• Tidak ada hasil yang ditemukan

J01076

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " J01076"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITASJOYFUL LEARNINGBERBANTUANPOWERPOINTTERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII

SMP NEGERI 6 SALATIGA

Prasanti Eka Susanti, Wahyudi, Novisita Ratu

Abstract

This study aims to determine the effectivity of Joyful Learning with PowerPoint towards the students mathematics learning outcomes of 7thgrade students of 6thJunior High School in Social Arithmetics on Second Semester of 2013/2014 year of school. This study is quasi experimental research by using pretest-posttest control group design with only one dependent variable and independent variable. The independent variable in this study is Joyful Learning with PowerPoint and the dependent variable is students mathematics learning outcomes. The data collecting technique used observation and test. The observation is used to measure the learning implementation and observed by using observation paper. The test is used to measure students mathematics learning outcomes after giving a treatment. Before implementating a treatment, prestest had done to see the homogeneity and normality of both classes. The data analyses is devided into two steps, the first steps is descriptive analyses which give the poutrey of the data, and the second step is T-Test analyses to determine the effectivity of Joyful Learning with PowerPoint. The result shows that t coefficient as big as 4,522 and Sig. 2 tailed scores as big as 0,00 with 5% in significancy level. So, it can be said that 0,00 is less than 5 % which means H1 is accepted, it also means the H1 statement that says there is effectiveness of Joyful Learning with PowerPoint towards the students mathematics learning outcomes of 7th grade students of 6th Junior High School in Social Arithmetics on Second Semester of 2013/2014 year of school is also accepted. And that is supported by looking at the average of the posttest student mathematics learning outcomes for experiment class as big as 76,39 with 51,85 percents of students categorized in high level on mathematics learning outcomes is better than the average of the posttest of the control class as big as 58,98 with 57,14 percents of students categorized in low level of mathematics learning outcomes.

Keywords:Joyful Learning, PowerPoint, Mathematics Learning Outcomes

A. PENDAHULUAN

Matematika dalam Kurikulum 2013 untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau

Madrasah Tsanawiyah (Mts) membiasakan siswa berpikir algoritmis, mulai dari

pengamatan permasalahan konkret, kemudian ke semi konkret, dan akhirnya abstraksi

permasalahan. Rumus diturunkan oleh siswa dan siswa tidak hanya bisa menggunakan

tetapi juga memahami asal usulnya.Matematika mengenalkan konsep pendekatan dan

perkiraan sehingga siswa harus berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah.Kurikulum ini

menekankan perimbangan antara matematika dengan angka dan tanpa angka (gambar,

(2)

Sistem sekolah di abad kesembilan belas yaitu pembelajaran tradisional yang

membuat perspektif bahwa belajar adalah kegiatan pasif, ruang-ruang kelas persegi, tempat

duduk yang tetap, dan papan tulis serta podium di depan kelas dirancang untuk transmisi

pengetahuan yang efektif dari guru, sementara para siswa duduk tenang sambil mencatat

harus diubah ke dalam pembelajaran konstruktivis yaitu belajar ditandai dengan partisipasi

dan keterlibatan yang tinggi (Arends, 2008:11). Pembelajaran tradisional yang salah

satunya adalah pembelajaran mekanistik merupakan pembelajaran yang menekankan pada

prosesdrill and practiceprocedural serta menggunakan rumus dan algoritma.Siswa dilatih mengerjakan soal seperti mesin atau mekanik, konsekuensinya jika mereka diberi soal

yang berbeda mereka akan membuat kesalahan (Zulkardi, 2001).

Walle (2008:70) menambahkan bahwa berlatih dapat memberikan siswa (yang

diperoleh daridrill) peningkatan kemampuan dengan strategi namun hanya dengan strategi yang telah dipelajari, fokus kepada sebuah metode dan mengesampingkan alternatif yang

fleksibel, pemahaman yang berbeda, dan pandangan yang berorientasi aturan tentang

matematika. Pada kenyataannya,drillhanya membantu siswa mendapatkan lebih cepat apa yang telah mereka ketahui. Fokus dari drill adalah keterampilan menggunakan suatu

prosedur. Dokumen Prinsip-prinsip dan Standar NCTM menjelaskan bahwa ada waktu dan

tempat untuk drill, tetapi drill tidak pernah dilakukan sebelum memahami konsep. Pengulangan drill terhadap bagian-bagian matematika bukanlah mengerjakan matematika dan tidak akan pernah menghasilkan pemahaman.Drillbisa diberikan hasil jangka pendek yang bagus dalam tes tradisional, tetapi akibat jangka panjangnya masyarakat tidak bisa

mengerjakan matematika (Walle, 2008:13).

Hasil Penelitian The Third Internasional Mathematic and Science Study Repeat

(TIMSS-R) dalamMathematic Achievementpada tahun 2011 menyebutkan bahwa diantara 42 negara hasil belajar matematika siswa SMP Indonesia berada pada urutan 38 (TIMMS

& PIRLS 2011:42). Refleksi dari hasil PISA 2011 (Kemendikbud :2013a) lebih dari 95%

siswa Indonesia hanya mampu sampai level menengah (intermediate). Menurut Daryanto

(2013:155) sementara hasil nilai matematika pada Ujian Nasional, pada semua tingkat dan

jenjang pendidikan selalu terpaku pada angka yang rendah.

