. R. China.

Tan Hoan, T dan Rahardja, K. 2007. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. Edisi Keenam. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Trombeta, D., F. Castelli, M.G. Sarpietro, V. Venuti, M. Cristani, C. Daniele, A. Saija, G. Mazzanti, and G. Bisignano. 2005. Mechanisms of Antibacterial Action of Three Monoterpenes. Antimicrob Agents Chemother. 2005 June; 49(6): 2474–2478.

Gambar

Gambar 1. Zona terang yang terbentuk sebagai hasil penghambatan pertumbuhan bakteri. (A)

Referensi

Dokumen terkait

Kao drugi pokuˇsaj nalaˇzenja rjeˇsenja i otkrivanja ˇsto se dogada na podruˇcju moˇzemo re´ci da je rjeˇsenje linearne jednadˇzbe prometnog toka (4.1), koriste´ci poˇcetni uvjet

Dari pengalaman 7 orang ibu bersalin tersebut, 5 (62,5%) orang mengatakan bahwa selama kontraksi ibu memperoleh tindakan pijat di punggung dan pinggang yang

It definitely requires you spending a ample of time in your gyms and sweating a lot of your salts working on your machines.. And, you beat the hell out your body muscles, just to

Tujuan penelitian untuk mengetahui dan mengkaji akibat hukum dari SKMHT yang dibuat oleh Notaris yang tidak diikuti dengan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan dan

cara belajar disekolah salah satunya adalah masuk kelas tepat waktu, memperhatikan penjelasan guru, menghubungkan pelajaran yang sedang diterima dengan yang sudah

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa faktor predisposisi, yang terdiri dari pengetahuan dan sikap pasien, berpengaruh terhadap kejadian TB MDR dengan

Hasil triangulasi data yang dilakukan oleh peneliti pada penelitian ini menunjukan bahwa keterlibatan gereja sebagai bentuk rasa kewajibanya terhadap pembinaan moral anak-anak

[r]