1
Gita Dwi Rahmi, 2016
PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN TERHAD AP PEND APATAN ASLI D AERAH D I KOTA D AN KABUPATEN SE-PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2009-2014
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
A. Latar Belakang Penelitian
Tujuan dari pembangunan ekonomi adalah mencapai tingkat
kemakmuran yang lebih tinggi. Pembangunan daerah merupakan bagian
integral dari pembangunan nasional yang tidak bisa dilepaskan dari prinsip
otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Dalam penjelasan Pasal 18 UUD 1945 dikemukakan bahwa (1)
oleh karena Negara Indonesia itu adalah suatu eenheidstaat, maka Indonesia
tak akan mempunyai daerah dalam lingkungan yang bersifat Staat juga; (2)
daerah Indonesia akan dibagi dalam daerah provinsi dan daerah provinsi akan
akan dibagi pula dalam daerah yang lebih kecil; (3) daerah – daerah itu
bersifat otonom (streek and locale rechtsgemeenschappen) atau bersifat
daerah administrasi belaka, semuanya menurut aturan yang akan ditetapkan
dengan undang-undang, dan (4) di daerah – daerah yang bersifat otonom akan
diadakan badan perwakilan daerah, oleh karena di daerah pun pemerintahan
akan bersendi atas dasar permusyawaratan.
Desentralisasi pada dasarnya merupakan penataan mekanisme
pengelolaan kebijaksanaan dengan kewenangan yang lebih besar diberikan
kepada daerah agar penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan
pembangunan lebih efektif dan efisien. Untuk menjamin proses desentralisasi
berlangsung dan berkesinambungan, pada prinsipnya acuan dasar dari
otonomi daerah telah diwujudkan melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 yang menyebutkan bahwa pemerintah menjalankan otonomi
Gita Dwi Rahmi, 2016
PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN TERHAD AP PEND APATAN ASLI D AERAH D I KOTA D AN KABUPATEN SE-PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2009-2014
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan
daya saing daerah.
Desentralisasi kemudian menimbulkan juga hubungan keuangan
antara pemerintah pusat dan daerah, seperti yang dinyatakan Suparmoko
(2013:327):
Hubungan keuangan antar pemerintah (intergovernmental fiscal relations) menunjuk pada hubungan keuangan antar berbagai tingkatan pemerintahan di suatu negara dalam kaitannya dengan distribusi pendapatan negara dan pola pengeluarannya, termasuk kekuasaan daritingkat pemerintahan yang lebih tinggi terhadap tingkat pemerintahan yang lebih rendah.
Hubungan keuangan tersebut disebutkan pula oleh Deddi dan
Ayuningtyas (2011:25):
Perimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintah daerah mencakup pembagian keuangan antara pemerintah dan pemerintah daerah secara proporsional, demokratis, adil, dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah.
Dalam batas-batas yang disepakati, otonomi daerah tidak berarti
terlepas dari Negara kesatuan dan kaidah-kaidah serta aturan-aturan yang
mengikat bangsa ini menjadi satu. Maksud diadakannya otonomi adalah demi
kesejahteraan masyarakat di daerah dan seluruh tanah air, maka desentralisasi
di berbagai bidang itu akan berpengaruh positif bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia, kebutuhan
akan sumber penerimaan daerah yang dapat diandalkan dirasa semakin
diperlukan. Hal ini terkait pembiayaan pemerintah daerah dalam
melaksanakan pemerintahan dan pembangunan. Pemerintah kabupaten/kota
harus mampu memenuhi kebutuhan di daerahnya masing-masing. Pemerintah
kabupaten/kota dituntut kemandiriannya dalam pemenuhan pembiayaan
kebutuhan tersebut sehingga penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan
dapat dilaksanakan dengan baik. Oleh karena itu, pemerintah daerah memiliki
kewenangan untuk mencari dan mengelola sendiri sumber penerimaan
Gita Dwi Rahmi, 2016
PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN TERHAD AP PEND APATAN ASLI D AERAH D I KOTA D AN KABUPATEN SE-PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2009-2014
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pasal 6 yang menyebutkan bahwa Pendapatan Daerah bersumber dari
Pendapatan Asli Daerah (Pajak Daerah, Retribusi Daerah, hasil pengelolaan
kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah), Dana
Perimbangan, Pinjaman Daerah, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah
(meliputi hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro,
pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing dan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah).