Keadaan ini sangat ironis dengan kedudukan dan peran matematika untuk

pengembangan ilmu dan pengetahuan, mengingat matematika merupakan induk dari ilmu

pengetahuan.Daryanto juga menambahkan bahwa matematika sampai saat ini belum

(3)

matematika) seringkali menghinggapi perasaan para peserta didik dari tingkat SD sampai

dengan SMA bahkan hingga perguruan tinggi.

Seperti yang diungkapkan Gardner dalam Hernowo (2003:73) dalam tujuh penyakit

pendidikan yang salah satunya adalah puritanisme.Gardner menjelaskan bahwa

puritanisme adalah pembelajaran dengan indoktrinasi-sering merupakan kegiatan yang

suram, tanpa kegembiraan, dan hanya berisi hafalan.Pendapat tersebut juga didukung oleh

pernyataan Ginnis (2008:34) yang menyatakan bahwa siswa merasakan suatu keadaan

emosi tertentu dari guru yang mempengaruhi kesadaran mereka.Guru yang humoris,

tersenyum hangat, memiliki sikap yang menyenangkan, dan sungguh-sungguh gembira

dalam pekerjaannya menyebabkan siswa bekerja lebih baik daripada siswa dengan guru

yang tidak menunjukkan karakteristik ini.Gardner dalam Hernowo (2003:75) juga

memunculkan obat untuk penyakit puritanisme.Obat untuk mengatasi “penyakit” ini adalah

mengembalikan kegembiraan dalam belajar.Baik anak-anak maupun orang dewasa dapat

belajar paling baik dalam lingkungan yang ditandai dengan adanya minat dan kebahagiaan

pribadi, dan bukan dalam lingkungan yang ditandai dengan intimidasi, tekanan maupun

kesakitan.

Successful education is so much more than test scores; it must be about helping

children to find joy in learning. We alllearn best when we’re happy.Artinya pembelajaran yang sukses adalah lebih dari sekedar melihat nilai tes, pembelajaran yang sukses adalah

tentang membantu siswa-siswa untuk menemukan kegembiraannya dalam

pembelajaran.Kita semua dapat belajar dengan baik ketika kita senang (Nursery World 2013:23).

Hal senada juga diungkapkan oleh Warsita dalam Husamah dan Yanuar (2013:40)

bahwa perlu adanya perbaikan pembelajaran untuk mencapai hasil pembelajaran yang

diinginkan.Guru dituntut mempunyai pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran. Salah satu pembelajaran yang dapat mengembalikan kegembiraan siswa

seperti diungkapkan dalamNursery World(2013:23) “Joyful learning enabling children to experience joy can help support learning and reduce stress and anxienty” yang

diterjemahkan menjadi “Joyful learningmemungkinkan siswa untuk mengalami keriangan dapat membantu mendukung pembelajaran dan mengurangi stres dan

(4)

Untuk mendukung suksesnya pembelajaran tersebut diperlukan media yang akan

mempermudah membawa siswa ke dalam keadaan gembira dan senang. Hal ini

diungkapkan oleh Anastasia dan Al-Hafish (2013:121) menyatakan bahwa media are the tools to promote materials to the learners in order to create a joyful situation in the classroom, artinya media adalah sarana untuk mendukung materi yang diberikan kepada siswa untuk menciptakan situasi yang menggembirakan di kelas. Anastasiadan Al-Hafish

juga menambahkan bahwa in addition, an interactive media needed in the classroom to maintain the students’ attention to the lesson an also to engage them to the materials given. Artinya dan lagi, media yang interaktif dibutuhkan dalam kelas untuk menjaga perhatian siswa dan juga melibatkan mereka dalam materi yang diberikan. Gautreau

(2004) mengungkapkan bahwa salah satu media yang interaktif adalah PowerPoint, PowerPoint support hyperlink and sound features that can be incorporated to construct an

interactive multimedia presentation.ArtinyaPowerPointmenyediakan hyperlink dan fitur-fitur suara yang dapat dipadukan untuk membangun sebuah presentasi yang interaktif.

Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh Umbaran (2013:3) bahwa guru di

sekolah sering mengajar dengan mengandalkan PowerPoint untuk menyampaikan

materinya. Grabe & Grabe dalam Parette, dkk (2011:59) juga menyatakan bahwa “The

fundamentally sequential nature of a PowerPoint slide presentatation makes it easier for teaching to develop and deliver instructional content in a clear, structured, and systematic format while keeping young learners engaged in the lesson”. Artinya secara fundamental

slide PowerPointyang berurutan membuat pengajar lebih mudah dalam mengembangkan dan menyajikan konten instruksional dalam format yang jelas, terstruktur dan sistematis

ketika menjaga para pelajar fokus dalam pembelajaran.

