• Tidak ada hasil yang ditemukan

s mat 050318 chapter2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "s mat 050318 chapter2"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Agi Nugraha , 2013

Pembelajaran Matematika Melalui Metode Personalized System Of Instruction (PSI) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Komunikasi Matematis

Komunikasi melalui interaksi sosial memiliki peranan penting dalam

membina pengetahuan matematika siswa. Oleh karena itu, guru hendaknya

mewujudkan komunikasi yang berbentuk interaksi sosial di kalangan siswa

dengan siswa, siswa dengan guru dalam proses pembelajaran matematika. Melalui

tindakan tersebut guru dapat membantu siswa dalam meningkatkan dan

memperbaiki pengetahuan matematika yang telah terbiasa sebelumnya.

Interaksi antara siswa dengan guru dan teman sebayanya merupakan

”denyut nadi” proses pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, interaksi sosial di

antara siswa dengan guru, siswa dengan bahan ajar, siswa dengan siswa, secara

individu atau kelompok merupakan salah satu proses komunikasi yang harus

diwujudkan dalam proses pembelajaran matematika.

Menurut Abdulhak (Ansari, 2003), komunikasi dimaknai sebagai proses

penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima melalui saluran tertentu untuk

tujuan tertentu. Di lain pihak, Roger (Sunata, 2009) mengartikan komunikasi

sebagai proses para partisipan/peserta saling berbagi informasi satu sama lain

guna mencapai pengertian timbal balik. Sedangkan Grebner (Sunata, 2009)

mengemukakan bahwa komunikasi adalah interaksi sosial melalui simbol dan

sistem penyampaian pesan dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi

(2)

salah satu keterampilan proses, yaitu berkaitan dengan kemampuan siswa dalam

menyampaikan atau menerima gagasan/idea agar lebih kreatif, baik melalui lisan

maupun tulisan.

Berdasarkan beberapa pengertian komunikasi di atas, terdapat satu

kesamaan bahwa dalam komunikasi harus terdapat beberapa faktor di antaranya

pemberi informasi (komunikator), penerima informasi (komunikan), dan

pesan/informasi itu sendiri. Komunikasi merupakan wahana atau sarana untuk

mengungkapkan perasaan, gagasan, penemuannya pada orang lain saat

berinteraksi. Dengan demikian pengertian komunikasi adalah proses penyampaian

dan penerimaan informasi antara dua orang atau lebih, baik secara lisan maupun

tulisan.

Baroody (Ansari, 2003) mengungkapkan bahwa komunikasi adalah

kemampuan siswa yang dapat diukur melalui aspek-aspek:

a. Representasi (Representing)

Representasi adalah bentuk baru sebagai hasil translasi dari suatu

masalah atau ide; translasi suatu diagram atau model fisik ke dalam

simbol kata-kata.

b. Mendengar (Listening)

Mendengarkan merupakan sebuah aspek yang sangat penting ketika

berdiskusi. Begitupun dalam kemampuan komunikasi, mendengar

merupakan aspek yang sangat penting untuk dapat terjadinya

(3)

c. Membaca (Reading)

Reading adalah aktivitas membaca secara aktif untuk mencari jawaban

atas pertanyaan yang telah disusun. Membaca aktif berarti membaca

yang difokuskan pada paragraf-paragraf yang diperkirakan

mengandung jawaban yang relevan dengan pertanyaan.

d. Diskusi (Discussing)

Mendiskusikan sebuah idea adalah cara yang baik bagi siswa untuk

menjauhi ketidakkonsistenan, atau suatu keberhasilan kemurnian

berpikir. Selain itu, dengan diskusi dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis.

e. Menulis (Writing)

Menulis adalah suatu aktivitas yang dilakukan dengan sadar untuk

mengungkapkan dan merefleksikan pikiran. Dengan menulis

seseorang telah melalui tahap proses berpikir keras yang kemudian

dituangkan ke dalam kertas. Dalam komunikasi, menulis sangat

diperlukan untuk merangkum pembelajaran yang telah dilaksanakan,

dituangkan dalam bahasa sendiri sehingga lebih mudah dipahami dan

lebih lama tersimpan dalam ingatan.

