BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
Pembangunan Pabrik Gula Kwala Madu dimulai dari proyek gula PT.
Perkebunan Nusantara IX (Proyek Pengembangan Gula) tahun 1975 yang
dilakukan di beberapa tempat, yaitu :
1. Perkebunan Tanjung Morawa
2. Perkebunan Batang Kuis
3. Perkebunan Sei Semayang
4. Perkebunan Kwala Madu
Balai penelitian PT. Perkebunan Nusantara IX ikut serta dalam melakukan
penelitian dan melihat kemungkinan adanya peranan tebu diantara lokasi
Tembakau Deli sebagai usaha dalam rangka peningkatan produktivitas tanah.
Hasil penelitian penanaman tebu dilakukan dengan memiliki harapan besar untuk
memulai suatu proyek gula, karena output yang dihasilkan setiap lahan cukup
tinggi. Maka studi kelayakan pendirian pabrik pada bulan Februari tahun 1978
oleh Philipine Consortium Of Sugar Consultant, dan pada bulan Agustus 1978
izin prinsip pembangunan proyek gula PTP II dikeluarkan oleh Menteri Pertanian
Republik Indonesia dengan surat No.252/Menteri/III/1978. Pabrik Gula Kwala
Madu (PGKM) adalah suatu perusahaan penghasil gula kedua yang didirikan
diluar pulau Jawa yang mempunyai kantor besar dijalan Tembakau Deli No.4
Pemerintah Republik Indonesia mengadakan kontrak dengan Hitachi Zosen
yang ditandatangani tanggal 23 November 1981 dan mulai berlaku tanggal 6
Februari 1982, Pabrik Gula Kwala Maduharus dapat di selesaikan dalam waktu 24
bulan yaitu tanggal 6 Februari 1984 dan diberi tambahan waktu keterlambatan
selama 14 hari. Dan ternyata pada tanggal 20 Januari 1984 Pabrik Gula Kwala
Madu sudah dapat diselesaikan, dimana penyelesaian pabrik kurang dari 24 bulan
dari kontrak yang telah ditandatangani.
Dalam beroperasi Pabrik Gula Kwala Madu bekerja selama 24 jam sehari
dalam masa giling selama ± 7 bulan yang dibagi menjadi 3 shift jam kerja, 1 shift
adalah 8 jam. Kapasitas pabrik 4000 ton tebu sehari. PT. Perkebunan IX berubah
nama menjadi PTP. Nusantara II pada tahun 1997
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
Pabrik Gula Kwala Madu menghasilkan gula tebu ataupun gula pasir dari
tebu, dimana dalam penanaman tebu PTPN II memiliki perkebunan sendiri, yang
selanjutnya tebu diolah pada pabrik dan menghasilkan gula pasir.
Pabrik gula Kwala Madu dikategorikan dalam kelompok D sesuai dengan
SK Menteri Pertanian No. 59/pst/EKKU/10/1997 yang mengelompokkan pabrik
gula berdasarkan kapasitas dalam :
1. Golongan A untuk pabrik dengan kapasitas 800 – 1200 ton/hari
2. Golongan B untuk pabrik dengan kapasitas 1200 – 1800 ton/hari
3. Golongan C untuk pabrik dengan kapasitas 1800 – 2700 ton/hari
Selain pabrik Gula Kwala Madu, PTP. Nusantara II juga mempunyai
pabrik gula yang lain yaitu Pabrik Gula Sei Semayang dengan kapasitas 4000
ton/hari.
2.2.1. Lokasi Perusahaan
Lokasi Pabrik Gula Kwala Madu berjarak 36 Km dari kota Medan,
tepatnya di Kwala Begumit, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat. Lokasi
Pabrik Gula Kwala Madu jauh dari keramaian penduduk dan lokasi bahan baku
yaitu perkebunan tebu yang berada cukup dekat disekitar pabrik, dengan luas areal
penanaman tebu seluas 6706,47 Ha dimana areal perkebunan meliputi:
1. Kwala Madu : 1.966,10 Ha
2. Distrik Tb/P3GI : 6,0 Ha
3. Tandem Hilir : 1100,00 Ha
4. Tandem : 96,60 Ha
5. Kwala Binjai : 1684,90 Ha
6. T. Jati : 424,16 Ha
7. Batang Serangan : 85,00 Ha
Di lain sisi pabrik juga mengolah tebu dari hasil rakyat di sekitar pabrik
melalui tebu rakyat intensifikasi seluas 500,25 Ha.
2.2.2. Daerah Pemasaran
PT. Perkebunan Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu memiliki sistem
pemasaran yang dimulai dari proses pemesanan. Pesanan ini diterima oleh pihak
selanjutnya bagian pemasaran akan memberitahukan pemesanan tersebut ke
pabrik untuk di proses. Setelah pemesanan selesai di proses, maka konsumen akan
mengambil langsung ke Pabrik Gula Kwala Madu sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan.
2.3. Organisasi dan Manajemen
Organisasi adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan tertentu dan
diantara mereka dilakukan pembagian tugas untuk pencapaian tujuan tersebut.
Organisasi mempunyai unsur-unsur seperti dibawah ini:
1. Adanya dua orang atau lebih
2. Adanya maksud dan tujuan untuk bekerja sama.
3. Adanya pengaturan hubungan.
4. Adanya tujuan yang hendak dicapai.
Organisasi menggambarkan keseluruhan aktifitas manajemen dalam
pengelompokan orang-orang dan penetapan tugas, fungsi-fungsi, wewenang, serta
tanggung jawab masing-masing dengan tujuan terciptanya aktifitas-aktifitas yang
berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Manajemen adalah alat organisasi untuk mencapai tujuannya.
