• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Akhir

VII - 1

7.1. PERUMUSAN KEBIJAKAN STRATEGIS OPERASIONALISASI

RENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS

Tata ruang yang telah disusun harus dijadikan pedoman pelaksanaan pembangunan. Beberapa hal yang terkait dengan hal tersebut adalah pembentukan dan tugas Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, Pokja-pokja Pemanfaatan Ruang dan pengendalian terhadap ruang.

7.1.1. Koordinasi Penataan Ruang

Dalam pelaksanaan penataan ruang perlu melibatkan seluruh instansi yang ada untuk digunakan sebagai pedoman :

(2)

Laporan Akhir

VII - 2

2. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan

antar wilayah dan daerah serta keserasian antar sektor;

3. Pemanfaatan segenap sumber daya yang tersedia secara optimal untuk mencapai hasil pembangunan secara maksimal;

4. Mengarahkan dan mengantisipasi pemanfaatan ruang untuk pelaksanaan pembangunan yang bersifat dinamis; serta

5. Mengendalikan fungsi pelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa.

Memperhatikan pedoman diatas serta Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 50 tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah, maka Pemerintah Kabupaten Ngawi perlu membentuk Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) guna kepentingan koordinasi antar instansi terkait secara intensif. Untuk itu maka arahan susunan keanggotaan BKPRD adalah : 1. Penanggung Jawab : Bupati dan Wakil Bupati Ngawi

2. Ketua : Sekretaris Daerah Kabupaten Ngawi

3. Sekretaris : Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ngawi

4. Anggota

a. Kepala Dinas PU Cipta Karya, Bina Marga dan Kebersihan Kabupaten Ngawi

b. Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtilkultura Kabupaten Ngawi;

c. Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ngawi; d. Kepala Dinas PU Pengairan dan Pertambangan Kabupaten Ngawi;

e. Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Ngawi.

f. Dinas Pemuda, Olah Raga, Budaya dan Pariwisata Kabupaten Ngawi; g. Kepala Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Ngawi;

h. Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Kabupaten Ngawi;

i. Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ngawi;

j. Kepala Bagian Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Ngawi;

k. Kepala Unit Kerja/Instansi yang terkait.

BKPRD setidaknya bersidang 3 (tiga) bulan sekali membahas tentang hal-hal prinsip dan pembentukan alternatif kebijaksanaan serta cara pemecahan masalah untuk diputuskan oleh Bupati. Dalam rangka mendayagunakan cara kerja BKPRD maka dapat dibentuk Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang dengan arahan susunan keanggotaan sebagai berikut :

1 Ketua : Kepala Bidang Prasarana Wilayah pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ngawi. 2 Wakil Ketua : Kepala Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten

Ngawi.

3 Sekretaris : Kepala Sub Bidang Tata Ruang, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ngawi.

4 Anggota :

a. Kepala Bidang Perekonomian dan Pembangunan pada Badan Penelitian, Pengembangan dan Statistik Kabupaten Ngawi;

b. Kepala Bidang Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial pada Dinas Kehutanan Kabupaten Ngawi;

c. Kepala Bidang Bina Manfaat pada Dinas PU Pengaitan dan Pertambangan Kabupaten Ngawi;

d. Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman pada Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya dan Kebersihan Kabupaten Ngawi;

e. Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Air pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Ngawi;

(3)

Laporan Akhir

VII - 3

f. Kepala Bidang Perikanan pada Dinas Perikanan dan Peternakan

Kabupaten Ngawi;

g. Kepala Seksi Penyusunan Program dan Perencanaan pada Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya dan Kebersihan Kabupaten Ngawi;

h. Kepala Seksi Penatagunaan Tanah pada Badan Pertanahan Kabupaten Ngawi;

i. Kepala Sub Bina Program dan Pelaporan pada Bagian Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Ngawi; serta

j. Kepala Unit Kerja/Instansi.

Adapun ketentuan-ketentuan yang ditetapkan sehubungan dengan dibentuknya Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang tersebut, meliputi :

1. Kelompok Kerja ini bertugas menyiapkan perumusan kebijaksanaan Bupati Ngawi dan penataan ruang wilayah Kabupaten Ngawi serta strategi pengembangannya;

2. Menginvestasikan dan meringkas permasalahan yang timbul dalam penataan ruang wilayah Kabupaten Ngawi serta merumuskan alternatif pemecahannya;

3. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan kemasyarakatan, peraturan perundang-undangan penataan ruang serta kebijaksanaan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Ngawi kepada seluruh instansi dan masyarakat secara terkoordinasi; serta

4. Melaporkan kegiatan kepada BKPRD Kabupaten Ngawi dan mengusulkan pemecahan masalah untuk dibahas dalam sidang pleno BKPRD.

