• Tidak ada hasil yang ditemukan

d adp 029709 chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "d adp 029709 chapter1"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat cepat pada berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dan besar artinya bagi bangsa yang sedang membangun. Pembangunan fisik tanpa diikuti dengan pembangunan manusianya akan menjadi sia-sia, demikian pula sebaliknya. Kedua jenis pembangunan ini harus dilaksanakan secara serentak. Jika pembangunan fisik ditujukan untuk menciptakan sarana kesejahteraan dan kemakmuran bagi setiap warga negara, maka pendidikan ditujukan untuk menciptakan manusia-manusia pembangunan yang bertanggung jawab dan sadar akan hak-hak serta kewajibannya terhadap kelangsungan hidup bangsanya.

Pada awal abad XXI ini, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut untuk dapat mempertahankan hasil-hasil pembangunan pendidikan yang telah dicapai. Kedua, untuk mengantisipasi era global, dunia pendidikan dituntut untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten agar mampu bersaing dalam pasar kerja global. Ketiga, sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah, perlu dilakukan perubahan dan penyesuaian sistem pendidikan nasional sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan keberagaman kebutuhan/keadaan daerah dan peserta didik, serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat. Ditambah dengan kenyataan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat kurang baik.

(2)

desentralisasi penyelenggaraan pendidikan. Manajemen pendidikan yang sentralistis tersebut, telah menyebabkan kebijakan yang seragam yang tidak dapat mengakomodir perbedaan keragaman/kepentingan daerah / sekolah / peserta-didik, mematikan partisipasi masyarakat dalam proses pendidikan, serta mendorong terjadinya pemborosan dan kebocoran alokasi anggaran pendidikan.

Atas berbagai permasalahan pendidikan tersebut, melalui Propenas 1999-2004, dibuat arah kebijakan perbaikan sistem pendidikan yang juga tercermin dari alokasi dana yang diberikan dalam anggaran pemerintah. Arah kebijakan pembangunan pendidikan pada 2004, diarahkan untuk meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan pendidikan dengan mengutamakan upaya pencapaian target Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun yang memberikan perhatian lebih besar pada kelompok miskin, penduduk yang tinggal di daerah pedesaan, dan pada daerah-daerah serta Kawasan Indonesia yang memiliki partisipasi pendidikan dibawah rata-rata nasional.

Hal ini dilakukan melalui penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, penyediaan berbagai pendidikan alternatif, beasiswa bagi masyarakat miskin, dan bantuan biaya operasional pendidikan bagi sekolah miskin yang pelaksanaannya tetap memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender dan dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat.

(3)

siswa, SMP 150 siswa dan SMA sebanyak 520 siswa. “Setiap tahun angka putus sekolah cenderung menurun. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari pemerintah pusat dan program bantuan dari APBD cukup berperan menurunkan angka putus sekolah,” kata Oji. (http://www.banjarmasinpost.co.id/content/view/1373/86).

Berkaitan dengan prasarana pendidikan, Direktur Pendidikan Lanjutan Pertama Depdiknas Sungkowo menjelaskan, sejak tahun 1998, Depdiknas sudah mencatat berbagai kerusakan infrastruktur sekolah. Secara nasional di Indonesia, kondisi gedung sekolah dasar (SD) rusak berat yang tercatat mencapai 172.030 ruang belajar. Untuk memperbaiki kerusakan infrastruktur itu, Depdiknas sudah melakukan berbagai program perbaikan ruang kelas, mebel, dan perpustakaan yang dimulai tahun 1999. Berbagai usaha dilakukan tetapi dirasa belum banyak mengurangi jumlah gedung SD yang rusak berat, karena kerusakan sekolah terus terjadi ketersediaan dana pemeliharaan yang sangat terbatas. (http://groups.yahoo.com/group/cfbe/message/5914)

Menurut Gubernur Jawa Barat, perbaikan sekolah dilakukan secara terus menerus di wilayah Jawa Barat dan target rehabilitasi pada tahun 2008 adalah sebanyak 5.899 ruangan dengan total anggaran Rp. 225 Milliar. Target ini meliputi SD sebanyak 4472 kelas, MI sebanyak 723 kelas, SMP sebanyak 504 kelas dan MTs sebanyak 200 kelas.

Pada saat ini sekitar 2263 ruang kelas di Kota Bandung dalam kondisi rusak dan 639 sekolah diantaranya termasuk kategori sekolah rusak total, rusak berat dan rusak sedang. Sedangkan sisanya sebanyak 1624 sekolah termasuk rusak ringan. Diharapkan perbaikan sekolah-sekolah tersebut dapat diselesaikan tahun 2010 menurut Henry Pantas Panggabean, Anggota Panitia Anggaran (Pangar) DPRD Kota Bandung. (Pikiran rakyat, 1 April 2009)

(4)

untuk menunjang usaha meningkatkan mutu pembelajaran dan penuntasan program wajib belajar 9 tahun, meskipun masih terdapat banyak kendala.

Realisasi kebijakan peningkatan mutu pembelajaran dan penuntasan wajib belajar adalah adanya program-program pokok antara lain rehabilitasi SD/MI, pembangunan unit sekolah baru (USB) dan ruang kelas baru (RKB) bagi SMTP/Mts, disamping kegiatan menyelenggarakan pendidikan alternatif seperti SD satu guru, SD kecil dan SMP/MTs Terbuka untuk memberikan pelayanan bagi anak yang tidak dapat mengikuti pendidikan reguler, pemberian beasiswa bagi siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu, serta pemberian bantuan khusus sekolah yang ditujukan untuk mendorong sekolah dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan kualitas outcomes.

Fasilitas sekolah merupakan salah satu bagian penting dalam keberhasilan suatu pembelajaran sekolah. Fasilitas harus memadai dan sejalan dengan kebutuhan sekolah dalam kerangka untuk mencapai mutu pendidikan yang diinginkan. Kondisi tersebut dapat menimbulkan berbagai permasalahan antara lain :

Target penuntasan wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan oleh Pemerintah

belum / sulit tercapai.

Kualitas lulusan sekolah dasar masih belum optimal, hal ini terlihat dari

nilai NEM sekolah dasar yang masih rendah.

Lulusan sekolah dasar yang masih tidak dapat mengikuti perkembangan

jaman terutama ditinjau dari segi teknologi.

Angka putus sekolah masih terus harus ditekan. Hal ini disebabkan selain

karena permasalahan ekonomi, juga karena keterbatasan jumlah dan

kualitas sekolah yang ada.

(5)

keterbatasan jumlah ruang kelas sekolah yang merupakan salah satu prasarana penting dalam proses belajar mengajar sekolah dasar masih jauh dari kebutuhan. Oleh karena itu fasilitas sekolah akan mempengaruhi hasil pembelajaran di sekolah dan akan mempengaruhi mutu pembelajaran.

Dengan latar belakang dan kondisi lapangan seperti dijelaskan diatas, maka mendorong peneliti untuk melakukan penelitian terkait dengan bagaimana manajemen fasilitas perlu dilakukan sekolah dalam kerangka peningkatan mutu pendidikan.

Salah satu hal yang mempengaruhi keberhasilan mutu pembelajaran sekolah dasar adalah dilakukannya proses manajemen sekolah yang baik. Manajemen ini menyangkut berbagai hal diantaranya adalah manajemen fasilitas sekolah.

Berdasarkan latar belakang masalah serta penjelasan diatas, maka fokus

permasalahan pada penelitian ini adalah adanya hubungan antara keberhasilan mutu

pembelajaran sekolah dasar dengan pengelolaan atau manajemen fasilitas sekolah. Hal ini menarik bagi peneliti untuk meneliti lebih jauh mengenai rumusan masalah tersebut, dan untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai masalah ini, maka peneliti

menformulasikan permasalahan penelitian tersebut pada pertanyaan penelitian

berikut :

1. Bagaimana fasilitas yang ada mendukung implementasi kurikulum yang diwujudkan dalam bentuk tuntutan kebutuhan kegiatan belajar mengajar?

2. Bagaimana mutu layanan pembelajaran dikaitkan dengan ketersediaan fasilitas yang tersedia?

3. Bagaimana mengoptimalisasikan penggunaan fasilitas sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan?

(6)

Peneliti bermaksud untuk mendeskripsi, mengkaji dan menganalisis berbagai faktor manajemen fasilitas sekolah dasar yang terkait dengan tingkat mutu pembelajaran sekolah dasar di sekolah dasar pada wilayah kota Bandung dan Kota Cimahi.

Adapun tujuan penelitian ini adalah mempelajari, mengidentifikasi, mengkaji dan menganalisis berbagai faktor yang terkait dengan manajemen fasilitas sekolah dasar untuk mendukung keberhasilan pencapaian mutu pembelajaran sekolah dasar khususnya dalam hal :

1. Menganalisis keterkaitan antara fasilitas sekolah dasar dengan kurikulum.

2. Menganalisis keterkaitan antara fasilitas sekolah dasar dengan mutu pembelajaran. 3. Menganalisis optimalisasi penggunaan fasilitas terkait dengan mutu pendidikan. 4. Menganalisis keterkaitan ketersediaan fasilitas pada pengembangan mutu

pembelajaran sekolah di masa mendatang.

Keluaran dari penelitian ini diharapkan dapat membantu para pengambil keputusan pada masing-masing sekolah dan dinas pendidikan untuk menyusun rencana pemanfaatan dan pengembangan fasilitas sekolah dengan lebih baik pada saat ini dan di masa mendatang.

(7)

Secara praktis, penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam menentukan kebijakan pengelolaan berbagai fasilitas yang ada di sekolah, sehingga dapat meningkatkan mutu / kualitas pembelajaran di sekolah dasar.

Pada saat ini pendidikan nasional masih dihadapkan beberapa permasalahan yang menonjol seperti yang dikemukakan oleh Yahya A. Muhaimin antara lain : “(1) masih rendahnya pemerataan memperoleh pendidikan; (2) masih rendahnya mutu dan relevansi pendidikan; dan (3) masih lemahnya manajemen pendidikan” (Jalal, 2001:56).

Permasalahan pokok di atas, merupakan permasalahan yang terjadi pada banyak daerah. Untuk mengantisipasinya telah banyak dikeluarkan kebijakan pendidikan yang mengarah kepada pemecahan masalah pokok di atas. Sebagai contoh, salah satu kebijakan strategis adalah penetapan visi suatu kota sebagai jasa pelayanan terpadu di bidang perdagangan, pendidikan dan kesehatan. Sebagai konsekuensi ditetapkannya sebagai kota jasa pendidikan harus didukung oleh sektor lainnya bagaimana kondisi ruang yang telah terbangun khususnya sarana pendidikannya bagaimana sarana pendukungnya transportasi jalan dan banyak variabel lainnya, kemudian aspek perencanaan yang meliputi arah kebijakan pengembangan wilayah perdagangan, pendidikan, kesehatan, industri, pemukiman dan sebagainya. Konsepsi tersebut tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah.

(8)

seperti budaya, sosial dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi keberhasilan sekolah dalam mencetak kualitas siswa. Pada kerangka pikir ini terlihat secara jelas faktor-faktor yang mempengaruhi mutu lulusan yaitu dimulai dari adanya anak atau siswa yang melalui proses pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan diri secara baik. Agar proses belajar mengajar ini dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan faktor-faktor pendukung, antara lain adalah sarana dan prasarana pendidikan yang memadai.

(9)

(10)

(11)

Gambar 2 Kerangka Pikir Penelitian

AKTIVITAS BY DESIGN (LEARNING) FISIK

IQ

EMOTIONAL SOSIAL

BUDAYA

SARANA PRASARANA

ETIKA & NILAI

KOMUNIKASI

KURIKULUM TEACHING

SPESIFIKASI FASILITAS PENDIDIKAN PENGETAHUAN

I

Innssttrruummeennttaall

PENGERTIAN PEMAHAMAN

KEMAMPUAN KOMPETENSI TINGKAH LAKU

ANAK / SISWA

KETERSEDIAAN KUALITAS KENYAMANAN KEINDAHAN

PERENCANAAN PENGADAAN PENGATURAN PEMANFAATAN PEMELIHARAAN

Gambar

Gambar 1 Model Umum Pendidikan Sekolah
Gambar 2 Kerangka Pikir Penelitian

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

“Pengembangan Model Perencanaan Strategis Perencanaan Wajib Belajar dan Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar”.. Bandung: PPS

Dari pentahapan tersebut, penelitian ini berfokus pada proses perumusan atau formulasi kebijakan sertifikasi pendidik, dengan asumsi bahwa proses perumusan kebijakan

Berdasarkan pertimbangan terhadap fenomena-fenomena dan isu-isu dalam kehidupan masyarakat, serta pertimbangan terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah (dalam hal ini,

implementasi kebijakan penyelenggaraan pendidikan keahlian teknik;.. mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung variabel sumber daya terhadap. tingkat implementasi

Fokusmasalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Implementasi Kebijakan Program Sekolah Peduli Dan Berbudaya Lingkungan (Adiwiyata). Kemudian berdasarkan

Karena tidak dipungkiri bahwa upaya strategis jangka panjang untuk mewujudkannya menuntut satu sistem penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan yang dapat

dan kinerja dosen terhadap mutu perguruan tinggi swasta di Kota Bandung. Manajemen adalah usaha yang dilakuan untuk mencapai tujuan

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, pemerintah membuat sebuah kebijakan wajib belajar untuk masyarakat Indonesia. Tujuan dari dicanangkannya kebijakan wajib belajar