Sementara itu komunikasi matematis menurut Schoen, dkk (Ansari, 2003)

adalah kemampuan siswa dalam hal menjelaskan suatu algoritma dan cara unik

(4)

sajian fenomena dunia nyata secara grafik, kata-kata/kalimat, persamaan, tabel,

dan sajian secara fisik. Pandangan lain datang dari Greenes dan Schulman

(Ansari, 2003) yang menyatakan bahwa, komunikasi matematis adalah:

kemampuan (1) menyatakan idea matematika melalui ucapan, tulisan,

demonstrasi, dan melukiskannya secara visual dalam tipe yang berbeda; (2)

memahami, menafsirkan, dan menilai idea yang disajikan dalam tulisan, lisan,

atau dalam bentuk visual; dan (3) mengonstruk, menafsirkan, dan

menghubungkan bermacam-macam representasi idea dan hubungannya.

Selanjutnya Sullivan & Mousley (Ansari, 2003) mempertegas bahwa komunikasi

matematis bukan hanya sekedar menyatakan idea melalui tulisan tetapi lebih luas

lagi yaitu kemampuan siswa dalam hal bercakap, menjelaskan, menggambarkan,

mendengar, menanyakan, klarifikasi, bekerja sama (sharing), menulis, dan

akhirnya melaporkan apa yang telah dipelajari.

Ansari (2003) membagi komunikasi matematis menjadi dua, yaitu

komunikasi matematis lisan dan komunikasi matematis tulisan. Komunikasi

matematis lisan diartikan sebagai suatu peristiwa saling interaksi (dialog) yang

terjadi dalam suatu lingkungan kelas atau kelompok kecil, terjadi pengalihan

pesan berisi tentang materi dalam matematika yang sedang dipelajari baik antar

guru dengan siswa maupun antar siswa itu sendiri. Sedangkan komunikasi

matematis tulisan adalah kemampuan atau keterampilan siswa dalam

menggunakan kosa katanya, notasi, dan struktur matematis baik dalam bentuk

(5)

Menurut NCTM (Sunata, 2009) kemampuan komunikasi matematis perlu

dibangun dalam diri siswa agar dapat:

1) Memodelkan situasi dengan lisan, tertulis, gambar, grafik, dan secara

aljabar,

2) Merefleksikan dan mengklarifikasi dalam berpikir mengenai gagasan

matematis dalam berbagai situasi,

3) Mengembangkan pemahaman terhadap gagasan-gagasan matematis

termasuk peranan definisi-definisi dalam matematika,

4) Menggunakan keterampilan membaca, mendengar, dan menulis untuk

menginterpretasikan dan mengevaluasi gagasan matematis,

5) Mengkaji gagasan matematis melalui konjektur dan alasan yang

meyakinkan, dan

6) Memahami nilai dari notasi dan peran matematika dalam

pengembangan gagasan matematika.

Baroody (Ansari, 2003) menyebutkan sedikitnya ada dua alasan penting

mengapa komunikasi dalam pembelajaran matematika perlu

ditumbuhkembangkan di kalangan SMP. Pertama, mathematics as language,

artinya matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir, alat untuk menemukan

pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga

an invaluable tool for communicating a variety of ideas clearly, precisely, and

succinctly.” Kedua, mathematics learning as social activity, artinya sebagai

(6)

interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan siswa. Hal ini

merupakan bagian penting untuk ”nurturing children’s mathematical potential.”

Pada saat pembelajaran matematika, komunikasi berperan efektif dalam

mengembangkan pengetahuan siswa. Melalui komunikasi yang baik, siswa dapat

merepresentasikan pengetahuannya sehingga bila terjadi salah konsep dapat

segera diantisipasi dan transfer ilmu pengetahuan terhadap siswa lainnya dapat

dilaksanakan.