Untuk pengendalian kegiatan Perencanaan Tata Ruang, dibentuk Kelompok Kerja Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang dengan arahan susunan keanggotaan sebagai berikut:

1. Ketua : Kabid Bidang Tata Perkotaan dan Pedesaan pada Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya dan Kebersihan Kabupaten Ngawi

2. Wakil Ketua : Kepala Bagian Hukum pada Sekretariat Daerah Kabupaten Ngawi.

3. Sekretaris : Kasubid Pelaksanaan dan Pengawasan Tata Perkotaan dan Pedesaan pada Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya dan Kebersihan Kabupaten Ngawi.

4. Anggota :

a. Kepala Bidang Perijinan pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Kabupaten Ngawi;

b. Kepala Bidang Pariwisata pada Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ngawi;

c. Kepala Sub Bidang Sarana dan Prasarana pada Badan Perencanaan Kabupaten Ngawi;

d. Kepala Sub Bidang Pembinaan, Penyuluhan dan Pendayagunaan Iuran Pengelolaan Air Irigasi (IPAIR) pada Dinas Pengairan dan Pertambangan Kabupaten Ngawi;

e. Kepala Seksi Penatagunaan Tanah pada Badan Pertanahan Kabupaten Ngawi;

f. Kepala Seksi Pengendalian dan Pengawasan pada Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ngawi;

g. Kepala Seksi Penegakan Peraturan pada Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Ngawi;

h. Kepala Sub Bagian Dokumentasi dan Informasi pada Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ngawi;

i. Kepala Sub Bagian Tata Pemerintahan pada Bagian Administrasi Pemerintahan Umum Sekretariat Daerah Kabupaten Ngawi; serta

j. Kepala Unit Kerja/Instansi terkait.

7.1.2. Keterpaduan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi dengan Penataan Ruang Wilayah Regional

(4)

Laporan Akhir

VII - 4

Guna mengatur penataan ruang di daerah, maka Permendagri No. 8

Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah diatur:

1. Penyusunan rencana tata ruang dilakukan melalui serangkaian pekerjaan teknis yang meliputi :

a. Penentuan arah dan visi pengembangan wilayah;

b. Pengidentifikasian potensi dan masalah serta analisa pengembangan wilayah;

c. Perumusan struktur dan pola pemanfaatan ruang; serta d. Perumusan rencana tata ruang.

2. Penyusunan rencana tata ruang di daerah berpedoman pada Pedoman Teknis sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

3. Dalam proses penyusunan rencana tata ruang, dilakukan diskusi dan lokakarya atau sarasehan dengan mengundang instansi terkait, pakar, tokoh masyarakat, organisasi profesi dan kemasyarakatan serta dunia usaha.

4. Kepala Daerah wajib mengumumkan rancangan final rencana tata ruang kepada masyarakat.

Hal-hal yang terkait dengan pemanfaatan ruang dalam pasal 11 Permendagri No. 8 Tahun 1998 disebutkan bahwa :

1. Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang, Kepala Daerah mempersiapkan kebijaksanaan yang berisi pengaturan bagi wilayah atau kawasan yang akan dimanfaatkan sesuai dengan fungsi lindung dan budidaya yang ditetapkan dalam rencana tata ruang;

2. Pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa penetapan Keputusan Kepala Daerah tentang ketentuan persyaratan teknis bagi pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung dan kawasan budidaya;

3. Ketentuan persyaratan teknis bagi pemanfaatan ruang dalam kawasan lindung dan kawasan budidaya, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku; serta

4. Penetapan ketentuan persyaratan teknis yang dilakukan oleh Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berupa kebijaksanaan umum dengan mempertimbangkan rona dari kemampuan wilayah serta nilai budaya setempat.

Penentuan ketentuan persyaratan teknis yang dilakukan oleh Bupati/Walikota berupa kebijaksanaan operasional yang berpedoman pada kebijakan umum ditetapkan oleh Gubernur. Penataan ruang pada kawasan perbatasan ataupun rencana-rencana lain yang melibatkan antar daerah perlu dilakukan koordinasi antar wilayah. Untuk pelaksanaan penataan ruang yang melibatkan dua atau lebih Kabupaten / Kota yang berada dalam satu provinsi, maka koordinasi dilakukan di tingkat provinsi, dalam hal ini provinsi Jawa Timur yang melibatkan BKPRD Provinsi Jawa Timur.