Administrator atau manajer harus berupaya mengerahkan kelompok orang-orang
yang di bawahnya seefektif dan seefisien mungkin untuk mencapai tujuan
tersebut. Ukuran keberhasilan administrator atau manajer adalah tinggi rendahnya
2.3.1. Struktur Organisasi
Dalam struktur organisasi akan dapat dilihat hubungan dan kerjasama
dalam suatu organisasi. Struktur organisasi merupakan bahan yang memberikan
gambaran secara skematis tentang penetapan dan pembagian pekerjaan yang harus
dilakukan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan serta
menetapkan hubungan antara unsur-unsur organisasi secara jelas dan terperinci.
Bagan organisasi menunjukkan:
1. Pembagian kerja
2. Pimpinan dan bawahan
3. Tipe pekerjaan yang dilaksanakan
4. Pengelompokan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan
5. Tingkatan-tingkatan dalam manajemen
Dalam sistem pengorganisasian pada unit yang berbeda-beda, diperlukan
struktur organisasi yang dapat mempersatukan seluruh sumber daya dengan cara
yang teratur. Dengan struktur organisasi tersebut diharapkan setiap personil yang
ada di dalam organisai dapat diarahkan sehingga dapat mendorong mereka
melaksanakan aktifitas masing-masing dengan baik dengan mendukungnya
sasaran perusahaan.
Adapun struktur yang berlaku di Pabrik Gula Kwala Madu adalah
organisasi fungsional, dimana organisasi ini disusun atas dasar fungsi yang harus
dilaksanakan, serta dalam pembagian tugas-tugas dapat didasarkan pula oleh
Gambar 2.1. Struktur Organisasi Pabrik gula Kwala Madu
Sumber : Pabrik Gula Kwala Madu PTP. Nusantara II
MANAGER PABRIK
TUIK TIMBANGAN GUDANG ASISTEN
2.3.2. Uraian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab
Adapun tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing bagian dalam
struktur organisasi dapat dilihat pada Lampiran I.
2.3.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja
Karyawan di Pabrik Gula Kwala Madu umumnya telah bekerja sejak
berdirinya pabrik pada tahun 1983 sampai saat ini, dan telah mengalami
pendidikan khusus Pabrik Gula baik dari Lembaga Pendidikan Perkebunan di
Yogyakarta maupun Job Training di Pabrik Gula yang ada di pulau Jawa, Pabrik
Gula Cot Girek di Aceh maupun Pabrik Gula yang ada di luar negeri seperti di
Filipina.
Komposisi tenaga kerja di PG. Kwala Madu terdiri dari :
a. Pimpinan = 13 orang
b. Karyawan Pelaksana = 560 orang
c. Karyawan Tidak Tetap = 160 orang
Jumlah = 733 orang
Adapun komposisi susunan tenaga kerja di Pabrik Gula Kwala Madu ditunjukkan
Tabel 2.1. Susunan Tenaga Kerja PG. Kwala Madu
Kantor Dinas teknik
Boiler 3 Dinas Pengolahan
Kantor Dinas
Agar produksi perusahaan berjalan lancar dalam melakukan tugas untuk
mencapai tujuannya, maka jam kerja diatur menjadi tiga shift, yaitu:
1. Shift I mulai pukul 07.00 sampai 16.00 WIB
2. Shift II mulai pukul 16.00 sampai 23.00 WIB
3. Shift III mulai pukul 23.00 sampai 07.00 WIB
2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya
Sistem pengupahan yang dilakukan di Pabrik Gula Kwala Madu adalah
berdasarkan peraturan pemerintah melalui Surat keputusan Bersama (SKB) yang
dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Departemen Pertanian.
Sistem pengupahan dibedakan berdasarkan golongan karyawan. Karyawan
pimpinan terdiri dari golongan III-A sampai IV-D, karyawan pelaksana terdiri dari
golongan I-A sampai II-D.
Masa giling di Pabrik gula Kwala Madu adalah sekitar 7 bulan yaitu mulai
bulan Januari sampai bulan Juli dalam 1 tahun, akan tetapi seluruh karyawan tetap
dan pimpinan tetap aktif bekerja walaupun pada saat itu diluar jam kerja yang
telah ditentukan, maka karyawan tersebut mendapat upah lembur sesuai dengan
perjanjian perburuhan pasal (X) yang mengatur upah lembur tersebut :
Karyawan Harian =3x (gaji/hari+𝑐𝑎𝑡𝑢/ℎ𝑎𝑟𝑖)
20 x 100 %
Karyawan =3 x (gaji/hari +𝑐𝑎𝑡𝑢/ℎ𝑎𝑟𝑖)
173 x 100 %
Tingkat upah lembur diatur sebagai berikut :
Hari Biasa : 150 % (jam pertama)
Hari minggu dan hari besar biasa : 300 % (jam pertama s.d. jam ketujuh)
: 400 % (jam kedelapan dan seterusnya)
Upah/gaji dibayar oleh perusahaan setiap awal bulan sebesar upah standar,
ditambah upah lembur bila ada, dan pada waktu-waktu tertentu karyawan akan
menerima :
a. Upah perangsang berdasarkan prestasi.
b. Pembagian keuntungan
c. Jaminan untuk hari tua/pensiun
d. Tunjangan hari raya dan tahun baru dan lain-lain.
Untuk mendorong pimpinan dan karyawan agar bekerja lebih giat dan
meningkatkan prestasi kerja, pihak perusahaan memberikan fasilitas-fasilitas
pendukung seperti berikut :
1. Pemberian Cuti
2. Perumahan
3. Perawatan Kesehatan
4. Sarana Pendidikan
5. Sarana Rumah Ibadah
6. Koperasi Karyawan
2.4. Proses Produksi
Proses Produksi merupakan kegiatan-kegiatan yang berlangsung di pabrik
mulai dari pengolahan bahan baku menjadi suatu produk jadi. Proses produksi di
Pabrik Gula Kwala Madu adalah untuk menghasilkan gula pasir.
