• Tidak ada hasil yang ditemukan

RTRWBAB IV Renc. Struktur Ruang H.13 24

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RTRWBAB IV Renc. Struktur Ruang H.13 24"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

No PKL/PKLp

Kecamatan dan Perkotaan Pendukung (PPK)

Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Perkotaan

Perdagangan Jasa Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perkantoran

Rekreasi - Olahraga &

Wisata Industri dan Potensi Lain

Simpan Pinjam, Pegadaian, Bengkel, warung internet, salon.

bidan. Gereja. cornet dan abon sapi.

 Industri pengolahan limbah sapi berupa pupuk

kandang dan pupuk organik.

 Industi pengolahan dan pemasran jagung berupa keripik, tepung, corn flake, pati jangung dan minyak jagung.

 Pengembangan sentra pembibitan bawang merah, cabe dan sawi.

Kecamatan Sine Pasar skala

kecamatan, Pertokoan, Ruko

Jasa Sosial - Ekonomi Skala Kecamatan, seperti Jasa Koperasi Simpan Pinjam, Pegadaian, Bengkel, warung internet, salon, penginapan (hotel/losmen)

SMU, SMK Puskesmas rawat inap

dokter jaga, bidan.

Pusat peribadatan skala kecamatan / lokal, seperti Masjid, Musholla, Gereja. Perkantoran skala kecamatan Perkebunan Teh dan Bumi Perkemahan Jamus, GUnung Liliran.

 Pusat Indusri anyaman bambu, genteng dan kripik tempe

 Industri pengolahan dan pemasaran hasil

perkebunan berupa teh kemasan, minyak cengkeh dan mete

 Industri pengolahan unggas berupa makanan olahan dari unggas dan limbahnya untuk pupuk kandang.

 Industri pengolahan domba berupa bahan tekstil dan limbahnya dapat

dimanfaatkan menjadi pupuk.

4 Widodaren

(PKLp) Kecamatan Widodaren Pusat Perdagangan Skala Kabupaten, meliputi Pasar Regional, Pasar Induk/Pasar Khusus, Pusat Perbelanjaan, Ruko

Jasa Sosial - Ekonomi Skala Kecamatan, seperti Jasa Koperasi Simpan Pinjam, Pegadaian, Bengkel, warung internet, salon.

SMU, SMK Puskesmas Rawat Inap dokter jaga, bidan. Pusat Peribadatan Skala Kecamatan / Lokal, seperti Masjid, Musholla, Gereja.

Perkantoran Skala

Kecamatan Lapangan Olahraga skala Kecamatan

 Industri pengolahan

Pertanian tanaman pangan.

Kecamatan

Kedunggalar Pusat Perdagangan Skala Kabupaten, meliputi Pasar Regional, Pasar Induk/Pasar Khusus, Pusat Perbelanjaan, Ruko Perbankan, penginapan (motel, hotel), money changer, pegadaian, jasa pengiriman dan jasa umum lainnya.

SMU, SMK,

Diploma Puskesmas Rawat Inap Rumah Sakit tipe C, RS Bersalin Pusat peribadatan skala kecamatan, seperti Masjid, Gereja. Perkantoran pemerintah skala kecamatan dan swasta (kantor pos dan giro)

Wana wisata Monumen Suryo, Museum Trinil.

 Industri pengolahan dan pemasaran kedelai dan kedelai hitam berupa tempe, susu kedelai dan kecap.

 Pemasaran hasil holtikultura buah melon.

 Industri pengolahan kayu, dan pemasaran minyak, peralatan rumah tangga dan minuman nata de coco, minuman isotonik.

Kecamatan Pitu Pasar skala

kecamatan, Pertokoan, Ruko,

Jasa Sosial - Ekonomi Skala Kecamatan, seperti Jasa Koperasi Simpan Pinjam, Pegadaian, Bengkel, warung internet, salon.

SMU, SMK Puskesmas Rawat Inap, Rumah Sakit dokter jaga, bidan. Pusat peribadatan skala kecamatan, seperti Masjid, Gereja. . Perkantoran Pemerintah dan swasta skala Kecamatan - lokal

Pusat hiburan dan rekreasi skala lokal,

 Pusat industri

(2)

No PKL/PKLp

Kecamatan dan Perkotaan Pendukung (PPK)

Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Perkotaan

Perdagangan Jasa Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perkantoran

Rekreasi - Olahraga &

Wisata Industri dan Potensi Lain

Kecamatan Karanganyar

Pasar skala

kecamatan, Pertokoan, Ruko

Jasa Sosial - Ekonomi Skala Kecamatan, seperti Jasa Koperasi Simpan Pinjam, Pegadaian, Bengkel, warung internet, salon.