Tulisan ini akan memberikan gambaran bagaimana Joyful Learning berbantuan PowerPoint dilaksanakan dalam pembelajaran matematika serta memberikan gambaran tentang dampak pembelajaran yang menunjukkan pada efektivitas pembelajaran tersebut

dalam meningkatkan hasil belajar matematika.

B. KAJIAN TEORI Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar menurut Suprijono (2013: 5) adalah pola-pola dari perbuatan,

nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan dan keterampilan.Hasil belajar

adalah secara keseluruhan bukan salah satu aspek saja.Rasyid (2008: 9) juga berpendapat

(5)

dapat dinyatakan dengan angka. Dengan demikian, hasil belajar siswa dapat diperoleh guru

dengan terlebih dahulu memberikan seperangkat tes kepada siswa untuk menjawabnya.

Hasil tes belajar siswa tersebut akan memberikan gambaran informasi tentang kemampuan

dan penguasaan kompetensi siswa pada suatu materi pelajaran yang kemudian dikonversi

dalam bentuk angka-angka.

Arikunto dan Gagne dalam Sukiman (2012) mengungkapkan pada dasarnya hasil

belajar adalah akibat dari adanya evaluasi belajar (tes) dan evaluasi belajar dilakukan untuk

mengetahui kemampuan yang telah diperoleh siswa setelah melakukan proses

pembelajaran. Tes tersebut dapat digunakan untuk mengukur secara jelas hasil belajar yang

telah ditetapkan sesuai tujuan pembelajaran (Purwanto, 2010). Hasil belajar yang dimaksud

dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Arikunto dan Gagne, yaitu kemampuan yang

dicapai oleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran di kelas yang dapat dilakukan

melalui evaluasi belajar (tes tertulis).

Tes tertulis sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu

menggambarkan ranah sikap, keterampilan dan pengetahuan siswa. Tes tertulis yang

berbentuk esai, siswa berkesempatan memberikan jawabannya sendiri yang berbeda

dengan siswa lainnya, namun tetap terbuka memperoleh nilai sama. Kemendikbud

(2013b:243) mengungkapkan bahwa analisis kuantitatif dari data asesmen autentik

menerapkan rubrik skor.

Asesmen dalam penelitian ini adalah proses penilaian yang sesuai dengan

kurikulum 2013 (asesmen autentik) yang menekankan pada pertanyaan yang

membutuhkan pemikiran mendalam. Asesmen autentik yang dipilih adalah penilaian

tertulis yang berbentuk uraian karena tes tertulis yang berbentuk uraian sebisa mungkin

bersifat komperhentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan dan

pengetahuan siswa dan tes semacam ini dapat memberikan kesempatan kepada guru untuk

mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks

dengan menerapkan rubrik skor.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto (2010:54) dapat

dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu:

1. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu(intern), yang

meliputi: (1) Faktor biologis, meliputi: kesehatan, gizi, pendengaran, dan penglihatan.

Jika salah satu faktor biologis terganggu akan mempengaruhi hasil prestasi belajar, (2)

(6)

berfikir, (3) Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan

jasmani Nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta mengantuk.

Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan

sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu akan hilang.

2. Faktor yang ada pada luar individu yang disebut dengan faktor ekstern, yang meliputi:

(1) Faktor keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama.

Merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk

pendidikan dalam ukuran besar. (2) Faktor Sekolah, meliputi metode mengajar,

kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di

sekolah. (3) Faktor masyarakat, meliputi bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat

mempengaruhi prestasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah lingkungan

terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan mendorong giat belajar.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar diatas dapat dikaji

salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah pembelajaran yang digunakan.

Joyful LearningBerbantuanPowerPoint

Joy, menurut kamus Oxford adalah a feeling of great pleasure and happiness.Artinya dideskripsikan sebagaisebuah perasaan bersemangat atau emosi dari

kegembiraan. Kata kerja dari Joy adalah Joyful yang juga mendeskripsikan tentang perasaan dan ekspresi kegembiraan.

Wolk (2008: 10-11) mengatakan,“I am not using the word joy as a synonym for

fun. For many children having fun is hanging out at the mall, watching TV, text messaging their friends, or zipping down a roller-coaster. According to my Random House dictionary,

joy means, “The emotional of great delight or happiness caused by something good or

satisfying”. Artinya Saya tidak menggunakan kata“joy”bersinonim dengan“fun”. Untuk

banyak anak mendapatkan kesenangan adalah berjalan-jalan ke mall, menonton televisi,

berkirim pesan dengan teman mereka, atau naik roller-coaster. Berdasarkan kamus

Random Houseku, joyberarti emosi dari sebuah kesenangan yang luar biasa atau kebahagiaan yang disebabkan oleh sesuatu yang baik atau memuaskan.

(7)

First, it is noticeable that the example does not start with a problem to solve.