Melihat begitu pentingnya komunikasi matematis dalam pembelajaran

matematika, NCTM (Sunata, 2009) menyatakan bahwa program pelajaran

matematika di sekolah yang baik salah satunya adalah harus menekankan siswa

dalam menggunakan bahasa matematis untuk mengekspresikan idea-idea

matematis secara benar.

Adapun kemampuan komunikasi matematis yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematis tertulis. Kemampuan

komunikasi matematis tertulis dapat dilihat dari kemampuan dan keterampilan

siswa dalam menggunakan kosa katanya, notasi, dan struktur matematis ketika

menyatakan suatu permasalahan melalui representasi (Dewi, 2006). Bentuk

representasi ini digolongkan ke dalam tiga kategori indikator besar, yaitu:

a. Pemunculan model konseptual, seperti gambar, diagram, tabel, dan

grafik (aspek drawing),

b. Membentuk model matematis atau persamaan aljabar (aspek

(7)

c. Argumentasi yang didasarkan pada analisis terhadap gambar dan

konsep-konsep formal (aspek written text).

Menurut Ross (Sunata, 2009), beberapa indikator yang dapat digunakan

untuk melihat kemampuan komunikasi matematis tertulis adalah:

1) Use multiple representations to express mathematical concepts and

solutions;

2) Represent problem situations and express their solutions using

pictorial, tabular, graphical, and algebraic methods;

3) Use mathematical language and symbolism appropriately;

4) Describe situatins matehamatically by providing mathematical ideas

and evidence in written form;

5) Present results in written form.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka indikator yang digunakan untuk

melihat kemampuan komunikasi matematis siswa pada penelitian ini adalah:

1) Menggambarkan situasi masalah menggunakan gambar, tabel, grafik.

2) Menggunakan representasi menyeluruh untuk menyatakan konsep

matematis dan solusinya.

3) Menyatakan hasil dalam bentuk tertulis.

Untuk mengukur skor terhadap soal-soal komunikasi matematis yang

menggunakan representasi, Helmaheri (Dewi, 2006) mengemukakan alternatif

acuan pemberian skor menurut aturan Hollistic Scoring Rubrics seperti yang

(8)

Tabel 2.1

Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan tidak memahami konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa

Menurut Fontana (Suherman, 2001) belajar merupakan proses perubahan

tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman, bersifat

internal dan unik dalam diri siswa. Sedangkan pembelajaran merupakan penataan

lingkungan agar proses belajar tumbuh dan berkembang secara optimal, bersifat

eksternal dan sengaja direncanakan.

Hakikat pembelajaran termasuk pembelajaran matematika adalah proses

(9)

antar siswa maupun dengan sumber belajar (Suherman, 2001). Proses komunikasi

dalam pembelajaran akan lebih efektif bila siswa ikut berpartisipasi aktif, karena

itu perlu ditekankan agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran itu sendiri.

Dalam proses pembelajaran terdapat kegiatan belajar yang dibedakan

menjadi dua (Suherman, 2001) yaitu belajar dengan menghafal (rote learning) dan

belajar dengan pengertian (meaningful learning). Pada pembelajaran matematika

hendaknya siswa dapat menguasai materi pelajaran tidak hanya terbatas pada

tahap ingatan tanpa pengertian (rote learning) tetapi materi pelajaran dapat

diserap secara bermakna (meaningful learning).

Pembelajaran bermakna atau belajar dengan pengertian (meaningful

learning) dimaksudkan sebagai cara mengajarkan materi pelajaran yang

mengutamakan pengertian daripada hafalan, bukan belajar menerima maupun

menghafal dan yang diutamakan adalah prosesnya, sedang hasilnya nomor dua

(Suherman, 2001). Dalam belajar bermakna aturan-aturan atau konsep-konsep

matematis tidak disajikan dalam bentuk jadi tetapi sebaliknya konsep-konsep

tersebut sebaiknya ditemukan oleh siswa.