2.4.1. Bahan Yang digunakan 1. Bahan Baku
Bahan baku adalah semua bahan yang digunakan sebagai bahan
utama dalam proses produksi, ikut dalam proses produksi dan memiliki
persentase terbesar dibandingkan dengan bahan lainnya. Adapun bahan
baku yang digunakan untuk proses produksi yang terdapat di Pabrik gula
Kwala Madu adalah tebu.
Tebu yang akan dipanen mempunyai rendemen (kadar gula) rata-rata
6,5 – 7 %. Pemanenan tebu dilakukan antara 10 – 12 bulan sejak ditanam,
dimana sebelumnya diperiksa terlebih dahulu dengan mengambil sepuluh
batang tebu secara acak sebagai contoh. Tebu yang baik untuk dijadikan
bahan baku pembuatan gula adalah tebu yang matang, dimana kandungan
gula dalam batangnya adalah sama.
kadar gula dalam tebu dipengaruhi oleh faktor intern yaitu varietas
tebu dan faktor ekstern adalah iklim tanah, serta perawatan/pemeliharaan.
Faktor yang paling nyata mempengaruhi kadar kandungan gula adalah
iklim, karena itu panen dilakukan saat curah hujan sedikit yaitu pada bulan
2. Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses
produksi, yang ditambahkan dalam proses pembuatan produk sehingga
dapat meningkatkan mutu produksi. Bahan tambahan merupakan bahan
yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk atau suatu bahan yang
ditambahkan pada produk dimana keberadaannya tidak mengurangi nilai
produk tersebut
Adapun bahan tambahan dalam produksi gula adalah :
a. Air
Air digunakan sebagai air imbibisi pada stasiun gilingan untuk
memeras kadar gula pada ampas tebu semaksimal mungkin. Volume
air adalah 20% dari kapasitas tebu/hari.
b. Susu kapur (Ca(OH)2)
Kapur tohor dibuat menjadi susu kapur yang berfungsi untuk
menaikkan pH nira menjadi 9,0 – 9,5. Pemilihan susu kapur sebagai
bahan yang digunakan untuk menaikkan pH nira didasarkan pada
harganya yang dapat terjangkau dan mudah membuatnya. Susu kapur
dibuat dengan proses pembakaran batu kapur dan disiram dengan air.
c. Gas Belerang (SO2)
Gas belerang dibuat dari belarang yang digunakan dalam pemurnian
nira. Tujuan pemakian gas belerang adalah :
1) Menetralkan kelebihan air kapur (Ca(OH)2) pada nira terkapur
2) Untuk memutihkan warna yang ada dalam larutan nira yang
mengurangi pengaruh pada warna Kristal dari gula.
d. Floculant
Floculant diberikan untuk mempercepat pengendapan yang berfungsi
sebagai pengikat partikel halus yang tidak baik dalam nira 9larutan
untuk membentuk gumpalan partikel yang lebih besar dan lebih mudah
diendapkan kemudian disaring)
3. Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan-bahan yang digunakan dalam suatu
proses produksi yang dikenakan langsung atau tidak langsung terhadap
bahan baku dalam suatu proses produksi untuk mendapatkan produk yang
diinginkan. Bahan-bahan penolong yang digunakan dalam produksi gula
adalah :
a. Karuing plastiK yang digunakan untuk pemngarungan gula.
b. Benang jahit untuk menjahit karung plastik.
2.4.2. Standar Mutu Produk
Standar mutu produk yang digunakan pihak perusahaan Pbrik Gula Kwala
Madu adalah standar mutu berdasarkan Pusat Penelitian Perkebunan Gula
Indonesia (P3GI) yang ada di Yogyakarta. adapun standar mutu produk yang
ditetapkan perusahaan adalah :
a. Gula yang diproduksi harus berwarna putih dan bersih.
c. Gula hasil produksi haruslah benar-benar kering agar tahan lama.
d. Gula yang dihasilkan tidak berbau.
2.4.3. Uraian proses Produksi
Gula yang diproduksi oleh Pabrik Gula Kwala Madu PTP. Nusantara II
adalah gula tebu yang berbentuk sakarosa dengan rumus kimia sebagai berikut :
C12H22O11 C6H12O6 + C6H12O6
Saccharosa Glukosa Fruktosa
Proses pembuatan gula dari tebu pada Pabrik Gula Kwala Madu dibagi
dalam beberapa stasiun. Adapun tahapan proses produksi dari awal sampai akhir
pengolahan tebu menjadi Kristal gula dapat dilihat pada Blok Diagram Gambar.
1. Stasiun Penimbangan
Tebu yang berasal dari perkebunan diangkat ke pabrik dengan truk.
Sebelum sampai ke halaman pabrik, tebu beserta truk ditimbang terlebih
dahulu kemudian setelah tebu ditimbang maka berat keseluruhan dikurangi
berat truk sehingga diperoleh berat bersih.
Truk yang berisi tebu dengan kapasitas 5-6 ton naik ke tripper dan
dijungkitkan dengan tenaga pompa hidrolik sehingga tebu jatuh ke bagian
pembawa tebu (cane carrier). Truk dengan 10 – 12 ton yang dilengkapi dengan
tali dengan menggunakan alat pengangkat tebu, mengangkat tebu ke bagian
meja tebu dimana kabel pengangkat tebu dihubungkan dengan tali sling.
tebu ditumpukkan ke bagian meja tebu, lalu tebu dimasukkan ke bagian
pembawa tebu sehingga dapat digiling.