SMU, SMK, Diploma

Puskesmas Rawat Inap, Rumah Sakit dokter jaga, bidan.

Pusat

peribadatan skala kecamatan, seperti Masjid, Gereja.

Perkantoran Pemerintah dan swasta skala Kecamatan - lokal

Pusat hiburan dan rekreasi skala lokal,

 Pusat industri

pengolahan/pemasaran hasil pertanian

Kecamatan

Mantingan Pasar skala kecamatan, Pertokoan, Ruko

Penginapan (motel, hotel), jasa

pengiriman dan jasa umum lainnya.

SMU, SMK,

Perguruan Tinggi Puskesmas Rawat Inap, Rumah Sakit C

Pusat

peribadatan skala kecamatan, seperti Masjid, Gereja, Pure.

Perkantoran Pemerintah dan swasta skala Kecamatan (kantor pos dan giro)

Pusat hiburan dan rekreasi skala kecamatan - lokal

 Pusat industri kerajinan tangan berupa kerajinan dari kayu jati

 Pusat industri kerajinan menengah dan kecil

(3)

1. Rencana Jalan Bebas Hambatan

Rencana pembangunan jalan bebas hambatan lintas tengah trans pulau

Jawa bertujuan untuk menyeimbangkan dan meningkatkan perekonomian

antara Jawa bagian selatan dengan Jawa bagian utara. Selama ini pertumbuhan

perekonomian masyarakat di pantai utara (Pantura) Jawa lebih maju

dibandingkan penduduk pantai selatan Jawa. Rencana pembangunan jalan

bebas hambatan Ngawi - Kertosono dan Jalan bebas hambatan Solo –

Mantingan – Ngawi, dengan panjang 44,7 Km. Right Of Way (Row) atau ruang

milik jalan (Rumija) yang dibangun rata-rata 60 meter. Luas lahan yang

dibutuhkan 361,4 Ha, terdiri dari lahan sawah seluas 331,2 Ha dan lahan darat

seluas 0,301 Ha

Adapun wilayah Kabupaten Ngawi yang terkena proyek pembangunan

[image:3.1191.723.1014.118.315.2]

jalan bebas hambatan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4

Wilayah Kabupaten Ngawi yang Terkena Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan

NO NAMA

KECAMATAN NAMA DESA

1 Mantingan

 Kedungharjo

 Mantingan

 Sambirejo

 Pengkol

2 Karanganyar  Sriwedari

3 Widodaren

 Kauman

 Gendingan

 Widodaren

 Karangbayu

 Sidolaju

4 Kedunggalar

 Bangunrejo Kidul

 Jenggrik

 Wonokerto

 Pelanglor

 Gemarang

5 Paron

 Ngale

 Kebon

 Dawu

6 Ngawi  Watualang

NO NAMA

KECAMATAN NAMA DESA

 Grudo

 Jururejo

 Beran

7 Geneng

 Klitik

 Kersoharjo

 Dempel

 Kersikan

 Kasreman

 Klampisan

 Baderan

8 Kwadungan  Mojomanis

Sumber :Dinas Perhubungan

2. Rencana Jalan Arteri Primer

Jalan arteri primer merupakan jalan yang menghubungkan secara

berdaya guna antar pusat kegiatan nasional atau antar pusat kegiatan nasional

dengan pusat kegiatan wilayah. Jalan arteri primer ini juga melayani angkutan

utama yang merupakan tulang punggung transportasi nasional yang

menghubungkan pintu gerbang Kota Ngawi ke perbatasan Jawa Timur – Jawa

Tengah. Ketentuan teknis tentang jalan arteri sistem primer dijelaskan dalam

Pasal 13 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan disebutkan

bahwa:

a. Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana minimal 60

km/jam dengan lebar badan jalan minimal 11 meter;

b. Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu

lintas rata-rata

c. Pada jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu

lintas ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal;

d. Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi;

e. Persimpangan sebidang pada jalan arteri primer dengan pengaturan

tertentu; serta

f. Jalan arteri primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan

(4)

Gambar 4.1.