Otonomi daerah dapat menumbuhkan prakarsa dan kreativitas serta
meningkatkan peran masyarakat dalam pengembangan suatu daerah. Otonomi
daerah bukan hanya tanggung jawab pemerintah daerah setempat namun juga
tugas seluruh masyarakatnya agar tercipta pemerintahan dan pembangunan
yang harmonis dan mandiri.
Otonomi daerah selain memberikan hak kepada daerah untuk
mengurus kepentingannya sendiri, juga membawa kewajiban. Kedua aspek ini
harus dapat diserasikan oleh pemerintah dan masyarakat. Kemampuan
memanfaatkan potensi daerah sebagai sumber pembiayaan pembangunan
daerah sangat penting dalam mengefektifkan desentralisasi bagi kepentingan
daerah dan masyarakatnya. Hal ini memberikan peluang besar terhadap
pengelolaan sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah, sektor pariwisata
kemudian menjadi salah satu sumber penerimaan pajak dan retribusi yang
paling potensial. Pemerintah kabupaten/kota harus mengoptimalkan setiap
potensi pariwisata yang ada karena hal tersebut adalah salah satu upaya
peningkatan penerimaan daerah, juga kesejahteraan masyarakat setempat.
Semakin banyak sumber-sumber penerimaan daerah tersebut maka akan
semakin besar pula Pendapatan Asli Daerah yang diterima.
Menurut Suwantoro (2004:37) disebutkan bahwa:
Gita Dwi Rahmi, 2016
PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN TERHAD AP PEND APATAN ASLI D AERAH D I KOTA D AN KABUPATEN SE-PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2009-2014
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan adanya industri pariwisata karena industri pariwisata dapat menciptakan lapangan kerja baru.
Adanya aktivitas kepariwisataan dapat menghidupkan sektor-sektor
usaha di belakangnya, seperti akomodasi, ketersediaan food and baverage,
kebutuhan atraksi, daya tarik, transportasi lokal, kebutuhan jasa pemandu
wisata yang akan digunakan, ketersediaan fasilitas belanja, sampai dengan
ketersediaan cinderamata yang akan dibawa pulang oleh wisatawan.
Pemerintah daerah memeperoleh pajak dari usaha-usaha yang muncul akibat
adanya industri pariwisata tersebut.
Industri kepariwisataan memiliki kontribusi yang sangat signifikan
dalam pembangunan ekonomi nasional, terutama perannya sebagai instrument
peningkatan perolehan devisa di luar minyak dan gas (non migas), hasil hutan
dan tambang yang menurut perkiraan para ahli sudah menurun secara drastis.
Industri pariwisata merupakan alternatif yang tepat karena industri ini akan
selalu berkembang seiring berkembangnya zaman, berbeda dengan
sumber-sumber daya yang tidak dapat diperbaharui.
Pengembangan sektor pariwisata tidak hanya dilakukan oleh
pemerintah daerah, masyarakat setempat juga memiliki peran sangat besar di
dalamnya. Didukung oleh kreativitas dan inovasi setiap elemen masyarakat
yang ada, sektor pariwisata menjadi sumber penerimaan yang menjanjikan,
apa lagi dengan diberlakukannya Community Based Tourism (CBT).
Community Based Tourism (CBT) yaitu konsep pengembangan suatu destinasi
wisata melalui pemberdayaan masyarakat lokal, dimana masyarakat turut
andil dalam perencanaan, pengelolaan, dan pemberian suara berupa keputusan
dalam pembangunannya.
Menurut Pinel dalam (Hadiwijoyo, 2012:71) :
Gita Dwi Rahmi, 2016
PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN TERHAD AP PEND APATAN ASLI D AERAH D I KOTA D AN KABUPATEN SE-PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2009-2014
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
setiap potensi pariwisata yang ada yang bersifat multisektoral, seperti perhotelan setempat, restoran/rumah makan, tempat-tempat hiburan, usaha perjalanan, dan objek-objek wisata.
Keberhasilan pengembangan sektor pariwisata suatu daerah akan
membantu meningkatkan penerimaan daerah itu sendiri. Pariwisata
merupakan industri jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang
kompleks karena mencakup pergerakan wisatawan dari daerah atau negara
asal, ke daerah tujuan wisata, hingga kembali ke tempat asal, tentunya
melibatkan berbagai komponen seperti biro perjalanan, pemandu wisata, agen
transportasi, sehingga memicu pertumbuhan ekonomi di suatu daerah.