Dalam suatu pembelajaran, materi atau bahan pelajaran dapat disajikan

menggunakan pendekatan ataupun metode tertentu. Pendekatan pembelajaran

dalam matematika merupakan suatu konsep atau prosedur yang digunakan dalam

membahas suatu bahan pelajaran untuk mencapai tujuan mengajar. Sedangkan

(10)

bahan pelajaran misalnya metode ceramah, metode tanya jawab, dan lain-lain

(Suherman, 2001).

Selain siswa aktif dan belajar bermakna, proses pembelajaran seyogyanya

bukan sekedar transfer gagasan dari guru kepada siswa, namun merupakan suatu

proses yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melihat dan memikirkan

gagasan yang diberikan. Nicson (Lestarini, 2009) mengemukakan bahwa dalam

pembelajaran matematika konsep atau prinsip-prinsip matematis dibangun sendiri

oleh siswa dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi sehingga

konsep atau prinsip itu terbentuk. Dalam pembelajaran matematika pada saat

sekarang ini diharapkan siswa dapat menerapkan matematika secara baik dalam

kehidupan mereka. Dengan hal tersebut diharapkan matematika lebih

memasyarakat dan tidak dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan

menakutkan.

C. Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Personalized

System of Instruction (PSI)

1.The Keller Plan

PSI dikenal sebagai the Keller Method atau The Keller Plan (Irawan,

2006) metode ini diujicobakan berdasarkan hasil observasi dasar yang

dilakukan Keller beserta rekan – rekannya yang memberikan hasil berikut :

a. Jika semua siswa diharapkan untuk mencapai tingkat penguasaan minimal yang sama, maka mereka semua tidak dapat diharapkan untuk mencapainya dalam selang waktu yang sama

b. Materi dalam jumlah kecil akan lebih mudah diserap oleh siswa daripada materi dalam jumlah besar

(11)

Hasil observasi menunjukkan adanya perbedaan karakteristik siswa

yang tak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Perbedaan

karakteristik ini menyebabkan pemenuhan kebutuhan belajar setiap peserta

didik yang bebeda-beda.

PSI dikembangkan oleh Keller (1968) terutama digunakan di tingkat

universitas untuk mengatasi sistem kuliah konvensional (Ali, 2004). Menurut

Nasution (1984) :

....sistem ini memberi perhatian yang khusus kepada setiap pelajar, memberi mereka kesempatan untuk maju menurut kecepatan masing-masing dan diharuskan menguasai satuan pelajaran sebelum diperkenankan untuk mempelajari pelajaran berikutnya. Tews banyak memberi penilaian sebagai feedback dengan bantuan mahasiswa senior atau mahasiswa yang mengikuti kuliah itu yang sudah lebih maju dari yang memerlukan bantuan. Komunikasi antara pengajar dengan mahasiswa kebanyakan dilakukan secara tertulis, sedangkan perkuliahan terutama dimaksudkan untuk memberi motivasi belajar, jadi bukan untuk memberikan bahan baru. Selain memeriksa tes, mahasiswa senior dimanfaatkan juga untuk berperan sebagai tutor. Peranan dosen terutama untuk memberikan motivasi dan stimulasi kepada mahasiswa dalam belajar.

PSI dalam pelaksanaannya sudah mencerminkan sistem pengajaran

individual dengan beberapa modifikasi. Langkah-langkah yang ditempuh

dalam pengajaran sangat memperhatikan perbedaan individual. Satu hal yang

menambah keefektifan PSI adalah penggunaan tutor untuk siswa yang

memerlukan bantuan dalam rangka pencapaian taraf penguasaan penuh. Tutor

ini biasanya diambil dari asisten pengajar, atau dapat juga diambil dari siswa

di kelas bersangkutan yang telah mencapai taraf penguasaan penuh dan

(12)

Kalau diperhatikan PSI merupakan salah satu strategi belajar tuntas

yang dikembangkan oleh Bloom. Namun satu hal yang sangat prinsip adalah

bahwa Keller dalam merumuskan PSI telah menerapkan sistem pembelajaran

individual. Hal ini terlihat dari penggunaan bahan tertulis Russefendi (2006)

menyatakan bahwa ”Perencanaan Keller terdiri atasa sebuah buku teks

standar dan sejumlah pedoman tertulis untuk belajar. Pedoman ini berisi

tujuan instruksional khusus tentang unit yang dipelajari dan bertindak sebagai

penghubung antar buku teks (materi buku) dengan pertanyaan-pertanyaan.”

Oleh karena itu, PSI dapat dipandang sebagai salah satu bentuk sistem

pembelajaran yang menekankan kepada belajar tuntas melalui sistem

pengajaran individual dengan modifikasi pengajaran kelompok.

Sebagai suatu metode yang merupakan sistem ketuntasan belajar, PSI

sangat mementingkan perhatian terhadap perbedaan individu dalam

menguasai materi yang dipelajari. Sehingga asas perbedaan individu sangat

diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode PSI sebagai

konsekuensinya, PSI banyak memberikan feedback (balikan) yang dilakukan

dengan cara memberikan pengajaran sesuai dengan tujuan yang gagal dicapai

siswa melalui kegiatan yang dinamakan proctoring.

2. Karakteristik Metode PSI

Pada dasarnya PSI adalah suatua metode yang mempunyai karakteristik

self paced learning, mastery learning, sarana untuk memotivasi,

(13)

pembelajaran. Penjelasan mengenai masing-masing karakteristik dari metode

PSI diuraikan sebagai berikut:

a. Self paced learning

Popham, dkk(Agustian, 2009) menjelaskan bahwa self paced learning

adalah suatu jenis situasi belajar yang memberikan fleksibilitas waktu bagi

siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan

kemampuan rata-rata belajarnya. Adanya fleksibilitas waktu diakrenakan

adanya perbedaan kecepatan siswa dalam memahami suatu materi. Beberapa

siswa belajar lebih cepat dibanding yang lainnya. Dan mereka mampu

mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cepat. Sedangkan beberapa

siswa yang lain membutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk mencapai

tujuan yang sama.

b. Mastery learning

Mastery learning atau pembelajaran tuntas adalah pendekatan dalam

pembelajaran yang mempersyaratkan siswa menguasai secara tuntas seluruh

standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu.

Dengan kata lain, siswa harus dapat menunjukkan kemampuan minimal yang

dicapainya setelah mengikuti proses pembelajaran. Apabila siswa belum

dapat menunjukkan kemampuan minimal yang telah ditentukan, maka siswa

tersebut perlu mendapatkan perhatian dan perlakuan khusus sebelum

mempelajari mateeri selanjutnya. Ali (2008) menyatakan dua macam cara

meninjau pengertian dari mastery learning, yaitu berdasarkan definisi yang

(14)

yang diungkapkan oleh Fred S. Keller (1968). Bloom memandang mastery

sebagai kemampuan siswa untuk menyerap inti pelajaran yang telah diberikan

ke dalam suatu keseluruhan, yaitu dalam hal pencapaian tujuan umum (TIU)

sedangkan Keller memandang bahwa mastery merupakan penampilan

(performance) yang dijabarkan dari TIU, maka siswa harus mampu

mencerminkannya dalam pencapaian TIK yang dijabarkan dari TIU. Namun

demikian kedua tokoh tersebut sependapat bahwa tujuan pengajaran

sebenarnya adalah TIU, sedangkan TIK hanya merupakan langkah dalam

mencapi TIU.

c. Pembelajaran sebagai sarana untuk memotivasi

Russefendi (2006) menyatakan bahwa pembelajaran PSI yang

dilaksanakan di kelas tidak lagi bersifat teacher centered, walaupun kadang

tedapat semacam ceramah pemberian informasi, namun ceramah ini sekedar

pengarahan dan dorongan bagi siswa agar siswa tersebut termotivasi dan

bukan untuk menyampaikan pengetahuan baru

d. Penggunaan panduan pembalajaran

Russefendi (2006) mengemukakan bahwa panduan pembelajaran berisi

tujuan instruksional khusus tentang unit yang dipelajari dan bertindak sebagai

penghubung anatar buku teks (materi buku) dengan pertanyaan-pertanyaan.

Selanjutnya Grant dan Spencer (Agustian, 2009) menjelaskan bahwa panduan

pembalajaran terdiri dari tujuan-tujuan pembelajaran dan

pertanyaan-pertanyaan yang memfokuskan perhatian siswa pada materi penting yang

(15)

Panduan belajar juga berisi saran guru untuk menjelaskan hal-hal penting,

soal latihan berikut kuis setiap unit, dan pertanyaan-pertanyaan yang

merangsang siswa untuk mengeksplorasi materi yang akan dipelajari lebih

dalam, serta daftar buku bacaan atau referensi yang dapat digunakan dalam

mempelajari materi.

e. Penggunaan proctor

Grant dan Spencer (Agustian,2009) mdenyatakan bahwa proctor adalah

staf pembelajaran yang membantu siswa mempelajari materi, menjadwalkan

kuis untuk tiap unit dan memberikan feedback bagi siswa berdasarkan hasil

kuis tiap unit dan memegang tugas administratif seperti merekam

perkembangan siswa. Sedangkan Ali (2008) mendefinisikan proctor sebagai

suatu pemberian tes secara berualang-ulang untuk memberikan penilaian

secara cepat dan sebagai upan balik (feedback) bagi pemberian bantuan

kepada siswa yang membutuhkan. Dari kedua pengertian tersebut, proctor

adalah seseorang yang dapat membantu siswa dalam mempelajari materi dan

memberikan feedback berdasarkan hasil kuis untuk tiap unit serta turut

membantu memantau perkembangan siswa.

Selanjutnya Grant dan Spencer (Agustian, 2009) menyebutkan bahwa

terdapat dua jenis proctor yang dapat digunakan, yaitu proctor internal dan

proctor eksternal. Proctor internal terdiri dari siswa yang terdapat dalam

kelas tersebut dan telah dinyatakan tuntas pada materi yang telah dipelajari.

(16)

tenaga profesional dalam bidang yang sama, atau siswa yang berada pada satu

kelas lebih tinggi dari siswa yang akan dibimbing.

Metode PSI mempunyai beberapa komponen yang menjadi

karakteristik yang membedakannya dengan metode lain (Ali 2004) ciri-ciri

penting dari PSI adalah sebagai berikut :

 Adanya persyaratan penguasaan yang sempurna bagi setiap unit pelajaran

sebelum maju ke unit pelajaran selanjutnya

 Menggunakan kuliah dan demonstrasi sebagai alat untuk memberikan

motivasi kepada siswa

 Komunikasi guru dan siswa ditekankan pada penggunaan bahan-bahan

tertulis dalam bentuk program berupa panduan pembelajaran.

 Menggunakan sistem proctor, yakni pemberian tes secara berulang-ulang

untuk memberikan penilaian secara cepat dan sebagai umpan balik

(feedback) bagi pemberian bantuan kepada siswa yang membutuhkan.

 Menggunakan sistem tutor, yakni siswa pandai memberi bimbingan

belajar kepada siswa yang kurang atau lemah, sehingga seluruh siswa

dapat mencapai taraf penguasaan penuh terhadap unit pelajaran yang

dipelajari.

 Memungkinkan adanya aspek personal dan sosial dalam proses

pendidikan. Dengan bahan-bahan tertulis aspek-aspek pribadi atau

personal dapat memperoleh perhatian khusus, sedangkan dengan

menggunakan kuliah dan demonstrasi dapat diperhatikan aspek sosial

(17)

3. Tahapan Metode PSI

Dalam pelaksanaan metode PSI, kegiatan tatap muka dilakukan seperti

biasa dan memberikan tes unit materi dapat dilakukan pada akhir jam

pembelajaran selesai, mulai dari pemberian balikan, penggunaan panduan

belajar, kebebasan siswa untuk belajar sesuai kemampuan sendiri, dan

kegiatan proctoring bagi yang membutuhkan.

Adapun tahapan pelaksanaan metode menurut Irawan (2006) adalah

sebagai berikut :

a. Menentukan kebijakan kegiatan pembelajaran yang akan digunakan

selama materi berlangsung meliputi (1) syarat administratif, (2)

penguasaan minimal terhadap materi, (3) gambaran singkat

pembelajaran, (4) harapan yang diingingkan setelah pembelajaran

(5) jadwal terakhir tes (6) tips, dan (7) saran

b. Membagi materi menjadi unit sub materi disertai tujuan dan

indikator yang jelas, berikut dengan syarat penguasaan minimalnya.

c. Membuat panduan pembelajaran untuk setiap unit sub materi yang

meliputi (1) tujuan materi, (2) prosedur dan (3) pertanyaan

mengarah.

Hal lainnya seperti komentar tambahan guru terhadap beberapa unit

materi yang mungkin dianggap sulit, tugas, dan latihan untuk

mempersiapkan siswa mengikuti tes, pertanyaan yang membuat

(18)

rekomendasi sumber belajar dapat ditambahkan sesuai dengan

keperluan saja

d. Memberikan balikan sesegera mungkin kepada siswa

e. Setelah siswa dinyatakan menguasai unit materi, siswa itu

diperbolehkan memasuki unit berikutnya

f. Begitu seterusnya hinga siswa tersebut telah menguasai unit tes

akhir, dan kemudian dinyatakan siap untuk mengikuti tes

Diagram 2.1

Tahapan Pembelajaran PSI

Menentukan kebijakan kegiatan pembelajaran yang digunakan selama materi berlangsung

Membagi materi menjadi beberapa unit submateri disertai dengan tujuan dan indikator yang jelas, berikut dengan syarat penguasaan minimalnya

Membuat panduan pembelajaran untuk setiap unit submateri

Kegiatan pembelajaran dilakukan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing siswa

Tes formatif

Tuntas

Materi selanjutnya

Tes Akhir

Tidak tuntas

Proctoring

Tes perbaikan

(19)

D. Pembelajaran Matematika dengan Metode Ekspositori

Dalam melaksanakan pembelajaran di kelas, tidak sedikit para pemberi

informasi yang masih menganut paradigma transfer of knowledge. Komunikasi

yang terjadi hanya satu arah yaitu dari pemberi informasi kepada siswa sebagai

penerima informasi. Pembelajaran pun berpusat pada aktivitas guru, dimulai

dengan kegiatan guru menerangkan suatu konsep, mendemonstrasikan

keterampilannya, kemudian siswa bertanya dan guru memeriksa kembali apakah

siswa sudah mengerti konsep tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut Ruseffendi

(2006) menggolongkan cara mengajar tersebut sebagai cara tradisional

(konvensional).

Pembelajaran tradisional (konvensional) menurut Wartono (Suherman,

2003) adalah pembelajaran yang dipakai oleh guru dalam proses pembelajaran

yang menggunakan pendekatan yang bersifat konvensional yang bercirikan:

a. Lebih bersifat informatif daripada pencarian (penemuan) konsep atau

prinsip;

b. Lebih mengutamakan produk daripada proses;

c. Dalam diskusi, guru lebih banyak bertindak sebagai hakim daripada

seorang pembimbing atau fasilitator; dan

d. Dalam percobaan (demonstrasi) lebih banyak bersifat membuktikan

teori

Dalam pembelajaran konvensional digunakan beberapa metode

diantaranya beberapa metode diantaranya ceramah dan ekspositori. Suherman

(20)

dengan lisan dari seseorang kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan.