Kondisi Jalan Arteri di Kecamatan Mantingan

Rencana pengembangan jalan arteri primer yang memiliki status Jalan

Nasional di Kabupaten Ngawi adalah ruas jalan Mantingan – Batas Kota Ngawi,

Jalan Gubernur Suryo, Jalan PB. Sudirman, Jalan Basuki Rahmat, Jalan

Sukowati, Jalan Batas Kota Ngawi – Batas Kab. Madiun.

3. Rencana Jalan Kolektor Primer

Jalan kolektor 1 adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan antar

Ibukota Provinsi; Jalan Kolektor 2 adalah jalan kolektor primer yang

menghubungkan Ibukota Provinsi dengan Ibukota Kabupaten/Kota; serta Jalan

Kolektor 3 adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan antar Ibukota

Kabupaten/ Kota. Ketentuan teknis tentang jalan Kolektor sistem Primer

dijelaskan dalam Pasal 14 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang

Jalan, yang memaparkan bahwa :

a. Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana minimal

40 km / jam dengan lebar badan jalan minimal 9 meter;

b. Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume

lalu lintas rata-rata;

c. Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan.

d. Persimpangan sebidang pada jalan kolektor primer dengan pengaturan

tertentu; serta

e. Jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau

kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.

Rencana pengembangan jalan kolektor primer yang termasuk status jalan

Nasional di Kabupaten Ngawi adalah ruas jalan A. Yani, Jalan Klitik –

Banyakan, Jalan Lombok, Jalan Batas Kota Ngawi – Batas Kab. Magetan. Selain

itu juga jalan Padangan – Batas Kab. Ngawi, Batas Kab. Bojonegoro – Batas Kota

Ngawi dan Jalan Raya Padangan

Gambar 4.2.

Kondisi Jalan Arteri Primer di Kecamatan Padas

4. Rencana Jalan Lokal Primer

Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan

jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jalan lokal primer ini pada dasarnya

merupakan jalan penghubung utama antar kecamatan yang ada dan

penghubung dengan fungsi utama di Kabupaten Ngawi yang tidak terletak di

[image:4.1191.172.536.120.387.2] [image:4.1191.695.1053.368.536.2]
(5)

Ketentuan teknis tentang jalan Lokal sistem Primer dijelaskan dalam Pasal

15 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan, yang memaparkan

bahwa :

a. Jalan lokal primer di desain berdasarkan kecepatan rencana minimal 20

km / jam dengan lebar badan jalan minimal 7,5 meter; dan

b. Jalan lokal primer yang memasuki kawasan perdesaan tidak boleh

terputus.

Arahan pengembangan jalan lokal primer yang termasuk status Jalan

Kabupaten di wilayah Kabupaten Ngawi, dan pengelolaannya menjadi wewenang

Pemerintah Kabupaten Ngawi adalah :

a. jalan-jalan yang menghubungkan antar kecamatan dan menghubungkan

sistem perkotaan;

b. rencana pengembangan jalan lingkar (ring road) utara ngawi;

c. jalan-jalan utama yang menghubungkan antara jalan lingkar (ring road),

jalan arteri primer dan jalan kolektor primer dengan jalan-jalan yang menghubungkan sistem perkotaan;

d. rencana pengembangan jalan lokal primer yang berfungsi sebagai jalan

lintas strategis kabupaten dan jalan penghubung antar kabupaten, meliputi

1) jalan yang menghubungkan Kabupaten Ngawi dengan Kabupaten

Bojonegoro.

2) jalan yang menghubungkan Kabupaten Ngawi dengan Kabupaten

Blora.

3) jalan yang menghubungkan Kabupaten Ngawi dengan Kabupaten

Grobogan.

4) jalan yang menghubungkan Kabupaten Ngawi dengan Kabupaten

Karanganyar.

Mendasar Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan,

untuk mengendalikan fungsi jalan telah diatur Ruang Manfaat Jalan, Ruang

Milik Jalan dan Ruang Pengawasan Jalan dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Ruang Manfaat Jalan

Dalam Pasal 34 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan,

dijelaskan bahwa Ruang Manfaat Jalan :

a. Meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya;

b. Merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan

kedalaman tertentu yang ditetapkan oleh penyelenggara jalan yang

bersangkutan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri; serta

c. Hanya diperuntukkan bagi median, perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu

jalan, saluran tepi jalan, trotoar (hanya diperuntukkan bagi lalu lintas

pejalan kaki), lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian,

gorong-gorong, perlengkapan jalan, dan bangunan pelengkap lainnya.