2. Stasiun Penanganan (Cane Handling Station)
Pada proses selanjutnya cane carrier membawa tebu masuk ke cane
leveler (bagian pengaturan tebu) guna mengatur pemasukan tebu menuju cane
cutter I. Pada cane cutter I tebu dipotong-potong secara horizontal, dicacah dan
dipotong-potong agar mempermudah proses penggilingan. Selanjutnya dibawa
ke bagian cane cutter II.
a. Cane cutter I
Cane cutter I berfungsi memotong tebu agar tebu terpotong-potong rata
walaupun masih kasar, untuk mempermudah penggilingan.
b. Cane cutter II
Tahap berikutnya tebu dimasukkan ke cane cutter II yang digunakan
sebagai alat pemecah tebu yang telah dipotong-potong oleh cutter I supaya
lebih halus dari cutter I, sehingga penggilingan berlangsung lebih mudah.
3. Stasiun Gilingan
Pada stasiun gilingan tebu akan digiling yang bertujuan untuk
mendapatkan air nira sebanyak mungkin. Penggilingan (pemerasan) dilakukan
lima kali dengan unit gilingan (Five Set Three Roller Mill) yang disusun seri
dengan memakai tekanan hidrolik yang berbeda-beda. Alat ini terdiri dari tiga
buah roll yang terbuat dari (satu set) yang mempunyai permukaan yang beralur
berbentuk V dengan sudut 300 yang gunanya untuk memperlancar aliran nira
belakang (bagasse roll) lebih kecil daripada jarak antara roll atas dan roll
depan (feed roll). Besarnya daya yang digunakan untuk menggerakkan alat
penggiling adalah 1500 – 2000 Kg.cm2 dengan putaran yang berbeda-beda
antara gilingan I dengan gilingan yang lain dimana gilingan I sekitar 5,3 rpm,
gilingan II 5,0 rpm, gilingan III 5,0 rpm, gilingan IV 5,2 rpm dan gilingan ke V
3,8 rpm dan sesuai dengan kebutuhannya.
Mekanisme kerja dari stasiun penggilingan ini adalah sebagai berikut :
a. Tebu pada cane cutter I dibawa elevator ke mesin gilingan I. Air perasan
(nira) dari gilingan I ditampung pada bak penampung I. Ampas dari mesin
gilingan I masuk ke mesin gilingan II untuk digiling kembali. Air perasan
(gilingan) yang diperoleh dari bak penampung I disebut primary juice
masuk ke dalam bak penampung nira I.
b. Nira yang berasal dari penggilingan I dan II ditampung pada bak
penampung I masih mengandung ampas yang sama-sama disaring pada
juice strainer kemudian dimasukkan pada gilingan II dan nira yang
disaring ditampung dalam tangki dan siap dipompakan pada stasiun
pemurnian.
c. Ampas tebu yang berasal dari penggilingan II dibawa ke penggilingan III
untuk digiling kembali. Nira ditampung pada bak penampung II dan
digunakan untuk menyiram ampas pada gilingan I, agar penggilingan
d. Ampas tebu dari penggilingan III dibawa ke penggilingan IV. Air perasan
ditampung pada bak penampung III dan digunakan untuk menyiram ampas
pada gilingan III agar nira yang dikeluarkan semakin optimal.
e. Ampas tebu dari gilingan IV masuk ke gilingan V untuk digiling kembali.
Air dari gilingan IV ditampung pada bak IV dan gunanya untuk menyiram
ampas pada gilingan IV.Ampas dari gilingan IV diberi air imbibisi dengan
temperature sekitar 60 – 70 0C berasal dari kondensat evaporator badan IV
dan V.
f. Ampas tebu (bagasse) darai gilingan V ddiangkut dengan satu unit
conveyor melalui satu plat saringan, dimana ampas berserat kasar
dilewatkan menuju boiler dan ampas halus dipisah untuk selanjutnya
digunakan untuk membantu proses penyaringan pada alat vacum filter di
stasiun pemurnian.
Proses penggilingan sangat mempengaruhi kandungan nira tebu, dimana
semakin banyak tebu mengalami penggilingan maka kadar niranya akan
semakin sedikit. Ampas tebu dari gilingan V diangkut dengan satu unit
conveyor melalui satu plat saringan dimana ampas kasar dibawa menuju
gudang ampas sebagai cadangan bahan bakar dan sebagian dibawa menuju
gudang ampas sebagai cadangan bakar. Ampas yang sudah halus dihisap
dengan bagasse fan yang terdapat dibawa saringan dan dikirim lagi ke
bagacillo tank untuk digunakan sebagai pencampur pada rotary vacuum filter.
Air imbibisi yang diberikan pada ampas gilingan IV berfungsi
imbibisi adalah 26 – 30 m3/jam dan suhu 70 0C dengan perbandingan 19 – 24%
dari berat tebu untuk kapasitas tebu per hari. Bila air imbibisi yang diberikan
terlalu banyak, maka akan gula yang dilarutkan semakin banyak, akan tetapi
diperlukan waktu yang terlalu lama untuk menguapkannya. Jika nilai imbibisi
kurang maka kadar gula akan tertinggal pada ampas yang cukup tinggi, karena
itu perlu ditentukan jumlah air imbibisi yang optimum ditambahkan selama
penggilingan berlangsung. Apanila persediaan telah habis sehingga stasiun
penggilingan terhenti maka roll mill harus disemprot dengan larutan kapur
yang berfungsi untuk mencegah perkembangan mikroorganisme.
4. Stasiun
Nira yang diperoleh dari stasiun gilingan yang ditampung dalam bak
penampung selanjutnya dipompakan menuju stasiun pemurnian. Nira yang
berasal dari stasiun penggilingan merupakan nira mentah, masih mengandung
kotoran disamping gula, dapat dikatakan nira mentah imi hamper masih semua
komponen/partikel yang terdapat pada tebu masih ada didalamnya.