Sejalan dengan Yoeti (2008:28) yang menyebutkan bahwa:
Pariwisata sebagai suatu faktor pengembangan ekonomi, peran dan pentingnya pariwisata internasional, karena pariwisata tidak hanya sebagai sumber perolehan devisa, akan tetapi juga suatu faktor menentukan lokasi industri dan pengembangan wilayah yang miskin dan sumber-sumber alam.
Jawa Barat memiliki potensi pariwisata yang tinggi. Selain karena
letaknya yang strategis, yakni berada dekat dengan ibu kota, Jawa Barat
memiliki kenampakan alam yang luar biasa mulai dari laut, daratan, hingga
pegunungan serta keragaman kuliner. Menurut Kementrian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif, Jawa Barat adalah provinsi kedua di Indonesia yang paling
banyak dikunjungi wisatawan. Sejalan dengan Visi Jawa Barat yakni
menjadikan Jawa Barat sebagai Pusat Budaya dan Destinasi Wisata Berkelas
Dunia, Jawa Barat memaksimalkan sumber daya yang dimiliki dalam rangka
pengembangan industri pariwisatanya. Berikut adalah pertumbuhan
Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2014:
Tabel 1. 1
Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2014
(dalam rupiah)
No. Tahun TOTAL PAD PERSENTASE PERTUMBUHAN
Gita Dwi Rahmi, 2016
PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN TERHAD AP PEND APATAN ASLI D AERAH D I KOTA D AN KABUPATEN SE-PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2009-2014
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2 2010 324,754,605,150 1%
3 2011 365,689,539,567 13%
4 2012 417,930,754,626 14%
5 2013 421,794,637,554 1%
6 2014 417,184,938,798 -1%
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat (2014) (diolah)
Dari tabel 1.1 dapat diketahui bahwa pertumbuhan Pendapatan Asli
Daerah Provinsi Jawa Barat dari tahun 2009-2014 mengalami peningkatan dan
penurunan. Peningkatan yang paling besar terjadi di tahun 2012 yakni 14%
dari pada tahun-tahun sebelumnya, namun di tahun berikutnya peningkatan
yang terjadi tidak begitu berarti apabila dibandingkan dengan total realisasi
Belanja Daerah. Jumlah Pendapatan Asli Daerah bahkan menurun 1% pada
tahun 2014.Sementara itu, Realisasi Belanja Daerah di kota dan kabupaten
se-Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut :
Tabel 1. 2
Realisasi Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2014
(dalamrupiah)
Nomor Tahun Total Belanja
1 2009 29,652,139,000,000.00
2 2010 34,247,796,000,000.00
3 2011 40,207,086,000,000.00
4 2012 46,363,883,000,000.00
5 2013 55,078,037,000,000.00
6 2014 60,148,106,000,000.00
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat (diolah)
Bila dibandingkan dengan Realisasi Belanja Daerah di Provinsi Jawa
Barat, jelas bahwa Pendapatan Asli Daerah meskipun dalam beberapa tahun
mengalami kenaikan tetap belum mampu memenuhi kebutuhan daerah
khususnya belanja daerah.Kebutuhan belanja daerah Jawa Barat belum bisa
Gita Dwi Rahmi, 2016
PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN TERHAD AP PEND APATAN ASLI D AERAH D I KOTA D AN KABUPATEN SE-PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2009-2014
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diperoleh.Permasalahan yang dihadapi pemerintah daerah umumnya berkaitan
dengan kurangnya penggalian sumber-sumber pajak dan retribusi daerah yang
merupakan salah satu komponen dari PAD, sehingga Pendapatan Asli Daerah
belum memberikan konstribusi yang optimal terhadap Belanja Daerah secara
keseluruhan. Dengan demikian pemerintah daerah dikatakan masih
bergantung pada pemerintah pusat.
Seperti yang dijelaskan Indraningrum (2011) dalam penelitiannya
yang berjudul Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah
terhadap Belanja Langsung bahwa ketika Pendapatan Asli Daerahnya tidak
cukup untuk membiayai belanja daerah maka Pemerintah Pusat akan
memberikan bantuan berupa Dana Alokasi Umum agar kebijakan ekonomi
masih dapat berjalan efektif dan efisien. Tujuan dari transfer dana dari
Pemerintah Pusat ke Pemerintah daerah ini adalah untuk mengurangi
kesenjangan fiskal antar pemerintah daerah dan menjamin tercapainya standar
pelayanan publik minimum di seluruh negeri (Maimunah, 2006). Sayangnya,
semakin besar Dana Alokasi umum yang diberikan, maka suatu daerah
dikatakan semakin tidak mandiri.