Untuk pelaksanaan penataan ruang yang melibatkan dua atau lebih provinsi, seperti Kabupaten Ngawi yang bersebelahan dengan Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah yang merupakan satuan pengembangan Kawasan Andalan Karismapawirogo perlu dilakukan koordinasi antar provinsi. Koordinasi yang telah dilakukan adalah koordinasi langsung dengan Kabupaten Sragen dalam hal kesepakatan rencana struktur ruang dan pola ruang pada kawasan perbatasan. Pada perencanaan yang bersifat nasional, maka perlu dilakukan koordinasi pada tingkat nasional yang melibatkan BKTRN.

7.1.3 Keterpaduan Kebijakan Sektoral

Dalam perumusan kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata ruang wilayah dan rencana tata ruang kawasan strategis Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah disusun saling bersinergi dengan rencana-rencana sektoral yang telah disusun pada masing-masing dinas. Diharapkan dengan disusunnya RTRW Kabupaten Ngawi ini, dapat menjadi acuan dalam operasionalisasi pembangunan di Kabupaten Ngawi.

Dalam pelaksanaannya operasionalisasi rencana tata ruang wilayah ini juga mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Ngawi yang telah disusun terlebih dahulu pada tahun 2006 untuk jangka

(5)

Laporan Akhir

VII - 5

waktu 2006-2025 yang telah dijabarkan dalam RPJMD Kabupaten ngawi

Tahun 2006 - 2010. Selain sinkronisasi dengan RPJPD dan RPJMD perlu dilakukan koordinasi dengan rencana sektoral lainnya seperti Tatralok untuk bidan transportasi, BKSDA, BPN, PDAM, PLN, Telkom dan dinas terkait lainnya baik yang berada dalam BKPRD maupun instansi lain yang berperan aktif dalam pelaksanaan pembangunan Kabupaten Ngawi.

7.2. PRIORITAS DAN TAHAPAN PEMBANGUNAN

Yang dimaksud prioritas dan tahapan pembangunan adalah penentuan prioritas pelaksanaan pembangunan rancangan rencana, serta mengingat beberapa hal sebagai berikut :

1. Adanya keterbatasan dana pembangunan yang tersedia pada setiap tahapan pembangunan lima tahun;

2. Adanya komponen kawasan yang mempunyai efek ganda cukup besar untuk mengarahkan perkembangan wilayah perencanaan sesuai dengan struktur yang direncanakan, misalnya : jaringan jalan, utilitas dan sebagainya;

3. Jumlah batas ambang penduduk yang ada untuk mendukung keberadaan suatu komponen pengembangan, macam dan jenis fasilitas pelayanan lingkungan; serta

4. Adanya penetahapan pembangunan di wilayah perencanaan yang telah ditetapkan dalam konsep pengembangan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi.

Tidak semua kebutuhan fasilitas dapat dibangun karena ada beberapa pertimbangan dalam penentuan program yang dilaksanakan pada wilayah perencanaan. Dasar-dasar pertimbangan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Adanya keterbatasan dana yang tersedia;

2. Adanya sarana dan prasarana yang telah ada yang masih dimanfaatkan; 3. Adanya permasalahan yang sifatnya mendesak untuk dilaksanakan; serta

4. Adanya komponen kawasan yang mempunyai multiplier effect yang besar untuk merangsang tercapainya struktur yang diinginkan, misalnya jaringan jalan.

Berdasarkan pertimbangan diatas, maka dapat ditentukan prioritas pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Ngawi yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu struktur ruang dan pola ruang wilayah. Prioritas pembangunan diarahkan pada :

1. 5 tahun pertama diarahkan pada pengembangan pusat-pusat kegiatan yang mendukung terwujudnya pengembangan pertanian dan kawasan strategis terutama infrastruktur pendukung pada desa-desa potensi pertanian dengan tetap menjaga kualitas lingkungan.

2. 5 tahun kedua dan ketiga diarahkan pada pengembangan Perkotaan Ngawi, Kecamatan Ngrambe, Widodaren dan Karangjati beserta infrastruktur pendukung pada desa-desa potensi pertanian dengan tetap menjaga kualitas lingkungan.

3. 5 tahun keempat diarahkan pada pengembangan PPK yang mendukung peningkatan produksi pertanian dengan tetap menjaga kualitas lingkungan.

A.Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi 1. Sistem Perdesaan

a. Mempercepat pengembangan kawasan Agropolitan untuk mendorong pertumbuhan kawasan perdesaan di Kabupaten Ngawi khususnya Kecamatan Ngrambe melalui peningkatan produksi, pengolahan dan pemasaran produk pertanian unggulan, serta pengembangan infrastruktur penunjang; dan

b. Memprioritaskan pengembangan wilayah tertinggal melalui peningkatan infrastruktur dan sarana pendukung lainnya.

(6)

Laporan Akhir

VII - 6

Yaitu pembentukan orde perkotaan secara berjenjang dan bertahap

sesuai pengembangan perkotaan. Prioritas pembangunan sistem perkotaan di Kabupaten Ngawi meliputi :

a. Mempercepat pengembangan Perkotaan Ngrambe, Widodaren dan Karangjati sebagai Pusat Kegiatan Lokal Primer (PKLp) melalui kerjasama dengan daerah lain khususnya Kota Ngawi sebagai pusat pengembangan pemerintahan, industri serta perdagangan dan jasa. b. Mempercepat pengembangan Perkotaan Ngawi melalui

pengembangan kawasan permukiman perkotaan (Kasiba dan Lisiba) serta pengembangan infrastruktur penunjangnya .

3. Sistem Jaringan Prasarana Wilayah

a. Pengembangan sistem jaringan jalan melalui percepatan realisasi jalan tol pada ruas Ngawi – Solo dan Ngawi – Mojokerto, peningkatan jalan kolektor menjadi jalan arteri dan peningkatan kualitas jalan terutama dijalan-jalan lokal dan jalan kolektor.

b. Pengembangan sistem transportasi kereta api melalui peningkatan pelayanan kereta api di Kabupaten Ngawi.

B. Pola Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi 1. Kawasan Lindung

a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, melalui penetapan kawasan hutan di kaki lereng gunung Lawu meliputi : Kecamatan Sine, Ngrambe, Jogorogo, Kendal dan pengamanan wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo ; b. Kawasan perlindungan setempat, melalui perbaikan/ reboisasi DAS di

bagian utara Kabupaten Kabupaten Ngawi dan Waduk Bringin, Waduk Kedung Bendo dan Waduk Sangiran.

c. Kawasan bencana alam, melalui peningkatan kegiatan untuk penanggulangan bencana alam pada daerah yang dilalui oleh sungai

Bengawan Solo dan kawasan yang berada di kaki lereng Gunung Lawu; serta

d. Kawasan lindung lainnya, melalui pengembalian rona alam yang mengalami kerusakan pada kawasan-kawasan konservasi.

2. Kawasan Budidaya

a. Kawasan hutan produksi, melalui penetapan hutan produksi di Kabupaten Ngawi.

b. Kawasan pertanian, melalui :

 Penetapan lahan abadi pertanian pangan (sawah beririgasi teknis);

 Pengembangan holtikultura unggulan;

 Pengembangan sentra peternakan; serta

 Pengembangan perikanan tangkap;

c. Kawasan industri, melalui pengembangan industri menengah dan home industry.

d. Kawasan pariwisata, melalui :

 Pengembangan zona wisata; dan

 Pengembangan wisata di Kabupaten Ngawi, yaitu : Waduk Pondok, Taman Rekreasi dan Pemandian Tawun, Monumen Suryo, Perkebunan Teh dan Bumi Perkemahan Jamus, Air Terjun Srambang, Bumi Perkemahan Selondo, Museum Trinil, dan Benteng Van Den Bosch.

e. Kawasan permukiman, melalui penyediaan rumah yang layak huni di Kabupaten Ngawi (pengembangan Kasiba-Lisiba).

Dengan demikian perlu adanya penyusunan untuk perencanaan detail tata ruang, yang meliputi :

1. RDTR Ibu Kota Kecamatan

2. RDTR Kawasan Strategis dari sudut kepentingan ekonomi, yaitu kawasan agropolitan dan kawasan minapolitan

(7)

Laporan Akhir

VII - 7

4. RDTR Kawasan Strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung

Lingkungan Hidup

7.3 OPTIMALISASI ASET PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI

Optimalisasi dilakukan terhadap aset-aset pemerintah seperti Perusahaan Daerah dan pertanahan, dalam rangka untuk meningkatkan dan mengoptimalkan pembangunan daerah.

Optimalisasi ini dilakukan untuk meningkatkan pendapatan daerah khususnya Kabupaten Ngawi melalui konsep wisata unggulan daerah yang dilakukan dengan pengembangan mandiri oleh pemerintah daerah Kabupaten Ngawi maupun pengembangan kerjasama dengan pihak ke-tiga.

Sedangkan optimalisasi aset pertanahan milik pemerintah Kabupaten Ngawi salah satunya dilakukan dengan Land Banking. Land Banking merupakan salah satu sistem pengelolaan lahan setelah dilakukan perakitan agar status lahan tidak segera berubah kepemilikan (masuk ke tangan spekulan). Land Banking dilakukan dalam rangka usaha pemerintah untuk menyediakan cadangan lahan yang akan digunakan untuk kegiatan-kegiatan di luar rencana dan sifatnya mendesak maupun dilakukan pemerintah untuk mendapatkan keuntungan yang nantinya tanah tersebut juga akan dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan yang memiliki nilai strategis. Land Banking dipercayakan kepada Lembaga Pemerintah atau yang ditunjuk. Sistem penggadaian lahan ini mengacu pada konsep “future value” sebagai optimalisasi aset pemerintah Kabupaten Ngawi.

(8)

Laporan Akhir

VII - 8

Tabel 7.1.

Indikasi Program Kegiatan Kabupaten Ngawi

NO RENCANA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KEBUTUHAN PROGRAM UTAMA LOKASI BESARAN

Waktu Pelaksanaan SUMBER

PEMBIAYAAN PELAKSANA INSTANSI PJM- 1 PJM-2 PJM-3 PJM-4

A. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten

1 Perdesaan Sistem Pengembangan kawasan perdesaan Pengembangan kawasan perdesaan berbasis hasil perkebunan di Kecamatan Sine, Kendal, Ngrambe, Jogorogo dan Padas.(Kabupaten Ngawi bagian selatan)  Pengembangan pusat perkebunan dan pasar perkebunan di kecamatan Ngrambe Kecamatan Sine, Kendal, Ngrambe, Jogorogo dan Padas.(Kabupaten Ngawi bagian selatan)

√ √ APBD Kab Dinas Pertanian

dan Kehutanan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Koperasi, Industri dan Perdagangan. Pengembangan kawasan Agropolitan Mendorong pertumbuhan kawasan perdesaan di Kecamatan Ngrambe  Promosi hasil produk pertanian  Pengadaan infrastruktur penunjang,  berbasis teknologi modern  Kecamatan

Ngrambe √ APBD Kab Dinas Pertanian dan Kehutanan, Dinas Bina Marga, Dinas Koperasi, Perindustrian dan perdagangan. 2 Perkotaan Sistem Pengembangan perkotaan Pengembangan ibukota kabupaten sebagai PKL  Peningkatan akses ke arah pusat

Kecamatan Ngawi √ √ APBN, APBD

Provinsi, APBD Kab Departemen PU, dinas Bina Marga Provinsi, Dinas Pu Bina Marga Kabupaten Ngawi. Pengembangan perkotaan utama sebagai PKL, PKLp dan PKK Pengembangan

perkotaan Ngawi  Pengembangan kawasan industri  Pengembangan permukiman  Pengembangan jalan kolektor  Pembangunan jalan lingkar (ring road)

Perkotaan Ngawi √ √ √ √ APBN, APBD Provinsi, APBD Kab Departemen Perhubungan, Dishub Provinsi, Dis Hubpar Kabupaten , Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan, Dinas PU Ciptakarya.

(9)

Laporan Akhir

VII - 9

NO RENCANA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KEBUTUHAN PROGRAM UTAMA LOKASI BESARAN

Waktu Pelaksanaan

SUMBER

PEMBIAYAAN PELAKSANA INSTANSI PJM- 1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 Hirarki (besaran) perkotaan Kecamatan Ngawi sebagai PKL yang memberikan pelayanan kepada PKLp dengan fungsi kegiatan primer, dengan orientasi pelayanan regional  Peningkatan sarana-prasarana penunjang perkotaan

Kecamatan Ngawi √ APBN, APBD

Provinsi, APBD Kab Departemen PU, Dishub dan Dinas Binamarga Provinsi, Dinas PU Ciptakarya, Dinas PU Binamarga Kabupaten Sistem & fungsi perwilayahan Mendorong pembentukan pusat pelayanan  Peningkatan akses ke arah pusat Pelayanan

APBD Kab Dinas Pu Binamarga, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Perhubungan Kabupaten Fasilitas perkotaan Pengembangan perkotaan Kabupaten Ngawi  Pengembangan infrastruktur kawasan

APBD Kab Dinas PU Binamarga, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Perhubungan Prasarana wilayah Mewujudkan jalan internal provinsi melalui pengembangan jalan tembus  Peningkatan kelas jalan dari kolektor menjadi arteri  Peningkatan kualitas jalan √ √ APBN, APBD Provinsi, APBD Kab Dinas PU, Dishub dan Dinas Binamarga Provinsi, Dinas PU Binamarga, Dinas Perhubungan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan BPN Kab.

B. Penetapan Fungsi Kawasan Perdesaan dan Kawasan Perkotaan

1 Penetapan Fungsi Kawasan Perdesaan Pengembangan produk unggulan Mendorong eksport hasil pertanian unggulan daerah  Pengembangan sentra produksi-pemasaran pada pusat kegiatan ekonomi di Kecamatan

Kecamatan Ngawi √ APBD Kab Din. pertanian,

perke-bunan Propinsi, Din. pertanian & Kehutanan Kabupaten.

(10)

Laporan Akhir

VII - 10

NO RENCANA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KEBUTUHAN PROGRAM UTAMA LOKASI BESARAN

Waktu Pelaksanaan

SUMBER

PEMBIAYAAN PELAKSANA INSTANSI PJM- 1 PJM-2 PJM-3 PJM-4 Ngawi Pengembangan sistem agropolitan Pengembangan produk unggulan, pengolahan dan perluasan jaringan di kec : Kecamatan Ngrambe sebagai Kota Tani Utama dan desa/kecamatan dikawasan sekitarnya sebagai penunjang  Pengembangan pasar  Pengembangan sub terminal agribisnis  Pengembangan kelembagaan sistem agribisnis (penyedian agroinput, pengolahan hasil, pemasaran dan penyedia jasa). Kecamatan Ngrambe

√ √ √ √ APBD Kab Din. pertanian & Kehutanan, Dinas PU Ciptakarya, Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, 2 Penetapan Fungsi Kawasan Perkotaan Pelayanan sosial ekonomi Pengembangan perkotaan sebagai pusat pelayanan sosial – ekonomi  Ngawi sebagai ibukota kabupaten  Ngrambe sbg kota kawasan Agropolitan Kecamatan Ngawi Kecamatan Ngrambe √ √ APBN, APBD Provinsi, APBD Kab Dinas PU, DKP, Dept Perhub, Pelindo, Perhutani, Kemtr Neg LH, Menpera, BPN, Dept Perindag, Bappenas, Dinas Binamarga Prov, DKP Prov, Din Perhub Prov, Dianas Permukiman Prov, BPN Provinsi, Dinas Perindag Prov, Bappeprov, Dinas PU Binamarga Kab, Din. Peternakan dan kesehatan hewan, Dinas Perikanan & Kelautan Kab, Dinas perhubungan Kab, Dinas

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, proses dari manajemen pelaksanaan bimbingan pranikah yang dilaksanakan di KUA Kecamatan Galang berdasarkan penelitian dengan mewawancarai Bapak

P&K, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional (1981) menyatakan bahwa gotong royong, tolong menolong adalah suatu bentuk kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu dengan asas

Kendala yang dihadapi polisi dalam upaya mencegah anak di bawah umur mengendarai kendaraan bermotor di jalan umum di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah pelaksanaan

Dari ketidakseimbangan tuntutan pekerjaan dengan aset pekerjaan yang dimiliki oleh pegawai Bangi Kopitiam berdasarkan pada hasi preeliminari yang didapatkan peneliti,

Badan Kepegawaian Daerah Kota Mataram yang mempunyai tugas pokok membantu Walikota dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang kepegawaian

Waralaba atau franchise merupakan suatu bentuk perjanjian, yang lainnya memberikan hak dan kewenangan khusus kepada pihak penerima waralaba, yang dapat terwujud dalam

Manusia hanya dapat melihat sampai dengan 400 nanometer, warna violet, sedangkan makhluk tetrachromat dapat melihat warna ultraviolet sampai dengan 300 nanometer, warna primer

Remaja Gambilangu juga dihadapkan dengan masalah yang ditimbulkan dari lokalisasi tempat tinggal para remaja dimana permasalahan tersebut timbul karena adanya karaoke,