Proses pemurnian ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran dari dalam
nira sehingga nira dihasilkan lebih murni mengandung sakarosa. Tujuan utama
pemurnian ini adalah untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang terkandung
dalam nira mentah. Ada beberapa tahap yang dilakukan didalam proses
pemurnian yaitu :
a. Timbangan Nira Mentah (Juice Weighting Scale)
Nira yang berada di tangki penampungan dialirkan melalui pipa saringan
nira mentah dapat bekerja secara otomatis denganmenggunbakan
timbangan Maxwelt Bolougne. Prinsip kerja dari alat ini adalah atas dasar
system kesetimbangan gaya berat bejana dan bandul, dimana akan berhenti
secara gravitasi ke tangki penampungan. Berat timbangan diperkirakan
mencapai 6,5 ton.
b. Pemanasan Nira I (Juice Heater I)
Setelah nira mentah ditimbang, selanjutnya ditampung pada tangki
penampung nira tertimbang. Kemudian dipompakan kea lat pemanas I
(primary heater) yang memiliki 2 unit pemanas. Tujuan dari pemanas I
adalah untuk menyempurnakan reaksi yang telah terjadi dan mematikan
mikroorganisme, sehingga komponen yang ada dapat dipisahkan dari nira
pada bejana pengendapan nanti. Pada badan pemanas I nira dipanaskan
hingga suhu 700C, kemudian nira dialirkan kedalam pemanasII dan
dipanaskan hingga temperature 750C. Uap panas pada pemanas nira I
merupakan uap bekas yang dihasilkan oleh evaporator I dan II, dengan
demikian uap dapat dipakai seefektif dan seefisien mungkin.
c. Tangki defekasi (Ddefecator)
Setelah nira dipanaskan pada pemanas nira kemudian dipompakan ke
tangki defekasi dan diberikan susu kapur dengan fungsi untuk mengubah
pH nira 5,6 menjadi 8,0 – 8,5. Tujuan dari penambahan nira menjadi basa
karena gula akan rusak bila gula dalam keadaan basa. Pemasukan susu
kapur diatur dengan control valve yang dikendalikan oleh pH indicator
d. Tangki Sulfitasi
Tangki sulfitasi berfungsi untuk mencampur nira terkapur dari tangki
defekasi dengan gas SO2 dari tabung belerang. Sedangkan sekat para bolis
berfungsi untuk membantu proses pencampuran dapat berjalan dengan
kontinyu. Penambahan gas SO2 dengan maksud agar nira terkapur
mengalami penurunan pH menjadi 6,0 – 6,5 pada suhu 700C – 750C
dengan waktu lima (5) menit. Pada tangki sulfitasi ini diharapkan pada
kelebihan susu kapur akan bereaksi dengan gas SO2. Selanjutnya
dinetralkan kembali pada neutralizing Tank sehingga pH tercapai 7,0 –
7,2. Dengan terbentuknya CaSO2, yang terbentuk endapan yang berfungsi
untuk menyerap koloid-koloid yang terkandung dalam nira, dimana
endapan yang terbentuk menyerap kotoran-kotoran lain yang lebih halus,
hal inilah yang disebut dengan efek pemurnian.
e. Tangki Tunggu
Fungsi dari tangki tunggu adalah untuk mendapatkan koloid-koloid yang
terbentukl dari tangki sulfilator, dimana nira mentah dari tangki sulfitasi
mengalir secara over flow ke tangki tunggu dengan waktu 5 (lima) menit.
f. Tangki netralisasi
Nira yang berasal dari tangki tunggu mengalir ke tangki netralisasi. Fungsi
dari tangki netralisasi adalah mengatur pH nira yang keluar dari tangki
sulfitator. Didalam tangki netralisasi nira diaduk dengan alat pengaduk
mekanis. pH yang diharapkan adalah 7,0 – 7,2. Jika pH kurang dari 7,0
g. Pemanas Nira II (Juice Heater II)
Pemanas nira II ini prinsip kerjanya sama dengan pemanas nira I. Nira dari
tangki netralisasi dipompa dengan mesin pompa sentrifugal ke pemanas
nira II yang juga memiliki dua unit badan pemanas dengan temperature
100 0C.
h. Tangki Pengembang (Flash Tank)
Fungsi tangki pengembang adalah untuk menghilangkan udara dan gas-gas
yang terlarut dalam nira. Bila udara dan gas-gas terlarut dalam nira tidak
dihilangkan, maka akan mengganggu atau menghambat pemisahan
kotoran-kotoran dari nira di tangki pengendapan. Selain itu dengan adanya
tangki pengembang dapat menghemat energy dan dapat menghilangkan
gaya-gaya yang bekerja sehingga memberikan aliran yang bergejolak. Nira
yang berasal dari tangki pengembang selanjutnya dialirkan ke tangki
pengendapan.
i. Tangki Pengendapan (Settling Tank)
Didalam tangki pengendapan ini nira jernih dan nira kotor dipisahkan.
Nira yang jernih (bagian atas) dan nira kotor (bagian bawah). Nira yang
jernih dialirkan ke stasiun penguapan (evaporator), sedangkan endapan
nira atau nira kotor di bagian bawah dibawa ke Mud Feed Mixer untuk
dicampur dengan ampas halus yang berasal dari stasiun penggilingan.
tangki pengendapan bekerja secara kontinyu dan memiliki empat
kompartement yang dipergunakan untuk mempermudah proses
lambat. Endapan jatuh ke tepi-tepi tiap peralatan. Selanjutnya dipompakan
ke Mud Feed Mixer, sedangkan nira jernih keluar secara over flow melalui
pipa-pipa yang dipasang pada tiap kompartement.
Untuk mempercepat pengendapan, maka dtambahkan floculant kedalam
tangki pengendapan. pencampuran ini bertujuan membantu pada saat
penyaringan (vacuum filter) yang memisahkan nira dengan kotoran.
Saringan yang digunakan adalah saringan hampa (rotary vacuum filter).