Begitu pula dengan yang dijelaskan oleh Pamudji (dalam Kaho
2001:125) bahwa:
…ketika pemerintahan daerah tak dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan dan pembangunan, maka kondisi keuangan inilah merupakan salah satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri.
Agar pemerintah daerah bisa mengurangi ketergantungan terhadap
pemerintah pusat dan dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, maka
sumber-sumber penerimaan harus ditingkatkan. Untuk mengoptimalkan
sumber-sumber penerimaan tersebut, sektor pariwisata bisa menjadi salah
satu solusi yang menjanjikan dengan cara memaksimalkan kunjungan
wisatawan yang datang ke daerah. Seperti yang dijelaskan oleh Inkson dan
Gita Dwi Rahmi, 2016
PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN TERHAD AP PEND APATAN ASLI D AERAH D I KOTA D AN KABUPATEN SE-PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2009-2014
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
The physical flows of tourists into destination is usually accompanied by flows of their money too; money that is earned in generating region, but spent in the destination on products that would be unlikely to exist without tourism, such as commercial accommodation, attractions and conference facilities, and also products that primaly serve the local community, for instance shops, restaurants, and local transport.
Dari pernyataan tersebut bisa diketahui bahwa pergerakan kunjungan wisatawan ke daerah destinasi wisata akan diikuti pula oleh “pergerakan” uang yang mereka bawa dari tempat asal. Uang tersebut akan dibelanjakan
untuk produk-produk pariwisata yang tentunya tidak akan ada apabila tidak
ada destinasi wisata. Produk pariwisata tersebut dapat berupa atraksi,
akomodasi, restoran, dan sarana transportasi lokal. Dengan begitu industri
pariwisata menjadi komponen yang penting dalam meningkatkan pendapatan
dan kunjungan wisatawan ini karena kut menentukan jumlah penerimaan
yang bisa dihasilkan oleh daerah melalui sektor pariwisata. Maka dari itu
penulis mengambil judul penelitian “Pengaruh Jumlah Kunjungan
Wisatawan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota dan Kabupaten
Se-Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2014”.
B. Identifikasi Masalah
Sektor pariwisata merupakan sumber penerimaan daerah yang
menjanjikan. Wahab (2003:7) menyebutkan bahwa:
Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya.
Aspek ekonomi pariwisata berhubungan dengan kegiatan ekonomi
yang langsung berkaitan dengan kegiatan pariwisata, seperti usaha
perhotelan, tansportasi, telekomunikasi, bisnis eceran, dan penyelenggaraan
paket pariwisata, yang tentunya merupakan kebutuhan wisatawan yang
Gita Dwi Rahmi, 2016
PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN TERHAD AP PEND APATAN ASLI D AERAH D I KOTA D AN KABUPATEN SE-PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2009-2014
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam penelitian ini diidentifikasi bahwa kunjungan wisatawan dalam
industri pariwisata memberikan manfaat terhadap peningkatan penerimaan
Pendapatan Asli Daerah, karena keberadaan wisawatan akan menghidupkan
sektor-sektor usaha di sekitar tempat para wisatawan tersebut berkunjung. Hal
ini sejalan dengan Holloway dan Humphreys (2012:108) yang menyatakan
bahwa:
The money spent directly by the tourist is considered to be the direct income received by the destinations. This spend goes to tourism business, which provide tourist with the good and services they require for their holiday (for example, accommodation, meals, guided tours).
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa wisatawan yang
datang berkunjung ke daerah-daerah tujuan wisata akan menghabiskan
uangnya untuk memenuhi kebutuhan akomodasi, makanan, maupun jasa
pemandu wisata. Uang yang mereka belanjakan di tempat-tempat tersebut
akan menjadi penerimaan langsung bagi daerah yang bersangkutan melalui
pajak yang dipungut oleh pemerintah.
Begitu pula yang diikemukakan oleh Damardjati (dalam Sihite
2000:54):
Industri pariwisata adalah rangkuman dari berbagai macam yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk/jasa-jasa/layanan-layanan atau servis, yang nantinya baik secara langsung ataupun tidak langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan selama perjalanannya.