Instead, it presents children with a mathematical idea to consider (sequences) and, importantly, presents this in a problematic (or puzzling) way that is to say, a way that encourages the pupils to investigate something in pursuit of a solution (Pratt& Berry, 2007:100). Artinya pertama, dapat di garis bawahi contoh tidak diawali dengan

masalah.Namun, contoh menampilkan kepada anak dengan ide-ide matematika untuk

bahan pertimbangan dan menampilkan ini dalam jalur permasalahan, maksudnya jalur

yang menguatkan siswa untuk menginvestigasi sesuatu yang bertujuan mendapatkan

solusi.

Young children do not usually care very much whether something is useful in everyday life. They want things to be fascinating, which solving puzzles and seeing connections is. This is what maths should be for them (Pratt&Berry, 2007:102).Artinya

anak muda sangat tidak biasa peduli apakah sesuatu itu bermanfaat dalam kehidupan

sehari-hari. Mereka ingin sesuatu yang mengagumkan, seperti menyelesaikan teka-teki dan

melihat apa itu hubungan-hubungan. Inilah yang seharusnya matematika alami oleh

mereka.

Joyful Learning is essential, educational, effective and extraordinary. It involves

passion, purpose, play and pleasure. It embraces children’s ecstatic responses, emotions,

enthusiasm, excitement, expertise, exploration and expressiveness (Nursery World, 2013:27). Artinya Joyful Learning itu penting, mendidik, efektif dan luar biasa.Joyful Learning meliputi gairah, tujuan, bermain dan kesenangan.Joyful Learning mencakup tanggapan anak-anak yang luar biasa gembira, emosi, antusias, kegembiraan, keahlian,

eksplorasi, dam ekspresif.

Joyful teaching does not happen by chance. It blossoms where pupils and adult enthusiastically engage with learning, relish challenges, and keep success and failure in perspective, Hayes (2007:8). Artinya mengajar dengan gembira tidak terjadi dengan kebetulan.Mengajar dengan gembira tumbuh dimana siswa dan orang dewasa secara

antusias ikut serta dalam pembelajaran, tantangan-tantangan yang merangsang, dan terus

menerus berhasil dan gagal dalam cara pandang.

Menurut Hayati (2011:2) tujuan utama dari Joyful Learning adalah membantu siswa untuk belajar dengan senang hati, sehingga belajar itu merupakan hal yang

menyenangkan bukan beban.Untuk membantu ingatan siswa banyak menggunakan

(8)

Salirawati (2012:2) juga mengungkapkan pendapatnya bahwa Joyful Learning adalah pembelajaran yang membuat anak didik tidak takut salah, ditertawakan,

diremehkan, tertekan, tetapi sebaliknya anak didik berani berbuat dan mencoba, bertanya,

mengemukakan pendapat/ gagasan, dan mempertanyakan gagasan orang lain. Dalam

belajar pendidik harus menyadari bahwa otak manusia bukanlah mesin yang dapat disuruh

berpikir tanpa henti, sehingga perlu pelemasan dan relaksasi.

Sejalan dengan Chun dengan demikian Joyful Learningadalah pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk merasakan keriangan, kegembiraan tanpa

adanya tekanan, stres dan kekawatiran dalam membantu siswa membangun (construct) pemahaman mereka sendiri sehingga dapat membuat pembelajaran jauh lebih berhasil.

Anastasia dan Al-Hafish (2013) menyatakan bahwamedia are the tools to promote materials to the learners in order to create a joyful situation in the classroom, artinya

media adalah sarana untuk mendukung materi yang diberikan kepada siswa untuk

menciptakan situasi yang menggembirakan di kelas. Anastasiadan Al-Hafish juga

menambahkan bahwa in addition, an interactive media needed in the classroom to maintain the students’ attention to the lesson an also to engage them to the materials

given, artinya dan lagi, media yang interaktif dibutuhkan dalam kelas untuk menjaga

perhatian siswa dan juga melibatkan mereka dalam materi yang diberikan. Berikut sintaks

Joyful LearningberbantuanPowerPointdapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1

SintaksJoyful LearningberbantuanPowerPoint

Step (Langkah) Activity(Aktifitas)

Step 1:

1) Find the pleasure in learning.

Artinya siswa diberikan motivasi dari dalam, tidak ada tekanan dari luar dan dibutuhkan paksaan. Guru mengemukakan tujuan pelajaran dan menyiapkan siswa untuk belajar.

- Pemberian games.

- Penampilan gambar, animasi dan foto pada awal pembelajaran.

Guru mempresentasikan advance organizer, memastikan bahwa advance organizer itu memberikan kerangka kerja untuk materi belajar yang akan diberikan nanti dan bahwa advance organizer itu berkaitan dengan pengetahuan yang sebelumnya sudah dimiliki siswa menggunakan teks, gambar-gambar, audio, dan video.

(9)

(mengamati).

student-initiated ideas into purposeful, inquiry-based investigations. During this time, student are strated around the room, absorbed in an endless variety topics that matter to them.