Nira hasil saringan selanjutnya dikembalikan ke tangki penimbangan nira
mentah, sedangkan endapan kotoran yang tersaring disebut dengan blotong
yang selanjutnya dibuang atau dijadikan pupuk. Jadi dapat kita ketahui
secara jelas bahwa tangki pengendapan berfungsi untuk memisahkan
endapan yang terbentuk dari hasil reaksi dengan larutan yang jernih.
5. Stasiun Penguapan (Evaporator Station)
Stasiun Penguapan ditujukan untuk menguapkan air yang terkandung
dalam nira encer, sehingga nira akan lebih mudah dikristalkan dalam proses
selanjutnya. Stasiun penguapan pada proses pengolahan gula di Pabrik Gula
Kwala Madu menggunakan empat unit, yang disebut Quadruple Evaporator
dan memakai cara Forward Feed yang bertujuan untuk menguapkan air dan
nira yang menggunakan proses pemvakuman. Penguapan dilakukan pada
temperature 50 - 100 0C dan untuk menghindari kerusakan sukrosa maupun
monosakaridanya dilakukan penurunan tekanan didalam evaporatore sehingga
titik didih nira turun. Evaporator yang tersedia ada lima unit yaitu empat unit
berlangsung temperature dari masing-masing evaporator berbeda-beda. Untuk
menghemat panas yang diperlukan maka media pemanas untuk evaporator I
digunakan uap bekas yang berasal dari Pressure vessel, sedangkan media
pemanas evaporator yang lain memanfaatkan kembali uap yang terbentuk dari
evaporator sebelumnya. hal ini disebuit vapour temperature pada evaporator I
sebesar 110 0C dan berangsur-angsur turun sampai temperature 50 – 55 0C
pada evaporator IV. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menurunkan tekanan
yang berbeda-beda dari evaporator I sampai dengan evaporator IV.
Uap yang mengalir dari evaporator I ke evaporator II disebabkan pada
evaporator I setelah masuk kedlaam bagian shell pada evaporator II akan
melepaskan panas sehingga mengembun. Terkondensasinya uap menyebabkan
terjadinya penurunan tekanan dalam shell sehingga uap air nira evaporator I
dapat mengalir ke evaporator II dan seterusnya. Uap nira evaporator IV masuk
kedalam kondensor untuk diembunkan (dikondensasikan) dan dijatuhkan
bersama air injeksi, sedangkan uap-uap yang tidak terkondensasikan dibiarkan
keluar ke udara. Peristiwa mengalirnya nira dari evaporator I ke evaporator II
dan seterusnya disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan vakum pada
masing-masing evaporator. Nira encer yang masuk pada setiap evaporatort
akan bersirkulasi sampai mencapai titik tertentu dan secara otomatis valve akan
terebuka sehingga nira mengalir menuju evaporator selanjutnya, begitu
6. Stasiun Masakan
Tujuan dari stasiun pemasakan adalah untuk mempermudah pemisahan
Kristal gula dengan kotorannya dalam pemutaran sehingga diperoleh hasil
yang memiliki kemurnian yang tinggi dengan kristal gula yang sesuai dengan
standar kualitas yang ditentukan dan diperlukan untuk mengubah sukrosa
dalam larutan menjadi kristal agar pembentukan gula setinggi-tingginya dan
hasil akhir dari proses produksi yaitu tetes yang mengandung gula sangat
sedikit, bahkan diharapkan tidak gula sama sekali.
Pada stasiun masakan di Pabrik Gula Kwala Madu PTPN II ada tiga
proses masakan yaitu :
a. Masakan A
Masakan A adalah masakan paling awal yang menghasilkan gula A dan
stroop A (mengandung sukrosa). Pada maskan A terdapat dua buah fan
masakan yang dapat mengkristalkan 68% dari nira kental yang masuk.
Dimana stroop A akan diproses kembali agar mengkristal dan dapat
menghasilkan gula B.
b. Masakan B
Stroop A yang berasal dari masakan A akan dimasak kembali di masakan
B dimana proses pemasakan ini menghasilkan Kristal gula B dan stroop B.
Pada masakan B terdapat satu buah fan masakan yang dapat
mengkristalkan 62% dari nira kental yang masuk. Kemudian stroop B
akan diproses kembali pada masakan D
Stroop B yang berasal dari maskan B akan dimasak kembali di masakan D
dimana proses masakan ini menghasilkan Kristal gula D dan klare D
dengan menggunakan bahan dasar stroop A, stroop B dan klare D. Pada
masakan D terdapat dua buah fan masakan yang dapat mengkristalkan
58% dari nira kental yang masuk.
7. Stasiun Putaran
Stasiun pemutaran berfungsi untuk memisahkan kristal gula dari stroop
dan tetes yang terdapat dalam masakan. hasil pengkristalan dalam pemasakan
adalah campuran antara kristal gula, stroop dan tetes. Alat pemutar bekerja
berdasarkan gaya sentrifugal. Untuk mendapatkan kristal dalam bentuk murni
dilakukan pemisahan campuran dengan menggunakan kekuatan gaya
sentrifugal. Sistem pemutaran yang digunakan di Pabrik Gula Kwala Madu ada
5 jenis putaran yaitu :
a. Putaran A sebanyak 4 unit
b. Putaran B sebanyak 2 unit
c. Putaran D1 sebanyak 5 unit
d. Putaran D2 sebanyak 3 unit
e. Putaran SHS sebanyak 3 unit
a. Putaran A dan B
Nira kental yang berasal dari masakan dialirkan ke stasiun pemutaran dan
diputar untuk mendapatkan kristal gula, dimana pada putaran ini juga
terdapat saringan yang memisahkan antara stroop A dan kristal gula A pada
b. Putaran D1 dan D2
Nira kental yang berasal dari putaran B dialirkan ke stasiun pemutaran D1
dan D2 diputar untuk mendapatkan kristal gula sebagai pembibitan gula
pada masakan A. dimana pada putaran ini juga terdapat saringan yang
memisahkan tetes dan kristal gula D.
c. Putaran SHS
Kristal gula yang dihasilkan dari putaran A dan B dibawa oleh screw
conveyor ke magma mingler. Larutan gula yang ada pada putaran tangki A
dan B akan terpisah tetapi masih ada larutan yang menempel pada kristal,
maka untuk menghilangkan larutan tersebut dibantu dengan mencampurkan
dengan air panas, selanjutnya diputar pada SHS sehingga memperoleh
kristal gula yang berkualitas.