2. Ruang Milik Jalan

Dalam Pasal 39 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan,

dijelaskan bahwa :

a. Ruang Milik Jalan terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur tanah

tertentu di luar ruang manfaat jalan;

b. Ruang Milik Jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh

lebar, kedalaman, dan tinggi tertentu;

c. Ruang Milik Jalan diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan, pelebaran

jalan, dan penambahan jalur lalu lintas di masa akan datang serta

kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan;

d. Sejalur tanah tertentu dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau

yang berfungsi sebagai lansekap jalan; serta

e. Penggunaan ruang terbuka pada ruang milik jalan untuk ruang terbuka

hijau dimungkinkan selama belum dimanfaatkan untuk keperluan ruang

manfaat jalan.

3. Ruang Pengawasan Jalan

Dalam Pasal 44 Peraturan Pemerintah No. 34/2006 tentang Jalan,

dijelaskan :

a. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang milik

(6)

b. Ruang pengawasan jalan diperuntukkan bagi pandangan bebas

pengemudi dan pengamanan konstruksi jalan serta pengamanan fungsi

jalan;

c. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang sepanjang jalan di luar ruang

milik jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu; serta

Berdasarkan ketentuan di atas, maka bagian-bagian jalan dapat

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 4.3. Bagian-bagian Jalan

Ditinjau dari kondisi dan kebutuhan pengembangan di Kabupaten Ngawi, maka

arahan lebar ruang manfaat jalan, ruang milik jalan dan ruang pengawasan

jalan dapat dilihat pada Tabel 4.5. berikut:

Tabel 4.5.

Arahan Rumaja, Rumija dan Ruwasja di Kabupaten Ngawi No Fungsi Jalan Rumaja Rumija Ruwasja

1 Jalan Tol 30 30 15

2 Jalan Arteri Primer

a. Pusat Perbelanjaan 15 - 20 15 - 20 8 - 15

b. Perumahan 15 - 20 15 - 20 5 - 10

No Fungsi Jalan Rumaja Rumija Ruwasja

c. Perdagangan 15 - 20 15 - 20 0 - 10

d. Fasilitas Umum 15 - 20 15 - 20 5 - 10

3 Jalan Kolektor Primer

a. Pusat Perbelanjaan 10 - 15 10 - 15 5 - 10

b. Perumahan 10 - 15 10 - 15 5 - 10

c. Perdagangan 10 - 15 10 - 15 0 - 10

d. Fasilitas Umum 10 - 15 10 - 15 5 - 10

4 Jalan Lokal Primer

a. Pusat Perbelanjaan 8 - 12 8 - 12 5 - 8

b. Perumahan 8 - 12 8 - 12 4 - 7

c. Perdagangan 8 - 12 8 - 12 5 - 10

d. Fasilitas Umum 8 - 12 8 - 12 5 - 10

[image:6.1191.687.1044.115.398.2] [image:6.1191.122.573.280.517.2]
(7)
[image:7.1191.149.567.112.623.2]

Gambar 4.4 Konsep Dimensi Jalan

B. Rencana Terminal

Pada dasarnya terminal berfungsi sebagai tempat persinggahan

kendaraan/angkutan umum yang juga berfungsi mengatur pergerakan orang

dan barang. Hingga tahun 2030 terdapat 2 unit terminal di Kabupaten Ngawi

yang berada di Kecamatan Ngawi sebanyak 2 unit terminal, yaitu terminal

penumpang dan juga terminal barang

Rencana pengembangan terminal penumpang, meliputi:

a. memperbaiki, meningkatkan pelayanan dan mengembangkan terminal Tipe

C, di Ngrambe, Geneng, Karangjati dan Gendingan;

b. memperbaiki, meningkatkan pelayanan dan mengembangkan terminal

barang di Kecamatan Ngawi, Mantingan dan Karangjati;

c. memelihara dan meningkatkan pelayanan Terminal Kertonegoro Tipe A di

tepi jalan lingkar Kecamatan Ngawi; dan

d. peningkatan infrastruktur pendukung pelayanan terminal yang memadai.

Rencana pengembangan terminal barang, meliputi:

a. memperbaiki, meningkatkan pelayanan dan mengembangkan terminal

barang di Kecamatan Ngawi, Mantingan dan Karangjati;

[image:7.1191.671.1098.386.636.2]

b. peningkatan infrastruktur pendukung pelayanan terminal yang memadai.