Artinya eksplorasi, kolaborasi dengan siswa untuk membantu membentuk siswa ide-ide inisiatif ke dalam tujuan tertentu, dasar penemuan investigasi. Guru mempresentasikan materi belajar, dengan memberikan perhatian khusus pada urutan logisnya dan maknanya bagi siswa menggunakanstoryboard, alat untuk menunjukkan informasi apa (tekstual dan visual) yang ada di setiapslide..

Siswa dapat memilih kelompok dan diberikan kebebasan siswa untuk memilih (Ex. memilih barang) yang disukai. Ex. siswa dapat memilih untuk membeli, menjual dengan sesuka hati.

Step 3:

Creating something from nothing. Inspire students to bring their own ideas and creation.

Artinya menciptakan sesuatu dari yang tidak ada. Menginspirasi murid untuk membawa ide-ide mereka dan hasil karya mereka.

Guru melontarkan berbagai pertanyaan dan memperkuat membangkitkan respon siswa terhadap presentasinya sejauh tingkat kemampuan berpikir siswa dan mendorong untuk berpikir tepat dan kritis.

Step 4:

Show off student work. Artinya memamerkan hasil kerja siswa.

Siswa menunjukkan dan memamerkan hasil karya mereka. teaching. Artinya eksperimen, bermain dengan seni dari pedagogi dan rasa gembira datang dari dugaan

One colorful mural ca transform a barren hallway or entrance into a vibrant and joyful sight.

Artinya satu lukisan dinding yang indah bisa mengubah suasana ruang yang gersang menjadi lebih bersemangat dan menggembirakan.

- Dapat dengan menempelkan hasil karya mereka ke dinding.

Step 7: Get outside.

Artinya keluar ruangan.

Interesting with nature brings a unique joy.

Artinya ketertarikan kepada alam membawa kegembiraan yang unik

They need a break from being confined inside a classroom.

Artinya mereka butuh istirahat dari kelas yang membatasi mereka.

Step 8:

Read good books.

If we want joy in schools, then sometimes students

(10)

Artinya membaca buku-buku yang baik.

Artinya jika kita menginginkan kegembiraan ada di sekolah, maka terkadang siswa seharusnya membaca buku-buku yang tidak “serius”

Step 9:

Howard Gardner has helped us better appreciate the uniqueness of children and has spoken to the need to give students opportunities to use their variated strength and interest in school.

Artinya Howard Gardner telah membantu kami untuk lebih menghargai keunikan siswa dan dia juga mengatakan bahwa murid bisa mendapatkan kesempatan untuk menggunakan kemampuan mereka yang bervariasi dan ketertarikan mereka akan sesuatu di sekolah.

Bisa dilakukan dengan membawa matematika ke dalam aktivitas fisik atau seni.

Step 10:

Transform assessment. Artinya mengubah penilaian.

We should limit how we use quantitative assessment and make more use narrative assessment and report cards, portfolios of authentic work, and students presentation and performance.

Artinya kita seharusanya membatasi penggunaan penilaian kuantitatif dan lebih banyak menggunakan penilaian narasi, dan kartu laporan, prtofolio dari aktivitas autentik, dan presentasi dan penampilan siswa.

Artinya sekolah seharusnya menemukan sebuah cara untuk siswa-siswa, guru-guru, para administrator mengambil waktu luang di luar kebiasaan dan bergembira bersama-sama.

Sporting events, outdoor field days, movie night, school slepp-ins, potluck meals, visit to restaurant, schoolwide T-shirt days, and talent show can help everyone get to know one another better, tear down the personal walls that often get built inside schools, form more caring relationship, and simply have a wonderful time together.

(11)

C. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperimenal Research).Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 6 Salatiga dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII E sebagai kelas kontrol

dan siswa kelas VII G sebagai kelas eksperimen yang masing-masing kelas berjumlah 28

siswa, sehingga total sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 56 siswa. Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cluster random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumenpretestdanposttest. Pretestdigunakanuntuk mengetahui apakah kedua sampel normal dan homogensedangkan posttest digunakan untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa setelah diberikan perlakuan. Uji

normalitas ini menggunakan uji Shapiro-Wilk. Uji homogenitas dan beda rata-rata

menggunakan UjiIndependent Sample T-Test.Analisis dilakukan dengan komputer melalui program SPSS versi 16.0. Sedangkan untuk menguji kelayakan instrumen menggunakan

uji validitas, reliabilitas, daya beda tingkat kesukaran dan uji ahli. Kisi-kisi kerangka kerja

instrumenpretestdanposttestdapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2

1. Diberikan harga sejumlah kilogram barang, siswa dapat menentukan harga sejumlah gram barang dengan benar.

1. Diberikan harga pembelian sejumlah barang dalam satuan kuantitas (kodi/lusin) dan harga penjualan per barang, siswa dapat menentukan besar keuntungan atau kerugian seluruhnya dengan benar.

2. Diberikan harga pembelian sejumlah barang dalam satuan berat (kuintal) dan harga penjualan per barang, siswa dapat menentukan besar keuntungan atau kerugian per barang dengan tepat.