8. Stasiun Penyelesaian
Kristal gula yang berasal dari stasiun putaran dibawa ke sugar elevator
dimana kondisi gula SHS masih dalam keadaan basah. Oleh karena itu
dilakukan pengeringan dan pendinginan untuk mendapatkan gula SHS yang
standar. Gula SHS tersebut dimasukkan kedalam sugar dryer dan cooler
dimana system pemanasan dan pengferingan dilakukan dengan cara mekanis
dan memberikan udara panas pada suhu kira-kira 80 – 90 0C yang dialirkan
melalui air dryer langsung ke dryer cooler, kemudian gula tersebut
dimasukkan ke Bucket Elevator dan diteruskan ke vibrating screen. Pada
vibrating screen kristal gula SHS telah mencapai kekeringan dan pendinginan
pemompa yang berfungsi untuk menarik gula halus yang terkandung dalam
proses pembuatan gula SHS. Gula halus dialirkan melalui pipa rangkap dan
secara otomatis diinjeksikan dengan imbibisi oleh pemisahan nozel untuk
menangkap partikel-partikel gula halus. Kemudian gula tersebut dimasukkan
kedalam bak penampung dan dialirkan ke stasiun masakan untuk proses
gumpalan-gumpalan gula yang dimasukkan kedalam tangki peleburan gula
selanjutnya dikirim ke stasiun masakan untuk diproses selanjutnya. Gula
standar dimasukkan ke alat pembawa gula penyadap logam yang mana
penyadap logam ini berfungsi untuk menangkap partikel-partikel logam yang
terbawa atau tercampur dengan gula produksi.
9. Pengemasan dan Penggudangan Gula Produksi
Penampungan kristal gula di Pabrik Gula Kwala Madu dilengkapi dengan
dua alat pengisi gula secara otomatis dimana setiap alat pengisi mempunyai
timbangan yang telah ditentukan oleh badan meteorologi dan bekerja sama
dengan bulog untuk menjamin keamanan dan keselamatan produksi terbuat
dengan ketentuan 50 kg/karung. Untuk menjaga keselamatan produksi gula
SHS ditetapkan oleh direksi dengan standar yang telah ditentukan.
penggudangan gula produksi SHS yang telah dikemas dikirim ke gudang
untuk penyimpanan sementara dimana gula produksi ini disimpan dengan suhu
gudang 30 – 35 0C, dengan kelembaban udara dalam ruang sekitar 72 – 82%.
Kapasitas desain gudang 12.740 ton, namun kapsitas optimum yang dipakai
ketentuannya diatur oleh pihak direksi dan bagian pemasaran PTP. Nusantara
II.
2.5. Mesin dan Peralatan
Mesin dan peralatan produksi dapat dilihat pada lembar lampiran tugas
akhir
2.5.1. Utilitas
Untuk mendukung kelancaran proses produksi, Pabrik Gula Kwala Madu
sangat membutuhkan utilitas yang meliputi :
1. Air
Dalam proses pembuatan gula, air merupakan utilitas yang sangat diperlukan.
Air yang digunakan untuk Pabrik Gula Kwala Madu adalah berasal dari
sungai, yang berjarak 4 Km dari lokasi Pabrik Air tersebut tidak langsung
digunakan untuk proses produksi maupun air umpan ketel, sebab air sungai
itu belum memenuhi persyaratan untuk digunakan. Oleh karena itu diperlukan
perlakuan tertentu agar air memenuhi syarat untuk digunakan. Air yang telah
diproses diantaranya adalah air bersih yang masuk ke dalam storage tank.
2. Tenaga Listrik
Tenaga listrik sangat diperlukan untuk menjalankan proses produksi,
sehingga diperlukan pembangkit tenaga listrik sendiri demi kelancaran proses
produksi tersebut. Turbin digerakkan dengan menggunakan uap kering yang
dihasilkan dari boiler yang disuplay melalui power house. Turbin
menggerakkan gear untuk memutar generator yang menghasilkan arus listrik.
perumahan. Fungsi utama tenaga listrik ini adalah untuk menggerakkan
alat-alat proses produksi.
Sedangkan diluar masa giling pembangkit listrik yang digunakan adalah
mesin diesel dan listrik yang dihasilkan untuk keperluan penerangan work shop,
penggerak motor serta keperluan lainnya.
1. Tenaga Uap
Tenaga uap sangat diperlukan untuk menggerakkan turbin uap generator
listrik, penggerak turbin gilingan, penggerak turbin uap cane cutter dan
keperluannya. Pabrik Gula Kwala Madu menggunakan tenaga uap yang
diperoleh dari dua unit boiler jenis ketel pipa air dengan kapasitas
masing-masing 60 ton uap/jam dengan tipe H-1600S.
2. Work Shop
Work Shop berfungsi untuk pelayanan teknis, produksi dan pelayanan jasa.
Work Shop PTP. Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu digunakan untuk
perbaikan dan perawatan peralatan. Dalam pengoperasian, operator biasanya
mendatangi tempat-tempat dimana terjadinya kerusakan peralatan ataupun
diperbaiki di Work Shop yang ada antara lain BPT (bagian pelayanan teknis).
bagian ini berfungsi untuk melayani pekerjaan-pekerjaan dipabrik yang tidak
biasa dilayani oleh work shop.