Sedangkan menurut Inkson dan Minneart (2012:200) menyebutkan
bahwa “Tourism can be a source of income for the government via taxes”,
yang artinya pariwisata bisa menjadi sumber penerimaan bagi pemerintah
melalui pajak yang diperoleh dari industri tersebut. Pajak-pajak tersebut
diperoleh dari fasilitas-fasilitas yang digunakan wisatawan, seperti yang
dijelaskan Pendit (2007:34) yang menyebutkan bahwa :
Gita Dwi Rahmi, 2016
PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN TERHAD AP PEND APATAN ASLI D AERAH D I KOTA D AN KABUPATEN SE-PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2009-2014
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang dibelinya.Makin banyak orang-orang “luar” yang datang makin bertambah jumlah pajak yang diperoleh pemerintah.
Orang-orang “luar” menurut Pendit (2007:34) adalah wisatawan
mancanegara dan domestik yang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata.
Oleh karena itu, perkembangan pariwisata diharapkan dapat berperan multi
ganda (multiplier effect), yakni memiliki manfaat ekonomi melalui perolehan
devisa negara dan manfaat pada masyarakat setempat.
Masyarakat setempat akan berlomba-lomba meningkatkan kreativitas
mereka dalam rangka memajukan daerahnya masing-masing dengan adanya
industri pariwisata di daerah tersebut. Cinderamata akan beragam, pilihan
transportasi akan bermacam-macam, industri kuliner semakin beraneka rasa,
dan lain sebagainya agar pendapatan mereka meningkat. Sedangkan menurut
penelitian yang dilakukan oleh Suartini (2013), menyatakan bahwa
kunjungan wisatawan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah. Dapat
disimpulkan baik wisatawan domestik maupun mancanegara sama-sama
membutuhkan pelayanan di setiap tempat yang mereka kunjungi. Maka dari
itu banyaknya jumlah kunjungan wisatawan menetukan besarnya penerimaan
yang diperoleh dari wilayah pariwisata tersebut.
Berdasarkan pendapat para ahli dan penelitian terdahulu di atas dapat
disimpulkan bahwa sumbangan sektor pariwisata melalui kunjungan
wisatawan mengakibatkan perolehan pajak dari daerah destinasi pariwisata
meningkat dan melalui sektor pariwisata yang meningkat itu pula Pendapatan
Asli Daerah ikut meningkat.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskanlah
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran jumlah kunjungan wisatawan di kota dan
kabupaten se-Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2014.
2. Bagaimana gambaran Pendapatan Asli Daerah di kota dan kabupaten di
Gita Dwi Rahmi, 2016
PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN TERHAD AP PEND APATAN ASLI D AERAH D I KOTA D AN KABUPATEN SE-PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2009-2014
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Bagaimana pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap Pendapatan
Asli Daerah di kota dan kabupaten se-Provinsi Jawa Barat Tahun
2009-2014.
D. Maksud dan Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat berapa besar pengaruh jumlah
kunjungan wisatawan terhadap Pendapatan Asli Daerah di kota dan
kabupaten se-Provinsi Jawa Barat.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui gambaran jumlah kunjungan wisatawan di kota dan
kabupaten se-Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2014.
2. Untuk mengetahui gambaran Pendapatan Asli Daerah di kota dan
kabupaten se-Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2014.
3. Untuk mengetahui pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap
Pendapatan Asli Daerah di kota dan kabupaten se-Provinsi Jawa Barat
Tahun 2009-2014.
E. Manfaat Penelitian
Selain dilakukan untuk mencapai tujuan, penelitian ini harus memiliki
manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Penelitian ini diharapkan
mampu memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait di dalamnya,
seperti :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapan dapat menjadi sumber informasi kepada
pihak berkepentingan dan bagi pengembangan ilmu Akuntansi khususnya
Akuntansi Sektor Publik dengan kajian pentingnya dalam upaya
peningkatan Pendapatan Asli Daerah trerkait pengelolaan retribusi, pajak
hiburan, pajak restoran dan pajak hotel.
2. Manfaat praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat
Gita Dwi Rahmi, 2016
PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN TERHAD AP PEND APATAN ASLI D AERAH D I KOTA D AN KABUPATEN SE-PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2009-2014
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Menjadi bahan pertimbangan penentuan kebijakan-kebijakan
mengenai pajak yang dikenakan terhadap objek wisata, restoran, hotel
dan tempat hiburan agar pemungutan pajak dapat dilakukan dengan
maksimal.
b. Menjadi bahan acuan dan referensi bagi Pemerintah Provinsi Jawa
Barat maupun Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat
terkait pengembangan industri pariwisata untuk meningkatkan