Kegiatan berpusat pada gurudan konmunikasi yang terjadi searah dari guru

kepada siswa. Guru mendominasi seluruh kegiatan sedangkan siswa hanya

memperhatikan dan mebuat catatan seperlunya.

Metode ekspositori menurut Suherman (2001) sama seperti ceramah hanya

saja dominasi guru banyak berkurang, guru tidak terus menerus bicara. Guru

berbicara pada awal pembelajaran, menerangkan materi dan contoh soal

sedangkan siswa tidak hanya mendengar dan membuat catatan tetapi mengerjakan

latihan soal sendiri, mungkin juga bertanya dan mengerjakannya bersama dengan

temannya, atau disuruh membuatnya di papan tulis.

Dengan mengacu pada pemaparan mengenai beberapa metode dalam

pembelajaran konvensional, maka pembelajaran konvensional yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah pembelajaran langsung dengan metode ekspositori.

E. Hasil Penelitian yang Relevan

Pada bagian ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu yang relevan

mengenai penerapan metode Personalized System of Instruction (PSI) dalam

pembelajaran. Adapun beberapa penelitian yang relevan tersebut diantaranya:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Irawan (2007) terhadap siswa kelas XI

IPA-3 SMAN 6 Bandung menunjukkan bahwa efektivitas metode PSI

lebih baik daripada efektivitas metode biasa dalam kegiatan

(21)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Liyana (2008) terhadap siswa kelas X-3

SMAN 2 Bandung, menunjukkan bahwa implementasi metode

Personalized System of Instruction dalam pembelajaran matematika

dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Penelitian terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 12 bandung yang

dilakukan oleh Agustian (2009) menunjukkan bahwa penerapan metode

PSI dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan

pemahaman matematik siswa SMP

4. Penelitian yang dilakukan oleh Lestarini (2009) pada kelas VIII SMPN

26 Bandung menunjukkan bahwa pembelajaran matematika melalui

metode pembelajaran PSI dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

SMP

F. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian pustaka yang telah

dipaparkan diatas maka penulis berhipotesis bahwa “Peningkatan kemampuan

komunikasi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran matematika

dengan metode pembelajaran Personalized System of Instruction (PSI) lebih baik

daripada siswa yang menggunakan pembelajaran dengan metode pembelajaran

Gambar

grafik (aspek drawing),
Tabel 2.1 Hollistic Scoring Rubrics

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Field Ground Truthing Data Collector is one of the four key components of the NASA funded ICCaRS project, being developed in Southeast Michigan. The ICCaRS ground truthing

LPPM mengemban tugas dan kegiatan agar Visi dapat dicapai, karena penilitian dan pengabdian kepada masyarakat merupakan porsi terbesar yang terkandung dalam Visi

Merujuk pada tujuan sekolah Jurusan Jasa Boga SMKN 3 Cimahi, kompetensi dasar “m elaksanakan prosedur Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) dan hygiene sanitasi”

Kehidupan sosial kemasyarakatan yang kokoh dan berbudaya yang bercirikan tingginya pemanfaatan modal sosial dalam pembangunan, meningkatnya ketahanan keluarga,

4.10 Rataan Skor Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas Eksperimen Berdasarkan Kategori Kemampuan Mahasiswa .... 4.11 Analisis Varians Gain Kemampuan Berpikir

Lampiran 3.Uji Korelasi pada Komponen Produksi Tandan Buah Segar bulanan Kebun Sei Baruhur pada Tanaman Berumur 5, 7,dan 9 Tahun selama 3

(1) Dengan tidak mengurangi kewadjiban untuk memperoleh izin menurut peraturan- peraturan lain jang berlaku, maka kepada pemegang Kuasa Pertambangan jang telah

Sehingga para anggota rapat tidak perlu takut tidak ke bagian jalur transmisi karena dengan penambahan acces point tersebut daya tampung semakin besar, para anggota juga cukup duduk