2.5.2. Safety and Fire Protection
Keselamatan pekerja adalah hal yang harus diperhatikan. Keselamatan
kerja merupakan sarana utama untuk pencegahan kecelakaan kerja, cacat dan
dapat mengakibatkan hambatan-hambatan yang sekaligus juga merupakan
kerugian baik secara tidak langsung seperti kerusakan mesin dan peralatan kerja,
terhentinya proses produksi untuk beberapa saat. Hal ini akan mengakibatkan
tingginya biaya produksi. Jadi salah satu usaha untuk menekan biaya produksi
adalah dengan menggunakan mesin-mesin yang dilengkapi dengan alat pelindung
yang aman guna memperkecil akibat yang ditimbulkan mesin tersebut jika terjadi
kecelakaan. Keselamatan kerja harus benar-benar diperhatikan pada saat
perancangan dan bukan baru dipikirkan kemudian setelah pabrik didirikan.
Namun sekalipun pabrik sudah beroperasi, pengawasan tetap penting untuk
mencapai standar keselamatan kerja yang tinggi.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dalam bekerja sebaiknya pekerja
mengunakan peralatan pelindung yang sesuai pada jenis pekerjaan dilapangan.
Alat-alat pelindung diri meliputi :
a. Untuk melindungi badan pekerja dari panas sebaiknya menggunakan pakaian kerja
khusus yang tahan panas.
b. Bagi pekerja yang berada di mesin penggiling sebaiknya menggunakan pelindung
telinga.
c. Untuk melindungi pekerja dari kecelakaan yang disebabkan oleh benda berat yang
menimpa kaki, benda tajam yang mungkin terinjak oleh kaki pekerja harus
menggunakan sepatu pengaman.
d. Untuk melindungi kepala pekerja dari benda yang jatuh dari atas menggunakan
topi/helm.
e. Untuk melindungi tangan dari tusukan, sayatan dan aliran listrik menggunakan
Untuk pengamanan arus listrik maka saklar-saklar harus ditempatkan pada
posisi yang mudah dijangkau dan tertutup, sekring-sekring harus pada panel
tertutup, kabel listrik harus terpasang bagus agar tidak terjadi aliran listrik bila
terjadi hal-hal yang membahayakan keselamatan pekerja. Disamping alat
pelindung diri juga merupakan perlengkapan pelindung mekanis terutama
mesin-mesin penggerak, bagian-bagian yang berputar, penghubung gerak roda gigi.
2.5.3. Waste Treatment
Limbah merupakan hal yang tidak dapat dihindari dari setiap proses
produksi, jika penanggulangan limbah tidak diperhatikan dan ditanggulangi
dengan serius maka dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, yang dapat
merugikan lingkungan maupun pihak perusahaan itu sendiri.
Pabrik Gula Kwala Madu memiliki limbah berupa air yang berasal dari
hasil proses produksi. Air limbah ini terjadi akibat kebocoran pompa dan
tumpahan nira pada saat proses. Air limbah ini bersifat asam sehingga dapat
merusak lingkungan. Air limbah pada Pabrik Gula Kwala Madu berasal dari
beberapa stasiun produksi, diantaranya berasal dari stasiun gilingan, pemurnian,
evaporator, putaran, boiler, dan power house.
Dalam penanggulangan limbah pada Pabrik Gula Kwala Madu, terdiri dari
4 kolam yang masing-masing memiliki fungsi dan penanggulangan yang berbeda
dan 1 kali pengendapan sebagai tahap akhir dari proses pengolahan limbah
a. Penanggulangan limbah cair pada Pabrik Gula Kwala Madu
1. Kolam Anaerob.
ampas, dan lain-lain. Limbah ini memiliki pH 4,5-5,0, temperatur 280C-350C,
dengan ukuran 60 m x 90 m x 4 m Pada kolam ini dilakukan pengembangbiakan
bakteri Anaerob, yang berfungsi untuk menguraikan limbah tanpa menggunakan
oksigen.
2. Kolam Vakultatif
Limbah yang berasal dari kolam anaerob dialirkan ke kolam vakultatif dan
didiamkan, dengan bantuan sinar matahari akan terjadi perubahan bakteri anaerob
menjadi asimilasi. Kola mini memiliki pH 5,0 – 5,5 dengan temperature 280C – 30
0C dan ukuran 30 m x 90 m x 3,5 m.
3. Kolam Aerasi
Pada kolam ini dilakukan penambahan oksigen dalam air dengan alat aerator dan
suplayer, serta penambahan kapur tohor untuk menaikkan pH. Kolam ini memiliki
pH 6,0-7,0, dan dengan ukuran 30 m x 90 m x 3 m.
4. Kolam Aerob
Pada kolam ini berkembang biak bakteri aerob, yang akhirnya dapat
menumbuhkan biota seperti ganggang dan lumut. Kolam ini memiliki pH 7,0-7,2,
temperatur 28 0C -30 0C, dan dengan ukuran 30 m x 25 m x 3 m.
5. Segmentasi (pengendapan)
Proses pengendapan berfungsi untuk mengendapkan kotoran yang terkandung pada
air limbah. Pada proses pengendepan ini dilakukan penyaringan dengan
menggunakan ijo, pasir, dan batu. Kolam ini memiliki pH 7,0-7,2, dan dengan
ukuran 30 m x 25 m x 3 m. Setelah melalui proses ini air dapat dipakai untuk
irigasi persawahan.
b. Pada penanggulangan limbah padat adalah:
2. Pemanfaatan ampas tebu untuk bahan bakar di boiler dan pupuk kompos
c. Pengolahan limbah gas.
Penanganan abu cerobong ketel yang mengandung abu ketel (dengan pemasangan