Gambar 4.5

(8)

4.3.1.2 Rencana Kereta Api

Dalam pasal 1 Undang-Undang No. 13 Tahun 1992 tentang

Perkeretaapian, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan perkerataapian adalah

segala sesuatu yang berkaitan dengan sarana, prasarana dan fasilitas

penunjang kereta api untuk penyelenggaraan angkutan kereta api yang disusun

dalam satu sistem. Sarana kereta api adalah segala sesuatu yang dapat

bergerak di atas jalan rel. Prasarana kereta api adalah jalur dan stasiun kereta

api termasuk fasilitas yang diperlukan agar sarana kereta api dapat

dioperasikan. Sedangkan fasilitas penunjang kereta api adalah segala sesuatu

yang melengkapi penyelenggaraan angkutan kereta api yang dapat memberikan

kemudahan serta kenyamanan bagi pengguna jasa kereta api.

Dalam pasal 13 UU No. 13/1992 tentang Perkeretaapian dijelaskan bahwa

untuk kelancaran dan keselamatan pengoperasian kereta api, pemerintah

menetapkan pengaturan mengenai jalur kereta api yang meliputi daerah

manfaat jalan, daerah milik jalan dan daerah pengawasan jalan termasuk

bagian bawahnya serta ruang bebas diatasnya. Hal ini berarti badan

penyelenggara dalam memanfaatkan jalur tersebut tidak boleh mengakibatkan

terganggunya penyelenggaraan angkutan kereta api. Agar masyarakat luas

mengetahui batas jalur kereta api, maka badan penyelenggara wajib

menempatkan tanda atau patok batas-batas jalur kereta api.

Dalam ketentuan ini, yang dimaksud dengan daerah manfaat jalan kereta

api adalah jalan rel beserta tanah di kiri dan kanannya yang dipergunakan

untuk konstruksi jalan rel. Daerah milik jalan kereta api yaitu daerah manfaat

jalan kereta api beserta tanah di kiri dan kanannya yang dipergunakan untuk

pengamanan konstruksi. Adapun untuk ketentuan-ketentuan tentang

sepanjang jalan kereta api sebagai usaha perlindungan terhadap jaringan jalan

tersebut dimana lahan yang termasuk jalan kereta api menurut UU RI No. 13

Tahun 1993 tentang Perkeretaapian adalah :

1. Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) Kereta Api

Ruang manfaat jalan memanfaatkan jalan rel kereta api yang panjangnya

dari sumbu rel kereta api, digunakan untuk melindungi jalan atau lahan

PT. Kereta Api Indonesia (KAI) dari gangguan berupa pembongkaran atau

gangguan langsung terhadap badan rel kereta api, seperti melindungi dari

bahaya banjir. Lahan selebar ini merupakan ruang bebas dari bangunan

dan merupakan ruang bebas pandang kereta api, untuk

mengakomodasikan badan kereta api dan perlengkapan lalu lintas kereta

api. Ruang ini hanya diisi perlengkapan kegiatan lalu-lintas kereta api yaitu

kabel-kabel sinyal, telegram dan telepon. Perlengkapan ini sangat penting

bagi kelancaran terselenggaranya perlengkapan tersebut terganggu, maka

akan membahayakan keselamatan perjalanan kereta api.

2. Ruang Milik Jalan (Rumija) Kereta Api

Ruang milik jalan kereta api sepanjang 11 meter dari poros rel kereta api,

termasuk dalam daerah bebas pandang. Kecelakaan kereta api bisa

disebabkan tercampurnya perlintasan sisi orang dengan perlintasan kereta

api. Untuk itu perlu diadakan pengendalian terhadap pergerakan manusia

yang akan melintasi atau api. Damija diperlukan pula untuk menghindari

terjadinya pemanfaatan asset kereta api untuk kepentinganlain. Selain itu

lahan damija ini digunakan untuk memperlancar perjalanan kereta api dari

gangguan seperti longsor, kendaraan lain yang melintas dan gangguan

lainnya.

3. Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja) Kereta Api

Ruang pengawasan jalan rel kereta api panjangnya 23 meter dari poros rel

kereta api. Sekitar lahan ini bisa dibangun tetapi masih dalam pengawasan

jawatan kereta api, disamping itu dalam jangka panjang sebagai lahan

(9)

Stasiun kereta api di Kabupaten Ngawi ini ada 4 yaitu Stasiun Geneng,

Paron, Kedunggalar dan Stasiun Walikukun. Sistem pergerakan digunakan

untuk melayani pergerakan yang menghubungkan antara Ngawi - Surabaya,

[image:9.1191.187.549.191.348.2]

Ngawi - Jakarta.

Gambar 4.6

Stasiun Paron di Kabupaten Ngawi

Untuk pengembangan sistem perkeretaapian antara lain meliputi :

1. Rencana pengembangan prasarana transportasi perkeretaapian meliputi

arahan pengembangan jalur perkeretaapian, pengembangan prasarana perkeretaapian untuk keperluan penyelenggaraan kereta api regional antar kota, terminal barang, serta konservasi rel mati.

2. Rencana pengembangan jalur perkeretaapian meliputi arahan

pengembangan jalur kereta api ganda, dan penataan jalur perkeretaapian

jalur Barat yaitu Surabaya – Solo yang melewati stasiun Geneng, Paron dan

Walikukun.

3. Rencana pengembangan prasarana perkeretaapian untuk keperluan

penyelenggaraan kereta api regional antar kota Madiun – Solo melewati

Kecamatan Geneng – Paron – Walikukun.

4. Rencana pengembangan terminal barang di stasiun Paron.

5. Rencana pengembangan prasarana jalur perkeretaapian berupa penataan

jalur yang terdiri dari tindakan pemasangan jalur ganda, tindakan pemasangan jalur melayang.

Konservasi sempadan rel kereta api pada dearah permukiman adalah

11,5 meter pada kiri dan kanan sepanjang rel kereta. Untuk konservasi

sempadan rel kereta api di wilayah Kabupaten Ngawi sebaiknya diarahkan agar

dapat memenuhi standart kelayakan konservasi. Selain itu juga dilakukan

konservasi pada rel kereta yang telah mati yang ditujukan pada ruas-ruas

potensial.

Untuk sempadan kereta api dapat difungsikan sebagai Ruang Terbuka

Hijau yaitu antara sempadan garis tepi rel kereta api hingga batas pinggir kereta

api. Dengan dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau, maka manfaat yang

diperoleh sangat banyak, yaitu :

1. Sebagai alat peredam suara yang ditimbulkan oleh mesin kereta api;

2. Untuk mengurangi polusi, akibat polusi asap kereta api maupun kendaraan

lain; dan

3. Untuk membatasi agar tidak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk

kegiatan baik kegiatan berdagang maupun mendirikan bangunan lainnya.

Gambar 4.7

Sempadan Jaringan Kereta Api

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta 4.3 Pengembangan Jaringan

[image:9.1191.645.1109.353.603.2]
(10)

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI

(11)

4.3.2. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Energi

A. Energi Listrik

Dalam rangka pemerataan pembangunan, maka penerangan ke wilayah

terisolasi atau wilayah yang belum terjangkau kebutuhan akan listrik harus

dilakukan melalui pengembangan jaringan baru. Diharapkan jaringan

prasarana energi listrik akan mampu memenuhi kebutuhan akan energi listrik

di wilayah Kabupaten Ngawi. Untuk mengoptimalkan pelayanan energi listrik

pada masa depan, diperlukan adanya peningkatan pelayanan utamanya pada

daerah-daerah yang menjadi pusat pertumbuhan wilayah dan wilayah yang

menjadi target pengembangan. Pengembangan pelayanan energi listrik meliputi :

1. peningkatan daya energi listrik pada daerah-daerah pusat pertumbuhan dan

daerah pengembangan berupa pembangunan dan penambahan gardu-gardu

listrik di Kecamatan Widodaren, Ngrambe dan Karangjati;

2. penambahan dan perbaikan sistem jaringan listrik pada daerah-daerah yang

belum terlayani; dan

3. meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan listrik sehingga terjadi

pemerataan pelayanan diseluruh wilayah daerah, sehingga dapat

diasumsikan bahwa setiap rumah tangga akan memperoleh layanan

jaringan listrik, sehingga tidak ada masyarakat yang belum terlayani.