3. Diberikan harga pembelian sejumlah barang dalam satuan kuantitas (lusin) dan keuntungan per barang, siswa dapat menentukan harga penjualan per barang dengan benar.

4. Diberikan harga pembelian sejumlah barang dalam satuan berat (kilogram) dan harga penjualan per kilogram barang, siswa dapat menentukan besar keuntungan atau kerugian seluruhnya dengan benar.

3

1. Diberikan harga pembelian sejumlah barang, presentase keuntungan atau kerugian, siswa dapat menentukan harga penjualan setiap barang dengan benar.

(12)

Tabel 3

1. Diberikan harga per satuan berat (kilogram dan liter), siswa dapat menentukan harga sejumlah berat barang dengan benar.

5. Diberikan harga pembelian dan penjualan sejumlah barang dalam satuan berat (kilogram), siswa dapat menentukan besar keuntungan per satuan kilogram barang dengan tepat.

6. Diberikan harga pembelian dan dan besarnya kerugian suatu barang, siswa dapat menentukan harga penjualan barang tersebut dengan benar.

2

1. Diberikan harga pembelian sejumlah barang dan barang dalam satuan berat (kilogram), persentase keuntungan yang diinginkan, siswa dapat

menentukan harga penjualan setiap (percampuran antara dan ) barang dengan benar.

2. Diberikan harga pembelian sejumlah barang dalam satuan kuantitas (biji/buah), dan persentase kerugian, siswa dapat menentukan harga penjualan dengan benar.

1. Diberikan diskon dan harga penjualan masing-masing barang, siswa dapat menentukan harga pembelian seluruh barang dengan tepat.

2. Diberikan diskon sebesar % dan sebesar % + % serta pajak penjualan sebesar p% dan q%, siswa dapat membedakan diskon yang lebih besar dan menentukan harga pembelian dengan benar. 3. Diberikan neto dan bruto dalam satuan berat

(kilogram) serta sejumlah barang dalam satuan kuantitas (karung), siswa dapat menentukan tara dari seluruh karung dengan benar.

4. Diberikan gambar yang menyatakan berat benda beserta kemasan, neto dalam kemasan, dan berat barang tanpa kemasan, siswa dapat menentukan bruto dalam satuan kuantitas (lusin).

(13)

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran mekanistik pada kelas kontrol,

didapatkan bahwa proses pembelajaran pada kelompok kontrol berlangsung dengan baik,

baik dari aspek persiapan, kegiatan inti dan kegiatan akhir dinyatakan baik dan sesuai

dengan langkah-langkah pembelajaran mekanistik berbantuan PowerPoint.Berdasarkan hasil observasi Joyful Learning pada kelas eksperimen, didapatkan bahwa proses

pembelajaran pada kelompok eksperimen berlangsung dengan baik, baik dari aspek

persiapan, kegiatan inti dan kegiatan akhir dinyatakan baik dan sesuai dengan

langkah-langkah dalamJoyful LearningberbantuanPowerPoint.

Setelah menentukan batas atas dan batas bawah maka didapatkan tiga kelas interval

yang dikategorikan menjadi tiga ketegori yaitu rendah, cukup, dan tinggi. Berikut adalah

Tabel 3 yang akan menunjukkan deskriptif statistik skorposttest hasil belajar matematika siswa.

Tabel 3

Deskriptif Statistik SkorPosttestHasil Belajar Matematika Siswa

N Mean Std. Deviation

Nilai_Posttest 55 67.5284 16.64207 Valid N (listwise) 55

Berdasarkan Tabel 3 dapat ditentukan interval skor Posttest hasil belajar matematika siswa sebagai berikut:

Batas 1=mean+ 0,5SD

= 67,5284 + (0,5 . 16,64207)

= 67,5284 + 8,321035

= 76 (pembulatan)

Batas 1=mean- 0,5SD

= 67,5284 - (0,5 . 16,64207)

= 67,5284 - 8,321035

= 59 (pembulatan)

(14)

Interval dan Kategor

Berdasarkan interval da

sudah dibuat maka dapat dit matematika siswa yang dipe matematika dalam penelitian i E yang menggunakan Joyful normalitas dan homogenitasny perhitungan hasil belajar ada memenuhi uji normalitas dan homogen, sehingga kedua kel ditunjukkan dengan uji Shapi berdistribusi normal dan uji

0.00%

Nilai Posttest Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen

egori SkorPosttestHasil Belajar Matematika Si

l dan kategori dari skor hasil belajar matematika

ditentukan distribusi frekuensi yang nampak pa

Tabel 5

ensi SkorPosttestHasil Belajar Matematika Sis elas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

i Frekuensi skorPosttestdapat dilihat pada Gamba

Gambar 1

ensi SkorPosttestHasil Belajar Matematika Sis elas Kontrol dan Kelas Eksperimen

bar 1 menunjukkan perbandingan skor posttest diperoleh kelas kontrol dan kelas eksperimen.Ha

n ini dapat dilihat melalui posttestkedua kelas ya ul Learning berbantuan PowerPoint yang sebelum

snya melalui pretest. Uji pra syarat yang diguna adalah uji normalitas dan homogenitas. Hasil dan uji homogenitas yaitu mempunyai distribusi

kelas tersebut mempunyai kemampuan awal yang Shapiro-Wilk dengan nilai Probabilitas (P) > 0,05 uji homogenitas menggunakan Levene’s Test for 0.00%

Nilai Posttest Kelas Kontrol dan

(15)

Variancesdengan nilai sig > 0,05 yang menunjukkan variasi samadapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6

Analisis Uji Normalitas Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen padaPretest

Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa nilai signifikan Shapiro-Wilk kelas kontrol sebesar 0,510 > 0,05 dan nilai signifikan Shapiro-Wilk pada kelas eksperimen sebesar 0,104 > 0,05 sehingga data skor prettestkelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi normal.

Tabel 7 Analisis Uji TPretest

Hasil_Pretest Equal variances

assumed

Equal variances not assumed Levene's Test for

Equality of Variances

F .258

Sig. .614

t-test for Equality of Means

T -.744 -.744

Df 50 49.631

Sig. (2-tailed) .460 .460

Mean Difference -4.060 -4.060

Std. Error Difference 5.456 5.456

95% Confidence Interval of the Difference

Lower -15.019 -15.021

Upper 6.900 6.902

Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa nilai signifikan 0,614 > 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa kedua sampel memiliki variance yang sama atau dengan kata lain kedua kelas homogen.Hasil posttest juga menunjukkan bahwa kedua kelas mempunyai distribusi normal dan homogen namun kedua kelas memiliki rerata yang berbeda menurut

nilai signifikan yang dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kelas_Kontrol .085 26 .200* .965 26 .510

Kelas_Eksperimen .131 26 .200* .935 26 .104

a. Lilliefors Significance Correction

(16)

Tabel 8

Analisis Uji Normalitas Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen padaPosttest

Kelas_Kontrol Kelas_Eksperimen

Kolmogorov-Smirnov Statistic .120 .093

df 27 27

Sig. .200* .200*

Shapiro-Wilk Statistic .973 .970

df 27 27

Sig. .675 .590

*. This is a lower bound of the true significance.

Diketahui bahwa pada Tabel 8 nilai signifikan Shapiro-Wilk kelas kontrol menunjukkan nilai signifikan 0,675 atau dengan kata lain 0,675 > 0,05 dan nilai signifikan

Shapiro-Wilkkelas kontrol menunjukkan nilai signifikan 0,590 atau dengan kata lain 0,590

> 0,05 sehingga data skorposttestkelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi normal. Tabel 9

Analisis Uji tPosttest

Nilai_Posttest Equal variances

assumed

Equal variances not assumed

Levene's Test for Equality of Variances

F .048

Sig. .828

t-test for Equality of Means

T 4.522 4.521

Df 53 52.891

Sig. (2-tailed) .000 .000

Mean Difference 17.405 17.405

Std. Error Difference 3.849 3.849

95% Confidence Interval of the Difference

Lower 9.685 9.683

Upper 25.124 25.126

Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan skor koefisien t sebesar 4,522 dengan nilai sig. 2-tailed sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) dengan taraf signifikan 5% sehingga H0ditolak dan H1diterima, artinya rataan kedua sampel berbeda.

Menolak H0 artinya menerima H1 maka hipotesis yang menyatakan adanya

(17)

belajar matematika kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan rumus O2kelas eksperimen

– O2kelas kontrol.Terbukti dari rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen

yaitu 76,388 dan rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas kontrol yaitu 58,984.Maka

untuk mengetahui besarnya efektivitas adalah sebagai berikut.

Besar efektivitas = O2kelas eksperimen–O2kelas kontrol

= 76,388 - 58,984

= 17,405 atau bisa dilihat padamean deferencepada Tabel 9. Maka pengujian akhir hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut:

H0( = ) : Joyful Learning berbantuan PowerPoint pada pokok bahasan aritmatika

sosial tidak efektif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 6

Salatiga semester genap tahun ajaran 2013/2014.

H1 ( 1 2): Joyful Learning berbantuan PowerPoint pada pokok bahasan aritmatika

sosial efektif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 6 Salatiga

semester genap tahun ajaran 2013/2014.

Sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, maka hipotesis yang menyatakan Joyful Learning berbantuan PowerPoint pada pokok bahasan aritmatika sosial efektif terhadap

hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 6 Salatiga semester genap tahun

ajaran 2013/2014 diterima dengan besar efektivitasnya sebesar mean difference yaitu 17,405.

E. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa Joyful Learning berbantuan PowerPoint efektif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 6 Salatiga pada pokok bahasan aritmatika sosial semester 2

tahun ajaran 2013/2014.

F. DAFTAR PUSTAKA

Anastasia & Al-Hafizh. 2013. Using Multimedia Storyboard in Teaching Writing a Descriptive. Journal of English of Language teaching Vol. 1 No 2, September 2013 serie B Text. (Online).( http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jelt/article/view/1735, diakses tanggal 4 Februari 2014).

(18)

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Chun, dkk. 2011. A Joyful Classroom Learning System with Robot Learning Companion for Children to Learn Mathematics Multiplication.The Turkish April Vol. 10 Issue 2.

Daryanto. 2013.Inovasi Pembelajaran Efektif.Bandung: Yrama Widya.

Ginnis, Paul.2008. Trik & Taktik Mengajar Strategi Meningkatkan Pencapaian Pengajaran di Kelas. Alih Bahasa Wasi Dewanto. Jakarta : PT Indeks.

Harun, Rasyid. 2008.Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana Prima.

Hayati, Sri. 2011. Pendekatan Joyful Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). (Online)(http://pakguruonline.pendidikan.net, diakses pada tanggal 12 Februari 2014).

Hayes, Denis. 2007.Joyfully Concluding.Great Britain: Bell and Bain Ltd., Glasgow .

Hincks, Rachel. 2007. Joyful Teaching and Learning in Science. Dalam Hayes, David (Ed.)Joyful Teaching and Learning in the Primary School. Great Britain: Bell and Bain Ltd., Glasgow .

Kemendikbud. 2013a. Pengembangan Kurikulum 2013.Bahan Sosisalisasi Kurikulum 2013 di Semarang Tanggal 4 Mei 2013.

Kemendikbud. 2013b. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjamin Mutu Pendidikan.

Nursery World. 2013, 17-30 June (hlm 23-27).All about Joyful Learning.www.nurseryworld.co.uk, (diakses pada tanggal 12 Januari 2014).

Oxford Dictionaries. (Online).( http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/joy, diakses pada 1 Februari 2014).

Parette, H. P. Jr. 2011.Using Animation In Microsoft PowerPointTo Enhance Engagement and Learning In Youn Learners With Developmental Delay. TEACHING Exceptional Children, Vol. 43, pp. 58-67.

PrattdanBerry. 2007. The Joy of Mathematics. Southernhay Great Britain: Bell and Bain Ltd., Glasgow.

Pratt, N. & Berry J. The Joy of Mathematics. Dalam Hayes, David (Ed.) Joyful Teaching and Learning in the Primary School. Great Britain: Bell and Bain Ltd., Glasgow.

Salirawati. 2012. Pentingnya Penerapan Joyful Learning dalam Penciptaan Suasana

Belajar yang Menyenangkan.

(19)

Sukiman. 2012.Pengembangan Sistem Evaluasi.Yogyakarta: Insan Madani.

Suprijono, 2013.Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

TIMSS & PIRLS International Study Center. 2011. Mathematics Achievment. Boston College. Lynch School of Education.

Walle, John A. Van De. 2008. Jilid 1 Edisi Keenam. Sekolah Dasar dan Menengah Matematika Pengembangan Pengajaran. Alih Bahasa Dr. Suyono, M.Si. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Walle, John A. Van De. 2008. Jilid 2 Edisi Keenam. Sekolah Dasar dan Menengah Matematika Pengembangan Pengajaran. Alih Bahasa Dr. Suyono, M.Si. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Wolk, Steven. 2008. JOY: Joyful Learning Can Flourish in School- if You Give Joy a Chance. Educational Leadership /September.(Online). (http://teaching.monster.com/benefits/articles/6303-11-ways-to-bring-joy-into-the-classroom,diakses pada 15 Februari 2014).

Young Children. 2010. Joyful Learning and Assessment in Kindergarten May (hlm 57-59).Kindergarten Interest Forum.(Online). (http://www.absco.org.uk/ diakses pada tanggal 15 Januari 2014).

Gambar

gambar-gambar, audio, dan video.
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 3
+4

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Terdapat diskon penjualan sebesar 20.000 dan diskon pembelian

dinyatakan gugur. Indikasi kerugian dan keuntungan diteliti dari data yang tercantum dalam analisa harga satuan pekerjaan dan rekapitulasi daftar kuantitas dan harga.

Kegiatan promosi penjualan yang memberikan harga lebih murah untuk suatu pembelian produk kedua setelah melakukan pembelian produk pertama yang dipromosikan (contoh : diskon 50%

Dalam artimetika sosial ini akan dibahas tentang kegiatan yang terkait dengan dunia perekonomian, antara lain: penjualan, pembelian, keuntungan, kerugian, bunga, pajak, bruto,

Sebaliknya jika variabel diskon harga dengan dimediasi citra restoran mengalami penurunan sebesar satu satuan maka akan terjadi penurunan pada variabel niat pembelian

Akan tetapi dalam pemberian diskon tersebut terdapat ketidakjelasan dalam penghitungan harga satuan yaitu meliputi harga riil pembelian barangnya, dan diskon tersebut

Karena harga penjualan lebih dari harga pembelian, maka pedagang tersebut mengalami untung.. Tentukan persentase untung atau rugi

Jurnal retur penjualan kredit Penjualan PPN keluaran Diskon penjualan Piutang usaha Persediaan barang dagang Harga Pokok Penjualan 5.. Jurnal penerimaan piutang dengan diskon Kas