• Tidak ada hasil yang ditemukan

RTRWBAB VII Arahan Pemanfaatan Ruang H.1 10

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RTRWBAB VII Arahan Pemanfaatan Ruang H.1 10"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Akhir

VII - 1

7.1. PERUMUSAN KEBIJAKAN STRATEGIS OPERASIONALISASI

RENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN RENCANA TATA RUANG

KAWASAN STRATEGIS

Tata ruang yang telah disusun harus dijadikan pedoman pelaksanaan

pembangunan. Beberapa hal yang terkait dengan hal tersebut adalah

pembentukan dan tugas Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, Pokja-pokja

Pemanfaatan Ruang dan pengendalian terhadap ruang.

7.1.1. Koordinasi Penataan Ruang

Dalam pelaksanaan penataan ruang perlu melibatkan seluruh instansi

yang ada untuk digunakan sebagai pedoman :

(2)

Laporan Akhir

VII - 2

2. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan

antar wilayah dan daerah serta keserasian antar sektor;

3. Pemanfaatan segenap sumber daya yang tersedia secara optimal untuk mencapai hasil pembangunan secara maksimal;

4. Mengarahkan dan mengantisipasi pemanfaatan ruang untuk pelaksanaan

pembangunan yang bersifat dinamis; serta

5. Mengendalikan fungsi pelestarian lingkungan hidup yang mencakup

sumber daya alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya

bangsa.

Memperhatikan pedoman diatas serta Peraturan Menteri Dalam Negeri

No. 50 tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah, maka

Pemerintah Kabupaten Ngawi perlu membentuk Badan Koordinasi Penataan

Ruang Daerah (BKPRD) guna kepentingan koordinasi antar instansi terkait

secara intensif. Untuk itu maka arahan susunan keanggotaan BKPRD adalah :

1. Penanggung Jawab : Bupati dan Wakil Bupati Ngawi

2. Ketua : Sekretaris Daerah Kabupaten Ngawi

3. Sekretaris : Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Ngawi

4. Anggota

a. Kepala Dinas PU Cipta Karya, Bina Marga dan Kebersihan Kabupaten

Ngawi

b. Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtilkultura Kabupaten

Ngawi;

c. Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ngawi; d. Kepala Dinas PU Pengairan dan Pertambangan Kabupaten Ngawi;

e. Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten

Ngawi.

f. Dinas Pemuda, Olah Raga, Budaya dan Pariwisata Kabupaten Ngawi;

g. Kepala Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Ngawi;

h. Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Kabupaten

Ngawi;

i. Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ngawi;

j. Kepala Bagian Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah

Kabupaten Ngawi;

k. Kepala Unit Kerja/Instansi yang terkait.

BKPRD setidaknya bersidang 3 (tiga) bulan sekali membahas tentang

hal-hal prinsip dan pembentukan alternatif kebijaksanaan serta cara

pemecahan masalah untuk diputuskan oleh Bupati. Dalam rangka

mendayagunakan cara kerja BKPRD maka dapat dibentuk Kelompok Kerja

Perencanaan Tata Ruang dengan arahan susunan keanggotaan sebagai berikut :

1 Ketua : Kepala Bidang Prasarana Wilayah pada Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ngawi.

2 Wakil Ketua : Kepala Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten

Ngawi.

3 Sekretaris : Kepala Sub Bidang Tata Ruang, Sumber Daya Alam

dan Lingkungan Hidup pada Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kabupaten Ngawi.

4 Anggota :

a. Kepala Bidang Perekonomian dan Pembangunan pada Badan

Penelitian, Pengembangan dan Statistik Kabupaten Ngawi;

b. Kepala Bidang Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial pada Dinas

Kehutanan Kabupaten Ngawi;

c. Kepala Bidang Bina Manfaat pada Dinas PU Pengaitan dan

Pertambangan Kabupaten Ngawi;

d. Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman pada Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya dan Kebersihan Kabupaten Ngawi;

e. Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Sumber

Daya Air pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura

(3)

Laporan Akhir

VII - 3

f. Kepala Bidang Perikanan pada Dinas Perikanan dan Peternakan

Kabupaten Ngawi;

g. Kepala Seksi Penyusunan Program dan Perencanaan pada Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya dan Kebersihan Kabupaten Ngawi;

h. Kepala Seksi Penatagunaan Tanah pada Badan Pertanahan Kabupaten

Ngawi;

i. Kepala Sub Bina Program dan Pelaporan pada Bagian Administrasi

Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Ngawi; serta

j. Kepala Unit Kerja/Instansi.

Adapun ketentuan-ketentuan yang ditetapkan sehubungan dengan

dibentuknya Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang tersebut, meliputi :

1. Kelompok Kerja ini bertugas menyiapkan perumusan kebijaksanaan Bupati

Ngawi dan penataan ruang wilayah Kabupaten Ngawi serta strategi

pengembangannya;

2. Menginvestasikan dan meringkas permasalahan yang timbul dalam

penataan ruang wilayah Kabupaten Ngawi serta merumuskan alternatif

pemecahannya;

3. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan kemasyarakatan, peraturan

perundang-undangan penataan ruang serta kebijaksanaan dan strategi

penataan ruang wilayah Kabupaten Ngawi kepada seluruh instansi dan

masyarakat secara terkoordinasi; serta

4. Melaporkan kegiatan kepada BKPRD Kabupaten Ngawi dan mengusulkan

pemecahan masalah untuk dibahas dalam sidang pleno BKPRD.

Untuk pengendalian kegiatan Perencanaan Tata Ruang, dibentuk

Kelompok Kerja Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang dengan

arahan susunan keanggotaan sebagai berikut:

1. Ketua : Kabid Bidang Tata Perkotaan dan Pedesaan pada Dinas

PU Bina Marga, Cipta Karya dan Kebersihan Kabupaten

Ngawi

2. Wakil Ketua : Kepala Bagian Hukum pada Sekretariat Daerah

Kabupaten Ngawi.

3. Sekretaris : Kasubid Pelaksanaan dan Pengawasan Tata Perkotaan dan Pedesaan pada Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya

dan Kebersihan Kabupaten Ngawi. 4. Anggota :

a. Kepala Bidang Perijinan pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan

Perijinan Kabupaten Ngawi;

b. Kepala Bidang Pariwisata pada Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan

dan Pariwisata Kabupaten Ngawi;

c. Kepala Sub Bidang Sarana dan Prasarana pada Badan Perencanaan

Kabupaten Ngawi;

d. Kepala Sub Bidang Pembinaan, Penyuluhan dan Pendayagunaan Iuran Pengelolaan Air Irigasi (IPAIR) pada Dinas Pengairan dan Pertambangan

Kabupaten Ngawi;

e. Kepala Seksi Penatagunaan Tanah pada Badan Pertanahan Kabupaten Ngawi;

f. Kepala Seksi Pengendalian dan Pengawasan pada Kantor Lingkungan

Hidup Kabupaten Ngawi;

g. Kepala Seksi Penegakan Peraturan pada Satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Ngawi;

h. Kepala Sub Bagian Dokumentasi dan Informasi pada Bagian Hukum

Sekretariat Daerah Kabupaten Ngawi;

i. Kepala Sub Bagian Tata Pemerintahan pada Bagian Administrasi

Pemerintahan Umum Sekretariat Daerah Kabupaten Ngawi; serta j. Kepala Unit Kerja/Instansi terkait.

7.1.2. Keterpaduan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi dengan

(4)

Laporan Akhir

VII - 4

Guna mengatur penataan ruang di daerah, maka Permendagri No. 8

Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah diatur:

1. Penyusunan rencana tata ruang dilakukan melalui serangkaian pekerjaan teknis yang meliputi :

a. Penentuan arah dan visi pengembangan wilayah;

b. Pengidentifikasian potensi dan masalah serta analisa pengembangan wilayah;

c. Perumusan struktur dan pola pemanfaatan ruang; serta

d. Perumusan rencana tata ruang.

2. Penyusunan rencana tata ruang di daerah berpedoman pada Pedoman Teknis sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

3. Dalam proses penyusunan rencana tata ruang, dilakukan diskusi dan

lokakarya atau sarasehan dengan mengundang instansi terkait, pakar,

tokoh masyarakat, organisasi profesi dan kemasyarakatan serta dunia

usaha.

4. Kepala Daerah wajib mengumumkan rancangan final rencana tata ruang kepada masyarakat.

Hal-hal yang terkait dengan pemanfaatan ruang dalam pasal 11

Permendagri No. 8 Tahun 1998 disebutkan bahwa :

1. Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang, Kepala Daerah mempersiapkan

kebijaksanaan yang berisi pengaturan bagi wilayah atau kawasan yang

akan dimanfaatkan sesuai dengan fungsi lindung dan budidaya yang

ditetapkan dalam rencana tata ruang;

2. Pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa penetapan

Keputusan Kepala Daerah tentang ketentuan persyaratan teknis bagi

pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung dan kawasan budidaya;

3. Ketentuan persyaratan teknis bagi pemanfaatan ruang dalam kawasan

lindung dan kawasan budidaya, sesuai dengan peraturan perundangan

yang berlaku; serta

4. Penetapan ketentuan persyaratan teknis yang dilakukan oleh Gubernur

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berupa kebijaksanaan umum dengan

mempertimbangkan rona dari kemampuan wilayah serta nilai budaya

setempat.

Penentuan ketentuan persyaratan teknis yang dilakukan oleh

Bupati/Walikota berupa kebijaksanaan operasional yang berpedoman pada

kebijakan umum ditetapkan oleh Gubernur. Penataan ruang pada kawasan

perbatasan ataupun rencana-rencana lain yang melibatkan antar daerah perlu

dilakukan koordinasi antar wilayah. Untuk pelaksanaan penataan ruang yang

melibatkan dua atau lebih Kabupaten / Kota yang berada dalam satu provinsi,

maka koordinasi dilakukan di tingkat provinsi, dalam hal ini provinsi Jawa

Timur yang melibatkan BKPRD Provinsi Jawa Timur.

Untuk pelaksanaan penataan ruang yang melibatkan dua atau lebih

provinsi, seperti Kabupaten Ngawi yang bersebelahan dengan Kabupaten

Sragen, Provinsi Jawa Tengah yang merupakan satuan pengembangan Kawasan

Andalan Karismapawirogo perlu dilakukan koordinasi antar provinsi. Koordinasi

yang telah dilakukan adalah koordinasi langsung dengan Kabupaten Sragen

dalam hal kesepakatan rencana struktur ruang dan pola ruang pada kawasan

perbatasan. Pada perencanaan yang bersifat nasional, maka perlu dilakukan

koordinasi pada tingkat nasional yang melibatkan BKTRN.

7.1.3 Keterpaduan Kebijakan Sektoral

Dalam perumusan kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata

ruang wilayah dan rencana tata ruang kawasan strategis Rencana Tata Ruang

Wilayah yang telah disusun saling bersinergi dengan rencana-rencana sektoral

yang telah disusun pada masing-masing dinas. Diharapkan dengan

disusunnya RTRW Kabupaten Ngawi ini, dapat menjadi acuan dalam

operasionalisasi pembangunan di Kabupaten Ngawi.

Dalam pelaksanaannya operasionalisasi rencana tata ruang wilayah

ini juga mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten

(5)

Laporan Akhir

VII - 5

waktu 2006-2025 yang telah dijabarkan dalam RPJMD Kabupaten ngawi

Tahun 2006 - 2010. Selain sinkronisasi dengan RPJPD dan RPJMD perlu

dilakukan koordinasi dengan rencana sektoral lainnya seperti Tatralok untuk

bidan transportasi, BKSDA, BPN, PDAM, PLN, Telkom dan dinas terkait

lainnya baik yang berada dalam BKPRD maupun instansi lain yang berperan

aktif dalam pelaksanaan pembangunan Kabupaten Ngawi.

7.2. PRIORITAS DAN TAHAPAN PEMBANGUNAN

Yang dimaksud prioritas dan tahapan pembangunan adalah penentuan

prioritas pelaksanaan pembangunan rancangan rencana, serta mengingat

beberapa hal sebagai berikut :

1. Adanya keterbatasan dana pembangunan yang tersedia pada setiap

tahapan pembangunan lima tahun;

2. Adanya komponen kawasan yang mempunyai efek ganda cukup besar

untuk mengarahkan perkembangan wilayah perencanaan sesuai dengan

struktur yang direncanakan, misalnya : jaringan jalan, utilitas dan

sebagainya;

3. Jumlah batas ambang penduduk yang ada untuk mendukung keberadaan

suatu komponen pengembangan, macam dan jenis fasilitas pelayanan

lingkungan; serta

4. Adanya penetahapan pembangunan di wilayah perencanaan yang telah

ditetapkan dalam konsep pengembangan Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Ngawi.

Tidak semua kebutuhan fasilitas dapat dibangun karena ada beberapa

pertimbangan dalam penentuan program yang dilaksanakan pada wilayah

perencanaan. Dasar-dasar pertimbangan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Adanya keterbatasan dana yang tersedia;

2. Adanya sarana dan prasarana yang telah ada yang masih dimanfaatkan; 3. Adanya permasalahan yang sifatnya mendesak untuk dilaksanakan; serta

4. Adanya komponen kawasan yang mempunyai multiplier effect yang besar

untuk merangsang tercapainya struktur yang diinginkan, misalnya jaringan

jalan.

Berdasarkan pertimbangan diatas, maka dapat ditentukan prioritas

pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Ngawi yang terdiri dari dua komponen

utama, yaitu struktur ruang dan pola ruang wilayah. Prioritas pembangunan

diarahkan pada :

1.5 tahun pertama diarahkan pada pengembangan pusat-pusat kegiatan

yang mendukung terwujudnya pengembangan pertanian dan kawasan

strategis terutama infrastruktur pendukung pada desa-desa potensi

pertanian dengan tetap menjaga kualitas lingkungan.

2.5 tahun kedua dan ketiga diarahkan pada pengembangan Perkotaan

Ngawi, Kecamatan Ngrambe, Widodaren dan Karangjati beserta

infrastruktur pendukung pada desa-desa potensi pertanian dengan tetap

menjaga kualitas lingkungan.

3. 5 tahun keempat diarahkan pada pengembangan PPK yang mendukung peningkatan produksi pertanian dengan tetap menjaga kualitas

lingkungan.

A.Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi

1. Sistem Perdesaan

a. Mempercepat pengembangan kawasan Agropolitan untuk mendorong

pertumbuhan kawasan perdesaan di Kabupaten Ngawi khususnya

Kecamatan Ngrambe melalui peningkatan produksi, pengolahan dan

pemasaran produk pertanian unggulan, serta pengembangan

infrastruktur penunjang; dan

b. Memprioritaskan pengembangan wilayah tertinggal melalui

peningkatan infrastruktur dan sarana pendukung lainnya.

(6)

Laporan Akhir

VII - 6

Yaitu pembentukan orde perkotaan secara berjenjang dan bertahap

sesuai pengembangan perkotaan. Prioritas pembangunan sistem

perkotaan di Kabupaten Ngawi meliputi :

a. Mempercepat pengembangan Perkotaan Ngrambe, Widodaren dan

Karangjati sebagai Pusat Kegiatan Lokal Primer (PKLp) melalui

kerjasama dengan daerah lain khususnya Kota Ngawi sebagai pusat

pengembangan pemerintahan, industri serta perdagangan dan jasa.

b. Mempercepat pengembangan Perkotaan Ngawi melalui

pengembangan kawasan permukiman perkotaan (Kasiba dan Lisiba)

serta pengembangan infrastruktur penunjangnya .

3. Sistem Jaringan Prasarana Wilayah

a. Pengembangan sistem jaringan jalan melalui percepatan realisasi

jalan tol pada ruas Ngawi – Solo dan Ngawi – Mojokerto,

peningkatan jalan kolektor menjadi jalan arteri dan peningkatan

kualitas jalan terutama dijalan-jalan lokal dan jalan kolektor.

b. Pengembangan sistem transportasi kereta api melalui peningkatan pelayanan kereta api di Kabupaten Ngawi.

B. Pola Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi

1. Kawasan Lindung

a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya,

melalui penetapan kawasan hutan di kaki lereng gunung Lawu

meliputi : Kecamatan Sine, Ngrambe, Jogorogo, Kendal dan

pengamanan wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo ;

b. Kawasan perlindungan setempat, melalui perbaikan/ reboisasi DAS di

bagian utara Kabupaten Kabupaten Ngawi dan Waduk Bringin, Waduk

Kedung Bendo dan Waduk Sangiran.

c. Kawasan bencana alam, melalui peningkatan kegiatan untuk

penanggulangan bencana alam pada daerah yang dilalui oleh sungai

Bengawan Solo dan kawasan yang berada di kaki lereng Gunung Lawu;

serta

d. Kawasan lindung lainnya, melalui pengembalian rona alam yang mengalami kerusakan pada kawasan-kawasan konservasi.

2. Kawasan Budidaya

a. Kawasan hutan produksi, melalui penetapan hutan produksi di Kabupaten Ngawi.

b. Kawasan pertanian, melalui :

 Penetapan lahan abadi pertanian pangan (sawah beririgasi teknis);  Pengembangan holtikultura unggulan;

 Pengembangan sentra peternakan; serta  Pengembangan perikanan tangkap;

c. Kawasan industri, melalui pengembangan industri menengah dan home industry.

d. Kawasan pariwisata, melalui :

 Pengembangan zona wisata; dan

 Pengembangan wisata di Kabupaten Ngawi, yaitu : Waduk Pondok, Taman Rekreasi dan Pemandian Tawun, Monumen Suryo,

Perkebunan Teh dan Bumi Perkemahan Jamus, Air Terjun

Srambang, Bumi Perkemahan Selondo, Museum Trinil, dan Benteng

Van Den Bosch.

e. Kawasan permukiman, melalui penyediaan rumah yang layak huni di

Kabupaten Ngawi (pengembangan Kasiba-Lisiba).

Dengan demikian perlu adanya penyusunan untuk perencanaan detail tata

ruang, yang meliputi :

1. RDTR Ibu Kota Kecamatan

2. RDTR Kawasan Strategis dari sudut kepentingan ekonomi, yaitu kawasan

agropolitan dan kawasan minapolitan

(7)

Laporan Akhir

VII - 7

4. RDTR Kawasan Strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung

Lingkungan Hidup

7.3 OPTIMALISASI ASET PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI

Optimalisasi dilakukan terhadap aset-aset pemerintah seperti

Perusahaan Daerah dan pertanahan, dalam rangka untuk meningkatkan dan

mengoptimalkan pembangunan daerah.

Optimalisasi ini dilakukan untuk meningkatkan pendapatan daerah

khususnya Kabupaten Ngawi melalui konsep wisata unggulan daerah yang

dilakukan dengan pengembangan mandiri oleh pemerintah daerah Kabupaten

Ngawi maupun pengembangan kerjasama dengan pihak ke-tiga.

Sedangkan optimalisasi aset pertanahan milik pemerintah Kabupaten

Ngawi salah satunya dilakukan dengan Land Banking. Land Banking merupakan

salah satu sistem pengelolaan lahan setelah dilakukan perakitan agar status

lahan tidak segera berubah kepemilikan (masuk ke tangan spekulan). Land

Banking dilakukan dalam rangka usaha pemerintah untuk menyediakan

cadangan lahan yang akan digunakan untuk kegiatan-kegiatan di luar rencana

dan sifatnya mendesak maupun dilakukan pemerintah untuk mendapatkan

keuntungan yang nantinya tanah tersebut juga akan dimanfaatkan untuk

kegiatan-kegiatan yang memiliki nilai strategis. Land Banking dipercayakan

(8)

Laporan Akhir

VII - 8

Tabel 7.1.

Indikasi Program Kegiatan Kabupaten Ngawi

NO RENCANA KEBIJAKAN KEBUTUHAN PENGEMBANGAN

PROGRAM

UTAMA LOKASI BESARAN

Waktu Pelaksanaan A. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten

1 Sistem

 Promosi hasil produk

√ APBD Kab Dinas Pertanian dan Kehutanan, perkotaan Ngawi 

(9)

Laporan Akhir

VII - 9

NO RENCANA KEBIJAKAN KEBUTUHAN

PENGEMBANGAN

PROGRAM

UTAMA LOKASI BESARAN

Waktu Pelaksanaan sebagai PKL yang memberikan

Kabupaten Ngawi

 Pengembangan kelas jalan dari kolektor menjadi B. Penetapan Fungsi Kawasan Perdesaan dan Kawasan Perkotaan

(10)

Laporan Akhir

VII - 10

NO RENCANA KEBIJAKAN KEBUTUHAN

PENGEMBANGAN

PROGRAM

UTAMA LOKASI BESARAN

Waktu Pelaksanaan Kota Tani Utama dan

Gambar

Tabel 7.1. Indikasi Program Kegiatan Kabupaten Ngawi

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengalami alih fungsi. melalui pengembangan vegetasi tegangan tinggi yang mampu

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. PEJABAT PENGADAAN BARANG/JASA V

hambatan/bypass Lubuklinggau – Curup - Bengkulu APBD Provinsi, APBN, APBD Kabupaten dan Investor Dinas Perhubungan, Dinas PU dan Pengembang. Jaringan Prasarana Lalu Lintas

- Dilarang aktivitas pemanfaatan budidaya sampai batas ruwasja sesuai dengan kelas dan hirarki jalan.. - Boleh pengembangan prasarana terminal untuk terminal penumpang dan

Humbang Hasundutan APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten, dan/atau sumber lain yang sah Kemen ESDM, Pemprov, Pemkab, dan/atau Swasta.. PLTA Tarutung

Kecaatan Mantingan Kecamatan Ngawi √ √ APBN, APBD Prv dan APBD Kab Disperindag Prov, Dis Koperasi, Industri dan Perdagangan Kab Pengembangan kawasan pariwisata 

pertanian di wilayah Selatan kabupaten Dinas PSDA Kab X X X 2 pengembangan penyediaan air baku industri berupa pemanfaatan sumber-sumber air tanah secara

pertanian & Kehutanan, Dinas PU Ciptakarya, Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, 2 Penetapan Fungsi Kawasan Perkotaan Pelayanan sosial ekonomi Pengembangan