Dalam peningkatan pelayanan jaringan listrik perlu diperhatikan adanya

ketentuan pembangunan jaringan listrik, dimana dalam pengembangan jaringan

listrik khususnya untuk pengembangan jaringan SUTT dan SUTET diperlukan

areal konservasi pada sekitar jaringan yaitu sekitar 20 meter pada setiap sisi

[image:11.1191.672.1058.134.587.2]

tiang listrik untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan bagi masyarakat

Gambar 4.8

Sempadan SUTT 66 kV Tanah Datar

(12)
[image:12.1191.116.586.118.643.2]

Gambar 4.9

Sempadan SUTT 150 kV Tanah Datar

Keterangan :

: Ruang bebas (daerah terlarang)

J1 : Jarak bebas (terdekat) untuk lapangan terbuka daerah luar kota

J3 = J5 : Jarak bebas (terdekat) terhadap pohon-pohon pada umumnya dan

bagian bangunan tahan api

Dibutuhkan adanya alternatif bentuk energi lain yang bisa

dikembangkan untuk peningkatan pelayanan listrik di Kabupaten Ngawi

meliputi mikrohidro dan solarcell serta biogas.

Kabupaten Ngawi memiliki wilayah yang luas dengan 19 kecamatan.

Listrik atau penerangan sangat dibutuhkan oleh setiap daerah agar lebih mudah

dalam memperoleh informasi guna memajukan daerah itu sendiri, Gardu Induk

Kabupaten Ngawi jumlahnya saat ini ada 1 unit yaitu di Kecamatan Ngawi.

Untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Kabupaten Ngawi, sumber

energinya diambil dari Jaringan SUTT Jawa Bali dan akan diupayakan

pengembangannya agar dapat menjangkau tempat terpencil. Selain itu

berpotensi dikembangkan potensi sumber energy alternatif yang murah dan

ramah lingkungan antara lain berupa Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro,

solarcell serta biogas.

Pemasangan pembangkit listrik tenaga air atau Pembangkit Listrik

Tenaga Mikrohidro (PLTMH) dilakukan pada daerah yang memiliki sumber air

dan belum dimanfaatkan secara optimal, seperti air terjun, sumber irigasi dan

sungai seperti Waduk Pondok, Waduk Sangiran dan Waduk Kedung Bendo.

Beberapa peluang desa mandiri energi yang ada di Kabupaten Ngawi akan

dikembangkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Adapun wilayah

mandiri energi penghasil biogas adalah desa-desa dengan potensi ternak besar

karena biasanya sumber pembuatan dari biogas adalah kotoran ternak antara

lain :

 Desa - desa di Kecamatan Widodaren

 Desa - desa di Kecamatan Paron

 Desa - desa di Kecamatan Kendal

 Desa - desa di Kecamatan Geneng

 Desa - desa di Kecamatan Sine

 Desa - desa di Kecamatan Padas

 Desa - desa di Kecamatan Ngrambe

 Desa - desa di Kecamatan Kasreman

Gambar

Tabel 4.4 Wilayah Kabupaten Ngawi yang Terkena
Gambar 4.1. Kondisi Jalan Arteri di Kecamatan Mantingan
Gambar 4.3. Bagian-bagian Jalan
Gambar 4.4 Konsep Dimensi Jalan
+4

Referensi

Dokumen terkait

(c) Jalan kabupaten terdiri atas jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan provinsi; jalan lokal primer yang menghubungkan

Kelompok jalan kabupaten adalah kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan provinsi, jalan lokal primer, jalan sekunder dan jalan lain yang tidak termasuk

STATUS JALAN NASIONAL JALAN PROVINSI JALAN KABUPATEN JALAN KOTA JALAN DESA SISTEM JARINGAN JALAN SJJ PRIMER SJJ SEKUNDER FUNGSI JALAN JALAN ARTERI JALAN KOLEKTOR JALAN LOKAL JALAN

Jalan kabupaten terdiri atas jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan provinsi, jalan lokal primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan

Sampai dengan keadaan Juni 2018, total panjang ruas jalan di Kabupaten Manggarai Timur dengan status pengawasan kabupaten ( jalan kabupaten ) adalah 1.281,291

Yang termasuk kelompok Jalan Kotamadya adalah jaringan jalan sekunder di dalam Kotamadya. Penetapan status suatu ruas jalan arteri sekunder dan atau ruas jalan kolektor sekunder

a) Jalan Arteri Primer, merupakan jalan Trans Sumatera diwilayah pesisir Sumatera dengan status nasional yang mencakup ruas Rantau Prapat-Tanjung Balai–Kisaran-Lima

Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis